Seminar Kel 7 Merged Laporan Kerja
Seminar Kel 7 Merged Laporan Kerja
Disusun Oleh :
LEMBAR PENGESAHAN
Kelompok 7
Mengetahui
Ns. Aric Frendi Andriyan, S. Kep, M. Kep Ns.Yance Komela Sari, S.Kep, M. Kep
Pembimbing Klinik
Pembimbing Klinik
DAFTAR ISI
LAPORAN SEMINAR KELOMPOK.................................................................1
Halaman judul........................................................................................................1
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................... ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................v
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Tujuan umum...........................................................................................2
C. Tujuan khusus..........................................................................................3
BAB II..................................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................... 4
1. Definisi......................................................................................................4
2. Etiologi......................................................................................................5
4. Pemeriksaan Penunjang......................................................................... 7
5. Penatalaksanaan Medis.......................................................................... 8
B. Pertimbangan Anestesi......................................................................... 12
1. Definisi Anestesi.....................................................................................12
2. Jenis Anestesi......................................................................................... 12
3. Teknik Anestesi...................................................................................... 12
4. Rumatan Anestesi..................................................................................13
5. Resiko..................................................................................................... 13
BAB IV .....................................................................................................................
PENUTUP................................................................................................................
A. Kesimpulan ...............................................................................................
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunianya kepada kita semua, serta kesempatan untuk
menyelesaikan Laporan Seminar ini. Laporan ini berjudul tentang “Tumor
Frontal” yang bertujuan untuk memenuhi seminar kelompok. Selain itu, kami juga
berharap agar laporan ini dapat menambah wawasan bagi para pembaca. Pada
kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tidak
terhingga kepada :
Kami menyadari bahwa Laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang ibu/bapak berikan akan kami terima untuk
kesempurnaan laporan ini.
Hamid Kurniwan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumor disebut sebagai neoplasma atau lesi, yang dimana terdapat
jaringan abnormal yang tumbuh pada sel yang tidak tidak terkontrol dan
merupakan sel yang dapat bereproduksi secara cepat dan tidak terkendali.
Tumor Serebri atau biasa dikenal dengan tumor otak merupakan suatu massa
jaringan yang pertumbuhannya tumbuh secara tidak normal, sel-sel tumor
berkembang dan tumbuh secara tidak terkendali (Siregar, 2022)
Terdapat dua jenis tumor otak yaitu tumor primer dan tumor otak
metastasis. Letak tumor otak primer bisa berasal dari area sekitar jaringan
otak ataupun area dekat otak. Tumor otak primer dikategorikan menjadi dua,
yaitu tumor glial yang terdiri dari sel glial ataupun non glial yang dimana sel
tumor tumbuh pada atau dalam struktur otak, saraf, pembuluh darah dan
kelenjar didalam otak. Tumor otak primer ini merupakan tumor yang tidak
menyebar ke organ lain dan dapat disebut sebagai tumor otak jinak.
Sedangkan tumor otak metastatis dapat dijumpai di bagian tubuh lain seperti
payudara, paru-paru dan bagian tubuh lainnya. Pada tumor metastatis setelah
tumor menetap dianggota tubuh lain maka tumor metastatis kemudian
berpindah dan menyebar ke otak, penyebaran tumor metastatis ini menyebar
melalui pembuluh darah. Tumor metastatis dapat juga disebut sebagai kanker
atau tumor otak ganas (Ghozali & Sumarti, 2021).
Di Amerika dan Eropa, insidensi tumor otak meningkat dari
17.6/100.000 sampai 22.0/100.000 populasi dimana sekitar 18.500 kasus baru
tumor otak primer didiagnosis tiap tahun di Amerika dan kasus tersebut
memiliki angka kematian yang cukup tinggi sebesar 3% untuk 5 tahun
survival rate.(2) Di Republik Korea pada tahun 2010 sebanyak 10.004 kasus
tumor otak didiagnosis dari populasi 49,9 juta penduduk dimana 601 kasus
(6%) berkembang pada anak - anak di bawah usia 19 tahun.(1) Insiden pada
laki–laki sebesar 38,6% dan pada wanita sebesar 61,4 %. Insidensi tumor otak
jinak adalah sebesar 71% dan tumor otak jinak ini berkembang dua kali lebih
sering pada wanita dibandingkan pada laki –laki. Insiden berdasarkan lokasi
asalnya (tumor origin) yaitu pada meninges (33%), parenkim otak (29,8%),
bagian sellar (21,8%), nervus spinalis dan cranialis (15,4%).(1) Meskipun.
Diindonesia pengidap tumor otak terus meningkat akhir-akhir ini. Kenaikan
prevalensi permasalahan tumor otak ini menampilkan terdapatnya ancaman
sungguh-sungguh untuk bangsa Indonesia (Widodo et al., 2019).
Tumor otak bisa menyebabkan menyusutnya kehidupan berkualitas
pengidapnya, juga menyebabkan beban sosial serta ekonomi untuk pengidap
serta keluarganya, warga serta negeri. Salah satu tindakan untuk mengetahui
penyakit tumor otak ini ialah dengan melaksanakan pengecekan radiologis,
pada pengecekan ini yang perlu dicoba antara lain Computed Tomografi Scan
(CT-Scan), Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan Positron Emission
Tomography–Computed Tomography (PET CT-scan). Dengan adanya kasus
tumor otak semakin tahun semakin meningkat, maka perlu adanya metode
pengobatan secara klinis. Oleh karena itu modalitas pengobatan tumor otak
adalah pembedahan, terapi radiasi, dan pengobatan sistemik, termasuk
kemoterapi, terapi target, terapi hormonal, dan imunoterapi serta kombinasi
(Ghozali & Sumarti, 2021).
pengobatan klinis tumor otak penting dilakukan yang bertujuan
untuk memberikan pemahaman secara keseluruhan mengenai tumor otak
sekaligus pengobatan yang efektif, sehingga menurunkan angka kejadian
kasus tumor otak. Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini agar
pembaca mendapat wawasan dan menambah ilmu pengetahuan tentang
berbagai pengobatan yang dilakukan secara klinis pada penderita tumor otak
(Ghozali & Sumarti, 2021).
B. Tujuan umum
Tercapainya asuhan keperawatan anestesi yang baik pada pasien
dengan Diagnosa Tumor Frontal Dilakukan Tindakan operasi Exsisi dengan
Teknik General Anestesi.
C. Tujuan khusus
1. Mengetahui pengkajian yang lengkap secara rinci.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Tumor otak merupakan suatu pertumbuhan jaringan abnormal yang
dimana sel terus bertumbuh dan berkembang secara tidak terkontrol. Tumor
otak termasuk neoplasma yang berasal dari parenkim otak, meningen dan
glandula pituitary atau struktur tulang intracranial yang secara tidak
langsung dapat mempengaruhi jaringan pada otak itu sendiri(Ghozali &
Sumarti, 2021)
Letak tumor otak primer bisa berasal dari area sekitar jaringan
otak ataupun area dekat otak dikategorikan menjadi dua, yaitu tumor
glial yang terdiri dari sel glial ataupun non glial yang dimana sel tumor
tumbuh pada atau dalam struktur otak, saraf, pembuluh darah dan
kelenjar didalam otak. Tumor otak primer ini merupakan tumor yang
tidak menyebar ke organ lain dan dapat disebut sebagai tumor otak
jinak.
2. Etiologi
Menurut Yueniwati,(2017) belum ada penyebab yang jelas untuk
tumor otak, namun ada beberapa faktor yang perlu ditinjau yaitu:
a. Herediter
c. Radiasi
d. Virus
e. Trauma kepala
gangguan penglihatan,
pandangan ganda,
kejangkejang (21,3%),
kebingungan (4,5%),
diplopia (0,3%),
4. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Yueniwati, (2017) Pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan dalam mendiagnosa tumor otak antara lain :
5. Penatalaksanaan Medis
a. Pembedahan
Dalam pengobatan tumor otak adalah bagi ahli bedah saraf untuk
mengangkat tumor secara aman tanpa mempengaruhi fungsi normal otak.
Operasi bedah atau bisa dikombinasikan dengan terapi radiasi dapat
mengontrol atau menyembuhkan berbagai jenis tumor, diantaranya
astrositoma derajat rendah, ependimoma, kraniofaringgioma,
ganglioglioma, dan meningioma. Tumor cenderung menyebar luas ke
otak terdekat sampai jaringan sumsum tulang belakang, seperti
astrositoma anaplastik atau glioblastoma, biasanya tidak dapat
disembuhkan dengan operasi bedah. Proses pembedahan sering
dilakukan terlebih dahulu untuk mengurangi jumlah tumor, kemudian
diobati dengan radiasi atau kemoterapi, hal ini membantu pengobatan ini
berhasil dan bisa memperpanjang hidup pada orang tersebut terutama
pasien orang dewasa, bahkan jika semua tumor tidak dapat diangkat
(Ghozali & Sumarti, 2021).
atau partikel kecil untuk menghancurkan sel tumor. Jenis pengobatan ini
diberikan oleh dokter yang disebut ahli onkologi radiasi dibantu oleh
fisikawan medis (Ghozali & Sumarti, 2021).
2. Kemoterapi
Para peneliti telah mempelajari lebih banyak tentang cara kerja
sel yang menyebabkan tumor atau membantu sel tumor tumbuh, dan
telah mengembangkan obat baru yang secara khusus dalam menargetkan
perubahan ini. Obat baru yang ditargetkan ini berbeda dengan standar
obat kemoterapi. Obat tersebut masih dalam tahap uji dan berpeluang
besar dalam mengobati tumor otak, namun bisa digunakan untuk jenis
tumor tertentu . Kemoterapi yang diberikan bisa dikombinasikan dengan
radiasi telah terbukti meningkatkan kelangsungan hidup pada kasus
tertentu. Misalnya, pemberian obat kemoterapi waf er carmustine
(Gliadel), atau temozolomide (Temodar) pada pasien yang lebih muda
sampai dewasa ditempatkan selama operasi telah meningkatkan
kelangsungan hidup pada pasien tumor otak dan glioma derajat tinggi
(Ghozali & Sumarti, 2021).
3. Rehabilitasi Medik
Pengembalian kemampuan fungsional dan aktivitas kehidupan
sehari-hari serta meningkatkan kualitas hidup pasien dengan cara aman
dan efektif merupakan tujuan dilakukannya rehabilitasi medik. Sebelum
dilakukan tindakan definitif, pendekatan rehabilitasi medik dapat
diberikan sedini mungkin dan dapat dilakukan pada berbagai tahapan
dan pengobatan penyakit yang disesuaikan dengan tujuan penanganan
rehabilitasi tumor mulai dari preventif, restoratif, suportif, ataupun
paliatif (Widodo et al., 2019).
Aspek penatalaksanaanya menurut (Widodo et al., 2019) meliputi:
a) gangguan kognitif dan perilaku, perubahan kepribadian, dan emosi
b) gangguan fungsi mobilisasi ambulasi akibat gangguan fleksibilitas,
kekuatan otot, koordinasi dan keseimbangan (sesuai lokasi tumor),
visual, kinesia, kelemahan umum, dan tirah baring lama.
B. Pertimbangan Anestesi
1. Definisi Anestesi
Anestesi artinya adalah pembiusan, berasal dari bahasa Yunani an
artinya "tidak atau tanpa" dan aesthētos, "artinya persepsi atau kemampuan
untuk merasa". Anestesi sendiri secara umum berarti suatu tindakan untuk
menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan maupun berbagai
prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh salah satunya
yaitu pada saat melakukan prosedur endoskopi saluran kemih ( Ghoiem,
G.et all ).
2. Jenis Anestesi
General anestesi merupakan tindakan menghilangkan rasa sakit
secara sentral disertai hilangnya kesadaran (reversible). Tindakan general
anestesi terdapat beberapa teknik yang dapat dilakukan adalah general
anestesi denggan teknik intravena anestesi dan general anestesi dengan
inhalasi yaitu dengan face mask (sungkup muka) dan dengan teknik
intubasi yaitu pemasangan endotrecheal tube atau gabungan keduanya
inhalasi dan intravena ( Ghoiem G., et al ).
3. Teknik Anestesi
Teknik General Anestesi menurut (Ghoiem G.et., al) ;
a. General Anestesi Intravena
Teknik general anestesi yang dilakukan dengan jalan menyuntikkan
obat anestesi parenteral langsung ke dalam pembuluh darah vena.
b. General Anestesi Inhalasi
Teknik general anestesi yang dilakukan dengan jalan memberikan
kombinasi obat anestesi inhalasi yang berupa gas dan atau cairan yang
mudah menguap melalui alat atau mesin anestesi langsung ke udara
inspirasi.
c. Anestesi Imbang
Merupakan teknik anestesi dengan mempergunakan kombinasi
obat-obatan baik obat anestesi intravena maupun obat anestesi inhalasi
4. Rumatan Anestesi
Pada anestesi umum dikenal dengan induksi dan rumatan
(maintenance) yang di artikan sebagai tindakan untuk mengawali dan
mempertahankan kedalaman anestesi dipertahankan dengan agen inhalasi
atau intravena kontinu, baiksebagai agen tunggal maupun kombinasi fase
rumatan biasanya merupakan bagian paling satbil dari seluruh tahapan
anestesi kedalaman anestesi dapat berubah dan tingkat kedalaman yang
diperlukan dapat berbeda antara satu operasi dengan operasi lain ( Rehatta
2019).
Anestesi yang terlalu dalam dikaitkan dengan penurunan denyur
jantung dantekanan darah yang dapat membahayakan perfusi ke organ
vital. Anestesi yang terlalu dalam juga berkibat lambatnya pulih sadar dan
efek efek samping yang lenih banyak (Rehatta 2019).
5. Resiko
Pulih dari anestesi umum idelnya secara bertahap dan tanpa
keluhan. Sebagian besar pasien mengalami pemulihan dari anestesi tanpa
kejadiankejadian khusus tetapi sejumlah kecil pasien dengan jumlah yang
tidak dapat diperkirakan mengalami komplikasi (Gwinnutt, 2011).
Komplikasi pascaanestesi umum menurut (Latif et al,. 2010) sebagai
berikut :
1. Gangguan pernapasan
Obstruksi jalan napas parsial atau total, tidak ada ekspirasi (tidak ada suara
napas) paling sering dialami pada pasien pascaanestesi umum yang belum
sadar karena lidah jatuh menutup faring atau edema laring. Penyebab lain
yaitu kejang laring (spasme laring) pada pasien menjelang sadar karena
laring terangsang oleh benda asing, darah atau sekret. Selain itu, pasien
dapat mengalami sianosis (hiperkapnea, hiperkarbia) atau saturasi O2 yang
menurun (hipoksemia) yang disebabkan pernapasan pasien yang lambat
dan dangkal (hipoventilasi). Pernapasan lambat dapat diakibatkan karena
pengaruh obat opioid dan dangkal karena pelumpuh otot yang masih
bekerja. Hipoventilasi yang berlanjut akan menyebabkan asidosis,
hipertensi, takikardi yang berakhir dengan depresi sirkulasi dan henti
jantung.
2. Gangguan kardiovaskular
Komplikasi pada sistem sirkulasi yang dapat dijumpai pada pasien
dengan anestesi umum yaitu hipertensi dan hipotensi. Hipertensi 19
dapat disebabkan oleh nyeri akibat pembedahan, iritasi pipa trakhea,
cairan infus berlebihan, atau aktivasi saraf simpatis karena hipoksia,
hiperkapnia, atau asidosis.
Hipertensi akut dan berat yang berlangsung lama akan menyebabkan
gagal ventrikel kiri, infark miokard, disritmia, edema paru, atau
perdarahan otak. Hipotensi disebabkan akibat aliran isian balik vena
(venous return) menurun yang disebabkan perdarahan, terapi cairan
kurang adekuat, hilangnya cairan, kontraksi miokardium kurang kuat,
atau tahanan veskular perifer menurun.
Hipotensi harus segera ditangani agar tidak terjadi hipoperfusi organ
vital yang berlanjut dengan hipoksemia dan kerusakan jaringan.
3. Mual muntah
Mual dan muntah pascaanestesi dapat terjadi pada 80% pasien yang
menjalani pembedahan dan anestesi. Beberapa pasien lebih memilih
untuk merasakan nyeri dibandingkan mual dan muntah pasca bedah.
Mual dan muntah pasca bedah merupakan efek samping yang umum
terjadi setelah sedasi dan anestesi umum. Insidensinya paling tinggi
sesai dengan kebutuhan individu (klien). Oleh karena itu pengkajian yang
benar, akurat, lengkap, dan sesuai dengan kenyataan sangat penting dalam
Skala nyeri 7
penyakit .
anestesi.
anestesi.
3. Rencana Anestesi
Q : qualitas nyeri
TTV dalam batas
nyeri menurun
T : lama nyeri
Pasien mampu
3. Gunakan teknik
istirahat
komunikasi
ajarkan teknik
relasasi
4. Kolaborasi
dengan dokter
DSAN dalam
pemberian
analgetik
yang diharapkan
normal relaksasi
pemberian anti
Pasien tidak muntah
emetik
Pasien mengatakan
muntah
4. Evaluasi
dan planing). Subjek berisi respon yang diungkapkan oleh pasien dan
dari kriteria hasil apakah teratasi, teratasi sebagiam atau belum teratasi.
kriteria hasil yang telah ditetapkan, tujuan tidak tercapai jika klien
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tumor otak merupakan suatu pertumbuhan jaringan abnormal yang
dimana sel terus bertumbuh dan berkembang secara tidak terkontrol. Tumor
otak termasuk neoplasma yang berasal dari parenkim otak, meningen dan
glandula pituitary atau struktur tulang intracranial yang secara tidak langsung.
Terdapat dua jenis tumor otak yaitu tumor primer dan tumor otak metastasis.
Sudah lebih dari 150 jenis tumor otak yang berbeda telah
didokumentasikan, namun ada dua kelompok tumor otak yaitu jenis primer
dan tumor otak jenis metastasis Gejala umum, seperti sakit kepala dan kejang,
disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial. Gejala lokal, seperti
kelemahan unilateral atau perubahan kepribadian, disebabkan oleh kerusakan
jaringan atau kompresi daerah khusus.
DAFTAR PUSTAKA
Ghozali, M., & Sumarti, H. (2021). Pengobatan Klinis Tumor Otak pada Orang
Widodo, D., Andriani, R., & Haq, I. B. I. (2019). Pedoman nasional pelayanan
pustaka pratama
Rehatta N.M (2019). Anestesiologi dan terapi intensif. Jakarta Pt gramedia pustaka
pratama
Riwayat Tumor Otak Otak pada keluarga Merokok, makan-makanan yang di bakar
Terpapar Sinar X Seperti nuklir, radioterapi
Tumor Otak
Hipoksia serebral
Hipoksia Serebral Peningkatan TIK
Tumor Otak
Pembedahan
Penumpukan secret
dijalan nafas
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
1) Pengumpulan Data
1. Anamnesis
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 49 tahun
Jeniskelamin : perempuan
Agama : islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Suku Bangsa : Indonesia
Status perkawinan` : Menikah
Golongan darah :O
Alamat : Indrapura
No. CM 254032
Diagnosa medis : Tumor Frontal
Tindakan Operasi : Exsisi
Tanggal MRS : 26 Oktober 2022
Tanggal pengkajian : 27 Oktober 2022.
Jam Pengkajian : 11.00 WIB
Jaminan : BPJS
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pedagang
Suku Bangsa : Indonesia
Hubungan dg Klien : Anak
Alamat : Indrapura
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
a. Saat Masuk Rumah Sakit
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 27 Oktober
2022 jam 11.00 WIB diruang premedikasi pasien kiriman dari
poli,pasien mengatakan terdapat benjolan didahi,terasa nyeri
sejak 6 bulan yang lalu.
b. Saat Pengkajian
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 27
Oktober 2022 jam 11.00 WIB diruang premedikasi
pasien
a) Merokok : Tidak
b) Alkohol : Tidak
c) Kopi/teh : Tidak
Frekuensi : 8 gelas/hari
Jenis : air putih
Cara : oral
Minum Terakhir : 09.00 WIB
Keluhan : tidak ada keluhan
Lainnya : tidak ada
Saat Ini
Frekuensi : 7 gelas
Jenis : air putih
Cara : oral
Minum Terakhir : 2 jam sebelum operasi (09.00 wib)
Keluhan : tidak ada keluhan
Lainnya : tidak ada
3) Nutrisi/ makanan
Sebelum Sakit
Frekuensi : 3x sehari
Jenis : padat
Porsi : 1 porsi
Diet khusus : tidak ada diet khusus
Makanan yang disukai : rendang
Napsu makan : baik
Puasa terakhir : tidak ada
Keluhan : tidak ada keluhan
Lainnya : tidak ada
Saat ini
Frekuensi : 3x sehari
Jenis : semi padat ( bubur)
Porsi : 1 porsi
Diet khusus : tidak ada diet khusus
Makanan yang disukai : rendang
Napsu makan : baik
Puasa terakhir : 05:00 WIB
Keluhan : tidak ada keluhan
Lainnya : tidak ada
4)Eliminasi
1) BAB
Sebelum sakit
Frekuensi : 1 kali sehari
Konsistensi : padat
Warna : Kekuningan
Bau : khas
2. BAK
Sebelum sakit
Frekuensi : 6x sehari
Konsistensi: cair (pagi- malam)
Warna : kuning jernih
Bau : khas
Cara (spontan/dg alat) : spontan
Keluhan : tidak ada keluhan
Lainnya : tidak
ada Saat ini
Frekuensi : 5 kali sehari
Konsistensi : cair ( pagi-malam)
Warna : kuning
Bau : amonia
Cara (spontan/dg alat): spontan
Keluhan : tidak ada keluhan
Lainnya : tidak
2) B2 ( BOOD )
- Konjungtiva : □ anemis √ tidak
- Vena jugularis : pembesaran □ ya √ tidak
- BJ I : □tunggal □ ganda √regular □ irreguler
- BJ II : □ tunggal □ ganda √ regular □ irregular
- Bunyi jantung tambahan: BJ III □ murmur (tidak ada)
a. B3 ( BRAIN )
- Kesadaran : √ kompomentis □ apatis □ delirium □ somnolen
□ sopor
□ koma
- GCS : Verbal 5 Motorik: 6Mata : 4
- Reflek fisiologis
Reflek bisep ( + )
Reflek trisep ( + )
Reflek brachiradialis ( + )
Reflek patella ( + )
Reflek achiles ( + )
- Reflek Pathologis
Bila dijumpai adanya kelumpuhan ekstremitas pada kasus-
kasus tertentu.
Reflek babinski (-)
Reflek chaddok (-)
Reflek schaeffer (-)
Reflek oppenheim (-)
Reflek gordon (-)
b. B4 ( BOWEL )
- Frekuensi peristaltic usus : 23x/menit
- Titk Mc. Burney : □ nyeri tekan □ nyeri lepas
(tidak ada)
- Borborygmi : □Ya √ Tidak □ nyeri
menjalar
- Pembesaran hepar : □Ya √ Tidak
- Distensi : □Ya √ Tidak
- Asites : □shiffing dullness √undulasi
c. B4 ( BLADER)
- Buang air kecil : √ Spontan □Tidak
- Terpasang kateter : □Ya √ Tidak
- Gagal ginjal : □Ya √ Tidak
- Infeksi saluran kemih : □Ya √ Tidak
- Produksi urine : 500 cc
- Retensi urine : □Ya √ Tidak
d. B6 ( BONE )
1. Pemeriksaan Tulang Belakang :
- Kelainan tulang belakang: Kyposis (-), Scoliosis (-), Lordosis (-),
- Edema : 00
00
44
44
6. Pertimbangan Anestesi
a. Faktor penyulit:
Tidak ada faktor penyulit obstruksi jalan nafas
b. Jenis Anestesi : general anestesi
Indikasi : untuk operasi yang membutuhkan waktu lama dan bagian
ekstremitas atas
c. Teknik Anestesi : inhalasi (ett)
Indikasi: untuk mempertahankan jalan nafas pasien dan kestabilan
hemodinamik
e. Analisa Data
No Symptom Etiologi Problem
I. PRE ANESTESI
1 DS: Pasien mengatakan ada Proses penyakit akibat nyeri akut
benjolan di derah dahi dan
tumor
terasa nyeri
DO:
TD : 150/89mmHg
HR :105x/menit
RR : 25x/menit
Pasien tampak
kesakitan
Terdapat benjolan di
dahi
Nyeri di rasakan
seperti tertusuk-
tusuk
Nyeri menjalar ke
area mata
Skala nyeri 6
Nyeri terus menerus
2 DS: pasien mengatakan Ancaman actual Ansietas
cemas terhadap benjolan di
akibat :tumor
dahi akan timbul lagi
setelah operasi
DO:
TD : 150/89mmHg
HR : 105x/menit
RR:25x/menit
Pasien sering
bertanya tentang
penyakitnya
Pasien tampak
tegang
II.INTRA ANESTESI
TD : 140/95mmHg
HR : 89x/i
RR : 22x/i
Pasien tampak pucat
1) Pra Anestesi
Nama :Ny.S No. CM : 254032
Umur : 49 Tahun Dx : Tumor Frontal
2) Intra Anestesi
Nama : Ny. S No. CM : 254032
Umur : 49 th Dx : Tumor Frontal
1) Pasca Anestesi
Nama : Ny. S No. CM : 254032
Paraf
Gangguan rasa Setelah dilakukan 1. Monitor TTV 1. Memonitor TTV S: pasien mengatakan mual
nyaman mual Asuhan keperawatan 2. Atur posisi pasien TD 143/82mmHg berkurang
muntah b.d pengaruh anestesi / askan 3. Tingkatkan HR 80x/mnt O:
sekunder obat selama 1 jam, Mual keseimbangan cairan RR 21x/mnt TD 143/82mmHg
muntah berkurang dan pencegahan 2. Mengatur posisi pasien HR 80x/mnt
general anestesi
dengan K.H : komplikasi semi fowler RR 21x/mnt
DS: Pasien TTV dbn 4. Kolaborasi dengan 3. Meningkatkan Pasien tidak muntah
mengatakan Pasien mengatakan DSAN dalam keseimbangan cairan Akral teraba hangat
mual,pusing dan mual berkurang pemberian antiemetik dengan pemberian
mulut terasa pahit A: Masalah teratasi
Pasien tidak muntah cairan asering
DO: Akral teraba hangat 4. Berkolaborasi dengan P: Intervensi dihentikan
TD : DSAN dalam Pasien dipindahkan ke
140/95mmH pemberian antiemetic ruang inap
g ranitidine
HR : 89x/i
RR : 22x/i
Pasien tampak
pucat
PASCA ANESTESI