Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

BIDANG KELEMBAGAAN, KEAHLIAN K3, KESELAMATAN KERJA LISTRIK,


PENAGGULANGAN KEBAKARAN, KESELAMATAN KERJA KONSTRUKSI DAN
BANGUNAN, KESELAMATAN KERJA MEKANIK, KESELAMATAN KERJA
PESAWAT UAP DAN BEJANA TEKAN, KESEHATAN KERJA, LINGKUNGAN
KERJA, BAHAN KIMIA BERBAHAYA, SMK3

PT. X

DISUSUN OLEH:
BAMBANG
SARWONO
ANGKATAN 48

PENYELENGGARA

PT. DELTA REKA KREASI (DEREKSI)


DUMAI
2023
Kata Pengantar

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-
Nya yang telah melimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan PraktekKerja
Lapangan (PKL) ini dengan baik. Laporan ini sebagai salah satu bagian penting dalam
perjalanan penulis menuju pemahaman yang lebih mendalam tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) yang di hadapkan langsung dengan kondisi real di lapangan yang
dilaksanakan di PT. X, perusahaan yang bergerak dalam fasilitas Tangki Timbun untuk
minyak kelapa sawit dan fraksinya sekaligus menyediakan pelayanan jasa ekspedisi
export dan import jasa Kepabeanan. Kami telah melakukan observasi dan identifikasi
perihal 11 norma K3.
Kami berharap laporan ini dapat menjadi sarana bagi kami untuk
mendokumentasikan temuan, analisis, dan rekomendasi kami. Selain itu, laporan ini juga
memiliki tujuan lebih luas, yaitu menjadi sumbangan kami dalam meningkatkan
kesadaran dan praktik keselamatan kerja di lingkungan industri.
Akhir kata, tak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu baik dalam penyelenggaraan PKL maupun penyelesaian penulisan laporan.
Semoga, laporan kami dapat memberikan kontribusi positif dalam upaya menjadikan
lingkungan kerja yang lebih aman dan sehat bagi semua pihak terkait.

Hormat kami,

BAMBANG SARWONO

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
1.1. Latar Belakang..............................................................................................4
1.2. Tujuan PKL...................................................................................................4
1.3. Ruang Lingkup..............................................................................................5
1.4. Dasar Hukum.................................................................................................5
1. Dasar Hukum K3 Secara Umum.................................................................5
2. Dasar hukum kelembagaan dan keahlian K3.............................................5
3. Dasar hukum penerapan SMK3..................................................................6
4. Dasar Hukum K3 Konstruksi Bangunan....................................................6
5. Dasar Hukum K3 Penanggulangan Kebakaran.........................................7
6. Dasar Hukum K3Instalasi Listrik...............................................................7
7. K3 Pesawat Uap dan Bejana Tekan............................................................8
8. K3 Mekanik (Pesawat Tenaga Produksi dan Pesawat Angkat-Angkut)
.8 9. K3 Kesehatan Kerja
8
10. K3 Ergonomi..................................................................................................8
11. K3 Lingkungan Kerja...................................................................................8
12. K3 Bahan Kimia Berbahaya........................................................................8
1.5. Landasan Teori Parameter Observasi........................................................9
BAB II KONDISI PERUSAHAAN....................................................................18
2.1 Gambaran Umum Tempat Kerja..............................................................18
2.2 Lokasi Perusahaan......................................................................................19
2.3 Visi dan Misi................................................................................................19
2.4. Hasil Temuan Observasi.............................................................................20
BAB III ANALISA HASIL TEMUAN................................................................22
3.1. Analisa Hasil Temuan Positif.....................................................................22
3.2. Hasil Temuan Negatif.................................................................................26
4.1. Kesimpulan..................................................................................................29
4.2 Saran.............................................................................................................29

2
BAB I
PENDAHULUA
N

1.1. Latar Belakang


Setiap perusahaan dan tenaga kerja dimanapun tidak menghendaki
terjadinya kecelakaan, penyakit akibat kerja, maupun pencemaran
lingkungan. Suatu potensi resiko berupa kecelakaan, kebakaran,
pencemaran lingkungan dan penyakit akibat kerja dapat muncul karena
kesalahan dalam penggunaan peralatan, kurangnya informasi terhadap area
kerja dan kemampuan serta keterampilan dari tenaga kerja yang kurang
kompeten.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menjadi salah satu bagian


penting dalam dunia pekerjaan. Hal ini juga diatur dalam Undang-Undang
Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Dengan penerapan
teknologi pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja diharapkan tenaga
kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja, tingkat kesehatan yang
tinggi sehingga dapat meningkatkan produktifitas yang tinggi bagi
perusahaan.
PT. X adalah perusahaan yang berbasis di kawasan berikat Kota Dumai,
Provinsi Riau, di mana daerah ini menjadi pusat utama dalam operasi pabrik
pengolahan minyak kelapa sawit terbesar dan kota ekspor produk kelapa sawit
terbesar di Indonesia. Dalam menjalankan operasinya, PT. X mempekerjakan
sebanyak 63 pekerja untuk mengoperasikan pabrik mereka. Pertumbuhan
industri ini juga menghasilkan tantangan yang lebih besar dalam upaya
mencegah berbagai jenis kecelakaan di lingkungan kerja yang beragam bentuk
dan jenisnya. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan upaya terhadap
pengawasan terhadap upaya keselamatan dan kesehatan kerja, dimana dalam
laporan ini akan dibahas menjadi 11 aspek yaitu Kelembagaan dan keahlian
K3, Penerapan SMK3, K3 Listrik, K3 Konstruksi, K3 penanggulangan
kebakaran, K3 Pesawat Uap dan Bejana tekan, K3 Mekanik (Pesawat Tenaga
Produksi, Pesawat Angkat-
Angkut), K3 Keselamatan Kerja, Ergonomi, K3 Lingkungan Kerja dan K3
pengelolaan Bahan Berbahaya.

3
1.2. Tujuan PKL
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, tujuan
penulisan laporan dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah sebagai berikut:

1. Mengaplikasikan konsep-konsep teoritis yang telah diperoleh selama


proses pembelajaran.

2. Memperoleh pemahaman dan wawasan yang lebih mendalam mengenai


penerapan K3 dalam situasi dunia nyata.

3. Memberikan kemampuan kepada calon Ahli K3 Umum untuk


mengidentifikasi, menganalisis, serta memberikan saran atau rekomendasi
sesuai dengan temuan mereka.

1.3. Ruang Lingkup


Berdasarkan tujuan yang telah diuraikan, maka ruang lingkup Kerja
PraktekLapangan ini adalah:

1. Kelembagaan dan keahlian K3


2. Keselamatan Kerja LIstrik
3. Penanggulangan Kebakaran
4. Keselamatan Kerja Konstruksi dan Bangunan
5. Keselamatan Kerja Mekanik
6. Keselamatan Kerja Pesawat Uap dan Bejana Tekan
7. Kesehatan Kerja
8. Lingkungan Kerja
9. Bahan
Berbahaya
10.SMK3

1.4. Dasar Hukum

Dalam melakukan analisis dan memberikan saran terkait dengan


kekurangan atau ketidaksesuaian, penulis merujuk pada sejumlah Undang-
Undang dan peraturan yang relevan, di antaranya sebagai berikut:

1. Dasar hukum kelembagaan dan keahlian K3

a. Permenaker No. Per-04/MEN/1987, tentang Panitia Pembina


Keselamatan dan Kesehatan Kerja Serta Tata Cara Penunjukan
Ahli Keselamatan Kerja.

4
b. Permenaker No. Per-04/MEN/1995, tentang Perusahaan Jasa

5
Keselamatandan Kesehatan Kerja.

c. Permenaker No. Per-03/MEN/1998, tentang Tata Cara Pelaporan


dan Pemeriksaan Kecelakaan .
d. Permenaker No. Per.02/Men/1992, tentang Persyaratan,Wewenang,
Kewajiban AK3U
e. Kepmenaker No. Kep-125/MEN/1982, tentang Pembentukan
Susunandan Tata Kerja Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Nasional, Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Wilayah dan
Panitia Pembina.
f. Kepmenaker No. Kep-1135/MEN/1987 tentang Bendera
Keselamatan Kerja.No. Per.26/Men/2007, tentang Pedoman
Penghargaan K3 bagi perusahaan.
g. Permenaker No. Per. 01/Men/1976 , tentang Kewajiban Hiperkes
Dokterperusahaan.

2. Dasar Hukum Keselamatan Kerja Listrik

a. Permenaker No. 3/1999 Tentang Syarat-Syarat K3


Listrik UntukPengangkatan Orang dan Barang
b. SNI 04-0025-2000 (PUIL 2000) Tentang Rujukan Untuk Sitem
Prod Internal,

c. Proteksi Bahaya Sambaran Tidak Langsung

d. Kepmenakertrans No. Kep. 75/2002 Tentang Pemberlakuan SNI


No.
SNI-040- 0225-2000 Mengenai PUIL di Tempat Kerja
e. Keputusan 47/PPK&K3/VIII/2015 Tentang Pembinaan Calon Ahli K3
Bidang Listrik
f. Keputusan 48/PPK&K3/VIII/2015 Tentang Pembinaan Teknik K3 Listrik

g. Permenaker 12/2015 Tentang K3 Listrik di Tempat Kerja

h. Permenaker No. 31/2015 Tentang Perubahan atas Permenaker 2/1989


tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir

6
3. Dasar Hukum Penanggulangan Kebakaran

a. Permenakertrans No. 4/1980 Tentang Syarat-Syarat Pemasangan


danPemiliharaan APAR
b. Permenaker No. 2/1983 Tentang instalasi Alarm Pemadam
Kebakaran Otomatis
c. Kepmenaker No. 4/1986 Tentang Penanggulangan Kebakaran
di Tempatkerja
d. Instruksi Menteri II/M/B/1997 Tentang Pegawasan
Khusus K3enanggulangan Kebakaran
e. Kepmenaker No. 186/1999 Tentang Penanggulangan Kebakaran
di TempatKerja
4. Dasar Hukum Keselamatan Kerja Konstruksi dan Bangunan

a. Undang–Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja pasal


10 ayat (1) & (2)
b. Permenakertrans No. 1/1980 Tentang K3 pada Konstruksi Bangunan
c. SKB Menaker dan Men-PU ke 174/1986 dan No. 104/KPTS/1986
Tentang K3 pada Tempat Kegiatan Kontruksi Beserta Pedoman
Pelaksanaan K3 pada Tempat Kegiatan Kontruksi Instruksi Menaker
1/1992 Tentang Pemeriksaan Keberadaan Unit
Organisasi K3
d. Kep Dirjen PPK 20/2004 Tentang Sertifikasi Kompetensi K3
Bidang Konstruksi Bangunan
e. Permenaker No. 9/2016 Tentang K3 dalam Pekerjaan pada Ketinggian

5. Keselamatan Kerja Mekanik

a. Permenaker RI No 38 Tahun 2016 Tentang Pesawat Tenaga dan


alatProduksi
b. Permenaker No 8 Tahun 2020 Tentang Pesawat Angkat dan
Pesawat Angkut.
6. Keselamatan Kerja Pesawat Uap dan Bejana Tekan

a. UU no 225/1930 tentang pesawat Uap

b. Permenaker RI No 37 Tahun 2016 Tentang


keselamatan danKesehatan
kerja Bejana Tekanan dan Tangki Timbun

7
7. Kesehatan Kerja

a. Permenaker No 03/ MEN/1982 Tentang Pelayanan Kesehatan Kerja.

b. Permenakertrans nomor per 02/MEN/1980


Tentang Pemeriksaankesehatan tenaga kerja

8. K3 Lingkungan Kerja

a. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

b. Permenaker No.5 Tahun 2018 Tentang Keselamatan dan


Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
c. Permenaker No. Kep/Men/08 Tahun 2010 Tentang Alat Pelindung Diri.

9. K3 Bahan Kimia Berbahaya

a. Keputusan Presiden RI No. 22 Tahun 1993 Tentang Penyakit


yang Timbul karena hubungan Kerja
b. Kepmenaker RI No. Kep-187/MEN/1999 Tentang Pengendalian
Bahan kimia berbahaya.

10. Dasar hukum SMK3

a. PP 50 Tahun 2012, tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan


dan Kesehatan Kerja.
b. Permenaker No. 26 Tahun 2014, tentang Penyelenggaraan Penilaian
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

1.5. Landasan Teori Parameter Observasi


1.5.1. Kelembagaan dan keahlian K3
Kelembagaan K3 adalah sebuah organisasi atau badan swasta
independent, non pemerintah yang bergerak di bidang pengelolaan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3), beranggotakan perusahaan dan
lembaga usaha berbadan hukum di Indonesia. Lembaga K3 yang ada di
Indonesia pada saat ini adalah :

a. P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) adalah


lembaga yang dibentuk di dalam perusahaan dengan tujuan
membantu melaksanakan serta mengelola upaya-upaya terkait
dengan keselamatan dan kesehatan kerja. Anggotanya terdiri dari
8
perwakilan unsur pengusaha dan pekerja.

b. PJK3 (Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja) adalah


suatu lembaga usaha yang beroperasi berdasarkan surat keputusan
penunjukkan dari Kementerian Ketenagakerjaan yang
mengkhususkan diri dalam penyediaan layanan di bidang
keselamatan dan kesehatan kerja. Lembaga ini memiliki tenaga ahli
di bidang K3 untuk memberikan layanan profesional terkait dengan
K3 kepada perusahaan.

Pada PT. X, perusahaan belum memiliki P2K3 sesuai dengan ketentuan


yang diatur dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 04 Tahun 1987
tentang Pembentukan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(P2K3). Dalam pasal 2 peraturan tersebut disebutkan bahwa setiap pengusaha
diwajibkan membentuk P2K3 apabila memiliki lebih dari 100 pekerja.
Mengingat PT. X memiliki 239 pekerja, tindakan ini telah sesuai dengan
regulasi yang berlaku dalam upaya memastikan keselamatan dan kesehatan
kerja di lingkungan perusahaan.
Keahlian K3, merupakan keahlian yang dimiliki oleh seseorang yang
bersertifikasi dari kemnaker RI mengenai keselamatan dan kesehatan kerja.
Adapun pada PT. X memiliki tenaga keahlian K3 Umum

Umum 1 orang, ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran 1 orang, Ahli K3


elektrikal 3 orang dan belum memiliki dokter maupun paramedis perusahaan
yangtelah mengikuti hyperkes dan memiliki SKP.

1.5.2 Keselamatan Kerja Listrik


Energi listrik adalah bentuk energi yang berasal dari muatan listrik, yang
dapat menciptakan medan listrik statis atau menggerakkan elektron dalam
konduktor atau ion (baik positif maupun negatif) dalam zat cair atau gas.
Energi listrik yang bersifat dinamis dapat diubah menjadi bentuk energi lain
melalui tiga komponen dasar yang sesuai dengan sifat arus listriknya. Terdapat
dua jenis arus listrik, yaitu arus searah (DC) dan arus bolak-balik (AC).

Berlandaskan pada Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 12 Tahun


2015, pada Pasal 7 disebutkan bahwa setiap perusahaan yang memiliki
pembangkit listrik dengan kapasitas 200 kVA atau lebih wajib memiliki ahli

9
K3

1
listrik. Mengingat PT. X memiliki beberapa turbin pembangkit listrik serta
generator, perusahaan ini jelas memenuhi syarat untuk memiliki ahli K3
spesialis listrik guna memastikan keselamatan dalam pengelolaan energi listrik
yang signifikan seperti itu.

1.5.3 Penanggulangan Kebakaran


Kebakaran merupakan suatu bencana yang diakibatkan oleh adanya api,
yang mana bencana kebakaran tersebut pastinya menimbulkan kerugian. Api
adalah suatu reaksi kimia (oksidasi) cepat yang terbentuk dari 3 (tiga) unsur
yaitu: panas, udara dan bahan bakar yang menimbulkan atau menghasilkan
panas dan cahaya. Segitiga api adalah elemen-elemen pendukung terjadinya
kebakaran dimana elemen tersebut adalah panas, bahan bakar dan oksigen.
Namun dengan adanya ketiga elemen tersebut, kebakaran belum terjadi dan
hanya menghasilkan pijar (ILO, 2018).
Berlangsungnya suatu pembakaran diperlukan komponen keempat, yaitu
rantai reaksi kimia (chemical chain reaction). Teori ini dikenal sebagai
Piramida Api atau Tetrahedron. Rantai reaksi kimia adalah peristiwa dimana
ketiga elemen yang ada saling bereaksi secara kimiawi, sehingga yang
dihasilkan bukan hanya pijar tetapi berupa nyala api atau peristiwa
pembakaran.
Kebakaran terjadi karena bertemunya tiga unsur :
1. Bahan dapat terbakar, adalah semua benda yang dapat mendukung
terjadinya pembakaran. Ada tiga wujud bahan bakar, yaitu padat, cair dan
gas. Untuk benda padat dan cair dibutuhkan panas pendahuluan untuk
mengubah seluruh atau sebagian darinya, ke bentuk gas agar dapat
mendukung terjadinya pembakaran.
a. Benda Padat
Bahan bakar padat yang mengalami pembakaran akan menghasilkan
sisa berupa abu atau arang setelah proses pembakaran selesai. Contoh
bahan bakar padat tersebut mencakup kayu, batu bara, plastik, gula,
lemak,kertas, kulit, dan berbagai bahan lainnya.
b. Benda Cair
Bahan bakar cair mencakup berbagai jenis zat cair yang dapat
digunakan sebagai bahan bakar. Contoh bahan bakar cair tersebut
termasuk bensin, cat, minyak tanah, pernis, terpentin, lak, alkohol,
1
minyak zaitun, dan berbagai zat cair lainnya yang dapat digunakan
dalam berbagai aplikasi.

1
c. Benda Gas
Bahan bakar gas mencakup berbagai jenis gas yang digunakan sebagai
sumber energi. Contoh bahan bakar gas tersebut termasuk gas alam,

asetilen, propana, karbon monoksida, butana, serta berbagai jenis gas


lainnya yang digunakan dalam berbagai aplikasi, baik untuk keperluan
rumah tangga maupun industri.

2. Zat pembakar, yaitu Oksigen (O2). Untuk terjadinya proses pembakaran,


setidaknya diperlukan sekitar 15% volume oksigen dalam udara. Udara
normal di atmosfer kita mengandung sekitar 21% volume oksigen.
Beberapa bahan bakar memiliki kandungan oksigen yang cukup, sehingga
dapat mendukung proses pembakaran dengan baik.
3. Panas merupakan salah satu faktor penting dalam proses pembakaran.
Diperlukan sumber panas untuk mencapai suhu penyalaan yang
memungkinkan terjadinya kebakaran. Sumber panas dapat berasal dari
berbagai sumber, seperti panas matahari, permukaan yang panas, nyala
terbuka, gesekan, reaksi kimia eksotermis, energi listrik, percikan api listrik,
api las/potong, serta gas yang dikompresi. Semua sumber panas ini dapat
memicu proses pembakaran jika suhu yang cukup tercapai.
Berdasarkan tiga unsur di telah disebutkan, dapat kita ketahui bahwa
kebakaran sebagai suatu bencana dimana terjadi ketika api atau proses
pembakaran tidak dapat dikendalikan. Sesuai dengan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 26 Tahun
2008, bahayakebakaran melibatkan ancaman potensial dan tingkat penyebaran
api mulai dari awal kebakaran hingga penyebaran asap dan gas yang dapat
membahayakan kehidupan manusia, kerusakan pada bangunan, serta dampak
terhadap ekosistem sekitarnya. Kebakaran dapat terjadi akibat tindakan sengaja
atau tidak disengaja dan sering kali menyebabkan kerusakan fisik, cedera,
bahkan kematian bagi manusia. Ini mencerminkan bahwa sementara api
memiliki potensi manfaat, jika tidak dikelola dengan baik, api dapat menjadi
musuh yang merusak dan berbahaya.
Unit penanggulangan kebakaran pada perusahaan, sesuai dengan
Ketetapan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 186 Tahun 1999,
terdiri dari empat unsur atau bagian, yaitu:
a. Petugas peran kebakaran, terdiri dari minimal 2 orang untuk setiap 25 orang .
1
b. Regu penanggulangan kebakaran, ditetapkan untuk tempat kerja dengan resiko
bahaya kebakaran ringan dan sedang 1 yang memperkerjakan tenaga kerja
sebanyak 300 orang, atau setiap tempat yang memiliki resiko bahaya sedang
II,sedang III dan berat wajib memiliki regu penanggulangan kebakaran.
c. koordinator penanggulangan kebakaran, untuk setiap 100 pekerja yang
memiliki resiko tinggi, sekurang-kurangnya memiliki 1 orang setiap unit
kerja.

Ahli K3 Spesialis penanggulangan kebakaran, setiap perusahaan yang


memiliki resiko bahaya tinggi termasuk bandara, wajib memiliki Ahli K3
spesialis kebakaran.

1.5.4 Keselamatan Kerja Konstruksi dan Bangunan


Pekerjaan konstruksi merupakan pekerjaan yang memakan banyak
korban kecelakaan akibat kerja khususnya karena terjatuh. Oleh karenanya
terbitlah permenaker 09/16 mengenai K3 bekerja pada ketinggian dimana
dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa bila bekerja pada ketinggian 1,8
meter, wajib mengenakan APD yang dapat melingungi dari terjatuh akibat
bekerja.

1.5.5 Keselamatan Kerja Mekanik

Dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 38 Tahun 2016,


disebutkan bahwa pesawat tenaga produksi adalah jenis pesawat atau alat, baik
yang tetap atau yang dapat berpindah-pindah, yang digunakan atau dipasang
untuk menghasilkan atau menggerakkan daya atau tenaga, melakukan proses
pengolahan, memproduksi bahan, barang, produk teknis, dan komponen
produksi. Pesawat atau alat ini memiliki potensi untuk menimbulkan bahaya
kecelakaan, sehingga peraturan ini berfokus pada pengaturan keselamatan dalam
penggunaan dan operasi pesawat tenaga produksi.

Dalam pasal 4 disebutkan pesawat tenaga produksi meliputi :

1. Penggerak mula

2. Mesin perkakas dan produksi

3. Transmisi tenaga mekanik

4. Tanur (Furnace)

1
Dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 08 Tahun 2020,
dijelaskan bahwa pesawat angkat merujuk kepada peralatan yang dirancang dan
dipasang untuk tujuan mengangkat, menurunkan, mengatur posisi, atau
menahan benda kerja dan/atau muatan. Sedangkan pesawat angkut adalah
peralatan yang dibuat dengan tujuan memindahkan benda atau muatan, atau
bahkan orang, baik secara horizontal, vertikal, diagonal, dengan menggunakan
kendali baik di dalam atau di luar pesawat itu sendiri. Peraturan ini mengatur
persyaratan keselamatan dalam penggunaan dan operasi pesawat angkat dan
pesawat angkut untuk melindungi pekerja dan mencegah risiko kecelakaan.

1.5.6 Keselamatan Kerja Pesawat Uap dan Bejana Tekan

Dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 37 Tahun 2016, pasal 1


menjelaskan bahwa "bejana tekan" adalah jenis bejana yang selain memiliki
pesawat uap di dalamnya, juga memiliki tekanan dan digunakan untuk
menyimpan gas, udara, campuran gas, atau campuran udara. Sementara itu,
tengkitimbun adalah jenis bejana selain dari bejana tekanan yang digunakan
untukmenyimpan atau menimbun cairan bahan berbahaya atau cairan lainnya.
Di dalam tengki timbun ini, terdapat gaya tekanan yang dihasilkan oleh berat
cairan yang disimpan atau ditimbun dalam volume tertentu. Dengan definisi
ini, peraturan ini mengklasifikasikan dan mengatur berbagai jenis bejana yang
digunakan dalam

industri, terutama yang terkait dengan penyimpanan dan pengelolaan bahan


berbahaya.

1.5.7 Kesehatan Kerja

Dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 3 Tahun 1982,


disebutkan bahwa pelayanan kesehatan merujuk kepada upaya kesehatan yang
dilakukandengan tujuan:

1. memberikan bantuan tenaga kerja dalam penyesuaian diri baik fisik


maupun mental

2. melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan akibat


kerja atau lingkungan kerja

1
3. meningkatkan kesehatan badan, mental dan fisik tenaga kerja
4. memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga
kerja yang sakit

Dalam konteks Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 3 Tahun 1982,


pasal 3 mengamanatkan bahwa pengusaha atau pengurus wajib memberikan
pelayanan kesehatan kerja. Pada saat yang sama, setiap tenaga kerja memiliki
hak untuk menerima pelayanan kesehatan kerja.

Penting untuk dicatat bahwa PT. Pacific Indopalm Industries telah


menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan berupa sebuah ruangan yang
terdiridari 1 tempat tidur. Ini adalah langkah yang positif untuk memastikan
kesejahteraan dan keselamatan tenaga kerja dalam konteks kesehatan kerja.
Dengan adanya fasilitas klinik ini, perusahaan dapat memenuhi kewajibannya
untuk memberikan pelayanan kesehatan kerja kepada tenaga kerja, serta
memastikan bahwa pekerja memiliki akses yang memadai ke layanan
kesehatan yang diperlukan dalam lingkungan kerja.

1.5.8 Lingkungan Kerja

Berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2018


tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja, lingkungan kerja
merujuk kepada kesatuan berbagai aspek lingkungan di tempat kerja.
Lingkungan ini meliputi faktor-faktor fisik, kimia, biologi, fisiologi, dan
psikologi yang hadir di tempat kerja dan memiliki potensi untuk memengaruhi
keselamatan dan kesehatan kerja pekerja.

Sementara itu, limbah adalah bahan buangan yang dihasilkan dari berbagai
proses produksi, baik dalam konteks industri maupun domestik (seperti yang
dihasilkan oleh rumah tangga). Limbah ini lebih dikenal sebagai "sampah" dan
kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak diinginkan, sehingga
perlu dikelola dengan benar untuk menghindari dampak negatifnya terhadap
lingkungandan kesehatan manusia.

Peraturan ini membantu mengatur tindakan dan standar yang harus diikuti
di lingkungan kerja untuk melindungi keselamatan dan kesehatan pekerja, serta
untuk mengelola limbah dengan aman dan berkelanjutan.

1
1.5.9 Bahan Kimia Berbahaya

Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor


187 Tahun 1999, "Bahan Kimia Berbahaya" merujuk kepada bahan kimia
dalam bentuk tunggal atau campuran yang memiliki sifat kimia, fisika, dan/atau
toksikologi yang berbahaya terhadap tenaga kerja, instalasi, dan lingkungan.

Nilai Ambang Kuantitas (NAK) adalah standar kuantitas yang digunakan


untuk menilai potensi bahaya bahan kimia berbahaya di tempat kerja.

Pengendalian bahan kimia berbahaya adalah upaya yang dilakukan untuk


mencegah dan/atau mengurangi risiko yang timbul akibat penggunaan bahan
kimia berbahaya di tempat kerja terhadap tenaga kerja, alat-alat kerja,
dan lingkungan.

1.5.10 SMK3
Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) secara
normatif terdapat pada Per.50/men/2012 pasal 1, adalah bagian dari sistem
manajemen keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan,
tanggung jawab, pelaksanaan, proses dan sumber daya yang di butuhkan
bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan
Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja,dalam rangka pengendalian
resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja
yangaman, efisien dan produktif.

Penerapan SMK3 dijelaskan dalam PP no 50/12 pada pasal, yaitu :


a. Penetapan kebijakan K3
b. Perencanaan K3
c. Pelaksanaan rencana K3
d. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3
e. Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3

1
BAB II
KONDISI
PERUSAHAAN

2.1 Gambaran Umum Tempat Kerja


PT. X didirikan sebagai hasil penanaman modal asing sesuai dengan
Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 Juncto Undang-Undang No. 11 Tahun 1970
tentang Penanaman Modal Asing. Persetujuan untuk pendirianperusahaan ini
diperoleh melalui Surat Menteri Negara Penggerak Dana Investasi. Perusahaan
ini adalah hasil kerjasama antara Commodities House InvestmentLimited dari
Inggris dengan Tuan Fuad Hayel Saeed Anaam dari Republik Yaman.

PT. X menetapkan standar tinggi dalam operasinya. Perusahaan ini


menerapkan Quality Management System ISO9001:2008, memiliki sertifikat
HACCP dan HALAL, serta menjadi anggota RSPO (Roundtable on Sustainable
Palm Oil). Untuk menjaga kelancaran proses produksi, perusahaan ini
menyediakan armada tanker untuk mengangkut CPO daripabrik kelapa sawit
(PKS) ke pabriknya.

Untuk melindungi kesejahteraan karyawan tetapi juga menjaga lingkungan


kerja yang aman dan sehat. Ini adalah pencapaian yang membanggakan yang
menunjukkan bahwa mereka telah mengimplementasikan praktik terbaik dalam
manajemen K3, bukan hanya mematuhi peraturan, tetapi juga berusaha
menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat, dan berkelanjutan.

2.2 Lokasi Perusahaan


PT. X memiliki lokasi yang sangat strategis. Terletak di tepi pantai dengan
perairan tenang dan luas, perusahaan ini dapat menerima kunjungan kapal-kapal
berat dan super tanker, menjadikannya sebagai persimpangan lalu lintas ke timur
yang vital. Lokasinya yang berada di jalan Raya Dumai-Basilam Baru KM. 14
Lubuk Gaung Sungai Sembilan Kota Dumai – Riau, juga dekat dengan
perkampungan penduduk, memberikan akses yang mudah bagi para karyawan
yang berasal dari luar kota Dumai. Selain itu, PT. X memiliki perumahan
karyawan di depan pabrik, yang merupakan fasilitasyang sangat nyaman untuk
memudahkan akses para karyawan ke tempat kerja. Semua ini menjadikan lokasi

1
perusahaan ini sangat ideal untuk operasional bisnisnya.

1
Gambar 1. Lokasi Perusahaan

2.3 Visi dan Misi


Visi dari PT. X adalah menjadi perusahaanminyak yang berstandar
internasional dengan kualitas tinggi yang sangat baik dan bisa bersaing dengan
perusahaan lainnya baik dari tingkat domestik maupun internasional. Sedangkan
Misi dari PT. X adalah bekerjasama dengan integritas dan komitmen kepada
pelanggan, karyawan dan para pemegang saham dalam waktu yang bersamaan
dan menetapkan perhatian kepada pengawasan terhadap kualitas yang performa.

2.4. Hasil Temuan Observasi


Hasil temuan observasi merupakan kumpulan peristiwa atau keadaan
sebenarnya selama proses pengamatan langsung yang dilakukan di lapangan.
Berikut ini merupakan hasil temuan positif dan negatif dari observasi yang
telah dilakukan.

2.4.1. Hasil Temuan Positif


Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di PT. X, terdapat temuan
positif antara lain:

 Kelembagaan dan keahlian K3


a. Memiliki Ahli K3 Umum
b. Memiliki Ahli K3 Penanggulangan Kebakaran
c. Operator Boiler memiliki Sertifikat dan Lisence sebanyak 6 Orang

2
2.4.2. Hasil Temuan Observasi Negatif

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di PT. X, terdapat


temuan negatif antara lain:
a. Kelembagaan dan Keahlian K3
- Belum di bentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(P2K3)
- Belum implementasi Sistem Management Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3)
- Tidak ada Struktur Organisasi Tanggap Darurat lokasi kerja (2 shieft)

b. Keselamatan Kerja Listrik


- Minimnya rambu/sticker K3 Kelistrikan
- Tidak ada sigle line diagram di setiap panel listrik
- Dilihat dari Fisiknya, instalasi listrik sudah lama dan segera di
lakukan peremajaan

c. Penanggulangan Kebakaran
- Tidak ada pelatihan Tanggap Darurat menghadapi bahaya
kebakaran untuk semua karyawan
- Tidak ada Struktur Organisasi Tanggap Darurat
- Tidak ada Rambu Titik Berkumpul (Assembly Point)
- Tidak ada Exit Sign di jalur evakuasi

d. Keselamatan Kerja Konstruksi dan Bangunan


- Tiang besi bangunan berkarat (tidak ada maintenance), hal ini
akan membuat besi menjadi keropos

e. Keselamatan Kerja Mekanik


- Forklift belum dilakukan Riksa Uji, namun sudah di operasikan
- Tidak ada rambu K3 dan rambu cara mengoperasikan alat/mesin

f. Keselamatan Kerja Pesawat Uap dan Bejana Tekan


- Tidak ada rambu K3 dan rambu cara mengoperasikan alat/mesin

g. Kesehatan Kerja
- Tidak ada petugas P3K yang terlatih
- Kebutuhan toilet tidak sebanding dengan jumlah karyawan

h. Lingkungan Kerja
- Pencahayaan area kerja <150 Lux (pengukuran Lux meter)

i. Bahan Kimia Berbahaya


- Tidak ada rambu K3 dan rambu cara mengoperasikan alat/mesin

j. SMK3
- Penerapan SMK3 di area kerja belum berjalan

2
BAB III
ANALISA HASIL TEMUAN

3.1. Analisa Hasil Temuan Positif


Setelah didapat hasil temuan positif, maka hasil tersebut dapat dianalisa
dalam bentuk tabel di bawah ini:
Dalam observasi ini tidak ada temuan positif.

3.2. Hasil Temuan Negatif


Setelah didapat hasil temuan negatif, maka hasil tersebut dapat dianalisa dalam
bentuk tabel di bawah ini:

NO FOTO TEMUAN DAMPAK IDENTIFIKASI SARAN DASAR


HUKUM
BAHAYA
1 Kelembagaan Tidak dapat Berisiko terjadinya Segera bentuk P2K3 UU No.1 Tahun
dan Keahlian K3 melakukan evaluasi potensi bahaya di agar issue K3 bisa di 1970,
: dan perbaikan yang tempat kerja, antisipasi sedini
terkait temuan K3 karena issue K3 mungkin Permenaker No.4
Belum ada P2K3 tidak segera Tahun 1987
diperbaiki
PERMENAKER
2 Keselamatan Karyawan yang Berbahaya Segera lakukan
Kerja Listrik : bertugas tidak terjadinya pemasangan rambu No.
memahami kondisi kecelakaan kerja, K3 Listrik dan 12 tshun 2015
Tidak ada rambu area pekerjaan karena tidak ada pemasangan Single
K3 tentangkeselamatan
rambu K3. line diagram di dan Kesehatan
Tidak ada single panel listrik kerja listrik di
Menyulitkan
line diagram di teknisi baru dalam tempat kerja
panel listrik melakukan
preventif
maintenan atau
perbaikan instalasi
kelistrikan
PERMENAKER
3 Penanggulangan Powder dalam APAR Powder APAR Lakukan No.04 tahun 1980
Kebakaran : akan cepat menjadi mengumpal, penggantungan tentang syarat-syarat
mengumpal sehingga tidak APAR setinggi pemasangan dan
Penempatan dapat digunakan 125cm dan lakukan
APAR powder pemeliharaan APAR
Ketika dalam pengocokan APAR
dilantai menghadapi minimal sebulan
bahaya kebakaran sekali

4 Keselamatan Berpotensi pekerja Terjadi kecelakaan Segera lakukan Permenaker


Kerja Konstruksi terjeblos di kerja pekerja penutupan lubang No.01/MEN/1980
dan Bangunan : lubang/parit dan parituntuk
menghindari pekerja
Terdapat lubang terjeblos
lantai/parit yang lubang/parit
tidak pentutup
pengaman di
2
area boiler
treatment
chemical

PERMENAKER
5 Keselamatan Menghambat Berpotensi Lakukan Riksa Uji
Kerja Mekanik : penggunaan Forklift terjadinya sebelum Forklift no 8 tahun 2020
sehingga produktifitas kecelakaan kerja, digunakan tentang K3
Forklift sudah di pekerja terhambat karena informasi
operasikan, tanpa pesawat angkat dan
forklift tidak di pesawat angkut
dilakukan Riksa pahami pekerja
Uji

6 Keselamatan Menghambat proses Terjadi kesalahan Lakukan Permenaker No.37


Kerja Pesawat pekerjaan dan potensi dalam pemasangan rambu Tahun 2016
Uap dan Bejana bahaya tidak mengoperasikan K3 dan rambu cara
Tekan : teridentifikasi mesin/alat dan mengoperasikan
berpotensi bahaya alat/mesin
Tidak ada rambu kecelakaan kerja
K3 dan rambu
cara
mengoperasikan
alat/mesin

7 Kesehatan Kerja Menghambat proses Jika terjadi Memberikan UU No.1 Tahun


: pemberian pertolongan kecelakaan kerja pelatihan P3K 1970,
pertama tidak dapat (sertifikasi)
Tidak ada diberikan Permenaker
petugas P3K pertolongan No.3/MEN/1982
terlatih pertama, sehingga
di khawatirkan
luka korban
menjadi bertambah
parah
8 Lingkungan Terjadi antrian pekerja Produktifitas Disediakan 4 toilet Permenaker No.5
Kerja yang akan pekerja menjadi untuk kebutuhan Tahun 2018, pasal
menggunakan toilet terganggu lebih dari 50 pekerja 34 ayat 2 (tentang
Terdapat 3 toilet K3 Lingkungan
untuk 60 pekerja Kerja)
KEPMENAKER no
9 Bahan Kimia Pengawasan dan Berpotensi Tempat Bahan
Berbahaya : pengendalian Bahan tejadinya kimia berbahaya di 187 tahun 1999
Kimia berbahaya tidak Kecelakaan Kerja satu lokasi/tempat, tentang
Peletakan di terkontrol dan Penyakit akibat hal ini untuk pengendalianbahan
banyak tempat kerja pengendalian dan kimia berbahaya
pengawasan

10 SMK3 : Pengawasan K3 di Tingkat kecelakaan Lakukan kegiatan Permen No.50


area kerja tidak dapat kerja tidak dapat di SMK3 di Tahun 2012
Belum di di evaluasi hindari Perusahaan untuk
implementasi di menghindari
Perusahaan Kecelakaan Kerja
dan penyakit akibat
kerja

2
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Dari kegiatan Praktik Kerja Lapangan yang telah dilakukan pada pihak
pengelola/perusahaan PT. X masih ditemukan beberapa temuan baik prositif maupun negatif
sebagai berikut.
1. Implementasi K3, SMK3 dan P2K3 belum diterapkan PT. X
2. Kurangnya pelatihan K3 kepada para pekerja.
3. Riksa Uji belum dilakukan secara menyeluruh.
4. Tim Tanggap Darurat belum di bentuk

4.2 Saran
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, di PT. Pasific Indopalm Industries terdapat
beberapa saran sebagai berikut :
1. Kebutuhan pelatihan dan sertifikasi K3 sangat diperlukan pekerja yang memiliki
tingkat resiko pekerjaan tinggi.
2. Riksa Uji peralatan pabrik dilakukan secara menyeluruh.
3. Pembentukan Tim Tanggap Darurat.

Anda mungkin juga menyukai