Anda di halaman 1dari 29

HUKUM BISNIS DAN ETIKA DALAM KEWIRAUSAHAAN

KATA PENGANTAR

Dalam dunia bisnis yang terus berkembang dan kompleks, pemahaman


tentang hukum bisnis dan etika dalam kewirausahaan adalah kunci untuk
kesuksesan jangka panjang dan keberlanjutan. Bisnis tidak hanya menjadi sarana
untuk mencapai tujuan finansial, tetapi juga menjadi kekuatan yang mendorong
perubahan sosial dan ekonomi di seluruh dunia. Oleh karena itu, menjalankan
bisnis dengan memperhatikan aspek hukum yang relevan dan nilai-nilai etika
yang kuat bukanlah pilihan, melainkan suatu keharusan.

Dalam buku ini, kami akan membahas secara rinci tentang hukum bisnis,
mencakup berbagai aspek penting seperti pendirian perusahaan, kontrak, hak
kekayaan intelektual, dan perpajakan. Kami juga akan mengeksplorasi konsep
etika dalam kewirausahaan, yang mencakup integritas, keadilan, tanggung jawab
sosial, dan transparansi.

Kami berharap bahwa buku ini akan memberikan pemahaman yang lebih
mendalam tentang hukum bisnis dan etika dalam kewirausahaan, serta membantu
pembaca untuk membuat keputusan yang bijak dan bertanggung jawab dalam
menjalankan bisnis mereka. Semoga buku ini menjadi sumber pengetahuan yang
berguna dan inspiratif bagi para pengusaha, pemilik usaha, dan siapa pun yang
tertarik dalam dunia bisnis yang dinamis ini.

Selamat membaca!

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................1
DAFTAR ISI.........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................3
A. LATAR BELAKANG......................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................4
C. TUJUAN..........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................6
1. HUKUM BISNIS DALAM KEWIRAUSAHAAN.........................................6
1.1. Pengertian Hukum Bisnis..............................................................................6
1.2. Struktur Perusahaan dan Hukum...................................................................7
1.3. Kontrak Dalam Bisnis...................................................................................8
1.4. Hak Kekayaan Intelektual (HKI)...................................................................9
1.5. Perlindungan Konsumen..............................................................................10
1.6. Aspek Internasional Dalam Hukum Bisnis...................................................11
2. ETIKA DALAM KEWIRAUSAHAAN.........................................................12
2.1. Pengertian Etika Bisnis.................................................................................12
2.2. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR)..................................................13
2.3. Reputasi Perusahaan dan Etika.....................................................................14
2.4. Tantangan Etika dalam Bisnis......................................................................15
3. BISNIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN KONSEP ILO.......................16
4. Menerapkan Brain Color dalam Pengelolaan Bisnis.......................................17
4.1. Brain Color dan Pengambilan Keputusan Bisnis.........................................17
4.2. Integrasi Brain Color dalam Praktik Bisnis Ramah Lingkungan.................20
5. Kaitan antara Hukum dan Etika......................................................................21
5.1. Keselarasan Hukum dan Etika......................................................................21
5.2. Pentingnya Kepatuhan Hukum dan Etika.....................................................22
BAB III PENUTUP.............................................................................................25
A. KESIMPULAN..............................................................................................25
B. SARAN...........................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................27

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hukum bisnis dan etika dalam kewirausahaan sangat penting dalam
menghadapi tantangan bisnis yang semakin kompleks di era kontemporer.
Globalisasi ekonomi telah membuka pintu bagi perusahaan untuk beroperasi di
berbagai negara, namun hal ini juga membawa dampak kompleks seperti
peraturan perdagangan internasional yang berbeda-beda. Pemahaman hukum
internasional menjadi kunci untuk melindungi kepentingan bisnis secara global.
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah menciptakan tantangan baru
terkait privasi data, hak kekayaan intelektual, dan keamanan siber yang harus
dipahami oleh para pengusaha. Perlindungan konsumen menjadi perhatian utama,
dan hukum bisnis memainkan peran kunci dalam menjaga integritas dan
kepercayaan konsumen. Selain itu, etika dalam kewirausahaan semakin penting
karena masyarakat dan konsumen semakin memperhatikan isu-isu etika dan
tanggung jawab sosial perusahaan. Bisnis yang bertanggung jawab secara sosial
dan lingkungan memiliki dampak positif pada masyarakat dan lingkungan sekitar,
dan pemahaman akan etika bisnis membantu menjaga reputasi yang kuat.
Hubungan antara perusahaan dengan berbagai pihak, termasuk pemegang saham,
karyawan, dan pemerintah, semakin kompleks dan perlu diatur oleh hukum bisnis.
Terakhir, pemahaman yang lebih baik tentang dampak bisnis yang lebih luas,
termasuk sosial, lingkungan, dan ekonomi, menjadi semakin penting dalam
pengambilan keputusan bisnis yang bertanggung jawab. Dalam keseluruhan
konteks ini, hukum bisnis dan etika dalam kewirausahaan bukan hanya aspek
tambahan dalam bisnis, melainkan merupakan fondasi yang mendukung
kesuksesan jangka panjang dan kontribusi positif terhadap masyarakat dan
lingkungan.

3
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengaruh hukum bisnis terhadap operasional dan keberlanjutan
perusahaan, khususnya dalam konteks peraturan perdagangan
internasional?
2. Apa implikasi hukum terkait teknologi, seperti hak kekayaan intelektual
dan privasi data, terhadap bisnis teknologi informasi?
3. Bagaimana perlindungan konsumen dan peraturan terkait memengaruhi
strategi bisnis dan reputasi perusahaan?
4. Bagaimana hukum bisnis mengatur persaingan usaha dan mencegah
praktik monopoli atau kolusi?
5. Apa peran etika dalam kewirausahaan, dan bagaimana dapat diintegrasikan
dalam praktik bisnis?
6. Bagaimana etika bisnis berkontribusi pada reputasi perusahaan dan
bagaimana dampaknya pada pertumbuhan bisnis jangka panjang?
7. Bagaimana hukum bisnis mengatur hubungan kerja dan hak-hak karyawan
dalam berbagai konteks bisnis?
8. Bagaimana perusahaan dapat mematuhi etika bisnis dan tanggung jawab
sosial perusahaan (CSR) sambil menjalankan operasional yang
berkelanjutan secara finansial?

C. TUJUAN
1. Pemahaman Mendalam: Tujuan utama dari materi ini adalah memberikan
pemahaman yang lebih mendalam tentang hukum bisnis dan etika dalam
konteks kewirausahaan. Hal ini akan membantu individu, khususnya
pengusaha dan pemilik usaha, untuk memahami peraturan hukum yang
berlaku dan praktik bisnis yang etis.
2. Kepatuhan Hukum: Materi ini bertujuan untuk membantu para pengusaha
untuk memahami kewajiban hukum mereka dalam menjalankan bisnis.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang hukum bisnis, mereka dapat
memastikan kepatuhan terhadap peraturan yang relevan, menghindari
sanksi hukum, dan mengelola risiko hukum.

4
3. Peningkatan Reputasi: Materi ini membahas peran etika dalam
kewirausahaan dan bagaimana menjalankan bisnis dengan integritas dapat
membangun reputasi perusahaan yang kuat. Tujuannya adalah membantu
perusahaan memahami bahwa praktik bisnis yang etis dapat membawa
manfaat jangka panjang dalam bentuk kepercayaan pelanggan dan
pemangku kepentingan lainnya.
4. Pertumbuhan dan Keberlanjutan: Dengan memahami hukum bisnis dan
etika, individu dan perusahaan dapat mengembangkan strategi bisnis yang
lebih berkelanjutan, berfokus pada pertumbuhan jangka panjang yang
sesuai dengan nilai-nilai etika. Hal ini dapat membantu meningkatkan
keberlanjutan bisnis dan kontribusi positif terhadap masyarakat dan
lingkungan.
5. Kepemimpinan yang Bertanggung Jawab: Materi ini dapat membantu
calon pemimpin bisnis memahami tanggung jawab mereka dalam
menjalankan perusahaan secara etis dan memimpin dengan integritas. Ini
dapat membentuk pemimpin yang bertanggung jawab dan memengaruhi
budaya organisasi yang positif.
6. Pemecahan Masalah: Materi ini dapat membantu individu dalam
menghadapi situasi bisnis yang kompleks dengan pemahaman hukum dan
etika yang lebih baik. Ini memungkinkan mereka untuk membuat
keputusan yang bijak dan menghadapi tantangan bisnis dengan cara yang
sesuai dengan prinsip-prinsip etika dan hukum.

5
BAB II
PEMBAHASAN

1. HUKUM BISNIS DALAM KEWIRAUSAHAAN


1.1. Pengertian Hukum Bisnis
Hukum Bisnis adalah cabang hukum yang berkaitan dengan aturan
dan regulasi yang mengatur aktivitas bisnis dan komersial. Ini mencakup
semua aspek hukum yang berkaitan dengan perusahaan, kontrak, transaksi,
kepemilikan, dan berbagai hal terkait bisnis lainnya. Hukum Bisnis
bertujuan untuk menciptakan kerangka kerja hukum yang memfasilitasi
dan mengatur cara bisnis dijalankan, mengatur hak dan kewajiban semua
pihak yang terlibat dalam bisnis, dan memastikan keberlangsungan serta
keadilan dalam dunia bisnis.

Definisi dan Cakupan Hukum Bisnis


Hukum Bisnis mencakup berbagai aspek, termasuk:
 Pendirian Perusahaan: Hukum Bisnis mengatur proses pendirian dan
registrasi perusahaan, termasuk pemilihan struktur perusahaan seperti
perusahaan terbatas, perseroan terbatas, dan sebagainya.
 Kontrak: Ini mencakup hukum kontrak, yang mengatur pembuatan,
pelaksanaan, dan penyelesaian kontrak bisnis. Hukum ini memastikan
bahwa semua perjanjian bisnis dilaksanakan dengan sah.
 Tanggung Jawab Bisnis: Hukum Bisnis juga mencakup tanggung
jawab bisnis, termasuk tanggung jawab perusahaan terhadap
konsumen, pekerja, dan lingkungan.
 Pajak: Hukum Bisnis mengatur masalah perpajakan bisnis, termasuk
perhitungan pajak, pelaporan, dan kewajiban pajak.
 Perlindungan Konsumen: Ini mengatur hak dan perlindungan
konsumen terhadap praktik bisnis yang tidak adil atau menipu.

6
Peran Hukum Dalam Bisnis
Peran hukum dalam bisnis sangat penting, karena:
 Memberikan Kerangka Hukum: Hukum Bisnis memberikan kerangka
kerja hukum yang mengatur cara bisnis dijalankan. Ini menciptakan
kepastian hukum bagi semua pihak yang terlibat dalam bisnis.
 Melindungi Hak dan Kepentingan: Hukum Bisnis melindungi hak dan
kepentingan semua pihak, termasuk pemilik perusahaan, pekerja,
konsumen, dan pemegang saham.
 Mencegah Ketidakadilan: Hukum Bisnis berfungsi sebagai
mekanisme untuk mencegah praktik bisnis yang tidak adil, menipu,
atau bersifat monopoli.
 Memfasilitasi Transaksi: Hukum Bisnis memfasilitasi transaksi bisnis
dengan memberikan pedoman tentang bagaimana perjanjian dan
kontrak bisnis dapat dibuat dan dilaksanakan dengan sah.

1.2. Struktur Perusahaan dan Hukum


Pilihan struktur perusahaan adalah salah satu aspek penting dalam
hukum bisnis yang memiliki implikasi signifikan terhadap cara bisnis
dijalankan. Ada beberapa pilihan struktur perusahaan yang umum
digunakan, seperti perusahaan terbatas (Limited Liability Company/LLC),
perseroan terbatas (Corporation), persekutuan (Partnership), dan bisnis
milik tunggal (Sole Proprietorship). Setiap pilihan struktur ini memiliki
karakteristik dan implikasi hukum yang berbeda.

Perusahaan terbatas (LLC) adalah entitas bisnis yang memberikan


fleksibilitas tinggi dalam manajemen dan struktur kepemilikan. Pemilik
perusahaan terbatas tidak bertanggung jawab atas utang bisnis dengan
harta pribadinya. Perseroan terbatas (Corporation) adalah entitas bisnis
yang memiliki pemegang saham yang memiliki saham dalam perusahaan.

7
Pemegang saham tidak bertanggung jawab atas utang perusahaan dengan
harta pribadinya.

Di sisi lain, persekutuan (Partnership) adalah bentuk kepemilikan


bisnis yang dimiliki oleh dua orang atau lebih. Ada dua jenis utama:
persekutuan umum (general partnership) di mana semua mitra bertanggung
jawab atas utang perusahaan dan persekutuan terbatas (limited partnership)
di mana beberapa mitra memiliki tanggung jawab terbatas. Terakhir, bisnis
milik tunggal (Sole Proprietorship) adalah bentuk bisnis yang dimiliki oleh
satu orang, dan pemilik tunggal bertanggung jawab atas seluruh utang
bisnis dan memiliki kontrol penuh atas bisnisnya.

Pilihan struktur perusahaan juga memiliki implikasi hukum terkait


dengan tanggung jawab hukum, pajak, kepemilikan, manajemen, dan
peraturan yang berlaku. Oleh karena itu, pemilihan struktur perusahaan
harus didasarkan pada pertimbangan yang cermat, dengan
mempertimbangkan tujuan bisnis dan kebutuhan hukum yang relevan.
Konsultasi dengan seorang ahli hukum bisnis seringkali dianjurkan untuk
memastikan pemilihan yang sesuai dengan kebutuhan bisnis dan untuk
memahami sepenuhnya implikasi hukumnya.

1.3. Kontrak Dalam Bisnis


Kontrak bisnis adalah sebuah perjanjian hukum yang mendefinisikan
hak dan kewajiban antara dua pihak atau lebih dalam sebuah transaksi
bisnis. Jenis kontrak bisnis bervariasi sesuai dengan kebutuhan dan jenis
bisnis yang bersangkutan. Pertama, terdapat kontrak penjualan, yang
mengatur aspek pembelian dan penjualan barang atau jasa, termasuk harga,
pembayaran, dan garansi produk. Kedua, terdapat kontrak sewa, yang
mencakup perjanjian penggunaan properti atau aset milik pihak lain
dengan pembayaran sewa, seperti kontrak sewa toko atau kantor. Ketiga,
kontrak layanan mengatur penyediaan layanan oleh satu pihak kepada

8
pihak lain, dengan rincian ruang lingkup layanan, biaya, dan tenggat waktu
yang harus dipenuhi.

Kontrak bisnis memiliki peran penting dalam mengatur hubungan


bisnis karena mereka menyediakan kerangka kerja hukum yang jelas dan
mengikat. Mereka membantu menghindari ambiguitas, sengketa, atau
pelanggaran kontrak dengan merinci hak dan kewajiban setiap pihak
dalam transaksi bisnis. Kontrak juga memastikan bahwa perjanjian bisnis
dijalankan dengan integritas dan kepatuhan hukum.

Sebagai contoh, kita dapat menganalisis studi kasus tentang kontrak


bisnis di mana sebuah perusahaan teknologi menandatangani kontrak
dengan pemasok untuk pengadaan komponen elektronik yang penting.
Kontrak ini merinci persyaratan kualitas produk, waktu pengiriman yang
ketat, dan harga yang disepakati. Ketika pemasok gagal memenuhi tenggat
waktu pengiriman, kontrak tersebut memuat ketentuan kompensasi yang
akan diberikan oleh pemasok kepada perusahaan teknologi. Dengan
demikian, kontrak bisnis menjadi instrumen penting dalam mengelola
hubungan bisnis yang efisien dan adil antara kedua pihak.

1.4. Hak Kekayaan Intelektual (HKI)


Definisi Hak Kekayaan Intelektual (HKI): Hak Kekayaan Intelektual
(HKI) adalah sebuah konsep hukum yang memberikan perlindungan
hukum kepada pencipta dan pemilik karya intelektual mereka, seperti
musik, seni, penemuan, dan inovasi. HKI mencakup berbagai jenis hak,
termasuk hak cipta, paten, dan merek dagang, yang memberikan
pemiliknya hak eksklusif untuk mengendalikan penggunaan dan
pemanfaatan karya atau inovasi yang mereka miliki.

9
Perlindungan Hak Cipta, Paten, dan Merek Dagang: Salah satu aspek
penting dalam HKI adalah perlindungan hak cipta, paten, dan merek
dagang.
 Hak Cipta: Hak cipta memberikan perlindungan terhadap karya-karya
intelektual seperti musik, buku, dan perangkat lunak. Pemilik hak
cipta memiliki hak eksklusif untuk menduplikasi, mendistribusikan,
dan mengubah karya mereka. Sebagai contoh, perusahaan rekaman
yang memiliki hak cipta atas lagu-lagu artis mereka dapat
mengendalikan distribusi dan penggunaan lagu-lagu tersebut.
 Patent: Paten memberikan hak eksklusif kepada penemu untuk
menguasai dan memanfaatkan penemuan mereka selama periode
tertentu. Ini menciptakan perlindungan terhadap inovasi, mencegah
orang lain memproduksi atau menjual produk serupa tanpa izin.
Sebagai ilustrasi, perusahaan teknologi yang mendapatkan paten untuk
inovasinya dapat melindungi produknya dari persaingan yang tidak
sah.
 Merek Dagang: Merek dagang memberikan perlindungan atas nama,
logo, atau simbol yang mengidentifikasi produk atau layanan tertentu.
Perusahaan yang memiliki merek dagang yang kuat dapat melindungi
citra mereknya dari penggunaan ilegal atau pemalsuan. Contohnya
adalah merek dagang perusahaan seperti Apple atau Coca-Cola yang
melindungi citra merek mereka dari penyalahgunaan.

1.5. Perlindungan Konsumen


Perlindungan konsumen adalah aspek penting dalam hukum bisnis
yang bertujuan untuk melindungi hak dan kepentingan konsumen dalam
transaksi bisnis. Di banyak negara, ada berbagai peraturan dan hukum
yang dirancang untuk melindungi konsumen dari praktik bisnis yang tidak
adil atau menipu. Ini mencakup ketentuan terkait dengan informasi produk
yang jelas, harga yang transparan, dan perlindungan terhadap produk yang
berbahaya atau cacat.

10
Tanggung jawab bisnis terhadap konsumen adalah untuk mematuhi
peraturan ini dan memastikan bahwa konsumen diberikan produk atau
layanan yang aman, berkualitas, dan sesuai dengan apa yang dijanjikan.
Hal ini mencakup mematuhi standar keselamatan produk, memberikan
informasi yang jujur dan transparan kepada konsumen, serta menangani
keluhan dan masalah konsumen dengan baik.

Sebagai contoh, dalam sebuah studi kasus, sebuah perusahaan


makanan harus menghadapi masalah kualitas produk yang memengaruhi
sejumlah konsumen. Perusahaan ini kemudian memutuskan untuk secara
sukarela menarik produk yang bermasalah dari pasar, memberikan
kompensasi kepada konsumen yang terpengaruh, dan meningkatkan
pengawasan kualitas produk mereka. Tindakan ini tidak hanya memenuhi
kewajiban hukum, tetapi juga mempertahankan reputasi perusahaan
dengan memprioritaskan kepentingan konsumen.

Perlindungan konsumen adalah prinsip penting dalam menjaga


kepercayaan pelanggan dan memastikan bahwa bisnis beroperasi dengan
etika yang tinggi. Hal ini juga mendukung terciptanya hubungan yang
berkelanjutan antara bisnis dan konsumennya, yang pada gilirannya dapat
berdampak positif pada kesuksesan jangka panjang perusahaan.

1.6. Aspek Internasional Dalam Hukum Bisnis


Pengaruh globalisasi pada bisnis telah menjadi faktor kunci dalam
hukum bisnis internasional. Globalisasi menciptakan peluang ekspansi
bisnis ke pasar internasional yang lebih luas, memungkinkan perusahaan
untuk mencapai pelanggan baru di seluruh dunia, dan mengakses sumber
daya global. Namun, dengan globalisasi juga datang tantangan, termasuk
persaingan yang lebih sengit, kompleksitas aturan perdagangan

11
internasional, dan risiko terkait fluktuasi mata uang dan ketidakstabilan
politik di berbagai negara.

Peraturan perdagangan internasional memainkan peran kunci dalam


mengatur hubungan bisnis lintas batas. Ini mencakup perjanjian
perdagangan seperti Perjanjian Pembebasan Perdagangan Dunia (WTO)
dan perjanjian perdagangan bilateral antara negara-negara. Tujuannya
adalah untuk memfasilitasi perdagangan internasional dengan memberikan
kerangka kerja hukum yang adil, memastikan perlakuan yang sama bagi
semua pihak, dan mengatasi hambatan perdagangan.

Selain itu, hukum bisnis internasional melibatkan peraturan yang


berkaitan dengan kontrak internasional, hak kekayaan intelektual,
kepailitan lintas batas, dan berbagai aspek lain yang timbul dalam konteks
bisnis internasional. Perusahaan yang beroperasi di pasar internasional
harus memahami dan mematuhi peraturan ini untuk meminimalkan risiko
hukum dan menjalankan bisnis dengan sukses di lingkungan global yang
semakin kompleks. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang
aspek internasional dalam hukum bisnis adalah kunci bagi perusahaan
yang ingin beroperasi di pasar global.

2. ETIKA DALAM KEWIRAUSAHAAN


2.1. Pengertian Etika Bisnis
Etika bisnis adalah fondasi moral yang membimbing perilaku dan
keputusan dalam dunia bisnis. Ini mencakup nilai-nilai seperti integritas,
kepedulian terhadap konsumen, karyawan, dan lingkungan, serta tanggung
jawab sosial perusahaan. Integritas menggarisbawahi pentingnya kejujuran
dan konsistensi dalam semua tindakan bisnis, sedangkan kepedulian
terhadap konsumen menuntut pelayanan yang aman dan berkualitas.

12
Etika bisnis juga memandang karyawan sebagai aset berharga yang
layak mendapatkan perlakuan yang adil. Selain itu, perusahaan yang
beretika juga mengakui tanggung jawab mereka terhadap lingkungan
dengan berkomitmen pada praktik bisnis berkelanjutan. Terakhir, konsep
tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) memahami bahwa bisnis
memiliki peran dalam memajukan kebaikan sosial dan lingkungan di
komunitas di mana mereka beroperasi. Nilai-nilai etika ini membentuk
landasan yang kuat untuk membimbing bisnis dalam menjalankan operasi
mereka dengan integritas dan memenuhi tanggung jawab mereka kepada
semua pemangku kepentingan

2.2. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR)


Tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility
atau CSR) adalah konsep di mana perusahaan memahami bahwa mereka
memiliki tanggung jawab lebih dari sekadar mencari keuntungan finansial.
Ini melibatkan kesadaran bahwa perusahaan memiliki dampak sosial,
lingkungan, dan ekonomi yang signifikan pada masyarakat di sekitarnya
dan lingkungan alam. Praktik CSR mencakup berbagai inisiatif, seperti
dukungan terhadap amal, keberlanjutan lingkungan, tanggung jawab
terhadap karyawan, dan keterlibatan dalam komunitas lokal.

Dampak Positif CSR pada Masyarakat dan Lingkungan:


Praktik CSR yang berkelanjutan dapat memiliki dampak positif yang
signifikan pada masyarakat dan lingkungan. CSR dapat meningkatkan
kualitas hidup masyarakat dengan memberikan pekerjaan yang layak,
meningkatkan akses pendidikan dan perawatan kesehatan, serta
mendukung pengembangan ekonomi lokal. Selain itu, upaya CSR yang
berfokus pada lingkungan dapat mengurangi jejak karbon perusahaan,
melindungi sumber daya alam, dan mendukung praktik bisnis yang
berkelanjutan.

13
Studi Kasus Perusahaan yang Menjalankan CSR dengan Sukses:
Sejumlah perusahaan telah menjadi teladan dalam menjalankan CSR
dengan sukses. Sebagai contoh, perusahaan teknologi terkenal telah
mengadopsi program keberlanjutan lingkungan yang mencakup
penggunaan energi terbarukan, pengurangan limbah, dan upaya
penghijauan. Perusahaan ini tidak hanya mengurangi dampak negatif
mereka pada lingkungan, tetapi juga menjadi pemimpin dalam industri
berkelanjutan.

Selain itu, beberapa perusahaan besar telah berkomitmen pada


program CSR yang fokus pada pendidikan dan pelatihan keterampilan bagi
masyarakat yang kurang beruntung. Hal ini membantu memajukan
pendidikan dan kesejahteraan sosial di komunitas di mana perusahaan
beroperasi.
Dengan demikian, CSR bukan hanya tentang memenuhi kewajiban
sosial, tetapi juga tentang menciptakan dampak positif yang nyata pada
masyarakat dan lingkungan. Ini adalah pendekatan yang makin diakui
dalam dunia bisnis yang bertujuan untuk mencapai kesuksesan jangka
panjang dengan tanggung jawab sosial yang berkelanjutan

2.3. Reputasi Perusahaan dan Etika


Etika bisnis dan reputasi perusahaan adalah dua aspek yang erat
terkait. Etika bisnis yang kuat dan berkelanjutan dapat membangun
reputasi positif perusahaan di mata pelanggan, investor, dan masyarakat
umum. Perusahaan yang menjalankan bisnis dengan integritas, kejujuran,
dan tanggung jawab sosial cenderung mendapatkan kepercayaan dan
penghargaan dari pemangku kepentingan mereka. Reputasi positif ini
dapat menguntungkan perusahaan dengan meningkatkan loyalitas
pelanggan, memperluas pangsa pasar, dan meningkatkan daya tarik bagi
investor dan mitra bisnis.

14
Dampak Reputasi Buruk terhadap Bisnis:
Sebaliknya, reputasi buruk dapat berdampak merugikan pada bisnis.
Perusahaan yang terlibat dalam praktik bisnis yang tidak etis atau
melanggar hukum dapat mengalami kerusakan reputasi yang serius.
Kasus-kasus pelanggaran etika yang terungkap secara publik dapat
menyebabkan penurunan kepercayaan pelanggan, pemboikotan produk
atau layanan, serta kerugian finansial yang signifikan. Selain itu, reputasi
buruk juga dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk menarik
investor, menjalin kemitraan bisnis, dan mempertahankan karyawan yang
berkualitas.

Contoh Kasus Perusahaan yang Terpengaruh oleh Ketidaketikan Etis:


Sebuah contoh kasus perusahaan yang terpengaruh oleh ketidaketikan
etis adalah skandal manipulasi emisi yang melibatkan sebuah produsen
mobil terkenal. Dalam upaya untuk memenuhi standar emisi yang lebih
ketat, perusahaan ini menginstal perangkat lunak ilegal pada kendaraan
mereka yang memanipulasi hasil uji emisi. Ketika praktik ini terungkap,
perusahaan menghadapi dampak serius pada reputasinya. Mereka harus
menghadapi sanksi hukum yang besar, penurunan penjualan, dan
kehilangan kepercayaan pelanggan. Skandal ini juga memengaruhi nilai
saham perusahaan dan memicu perdebatan publik tentang etika bisnis
dalam industri otomotif.

Kasus ini menunjukkan bahwa praktik bisnis yang tidak etis dapat
menghancurkan reputasi perusahaan yang telah dibangun selama bertahun-
tahun. Oleh karena itu, menjaga etika bisnis yang kuat bukan hanya
tentang mematuhi hukum, tetapi juga tentang memahami nilai-nilai moral
yang mendasari hubungan bisnis dan tanggung jawab terhadap pemangku
kepentingan.

2.4. Tantangan Etika dalam Bisnis

15
Tantangan etika dalam bisnis adalah hal yang tidak dapat dihindari
dan seringkali kompleks. Salah satu tantangan yang signifikan adalah isu
privasi data, di mana perusahaan harus menjaga data pelanggan dengan
aman dan menggunakannya secara etis. Ketidaksetaraan upah juga
menjadi isu sensitif, dengan perbedaan gaji yang mencolok antara
tingkatan pekerjaan yang berbeda. Praktik tenaga kerja yang tidak adil,
seperti kerja paksa atau eksploitasi anak-anak, juga menghadirkan masalah
etika yang serius. Terakhir, tantangan lingkungan dan keberlanjutan
menuntut perusahaan untuk mengambil keputusan yang berkelanjutan
dalam jangka panjang, meskipun ini mungkin bertentangan dengan
keuntungan jangka pendek.

Untuk mengatasi tantangan etika ini, perusahaan dapat menerapkan


sejumlah strategi. Salah satunya adalah dengan mengadopsi kode etik yang
jelas yang mengatur perilaku dan praktik bisnis. Kode etik ini dapat
memberikan pedoman kepada karyawan dalam menghadapi situasi etika
yang rumit. Selain itu, program pelatihan dan pendidikan etika dapat
membantu karyawan memahami nilai-nilai dan prinsip etika yang dianut
perusahaan.

Perusahaan juga dapat berkomitmen untuk transparansi dan


akuntabilitas dalam operasional mereka serta bekerja sama dengan
pemangku kepentingan untuk mengatasi masalah etika yang muncul.
Dengan mengimplementasikan strategi-strategi ini, perusahaan dapat
menghadapi tantangan etika dengan lebih baik dan membangun reputasi
bisnis yang kuat.

3. BISNIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN KONSEP ILO


Dalam konteks pembahasan bisnis ramah lingkungan, penting untuk
memasukkan konsep Organisasi Buruh Internasional (International Labour
Organization atau ILO) sebagai komponen penting. ILO adalah sebuah badan

16
PBB yang telah lama berfokus pada masalah ketenagakerjaan dan hak-hak
pekerja di tingkat internasional. Salah satu cara untuk mengintegrasikan konsep
ILO dalam pembahasan ini adalah melalui penerapan praktik ketenagakerjaan
yang berkelanjutan.

Pada dasarnya, bisnis ramah lingkungan dan konsep ILO memiliki titik
temu yang signifikan. Perusahaan yang berkomitmen untuk menjadi bisnis
ramah lingkungan harus mempertimbangkan aspek-aspek ketenagakerjaan
yang berkelanjutan, seperti upah yang adil, jam kerja yang wajar, dan kondisi
kerja yang aman. Hal ini sejalan dengan nilai-nilai ILO yang mengutamakan
hak-hak pekerja. Selain itu, dalam praktik bisnis ramah lingkungan, penting
untuk memastikan bahwa pekerja merasa didukung dan memiliki hak untuk
berserikat serta berpartisipasi dalam inisiatif berkelanjutan perusahaan. Hal ini
mencakup pemberdayaan pekerja dalam pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan aspek lingkungan dan sosial dari bisnis.

Saat mengintegrasikan konsep ILO dalam bisnis ramah lingkungan,


perusahaan juga dapat menjunjung tinggi hak-hak pekerja, menghindari
diskriminasi, memastikan perlindungan terhadap pekerja dari perlakuan yang
tidak adil atau diskriminatif, dan memberikan cuti yang wajar sesuai dengan
ketentuan ILO.

Selain itu, perusahaan yang berfokus pada bisnis ramah lingkungan


juga dapat mengadopsi nilai-nilai ILO dalam pengelolaan limbah dan sumber
daya alam. Dengan melakukan ini, mereka berkontribusi pada lingkungan yang
lebih berkelanjutan, mendukung hak-hak pekerja, dan memperkuat citra bisnis
yang bertanggung jawab secara sosial dan ekologis. Dengan kata lain, integrasi
konsep ILO dalam bisnis ramah lingkungan menciptakan lingkungan bisnis
yang sejalan dengan nilai-nilai etika dan keberlanjutan.

4. Menerapkan Brain Color dalam Pengelolaan Bisnis

17
4.1. Brain Color dan Pengambilan Keputusan Bisnis
 Pengenalan Konsep Brain Color:
Konsep "Brain Color" adalah suatu model yang digunakan untuk
mengidentifikasi dan memahami karakteristik kepribadian individu
berdasarkan preferensi komunikasi dan perilaku mereka. Model ini
mengklasifikasikan kepribadian manusia ke dalam empat warna utama:
merah, kuning, hijau, dan biru. Setiap warna mencerminkan pola
komunikasi dan ciri kepribadian yang berbeda.

Penjelasan Singkat tentang Model Brain Color dan Hubungannya dengan


Karakteristik Kepribadian:
1. Merah (Red): Individu dengan preferensi merah cenderung
memiliki sifat-sifat kepribadian yang proaktif, berani, dan tegas.
Mereka sering menjadi pemimpin yang mengambil inisiatif dan
siap menghadapi risiko. Dalam komunikasi, mereka cenderung
langsung dan tegas dalam menyampaikan pesan.
2. Kuning (Yellow): Orang-orang yang lebih condong ke warna
kuning memiliki karakteristik kepribadian yang ramah, ekspresif,
dan sosial. Mereka mudah bergaul dan suka berinteraksi dengan
orang lain. Dalam berkomunikasi, mereka sering ceria dan
menyebarkan energi positif.
3. Hijau (Green): Preferensi warna hijau menggambarkan individu
yang tenang, perhatian, dan empatik. Mereka cenderung menjadi
pendengar yang baik dan memberikan dukungan kepada orang lain.
Dalam komunikasi, mereka mendengarkan dengan penuh perhatian
dan sering menjadi penengah dalam konflik.
4. Biru (Blue): Orang yang lebih cenderung ke warna biru memiliki
karakteristik kepribadian yang analitis, rinci, dan terorganisir.
Mereka adalah pemikir yang hati-hati dan suka menyusun rencana
yang terstruktur. Dalam berkomunikasi, mereka menekankan pada
data dan fakta.

18
Model Brain Color membantu individu untuk mengidentifikasi
preferensi komunikasi mereka sendiri dan juga memahami preferensi
komunikasi orang lain. Hal ini bermanfaat dalam situasi-situasi seperti
komunikasi dalam tim kerja, manajemen, dan interaksi dengan berbagai
jenis kepribadian. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang perbedaan
dalam preferensi komunikasi, seseorang dapat meningkatkan kemampuan
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan berbagai tipe
kepribadian.

 Warna dan Kepemimpinan:


Model Brain Color dapat memberikan wawasan yang berharga
tentang bagaimana kepribadian berdasarkan warna dapat
memengaruhi gaya kepemimpinan dan pengambilan keputusan bisnis
seseorang.
1. Merah (Red) dan Kepemimpinan: Individu dengan preferensi
merah cenderung memiliki gaya kepemimpinan yang proaktif
dan tegas. Mereka sering menjadi pemimpin yang berani dan
siap mengambil risiko. Dalam pengambilan keputusan bisnis,
pemimpin merah mungkin cenderung mengambil langkah-
langkah tegas dengan cepat dan berani, meskipun risiko tinggi.
Mereka biasanya fokus pada tujuan dan hasil yang jelas.
2. Kuning (Yellow) dan Kepemimpinan: Orang yang lebih
cenderung ke warna kuning memiliki karakter kepemimpinan
yang ramah dan berkomunikasi dengan baik. Mereka cenderung
menjadi pemimpin yang dapat menginspirasi dan memotivasi
tim. Dalam pengambilan keputusan bisnis, pemimpin kuning
mungkin melibatkan tim dalam proses pengambilan keputusan
dan menciptakan lingkungan kerja yang bersemangat.
3. Hijau (Green) dan Kepemimpinan: Preferensi hijau
mencerminkan pemimpin yang tenang dan empatik. Mereka

19
cenderung mendengarkan dengan baik dan memahami
perspektif orang lain. Dalam pengambilan keputusan bisnis,
pemimpin hijau mungkin cenderung mencari konsensus dan
mempertimbangkan dampak sosial dan lingkungan secara lebih
mendalam.
4. Biru (Blue) dan Kepemimpinan: Orang yang lebih cenderung ke
warna biru memiliki karakter kepemimpinan yang analitis dan
terorganisir. Mereka cenderung menjadi pemimpin yang cermat
dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Dalam
pengambilan keputusan bisnis, pemimpin biru mungkin
cenderung mengandalkan data dan analisis yang kuat.

Penting untuk diingat bahwa kepemimpinan yang efektif tidak


tergantung sepenuhnya pada warna kepribadian seseorang, dan banyak
pemimpin yang sukses memiliki kombinasi karakteristik dari berbagai
warna. Namun, pemahaman tentang bagaimana kepribadian berdasarkan
Brain Color dapat memengaruhi gaya kepemimpinan dapat membantu
pemimpin untuk lebih efektif berkomunikasi, berkolaborasi, dan
mengambil keputusan yang sesuai dengan nilai-nilai dan tujuan organisasi
mereka.

4.2. Integrasi Brain Color dalam Praktik Bisnis Ramah Lingkungan


Konsep Brain Color, yang mengkategorikan kepribadian seseorang
berdasarkan empat warna utama: merah, biru, hijau, dan kuning, memiliki
implikasi yang signifikan dalam konteks bisnis berkelanjutan. Individu
dengan karakteristik Merah, yang cenderung memiliki keberanian dan
dorongan kuat untuk mencapai tujuan, dapat membawa inisiatif yang
penting dalam menghadapi tantangan bisnis berkelanjutan. Namun, perlu
diingat bahwa sifat kompetitif yang kuat dapat mengabaikan aspek
keberlanjutan dan dampak lingkungan jika tidak seimbang.

20
Sementara itu, kepribadian Biru yang analitis dan berorientasi pada
detail bisa memberikan manfaat dalam merencanakan dan mengelola
proyek bisnis yang efisien, tetapi terlalu banyak regulasi dan prosedur
dapat menghambat inovasi yang diperlukan dalam bisnis berkelanjutan.
Kepribadian Hijau, yang peduli terhadap lingkungan dan sosial, membawa
kepekaan terhadap isu-isu berkelanjutan dan peluang bisnis hijau. Namun,
mereka mungkin perlu dorongan untuk mengambil risiko yang diperlukan
dalam pertumbuhan bisnis. Sementara itu, karakteristik Kuning yang
ekspresif dan kreatif dapat membantu dalam komunikasi, membangun
hubungan, dan merancang ide-ide inovatif, tetapi mereka perlu menjaga
keseimbangan agar tidak kehilangan fokus pada prosedur yang penting
dalam bisnis berkelanjutan. Keseimbangan antara berbagai karakteristik
kepribadian ini dalam tim bisnis dapat membantu menciptakan strategi
bisnis yang berkelanjutan, inovatif, dan ramah lingkungan, yang
meminimalkan dampak negatif pada lingkungan sambil mencapai tujuan
bisnis yang diinginkan.

5. Kaitan antara Hukum dan Etika


5.1. Keselarasan Hukum dan Etika
Hukum dan etika adalah dua kerangka kerja yang memainkan peran
penting dalam menjalankan bisnis dengan benar. Meskipun keduanya
memiliki perbedaan, mereka juga dapat berjalan seiringan dalam konteks
bisnis:
 Kepatuhan Hukum sebagai Dasar Etika: Dalam banyak kasus, hukum
mencerminkan norma-norma etika yang mendasari masyarakat. Dengan
mematuhi hukum, perusahaan secara otomatis mengikuti sebagian besar
prinsip etika dasar, seperti tidak melakukan penipuan, melindungi hak
konsumen, dan menjaga lingkungan.
 Etika Sebagai Panduan Tambahan: Etika dapat melampaui persyaratan
hukum dan memberikan panduan tambahan untuk tindakan yang benar.
Perusahaan yang berkomitmen pada etika bisnis yang kuat dapat

21
mengambil inisiatif proaktif untuk bertindak secara moral, bahkan jika
tindakan tersebut tidak diatur oleh hukum.
 Pertimbangan Reputasi: Etika bisnis yang baik dapat memperkuat
reputasi perusahaan. Mereka yang beroperasi dengan integritas
cenderung mendapatkan kepercayaan pelanggan, pemangku
kepentingan, dan mitra bisnis. Ini dapat memberikan keunggulan
kompetitif dan kontribusi positif pada pertumbuhan jangka panjang
perusahaan.

Contoh Kasus di Mana Hukum dan Etika Bertentangan


Namun, terkadang terjadi konflik antara hukum dan etika dalam bisnis.
Contoh kasus ini mencakup:
 Praktik Bisnis yang Legal Tetapi Tidak Etis: Beberapa praktik bisnis
mungkin sah secara hukum tetapi dianggap tidak etis oleh masyarakat.
Misalnya, peningkatan harga produk yang signifikan selama situasi
darurat dapat sah secara hukum tetapi dianggap eksploitatif dan tidak
etis.
 Keselamatan dan Perlindungan Lingkungan: Terkadang, hukum yang
ada mungkin kurang ketat dalam melindungi keselamatan konsumen
atau lingkungan. Perusahaan dapat memilih untuk mematuhi hukum
yang lebih rendah, meskipun tindakan tersebut mungkin dianggap
tidak etis karena tidak memprioritaskan keamanan atau keberlanjutan
lingkungan.
 Perubahan Norma dan Regulasi: Norma etika dapat berubah lebih
cepat daripada perubahan hukum. Ini dapat menciptakan situasi di
mana tindakan yang sah secara hukum tetapi dianggap tidak etis oleh
norma baru.

Dalam kasus di mana hukum dan etika bertentangan, perusahaan


sering dihadapkan pada pilihan moral yang sulit. Penting bagi mereka
untuk mempertimbangkan dampak jangka panjang dari tindakan mereka

22
terhadap reputasi, kepercayaan pelanggan, dan hubungan dengan
pemangku kepentingan.

5.2. Pentingnya Kepatuhan Hukum dan Etika


Mengapa Penting untuk Mematuhi Hukum dan Etika dalam Bisnis:

 Pertahankan Reputasi dan Kepercayaan: Mematuhi hukum dan etika


membantu perusahaan mempertahankan reputasi yang baik di mata
pelanggan, pemangku kepentingan, dan masyarakat. Reputasi yang
baik merupakan aset yang berharga dalam bisnis dan dapat
memengaruhi kepercayaan pelanggan.
 Pertumbuhan Bisnis yang Berkelanjutan: Bisnis yang menjalankan
praktik etika dan hukum yang baik cenderung lebih berkelanjutan
dalam jangka panjang. Ini menciptakan stabilitas yang diperlukan
untuk pertumbuhan yang berkelanjutan dan investasi jangka panjang.
 Kepuasan Pelanggan: Pelanggan cenderung lebih memilih bisnis yang
dianggap etis dan mematuhi hukum. Mereka merasa lebih nyaman
membeli produk atau menggunakan layanan dari perusahaan yang
mereka percayai akan memberikan kualitas dan layanan yang baik.
 Kepatuhan Regulasi: Mematuhi hukum adalah kunci untuk
menghindari konsekuensi hukum yang serius, seperti sanksi, denda,
atau tuntutan hukum. Bisnis yang tidak mematuhi regulasi dapat
menghadapi risiko hukum yang signifikan.

Dampak Pelanggaran Hukum dan Etika:


 Reputasi yang Rusak: Pelanggaran hukum dan etika dapat merusak
reputasi perusahaan secara serius. Skandal atau tindakan yang tidak
etis dapat menghasilkan liputan negatif dalam media dan mengurangi
kepercayaan masyarakat.

23
 Sanksi Hukum: Pelanggaran hukum dapat mengakibatkan sanksi
hukum seperti denda besar, larangan bisnis, atau tuntutan hukum yang
mahal. Ini dapat berdampak negatif pada keuangan perusahaan.
 Hilangnya Pelanggan dan Pemangku Kepentingan: Pelanggan dan
pemangku kepentingan mungkin menghindari bisnis yang terlibat
dalam pelanggaran hukum atau etika. Ini dapat mengurangi
pendapatan dan mendistorsi hubungan bisnis.
 Kerugian Keuangan: Pelanggaran hukum dan etika dapat
mengakibatkan kerugian keuangan yang signifikan, termasuk biaya
hukum dan denda. Hal ini dapat mengganggu kinerja keuangan
perusahaan.
 Ketidakstabilan Organisasi: Pelanggaran hukum dan etika dapat
menciptakan ketidakstabilan internal dalam organisasi, termasuk
perpecahan dalam tim manajemen atau pengunduran diri karyawan
kunci.

Dalam bisnis, penting untuk memahami bahwa kepatuhan hukum dan


etika bukan hanya masalah moral, tetapi juga masalah bisnis yang krusial.
Perusahaan yang memprioritaskan kepatuhan hukum dan etika cenderung
lebih sukses dalam jangka panjang dan dapat menjaga reputasi yang kuat
di pasar.

24
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam bisnis, hukum bisnis, etika kewirausahaan, dan kepatuhan hukum
dan etika adalah elemen-elemen yang krusial. Hukum bisnis memberikan
kerangka hukum yang mengatur operasi perusahaan, sementara etika
membimbing tindakan bisnis dengan prinsip-prinsip moral yang lebih luas.
Penting untuk mencapai keselarasan antara keduanya, walaupun terdapat situasi di
mana hukum dan etika dapat bertentangan.

Kepatuhan terhadap hukum dan etika adalah kunci untuk mempertahankan


reputasi baik di mata pelanggan dan pemangku kepentingan. Bisnis yang
bertindak dengan integritas cenderung lebih berhasil dalam jangka panjang dan
mendapatkan kepercayaan konsumen. Sebaliknya, pelanggaran hukum dan etika
dapat merusak reputasi perusahaan, mengakibatkan sanksi hukum, dan
mengurangi kepuasan pelanggan.

25
Dalam dunia bisnis yang semakin kompleks, penting bagi perusahaan
untuk memahami dan mematuhi hukum serta menjalankan bisnis dengan etika
yang baik. Kesadaran akan dampak pentingnya hukum, etika, dan kepatuhan
hukum dan etika dapat membantu perusahaan mencapai pertumbuhan yang
berkelanjutan dan memberikan dampak positif pada masyarakat dan lingkungan.

B. SARAN
Dalam menjalankan bisnis, ada beberapa saran yang sangat penting untuk
diikuti. Pertama, pahami dengan baik hukum bisnis yang berlaku di wilayah Anda
dan pastikan perusahaan mematuhi semua regulasi dengan cermat. Kedua,
kembangkan budaya etika dalam perusahaan Anda, yang dapat menjadi panduan
dalam pengambilan keputusan bisnis yang benar. Ketiga, reputasi baik sangat
berharga, oleh karena itu, selalu jaga reputasi perusahaan dengan menjaga
kepatuhan terhadap hukum dan etika.

Selanjutnya, dalam situasi di mana hukum dan etika mungkin


bertentangan, pertimbangkan dampak jangka panjang dari tindakan Anda terhadap
reputasi dan hubungan dengan pemangku kepentingan. Edukasi karyawan tentang
hukum, etika, dan pentingnya kepatuhan adalah langkah penting dalam
memastikan bahwa semua anggota organisasi memahami dan mendukung prinsip-
prinsip ini.

Selain itu, dorong transparansi dalam operasi bisnis Anda dan


pertimbangkan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) sebagai bagian integral

26
dari strategi Anda. Terakhir, ingatlah bahwa bisnis selalu berubah, oleh karena itu,
perusahaan harus selalu siap beradaptasi dengan perubahan hukum, regulasi, dan
norma etika bisnis yang berkembang seiring waktu. Dengan mengikuti saran-
saran ini, perusahaan dapat menjalankan bisnis dengan integritas, mencapai
pertumbuhan yang berkelanjutan, dan memberikan dampak positif pada
masyarakat dan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA
Asyhadie, Zaeni (2005). Hukum Bisnis, Prinsip Dan Pelaksanaannya di Indonesia.
Rajwali Pers, Jakarta.
Bertens. (2015). Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta:
Kanisius Budiawan (2013). https://www.google.com/search?
q=lembaga+bisnis+syariah
&oq=lembaga+bisnis+syariah&aqs=chrome..69i57j0i512j0i2
2i30l8.9669j0j15&sourceid=chrome&ie=UTF-8.
Hughes, RJ. & Kapoor, J.R. 1985. Business. U.S.A: HoughtonMifflin.
Kuncoro, Mudrajat (2009). EKONOMIKA INDONESIA, DinamikaLingkungan
Bisnis di Tengah Krisis Global. Yogyakarta: UPPSTIMYKPN.
Muslich.(1989). Manajemen Suatu Dasar Dan Pengantar. BPFEUII, Yogyakarta,
Nopriansyah, Waldi (2019). Hukum Bisnis Di Indonesia: Dilengkapi dengan
Hukum Bisnis Dalam Perspektif Syariah.Jakarta, Prenadamedia Group.
Siska L,
Sulistiani (2018). Hukum Perdata Islam, penerapan Hukum Keluarga dan Hukum
Bisnis Islam di Indonesia. Sinar Grafika, Jakarta Timur.

27
Suryana. 2003. Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju
Sukses. Jakarta: Salemba Empat
Fachrurazi, dkk. 2021. Pedoman Dasar dan Konsep Kewirausahaan.
Batam:Yayasan Cendekia Mulia Mandiri.
Kasali, Rhenald; dkk. 2010. Modul Kewirausahaan untuk Program Strata 1.
Jakarta:Hikmah.
Khiatuddin, Maulida dan Muhammad. 2021. Pemikiran Rancangan dan Kanvas
Model Usaha untuk Sukses Berwirausaha. UPPM Universitas Malahayati.
Narimawati, Umi. (2007). Structural Equation Model (SEM) Menggunakan
LISREL. Yogyakarta:Gava Media.
Rachmawati, Rina. 2020. Kewirausahaan. Yogyakarta:Deepublish.
Rasyad, Rashidan. 2003. Metode Stumiatistik Deskriprif untuk Umum. Jakarta:
Grasindo. Sugiyono. 2016. Statistika untuk Penelitian. Bandung:Alfabeta

28

Anda mungkin juga menyukai