Anda di halaman 1dari 60

lOMoARcPSD|30678263

Seminar kel 7 merged - LAPORAN KERJA

Fakultas ilmu keperawatan (Universitas Andalas)

Studocu is not sponsored or endorsed by any college or university


Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)
lOMoARcPSD|30678263

LAPORAN SEMINAR KELOMPOK

Asuhan Keperawatan Anestesi pada Ny. S dengan Diagnosa Tumor Frontal


Dilakukan Tindakan Exsisi Teknik General Anestesi di Rumah Sakit Umum
Derah Dr M Zein Painan

Disusun Oleh :

1. Hamid Kurniawan ( 2010070170058 )


2. Dewi Maharani ( 2010070170055 )
3. Reisya Refajar ( 2010070170053 )
4. Muhammad Ikhsananda ( 2010070170093 )
5. Tiyo Yakub ( 2010070170057 )
6. Al Fikri ( 2010070170032 )
7. Gian Pratama ( 2010070170036 )
8. Thessa Fitriza ( 2010070170045 )
9. Monia Saswira ( 2010070170092 )
10. Aulia Gustira Mahdi ( 2010070170041 )

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM


SARJANA TERAPAN FAKULTAS VOKASI UNIVERSITAS
BAITURRAHMAH TAHUN AJARAN 2022/2023

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


PROGRAM SARJANA TERAPAN FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
TAHUN AJARAN 2022/2023

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan seminar kelompok yang berjudul “Asuhan Keperawatan Anestesi pada


Ny. S dengan Diagnosa Tumor Frontal Dilakukan Tindakan Exsisi Teknik General
Anestesi di Rumah Sakit Umum Derah Dr M Zein Painan”, telah di buat dan
disetujui dalam rangka Seminar Praktik Klinik Asuhan Keperawatan Anestesi
Bedah Umum mahasiswa Program Studi Keperawatan Anestesiologi Program
Sarjana Terapan Fakultas Vokasi Universitas Baiturrahmah.

Painan, 6 November 2022

Kelompok 7

Mengetahui

Pembimbing Akademik I Pembimbing Akademik II

Ns. Aric Frendi Andriyan, S. Kep, M. Kep Ns.Yance Komela Sari, S.Kep, M. Kep

Pembimbing Klinik
Pembimbing Klinik

Edi saputra,AMK.An Ns. Teti Novrianti.S.Kep

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

DAFTAR ISI
LAPORAN SEMINAR KELOMPOK.................................................................1

Halaman judul........................................................................................................1

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................... ii

KATA PENGANTAR.............................................................................................v

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang........................................................................................ 1

B. Tujuan umum...........................................................................................2

C. Tujuan khusus..........................................................................................3

BAB II..................................................................................................................... 4

TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................... 4

A. Konsep Teori Penyakit............................................................................4

1. Definisi......................................................................................................4

2. Etiologi......................................................................................................5

3. Tanda dan Gejala.................................................................................... 6

4. Pemeriksaan Penunjang......................................................................... 7

5. Penatalaksanaan Medis.......................................................................... 8

B. Pertimbangan Anestesi......................................................................... 12

1. Definisi Anestesi.....................................................................................12

2. Jenis Anestesi......................................................................................... 12

3. Teknik Anestesi...................................................................................... 12

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

4. Rumatan Anestesi..................................................................................13

5. Resiko..................................................................................................... 13

C. WOC...........................................................Error! Bookmark not defined.

D. Tinjauan Teori Askan Pembedahan Umum ..........................................

BAB IV .....................................................................................................................

PENUTUP................................................................................................................

A. Kesimpulan ...............................................................................................

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunianya kepada kita semua, serta kesempatan untuk
menyelesaikan Laporan Seminar ini. Laporan ini berjudul tentang “Tumor
Frontal” yang bertujuan untuk memenuhi seminar kelompok. Selain itu, kami juga
berharap agar laporan ini dapat menambah wawasan bagi para pembaca. Pada
kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tidak
terhingga kepada :

1. Ns.Iswenti Novera,S.Kep,M.Kep selaku kaprodi Keperawatan


Anestesiologi

2. Ns.Aric Frendi Andriyan,S.Kep,M.Kep , Ns.Yance Komela


Sari,S.Kep,M.Kep, Ns.Nopan
Saputra,S.Tr.Kes,M.Kep,Ns.Astilia,S.Kep,M.Kep ,
Ns.Fatimah,S.Kep,M.Kep, Ns.Irwadi,S.Kep,M.Kep selaku pembimbing
akademik

3.Edi Saputra,AMK.An , Ns.Teti Novrianti,S.Kep selaku pembimbing


klinik

Kami menyadari bahwa Laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang ibu/bapak berikan akan kami terima untuk
kesempurnaan laporan ini.

Painan, November 2022

Hamid Kurniwan

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tumor disebut sebagai neoplasma atau lesi, yang dimana terdapat
jaringan abnormal yang tumbuh pada sel yang tidak tidak terkontrol dan
merupakan sel yang dapat bereproduksi secara cepat dan tidak terkendali.
Tumor Serebri atau biasa dikenal dengan tumor otak merupakan suatu massa
jaringan yang pertumbuhannya tumbuh secara tidak normal, sel-sel tumor
berkembang dan tumbuh secara tidak terkendali (Siregar, 2022)

Terdapat dua jenis tumor otak yaitu tumor primer dan tumor otak
metastasis. Letak tumor otak primer bisa berasal dari area sekitar jaringan
otak ataupun area dekat otak. Tumor otak primer dikategorikan menjadi dua,
yaitu tumor glial yang terdiri dari sel glial ataupun non glial yang dimana sel
tumor tumbuh pada atau dalam struktur otak, saraf, pembuluh darah dan
kelenjar didalam otak. Tumor otak primer ini merupakan tumor yang tidak
menyebar ke organ lain dan dapat disebut sebagai tumor otak jinak.
Sedangkan tumor otak metastatis dapat dijumpai di bagian tubuh lain seperti
payudara, paru-paru dan bagian tubuh lainnya. Pada tumor metastatis setelah
tumor menetap dianggota tubuh lain maka tumor metastatis kemudian
berpindah dan menyebar ke otak, penyebaran tumor metastatis ini menyebar
melalui pembuluh darah. Tumor metastatis dapat juga disebut sebagai kanker
atau tumor otak ganas (Ghozali & Sumarti, 2021).
Di Amerika dan Eropa, insidensi tumor otak meningkat dari
17.6/100.000 sampai 22.0/100.000 populasi dimana sekitar 18.500 kasus baru
tumor otak primer didiagnosis tiap tahun di Amerika dan kasus tersebut
memiliki angka kematian yang cukup tinggi sebesar 3% untuk 5 tahun
survival rate.(2) Di Republik Korea pada tahun 2010 sebanyak 10.004 kasus
tumor otak didiagnosis dari populasi 49,9 juta penduduk dimana 601 kasus
(6%) berkembang pada anak - anak di bawah usia 19 tahun.(1) Insiden pada
laki–laki sebesar 38,6% dan pada wanita sebesar 61,4 %. Insidensi tumor otak
jinak adalah sebesar 71% dan tumor otak jinak ini berkembang dua kali lebih

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

sering pada wanita dibandingkan pada laki –laki. Insiden berdasarkan lokasi
asalnya (tumor origin) yaitu pada meninges (33%), parenkim otak (29,8%),
bagian sellar (21,8%), nervus spinalis dan cranialis (15,4%).(1) Meskipun.
Diindonesia pengidap tumor otak terus meningkat akhir-akhir ini. Kenaikan
prevalensi permasalahan tumor otak ini menampilkan terdapatnya ancaman
sungguh-sungguh untuk bangsa Indonesia (Widodo et al., 2019).
Tumor otak bisa menyebabkan menyusutnya kehidupan berkualitas
pengidapnya, juga menyebabkan beban sosial serta ekonomi untuk pengidap
serta keluarganya, warga serta negeri. Salah satu tindakan untuk mengetahui
penyakit tumor otak ini ialah dengan melaksanakan pengecekan radiologis,
pada pengecekan ini yang perlu dicoba antara lain Computed Tomografi Scan
(CT-Scan), Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan Positron Emission
Tomography–Computed Tomography (PET CT-scan). Dengan adanya kasus
tumor otak semakin tahun semakin meningkat, maka perlu adanya metode
pengobatan secara klinis. Oleh karena itu modalitas pengobatan tumor otak
adalah pembedahan, terapi radiasi, dan pengobatan sistemik, termasuk
kemoterapi, terapi target, terapi hormonal, dan imunoterapi serta kombinasi
(Ghozali & Sumarti, 2021).
pengobatan klinis tumor otak penting dilakukan yang bertujuan
untuk memberikan pemahaman secara keseluruhan mengenai tumor otak
sekaligus pengobatan yang efektif, sehingga menurunkan angka kejadian
kasus tumor otak. Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini agar
pembaca mendapat wawasan dan menambah ilmu pengetahuan tentang
berbagai pengobatan yang dilakukan secara klinis pada penderita tumor otak
(Ghozali & Sumarti, 2021).

B. Tujuan umum
Tercapainya asuhan keperawatan anestesi yang baik pada pasien
dengan Diagnosa Tumor Frontal Dilakukan Tindakan operasi Exsisi dengan
Teknik General Anestesi.

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

C. Tujuan khusus
1. Mengetahui pengkajian yang lengkap secara rinci.

2. Melakukan diagnosa yang sesuai dengan masalah yang diderita pasien..

3. Menetukan intervensi yang sesuai dengan kebutuhan pasien.

4. Melakukan implementasi yang baik dan efektif.

5. Melakukan evaluasi yang baik dan merencanakan tindak lanjut.

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori Penyakit

1. Definisi
Tumor otak merupakan suatu pertumbuhan jaringan abnormal yang
dimana sel terus bertumbuh dan berkembang secara tidak terkontrol. Tumor
otak termasuk neoplasma yang berasal dari parenkim otak, meningen dan
glandula pituitary atau struktur tulang intracranial yang secara tidak
langsung dapat mempengaruhi jaringan pada otak itu sendiri(Ghozali &
Sumarti, 2021)

Menurut Widodo et al., (2019) terdapat dua jenis tumor otak


berdasarkan asal jaringannya yaitu tumor otak primer dan tumor otak
sekunder atau metastasis.

a. Tumor otak primer

Letak tumor otak primer bisa berasal dari area sekitar jaringan
otak ataupun area dekat otak dikategorikan menjadi dua, yaitu tumor
glial yang terdiri dari sel glial ataupun non glial yang dimana sel tumor
tumbuh pada atau dalam struktur otak, saraf, pembuluh darah dan
kelenjar didalam otak. Tumor otak primer ini merupakan tumor yang
tidak menyebar ke organ lain dan dapat disebut sebagai tumor otak
jinak.

b. Tumor sekunder atau metastatis

Tumor otak sekunder merupakan metastasis dari tumor primer di


tempat lain, biasanya berasal dari tumor primer ganas solid, seperti
kanker paru, payudara, melanoma dan ginjal, maupun keganasan
hematologi, seperti limfoma dan leukemia. Metastasis ini dapat
menyerang parenkim otak, leptomeningen maupun duramater

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

2. Etiologi
Menurut Yueniwati,(2017) belum ada penyebab yang jelas untuk
tumor otak, namun ada beberapa faktor yang perlu ditinjau yaitu:

a. Herediter

Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang


ditemukan kecuali pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma
dapat dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga.

b. Sisa-Sisa Sel Embional (Embrionic Cell Rest)

Ada kalanya sebagiandari bangunan emrional tertinggal dalam


tubuh yang menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya.
Perkembangan abnormal itu dapat terjadi karena kraniofaringioma,
terutama intracranial dan kordoma.

c. Radiasi

Jaringan dalam system saraf pusat peka terhadap radiasi dan


dapat mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi
dapat memicu terjadinya suatu glioma.

d. Virus

Hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus


dengan perkembangan tumor pada system saraf pusat.

e. Trauma kepala

Trauma kepala yang dapat menyebabkan hematoma sehingga


mendesak massa otak akhirnya terjadi tumor otak.

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

3. Tanda dan Gejala


a. Gejala umum

Gejala yang timbul pada pasien tumor susunan saraf pusat


bergantung dari lokasi dan pertumbuhan tumor. Pasien dengan tumor
otak dapat datang dengan keluhan akibat peningkatan tekanan
intrakranial (nyeri kepala, mual, muntah proyektil), baik karena efek
massa yang dalam kondisi berat dapat menyebabkan penurunan
kesadaran. Pada glioma derajat rendah gejala yang biasa ditemui adalah
kejang, sementara glioma derajat tinggi lebih sering menimbulkan gejala
defisit neurologis progresif dan tekanan intrakranial meningkat.

b. Gejala defisit neurologis

Gejala lain yang mungkin ditemukan adalah defisit neurologis


seperti gangguan penciuman,

 gangguan penglihatan,

 pandangan ganda,

 baal-baal atau nyeri di wajah,

 kelemahan otot wajah,

 gangguan pendengaran dan menelan.

Dalam penelitiannya Widodo et al., (2019) berikut merupakan


tanda dan gejala dari keluhan pasien sebagai gejala pertama dari tumor
otak antara lain :

 sakit kepala (23,5% pasien),

 kejangkejang (21,3%),

 lesu dan letih (7,1%),

 ketidakstabilan anggota badan (6,1%),

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

 gangguan bahasa ekspresif (5,8%),

 masalah visual (3,2%),

 kebingungan (4,5%),

 mati rasa unilateral (2,3%),

 masalah kepribadian (1,6%),

 diplopia (0,3%),

 dan gejala lain (24,2%), seperti anosmia, apraxia, keterlambatan


kognitif, mengantuk, disfagia, halusinasi, hilang ingatan, mual, muntah,
nyeri, dan leher kaku (Weichenthal et al., 2020).

4. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Yueniwati, (2017) Pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan dalam mendiagnosa tumor otak antara lain :

1. MRI kepala dengan kontras


Berfungsi untuk melihat jaringan otak, serta lokasi dan ukuran tumor
dengan detail.
2. CT scan kepala dengan kontras
Berfungsi untuk melihat kondisi bagian dalam otak jika pasien tidak
bisa menjalani MRI atau bila alat MRI tidak tersedia
3. PET scan
Berfungsi untuk mengetahui kondisi tumor di dalam otak dan
mendeteksi apakah tumor menyebar ke bagian tubuh lain
4. Biopsi (pengambilan sampel jaringan) otak
Berfungsi untuk menentukan jenis dan stadium kanker, serta metode
pengobatannya
5. Tes darah
Tes darah dilakukan dengan memeriksa kadar hormon pituitari, untuk
mendeteksi kemungkinan tumor pada kelenjar pituitari

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

5. Penatalaksanaan Medis
a. Pembedahan

Dalam pengobatan tumor otak adalah bagi ahli bedah saraf untuk
mengangkat tumor secara aman tanpa mempengaruhi fungsi normal otak.
Operasi bedah atau bisa dikombinasikan dengan terapi radiasi dapat
mengontrol atau menyembuhkan berbagai jenis tumor, diantaranya
astrositoma derajat rendah, ependimoma, kraniofaringgioma,
ganglioglioma, dan meningioma. Tumor cenderung menyebar luas ke
otak terdekat sampai jaringan sumsum tulang belakang, seperti
astrositoma anaplastik atau glioblastoma, biasanya tidak dapat
disembuhkan dengan operasi bedah. Proses pembedahan sering
dilakukan terlebih dahulu untuk mengurangi jumlah tumor, kemudian
diobati dengan radiasi atau kemoterapi, hal ini membantu pengobatan ini
berhasil dan bisa memperpanjang hidup pada orang tersebut terutama
pasien orang dewasa, bahkan jika semua tumor tidak dapat diangkat
(Ghozali & Sumarti, 2021).

Operasi bedah juga dapat dilakukan untuk meringankan beberapa


gejala yang disebabkan oleh tumor otak, khususnya yang disebabkan
oleh penumpukan tekanan di dalam tengkorak. Misalnya sakit kepala,
mual, muntah, dan penglihatan kabur. Pembedahan juga dapat membuat
kejang lebih mudah dikendalikan dengan obat-obatan. Pembedahan
untuk mengangkat tumor bukan menjadi pilihan yang baik dalam
beberapa situasi, seperti jika tumor berada jauh di dalam otak, jika berada
di bagian otak yang tidak dapat diangkat, seperti batang otak, atau jika
seseorang tidak dapat menjalani operasi besar karena alasan kesehatan
lain. Operasi bedah tidak terlalu efektif melawan beberapa jenis tumor
otak, seperti limfoma, meskipun dapat digunakan untuk mendapatkan
sampel biopsi (pengambilan organ tertentu) untuk diagnosis (Belsuzarri
et al., 2015).

Pelaksanaan tindakan operasi bedah memberikan keuntungan


dibandingkan pengobatan yang lain : pertama, pengangkatan tumor

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

(reseksi) secara lengkap segera menghilangkan efek massa, iritasi otak


dan oedema cerebral vasogenik, yang kedua, operasi ini menyediakan
jaringan yang bisa dikirim untuk studi histopatologi jika tumor otak
primer tidak diketahui, kemudian ketiga, reseksi bedah lengkap
memberikan penyembuhan lokal namun risiko pembedahan melebihi
manfaatnya, seperti: defisit neurologis sekunder akibat lesi di daerah
yang sensitif, meningitis, abses otak, perdarahan intrakranial atau bahkan
kematian. Namun demikian, berkat teknik modern dan teknologi canggih,
angka kematian akibat pembedahan untuk metastasis tumor otak telah
menurun secara drastis dan sekarang di bawah 3%. Risiko perdarahan
atau kerusakan saraf akibat operasi bedah kurang dari 5%, sedangkan
risiko meningitis dan abses otak kurang dari 1%. Komplikasi yang tidak
berhubungan dengan operasi ini, seperti infeksi, trombosis vena dalam,
emboli paruparu, dan pneumonia, yang terjadi pada 8-10% pasien
(Ghozali & Sumarti, 2021).
b. Penatalaksanaan dengan terapi
1. Terapi radiasi
Dalam terapi radiasi difokuskan pada tumor dari sumber di luar
tubuh. Ini disebut terapi radiasi sinar eksternal (EBRT). Jenis terapi
radiasi ini sama seperti mendapatkan x-ray, tetapi dosis radiasinya jauh
lebih tinggi. Terapi radiasi bisa digunakan sebagai pengobatan primer
atau tambahan setelah operasi bedah. Radioterapi sinar eksternal
fraksionasi standar adalah pendekatan yang paling umum, meskipun
pilihan lain termasuk brakiterapi, radioterapi stereotaktik fraksionasi,
dan bedah radio stereotaktik. Hipofraksionasi radioterapi dapat
dipertimbangkan untuk pasien yang dewasa atau pasien yang mengalami
gangguan sistem imun (Fadrus et al., 2020). Radioterapi dapat
meningkatkan kelangsungan hidup secara keseluruhan pada pasien
dengan risiko tinggi tumor glioma derajat rendah, didefinisikan sebagai
pasien yang lebih muda dari 40 tahun dengan operasi subtotal atau
biopsi, atau pasien yang lebih tua dari 40 tahun dengan operasi bedah
bebas. Terapi radiasi dengan sinar yang mempunyai energi sangat tinggi

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

atau partikel kecil untuk menghancurkan sel tumor. Jenis pengobatan ini
diberikan oleh dokter yang disebut ahli onkologi radiasi dibantu oleh
fisikawan medis (Ghozali & Sumarti, 2021).
2. Kemoterapi
Para peneliti telah mempelajari lebih banyak tentang cara kerja
sel yang menyebabkan tumor atau membantu sel tumor tumbuh, dan
telah mengembangkan obat baru yang secara khusus dalam menargetkan
perubahan ini. Obat baru yang ditargetkan ini berbeda dengan standar
obat kemoterapi. Obat tersebut masih dalam tahap uji dan berpeluang
besar dalam mengobati tumor otak, namun bisa digunakan untuk jenis
tumor tertentu . Kemoterapi yang diberikan bisa dikombinasikan dengan
radiasi telah terbukti meningkatkan kelangsungan hidup pada kasus
tertentu. Misalnya, pemberian obat kemoterapi waf er carmustine
(Gliadel), atau temozolomide (Temodar) pada pasien yang lebih muda
sampai dewasa ditempatkan selama operasi telah meningkatkan
kelangsungan hidup pada pasien tumor otak dan glioma derajat tinggi
(Ghozali & Sumarti, 2021).
3. Rehabilitasi Medik
Pengembalian kemampuan fungsional dan aktivitas kehidupan
sehari-hari serta meningkatkan kualitas hidup pasien dengan cara aman
dan efektif merupakan tujuan dilakukannya rehabilitasi medik. Sebelum
dilakukan tindakan definitif, pendekatan rehabilitasi medik dapat
diberikan sedini mungkin dan dapat dilakukan pada berbagai tahapan
dan pengobatan penyakit yang disesuaikan dengan tujuan penanganan
rehabilitasi tumor mulai dari preventif, restoratif, suportif, ataupun
paliatif (Widodo et al., 2019).
Aspek penatalaksanaanya menurut (Widodo et al., 2019) meliputi:
a) gangguan kognitif dan perilaku, perubahan kepribadian, dan emosi
b) gangguan fungsi mobilisasi ambulasi akibat gangguan fleksibilitas,
kekuatan otot, koordinasi dan keseimbangan (sesuai lokasi tumor),
visual, kinesia, kelemahan umum, dan tirah baring lama.

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

c) gangguan fungsi otak lainnya sesuai lokasi tumor (gangguan:


menelan/makan, komunikasi, persepsi, pemrosesan, sensori, dan
gangguan saraf 81 kranial lainnya)
d) gangguan fungsi kardiorespirasi pasca penanganan tatalaksana
sesuai gangguan fungsi paru dan jantung

4. Terapi obat obatan


Beberapa obat yang biasa digunakan pada orang dewasa dengan
tumor otak tidak mengobati tumor otak secara langsung, tetapi dapat
membantu mengurangi gejala yang disebabkan oleh tumor otak atau
pengobatannya. Menurut (Ghozali & Sumarti, 2021)obat-obatan yang
digunakan antara lain
a) Kortikosteroid (Corticosteroid)
Obat kortikosteroid seperti dexamethasone (Decadron) sering
diberikan untuk mengurangi pembengkakan di sekitar tumor otak.
Ini dapat membantu meredakan sakit kepala dan gejala lainnya
(Zhang et al., 2020).

b) Obat anti kejang (Anticonvulsants)

Obat anti kejang (Anticonvulsants) juga bisa diberikan untuk


menurunkan kejang pada penderita tumor otak. Obat anti kejang
yang berbeda dapat digunakan. Karena banyak dari obat-obatan
tersebut dapat memengaruhi cara kerja obat lain seperti kemoterapi
bekerja di dalam tubuh, biasanya tidak diberikan kecuali tumor telah
menyebabkan kejang (Ryu et al., 2019).

c) Hormon Kelenjar pituitari

Hormon Kelenjar pituitari membantu mengontrol kadar berbagai


hormon dalam tubuh. Jika kelenjar pituitari rusak oleh tumor itu
sendiri atau oleh pengobatan tumor otak (seperti operasi atau terapi
radiasi), perlu mengonsumsi hormon hipofisis atau hormon lain
untuk menggantikan kelenjar pituitary yang hilang (Chin, 2020)

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

B. Pertimbangan Anestesi

1. Definisi Anestesi
Anestesi artinya adalah pembiusan, berasal dari bahasa Yunani an
artinya "tidak atau tanpa" dan aesthētos, "artinya persepsi atau kemampuan
untuk merasa". Anestesi sendiri secara umum berarti suatu tindakan untuk
menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan maupun berbagai
prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh salah satunya
yaitu pada saat melakukan prosedur endoskopi saluran kemih ( Ghoiem,
G.et all ).

2. Jenis Anestesi
General anestesi merupakan tindakan menghilangkan rasa sakit
secara sentral disertai hilangnya kesadaran (reversible). Tindakan general
anestesi terdapat beberapa teknik yang dapat dilakukan adalah general
anestesi denggan teknik intravena anestesi dan general anestesi dengan
inhalasi yaitu dengan face mask (sungkup muka) dan dengan teknik
intubasi yaitu pemasangan endotrecheal tube atau gabungan keduanya
inhalasi dan intravena ( Ghoiem G., et al ).

3. Teknik Anestesi
Teknik General Anestesi menurut (Ghoiem G.et., al) ;
a. General Anestesi Intravena
Teknik general anestesi yang dilakukan dengan jalan menyuntikkan
obat anestesi parenteral langsung ke dalam pembuluh darah vena.
b. General Anestesi Inhalasi
Teknik general anestesi yang dilakukan dengan jalan memberikan
kombinasi obat anestesi inhalasi yang berupa gas dan atau cairan yang
mudah menguap melalui alat atau mesin anestesi langsung ke udara
inspirasi.
c. Anestesi Imbang
Merupakan teknik anestesi dengan mempergunakan kombinasi
obat-obatan baik obat anestesi intravena maupun obat anestesi inhalasi

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

atau kombinasi teknik. general anestesi dengan analgesia regional


untuk mencapai trias anestesi secara optimal dan berimbang, yaitu:
 Efek hipnosis, diperoleh dengan mempergunakan obat
hipnotikum atau obat anestesi umum yang lain.
 Efek analgesia, diperoleh dengan mempergunakan obat
analgetik opiat atau obat general anestesi atau dengan cara
analgesia regional.
 Efek relaksasi, diperoleh dengan mempergunakan obat
pelumpuh otot atau general anestesi, atau dengan cara analgesia
regional.

4. Rumatan Anestesi
Pada anestesi umum dikenal dengan induksi dan rumatan
(maintenance) yang di artikan sebagai tindakan untuk mengawali dan
mempertahankan kedalaman anestesi dipertahankan dengan agen inhalasi
atau intravena kontinu, baiksebagai agen tunggal maupun kombinasi fase
rumatan biasanya merupakan bagian paling satbil dari seluruh tahapan
anestesi kedalaman anestesi dapat berubah dan tingkat kedalaman yang
diperlukan dapat berbeda antara satu operasi dengan operasi lain ( Rehatta
2019).
Anestesi yang terlalu dalam dikaitkan dengan penurunan denyur
jantung dantekanan darah yang dapat membahayakan perfusi ke organ
vital. Anestesi yang terlalu dalam juga berkibat lambatnya pulih sadar dan
efek efek samping yang lenih banyak (Rehatta 2019).

5. Resiko
Pulih dari anestesi umum idelnya secara bertahap dan tanpa
keluhan. Sebagian besar pasien mengalami pemulihan dari anestesi tanpa
kejadiankejadian khusus tetapi sejumlah kecil pasien dengan jumlah yang
tidak dapat diperkirakan mengalami komplikasi (Gwinnutt, 2011).
Komplikasi pascaanestesi umum menurut (Latif et al,. 2010) sebagai
berikut :
1. Gangguan pernapasan

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

Obstruksi jalan napas parsial atau total, tidak ada ekspirasi (tidak ada suara
napas) paling sering dialami pada pasien pascaanestesi umum yang belum
sadar karena lidah jatuh menutup faring atau edema laring. Penyebab lain
yaitu kejang laring (spasme laring) pada pasien menjelang sadar karena
laring terangsang oleh benda asing, darah atau sekret. Selain itu, pasien
dapat mengalami sianosis (hiperkapnea, hiperkarbia) atau saturasi O2 yang
menurun (hipoksemia) yang disebabkan pernapasan pasien yang lambat
dan dangkal (hipoventilasi). Pernapasan lambat dapat diakibatkan karena
pengaruh obat opioid dan dangkal karena pelumpuh otot yang masih
bekerja. Hipoventilasi yang berlanjut akan menyebabkan asidosis,
hipertensi, takikardi yang berakhir dengan depresi sirkulasi dan henti
jantung.
2. Gangguan kardiovaskular
Komplikasi pada sistem sirkulasi yang dapat dijumpai pada pasien
dengan anestesi umum yaitu hipertensi dan hipotensi. Hipertensi 19
dapat disebabkan oleh nyeri akibat pembedahan, iritasi pipa trakhea,
cairan infus berlebihan, atau aktivasi saraf simpatis karena hipoksia,
hiperkapnia, atau asidosis.
Hipertensi akut dan berat yang berlangsung lama akan menyebabkan
gagal ventrikel kiri, infark miokard, disritmia, edema paru, atau
perdarahan otak. Hipotensi disebabkan akibat aliran isian balik vena
(venous return) menurun yang disebabkan perdarahan, terapi cairan
kurang adekuat, hilangnya cairan, kontraksi miokardium kurang kuat,
atau tahanan veskular perifer menurun.
Hipotensi harus segera ditangani agar tidak terjadi hipoperfusi organ
vital yang berlanjut dengan hipoksemia dan kerusakan jaringan.
3. Mual muntah
Mual dan muntah pascaanestesi dapat terjadi pada 80% pasien yang
menjalani pembedahan dan anestesi. Beberapa pasien lebih memilih
untuk merasakan nyeri dibandingkan mual dan muntah pasca bedah.
Mual dan muntah pasca bedah merupakan efek samping yang umum
terjadi setelah sedasi dan anestesi umum. Insidensinya paling tinggi

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

dengan anestesi berbasis narkotika dan dengan agen yang mudah


menguap. Setiap tiga sampai empat pasien mengalami mual dan
muntah pasca bedah setelah anestesi umum. Risiko mual muntah pasca
bedah 9 kali lebih kecil pada pasien dengan anestesi regional daripada
pasien dengan anestesi umum .
4. Menggigil
Menggigil (shivering) merupakan komplikasi pasien pascaanestesi
umum pada sistem termoregulasi. Hal tersebut terjadi akibat
hipotermia atau efek obat anestesi. Hipotermi dapat terjadi akibat suhu
ruang operasi yang dingin, cairan infus yang dingin, cairan irigasi
dingin, bedah abdomen luas dan lama.

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

C. Tinjauan Teori Askan Pembedahan Umum


1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan merupakan

suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber

untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien . Tahap

pengkajian merupakan dasar utama dalam meberikan asuhan keperawatan

sesai dengan kebutuhan individu (klien). Oleh karena itu pengkajian yang

benar, akurat, lengkap, dan sesuai dengan kenyataan sangat penting dalam

merumuskan suatu diagnosis keperawatan dan dalam memberikan asuhan

keperawatan sesuai dengan respon individu, sebagaimana yang telah

ditentukan dalam standar praktik keperawatan dari American Nursing

Association (ANA)(Rizal, 2019).

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

Data subjektif merupakan data yang didapat terkait kondisi pasien

berdasarkan keluhan yang dialami pasien data ini merupakan keluhan

yang diungkapan secara langsung atau tidak langsung melalui orang

lain. Data subjektif pada pasien tumor otak antara lain :

 Pasien mengatakan nyeri didaerah dahi

 Pasien mengatakan nyeri seperti ditusuk tusuk

 Pasien mengatakan nyeri hilang timbul

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

Data objektif merupakan data yang didapat terkait kondisi pasien

erdasarkan observasi maupun pengamatan lansung kepada pasien. Data

objektif pada pasien tumor otak antara lain :

 Pasien tampak gelisah

 Skala nyeri 7

2. Masalah Kesehatan Anestesi

Diagnosa yang muncul setelah dilakukan analisa masalah sebagai hasil

dari pengkajian secara garis besar yaitu :

 Gangguan rasa nyaman, nyeri akut berhubungan dengan proses

penyakit .

 Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d disfungsi neuromuskular

dampak sekunder obat pelumpuh otot pernafasan/obat general

anestesi.

 Gangguan rasa nyaman mual muntah b.d pengaruh obat general

anestesi.

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

3. Rencana Anestesi

Masalah Tujuan Intervensi

Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor TTV

nyeri b.d proses keperawatan anestesi


2. Kaji tingkat
penyakit/ agen selama 15 menit, maka
nyeri
pencedera nyeri menurun dengsn
P : penyebab nyeri
K.H:

Q : qualitas nyeri
 TTV dalam batas

normal R : lokasi nyeri

 Pasien menyatakan S : skala nyeri

nyeri menurun
T : lama nyeri

 Pasien mampu
3. Gunakan teknik
istirahat
komunikasi

 Pasien tampak tenang terapeutik dan

ajarkan teknik

relasasi

4. Kolaborasi

dengan dokter

DSAN dalam

pemberian

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

analgetik

Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor TTV

tidak efektif b.d keperawatan anestesi pasien

disfungsi selama waktu yang


2. Atur posisi
neuromuskular dampak diperlukan bersihan jalan
pasien
sekunder obat nafas membaik dengan
3. Pantau respirasi
pelumpuh otot kriteria hasil :
dan status
pernafasan/obat general
 TTV dalam batas
oksigenasi
anestesi
normal
4. Monitor aliran
 Pola nafas normal
oksigen
(frekuensi kedalaman
5. Lakukan suction
dan irama)
jika terdapat
 Suara nafas bersih
sekret berlebih

 Lama nafas sesuai

yang diharapkan

Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor TTV

mual muntah b.d keperawatan anestesi


2. Atur posisi
pengaruh obat general selama waktu yang
pasien
anestesi diperlukan mual muntah
3. Monitor gejala
pasien berkurang dengan

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

kriteria hasil : mual

 TTV dalam batas 4. Ajarkan teknik

normal relaksasi

 Pasien mengtakan 5. Kolaborasi

mual berkurang dalam

pemberian anti
 Pasien tidak muntah
emetik
 Pasien mengatakan

bebas dari mual

muntah

4. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir proses keperawatan yang meliputi

evaluasi proses (formatif) dan evaluasi hasil (sumatif) dan mencakup

penilaian hasil tindakan asuhan keperawatan yang telah dilakukan (Martin

dan Griffin, 2014). Evaluasi formatif adalah evalusi yang dilakukan

setelah perawat melakukan tindakan keperawatan yang dilakukan terus

menerus hingga mencapai tujuan. Evaluasi somatif adalah evaluasi yang

dilakukan setiap hari setelah semua tindakan sesuai diagnosa keperawatan

dilakukan. Evaluasi somatif terdiri dari SOAP (subjek, objektif, analisis

dan planing). Subjek berisi respon yang diungkapkan oleh pasien dan

objektif berisi respon nonverbal dari pasien respon-respon tersebut didapat

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

setelah perawat melakukan tindakan keperawatan. Analisis merupakan

kesimpulan dari tindakan dalam perencanaan masalah keperawatan dilihat

dari kriteria hasil apakah teratasi, teratasi sebagiam atau belum teratasi.

Sedangkan planing berisi perencanaan tindakan keperawatan yang harus

dilakukan selanjutnya. Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait

dengan keberhasilan tujuan tindakan yaitu tujuan tercapai apabila pasien

menunjukan perubahan sesuai kriteria hasil yang telah ditentukan, tujuan

tercapai sebagian apabila jika klien menunjukan perubuahan pada sebagian

kriteria hasil yang telah ditetapkan, tujuan tidak tercapai jika klien

menunjukan sedikit perubahan dan tidak ada kemajuan sama sekali.

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tumor otak merupakan suatu pertumbuhan jaringan abnormal yang
dimana sel terus bertumbuh dan berkembang secara tidak terkontrol. Tumor
otak termasuk neoplasma yang berasal dari parenkim otak, meningen dan
glandula pituitary atau struktur tulang intracranial yang secara tidak langsung.
Terdapat dua jenis tumor otak yaitu tumor primer dan tumor otak metastasis.
Sudah lebih dari 150 jenis tumor otak yang berbeda telah
didokumentasikan, namun ada dua kelompok tumor otak yaitu jenis primer
dan tumor otak jenis metastasis Gejala umum, seperti sakit kepala dan kejang,
disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial. Gejala lokal, seperti
kelemahan unilateral atau perubahan kepribadian, disebabkan oleh kerusakan
jaringan atau kompresi daerah khusus.

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

DAFTAR PUSTAKA

Ghozali, M., & Sumarti, H. (2021). Pengobatan Klinis Tumor Otak pada Orang

Dewasa. Jurnal Phi, 2(1), 1–14.

Rizal, L. K. (2019). Tujuan Dan Tahapan Pengkajian Dalam Proses Keperawatan.

Ilmu Keperawatan, 4. https://osf.io/59jbz/download/?format=pdf

Siregar. (2022). Tumor otak 8.5.2017, 2003–2005.

Widodo, D., Andriani, R., & Haq, I. B. I. (2019). Pedoman nasional pelayanan

kedokteran tumor otak. Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 1–206.

Rehatta N.M (2019). Anestesiologi dan terapi intensif. Jakarta Pt gramedia

pustaka pratama

Carpenito, L.S.M (2012). Buku diagnosis keperawatan (edisi 13). EGC

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

Rehatta N.M (2019). Anestesiologi dan terapi intensif. Jakarta Pt gramedia pustaka

pratama

Carpenito, L.S.M (2012). Buku diagnosis keperawatan (edisi 13). EGC

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

Herediter Radiasi Subtansi Karsiogenik

Riwayat Tumor Otak Otak pada keluarga Merokok, makan-makanan yang di bakar
Terpapar Sinar X Seperti nuklir, radioterapi

Pertumbuhan sel abnormal

Tumor Otak

Penekanan jaringan otak


terhadap sirkulasi darah dan o2

Penurunan sirkulaasi o2 ke Kerusakan aliran


jaringan otak Perpindahan cairan
darah ke otak
intra vaskuler ke
jaringan serebral

Hipoksia serebral
Hipoksia Serebral Peningkatan TIK

Tubuh melakukan kompensasi Nyeri kepala


dengan mempercepat
MK: Gangguan perfusi pernafasan
jaringan serebral

MK: Gangguan rasa


nyaman : nyeri akut
Sesak nafas

MK: Pola nafas tidak efektif

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

Tumor Otak

Pembedahan

Pre Anestesi Intra Anestesi Post Anestesi

Terdapat benjolan didahi General Anestesi Agen/obat anestesi

MK :Nyeri kronis Agen / obat anestesi MK :Gangguan


rasa nyaman : Mual Muntah

Penumpukan secret
dijalan nafas

MK : Bersihan jalan tidak efektif

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

BAB III

TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN
1) Pengumpulan Data
1. Anamnesis
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 49 tahun
Jeniskelamin : perempuan
Agama : islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Suku Bangsa : Indonesia
Status perkawinan` : Menikah
Golongan darah :O
Alamat : Indrapura
No. CM 254032
Diagnosa medis : Tumor Frontal
Tindakan Operasi : Exsisi
Tanggal MRS : 26 Oktober 2022
Tanggal pengkajian : 27 Oktober 2022.
Jam Pengkajian : 11.00 WIB
Jaminan : BPJS

2) Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny.R
Umur : 20 tahun
Jeniskelamin : Perempuan
Agama : islam

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pedagang
Suku Bangsa : Indonesia
Hubungan dg Klien : Anak
Alamat : Indrapura

b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
a. Saat Masuk Rumah Sakit
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 27 Oktober
2022 jam 11.00 WIB diruang premedikasi pasien kiriman dari
poli,pasien mengatakan terdapat benjolan didahi,terasa nyeri
sejak 6 bulan yang lalu.
b. Saat Pengkajian
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 27
Oktober 2022 jam 11.00 WIB diruang premedikasi
pasien

2) Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengatakan terdapat benjolan didahi terasa nyeri.Nyeri
dirasakan seperti tertusuk-tusuk menjalar ke daerah mata dengan
skala nyeri 6 dan nyeri dirasakan terus menerus disertai
pusing.Pasien mengatakan cemas dengan Tindakan operasi yang
keempat kalinya karena takut benjolan muncul lagi.

3) Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mengatakan pernah menjalani operasi sebanyak 3
kali.Operasi terakhir kali bulan mei 2022 di RSUD Dr.M Zein
Painan dengan penyakit yang sama.Operasi pertama dan kedua
tidak dikaji.

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

4) Riwayat Penyakit Keluarga


pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit keluarga yaitu
hipertensi.
5) Riwayat Kesehatan
- Sebelumnya pernah
masuk Rumah Sakit?
pernah
- Jika ya, menderita penyakit apa?
( Pasien didiagnosa tumor
frontal)
- Riwayat operasi sebelumnya : ada tahun: 2022
Jenis : Exsisi Komplikasi: tidak ada
- Riwayat anestesi sebelumnya : ada tahun: 2022
jenis : General Anestesi Komplikasi: tidak ada
- Apakah pasien pernah
mendapatkan transfusi darah?
Tidak
- jika ya, jumlah: tidak ada, Reaksi alergi:
tidak
- Apakah pasien pernah didiagnosis
penyakit menular? tidakJika ya, sebutkan:
tidak ada
- Khusus pasien perempuan :
Jumlah kehamilan : 5 kali
jumlah anak : 5 orang
menstruasi : 3 minggu yang lalu
menyusui : tidak
6) Riwayat pengobatan/konsumsi obat:
a. Obat yang pernah dikonsumsi: pasien mengatakan pernah
mengkonsumsi obat untuk menurunkan tensi yaitu
amlodipine
b. Obat yang sedang dikonsumsi: pasien mengatakan
sedang mengonsumsi paracetamol untuk meredakan
nyeri
7)Riwayat Alergi : tidak ada,
8) Kebiasaan :
Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)
lOMoARcPSD|30678263

a) Merokok : Tidak
b) Alkohol : Tidak

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

c) Kopi/teh : Tidak

c. Pola Kebutuhan Dasar


1) Udara atau oksigen
Sebelum sakit :
 Gangguan pernafasan : tidak ada gangguan pernafasan
 Alat bantu pernafasan : tidak ada alat bantu pernafasan
 Sirkulasi udara : baik
 Keluhan : tidak ada keluhan
 Lainnya : tidak ada
Saat Ini
 Gangguan pernafasan : tidak ada gangguan pernafasan
 Alat bantu pernafasan : tanpa alat bantu pernafasan
 Sirkulasi udara : baik
 Keluhan : tidak ada keluhan
 Lainnya : tidak ada
2) Air / Minum
Sebelum Sakit

 Frekuensi : 8 gelas/hari
 Jenis : air putih
 Cara : oral
 Minum Terakhir : 09.00 WIB
 Keluhan : tidak ada keluhan
 Lainnya : tidak ada
Saat Ini
 Frekuensi : 7 gelas
 Jenis : air putih
 Cara : oral
 Minum Terakhir : 2 jam sebelum operasi (09.00 wib)
 Keluhan : tidak ada keluhan
 Lainnya : tidak ada

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

3) Nutrisi/ makanan
Sebelum Sakit
 Frekuensi : 3x sehari
 Jenis : padat
 Porsi : 1 porsi
 Diet khusus : tidak ada diet khusus
 Makanan yang disukai : rendang
 Napsu makan : baik
 Puasa terakhir : tidak ada
 Keluhan : tidak ada keluhan
 Lainnya : tidak ada
Saat ini
 Frekuensi : 3x sehari
 Jenis : semi padat ( bubur)
 Porsi : 1 porsi
 Diet khusus : tidak ada diet khusus
 Makanan yang disukai : rendang
 Napsu makan : baik
 Puasa terakhir : 05:00 WIB
 Keluhan : tidak ada keluhan
 Lainnya : tidak ada

4)Eliminasi
1) BAB
Sebelum sakit
Frekuensi : 1 kali sehari
Konsistensi : padat
Warna : Kekuningan
Bau : khas

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

Cara (spontan/dg alat) : spontan


Keluhan : tidak ada keluhan
Lainnya : tidak ada
Saat ini
Frekuensi : 1 kali sehari
Konsistensi : semi padat
Warna : coklat
Bau : khas
Cara (spontan/dg alat) : spontan
Keluhan : tidak ada keluhan
Lainnya : tidak ada

2. BAK
Sebelum sakit
 Frekuensi : 6x sehari
 Konsistensi: cair (pagi- malam)
 Warna : kuning jernih
 Bau : khas
 Cara (spontan/dg alat) : spontan
 Keluhan : tidak ada keluhan
 Lainnya : tidak
ada Saat ini
 Frekuensi : 5 kali sehari
 Konsistensi : cair ( pagi-malam)
 Warna : kuning
 Bau : amonia
 Cara (spontan/dg alat): spontan
 Keluhan : tidak ada keluhan
 Lainnya : tidak

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

1) Pola aktivitas dan istirahat


 Aktivitas
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Makan dan minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3:
dibantu orang lain danalat, 4: tergantung total
 Istirahat Dan Tidur
Sebelum sakit

o Apakah anda pernah mengalami insomnia? Tidak


o Berapa jam anda tidur : malam 8 jam,, siang 2 jam
Saat ini
o Apakah anda pernah mengalami insomnia? Tidak
o Berapa jam anda tidur : malam 7 jam, siang 1 jam.
2)Interaksi Sosial
- Hubungan dengan lingkungan masyarakat, keluarga, kelompok,
teman terjalin dengan baik
3)Pemeliharaan Kesehatan
Rasa Aman : pasien merasa tidak aman karena khawatir dengan
benjolan didahi
Rasa Nyaman : pasien merasa mengalami gangguan rasa nyaman
karena nyeri
Pemanfaatan pelayanan kesehatan : pasien mengatakan jika sakit
maka akan pergi ke pelayanan kesehatan terdekat dari rumahnya
seperti puskesmas untuk mendapatkan obat pereda nyeri

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

4)Peningkatan fungsi tubuh dan pengimbangan manusia dalam


kelompok sosialsesuai dengan potensinya.
a. Konsumsi vitamin : tidak ada
b. Imunisasi : tidak ada
c. Olahraga : ada,jalan santai dipagi hari
d. Upaya keharmonisan keluarga: baik
e. Stres dan adaptasi : pasien mengalami stress karena ini
merupakan operasi keempat yang ia jalani dan takut
benjolannya muncul kembali
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kesadaran : komposmetis
GCS : 15 Verbal 5 Motorik 6 Mata : 4
Penampilan : tampak sakit sedang
Tanda-tanda Vital : Nadi = 105 x/menit, Suhu 36,8 0 C,
TD : 150/89 mmHg,
RR = 25x/menit, Skala Nyeri: 6
BB: 70 Kg, TB: 165 Cm, BMI: 25,71 (overweight)
Lainnya: tidak ada
b. Pemeriksaan 6 B
1) B1 (BREATHING)
-Wajah:
√ Normal □ Dagu Kecil □ Edema
□ Gigi palsu□ Gigi goyang □ Gigi maju
□ Kumis/ jenggot □ mikrognathia □ Hilangnya gigi
- Kemampuan membuka mulut < 3 cm □Ya √Tidak
- Jarak Thyro - Mental < 6 cm √Ya □Tidak
- Cuping hidung □Ya √Tidak
- Mallampati Skor : □ I □ II □ III □ IV
- Tonsil : □ T0 √T1 □ T2 □ T3 □ T4
- Kelenjar tiroid : ukuran tidak ada intensitas tidak ada
- Obstruksi Jalan Napas
√Tidak ditemukan □ Tumor
□ Gigi maju □ Stridor

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

- Bentuk Leher : √Simetris □ Asimetris


 Mobilitas Leher :dapat digerakan
 Leher pendek : □Ya √Tidak
 Dapatkah pasien menggerakkan rahang ke depan?
√Ya □ Tidak
 Dapatkah pasien melakukan ekstensi leher dan kepala?
√Ya □ Tidak
 Apakah pasien menggunakan collar?
□ Ya √Tidak
- Thorax:
 Bentuk thorax : simetris kiri kanan
 Pola napas : eupnea (normal)
 Retraksi otot bantu napas : tidak ada masalah
 Perkusi paru : √sonor □ hipersonor □
dullness
 Suara napas : □ ronchi □ wheezing √vesikuler
□ bronchial □bronkovesikular

2) B2 ( BOOD )
- Konjungtiva : □ anemis √ tidak
- Vena jugularis : pembesaran □ ya √ tidak
- BJ I : □tunggal □ ganda √regular □ irreguler
- BJ II : □ tunggal □ ganda √ regular □ irregular
- Bunyi jantung tambahan: BJ III □ murmur (tidak ada)

a. B3 ( BRAIN )
- Kesadaran : √ kompomentis □ apatis □ delirium □ somnolen
□ sopor
□ koma
- GCS : Verbal 5 Motorik: 6Mata : 4
- Reflek fisiologis
 Reflek bisep ( + )
 Reflek trisep ( + )
 Reflek brachiradialis ( + )
 Reflek patella ( + )

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

 Reflek achiles ( + )
- Reflek Pathologis
Bila dijumpai adanya kelumpuhan ekstremitas pada kasus-
kasus tertentu.
 Reflek babinski (-)
 Reflek chaddok (-)
 Reflek schaeffer (-)
 Reflek oppenheim (-)
 Reflek gordon (-)

b. B4 ( BOWEL )
- Frekuensi peristaltic usus : 23x/menit
- Titk Mc. Burney : □ nyeri tekan □ nyeri lepas
(tidak ada)
- Borborygmi : □Ya √ Tidak □ nyeri
menjalar
- Pembesaran hepar : □Ya √ Tidak
- Distensi : □Ya √ Tidak
- Asites : □shiffing dullness √undulasi
c. B4 ( BLADER)
- Buang air kecil : √ Spontan □Tidak
- Terpasang kateter : □Ya √ Tidak
- Gagal ginjal : □Ya √ Tidak
- Infeksi saluran kemih : □Ya √ Tidak
- Produksi urine : 500 cc
- Retensi urine : □Ya √ Tidak
d. B6 ( BONE )
1. Pemeriksaan Tulang Belakang :
- Kelainan tulang belakang: Kyposis (-), Scoliosis (-), Lordosis (-),

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

Perlukaan(-), infeksi (-), mobilitas (leluasa), Fibrosis (-), HNP (-)


- Lainnya tidak ada
2. Pemeriksaan Ekstremitas
- Ekstremitas Atas
 Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris), deformitas (-) Fraktur
(-), lokasi fraktur tidak ada, jenis fraktur tidak ada, kebersihan
luka tidak ada, terpasang gips(-), Traksi ( - ), atropi otot (-)
IV line: terpasang di tangan kiri , ukuran abocatch 18 G.
tetesan: 20 tpm
ROM: aktif
Lainnya: tidak ada
 Palpasi Perfusi: tidak terdapat
edema CRT: < 2 detik
Edema : ( 1 )
Lakukan uji kekuatan otat : (4)
Lainnya: tidak ada
- Ekstremitas Bawah :
 Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris), deformitas (-) Fraktur (-
), lokasi fraktur tidak ada, jenis fraktur tidak ada kebersihan luka
tidak ada , terpasang gips (-), Traksi ( - ), atropi otot (-).
IV line: terpasang tidak ada, ukuran abocatch tidak ada tetesan:
tidak ada
ROM: aktif
Lainnya: tidak ada
 Palpasi Perfusi: tidak terdapat edema,
 CRT: < 2 detik
 Edema : (1)
 Kekuatan otot : (4)
 Lainnya: tidak ada

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

Kesimpulan palpasi ekstermitas :

- Edema : 00
00

- uji kekuatan otot :

44

44

3. Data Penunjang Diagnostik


a. Pemeriksaan Laboratorium 26 Oktober 2022
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 12,6g/dl 12 -14 g/dl
Leukosit ��
4600/ 3
5000-10000//3
Trombosit 258.000/� 150000-400000/� �3
�3
Hematocrit 37 – 43%
3,94 %
Glukosa darah <200
93
sewaktu

b. Pemeriksaan Radiologi : CT Scan


Hasil Pemeriksaan radiologi : Tumor frontal
c. Lain-lain: tidak ada
Hasil pemeriksaan : tidak ada
4. Therapi Saat ini :
Pemberian infus Nacl 0, 9 %
5. Kesimpulan status fisik (ASA):
Asa III, karena pasien hipertensi

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

6. Pertimbangan Anestesi
a. Faktor penyulit:
Tidak ada faktor penyulit obstruksi jalan nafas
b. Jenis Anestesi : general anestesi
Indikasi : untuk operasi yang membutuhkan waktu lama dan bagian
ekstremitas atas
c. Teknik Anestesi : inhalasi (ett)
Indikasi: untuk mempertahankan jalan nafas pasien dan kestabilan
hemodinamik

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

e. Analisa Data
No Symptom Etiologi Problem
I. PRE ANESTESI
1 DS: Pasien mengatakan ada Proses penyakit akibat nyeri akut
benjolan di derah dahi dan
tumor
terasa nyeri

DO:
 TD : 150/89mmHg
 HR :105x/menit
 RR : 25x/menit
 Pasien tampak
kesakitan
 Terdapat benjolan di
dahi
 Nyeri di rasakan
seperti tertusuk-
tusuk
 Nyeri menjalar ke
area mata
 Skala nyeri 6
 Nyeri terus menerus
2 DS: pasien mengatakan Ancaman actual Ansietas
cemas terhadap benjolan di
akibat :tumor
dahi akan timbul lagi
setelah operasi

DO:
 TD : 150/89mmHg
 HR : 105x/menit
 RR:25x/menit
 Pasien sering
bertanya tentang
penyakitnya
 Pasien tampak
tegang

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

II.INTRA ANESTESI

No Symptom Etiologi Problem


1 DS: - Disfungsi neuromuscular Bersihan jalan
DO : dampak sekunder obat nafas tidak
 TD : 143/97mmhg general anestesi efektif
 HR : 91 x/i
 RR : 24x/i
 Pasien belum sadar
 Pasien terpasang
ETT
 Sekret yang berlebih

2 DS : - Pengaruh sekunder obat Resiko Jatuh


DO : general anestesi
 TD : 143/97 mmHg
 HR : 91 x/i
 RR : 24x/i
 SpO2 : 98%
 Pasien dalam
pembiusan

II. PASCA ANESTESI


No Symptom Etiologi Problem
1 DS: Pasien mengatakan Pengaruh sekunder obat Gangguan rasa
mual,pusing dan mulut general anestesi nyaman mual
terasa pahit muntah
DO:

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

 TD : 140/95mmHg
 HR : 89x/i
 RR : 22x/i
 Pasien tampak pucat

II. Problem ( Masalah )


1) PRE ANESTESI
a. Prioritas tinggi ( mengancam nyawa ) Nyeri akut
b. Prioritas sedang ( mengancam status kesehatan )
c. Prioritas rendah ( situasi yang tidak berhubungan langsung prognosis
dari suatupenyakit yang secara spesifik )
Alasan prioritas : Menyebabkan pasien kurang kooperatif
2) INTRA ANESTESI
a. Prioritas tinggi ( mengancam nyawa ) Bersihan jalan nafas
b. Prioritas sedang ( mengancam status kesehatan )
c. Prioritas rendah ( situasi yang tidak berhubungan langsung prognosis
dari suatupenyakit yang secara spesifik )
Alasan prioritas: Menyebabkan pasien apneu
3) PASCA ANESTESI
a. Prioritas tinggi ( mengancam nyawa )
b. Prioritas sedang ( mengancam status kesehatan ) Resiko Jatuh
c. Prioritas rendah ( situasi yang tidak berhubungan langsung prognosis
dari suatupenyakit yang secara spesifik )
Alasan prioritas : Dapat menybebkan cedera

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

I. Rencana Intervensi, Implementasi dan Evaluasi

1) Pra Anestesi
Nama :Ny.S No. CM : 254032
Umur : 49 Tahun Dx : Tumor Frontal

Jenis kelamin : Perempuan Ruang : Premedikasi

No Problem(Masalah) Rencana Intervensi Implementasi Evaluasi Nama &


Tujuan Intervensi Paraf
DS: Pasien mengatakan Setelah 1. Monitor TTV 1. Memonitor TTV S: pasien mengatakan nyeri sudah
ada benjolan di derah dilakukan 2. Kaji tingkat nyeri  TD 150 /100mmHg
berkurang
dahi dan terasa nyeri  P :penyebab  HR 91x/mnt
asuhankepena nyeri  RR 24x/mnt O: TD 150/100.mmHg
DO:  Q: kualitas 2. Kaji tingkat nyeri  HR 91x/mnt
taan anestesi
nyeri  P :Benjolan didahi  RR 24x/mnt
 TD :
selama 1 jam  R:lokasi nyeri  Q: tertusuk-tusuk  Skala nyeri 5
150/89mmHg  S:skala nyeri  R:Menjalar ke
 HR :105x/menit maka nyeri  T:lama nyeri daerah mata
 RR : 25x/menit menurun A: Masalah teratasi sebagian
3. Ajarkan relaksasi  S:skala nyeri 5
 Pasien tampak nafas dalam  T : Terus menerus
dengan P: Intervensi dihentikan, pasien
kesakitan 4. Kolaborasi dengan
 Terdapat kriteria hasil: DSAN dalam 3. Mengajarkan relaksasi dipindahkan ke kamar operasi
benjolan di dahi  TTV dbn pemberian nafas dalam

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

 Nyeri di rasakan  Pasien analgetik 4. Berkolaborasi dengan


seperti tertusuk- menyatakan DSAN dalam
tusuk nyeri pemberian analgetik
 Nyeri menjalar menurun (fentanyl)
ke area mata  Pasien
mampu
 Skala nyeri 6 istirahat
 Nyeri terus  Pasien
menerus tampak
tenang

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

ASSESMEN PRA INDUKSI/


RE- ASSESMEN
Tanggal : 26 Oktober 2022
Kesadaran : composmentis Pemasangan IV line : √1 buah □ 2 buah □ tangan kiri 18 g
Tekanan darah: 150/100 mmHg, Nadi 91x/mnt. Kesiapan mesin anestesi : √ Siap/baik □ ………
RR : 24x/mnt Kesiapan Sumber gas medik : √ Siap/baik □ ………
0
Suhu : 36,8 C Saturasi O2 98% Kesiapan volatile agent : √ Siap/baik □ ………
Gambaran EKG : - Kesiapan obat anestesi parenteral : √ Siap/baik □ ………
Kesiapan obat emergensi : √ Siap/baik □ ………
Penyakit yang diderita : □Tidak ada √Ada, sebutkan (Hipertensi)
Penggunaan obat sebelumnya: □Tidak ada √Ada, sebutkan (Paracetamol)
Gigi palsu : √ Tidak ada □ Ada , permanen □
Ada,sudah dilepas Alergi : √ Tidak ada □ Ada,
sebutkan…………
Kontak lensa : √ Tidak ada □ Ada ,
sudah dilepas. Asesoris : √ Tidak ada □ Ada,
sebutkan tidak ada
CATATAN LAINNYA:

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

2) Intra Anestesi
Nama : Ny. S No. CM : 254032
Umur : 49 th Dx : Tumor Frontal

Jenis kelamin : perempuan Ruang : OK

No Problem(Masalah) Rencana Intervensi Implementasi Evaluasi Nama &


Tujuan Intervensi Paraf
Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan 1. Monitor TTV 1. Memonitor TTV S: -
tidak efektif b.d Asuhan 2. Atur posisi pasien  TD 143/97mmHg
O:
disfungsi keperawatan 3. Pantau tanda-tanda  HR 89x/mnt
 TD 143/97 mmHg
neuromuscular dampak anestesi / askan ketidakefektifan jalan  RR 22x/mnt
 HR 89x/mnt
sekunder obat general selama 1 jam, nafas 2. Mengatur posisi pasien
 RR 22 x/mnt
anestesi bersihan jalan 4. Pantau respirasi dan senyaman mungkin
 Pasien tampak tidak sianosis
DS : - nafas membaik status oksigenisasi  Posisi pasien sim kanan
dengan K.H : 5. Pasang peralatan 3. Memantau tanda-tanda A: Masalah teratasi
DO :  TTV dbn oksigen ketidakefektifan jalan nafas
 TD 143/97mmHg  Lama nafas 6. Lakukan suction jika 4. Memantau respirasi dan status P: Intervensi Dihentikan
 HR 91x/menit sesuai dengan terdapat secret yang oksigenisasi
 RR 24x/i yang diharapkan berlebih 5. Memasang peralatan oksigen
 Pasien belum  Pola nafas 6. Melakukan suction
sadar normal
 Pasien terpasang  Tidak sianosis
ETT

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

1) Pasca Anestesi
Nama : Ny. S No. CM : 254032

Umur : 49 tahun Dx : Tumor Frontal


Jenis kelamin : perempuan Ruang : RR

No Problem(Masalah) Rencana Intervensi Implementasi Evaluasi Nama &


Tujuan Intervensi
rre

Paraf
Gangguan rasa Setelah dilakukan 1. Monitor TTV 1. Memonitor TTV S: pasien mengatakan mual
nyaman mual Asuhan keperawatan 2. Atur posisi pasien  TD 143/82mmHg berkurang
muntah b.d pengaruh anestesi / askan 3. Tingkatkan  HR 80x/mnt O:
sekunder obat selama 1 jam, Mual keseimbangan cairan  RR 21x/mnt  TD 143/82mmHg
muntah berkurang dan pencegahan 2. Mengatur posisi pasien  HR 80x/mnt
general anestesi
dengan K.H : komplikasi semi fowler  RR 21x/mnt
DS: Pasien  TTV dbn 4. Kolaborasi dengan 3. Meningkatkan  Pasien tidak muntah
mengatakan  Pasien mengatakan DSAN dalam keseimbangan cairan  Akral teraba hangat
mual,pusing dan mual berkurang pemberian antiemetik dengan pemberian
mulut terasa pahit A: Masalah teratasi
 Pasien tidak muntah cairan asering
DO:  Akral teraba hangat 4. Berkolaborasi dengan P: Intervensi dihentikan
 TD : DSAN dalam Pasien dipindahkan ke
140/95mmH pemberian antiemetic ruang inap
g ranitidine
 HR : 89x/i
 RR : 22x/i
Pasien tampak
pucat

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

PASCA ANESTESI

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

II. Format Hand Over recovery Room ke Ruang Rawat Inap

Nama : Ny.S No.CM :254032


Umur : 49 tahun Diagnosa :Tumor Frontal
Jenis kelamin : perempuan Ruang : RR

S (Situation) Pasien ny.S umur 49 tahun dengan


diagnose tumor frontal dilakukan
operasi exsisi pada tanggal 27
oktober 2022

B (Background) Saat dilakukan exsisi pasien


mengalami bradikardi

A Pasien akan berisiko mengalami


(Assestment/Anal mual dan muntah serta nyeri
isa)
R Berkolaborasi dengan dokter
(Recommendatio dalam pemberian antiemetic dan
n) analgetik
Nama dan Paraf Nama Paraf
yang
menyerahkan
pasien
Nama dan paraf Nama Paraf
yangmenerima
pasien

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)


lOMoARcPSD|30678263

Downloaded by 25. Hendrikus D Wato Tukan (hendrikustukan10@gmail.com)

Anda mungkin juga menyukai