Anda di halaman 1dari 8
1. Judul Percobaan | Kesetimbangan Fase Dua Komponen 2. Tujuan Percobaan : a) Menggambarkan kesetimbangan fase dua komponen fasa cair-cair (fenol-air) b) Menentukan titik ekivalen pada kesetimbangan fase dua komponen fasa cair-cair (fenol-air) ¢) Menentukan fasa, komponen, dan derajat kebebasan suatu system kesetimbangan fase dua komponen fasa cair-cair (fenol-air) 3. Dasar Teori a. Fasa Kata fasa berasal dari bahasa Yunani yang berarti pemunculan. Fase (P) adalah keadaan materi yang seragam di seluruh bagiannya, bukan hanya dalam komposisi kimianya melainkan juga dalam keadaan fisiknya. Suatu system yang mengandung cairan uap-cair masing- masing mempunyai daerah yang serba sama. Dalam fasa cair kerapatannya serbasama di semua bagian dalam cairan tersebut. Contohnya adalah air yang berisi pecahan-pecahan es merupakan suatu system yang terdiri dari dua fasa, yaitu fasa yang berwujud padat (es) dan fasa yang berwujud cair (air). b. Komponen Komponen (C) adalah spesies yang ada dalam sistem, seperti zat terlarut dan pelarut dalam larutan biner. Jumlah komponen dalam suatu sistem merupakan jumlah minimum dari spesi yang secara kimia independen yang diperlukan untuk menyatakan komposisi setiap fasa dalam sistem tersebut. Cara praktis untuk menentukan jumlah komponen adalah dengan menentukan jumiah total spesi kimia dalam system dikurangi dengan jumlah-jumlah reaksi kesetimbangan yang berbeda yang dapat terjadi antara zat-zat yang ada dalam sistem tersebut, Contohnya : CaCO3 CaO + CO2 Komponen reaksi diatas dapat dihitung dengan menggunakan rumus CESmRepamr dept C. Derajat Kebebasan Jika dua komponen ada dalam satu sistem, maka C = 2. Sementara itu derajat kebebasan (F) = 4— P, akan tetapi untuk penyederhanaannya dibuat supaya tekanan tetap (misalnya pada 1 atm) yang berarti menghabiskan satu derajat kebebasan, dan Praktikum KF 2—Hiron Tangl, MP Z| dapat menuliskan F = 3 - P untuk varian sisanya. Salah satu derajat kebebasan ini adalah temperatur sementara yang lain adalah komposisi (yang dinyatakan dengan fraksi mol suatu komponen). Oleh karena itu dapat digambarkan kesetimbangan fase sistem pada diagram temperatur vs komposisi. Garis vertikal dalam diagram menunjukkan sistem pada diagram temperatur vs komposisi dengan komposisi yang sama pada temperatur yang berbeda atau disebut dengan isoplet (dari bahasa ‘Yunani yang berarti jumlah sama). d. Kesetimbangan fasa adalah suatu keadaan dimana suatu zat memiliki komposisi yang pasti pada kedua fasanya pada suhu dan tekanan tertentu, biasanya pada fasa cair dan uapnya. Perubahan dari keadaan kesetimbangan semula ke keadaan kesetimbangan yang baru akibat adanya aksi atau pengaruh dari luar itu dikenal dengan pergeseran kesetimbangan. Faktor-faktor yang dapat menggeser letak kesetimbangan adalah: Perubahan konsentrasi salah satu zat Perubahan volume atau tekanan, Perubahan: suhu . Aturan ini menyatakan bahwa untuk kesetimbangan apapun dalam sistem tertutup, jumlah variabel bebas (derajat kebebasan) yang sama dengan jumlah komponen C ditambah 2 dikurangi jumlah fasa P, yakni, F=C +2—P. Selama ini pembahasan perubahan mutual antara tiga wujud materi difokuskan pada keadaan cair. Dengan kata lain, perhatian telah difokuskan pada perubahan cairan dan padatan, dan antara cairan dan gas. Dalam membahas keadaan kritis zat, akan lebih tepat menangani tiga wujud zat secara simultan, bukan membahas dua dari tiga wujud zat e. Kesetimbangan Cair-cair Dua cairan dikatakan misibel sebagian jika A larut dalam jumiah yang terbatas, dan demikian pula dengan B, larut dalam A dalam jumlah yang terbatas. Bentuk yang paling umum dari diagram fasa T-X cair-cair pada tekanan tetap, biasanya 1 atm (seperti gambar diatas). Diagram diatas dapat diperoleh secara eksperimen dengan menambahkan suatu zat cair ke dalam cairan muri lain pada tekanan tertentu dengan variasi suhu. Cairan B mumi yang secara bertahap ditambahkan sedikit demi sedikit cairan A pada suhu tetap (T1). Sistem dimulai dari titik C (muri zat B) dan bergerak kea rah kanan secara horizontal sesuai dengan penambahan zat A. Dari titik C ke tik D diperoleh satu fasa (artinya A yang ditambahkan larut dalam B). Di titik D diperoleh kelarutan maksimum cairan A dalam cairan B pada suhu Tt Penambahan A selanjutnya akan menghasilkan sistem dua fasa (dua lapisan), yaitu lapisan pertama (L1) larutan jenuh A dalam B dengan komposisi XA,1 dan lapisan kedua (L2) larutan jenuh B dalam A dengan komposisi XA,2. Kedua lapisan ini disebut sebagai lapisan konjugat (terdapat bersama-sama di daerah antara D dan F). Komposisi keseluruhan ada diantara tik D dan F. Di tik E komposisi keseluruhan adalah XA,3. Jumlah relatif kedua fasa dalam kesetimbangan ditentukan dengan aturan lever. Di titik E lapisan pertama lebih banyak dari lapisan kedua. Penambahan A selanjutnya akan mengubah komposisi keseluruhan semakain ke kanan, sementara komposisi kedua lapisan akan tetap XA,1 dan XA,2. Perbedaan yang terjadi akibat penambahan A secara terus menerus terletak pada jumlah relative lapisan pertama dan kedua. Semakin ke kanan jumlah relative lapisan pertama akan berkurang sedangkan lapisan kedua akan bertambah. Di titik F cairan yang ditambahkan cukup untuk melarutkan semua B dalam A membentuk larutan jenuh B dalam A. Dengan demikian sistem di F menjadi satu fasa. Dari F ke G, Penambahan A hanya merupakan pengenceran larutan B dalam A, Untuk mencapai titik G di perlukan penambahan jumlah A yang tak terhingga banyaknya atau dengan melakukan percobaan mulai dari zat A mumi yang kemudian di tambah zat B sedikit demi sedikit sampai di capai titik F dan seterusnya vika percobaan dilakukan pada suhu tinggi akan di peroleh batas kelarutan yang berbeda. Semakin tinggi suhu, kelarutan masing-masing komponen satu sama fain meningkat, sehingga daerah fasa semakin menyempit Kurva kelarutan pada akhimya bertemu disuatu titik pada suhu Konsolut atas, atau disebut juga suhu kelarutan kritis (To). Di atas titik Te cairan saling melarut sempumna dalam berbagai komposisi Diagram fase adalah sejenis grafik yang digunakan untuk menunjukkan Kondisi kesetimbangan antara fase-fase yang berbeda dari suatu zat yang sama. Selama ini pembentukan perubahan mutual antara tiga wujud materi difokuskan pada keadaan cair. Dengan kata lain, perhatian telah difokuskan pada perubahan cairan dan padatan, dan antara cairan dan gas. Dalam membahas keadaan kritis zat, akan lebih tepat menangani tiga wujud zat secara simultan, bukan membahas dua dari tiga zat. Diagram fasa merupakan cara mudah menampilkan wujud zat sebagai fungsi suhu dan tekanan. Sebagai contoh khas, diagram fasa air. Dalam diagram fase diasumsikan bahwa zat tersebut diisolasi dengan baik dan tidak ada zat lain yang masuk atau keluar system. Praktkum KF 2— Hiron Tangi, MPO Cairan campur sebagian, yaitu cairan yang tidak bercampur dalam semua proporsi pada semua temperature. Contohnya adalah heksana dan nitrobenzene. Misalkan bila menambahkan sedikit cairan B pada sampe! cairan lain A pada temperature tertentu T’, cairan B larut sempua dan system biner tetap satu fasa, Dengan makin banyak penambahan B, bila satu tahap di mana B tak larut lagi. Sekarang sampel terdiri atas dua fasa yang berada dalam kesetimbangan satu sama lain. Fasa yang paling banyak mengandung A dan dijenuhi oleh B. fase lainnya adalah B yang sedikit dan dijenuhi oleh A. dalam diagram temperature komposisi yang terlukis. Jika lebih banyak B ditambahkan, A sedikit larut di dalam komposisi B. komposisi kedua fase dalam kesetimbangan tetap a’ dan a’ , tetapi jenuh kedua bertambah dengan berkurangnya fase pertama. Suatu kesetimbangan akan didapat jika B sedemikian tupa banyaknya, sehingga melarutkan semua A, dan system kembali menjadi berfasa tunggal. Penambahan B lebih banyak lagi sekarang hanya akan mengencerkan larutan dan seterusnya larutan itu tetap berfasa tunggal, Temperature mempengaruhi komposisi kedua fase pada kesetimbanganfasa. Untuk kasus heksana dan nitrobenzene, menaikkan temperature dan menaikkan kemapuan bercampumya. Oleh karena itu system dua fase tidak begitu luas karena setiap fase dalam kesetimbangan lebih kaya salah satu dari kedua komponen : fase yang banyak mengandung A lebih kaya akan B dan fasa yang banyak mengandung B lebih kaya akan A diagram fase keseluruhan dapat dibuat dengan mengulang pengamatan-pengamatan dari berbagai temperature dan kemudian menggambarkan garis yang menghubungkan daerah dua fase. 4. Alat dan bahan a. Alat ‘* Tabung reaksi besar 2 buah, © Pengaduk 2 * Beaker glass 500/250 mL 2 buah © Kaki tiga dan kasa 2 buah + Pembakar Spiritus 2 buah * Gelas ukur 25/50 mL 2 buah + Termometer 2 buah (celcius) b. Bahan * Aquades 250 mL Ley -Tn>a7r-7- war nanne-seerarr—ranememenmeeneeemeemeeneenesnee Praktikum KF 2 Hiron Tangl, MP 6. Data Pengamatan Buatlah data pengamatan dalam bentuk tabel pengamatan 7. Analisis Data Dari data diatas bisa dicari berapa prosentase fenol dengan rumus sebagai berikut : 2mL fenol + 10. mL aquades dan 10 mL feno! + aquades % volume fenol = (volume fenol)/(volume fenol +volume aquades) * 100% (buatlah perhitungan persentase untuk setiap jumlah) Selanjutnya buatlah grafik kesetimmbu bangan fasa cair-cair yaitu % fenol (sumbu X) terhadap suhu (sumbu Y) 8. Pembahasan Buatlah pembahasan menurut analisis data dan teori tentang kesetimbangan Fasa dari literetur. Jelaskan identifikasi variabel dapat dijelaskan pada pembahasan 9. Kesimpulan 10. Daftar Pustakan Sumber Atkins, P.W. 1999. Kimia Fisika Jilid | Edisi keempat. Jakarta: Erlangga Achmad, hiskia, 2001. Stoikiometri Energetika Kimia. Bandung : PT Citra Aditya Bakti Cat. Buat Laporan praktikum secara tertulis dan ditulis tanganmu sendiri Prektikum KF Hiron Tangl, MP 1. Judul Percobaan It: Penentuan Tetapan Kesetimbangan dalam Fasa Cair 2, Tujuan Percobaan : Menentukan tetapan kesetimbangan Kc esterifikasi 3. Dasar Teori Suatu reaksi dikatakan setimbang apabila reaksi pembentukan dan reaksi penguraian pada reaksi tersebut berlangsung dengan kecepatan yang sama sehingga tidak ada lagi perubahan “bersih pada sistem tersebut. Ketika laju penguapan sama dengan leju pengembunan sistem dikatakan berada dalam keadaan seimbang. Pada keadaan seimbang ini bukan berarti proses penguapan dan pengembunan itu berhenti sama sekali ; kedua proses yang berlawanan itu tetap berlangsung, hanya saja laju keduanya sama, sehingga secara "bersih” tidak ada lagi perubahan yang terjadi. Kondisi demikian kerap kali dinamakan sebagai keseimbangan dinamis (hiskia, 2001) Kesetimbangan adalah keadaan dimana reaksi berakhir dengan suatu campuran yang mengandung baik zat pereaksi maupun hasil reaksi. Hukum kesetimbangan adalah hasil kali Konsentrasi setimbang zat yang berada di ruas Kanan dibagi hasil kali konsentrasi setimbang zat yang berada di ruas kiri, masing-masing dipangkatkan dengan koefisien reaksinya Sebagian besar reaksi kimia bersifat reversibel artinya hanya reaktan-reaktan yang bereaksi membentuk produk, tetapi produk pun saling bereaksi untuk memnetuk reaktan kembali. Hal di atas dapat dinyatakan dengan menggunakan persamaan berikut : aA + DB eC + dD Adan B = Reaktan C dan D = Produk a, b, c, d = Koofisien rekasi (Bird, 1987). Kondisi kesetimbangan untuk sembarang sistem yaitu bahwa potensial kimia dari tiap konstituen pada seluruh sistem harus sama. Bila ada beberapa fase dari tiap konstituen, maka potensial kimia setiap konstituen pada setiap fase harus mempunyai nilai yang sama. Misalnya bila temperatur dan tekanan sembarang larutan air berada dalam kesetimbangan dengan uap air dan es padat, maka H20(uap)xH20(1) = pies) =u (Dogra, 1990 : 446). Salah satu citi yng menunjukkan bahwa suatu sistem telah mencapai kesetimbangan adalah adanya sifat-sifat tertentu yang menjadi Konstan dan dapat diukur. Hal ini digambarkan pada gambar di bawah. Pada gambar terlihat bahwa setelah melewati waktu tertentu (TE), baik konsentrasi reaktan maupun konsentrasi produk tidak berubah lagi Untuk menentukan Tetapan Kalorimeter menggunakan rumus (Hiskia, 2001) Ke(mt ¢ (T2-Te)- m2 ¢ (Te-T1))M(Te-Ti) m=pxV Kalor yang diserap calorimeter (Qt) Kalor yang diserap air (Q2) Q1=me(Te-T1) Praktikum KF 2 Hiron Tangi, MPO 8 Q2=mc (T2-Te) dt=ToTt K = (Q2+Q1)/dt= (m2 ¢ (T2-To)- mt ¢ (Te-T1)\(Te-Ti) Kegunaan nilai K adalah untuk mengetahui sejumlah kalor yang diserap oleh calorimeter T1 (suhu air dingin)\Suhu awal Te (suhu campuran)\Suhu akhir dimana k = J/K\T AH =k. A 4, Alat dan bahan a. Alat a * Erlenmeyer 3 buah * Corong Pisah 250 mL 1 buah © Corong biasa 1 buah Gelas kimia 50 mL 1 buah Gelas kimia 100 mL 1 buah Gelas kimia 50 mL 1 buah Gelas ukur 100 mL 1 buah Batang pengaduk 1 buah Lampu spirtus 1 buah Kassa abses dan kaki tiga + buah Botol semprot 1 buah Nerasa digital Cawan penguap 1 buah Oven Bahan Aquades CuSO4 50 gram CuS04.5H20 50 gr Tissue . Prosedur Kerja Penentuan Tetapan Kalorimeter a) Memasukkan 50 ml air ke dalam kalorimeter dengan gelas ukur, Mencatat temperatumnyé “2. b) Menyiapkan 587m! air panas dalam gelas kimia yang suhunya 40 oC ©) Memasukkan &{ ml air panas ke dalam calorimeter yang berisi air dingin tepat pada waktu menit ke enam. @) Mencatat suhu air dalam calorimeter setiap 1 menit sambil terus di aduk ) Mencatat suhu hingga diperoleh suhu relative tetap f) Membuat kurva hubungan antara waktu dengan suhu untuk memperoleh suhu campuran yang tepat Praktikum KF 2 —Hiron Tangl, MP 9 B. Penentuan kalor pelarutan integral CuSO4 dan CuSO4.5H20 1) Menimbang secara kasar + en Kristal CuSO4 . 5H20 2) Menempatkan Kristal tersebut dalam mortar dan Alu 3) Menghanerkan sampai di ‘pet serbuk halus 4) Menimbang secara teliti § gram Kristal tersebut dengan neraca analitik 5) Menyiapkan calgrimeter (yang telah ditentukan tetapannya). Kemudian memasukkan phi aquades 6) Mencatat suhu sétiap 1 menit selama 5 kali pembacaan 7) Menambahkan serbuk halus CuSO4 . 5H20 yang telah di ketahui pasti massanya ke dalam calorimeter dan mengaduknya terus. 8) Mencatat suhu saat Kristal ditambahkan, lalu di lanjutkan dengan pembacaan suhu setiap 1 menit sampai di peroleh suhu yang relative tetap 9) Memanaskan + ¥ gram Kristat halus CuSO4 . 5H2O sisa percobaan sebelumnya. 10)Mengaduk secara perlahan-lahan sampai semua hidratnya menguap seluruhnya di tandai dengan berubahnya warna serbuk dai biru menjai putih. 11)Menyimpan serbuk dalam eksikator sampai dingin. 12)Dengan menggunakan CuSO4 anhidrat, mengulangi langkah 4-8 6. Data Pengamatan Buatlah data pengamatan dalam bentuk tabel pengamatan 7. Analisis Data 8. Pembahasan Buatlah pembahasan menurut analisis data dan teori tentang kesetimbangan Fasa dari literatur. Jelaskan identifikasi variabel dapat dijelaskan pada pembahasan 9. Kesimpulan 10. Daftar Pustakan Sumber Atkins, PW. 1999. Kimia Fisika Jilid I Edisi keempat. Jakarta: Erlangga Achmad, hiskia. 2001. Stoikiometri Energetika Kimia. Bandung : PT Citra Aditya Bakti. Cat. Buat Laporan praktikum secara tertulis dan ditulis tanganmu sendiri Prektikum KF 2~ Hiron Tangi, MPO 10

Anda mungkin juga menyukai