Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

RAGAM BAHASA DAN PENGGUNAAN BAHASA


YANG BAIK DAN BENAR

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa


Indonesia Semester I
Dosen : Hanana Muliana, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :

1. Budi Gauthama B1E123015


2. Irham Rafadly Rachman B1E123018
3. Manda Dian Permatasari B1E123006

D3-OPTOMETRI
Universitas Megarezky Makassar
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat dan bimbingan-Nya makalah ini dapat diselesaikan sesuai
dengan rencana. Makalah yang berjudul “Pengunaan Bahasa Indonesia yang baik
dan benar ” Ini sebagai pemenuhan tugas dari Dosen Pembina Bahasa Indonesia.

Selama penyusunan makalah ini banyak kendala yang dihadapi, namun


berkat bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak semua kendala tersebut dapat
teratasi. Pada kesempatan ini dengan ketulusan hati penulis, penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada yang
terhormat

Penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis


penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran


bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai, Amin.

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................... 2

Daftar Isi .......................................................................................... 3

BAB I .......................................................................................... 4

Latar Belakang ......................................................................................... 4


Rumusan Masalah...................................................................................... 5
Tujuan .......................................................................................... 6

BAB II .......................................................................................... 7
Pengertian .......................................................................................... 7
Tata Cara .......................................................................................... 8
Manfaat .......................................................................................... 12
Ragam Bahasa .......................................................................................... 14

BAB III .......................................................................................... 19


Kesimpulan .......................................................................................... 19
Saran .......................................................................................... 19

Daftar Pustaka .......................................................................................... 20

3
4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah bahasa Indonesia yang baik telah dikenal oleh masyarakat secara luas
dalam kehidupan sehari-hari. Namun pengenalan istilah tidak menjamin secara
komperhensif konsep dan makna istilah bahasa Indonesia yang baik itu. Hal ini terbukti
bahwa masih banyak orang atau masyarakat berpendapat bahwa bahasa Indonesia yang
baik sama dengan bahasa Indonesia yang baku atau bahasa Indonesia yang benar. Slogan
“pergunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan benar”, tampaknya mudah diucapkan,
namun maknanya tidak jelas. Slogan tersebut diartikan oleh sebagian besar masyarakat
bahwa di segala tempat kita harus menggunakan bahasa Indonesia yang baku. Selain itu,
masalah lain yang perlu kita soroti adalah sebagian besar orang terkadang sulit untuk
melakukan komunikasi yang interaktif satu sama lain, bukan berarti karena mereka tidak
bisa berbahasa indonesia yang baku dengan lancar. Bahasa Indonesia yang baku dan
bahasa indonesia yang benar belum tentu dapat menjamin tersampaikannya maksud dan
tujuan kepada lawan bicara. Sehingga dibutuhkan susunan bahasa indonesia yang
fleksibel yang artinya dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan situasi dan
kondisi.

Dengan gambaran kondisi yang demikian itu, dimana pengetahuan masyarakat


masih kurang tepat dan terbatas berkaitan dengan penggunaan bahasa Indonesia yang
baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam makalah ini penulis akan
membahas tentang pengertian bahasa Indonesia yang baik, cara berbahasa Indonesia
yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari, serta manfaat penggunaan bahasa
Indonesia.

Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Melalui bahasa,
manusia dapat saling berhubungan atau berkomunikasi, saling berbagi pengalaman,
saling belajar dari yang lain, dan meningkatkan kemampuan intelektual. Sebuah bahasa,
penting atau tidak penting, dapat dilihat dari tiga kriteria, yaitu jumlah penutur, luas
daerah penyebarannya, dan terpakainya bahasa itu dalam sarana ilmu, susastra, dan
budaya.

5
Bahasa Indonesia merupakan salah satu bahasa yang memiliki banyak ragam.
Sebagai contoh, kita mengenal adanya ragam lisan dan tulisan, baku dan tidak baku, atau
ragam ilmiah dan populer. Adanya ragam bahasa tersebut membuat bahasa Indonesia
wajib dipelajari oleh semua lapisan masyarakat. Tidak hanya pelajar dan mahasiswa saja,
tetapi juga semua warga Indonesia wajib mempelajari bahasa Indonesia. Oleh karena itu,
penutur harus mampu memilih ragam bahasa yang sesuai dengan keperluannya, apa pun
latar belakangnya.

Pengetahuan tentang ragam bahasa Indonesia merupakan hal yang penting.


Dengan memahami banyak ragam bahasa, kita dapat menggunakan bahasa Indonesia
secara menyeluruh yang akhirnya bisa diterapkan dengan baik dan benar. Selain itu,
identitas kita sebagai bangsa Indonesia tidak akan hilang.

B. Rumusan Masalah

Bahasa Indonesia yang baik merupakan kemampuan berbahasa yang sangat


dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa Indonesia yang baik bukan berarti
bahasa Indonesia yang baku, namun merupakan suatu susunan bahasa yang dikemas
secara fleksibel untuk mempermudah berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk itu kita perlu mengetahui dan menguasai bahasa Indonesia yang baik, dengan
mempelajari penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-
hari, serta manfaat bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari.

1. Apa yang dimaksud dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar ?

2. Bagaimana cara menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam
kehidupan sehari-hari ?

3. Apa saja manfaat menggunakan bahasa Indonesia ?

4. Apa yang dimaksud dengan ragam Bahasa ?

5. Apa saja contoh ragam Bahasa ?

6
C. Tujuan

Dalam makalah ini terdapat beberapa tujuan yang terdiri yaitu :

1. Mengetahui Apa yang dimaksud dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar

2. Mengetahui cara menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam
kehidupan sehari-hari

3. Mengetahui manfaat menggunakan bahasa Indonesia

4. Mengetahui apa yang di maksud dengan ragam Bahasa

7
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian bahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar

Berbahasa Indonesia yang baik adalah berbahasa Indonesia yang sesuai dengan
tempat tempat terjadinya kontak berbahasa, sesuai dengan siapa lawan bicara, dan sesuai
dengan topic pembicaraan. Bahasa Indonesia yang baik tidak selalu perlu beragam baku.
Yang perlu diperhatikan dalam berbahasa Indonesia yang baik adalah pemanfaatan ragam
yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa. Orang yang
mahir menggunakan bahasanya sehingga maksud hatinya mencapai sasarannya, apa pun
jenisnya itu, dianggap berbahasa dengan efektif. Pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi
menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa itulah yang disebut bahasa yang
baik atau tepat. Bahasa yang harus mengenai sasarannya tidak selalu perlu bergam baik
(Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1988,
halaman 19). Jadi jika kita berbahasa benar belum tentu baik untuk mencapai sasarannya,
begitu juga sebaliknya, jika kita berbahasa baik belum tentu harus benar, kata benar dalam
hal ini mengacu kepada bahasa baku. Contohnya jika kita melarang seorang anak kecil
naik ke atas meja, “Hayo adek, nggak boleh naik meja, nanti jatuh!” Akan terdengar lucu
jika kita menggunakan bahasa baku, “Adik tidak boleh naik ke atas meja, karena nanti
engkau bisa jatuh!”. Pemakaian bahasa Indonesia yang baik perlu memperhatikan
pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya .(Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988, halaman 20).

Kalo kita cermati kutipan-kutipan di atas tentang apa itu bahasa Indonesia yang
baik, erat sekali hubungannya dengan ragam bahasa. Berarti untuk lebih memahaminya
kita juga perlu tahu apa saja ragam bahasa yang ada di dalam bahasa Indonesia.
Sepertinya perlu pembahasan tersendiri mengenai hal itu. Jadi yang penting dalam
masalah “yang baik dan benar” kali ini adalah kita tetap berbahasa sesuai keadaan, situasi,
dengan siapa kita berbicara, dan untuk tujuan apa kita berbahasa.

8
Penggunaan bahasa dengan baik menekankan aspek komunikatif bahasa. Hal itu
berarti bahwa kita harus memperhatikan sasaran bahasa kita. Kita harus memperhatikan
kepada siapa kita akan menyampaikan bahasa kita. Oleh sebab itu, unsur umur,
pendidikan, agama, status sosial, lingkungan sosial, dan sudut pandang khalayak sasaran
kita tidak boleh kita abaikan. Cara kita berbahasa kepada anak kecil dengan cara kita
berbahasa kepada orang dewasa tentu berbeda. Penggunaan bahasa untuk lingkungan yang
berpendidikan tinggi dan berpendidikan rendah tentu tidak dapat disamakan. Kita tidak
dapat menyampaikan pengertian mengenai jembatan, misalnya, dengan bahasa yang sama
kepada seorang anak SD dan kepada orang dewasa. Selain umur yang berbeda, daya serap
seorang anak dengan orang dewasa tentu saja berbeda. Lebih lanjut lagi, karena berkaitan
dengan aspek komunikasi, maka unsur-unsur komunikasi menjadi penting, yakni pengirim
pesan, isi pesan, media penyampaian pesan, dan penerima pesan. Mengirim pesan adalah
orang yang akan menyampaikan suatu gagasan kepada penerima pesan, yaitu pendengar
atau pembacanya, bergantung pada media yang digunakannya. Jika pengirim pesan
menggunakan telepon, media yang digunakan adalah media lisan. Jika ia menggunakan
surat, media yang digunakan adalah media tulis. Isi pesan adalah gagasan yang ingin
disampaikan kepada penerima pesan.

Marilah kita gunakan contoh sebuah majalah atau buku. Pengirim pesan dapat
berupa penulis artikel atau penulis cerita, baik komik, dongeng, atau narasi. Isi pesan
adalah permasalahan atau cerita yang ingin disampaikan atau dijelaskan. Media pesan
merupakan majalah, komik, atau buku cerita. Semua bentuk tertulis itu disampaikan
kepada pembaca yang dituju. Cara artikel atau cerita itu disampaikan tentu disesuaikan
dengan pembaca yang dituju. Berarti, dalam pembuatan tulisan itu akan diperhatikan jenis
permasalahan, jenis cerita, dan kepada siapa tulisan atau cerita itu ditujukan.

B. Menggunakan Bahasa Indonesia Dalam Kehidupan Sehari-hari

Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar harus dalam kehidupan
sehari-hari harus sesuai dengan norma kemasyarakatan yang berlaku. Misalnya dalam
situasi nonformal seperti di warung, di pasar, di rumah dan lain- lain hendaknya
menggunakan bahasa Indonesia yang tidak terlalu terikat. Contohnya, “ Berapa nih, Bu,
ikannya ? “.

Sedangkan pada situasi formal seperti kuliah, seminar, rapat dan lain- lain,
menggunakan bahasa Indonesia yang resmi dan formal serta memperhatikan kaidah

9
bahasa Indonesia yang berlaku, seperti kaidah ejaan, kaidah pembentukan kata, kaidah
penyusunan kalimat dan kaidah penataan penalaran. Jika kaidah – kaidah bahasa kurang
ditaati, maka pemakaian bahasa Indonesia tersebut tidak benar atau tidak baku. Jadi,
berbahasa Indonesia yang baik dan benar adalah pemakaian ragam bahasa yang serasi
dengan sasarannya dan juga mengikuti kaidah bahasa yang benar. Agar penggunaan
bahasa Indonesia dapat digunakan dalam berkomunikasi di lingkungan masyarakat, ada
beberapa langkah yang perlu dilakukan antara lain sebagai berikut :

1. Isi atau makna, yaitu berhubungan dengan pikiran, gagasan atau perasaan yang
disampaikan

2. Keadaan pemakaian bahasa, yaitu yang berhubungan dengan suasana tempat,


atau waktu bahasa

3. Khalayak/sasaran, yaitu yang berkenaan dengan usia, kelamin, pendidikan,


pekerjaan dan kedudukan

4. Sarana saluran yang digunakan, umpamanya melalui telepon, radio, televisi

5. Cara berhubungan langsung atau tidak langsung, misalnya melalui forum rapat,
televisi, radio, dan surat

Untuk itu ada baiknya kita tetap harus selalu berbahasa Indonesia yang baik dan benar
yang berarti pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan di samping itu
mengikuti kaidah bahasa yang benar. Ungkapan bahasa Indonesia yang baik dan benar
sebaliknya mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan
kebenaran.

Selain itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat kita menggunakan
bahasa Indonesia yaitu :

1. Tata bunyi (fonologi), fonologi pada umumnya dibagi atas dua bagian yang
meliputi :

a) Fonetik, adalah ilmu yang menyelidiki dan menganalisa bunyi-bunyi ujaran yang
dipakai dalam tutur, serta mempelajari bagaimana menghasilkan bunyi-bunyi tersebut
dengan alat ucap manusia.
b) Fonemik, adalah ilmu yang mempelajari bunyi atau ujaran yang dalam fungsinya
sebagai pembeda arti.

10
Kalau dalam fonetik kita mempelajari segala macam bunyi yang dapat dihasilkan oleh alat
ucap serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan, maka dalam fonemik kita
mempelajari dan menyelidiki kemungkinan-kemungkinan, bunyi-bunyi yang dapat
mempunyi fungsi untuk membedakan arti.

2. Tata bahasa (kalimat),

Masalah definisi atau batasan kalimat tidak perlu dipersoalkan karena sudah terlalu
banyak definisi kalimat yang telah dibicarakan oleh ahli bahasa. Yang lebih penting untuk
diperhatikan ialah apakah kalimat-kalimat yang klita hasilkan dapat memenuhi syarat
sebagai kalimat yang benar (gramatikal). Selain itu, apakah kita dapat mengenali kalimat-
kalimat gramatikal yang dihasilkan orang lain. Dengan kata lain, kita dituntut untuk
memiliki wawasan bahasa Indonesia dengan baik agar kita dapat menghasilkan kalimat-
kalimat yang gramatikal dalam komunikasi baik lisan maupun tulis, dan kita dapat
mengenali kalimat-kalimat yang dihasilkan orang lain apakah gramatikal atau tidak. Suatu
pernyataan merupakan kalimat jika di dalam pernyataan itu terdapat predikat dan subjek.
Jika dituliskan, kalimat diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda
seru, atau tanda tanya. Pernyataan tersebut adalah pengertian kalimat dilihat dari segi
kalengkapan gramatikal kalimat ataupun makna untuk kalimat yang dapat mandiri,
kalimat yang tidak terikat pada unsure lain dalam pemakaian bahasa. Dalam kenyataan
pemakaian bahasa sehari-hari terutama ragam lisan terdapat tuturan yang hanya terdiri
dari atas unsur subjek saja, predikat saja, objek saja, atau keterangan saja.

3. Kosakata,

Dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, kita dituntut untuk
memilih dan menggunakan kosa kata bahasa yang benar. Kita harus bisa membedakan
antara ragam bahasa baku dan ragam bahasa tidak baku, baik tulis maupun lisan. Ragam
bahasa dipengaruhi oleh sikap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan) atau sikap
penulis terhadap pembaca (jika dituliskan). Sikap itu antara lain resmi, akrab, dingin, dan
santai. Perbedaan-perbedaan itu tampak dalam pilihan kata dan penerapan kaidah tata
bahasa. Sering pula raga mini disebut gaya. Pada dasarnya setiap penutur bahasa
mempunyai kemampuan memakai bermacam ragam bahasa itu. Namun, keterampilan
menggunakan bermacam ragam bahasa itu bukan merupakan warisan melainkan diperoleh
melalui proses belajar, baik melalui pelatihan maupun pengalaman. Keterbatasan
11
penguasaan ragam/gaya menimbulkan kesan bahwa penutur itu kurang luas pergaulannya.
Jika terdapat jarak antara penutur dengan kawan bicara (jika lisan) atau penulis dengan
pembaca (jika ditulis), akan digunakan ragam bahasa resmi atau apa yang dikenal bahasa
baku. Makin formal jarak penutur dan kawan bicara, akan makin resmi dan berarti makin
tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat
keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.

4. Ejaan,

Dalam bahasa tulis kita menemukan adanya bermacam-macam tanda yang


digunakan untuk membedakan arti sekaligus sebagai pelukisan atas bahasa lisan. Segala
macam tanda tersebut untuk menggambarkan perhentian antara , perhentian akhir,
tekanan, tanda Tanya dan lain-lain. Tanda-tanda tersebut dinamakan tanda baca. Ejaan
suatu bahasa tidak saja berkisar pada persoalan bagaimana melambangkan bunyi-bunyi
ujaran serta bagaimana menempatkan tanda-tanda baca dan sebagainya, tetapi juga
meliputi hal-hal seperti: bagaimana memotong-motong suku kata, bagaimana
menggabungkan kata-kata, baik dengan imbuhan-imbuhan maupun antara kata dengan
kata. Pemotongan itu harus berguna terutama bagaimana kita harus memisahkan huruf-
huruf itu pada akhir suatu baris, bila baris itu tidak memungkinkan kita menuliskan
seluruh kata di sana. Kecuali itu, penggunaan huruf kapital juga merupakan unsur penting
yang harus diperhatikan dalam penulisan dengan ejaan yang tepat. Dari uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa keseluruhan peraturan bagaimana menggambarkan lambing-lambang
bunyi-ujaran dan bagaimana inter-relasi antara lambang-lambang itu (pemisahannya,
penggabungannya) dalam suatu bahasa disebut ejaan.

5. Makna

Pemakaian bahasa yang benar bertalian dengan ketepatan menggunakan kata yang
sesuai dengan tuntutan makna. Misalnya, dalam bahasa ilmu tidak tepat digunakan kata-
kata yang bermakna konotatif (kata kiasan tidak tepat digunakan dalam ragam bahasa
ilmu). Jadi, pemakaian bahasa yang benar adalah pemakaian bahasa yang sesuai dengan
kaidah-kaidah bahasa. Kriteria pemakaian bahasa yang baik adalah ketepatan memilih
ragam bahsa yang sesuai dengan kebutuhan komunikasi. Pemilihan ini bertalian dengan
topik apa yang dibicarakan, tujuan pembicaraan, orang yang diajak berbicara (kalau
lisan) atau orang yang akan membaca (kalau tulis), dan tempat pembicaraan. Selain itu,

12
bahasa yang baik itu bernalar, dalam arti bahwa bahasa yang kita gunakan logis dan
sesuai dengan tata nilai masyarakat kita.

C. Manfaat Menggunakan Bahasa Indonesia

1. Mempermudah dalam komunikasi,

Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi
tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain.
Dengan komunikasi pula kita mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai oleh
nenek moyang kita, serta apa yang dicapai oleh orang-orang yang sezaman dengan kita.
Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan
perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia
mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan
masa depan kita (Gorys Keraf, 1997 : 4). Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai
alat komunikasi, kita sudah memiliki tujuan tertentu, kita ingin dipahami oleh orang lain,
kita ingin menyampaikan gagasan yang dapat diterima oleh orang lain, kita ingin
membuat orang lain yakin terhadap pandangan kita, kita ingin mempengaruhi orang lain.
Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli hasil pemikiran kita. Jadi, dalam hal ini
pembaca atau pendengar atau khalayak sasaran menjadi perhatian utama kita. Kita
menggunakan bahasa dengan memperhatikan kepentingan dan kebutuhan khalayak
sasaran kita. Pada saat menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, antara lain kita juga
mempertimbangkan apakah bahasa yang kita gunakan mudah dipahami orang lain atau
tidak. Oleh karena itu, seringkali kita mendengar istilah “bahasa yang komunikatif”.
Misalnya, kata makro hanya dipahami oleh orang-orang dan tingkat pendidikan tertentu,
namun kata besar atau luas lebih mudah dimengerti oleh masyarakat umum. Kata griya,
misalnya, lebih sulit dipahami dibandingkan kata rumah atau wisma. Dengan kata lain,
kata besar, luas, rumah, wisma, dianggap lebih komunikatif karena bersifat lebih umum.
Sebaliknya, kata-kata griya atau makro akan memberi nuansa lain pada bahasa kita,
misalnya, nuansa keilmuan, nuansa intelektualitas, nuansa tradisional.

2. Mempermudah kita untuk berintegrasi dan beradaptasi secara social,

13
Bahasa disamping sebagai salah satu unsur kebudayaan, memungkinkan pula
manusia memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka, mempelajari dan mengambil
bagian dalam pengalaman-pengalaman itu, serta belajar berkenalan dengan orang-orang
lain. Anggota-anggota masyarakat hanya dapat dipersatukan secara efisien melalui
bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi, lebih jauh memungkinkan tiap orang untuk
merasa dirinya terikat dengan kelompok sosial yang dimasukinya, serta dapat melakukan
semua kegiatan kemasyarakatan dengan menghindari sejauh mungkin bentrokan-
bentrokan untuk memperoleh efisiensi yang setinggi-tingginya. Ia memungkinkan
integrasi (pembauran) yang sempurna bagi tiap individu dengan masyarakatnya (Gorys
Keraf, 1997 : 5). Cara berbahasa tertentu selain berfungsi sebagai alat komunikasi,
berfungsi pula sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial. Pada saat kita beradaptasi
kepada lingkungan sosial tertentu, kita akan memilih bahasa yang akan kita gunakan
bergantung pada situasi dan kondisi yang kita hadapi. Kita akan menggunakan bahasa
yang berbeda pada orang yang berbeda. Kita akan menggunakan bahasa yang nonstandar
di lingkungan teman-teman dan menggunakan bahasa standar pada orang tua atau orang-
orang yang kita hormati.

D. Ragam Bahasa

Ragam bahasa menurut pendidikan terbagi atas ragam baku dan tidak baku.
Beberapa penyusun buku seperti E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai (1999:18— 19)
mengatakan bahwa pada dasarnya, ragam tulis dan ragam lisan terdiri pula atas ragam
baku dan ragam tidak baku.

Ragam baku menggunakan kaidah bahasa yang lebih lengkap dibandingkan


dengan ragam bahasa tidak baku. Ragam ini terdapat dalam karya-karya ilmiah, laporan-
laporan, seminar-seminar, pidato resmi, wawancara resmi, atau pidato kenegaraan.
Sementara itu, ragam tidak baku terdapat pada penggunaan bahasa sehari-hari, seperti di
pasar, dalam pembicaraan tidak resmi, artikel populer, media televisi terutama dalam
acara hiburan, seperti wawancara tidak resmi (wawancara dengan artis atau tokoh
masyarakat), sinetron, dan sebagainya.

Adapun Ciri-Ciri Ragam Baku, seperti berikut ini :

1. Mantap

14
Mantap artinya sesuai dengan kaidah bahasa. Sebagai contoh, kalau kata rasa
dibubuhi awalan pe- akan terbentuk kata perasa. Kata raba dibubuhi pe- akan
terbentuk kata peraba. Oleh karena itu, menurut kemantapan bahasa, kata rajin
dibubuhi pe- akan menjadi perajin, bukan pengrajin. Kalau kita berpegang pada sifat
mantap kata pengrajin tidak dapat kita terima.

2. Dinamis

Dinamis artinya tidak statis, tidak kaku. Bahasa baku tidak menghendaki
adanya bentuk mati. Sebagai contoh, kata langganan mempunyai makna ganda, yaitu
orang yang berlangganan dan toko tempat berlangganan. Dalam hal ini, tokonya
disebut langganan dan orang yang berlangganan itu disebut pelanggan.

3. Cendekia

Ragam baku bersifat cendekia karena ragam baku dipakai pada tempat-
tempat resmi. Pewujud ragam baku ini adalah orang-orang yang terpelajar. Hal ini
dimungkinkan oleh pembinaan dan pengembangan bahasa yang lebih banyak melalui
jalur pendidikan formal (sekolah). Isi bahasa baku mengungkapkan pemikiran yang
teratur, logis, dan masuk akal.

Di samping itu, ragam baku dapat dengan tepat memberikan gambaran apa
yang ada dalam otak pembicara atau penulis. Selanjutnya, ragam baku dapat
memberikan gambaran yang jelas dalam otak pendengar atau pembaca.

4. Seragam

Ragam baku bersifat seragam. Pada hakikatnya, proses pembakuan bahasa


ialah proses penyeragaman bahasa. Dengan kata lain, pembakuan bahasa adalah
pencarian titik-titik keseragaman. Pelayan kapal terbang dianjurkan untuk memakai
istilah pramugara dan pramugari. Andaikata ada orang yang

15
mengusulkan bahwa pelayan kapal terbang disebut steward atau stewardes
dan penyerapan itu seragam, kata itu menjadi ragam baku.

Akan tetapi, kata steward dan stewardes sampai dengan saat ini tidak
disepekati untuk dipakai. Yang timbul dalam masyarakat
ialahpramugara atau pramugari.

Dalam berbahasa Indonesia yang baik, ragam Bahasa juga terbagi


dari dua yaitu, Ragam Baku Tulis dan Ragam Baku Lisan

Dalam berbahasa Indonesia, kita sudah mengenal ragam lisan dan


ragam tulis, ragam baku dan ragam tidak baku. Oleh sebab itu, muncul
ragam baku tulis dan ragam baku lisan. Ragam baku tulis adalah ragam
yang dipakai dengan resmi dalam buku-buku pelajaran atau buku-buku
ilmiah lainnya. Pemerintah sekarang mendahulukan ragam baku tulis
secara nasional. Usaha itu dilakukan dengan menerbitkan masalah ejaan
bahasa Indonesia, yang tercantum dalam buku Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI).

Dalam masalah ragam baku lisan, ukuran dan nilai ragam baku
lisan ini bergantung pada besar atau kecilnya ragam daerah yang terdengar
dalam ucapan. Seseorang dikatakan berbahasa lisan yang baku kalau dalam
pembicaraannya tidak terlalu menonjol pengaruh logat atau dialek
daerahnya.

Istilah lain yang digunakan selain ragam bahasa baku adalah ragam
bahasa standar, semistandar, dan nonstandar. Bahasa ragam standar
memiliki sifat kemantapan berupa kaidah dan aturan tetap. Akan tetapi,
kemantapan itu tidak bersifat kaku. Ragam standar tetap luwes sehingga
memungkinkan perubahan di bidang kosakata, peristilahan, serta
mengizinkan perkembangan berbagai jenis laras yang diperlukan dalam
kehidupan modem (Alwi, 1998: 14).

Pembedaan antara ragam standar, nonstandar, dan semistandar


dilakukan berdasarkan:

1. Topik yang sedang dibahas,


2. Hubungan antarpembicara,
3. Medium yang digunakan,
4. Lingkungan, atau
5. Situasi saat pembicaraan terjadi

Ciri yang membedakan antara ragam standar, semi standar, dan


nonstandar adalah sebagai berikut:

1. Penggunaan kata sapaan dan kata ganti,


2. Penggunaan kata tertentu,
3. Penggunaan imbuhan,
4. Penggunaan kata sambung (konjungsi), dan
5. Penggunaan fungsi yang lengkap.

Penggunaan kata sapaan dan kata ganti merupakan ciri pembeda


ragam standar dan ragam nonstandar yang sangat menonjol. Kepada orang
yang kita hormati, kita

akan cenderung menyapa dengan menggunakan kata Bapak, Ibu,


Saudara, Anda. Jika kita menyebut diri kita, dalam ragam standar kita
akan menggunakan kata saya atau aku. Dalam ragam nonstandar, kita akan
menggunakan kata gue.

Penggunaan kata tertentu merupakan ciri lain yang sangat


menandai perbedaan ragam standar dan ragam nonstandar. Dalam ragam
standar, digunakan kata-kata yang merupakan bentuk baku atau istilah dan
bidang ilmu tertentu. Penggunaan imbuhan adalah ciri lain. Dalam ragam
standar kita harus menggunakan imbuhan secara jelas dan teliti.

17
Kelengkapan fungsi merupakan ciri terakhir yang membedakan
ragam standar dan nonstandar. Artinya, ada bagian dalam kalimat yang
dihilangkan karena situasi sudah dianggap cukup mendukung pengertian.
Dalam kalimat-kalimat yang nonstandar itu, predikat kalimat dihilangkan.
Seringkali pelesapan fungsi terjadi jika kita menjawab pertanyaan orang.
Misalnya, Hai, Ida, mau ke mana?” “Pulang.” Sering kali juga kita
menjawab “Tau.” untuk menyatakan ‘tidak tahu’. Sebenarnya,
pëmbedaan lain, yang juga muncul, tetapi tidak disebutkan di atas adalah
Intonasi. Misalnya, pembeda intonasi ini hanya ditemukan dalam ragam
lisan dan tidak terwujud dalam ragam tulis.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian diatas kita dapat mengambil kesimpulan, yaitu :

1. Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang


pemakaiannya sesuai dengan situasi dan kondisi dengan
memperhatikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan
sasarannya.

2. Cara menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari


adalah dengan menggunakan bahasa yang baku sesuai dengan kaidah
ejaan atau ejaan yang disempurnakan.

3. Manfaat yang kita peroleh dari penggunaan bahasa Indonesia yang


baik dan benar adalah mempermudah dalam berkomunikasi dan dapat
mempermudah dalam beradaptasi di lingkungan bermasyarakat.

4. Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang


berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan
pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut
medium pembicara. Dalam konteks ini ragam bahasa meliputi bahasa
lisan dan bahasa baku tulis. Ragam bahasa terjadi karena beberapa
faktor diantaranya, budaya, pendidikan dan sejarah.

5. Pada ragam bahasa baku tulis diharapkan para penulis mampu


menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Sementara itu,
untuk ragam bahasa lisan diharapkan para warga negara Indonesia
mampu mengucapkan dan memakai bahasa Indonesia dengan baik
serta bertutur kata sopan sebagaimana pedoman yang ada.

19
B. Saran-Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, kita harus menggunakan bahasa


Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
menggunakan bahasa yang baku sesuai dengan kaidah ejaan atau ejaan yang
disempurnakan.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Alwi, Hasan. Dkk. 2003, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi-2. Jakarta:
Balai Pustaka
2. Arifin, Zaenal, 2006. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akapress
3. Badudu, J.S. 1983. Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar. Jakarta: Gramedia
4. Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Edisi
Revisi. Jakarta: Rineka Cipta
5. Effendi, S. 1995. Panduan Berbahasa Indonesia Dengan Baik dan Benar.
Jakarta: Pustaka Jaya
6. Kartomihardjo, S. 1988. Bahasa Cermin Kehidupan Masyarakat. Jakarta: P2
LPTK
7. Moeliono, Anton. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka
8. Poerwadarminta, W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka
9. Prihartini, Niniek. Ejaan Yang Disempurnakan. Surabaya: Mitra Jaya
Compugrafi
10. Sabariyanto, Dirgo. 1999. Kebakuan dan Ketidakbakuan Kalimat dalam
Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Mitra Gama Widya
11. Sugono, Dendy. 1989. Berbahasa Indonesia Dengan Benar. Jakarta:
Priastu
12. Tarigan, Henry Guntur. 1988. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa.
Bandung: Angkasa

21

Anda mungkin juga menyukai