20.C1.0069 - Mario Axel Pratama - UAS - Hukum Kepailitan
20.C1.0069 - Mario Axel Pratama - UAS - Hukum Kepailitan
Soal:
Pada saat ini terjadi transisi dari Pandemi ke Endemi Covid-19 masih banyak perusahaan
yang pulih melakukan aktivitas usahanya dan bahkan tidak sedikit perusahaan yang telah
melakukan PHK terhadap para karyawannya. Kondisi ini tentu mengakibatkan banyak
perusahaan yang tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran utang yang telah jatuh waktu
dan dapat ditagih.
Pertanyaan:
1. Menurut pendapat anda apakah perusahaan yang belum dapat melakukan pemenuhan
prestasi dalam masa Pandemi Covid-19 ini dapat diajukan permohonan pailit? Jelaskan
jawaban anda! (Nilai 20)
3. Jelasakan bagaimana alur dan prosedur pengajuan permohonan pailit bagi perusahaan
yang sudah tidak mampu membayar utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih?
(Nilai 20)
4. Dalam kondisi krisis covid-19 ini dipastikan akan banyak perusahaan yang mengajukan
Penundaan Kewajiban pembayaran Utang (PKPU). Jelaskan apa yang anda ketahui
dengan PKPU dan syarat-syarat apa yang harus dipenuhi untuk mengajukan PKPU?
(Nilai 20)
5. Jelaskan dengan menyebutkan dasar hukumnya perbedaan akibat hukum putusan Pailit
dengan akibat hukum putusan PKPU? (Nilai 20)
LEMBAR JAWAB
1. Menurut saya dalam perkara tersebut dapat diajukan permohonan pailit, “Debitor yang
mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang
telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan Pengadilan, baik atas
permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih kreditornya”.
Demikianlah bunyi dari pasal 2 ayat (1) UU Kepailitan, artinya Debitor atas inisiatif sendiri
bisa mengajukan pailit karena sudah tidak sanggup lagi membayar utang.
Selain mengajukan pailit, Debitor yang berada dalam keadaan insolvensi juga dapat
mengajukan permohonan restrukturisasi dan/atau penjadwalan ulang pembayaran utang
melalui proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) sebagaimana ketentuan
Pasal 222 ayat (2) UU kepailitan “Debitor yang tidak dapat atau memperkirakan tidak akan
dapat melanjutkan membayar utang-utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih,
dapat memohon penundaan kewajiban pembayaran utang, dengan maksud untuk
mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh
utang kepada Kreditor”.
3. Penagihan hutang dengan prosedur pailit sering kali menjadi permasalahan bagi pihak-
pihak yang terlibat, yaitu peminjam (debitor) dan yang dipinjam (kreditor). Perusahaan
dinyatakan pailit atau tidak dapat beroperasi lagi karena tidak mampu membayar hutang
kepada para kreditur. Status pailit dinyatakan oleh pihak pengadilan terkait, yaitu
pengadilan niaga
Status pailit dapat dijatuhkan apabila debitor tidak mampu mengembalikan pinjaman
kepada kreditor hingga waktu yang telah ditentukan atau jatuh tempo. Untuk mengajukan
kepailitan harus terdapat sekurang-kurangnya dua orang kreditor.
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM DAN KOMUNIKASI
Jl. Pawiyatan Luhur IV/ 1, Bendan Duwur, Semarang 50234
Telp. (024) 8441555, 8505003 (hunting) Fax. (024) 8415429 – 8445265
e-mail: unika@unika.ac.id http://www.unika.ac.id
Mekanisme yang dilakukan yaitu Putusan pailit yang dinyatakan oleh pihak pengadilan
niaga kepada debitor memungkinkan para kreditor untuk menagih hutang. Penagihan
hutang dengan prosedur pailit dilakukan dengan cara menyita harta debitor oleh pengadilan
Harta yang disita dibagikan kepada para kreditor. Berbeda halnya dengan gugatan
wanprestasi di pengadilan negeri (perdata umum), proses pernyataan kepailitan dapat
dijatuhan dalam waktu lebih cepat. Putusan kepailitan dapat dijatuhkan maksimal
memerlukan waktu 60 hari sejak pengajuan pertama di pengadilan niaga. Sementara itu,
pernyataan pailit yang telah diputuskan tidak bisa dilakukan banding. Jika tidak puas dengan
putusan di pengadilan niaga, pihak terkait dapat membawa ke Mahkamah Agung dengan
upaya kasasi. Apabila dinyatakan pailit, perusahaan tersebut akan sulit diterima lagi dan
dipercaya oleh masyarakat.
4. merupakan suatu masa yg diberikan UU melalui putusan hakim niaga di mana dlm masa
tsb. Kpd pihak Kreditur & Debitur diberi kesempatan utk memusyawarahkan cara-cara
pembayaran utangnya dg memberikan rencana pembayaran seluruh/sebagian utangnya,
termasuk jika perlu merestrukturisasi utangnya. berdasarkan bab ketiga Undang-Undang
No.37 tahun 2004. Syarat – syarat mengajukan PKPU :
• Surat permohonan bermaterai ditujukan kepada ketua pengadilan niaga
• Identitas debitur
• Permohonan di tanda tangani oleh debitur dan penasehat hukum nya
• Neraca pembuktian terakhir
• Rencana perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran secara keseluruhan atau
Sebagian
• Nama dan tempat tinggal/kedudukan para kreditur konkuren disertai jumlah
tagihannya masing-masing pada debitur
• Disertai daftar yang memuat mengenai sifat, jumlah piutang, jumlah hutang debitor
beserta surat bukti yang cukup
• Jika yang mengajukan PKPU adalah kreditor, maka pengadilan wajib memanggil
debitor melalui juru sita