Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Kedokteran Syiah Kuala ISSN: 1412-1026

Volume 22, Number 3 2022 E-ISSN: 25500112


Pages: 106-110 DOI: 10.24815/jks.v22i3.21689

Karakteristik Klinis dan Histopatologi Karsinoma Nasofaring


di RSPAL Dr. Ramelan, Surabaya
1*
Muhammad Noer Shoffi, 2Anthony Stephen Halim, 3 Wienta Diarsvitri
1)
Departemen THT, RSPAL Dr. Ramelan, Surabaya / Bagian THT Fakultas Kedokteran Universitas
Hang Tuah, Surabaya; 2) Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah, Surabaya; 3) Bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah, Surabaya
*Email: noer.shoffi@hangtuah.ac.id

Abstrak. Karsinoma Nasofaring (KNF) merupakan keganasan di daerah kepala leher terbanyak keempat di Indonesia.
Namun, studi rinci tentang keganasan ini belum dilakukan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Laut Dr. Ramelan (RSPAL
Dr. Ramelan), Surabaya. Penelitian deskriptif ini menggunakan rekam medis pasien KNF yang baru terdiagnosis di
poliklinik THT, RSPAL Dr. Ramelan antara Bulan Oktober – Desember 2020. Karakteristik pasien termasuk gejala
yang muncul, stadium klinis dan subtipe histopatologi dicatat dan dievaluasi. Dari 22 orang pasien KNF, dua
pertiganya laki-laki, lebih dari setengahnya datang dengan keluhan benjolan di leher, dan hampir seluruh pasien sudah
dalam stadium lanjut. Temuan histopatologi menunjukkan WHO subtipe 3 adalah tipe KNF yang paling umum. Oleh
karena itu, diagnosis dini merupakan strategi yang penting untuk meningkatkan hasil terapi kanker dengan
memberikan perawatan terbaik pada stadium sedini mungkin.

Kata kunci: RSPAL Dr. Ramelan, karsinoma nasofaring, gejala, stadium klinis, WHO subtipe

Abstract. Nasopharyngeal Carcinoma (NPC) is the fourth most common head and neck cancers in Indonesia.
However, a detailed study of this malignancy has not been conducted at Dr. Ramelan Naval Central Hospital (RSPAL
Dr. Ramelan), Surabaya. This descriptive study used medical records of newly diagnosed NPC patients registered in
the ENT outpatient clinic at RSPAL Dr. Ramelan between October – December 2020. Patient’s characteristics
including presented symptoms, clinical staging and histopathological subtypes were recorded and evaluated. Of the
22 NPC patients, two-thirds were males, more than half presented with the chief complaint of a lump in their neck,
and almost all patients were already in the advanced stage. Histopathological findings showed the WHO III subtype
was the commonest form of NPC. Therefore, early diagnosis is an important strategy to improves cancer therapy by
providing the best care at the earliest possible stage.

Keywords: RSPAL Dr. Ramelan, nasopharyngeal carcinoma, symptoms, clinical staging, WHO subtype

Pendahuluan KNF merupakan penyakit multifaktorial. Penyebab


pasti KNF belum diketahui, diduga virus Epstein-Barr
Karsinoma nasofaring (KNF), disebut juga tumor (EB) dianggap sebagai etiologi utama KNF, dengan
kanton (Canton Tumor), merupakan keganasan di faktor pendukung berupa genetik dan bahan
daerah kepala dan leher terbanyak keempat di karsinogenik (nitrosamin) yang berasal dari ikan asin,
Indonesia setelah kanker servix, kanker mamae dan daging panggang, udara, rokok dan asap. 2,3
kanker kulit. KNF mempunyai keunikan serta
mempunyai ciri khas dalam hal epidemiologi, Prevalensi KNF sekitar 18-25% pada ras Mongoloid
gambaran histopatologi anatomi maupun gejala klinis. Cina, namun jarang ditemukan di Amerika Utara dan
KNF berasal dari kripta dan mukosa atau epitel di Eropa dengan ras Kaukasoid. 1,2,3 Prevalensi KNF di
permukaan nasofaring sehingga seringkali sulit bagian THT-KL RSUP H. Adam Malik sebesar
dideteksi secara dini. Gejala dini KNF yang tidak khas 58,81% dalam kurun waktu 1991-1996; di bagian
dan tidak jelas, menyebabkan penderita KNF datang THT-KL FKUI/RSCM Jakarta sebesar 62,13% selama
ke rumah sakit dalam kondisi stadium lanjut sehingga 1990-2001. Rasio penderita KNF laki-laki dibanding
hasil tata laksana dan prognosis yang diharapkan perempuan di poliklinik onkologi THT-KL FK
belum memuaskan. 1,2,3 UNAIR/RSUD Dr. Soetomo Surabaya adalah 2:1

106
Muhammad et al.- Karakteristik Klinis dan Histopatologi Karsinoma Nasofaring

selama tahun 2000-2001; sedang di RSPAL Dr Usia Jumlah %


Ramelan Surabaya sebesar 1,3 : 1.1,2,4 30-40 1 4.5%
41-50 8 36.4%
Berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologi, WHO
mengklasifikasikan KNF menjadi tiga jenis, yakni 51-60 7 31.8%
karsinoma sel skuamosa yang berkeratinisasi (WHO 61-70 3 13.6%
tipe I), karsinoma tidak berkeratinisasi (WHO tipe II) 71-80 3 13.6%
dan karsinoma tidak berdiferensiasi (WHO tipe III). Total 22 100.0%
Prevalensi KNF jenis karsinoma tidak berdifferensiasi
Tabel 1 menunjukkan bahwa penderita KNF
(WHO tipe III) berkisar antara 75% di Amerika
terbanyak berasal dari kelompok usia 41-50 tahun
Serikat, hingga 99% di Hongkong. 2,3
(36,4%), diikuti kelompok usia 51-60 tahun (31,8%),
serta kelompok usia 61-70 tahun dan 71-80 tahun
Sampai saat ini penelitian ekstensif terkait karsinoma
masing-masing 13,6%. Usia termuda 32 tahun dan
nasofaring di Indonesia masih kurang, oleh karena itu
tertua 72 tahun.
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
karakteristik klinis dan histopatologi KNF di RSPAL Data penderita KNF berdasarkan jenis kelamin dapat
Dr. Ramelan, Surabaya. dilihat pada tabel berikut:

Metode penelitian Tabel 2. Karakteristik Jenis Kelamin


Jenis Kelamin Jumlah %
Penelitian deskriptif ini dilakukan menggunakan data Laki-laki 14 63.6%
rekam medis unit rawat jalan departemen THT-KL
Perempuan 8 36.4%
RSPAL Dr. Ramelan Surabaya sebagai rujukan tersier
22 100.0%
mulai bulan Oktober 2020 sampai Februari 2021.
Karakteristik penderita KNF yang ditampilkan Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa sebagian besar
meliputi usia, jenis kelamin, suku, pendidikan, penderita KNF berjenis kelamin laki-laki (63,6%),
pekerjaan, keluhan utama, hasil pemeriksaan dengan perbandingan antara laki-laki dan perempuan
histopatologi anatomi dan diagnosis. adalah 1,75 : 1.

Dalam penelitian ini, klasifikasi hasil pemeriksaan Data penderita KNF berdasarkan suku dapat dilihat
histopatologi anatomi berdasarkan kriteria WHO pada tabel berikut:
tahun 1978, sedangkan klasifikasi stadium KNF
berdasarkan kriteria International Union against Tabel 3. Karakteristik Suku
Cancer/American Joint Committee on Cancer Suku Jumlah %
(UICC/AJCC) edisi ketujuh. Jawa 20 90.9%
Bugis 1 4.5%
Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan dari
Komisi Etik Penelitian Kesehatan RSPAL Dr. Tionghoa 1 4.5%
Ramelan Surabaya, nomor 35 /EC/KERS/2021 pada 22 100.0%
tanggal 15 Juni 2021.
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa sebagian besar
Hasil Penelitian penderita KNF berasal dari suku Jawa (90,9%), diikuti
suku Bugis dan Tionghoa masing-masing 4.5%
Antara rentang waktu Oktober 2020 sampai Februari penderita.
2021 diperoleh data 22 penderita KNF. Karakteristik
penderita KNF berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 4. Karakteristik Pendidikan
tabel sebagai berikut:
Pendidikan Jumlah %

Tabel 1. Karakteristik Usia Responden SD 4 18.2%


SMP 4 18.2%
SMA 13 59.1%
D3 1 4.5%
22 100.0%

107
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala 22 (3): 106-110, September 2022

Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa sebagian besar Stadium Jumlah %


penderita KNF berpendidikan SMA (59.1%), diikuti 1 1 4.5%
SD dan SMP masing-masing 18,2% penderita.
2 3 13.6%
3 10 45.5%
Tabel 5. Karakteristik Pekerjaan 4 8 36.4%
Pekerjaan Jumlah %
Ibu Rumah Tangga 4 18.2% 22 100.0%
Purnawirawan TNI 1 4.5%
Purnawirawan ASN 1 4.5%
Tabel 8 menunjukkan 45,5% penderita KNF berada di
Wiraswata/ Karyawan swasta 16 72.7%
stadium 3; 36,4% stadium 4; 13,6% stadium 2; dan
22 100.0%
4,5% stadium 1.

Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa sebagian besar Pembahasan


penderita KNF bekerja sebagai wiraswastawan atau
karyawan swasta 72,7%, ibu rumah tangga (18,2%), Sebagian besar penderita KNF di RSPAL Dr. Ramelan
serta TNI dan purnawirawan ASN masing-masing Surabaya dari kelompok usia 41-50 tahun; di RSUP
4,5% penderita. Dr. M. Djamil Padang dari kelompok usia 41-65, di
RSUD Dr. Soetomo Surabaya dari kelompok usia 51-
Tabel 6. Karakteristik Keluhan Utama 60 tahun, dan di RSUP Dr. Kariadi Semarang dari
Keluhan Utama Jumlah %
kelompok usia 40-49 tahun. 3,5,6
Benjolan di leher 10 45.5%
Proporsi usia penderita KNF yang didominasi usia 40
Hidung buntu 4 18.2%
tahun ke atas menunjukkan bahwa teori
Nyeri kepala 4 18.2%
karsinogenesis bersifat multistep, multifaktor,
Nyeri telan 2 9.1%
membutuhkan waktu yang lama untuk berkembang,
Tidak ada keluhan 2 9,1% sehingga sering terlambat didagnosis. Infeksi Virus
22 100.0% Epstein Barr (VEB) pada epitel nasofaring sebagai
faktor resiko KNF memiliki masa laten sekitar 20-25
Tabel 6 menunjukkan 45,5% penderita KNF datang ke tahun tanpa menimbulkan gejala. Infeksi VEB primer
RSPAL Dr. Ramelan dengan keluhan benjolan di yang terjadi pada masa kanak-kanak bersifat
leher; 18,2% dengan hidung buntu dan nyeri kepala; asimtomatis. Reinfeksi VEB setelah infeksi laten,
sedang 9,1% dengan nyeri telan dan tidak ada paparan bahan karsinogenik atau polusi yang lebih
keluhan. banyak pada usia produktif dan penurunan faktor
imunitas diduga sebagai predisposisi timbulnya KNF.
Tabel 7. Karakteristik Histopatologi Anatomi Hal tersebut yang menyebabkan insiden KNF tinggi
didapatkan pada usia 40-60 tahun. 4,6,7
HPA
(WHO) Jumlah % Mayoritas penderita KNF di RSPAL Dr. Ramelan
Tipe I 0 0.0% Surabaya adalah laki-laki, dengan perbandingan
antara laki-laki dan perempuan 1,75 : 1. Hasil tersebut
Tipe II 9 40.9% serupa dengan penelitian di RSUD Dr. Soetomo
Tipe III 13 59.1% Surabaya dan RSUP Dr. Kariadi Semarang yang
menunjukkan perbandingan antara laki-laki dan
22 100.0%
perempuan 2 : 1. Sementara itu, perbandingan laki-laki
dan perempuan penderita KNF di seluruh Indonesia
Tabel 7 menunjukkan 59,1% hasil histopatologi adalah 2-3:1; dan di Hongkong 2,5:1. 4,7,8
anatomi penderita KNF adalah WHO tipe III; 40,9%
tipe II; dan tidak didapatkan Tipe I. Tingginya prevalensi KNF pada laki-laki dipengaruhi
kebiasaan hidup dan pekerjaan yang menyebabkan
Tabel 8. Karakteristik Stadium laki-laki lebih sering terpapar karsinogen penyebab
KNF. Kebiasaan hidup seperti merokok; paparan uap,
asap, debu dan gas kimia ditempat kerja meningkatkan
risiko KNF 2-6 kali. Paparan formaldehid di tempat
kerja meningkatkan risiko KNF 2-4 kali. Zat tersebut
dimetabolisme oleh enzim tubuh menjadi ultimate-

108
Muhammad et al.- Karakteristik Klinis dan Histopatologi Karsinoma Nasofaring

carcinogen sehingga dapat menyebabkan mutasi berupa benjolan dileher sebesar 72,03% diikuti
genetik. Penggunaan kayu bakar, paparan panas tinnitus sebesar 55,17%. 3,4,7 Benjolan di leher
industri dan produk pembakaran juga meningkatkan merupakan keluhan utama yang menyebabkan
risiko KNF 2 kali lipat. 4,8,9 penderita berobat ke dokter, dan merupakan tanda
telah terjadi perluasan tumor ke limfonodi leher.
Penderita KNF terbanyak di RSPAL Dr. Ramelan dan Aliran limfatik dari fossa Rossenmuller berlanjut ke
RSUD Dr. Soetomo Surabaya adalah suku Jawa. limfonodi leher atas dalam. KNF dapat menyebabkan
Sementara itu penelitian di RS Adam Malik metastase melalui aliran darah menuju ke tulang, paru
menunjukkan penderita KNF terbanyak dari suku dan hati. Obstruksi hidung diduga karena massa tumor
Batak, dan penelitian di Inggris menunjukkan suku nasofaring yang awalnya berasal dari Fossa
terbanyak adalah etnis kulit putih. 2,3,4 KNF Rossenmuller membesar kearah cavum nasi serta
merupakan penyakit yang khas dari sisi etnis dan menginfiltrasi area tuba Eustachius yang
geografis. Prevalensi KNF tetap tinggi di kalangan menyebabkan gangguan pendengaran. Nyeri kepala
keturunan penduduk Cina Selatan yang tinggal di yang dikeluhkan penderita KNF disebabkan oleh
negara lain. Indonesia termasuk dalam tingkat invasi tumor nasofaring ke area otak, mata dan gejala
prevalensi KNF menengah, yang juga terkait dengan psikologis akibat tumor. 2,3,7
lingkungan dan infeksi VEB. 3,4,9
Diagnosis KNF dapat ditegakkan berdasarkan trias
Penderita KNF terbanyak di RSPAL Dr. Ramelan gejala KNF, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan
Surabaya adalah SMA, sementara itu di RSUD Dr. penunjang. Gejala KNF meliputi gejala telinga, gejala
Soetomo Surabaya adalah SD. Penelitian di Amerika hidung, gejala leher maupun gejala intrakranial.
serikat menyebutkan bahwa masyarakat dengan Gejala telinga dapat berupa tinitus, pendengaran
pendidikan SMA atau lebih rendah mempunyai risiko menurun, otalgi dan otore. Gejala hidung dapat berupa
lebih besar untuk menderita keganasan kepala dan episaksis, buntu hidung, nyeri hidung dan hiposmia.
leher dibandingkan dengan masyarakat yang Gejala leher dapat berupa nodul coli akibat
mempunyai pendidikan perguruan tinggi (1,98 kali pembesaran limfonudi leher. Gejala intrakranial dapat
lebih banyak pada laki-laki dan 1,61 kali lebih banyak berupa sefalgia, ptosis, diplopia, deviasi lidah. KNF
pada wanita). Penelitian di Denmark menyebutkan juga dapat menyebabkan metastase di tulang, paru
bahwa individu yang berpendidikan rendah kurang maupun hati. Pemeriksaan fisik dengan rinoskopi
memperhatikan gejala yang berkaitan dengan kanker anterior maupun dengan nasoendoskopi menunjukkan
dibandingkan dengan individu dengan berpendidikan adanya massa nasofaring berdungkul dan mudah
tinggi. Selain itu, individu yang berpendidikan tinggi berdarah. Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan
cenderung melaksanakan pola hidup sehat, sehingga dengan melakukan biopsi massa nasofaring yang
dapat mengurangi faktor resiko KNF dibandingkan dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologi
individu yang berpendidikan rendah. 6,7,9 anatomi. Pemeriksaan radiologi baik CT Scan
nasofaring dengan dan tanpa kontras, thorax PA
Berdasarkan pekerjaan, maka penderita KNF maupun USG abdomen atas maupun bawah berguna
terbanyak di RSPAL Dr Ramelan dan RSUD Dr. untuk menentukan stadium KNF. 1,3
Soetomo Surabaya adalah wiraswasta atau karyawan
swasta. Sedangkan penelitian di India menunjukkan Data penderita KNF di RSPAL Dr. Ramelan Surabaya
sebagian besar penderita KNF bekerja sebagai buruh. berdasarkan jenis histopatologi anatomi terbanyak
Pekerjaan wiraswasta seperti tukang las dan pedagang adalah WHO tipe III. Hasil tersebut serupa dengan
kaki lima mempunyai waktu aktifitas luar rumah lebih penelitian di RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan RSUP
lama, paparan ultra violet, asap kendaraan bermotor Dr. M. Djamil Padang yang menunjukkan jenis
dan polusi udara dalam jangka waktu lama akan histopatologi anatomi terbanyak KNF termasuk WHO
meningkatkan risiko KNF. 4,7,8 tipe III. KNF jenis karsinoma tidak berdifferensiasi
Sebagian besar penderita KNF di RSPAL Dr. (WHO tipe III) mempunyai prevalensi KNF terbanyak
Ramelan Surabaya memiliki keluhan utama benjolan di Asia Tenggara dan diduga berhubungan dengan
di leher sebesar, diikuti hidung buntu dan nyeri kepala. infeksi VEB yang berkaitan dengan merokok dan
Hasil tersebut serupa dengan penelitian di RSUP Dr. pecandu alcohol. 2,4,10
M. Djamil Padang yang menunjukkan gejala
terbanyak berupa benjolan di leher (90,91%), diikuti Data penderita KNF berdasarkan klasifikasi stadium
obstruksi hidung dan gangguan pendengaran masing- terbanyak adalah stadium III, diikuti stadium IV.
masing sebesar 79,55%. Penelitian di RSUD Dr. Hasil tersebut serupa dengan penelitian di RSUD Dr.
Soetomo Surabaya juga menunjukkan gejala tersering Soetomo Surabaya dan penelitian di Inggris yang

109
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala 22 (3): 106-110, September 2022

mendapatkan bahwa penderita KNF terbanyak dari rampai karsinoma nasofaring diagnosis dan
stadium IV dan stadium III, namun tidak ditemukan terapi terkini. Airlangga University Press. 2021:
dari stadium I. 4,7 Penderita KNF sering datang dalam (1); p.1-4
stadium lanjut, terkait keterlambatan dalam 2. Adham M, et al., Nasopharyngeal carcinoma in
mengakses pengobatan, pengetahuan tentang KNF indonesia: Epidemiology, incidence, signs, and
yang rendah, jauhnya jarak RS yang dituju dan tingkat symptoms at presentation. Chin. J. Cancer. 2012:
sosio ekonomi. Penelitian di India menunjukkan 31; p. 185–96
66,0% penderita KNF mempunyai status ekonomi 3. Faiza S, Rahman S and Asri A, Karakteristik
rendah dan 88,4% berasal dari pedesaan. Penelitian di Klinis dan Patologis Karsinoma Nasofaring di
Taiwan menunjukkan faktor sosio ekonomi Bagian THT-KL RSUP Dr. M. Djamil Padang. J.
mempunyai hubungan signifikan dengan Kesehat. Andalas. 2016: 5; p.90-6
keterlambatan terapi KNF sedangkan tempat tinggal 4. Shoffi MN., Hubungan ekspresi epstein barr
atau asal penderita tidak menunjukkan hubungan virus encoded small rna dengan jenis
signifikan dengan keterlambatan terapi. Penelitian histopatologi karsinoma nasofaring. Dalam:
KNF di Indonesia menunjukkan bahwa penderita Karya akhir untuk memperoleh ijazah keahlian
datang dalam kondisi lanjut akibat kurangnya ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok bedah
pengetahuan petugas kesehatan di tingkat pelayanan kepala dan leher, Departemen/SMF Ilmu
primer dan keterlambatan dalam merujuk ke senter Kesehatan THT-KL FK UNAIR/ RSUD Dr.
yang lebih tinggi. 4,7,11 Soetomo Surabaya. 2016
5. Mulyarjo, Diagnosis dan penatalaksanaan
Tata laksana utama KNF berupa radioterapi terutama karsinoma nasofaring. Dalam: (Mulyarjo,
jenis karsinoma tidak berdifferensiasi (WHO tipe III) Soedjak S. Wisnubroto, Harmadji S. Hasanusi R.
yang sensitif terhadap radioterapi. Terapi tambahan Artono ed). Naskah lengkap Pendidikan
berupa kemoterapi dapat diberikan pada KNF stadium Kedokteran Berkelanjutan III Ilmu Kesehatan
lanjut yang telah mengalami metastase maupun THT-KL, Surabaya: Laboratorium/SMF Ilmu
penjadwalan radioterapi yang membutuhkan waktu Penyakit THT-KL FK UNAIR/ RSUD Dr.
lama. Penelitian tentang angka harapan hidup dua Soetomo Surabaya, 2002: hal 38-48
tahun menunjukkan bahwa penderita KNF dengan 6. Handayani R. Afriani DY. & Madani DZ.,
kemoradiasi secara keseluruhan sebesar 60%. Prevalence of Nasopharyngeal Carcinoma
Penderita KNF bulan ke 24 pada stadium II memiliki Patients in Departement of Orl-Hns Hasan
angka harapan hidup diatas 80%, stadium III sebesar Sadikin General Hospital 2010 -2017. Int. J.
60% serta stadium IV hanya sebesar 40%. Tidak Nasopharyngeal Carcinoma. 2020: 2; p.1–3.
terdapat perbedaan bermakna pada angka harapan 7. Romdhoni AC. et al., Clinical presentation of
hidup dua tahun penderita KNF antara stadium II, III nasopharyngeal Carcinoma in East Java,
dan IV yang dilakukan kemoradiasi. 3,4 Indonesia. Pakistan J. Med. Heal. Sci. 2020: 14;
p. 942–6.
8. Xie SH. Yu IT. sunTse LA. Au JSK. & Lau
Kesimpulan JSM., Occupational risk factors for
Di RSPAL Dr. Ramelan Surabaya, penderita KNF nasopharyngeal carcinoma in Hong Kong
terbanyak berusia 41-50 tahun. Perbandingan antara Chinese: a case-referent study. Int. Arch. Occup.
laki-laki dan perempuan adalah 1,75 : 1, dengan Environ. Health. 2017: 90; p.443–9.
sebaran usia mulai 32 tahun sampai 72 tahun. 9. Brennan B., Nasopharyngeal carcinoma.
Benjolan di leher merupakan keluhan utama Orphanet J. Rare Dis. 2006:1; p.1–5.
terbanyak, dan penderita datang pada stadium lanjut 10. Naomi, S. M., Dewi, Y. A. & Agustina, H.
(stadium III dan IV) dengan jenis histopatologi Association between Histopathological Grading
anatomi tersering adalah jenis karsinoma tidak and Clinical Staging in Nasopharyngeal
berdifferensiasi (WHO tipe III). Carcinoma. J. Med. Heal., 2018: 2; p. 730-7
11. Tang, S. Q. et al. The evolution of the
nasopharyngeal carcinoma staging system over a
Daftar Pustaka 10-year period: implications for future revisions.
Chin. Med. J. (Engl). 2020: 133; p.2044–53
1. Rennatha A and Romdhoni AC, Etiopatogenesis
karsinoma nasofaring. In: Romdhoni AC, Bunga

110

Anda mungkin juga menyukai