Skills Lab Blok 6cardio
Skills Lab Blok 6cardio
Conditions Causes of S3
Physiologica Healthy young adults
l Athletes
Pregnancy
Fever
Pathological Large, poorly contracting left ventricle (heart failure)
Mitral reflux
S4 adalah bunyi jantung dengan intensitas lemah dan nada rendah dan paling baik didengarkan dengan
menggunakan bell stetoskop. S4 terjadi tepat sebelum S1 (da-lub-dub), dan merupakan bunyi jantung patologis
yang disebabkan oleh kontraksi atrium yang sangat kuat pada kondisi left ventricle hypertrophy (hipertensi dan
stenosis aorta).
Murmur (bising) jantung adalah bunyi yang dihasilkan oleh adanya turbulensi aliran darah pada ruang
jantung. Murmur dapat terjadi oleh karena kelainan pada katup maupun pada kondisi katup yang normal yang
dilewati darah dalam volume besar dan kecepatan tinggi. Murmur yang bersifat fisiologis adalah murmur pada
wanita hamil dan atlit. Karakteristik murmur yang harus dinilai adalah: waktu terhadap S1 dan S2, durasi, sifat dan
nada, intensitas, lokasi, pengaruh respirasi dan posisi tubuh, serta radiasinya.
TUJUAN KEGIATAN
A. UMUM
Melatih mahasiswa/i agar mampu melakukan secara mandiri pemeriksaan fisik pada sistem
kardiovaskuler, yang meliputi jantung dan pembuluh darah dan bagian-bagian tubuh lainnya yang berhubungan
dengan sistem kardiovaskuler (nadi, vena di leher, paru-paru, hati, limpa, dan ekstremitas). .
B. KHUSUS
1. Mahasiswa/i mengetahui cara melakukan pemeriksaan fisik sistem kardiovaskuler secara sistematis.
2. Mahasiswa/i dapat menemukan kelainan fisik akibat gangguan pada sistem kardiovaskuler.
3. Mahasiswa/i dapat menelusuri kelainan fisik dan hubungannya dengan anamnesis yang disampaikan
pasien.
4. Mahasiswa/i mampu mencatat dengan benar dan menyimpulkan pemeriksaan fisik yang diperolehnya
dari pasien.
5. Mahasiswa/i mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding serta rencana pemeriksaan lain
sehubungan dengan kelainan sistem kardiovaskuler yang didapatinya.
10 menit Demonstrasi pada kelas besar oleh nara sumber de - Nara sumber
ngan memperlihatkan tata cara pemeriksaan fisik yang benar
dengan alat manikin..
Narasumber memperlihatkan tata cara anamnesis yang benar.
1.Observasi
Memperhatikan pasien saat masuk ruang periksa,
pancaran wajah pasien, cara berjalan, pancaran
wajah, penampilan fisik.
2.Inspeksi
Pasien dalam posisi terlentang dan menanggalkan
pakaiannya sebelah atas dan dokter berada disebe-
lah kanan pasien atau setentang dengan kaki pasi-
en, dapat dilihat anemia, ikterus, sinosis, pulsasi
vena jugularis, iktus kordis, voussure cardiaque/
cardiac bulging, thrill, Ortopnea, pulsasi aorta,
pernafasan Cheyne Stoke.
3.Palpasi
TVJ, pulsasi arteri karotis, iktus kordis, thrill, pul-
sasi aorta, hepatomegali, splenomegali.
4. Perkusi
Kardiomegali, pendorongan/penarikan jantung,
asites.
5. Auskultasi.
BJ, desah, ronchi basah
6. Mencatat hasil pemeriksaan fisik dengan baik.
PEDOMAN INSTRUKTUR
1. Instruktur harus mengetahui dan menguasai kasus simulasi yang akan ditampilkan.
2. Instruktur harus dapat membimbing dan mengarahkan mahasiswa/i melakukan pemeriksaan fisik yang
benar
3. Instruktur harus dapat memberikan penilaian kepada mahasiswa/i yang dibimbingnya berdasarkan yang
tercantum dalam lembar pengamatan.
4. Instruktur harus dapat menjelaskan kesimpulan akhir dari kasus pemeriksaan fisik yang dilakukan.
PELAKSANAAN
2. John F. Munro, I. W. (2000). MACLEOD'S Clinical Examination (10th ed.). Churcill Livingstone.
3. Swartz, M. H. (2007). Textbook of Physical Diagnosis, History and Examination (5th ed.). Saunders Elsevier.
CARDIOVASCULAR SYSTEM
Clinical Skills Steps of Physical Examination
Joseph Partogi Sibarani, Yudi Andre Marpaung, Leonardo Dairi
PENGAMATAN
No. Langkah-langkah
1 2 3 Keterangan
1. Observasi Inspeksi Diaphoresis
Umum Fatigue/weakness
Anxious/nervous
2. Introduksi Anamnesis Menyapa pasien dan memperkenalkan diri
Menanyakan data pribadi pasien dan keluhan
Menerangkan pemeriksaan fisik yang akan
dilakukan
Meminta pasien dengan sopan untuk membuka
baju sesuai dengan tahap pemeriksaan yang akan
dilakukan
3. Vital Sign Sensorium, Tekanan Darah, Pulse rate, Respiratory
rate, dan Temperatur
Dengan palpasi dilakukan penilaian Pulsasi arteri
radialis: Tekanan pulsasi (lemah/cukup/kuat ),
Ritme (reguler/irreguler )
4. Kepala Inspeksi Conjunctiva palpebra inferior: Anemis ( )
Palpebra superior – inferior: Xanthelasma ( )
5. Leher: Arteri Inspeksi Perhatikan pulsasi arteri karotis pada kedua sisi
karotis leher yang merupakan pulsasi tunggal sesuai
dengan fase sistolik jantung
Palpasi Dengan menggunakan ujung jari ke-2 dan 3 lakukan
palpasi arteri karotis dextra pada batas medial otot
sternokleidomastoid setentang tulang rawan
krikoid pada 1/3 bawah leher
dr. Leonardo Basa Dairi, Sp.PD-KGEH, dr. Harriyanto L.Tobing, Sp.PD-KGEH, Finasim, dr.Yudi
Andre Marpaung, M.Ked(PD), Sp.PD, dr.Joseph Partogi Sibarani, M.Ked(PD), Sp.PD
Pengertian
Elektrokardiografi (EKG) merupakan pemeriksaan noninvasif paling sering digunakan sebagai alat
bantu diagnosis penyakit jantung. Alat ini sudah lama ditemukan, murah dan aman digunakan tetapi
peranannya sekarang belum dpat digantikan oleh alat lain.
Berbagai keadaan jantung dapat dideteksi dengan tepat oleh alat ini, baik kelainan berupa kelainan
elektris (mis. Aritmia), kelainan anatomis (mis. Hipertropi bilik dan serambi), maupun kelainan lain (mis.
Perikarditis).
Untuk pemeriksaan secara rutin biasanya dilakukan pengambilan 12 sandapan (lead) yaitu I, II, III,
aVR, AVL, aVF, v1-6. Tetapi kadang-kadang dilakukan cara lain untuk keperluan tertentu, mis. Monitor
terus menerus (24 jam sehari) yang digunakan untuk mendeteksi adanya perubahan-perubahan di
jantung penderita dalam keadaan darurat (mis. Di ICCU dan bedah jantung). Untuk mengetahui
perubahan EKG pada kegiatan sehari-hari dilakukan rekaman secara terus menrus dengan alat monitor
holter. Serial EKG untuk jangka waktu tertentu dapat untuk menegakkan diagnosis infark miokard akut
secara pasti. Untuk lebih memastikan apakah seseorang menderita penyakit jantung koroner atau tidak
sering dilakukan uji latih jantung.
Penemuan yang terbaru dari Ekokardigrafi yang jauh lebih canggih dan mahal ternyata peranannya
tidak dapat menggantikan alat EKG yang jauh lebih sederhna. Dengan menggabungkan kedua alat
terssebut maka hasilnya sangat memuaskan.
Yang harus disadari adalah bahwa EKG merupakan suatu test laboratorium, bukan merupakan alat
diagnosis yang mutlak. Orang sakit jantung bisa mempunyai gambaran EKG normal, sedang orang sehat
dapat mempunyai gambaran abnormal.
Indikasi :
Pemeriksaan Elektrokardiografi :
Tujuan pembelajaran :
Tujuan Umum :
Tujuan Khusus :
Metode Pembelajaran
DESKRIPSI KEGIATAN
4.Curah pendapat/ diskusi 15 menit 1. Curah pendapat/diskusi : Apa yang dirasakan mudah ?
Apa yang sulit ? Menanyakan bagaimana perasaan
mahasiswa yang berperan sebagai pasien. Apa yang
dapat dilakukan oleh dokter agar pasien merasa lebih
nyaman ?
PEMERIKSAAN ELEKTROKARDIOGRAFI
b. Mempersiapkan pasien
6. Memasang arde
Kalau tersedia:
13. Memberi identitas pasien hasil rekaman : nama, umur, tanggal dan
jam rekaman serta nomor lead dan nama pembuat rekaman EKG
Instruktor
(...........................................)
PENUNTUN SKILL LAB-3
ELEKTROKARDIOGRAM (EKG)
Disusun Oleh :
I. PENDAHULUAN
- Ambulatory monitors test; berupa alay kecil, mesin portabel elektrocardiographi yang mampu merekam
irama jantung
- Exercise stress; suatu test yang melakukan exercise pada alat treadmill dan dimonitor secara langsung
- ECG; adalah suatu alat yang digunakan untuk merekam pada kertas graphik aktivitas kelistrikan jantung.
Rekaman pada kertas graphic dihasilkan oleh alat komputer berdasarkan informasi yang dihasilkan oleh
elektroda..
Elektrokardiogram (EKG) adalah grafik yang dibuat oleh sebuah elektrokardiograf, yang merekam aktivitas
kelistrikan jantung saat istirahat dalam waktu tertentu
A. UMUM
Setelah mengikuti kegiatan skills lab EKG diharapkan mahasiswa/i menjadi terampil dalam menggunakan alat
EKG dan memahami gambaran EKG normal.
B. KHUSUS
EKG adalah alat yang menghasilkan rekaman grafik dari arah, durasi, dan potensial listrik yang dihasilkan
oleh depolarisasi dan repolarisasi sistem konduksi ataupun miokardium.
Jantung merupakan otot tubuh yang mempunyai keistimewaan karena mempunyai sifat membentuk
impuls secara otomatis dan berkontraksi ritmis. Pembentukan impuls listrik terjadi di dalam sistem konduksi
jantung dan perangsangan serabut serabut otot sepanjang miokardium mengakibatkan kontraksi jantung.
Pembentukan dan penghantaran impuls listrik ini menimbulkan arus listrik yang lemah yang menyebar melalui
tubuh.
Impuls dari nodus SA merangsang sel-sel miokardium yang dalam keadaan relaksasi, dan sebagai
akibatnya terjadi gelombang depolarisasi yang menyebar ke seluruh sel. Di dalam sel sekarang terjadi muatan
listrik positif dan di luarnya bermuatan negatif. Gelombang depolarisasi menyebar ke seluruh sel-sel otot jantung
yang menyebabkan kontraksi pada kedua atrium dan kedua ventrikel
2. Lead EKG
Lead EKG yang sering disebut dalam bahasa Indonesia sebagai ”sadapan” EKG dapat diumpamakan
sebagai 12 kamera yang melihat jantung dari 12 sudut pandang.
Sudut pandang ini terbagi pada garis horizontal dan vertikal terhadap jantung sehingga hampir menghasilkan
gambaran 3 dimensi pada jantung. Sudut pandang horizontal terhadap jantung
disebut sebagai precordial leads (V1 – V6), dan Sudut pandang vertikal terhadap jantung disebut sebagai limb
leads (I-III, aVR, aVL, dan AVF)
Limb leads yang merupakan ”kamera” yang melihat jantung pada bidang vertikal dapat kita lihat dengan
besar sudut sebagai berikut ini.
Lead Angle Picture
Inferior Leads
Lead II +60o
Lead I +0o
Right-sided Leads
Lead -150o
aVR
Lead V2
Anterior side of the heart (mainly the anterior
Lead V3
side of left ventricle)
Lead V4
Lead I
Lead aVL
Left lateral side of the left ventricle
Lead V5
Lead V6
Lead II
Lead aVF
Lead I
The right ventricle
Lead aVR
Precordial Leads
Voltase defleksi ke atas di ukur dari bagian atas garis dasar (isoelektrik) sampai puncak gelombang.
Voltase defleksi negatif diukur dari garis dasar sampai titik terendah gelombang.
- Identitas pasien
- Tanggal dan waktu ( jam ) perekaman
Metode ”10 Langkah Membaca EKG”
1. Standarisasi
2. Heart rate
3. Interval
4. Aksis QRS
5. Irama Jantung
6. AV block
7. Bundle branch block (hemiblock)
8. Preexcitation
9. Enlargement & hypertrophy
10. Coronary artery disease
Untuk skills lab mahasiswa maka yang harus dilatih dan dikuasai adalah langkah 1-5, dimana langkah 6-
10 merupakan gambaran patologis yang dapat dilihat melalui EKG.
1. Standarisasi
1mV = 10 mm (voltase pengukuran)
0.04 sec = 1 mm (kecepatan kertas)
2. Heart rate
Kecepatan denyut jantung/menit = 1500
Jika jarak R-R pada semua gambaran EKG sama maka iramanya teratur dan jika tidak sama maka iramanya tidak
teratur.
Normo-axis + +
5. Irama Jantung
Irama sinus (normal):
2. Gelombang QRS Depolarisasi ventrikel 0o – -30o Not less than 0.06 – 0.10 2 – 3 mm
5 mm in Lead
Gelombang Q II, and 9 mm
merupakan gambaran in Lead V3
depolarisasi septal
and V4
dengan arah dari kiri ke
kanan, dan amplitudo <
1 mm defleksi negatif
3. Gelombang T Repolarisasi ventrikel Positive < 5 mm in ---- ----
waves in all Limb leads,
leads with and <
positive R 10 mm in
waves precordial
leads
5. Segmen S-T Durasi sejak berakhirnya ---- Not elevated --- ---
depolarisasi ventrikel > 1 mm
hingga dimulainya
repolarisasi ventrikel Not
depressed >
0.5 mm
6.. Interval Q-T Durasi sejak dimulainya ---- --- 0.32 – 0.40 8 - 10
depolarisasi ventrikel
hingga repolarisasi
ventrikel selesai
dilakukan
4.Mempersiapkan pasien:
dipasang
perekaman dilakukan
EKG.
20-30 menit Coaching : Mahasiswa/i dibagi menjadi kelompok kecil (1 kelompok Instruktu
terdiri dari 9 orang), melakukan simulasi secara bergantian (2-3 orang) r
dengan dibimbing oleh instruktur. Kepada mahasiswa/i diberikan 1 Mahasis
kasus untuk dibuat dan dibaca EKG. wa.
10 menit tiap Self Practice : Mahasiswa/i melakukan pembacaan EKG secara Instruktu
mahasiswa/i (+ bergantian dari kasus simulasi yang diberikan dan diamati serta dinilai r
90 menit) oleh instruktur dengan menggunakan lembar pengamatan yang ada. Mahasis
Pada akhir diskusi, instruktur memberikan kesimpulan dari kasus wa.
tersebut.
1. Instruktur harus mengetahui dan menguasai EKG dari pasien yang ditampilkan.
2. Instruktur harus dapat membimbing dan mengarahkan mahasiswa/i.melakukan EKG yang benar sesuai
dengan kasus yang diberikan.
3. Instruktur harus dapat memberikan penilaian kepada mahasiswa/i.yang dibimbingnya berdasarkan yang
tercantum dalam lembar pengamatan.
4. Instruktur harus dapat menjelaskan kesimpulan akhir dari EKG pasien.
V. PELAKSANAAN
2. Jadwal kegiatan disesuaikan dengan jadwal yang ditentukan untuk ketrampilan kli-
a. Alat audiovisual.
b. Materi audiovisual.
c. Pensil/pulpen.
e. Kertas EKG
VI. KEPUSTAKAAN
1. Khan, M. G. (2008). Rapid ECG Interpretation, 3rd Edition. Totowa, New Jersey: Humana Press.
2. Thaler, M. S. (2010). Only EKG Book You'll Ever Need, 6th Edition. Lippincot Williams & Wilkins.
3. Ong, W. T. (2001). Electrocardiography in Cardiology Blue Book, 2 nd Edition. Mandaluyong city: Cacho
Hermanos Inc
Seorang pria C, usia 22 tahun, mahasiswa, datang ke suatu rumah sakit untuk pemeriksaan EKG sebagai salah satu
syarat untuk diterima menjadi karyawan suatu perusahaan.
Tugas.
Pengamatan Keterangan
No Langkah Tugas
0 1 2
4. Mempersiapkan pasien:
elektroda)
Precordial Lead
1. Standarisasi
1 mV = 10 mm
0.04 sec = 1 mm
2. Heart Rate
1500
4. Aksis QRS
Lead I : (+)/(-)
Lead aVF : (+)/(-)
Tentukan aksis: ………
5. Irama jantung
Setiap 1 gelombang QRS didahului 1 gelombang P
PR interval normal dan konstan
Jarak yang sama antara puncak gelombang R dengan
gelombang R berikutnya
Durasi QRS normal, Heart Rate = 60 – 100 x/menit
10. Membuat kesimpulan dari hasil rekaman EKG.
Instruktor
(...........................................)
SKILLS LAB - 4
TEKNIK PEMASANGAN INFUS
BLOK VI – CARDIOVASCULAR SYSTEM (CVS)
DEPARTEMEN ANESTESI
dr. Susi Sembiring, Sp.An
I. PENDAHULUAN
Pemasangan infuse adalah suatu cara untuk pemberian cairan melalui jalur pembuluh darah vena di
perifer. Tindakan ini memerlukan prosedur aseptik yang benar mengingat jalur infus yang dipasang bias
menjadi sumber masuknya kuman, karena tindakan ini menghubungkan pembuluh darah yang telah terbuka
dengan dunia luar. Oleh karena itu siaapun yang akan melakukan kanulasi intra vena perifer harus mengikuti
standar pencegahan infeksi pemasangan katete rintra vena.
Dengan mengikuti skills lab pada blok sistem kardiovaskuler ini mahasiswa diharapkan mampu
melakukan tindakan pemasangan infus secara baik dan benar sesuai indikasinya.
II .2 TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa mampu
1. Indikasipemasanganinfus
Ada beberapa tujuan daripada pemasanga ninfustersebutadalah :
Untukpemberianobat-obatan
Untukterapicairandanelektrolit
Untuktransfusidarah
Untukpengambilandarah
Untukhemodialisa
Untuknutrisi
2. Pemilihanukurandanjeniskanul
Pada skills lab ini perlu diketahui nomor ukuran kanul dalam kecepatan aliran cairan yang diberikan.
Perubahan diameter kanul akan mempengaruhi efek yang lebih besar pada alirannya. Kateter perifer
didesain pendek( panjang biasanya 5 cm atau 2 inchi ) dengan diameter 14 sampai 24 gauge. Selain itu
perlu dipertimbangkan juga jenis selang set infus, apakah untuk tetesan mikro, tetes infuse cairan, atau
tetes untuk transfuse darah, dengan atau tanpa filter, dan juga suhu cairan yang diberikan.
- Untuk memperbesar vena dapat digunakan posisi yang ditusuk lebih rendah daripada
jantung. (Jika perlu gunakan manset tensimeter)
- Pukul-pukul vena dengan lembut
- Pasien diminta untuk membuka dan menutup kepalan tangan
- Memasang tourniquet 4-6 inchi ditas tempat pemasangan kanul.
-
4. Mempersiapkan infuse dengan asepsis
- Cuci tangan pada air yang mengalir atau gunakan bahan pencuci tangan
- Pakai sarung tangan
- Bersihkan daearah kulit dengan kapas larutan povidone iodine atau alkohol 70 % dari arah
proksimalke distal dan biarkan mengering.
5. Teknik insersi
Teknik insersi yang benar dengan membentuk sudut 30°-45°, disebabkan dengan sudut ini tidak ada
sensasi tumpul pada ujung needle dan mudah menembus kulit sementara jika sudut lebih kecil 20° , ada
sensasi tumpul dan bila sudut terlalu besar dapat menyebakan perforasi pada vena.
6.Tehnikfiksasi
1. Metode chevron
Potong plester ukuran 1,25 cm, letakkan dibawah hubungan kateter dengan bagian yang berperekat
menghadap ke atas. Silangkan kedua ujung plester melalui hubungan kateter dan rekatkan pada kulit
pasien. Rekatkan plester ukuran 2,5 cm melintang diatas sayap kateter dan selang infus untuk
memperkuat, kemudian berikan label.
2. Metode U
Potong plester ukuran 1,25 cm dan letakkan bagian yang berperekat dibawah hubungan kateter. Lipat
setiap sisi plester melalui sayap kateter, tekan kebawah sehingga pararel dengan hubungan kateter.
Rekatkan plester lain diatas kateter untuk memperkuat. Pastikan kateter terekat sempurna dan berikan
label.
7.Dokumentasi
Hal yang terakhir setelah tindakan pemasangan di cantumkan dokumentasi pemasangan infus.
a. Inisiasi :
1. Ukurandantipeperalatan
2. Namapetugas yang melakukaninsersi
3. Tanggaldan jam insersi
4. Tempatinsersi IV
5. Jeniscairan
6. Kecepatantetesan
b. Penghentian
1. Jam dantanggal
2. Alasandihentikanterapi IV
3. Penilaian tempat insersi sebelum dan sesudah alat dilepaskan
4. Reaksidankomplikasi yang terjadipadapasien, sertaintervensiperawat
5. Kelengkapan alat akses vena sesudah dipasang
6. Tindak lanjut yang akan dilakukan (mis: memakai perban untuk tempat insersi, atau melakukan
inisiasi di tungkai yang baru)
Resikopemasanganinfusdanpencegahannya
a. Flebitis
Flebitisadalahradangpadapembuluhdarah. Insidenflebitiskarenainfusbervariasi. Langkah-
langkahberikutinimungkinakanmenurunkaninsidenflebitiskarenainfus:
1. Periksatempatpemasangankanulsekalisehari
2. Fiksasikanuldenganbalutan yang tepat
3. Gantipembalut yang kendoratauterkontaminasi
4. Kanulharusdipasangsejauhmungkindaripersendian
5. Selaludilakukandengantehnik asepsis
6. Pikirkanuntukmenggantitempatpemasangan
7. Gunakan diameter kanulterkecil yang paling mungkindigunakanuntukkasuspasien
8. Gantikanulsaatdiindikasikanflebitisinfus
b. Ekstravasasi
Ekstravasasi adalah keluarnya obat atau cairan infuse dari vena kejaringan sekitar. Dugaan adanya
ekstravasasi diketahui bila terdapat tanda:
Nyeri, kemerahan, bengkak, atau blister pada daerah kanul intravena. Bedakan dengan rasa dingin yang
bias terjadi saat pemberian obat atau cairan tertentu.
Pengerasan, bengkak atau kebocoran dari tempat masuk kanul
Tidak adanya darah saat disedot
Tahanan pada saat penyuntikan
Tidak ada aliran infuse spontan
Jika terdapat salah satu tanda di atas maka segera dilakukan tindakan. Penting untuk membedakan antara
ekstravasasi dengan reaksi kemerahan karena alergi setempat pada vena saat diberikan obat. Reaksi yang
terjadi terlihat kemerahan yang berupa eritema atau kemerahan memanjang pada vena yang bersangkutan.
Biasanya tidak nyeri dan tidak terjadi bengkak atau gangguan aliran darah. Reaksi ini biasanya akan
menghilang dalam 30 – 60 menit.
Jika reaksinya tidak terlalu hebat, pemberian infuse dapat diteruskan dengan kecepatan lebih rendah atau
lebih encer. Tindakan bila terjadi ekstravasasi :
1. Hentikan penyuntikan obat/infuse segera
2. Lakukan pengkajian lebih rinci mengenai ekstravasasi yang terjadi: obat yang menyebabkan dan apakah
perlu pertolongan lanjutan
3. Aspirasiobat yang mungkin masih bias berikut darah dari tempat penyuntikan untuk menghindari efek
lanjutan
4. Lepaskan kanul. Tandai daerah reaksi dengan pulpen untuk memperhatikan efek lanjutan yang mungkin
terjadi
5. Berikan obat analgesia bila diperlukan dan juga antihistamin.
Kontra indikasi
Phlebitis
Infeksi
Sclerosed vena
Pemasangan iv line yang berulang
Tanya Jawab
10x10 menit Coaching: Mahasiswa/i dibagi menjadi kelompok kecil (1 kelompok terdiri Instruktur
dari 10 orang). Instruktor terlebih dahulu mendemonstrasikan tata cara Mahasiswa,
pemasangan infus yang benar dengan alat manikin. Kelas kecil
VI. SKENARIO
Laki-laki 56 thn datang ke igd dengan acute lung oedemaetcausa Decompensasi Cordis. Setelah penangan
ABC selesai Dokter igd akan memberikan terapi obat-obatan dengan pemasangan iv line terlebih dahulu.
Bagaimana persiapan dan tehknik untuk pemasangan iv line catheter px tersebut.
PENGAMATAN
N
PROSEDUR
O 0 1 2 Keteranga
n
1 Memberitahukanpasienmengenaiprosedurpemasanganinfusdanmemintapersetujuan
pasien
2 Cucitangandangunakansarungtangan
3 Persiapan
1. Pasien
2. Alat
a) Mejatroly
b) Abocathukuran14 G,16 G,18 G,20 G,24 G.
c) Infus set makro atau mikro
d) Standartinfus
e) Tourniquet
f) Sarungtangan
g) Plester
h) Gunting
i) Kapas
j) Kasa sterile
k) Nerbeken
l) CairanNaCl 0,9 %
m) Alkohol 70 % danpovidone iodine
n) Stikerkosonguntukmenulistanggalpemasangan
3. Obat
a) Cairan RL,NaCl 0,9 %,Asering
b) Alkohol 70 % danpovidone iodine
c) Emla
4 Siapkan standar infus
Cairan digantung
Tusuk infuset ke cairan dengan aseptis yaitu memegang bagian distal ( keras) dan
bagian distal cairan yang keras
Isi cairan ke chamber ½ dengan cairan dan caranya infuset disejajarkan dengan cairan
jangan sampai ada udara .
Lalu digantungkan dengan keadaan tertutup
Pilihlokasi vena
Extermitas superior
- Vena metavarpal
- Vena cephalika
- Vena basilika
- Vena median antebrachial
- Vena Median cubital
Extermitas inferior
- Vena dorsalis
- Vena maleolus
5 Menstabilkan vena,dengancara:
8 Fiksasi vena :
Meletakkan ibu jari di atas vena untuk mencegah pergerakan dan untuk meregangkan
kulit melawan arah penusukan.
9 Tusuk vena dengan bevel menghadap ke atas, dgn sudut 5°, 30-45 ° dari kulit, dengan
cara memegang tabung bening kateter, bukan pusatnya. Tusukansearahdengan
aliran vena: rasakan ‘letupan’ danlihatadanyaaliranbalikdarahpada chamber
1. Metode chevron
2. Metode U
15 Pasangbalutansterilatauplestersteriltransparan
18 Rapikanalat-alat
19 LepaskanSarungTtangandanmengucapkanterimakasih
Note : 2 = mahasiswamelakukandengansempurna
1 = mahasiswamelakukantidaksempurna
0 = mahasiswatidakmelakukan
(...............................)
I. PENDAHULUAN
Cardiovascular System (CVS) merupakan salah satu blok yang dilaksanakan di dalam kurikulum
pendidikan sarjana kedokteran di FK Nommensen untuk mendidik setiap mahasiswa/i menjadi mampu dan
kompeten di dalam melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan tambahan, dan penatalaksanaan kasus-
kasus terkait sistem kardiovaskuler sesuai dengan kompetensi minimal yang telah ditetapkan oleh Konsil
Kedokteran Indonesia (KKI)
Mendidik mahasiswa/i agar mampu melakukan anamnesis yang benar tentang penyakit yang
berhubungan dengan sistem kardiovaskuler.
B. KHUSUS
Pasien-pasien yang menderit penyakit pada sistem kardiovaskuler memiliki kemungkinan untuk
mengalami beberapa tanda dan gejala yang juga mungkin dapat disebabkan oleh penyakit di luar sistem
kardiovaskuler. Sebaliknya, pasien-pasien yang benar-benar mengidap penyakit pada sistem kardiovaskuler bisa
saja tidak mengalami tanda dan gejala yang jelas (asimtomatik). (Goldman, 2007) (Fang, 2007)
Komponen Anamnesis.
1. Onset of symptoms
2. Location of symptoms
3. Duration of symptoms
4. Characteristic of symptoms
5. Aggravating and precipitating factors
6. Relieving factors
1. Nyeri dada
2. Sesak nafas
Dyspnea d’effort (exertional dyspnea
Paroxysmal nocturnal dyspnea
Orthopnea
3. Palpitasi
4. Fatigue
5. Syncope
6. Batuk dan hemoptisis
7. Claudication
8. Ankle Oedema
menit).
10 menit Demonstrasi pada kelas besar oleh nara sumber dengan Nara sumber
simulasi pasien (mahasiswa).
TAHAP 1. OBSERVASI
1. Instruktur harus mengetahui dan menguasai kasus simulasi yang akan ditampilkan.
2. Instruktur harus dapat membimbing dan mengarahkan mahasiswa/i.melakukan anamnesis yang benar
sesuai dengan kasus yang diberikan.
3. Instruktur harus dapat memberikan penilaian kepada mahasiswa/i.yang dibimbingnya berdasarkan yang
tercantum dalam lembar pengamatan.
4. Instruktur harus dapat menjelaskan kesimpulan akhir dari kasus simulasi yang diberikan.
V. PELAKSANAAN
1. Fang, J. C. (2007). The History and Physical Examination: An Evidence-Based Approach. In M. Peter Libby,
Braunwald's Heart Disease (8 ed.). Saunders Elsevier.
2. Goldman, L. (2007). Approach to the Patient with Possible Cardiovascular Disease. In Cecil Medicine 23rd
Edition ( Cecil Textbook of Medicine) (23rd ed., Vol. 2007).
VII. KASUS SIMULASI WAWANCARA DOKTER DENGAN PASIEN PADA
Seorang pria A, usia 55 tahun, kurus, wiraswasta, datang berobat ke poliklinik suatu rumah sakit dengan keluhan
sering mengalami nyeri dada dalam 1 bulan ini, yang sering terjadi jika ia sedang melakukan aktivitas fisik dan
nyerinya menghilang beberapa saat setelah menghentikan aktivitasnya.
Tugas.
Lakukanlah komunikasi antara dokter dengan pasien yang berhubungan dengan keluhan nyeri dada tersebut dan
tentukanlah penyebabnya serta kemungkinan-kemungkinan yang dapat menjadi penyebabnya.
PENILAIAN
NO LANGKAH TUGAS
1 2 3 Keterangan
- Onset
- Characteristic
- Onset
- Characteristic
- Relieving factors
Dyspnea
Fatigue and weakness
Palpitasi
Syncope
Claudication
6.
Instruktor
(...........................................)
Cardiovascular History
During the history consider (and ask about) the main risk factors for Ischaemic Heart Disease:
1. Smoking
2. Hypertension
3. Diabetes mellitus
4. Hyperlipidaemia
5. Family history
Past Medical History (may ask under presenting complaint) e.g. angina, myocardial infarction, bypass
operation, rheumatic fever, stroke, intermittent claudication
Social History
Smoking (pack years), alcohol
Family History
At what age did the relative have illness? Drug History Allergies
Systemic Review