Anda di halaman 1dari 3

Identifikasi Masalah

Masalah tentang tertib shalat dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di
Kelas 3 Sekolah Dasar cukup menjadi perhatian bagi guru PAI. Ini sangat terlihat terutama
ketika shalat zhuhur berjama’ah di masjid sekolah, dimana banyak siswa yang masih main-
main baik ketika akan shalat maupun saat shalat.
Hal tertib shalat ini menjadi suatu permasalahan, karena menjadi indikasi dari
pemahaman siswa yang terbatas tentang tata cara dan aturan dalam menjalankan shalat,
termasuk gerakan, bacaan, dan tata cara yang benar. Ciri lainnya adalah ketidak-disiplinan
dalam menjalankan shalat, seperti waktu yang tepat, mengikuti tahapan dengan benar, atau
menjaga khusyu' selama ibadah.
Tertib shalat adalah salah satu kewajiban utama dalam Islam, dan memahami serta
menjalankan shalat dengan benar adalah suatu hal yang sangat penting. Namun,
ketidaktahuan, kurangnya pemahaman, dan kurangnya disiplin dalam menjalankan shalat
dapat menghalangi siswa dari mencapai tujuan ini. Masalah ini perlu diatasi agar siswa dapat
menjalankan ibadah shalat dengan benar sesuai dengan ajaran Islam.
Siswa seharusnya dapat menyelesaikan masalah kurang tertib dalam shalat ini karena
shalat adalah ibadah yang utama dalam Islam. Disamping itu pemahaman dan kedisiplinan
dalam menjalankan shalat dapat membantu siswa mengembangkan nilai-nilai seperti disiplin,
tanggung jawab, dan pengendalian diri. Dengan mempraktikkan shalat dengan benar dapat
memberikan pegangan akhlak serta spiritual dalam menghadapi berbagai situasi dalam
kehidupan sehari-hari.

Eksplorasi Penyebab Masalah (Studi Literatur)


Berikut diantara sebab permasalahan ketidak-tertiban shalat pada usia SD yang
ditemukan secara rujukan pustaka:
1. Kurangnya pemahaman dan edukasi yang memadai mengenai tata cara shalat.
Pemahaman yang tidak cukup tentang gerakan, bacaan, dan tahapan shalat bisa
mengakibatkan ketidakpastian dalam menjalankannya.
(Referensi: Sari, N. W. (2018). Evaluasi Pemahaman dan Pengamalan Shalat Lima
Waktu Siswa Kelas IV SDIT Al-Mukhlisin Malang. Jurnal Al-Idarah: Jurnal Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah, 2(1), 65-78).
2. Kurangnya dukungan dari lingkungan keluarga, terutama orang tua. Jika siswa tidak
mendapatkan pembinaan dan perhatian yang memadai dari orang tua terkait
pentingnya shalat, mereka mungkin kurang termotivasi untuk menjalankannya dengan
benar.
(Referensi: Fauzi, A. (2017). Peran Orang Tua dalam Membentuk Kedisiplinan Anak
dalam Menjalankan Ibadah Shalat. Tarbawi: Jurnal Ilmu-ilmu Sosial Keislaman, 19(2),
335-354).
3. Kurangnya pemahaman tentang makna dan tujuan shalat. Siswa mungkin hanya
menjalankan shalat sebagai rutinitas tanpa memahami signifikansi spiritual dan moral
yang terkandung dalamnya.
(Referensi: Yusuf, M. I., & Wijayanti, E. P. (2018). Peningkatan Kesadaran dan
Pemahaman Anak dalam Melaksanakan Shalat Fardhu Melalui Metode Cerita di RA
Al-Huda Kediri. Tarbawi: Jurnal Ilmu-ilmu Sosial Keislaman, 20(2), 193-212).
4. Kurangnya model positif, seperti teman sebaya atau guru. Kurangnya contoh yang
baik dalam menjalankan shalat bisa membuat siswa kurang termotivasi untuk
menjalankan shalat dengan benar.
(Referensi: Lufri, L., & Suryaman, M. (2019). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kedisiplinan Siswa dalam Melaksanakan Shalat Dhuha di MAN 2 Model Pekanbaru.
Madania: Jurnal Kependidikan dan Keislaman, 23(1), 64-81).
Eksplorasi Penyebab Masalah (Realitas Empirik):
Berdasarkan pengamatan atau observasi, ada beberapa penyebab masalah ketidak-
tertiban shalat pada siswa SD Muhammadiyah 7 Bandung, terutama pada kelas 3,
diantaranya adalah:
1. Pemahaman yang kurang tentang tata cara shalat yang benar. Siswa tidak tahu
bagaimana melakukan gerakan-gerakan shalat atau bacaan-bacaan yang seharusnya
dilakukan.
2. Kurangnya pengawasan dan bimbingan dalam menjalankan shalat.
3. Kurang konsisten. Beberapa siswa hanya menjalankan shalat secara konsisten di
rumah atau di sekolah saja. Ketika mereka berada di luar lingkungan tersebut, seperti
di tempat bermain atau saat berada di luar rumah, mereka mengabaikan shalat.
4. Kurang kesadaran agama, karena pada usia SD pemahaman tentang pentingnya
shalat sebagai ibadah belum sepenuhnya terbentuk.
5. Lingkungan siswa dapat mempengaruhi ketertiban shalat. Jika lingkungan tersebut
bising atau tidak kondusif.
6. Kurang pemahaman orang tua. Terdapat orang tua siswa yang tidak memiliki
pemahaman yang baik tentang urgensi dan tata cara shalat yang benar.
7. Prioritas pada kegiatan lain, seperti bermain dan belajar, sehingga shalat diabaikan
atau dilakukan dengan tergesa-gesa.

Analisis Penentu Penyebab Masalah (Literatur)


Setelah melakukan eksplorasi penyebab masalah ketidak-tertiban shalat pada siswa
kelas 3 SD secara literatur, maka dapat dianalisa penentu penyebab hal-hal tersebut
sebagai berikut:
1. Kurangnya pemahaman dan edukasi mengenai tata cara shalat. Hal ini karena
keterbatasan input yang diterima oleh siswa. Pemahaman yang tidak cukup tentang
gerakan, bacaan, dan tahapan shalat bisa mengakibatkan ketidakpastian dalam
menjalankannya sehingga siswa tidak tertib dalam menjalankannya.
2. Kurangnya dukungan dari lingkungan keluarga, terutama orang tua. Hal ini karena
latar belakang lingkungan siswa yang kurang paham tentang pendidikan ibadah pada
anak. Kurangnya perhatian dari orang tua terkait shalat, mengakibatkan siswa kurang
termotivasi untuk menjalankannya.
3. Kurangnya pemahaman tentang makna dan tujuan shalat. Hal ini terjadi karena siswa
kurang ilmu dan pemahaman, sehingga siswa menjalankan shalat hanya sebagai
rutinitas saja.
4. Kurangnya model positif. Biasanya karena lingkungan siswa yang kurang kondusif.
Kurangnya contoh ini membuat siswa kurang termotivasi untuk menjalankan shalat
dengan benar.

Analisis Penentu Penyebab Masalah (Realitas):


Setelah melakukan eksplorasi penyebab masalah ketidak-tertiban shalat pada siswa
kelas 3 SD Muhammadiyah 7 Bandung, melalui pengamatan atau secara empirik realitas,
maka dapat dianalisa penentu penyebab hal-hal tersebut sebagai berikut:
1. Pemahaman yang kurang tentang tata cara shalat yang benar. Hal ini karena siswa
kurang untuk terus diingatkan oleh guru, sehingga siswa tidak tahu bagaimana
melakukan Gerakan dan bacaan yang baik dan benar.
2. Kurangnya pengawasan dan bimbingan dalam menjalankan shalat. Hal ini karena
guru kurang kompak dalam mengawasi, sehingga siswa cenderung melakukan
kesalahan dalam menjalankan shalat.
3. Kurang konsisten. Beberapa siswa hanya menjalankan shalat secara konsisten di
rumah atau di sekolah saja, karena kurang pengawasan dari orang tua dan lingkungan
yang kurang baik, sehingga dilluar sekolah dan rumah mereka mengabaikan shalat.
4. Kurang kesadaran agama, karena pada usia SD pemahaman tentang pentingnya
shalat belum sepenuhnya terbentuk, sehingga sifat kekanak-kanakan masih sangat
terlihat.
5. Lingkungan siswa dapat mempengaruhi ketertiban shalat. Karena lingkungan yang
bising atau tidak kondusif, maka siswa sulit untuk menjalankan shalat dengan baik.
6. Kurang pemahaman orang tua. Karena latar belakang orang tua siswa yang kurang
pemahaman, sehingga siswa tidak mendapat panduan yang memadai.
7. Prioritas pada kegiatan lain, seperti bermain dan belajar. Prioritas terhadap kegiatan
lain ini mengakibatkan shalat diabaikan atau dilakukan dengan tergesa-gesa.

Rencana Aksi
Rencana aksi yang dapat dilakukan oleh guru dan siswa serta warga sekolah dalam
permasalahan dalam hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Problem Based Learning ini adalah Permasalahan Ketidak-tertiban Shalat
b. Garis besar langkah-langkah pembelajarannya sebagaimana berikut:
1. Sosialisasi pada semua guru untuk membuat program tentang kesadaran shalat
yang tertib pada siswa.
2. Membuat program pembelajaran yang komprehensif tentang tertib shalat
3. Menyusun program pembiasaan tertib shalat.
4. Membuat satgas ketertiban shalat yang terdiri dari guru dan siswa melalui seleksi
5. Mencanangkan program shalat tertib yang didukung oleh semua warga sekolah.

Anda mungkin juga menyukai