Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENGANTAR PENDIDIKAN KEJURUAN


TUJUAN, UNSUR, DAN PROSES PENDIDIKAN

D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Kelompok G
Agus Anwar
Hasrul
Muh Alfian Triadi
Anugrah
Dosen Pengajar : Dr.Anas Arfandi,S.Pd.,M.Pd.
Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil & Perencanaan
Fakultas Teknik
i

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Seorang calon pendidik hanya dapat melaksanakan tugasnya dengan baik jika
memperoleh jawaban yang jelas dan benar tentang apa yang dimaksud pendidikan.
Jawaban yang benar tentang pendidikan diperoleh melalui pemahaman terhadap
unsur-unsurnya, konsep dasar yang melandasinya, dan wujud pendidikan sebagai
sistem. Makalah ini akan mengkaji pengertian pendidikan,unsur-unsur pendidikan,
proses Pendidikan, dan tujuan Pendidikan.
Masalah dasar dan tujuan pendidikan merupakan suatu masalah yang sangat
fundamental dalam pelaksanaan pendidikan. Sebab dasar pendidikan itu akan
menentukan corak dan isi pendidikan, sedangkan tujuan pendidikan akan menentukan
ke arah mana anak didik itu dibawa.
Semua unsur- unsur dalam pendidikan haruslah saling berhubungan dan saling
mempengaruhi. Ini dikarenakan banyak hal yang dapat mengakibatkan suatu proses
pembelajaran. Pada saat ini banyak sekali seorang pendidik yang tidak patuh pada
peraturan yang berakibat melemahnya suatu misi untuk mencapai visi secara
maksimal.
Proses pendidikan merupakan kegiatan memobilisasi segenap komponen
pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan. Bagaimana
proses pendidikan itu dilaksanakan sangat menetukan kualitas hasil pencapaian tujuan
pendidikan.
Salah satu perbedaan yang paling jelas antara sistem pendidikan di berbagai negara
dapat dilihat dalam struktur internal mereka, terutama dalam cara mereka dibagi
menjadi beberapa bagian yang sesuai dengan tahapan proses pendidikan yang
berbeda.
Antara tahap pengasuhan anak sukarela dan relatif informal pra-sekolah, yang
berakhir pada usia 5, 6, 7 atau bahkan 8 tahun menurut negara, dan tahap pendidikan
tinggi atau lebih tinggi, dimulai pada usia 17, 18 atau 19 tahun, muncul masa
penyelenggaraan sekolah.
Periode ini, yang terdiri dari apa yang biasanya disebut sekolah dasar dan sekolah
menengah, adalah salah satu upaya pendidikan fundamental di sebagian besar negara
bagian. Di sebagian besar negara pada awal periode ini, sekolah adalah wajib, dan di
ii

semua negara upaya dilakukan untuk memberikan kesempatan bagi peningkatan


proporsi anak untuk bersekolah lebih lama.
1

Kualitas proses pendidikan menggejala pada dua segi, yaitu kualitas komponen
dan kualitas penglolaannya. Kedua segi tersebut satu sama lainnya saling bergantung.
Walaupun komponen-komponennya cukup baik, seperti tersedianya sarana-prasarana
serta biaya yang cukup, jika tidak ditunjang dengan pengelolaan yang handal maka
pencapaian tujuan tidak akan tercapai secara optimal. Demikian pula bila pengelolaan
baik tetapi di dalam kondisi serba kekurangan, akan mengakibatkan hasil yang tidak
optimal.
2

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Pendidikan ?
2. Apa Tujuan Pendidikan ?
3. Apa saja Unsur Pendidikan ?
4. Bagaimana Proses Pendidikan ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian Pendidikan
2. Untuk mengetahui apa tujuan dari Pendidikan
3. Untuk mengetahui unsur Pendidikan
4. Untuk mengetahui bagaimana proses Pendidikan
3

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan
sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui
pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan
orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak. Setiap pengalaman yang
memiliki efek formatif pada cara orang berpikir, merasa, atau tindakan dapat
dianggap pendidikan. Pendidikan umumnya dibagi menjadi tahap seperti prasekolah,
sekolah dasar, sekolah menengah dan kemudian perguruan tinggi, universitas atau
magang
Menurut John Dewey (1978) “Aducation is all one with growing; it has no end
beyond itself.” (Pendidikan adalah segala sesuatu bersamaan dengan pertumbuhan;
pendidikan sendiri tidak punya tujuan akhir di balik dirinya) sedangkan menurut H.H
Horne dalam pengertian luas, “pendidikan merupakan perangkat dengan mana
kelompok sosial melanjutkan keberadaannya memperbaharui diri sendiri, dan
mempertahankan ideal-idealnya.”

2. Tujuan Pendidikan
Menurut sejarah bangsa Yunani, tujuan pendidikannya ialah ketentraman.
Sedangkan menurut Islam, tujuan pendidikan ialah membentuk manusia supaya sehat,
cerdas, patuh, dan tunduk kepada perintah Tuhan serta menjauhi larangan-larangan-
Nya (Ahmadi,1991:99).
Tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang dicapai oleh peserta
didik setelah diselenggarakan kegiatan pendidikan. Seluruh kegiatan pendidikan,
yakni bimbingan pengajaran atau latihan, diarahkan untuk mencapai tujuan
pendidikan itu. Dalam konteks ini tujuan pendidikan merupakan komponen dari
sistem pendidikan yang menempati kedudukan dan fungsi sentral. Itu sebabnya setiap
tenaga pendidikan perlu memahami dengan baik tujuan pendidikan (Suardi, 2010:7).

Dalam Suwarno (1992) terdapat beberapa pengertian tujuan pendidikan menurut


beberapa tokoh, diantaranya :
4
5

1. Ki Hadjar Dewantoro
Tujuan pendidikan adalah mendidik anak agar menjadi manusia yang sempurna
hidupnya, yaitu kehidupan dan penghidupan manusia yang selaras dengan alamnya
(kodratnya) dan masyarakatnya.
2. Johan Amos Comenius (Austria, 1592 – 1670, tokoh aliran realism pendidikan)
Tujuan pendidikan adalah membentuk manusia yang mempunyai pengetahuan kesusilaan
dan kasalehan sebagai persiapan untuk kehidupan di akherat.
3. John Locke (Inggris, 1632 – 1704, tokoh aliran Empirisme dalam pendidikan)
Tujuan pendidikan adalah membentuk “Gentlemen”.
4. J.J. Rousseau (Perancis, 1712 – 1778, tokoh aliran Naturalisme)
Tujuan pendidikan adalah mempertahankan kebaikan yang ada pada manusia
membentuk anak menjadi anggota masyarakat yang natural.
5. John Heinrich Pestalozzi ( Swiss, 1746 – 1827, tokoh pendidikan sosial)
Tujuan pendidikan adalah mempertinggi derajat rakyat (social regeneration) dengan
mengembangkan potensi jiwa anak secara wajar.
6. Friedrich Frobel (Jerman, 1782 – 1852, tokoh pendidikan anak-anak)
Tujuan pendidikan adalah membentuk anak menjadi makhluk aktif dan kreatif.
7. Herbert Spencer (Inggris, 1820 – 1903, tokoh gerakan ilmiah dalam pendidikan)
Tujuan pendidikan adalah mengilmiahkan usaha-usaha pendidikan, serta membentuk
manusia ilmiah.
8. John Dewey (Amerika, 1859 – 1952, tokoh pendidikan sosial)
Tujuan pendidikan adalah membentuk anak menjadi anggota masyarakat yang baik,
yaitu anggota masyarakat yang mempunyai kecakapan praktis dan dapat memecahkan
problem sosial sehari-hari dengan baik.
9. George Kerchensteiner (Jerman, 1855 – 1932, tokoh pendidikan kewarganegaraan)
Tujuan pendidikan adalah mendidik anak menjadi warga negara yang baik.
10. Maria Montessori (Italia, 1870 – 1952, tokoh pendidikan kanak-kanak)
Tujuan pendidikan adalah perkembangan anak secara bebas.
11. Helen Parkhurst (Amerika, 1887 – 1900, tokoh pendidikan individual)
Tujuan pendidikan adalah membentuk anak menjadi warga negara yang baik.
Karena pendidikan merupakan bimbingan terhadap perkembangan manusia
menuju ke arah cita-cita tertentu, maka masalah pokok bagi pendidikan ialah memilih
arah atau tujuan.
6
7

-Tujuan pendidikan sebagai arah pendidikan


Tujuan itu menunjukkan arah dari suatu usaha, sedangkan arah tadi menunjukkan
jalan yang harus ditempuh dari situasi sekarang ke situasi berikutnya. Dalam meninjau tujuan
sebagai arah ini, tidak ditekankan pada masalah ke jurusan mana garis yang telah memberi
arah pada usaha tersebut, tetapi ditekankan kepada soal garis manakah yang harus kita ambil
dalam melaksanakan usaha tersebut, atau garis manakah yang harus ditempuh dalam keadaan
“sekarang” dan “disini”. Misalnya guru yang bertujuan membentuk anak didiknya menjadi
manusia yang cerdas, maka arah dari usahanya ialah menciptakan situasi belajar yang dapat
mengembangkan kecerdasan.
- Tujuan sebagai titik akhir
Tujuan di samping dapat dipandang dari segi titik tolaknya, juga dapat dipandang dari
segi titik akhir yang akan dicapainya. Di sini perhatian pada hal yang akan dicapai atau dituju
yang terletak pada jangkauan masa datang, dan bukan pada situasi sekarang atau pada jalan
yang harus diambil dalam situasi tadi. Misalnya seorang pendidik yang bertujuan agar anak
didiknya menjadi manusia susila, maka tekanannya di sini ialah gambaran tentang pribadi
susila yang menjadi idamannya tadi.
Tujuan pendidikan nasional dalam Pembukaan UUD 1945 adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa. Kecerdasan yang dimaksud disini bukan semata-mata kecerdasan yang
hanya berorientasi pada kecerdasan intelektual saja, melainkan kecerdasan meyeluruh yang
mengandung makna lebih luas.
Tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UU No.20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 berbunyi :
”…bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.”

Dalam Suwarno (1992), ada beberapa macam tujuan pendidikan, diantaranya sebagai
berikut :
1. Tujuan umum
Tujuan umum ialah tujuan yang menjiwai pekerjaan mendidik dalam segala waktu dan
keadaan. Tujuan umum ini dirumuskan dengan memperhatikan hakekat kemanusiaan
yang universal. Menurut Lavengeld, tujuan umum pendidikan adalah kedewasaan.
8

2. Tujuan khusus
Tujuan khusus yaitu pengkhususan dari tujuan umum atas dasar beberapa hal antara
lain :
a. Perbedaan individual pada si terdidik
b. Perbedaan lingkungan keluarga atau masyarakat
c. Perbedaan yang berhubungan dengan tugas lembaga pendidikan
d. Perbedaan yang berhubungan dengan pandangan atau falsafah hidup suatu bangsa
3. Tujuan tak lengkap atau tak sempurna
Tujuan tak lengkap ialah tujuan yang hanya mencakup salah satu daripada aspek saja.
Misalnya : tujuan khusus pembentukan kecerdasan saja.
4. Tujuan sementara
Tujuan sementara ialah tujuan yang dicapai pada tiap tingkat perjalanan menuju tujuan
akhir. Misalnya menyelesaikan belajar di sekolah dasar merupakan tujuan sementara
untuk selanjutnya menuju ke SMP, SMA, dan selanjutnya.
5. Tujuan insidentil
Tujuan insidentil ialah tujuan yang timbul karena adanya situasi yang terjadi secara
kebetulan.
6. Tujuan intermediair
Tujuan intermediair ialah tujuan yang merupakan alat atau perantara untuk mencapai
tujuan yang lain.

Selanjutnya dalam hubungan dengan hierarki tujuan pendidikan, dibedakan macam-


macam tujuan pendidikan yaitu :
1. Tujuan nasional
Tujuan nasional ialah tujuan umum pendidikan nasional yang mengandung rumusan
kualifikasi umum yang diharapkan akan dimiliki oleh setiap warga negara setelah
mengikuti dan menyelesaikan program pendidikan nasional tertentu (Suwarno, 1992:52).
2. Tujuan institusional
Tujuan institusional adalah tujuan yang hendak dicapai oleh lembaga pendidikan atau
satuan pendidikan tertentu. Tiap lembaga pendidikan memiliki tujuannya masing-masing
yang berbeda satu sama dengan yang lainnya dan yang sesuai dengan karakteristik
lembaga tersebut (Suardi, 2010:7).
3. Tujuan kurikulum
9

Tujuan kurikulum adalah tujuan yang hendak dicapai oleh program studi, bidang studi,
dan mata pelajaran tertentu yang disusun berdasarkan tujuan institusional. Perumusan
10

tujuan kurikulum berpedoman pada kategorisasi tujuan pendidikan atau taksonomi


tujuan, yang dikaitkan dengan bidang studi bersangkutan (Suardi, 2010:7).
4. Tujuan instruksional
Tujuan ini dibedakan menjadi dua, yaitu tujuan instruksional umum dan tujuan
instruksional khusus. Tujuan instruksional umum berisi kualifikasi yang merupakan
pernyataan hasil belajar yang diharapkan dimiliki oleh si terdidik setelah mengikuti
pelajaran dalam pokok bahasan tertentu. Tujuan instruksional khusus merupakan
penjabaran lebih lanjut dari tujuan instruksional umum, dinyatakan dalam rumusan
sekhusus-khususnya, sehingga tujuan tersebut mudah dinilai dan tidak menimbulkan
salah tafsir (Suwarno, 1992:53).
Di bawah ini akan diambil satu contoh tujuan pendidikan berdasarkan tingkat
satuan pendidikan. Dalam hal ini, kita ambil contoh tujuan pendidikan sekolah
menengah kejuruan.
Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan
mengacu pada tujuan umum pendidikan. Tujuan pendidikan menengah adalah
meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Tujuan pendidikan menengah kejuruan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003, terbagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum pendidikan menengah
kejuruan adalah :
(a) Meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Tuhan Yang Maha Esa.
(b) Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi warga Negara yang berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab.
(c) Mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki wawasan kebangsaan, memahami
dan menghargai keanekaragaman budaya bangsa Indonesia.
(d) Mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kepedulian terhadap lingkungan
hidup dengan secara aktif turut memelihara dan melestarikan lingkungan hidup, serta
memanfaatkan sumber daya alam dengan efektif dan efisien.
Tujuan khusus pendidikan menengah kejuruan adalah sebagai berikut:
(a) Menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri,
mengisi lowongan pekerjaan yang ada sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai
dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya.
11

(b) Menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam
berkompetensi, beradaptasi di lingkungan kerja dan mengembangkan sikap profesional
dalam bidang keahlian yang diminatinya.
12

(c) Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni agar mampu
mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
(d) Membekali peserta didik dengan kompetensikompetensi yang sesuai dengan program
keahlian yang dipilih.

3. Unsur – unsur Pendidikan


A. Peserta didik
Peserta didik berstatus sebagai subjek didik karena peserta didik adalah subjek
atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya. Peserta didik
memiliki ciri-ciri yang perlu dipahami pendidik :
a. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas
b. Individu yang sedang berkembang
c. Individu yang membutuhkan bimbingan individu dan perlakuan
manusawi
d. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri
B. Pendidik
Pendidik ialah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan Pendidikan
dengan sasaran peserta didik. Pendidik harus memiliki kewibawaan (kekuasaan
batin mendidik) dan menghindari penggunaan kekuasaan lahir (kekuasaan yang
semata-mata didasarkan kepada unsur wewenang jabaatan). Kewibawaan dimiliki
oleh mereka yang sudah dewasa. Yang dimaksud adalah kedewasaan rohani yang
ditopang kedewasaan jasmani. Kedewasaan jasmani tercapai bila individu telah
mencapai puncak perkembangan jasmani yang optimal. Kedewasaan rohani
tercapai bila individu telah memiliki cita-cita hidup dan pandangan hidup yang
tetap.
C. Interaksi Edukatif antara Peserta Didik dengan Pendidik
Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara peserta
didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan Pendidikan.
D. Materi / Isi Pendidikan
Dalam sistem Pendidikan persekolahan, materi telah diramu dalam kurikulum
yang disajikan sebagai sarana pecapaian tujuan. Materi ini meliputi materi inti
maupun muatan local. Materi ini bersifat nasional yang mengandung misi
13

pengendalian dan persatuan bangsa. Muatan local misinya adalah


mengembangkan kekayaan budaya sesuai dengan kondisi lingkungan
E. Konteks Yang Mempengaruhi Pendidikan
a) Alat dan Metode
Alat dan metode diartikan sebgai segala sesuatu yang dilakukan ataupun
diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan Pendidikan. Alat
Pendidikan dibedakan menjadi dua, yaitu :
I. Yang bersifat Preventif, yaitu mencegah terjadinya hal-hal yang tidak
dikehendaki misalnya larangan, pembatasan, peringatan bahkan juga
hukuman.
II. Yang bersifat Kuratif, yaitu memperbaiki, misalnya ajakan, contoh,
nasihat, dorongan, pemberian kepercayaan, saran, penjelasan, bahkan
hukuman.
b) Lingkungan Pendidikan
Biasanya disebut dengan tri pusat Pendidikan : keluarga, sekolah, dan
masyarakat.
4. Definisi Proses Pendidikan
Proses pendidikan merupakan kegiatan memobilisasi segenap komponen
pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan. Bagaimana
proses pendidikan itu dilaksanakan sangat menetukan kualitas hasil pencapaian tujuan
pendidikan.
Kualitas proses pendidikan menggejala pada dua segi, yaitu kualitas komponen
dan kualitas penglolaannya. Kedua segi tersebut satu sama lainnya saling bergantung.
Walaupun komponen-komponennya cukup baik, seperti tersedianya sarana-prasarana
serta biaya yang cukup, jika tidak ditunjang dengan pengelolaan yang handal maka
pencapaian tujuan tidak akan tercapai secara optimal. Demikian pula bila pengelolaan
baik tetapi di dalam kondisi serba kekurangan, akan mengakibatkan hasil yang tidak
optimal.
Pengelolaan proses pendidikan meliputi ruang lingkup makro, meso dan mikro.
Pengelolaan proses dalam lingkup makro berupa kebijakan-kebijakan pemerintah
yang lazimnya dituangkan dalam bentuk UU pendidikan, peraturan pemerintah, SK
mentri, SK dirjen, serta dokumen-dokumen pemerintah tentang pendidikan tingkat
nasional yang lain.
14

5. Tujuan Proses Pendidikan


Tujuan utama pengelolaan proses pendidikan yaitu terjadinya proses belajar dan
pengalaman belajar yang optimal. Sebab berkembangnya tingkah laku peserta didik
sebagai tujuan belajar hanya dimungkinkan oleh adanya pengalaman belajar yang
optimal itu. Di sini jelas bahwa pendayagunaan teknologi pendidikan memegang
peranan penting. Pengelolaan proses pendidikan harus memperhitungkan
perkembangan IPTEK. Karena itu setiap guru wajib mengikuti dengan seksama
inovasi-inovasi pendidikan terutama yang diseminasikan secara luas oleh pemerintah
serta PPSI, belajar tuntas (mastery learning), pendekatan CBSA dan keterampilan
proses muatan local dalam kurikulum dan lain-lainnya agar dapat diambil manfaatnya

6. Masalah Dalalm Proses Pendidikan


Dalam proses pendidikan yang dewasa kini, sering terjadi berbagai masalah dalam
berbagai konteks tingkatan, usia maupun gender, hal ini diyakini karena berbagai
faktor yang mempengaruhinya diantaranya :
1. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang kurang terolah untuk
mengamban pendidikan yang modern ini.
2. Persaingan Global yang tak terkendali hingga kini sampai pada puncaknya
persaingan pada MEA.
3. Belum meratanya tarap hidup setiap peserta didik serta sarana yang
mendukung dalam proses pendidikan yang berpengaruh terhadap minat untuk
bersekolah.
4. Hilangnya Etika atau budaya ramah tamah dalam kehidupan sehari-hari yang
terbawa dalam lingkungan pendidikan.
5. Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnys pendidikan.
7. Solusi Pada Masalah Proses Pendidikan
Masalah-masalah yang terjadi dalam proses pendidikan sering kali lumrah dalam
penyelesaiannya yang belum terrealisasi dengan baik dan merata. Dalam hal ini perlu
diupayakan solusi-solusi yang mampu memberikan epek positip bagi permasalahan
pendidikan di Indonesia.
Berikut adalah beberapa solusi yang dapat diterapkan untuk membantu dan
membangun agar permasalahan pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik :
15

1. Perlunya mengepektikan kembali proses-proses pelatihan terhadap tenaga


pendidik maupun kependidikannya sehingga peserta didik lebih siap untuk
mengemban proses pendidikan yang modern.
2. Perlunya publikasi yang lebih inten dan dapat mengakomodir peserta didik
di usia yang produktip sehingga diharapkan dapat bersaing di masyarakat
kelak nanti mereka lulus.
3. Mengoptimalkan program-program bantuan pemerintah khususnya
peningkatan tarap hidup, diantaranya ; Program keluarga Harapan (PKH),
Bantuan Siswa Miskin (BSM), Program Indonesia Pintar, Kredit Usaha
Rakyat (KUR) perlu dioptimalkan agar tepat sasaran dan harus adanya
keterbukaan alokasi dana yang di keluarkan oleh pemerintah terhadap
program-program tersebut.
4. Perlu adanya koordinasi antara pihak sekolah dengan orangtua peserta
didik dalam mengawasi pergaulan dan tingkah laku baik di lingkungan
sekolah maupun masyarakat, sehingga prilaku peserta didik dapat
terkontrol serta terarah dengan baik.
5. Perlunya peran semua pihak untuk membantu mensosialisasikan arti
pentingnya pendidikan bagi generasi muda guna menciptakan generasi
yang intelek dan mampu menghadapi tantangan globalisasi.
16

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan dari teori yang telah dijabarkan diatas, maka dapat di Tarik
kesimpulan bahwa Tindak lanjut dari proses Pendidikan yang baik tentu akan
berpengaruh besar terhadap kualitas Pendidikan. Karena pada pasarnya proses
Pendidikan merupakan salah satu Langkah konkret yang dapat di lakukan untuk
menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang baik akan
mampu meningkatkan kesejahteraan berikut meningkatkan tarap hidupnya.

Pendidikan mermiliki unsur, tujuan, dan proses yang saling berkaitan . Pada
dasarnya tujuan Pendidikan mengarahkan, membimbing, dan menbina dari suatu hal
yang tidak diketahui menjadi suatu hal yang diketahui baik secara umum maupun
pribadi. Dengan unsur,tujuan, sarana, dan prasarana yang telah terencana sehingga
mendukung proses Pendidikan tersebut sehingga dapat menghasilkan satu serapan
materi yang penting. Tujuan dari Pendidikan Nasional Indonesia tertera dalam UUD
1945 dan Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional.

Saran

Menurut kami, masih banyak hal yang perlu diperbaiki guna menciptakan proses
Pendidikan yang baik. Apalagi tidak bisa kita hindari globalisasi menjadi tantangan
nyata yang harus dihadapi dengan kesiapan mental maupun bagaimana cara kita
menyikapinya.

Untuk menciptakan proses Pendidikan yang baik (mudah di terima oleh peserta
didik), maka sebaiknya kita mengikuti perkembangan teknologi agar tujuan dari
Pendidikan lebih mudah tercapai.
17

DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, H. ,. (1991). Ilmu pendidikan / H. Abu Ahmadi, Nur Uhbiyati. In H. ,. Abu
Ahmadi, Ilmu Pendidikan (pp. 307-309). Jakarta: Rineka Cipta.
Dery Supriady, W. S. (2015). Proses Pendidikan. Cianjur: Wisnu singgih.
Moh. Suardi, S. (2012). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Indeks.
Parky, G. W. (10 oktober 2007). Prospects: quarterly review of education, 1; Prospects:
quarterly review of education; Vol.:1; 1969. Prospect in Education, 8-10.
Suwarno. (1992). Pengantar umum pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai