Anda di halaman 1dari 16

[Vol. 34 No.

2 Juli 2019] [JATISWARA]

Penataan Sistem Peraturan Perundang-


Undangan Dalam Mendukung Penguatan
Konstitusi Ekonomi IndonesiA
Roni Sulistyanto Luhukay
Fakultas Hukum, Universitas Widya Mataram,
Yogyakarta, Indonesia
Email: roni.luhukay@yahoo.com

Abdul Kadir Jaelani


Fakultas Hukum, Universitas Slamet Riyadi
Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia
Email: zaelanialan@ymail.com

ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh dilema penataan sistem peraturan
perundang-undangan yang obesitas dan over regulated ditengah pembangunan
ekonomi yang dilakukan pemerintah. Tujuan penelitian ini adalah memecahkan
permasalahan obesitas peraturan perundang-undangan demi keberlanjutan ekonomi
bangsa. Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif. Penelitian hukum
normatif lebih mengutamakan studi pustaka (library research) dengan fokus kajiannya
asas-asas hukum, sistematika hukum, sinkronisasi hukum dan sejarah hukum,
penelitian ini juga bersifat deskriptif. Penelitian ini berkesimpulan bahwa, pertama,
penataan sistem peraturan perundang-undangan dalam mendukung pembangunan
ekonomi nasional terhalang oleh kualitas, inkonsistensi, disharmoni dan over regulasi
yang tidak diiringi oleh ketiadaan sistem yang dapat merespon dengan cepat kondisi
tersebut. Kedua, cara mengatasi permasalahan tersebut adalah menggunakan reformasi
regulasi dengan cara mengidentifikasi kriteria legalitas, kebutuhan dan situasional.
Menginventarisasi regulasi dengan penguatan pengawasan kuantitas regulasi,
pembuatan database peraturan perundang-undangan nasional dan penghapusan
hierarki peraturan perundang-undangan.
Keywords: Peraturan Perundang-Undangan; Pembangunan Ekonomi;Obesitas Hu-
kum.
A. PENDAHULUAN harus dimulai dari tahap perencanaan sampai
dengan pengundangan produk hukum yang
Indonesia adalah negara yang menganut
dihasilkan, karena hukum pada dasarnya
sistem hukum kontinental dengan sendi
dipahami sebagai sarana menata perilaku
utama hukum tertulis (peraturan perundang-
masyarakat menjadi lebih baik dalam rangka
undangan) yang memerlukan tertib
mewujudkan tujuan pembangunan nasional
hukum secara hierarkis dalam proses
yakni masyarakat yang adil dan negara
pembentukannya.1 Tertib hukum tersebut
berkewajiban melaksanakan pembangunan
hukum nasional yang dilakukan secara
1
Enny Nurbaningsih, dkk, 2009, “Pengawasan terhadap
Produk Hukum Daerah dalam Rangka Mewujudkan Pemba- terencana, terpadu, dan berkelanjutan dalam
ngunan Hukum Nasional”, Laporan Penelitian, Kerjasama sistem hukum nasional yang menjamin
Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia dengan Pu-
sat Kajian Dampak Regulasi dan Otonomi Daerah Fakultas pelindungan hak dan kewajiban segenap
Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, hlm. 1.

DOI : https://doi.org/10.29303/jatiswara.v34i2.200
[JATISWARA] [Vol. 34 No. 2 Juli 2019]

rakyat Indonesia berdasarkan Undang- Perwakilan Rakyat7 untuk membentuk


Undang Dasar Negara Republik Indonesia dan menetapkan undang-undang.8 Salah
Tahun 1945.2 Dalam sistem hukum satu masalah penting yang menjadi
kontinental, hierarki peraturan perundang- agenda reformasi hukum adalah penataan
undangan mengandung makna peraturan peraturan perundang-undangan, walaupun
perundang-undangan yang lebih rendah telah memiliki beberapa instrumen hukum
tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang mengatur tentang sistem peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi dan perundang-undangan, namun terdapat
peraturan perundang-undangan yang lebih berbagai kerancuan terutama terkait jenis,
rendah hanya dapat dibentuk jika ada delegasi lembaga yang berwenang mengeluarkan dan
dari peraturan yang lebih tinggi.3 Kejelasan tata urutannya.9
hierarki ini akan terkait dengan keabsahan Pada awal Orde Baru, upaya penertiban
peraturan yang dibuat. Dengan demikian akan peraturan perundang-undangan pernah
memberi arahan bagi pembentuk peraturan dilakukan melalui Ketetapan MPRS No.XIX/
perundang-undangan yang mempunyai MPRS/1966 tentang peninjauan kembali
kewenangan untuk membentuk hukum yang produk-produk legislatif negara di luar
tertib dan sejalan dengan substansi UUD produk MPRS yang tidak sesuai dengan UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang 1945. Selain ketetapan tersebut, MPRS juga
merupakan norma hukum tertinggi di negara mengeluarkan Ketetapan MPRS No. XX/
Indonesia.4 MPRS/1996 tentang Memorandum DPRGR
Muatan UUD 1945 menganut Mengenai Sumber Tertib Hukum Republik
pembagian kekuasaan secara horisontal Indonesia dan Tata Urutan Perundang-
dan vertikal.5 Sistem pembagian Undangan Republik Indonesia.10 Pada masa
kekuasaan secara horisontal diwujudkan reformasi, MPR mengeluarkan Tap. No. III/
dalam bentuk lembaga-lembaga negara IV//MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan
beserta kekuasaan yang melekat pada Tata Urutan Peraturan Perundang-Undangan,
dirinya, sedangkan pembagian kekuasaan kemudian diganti dengan Undang-Undang
secara vertikal dilaksanakan melalui Nomor 10 Tahun 2004 Pembentukan
politik hukum legislasi, yang memberikan Peraturan Perundang-Undangan. Saat ini
kewenangan kepada Presiden6 dan Dewan pembentukan peraturan perundang-undangan
didasarkan pada Undang-Undang Nomor 12

2
Adi Sulistiyono, “Menggapai Mutiara
Keadilan: Membangun Pengadilan yang Independen
dengan Paradigma Moral”, Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 8, No.
2, September 2005. 7
Lihat Pasal 20 Undang-Undang Dasar Negara Republik
3
Efendi, “The Position of the Government in Doing the Indonesia Tahun 1945.
Review Towards the Rules in District After Decision of the 8
Lihat Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara
Constitutional Court Number: 137/PUU-XIII/2015”, Inter- Republik Indonesia Tahun 1945.
national Journal of Asy-Syir’ah, Vol. 51, No. 1 Juni 2017. 9
Syihabudin, “Kajian Terhadap Jenis dan Tata Urutan
4
Ahmad Sururi, “Analisis Formulasi Instrumen Simplifi- Peraturan Perundang-Undangan indonesia”, Jurnal Hukum,
kasi Regulasi Menuju Tatanan Hukum yang Terintegrasi dan Vol. 10., No.23, Mei Tahun 2008, hlm. 46-47.
Harmonis”, Jurnal Ajudikasi Universitas Serang Raya, Vol.1 10
Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1996
No.2 Desember 2017, hlm. 15-26. tersebut ditentukan jenis peraturan
5
Hendra Nurtjahjo, “Lembaga, Badan dan Komisi Nega- perundang-undangan dengan tata urutan: UUD Rl 1945, Tap.
ra Independen (State Auxiliary Agencies) di Indonesia: Tin- MPR, UU/Perpu, PP, Kepres, dan Peraturan-Peraturan pelak-
jauan Hukum Tata Negara”, Makalah Diskusi Terbatas ten- sana lainnya, seperti Peraturari Menteri, Instruksl Menteri,
tang Kelembagaan Independen Indonesia, Diselenggarakan dan lain-lain. Menurut Bagir Manan. jenis-jenis peraturan
oleh Lembaga Administrasi Negara Pada Hari Selasa 4 April perundang-undangan yang diatur Tap. MPRS di atas ternya-
2005. Baca juga Novianto M. Hantoro, “Klasifikasi Jabatan ta lebih luas daripada yang diatur dalam UUD 1945, teta-
dalam Kelembagaan Negara: Permasalahan Kategori Peja- pi leblh sempit dibandingkan dengan kenyataan yang ada.
bat Negara”, Jurnal Negara Hukum, Vol.7, No. 2, November Dalam praktiknya terdapat peraturan peraturan lain yang
2016. tidak disebutkan di atas, khususnya adalah Peraturan Ting-
6
Lihat Pasal 5 Undang-Undang Dasar Negara Republik kat Daerah. Disarikan dari Bagir Manan, 1992, Dasar-Dasar
Indonesia Tahun 1945. Perundang-Undangan Indonesia, Ind-Hill, Jakarta, hlrn. 25.

156 Roni Sulistyanto & Abdul Kadir Jaelani | Penataan Sistem Peraturan...
[Vol. 34 No. 2 Juli 2019] [JATISWARA]

Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan istilah berbeda untuk maksud yang sama yaitu
Perundang-Undangan.11 program legislasi daerah sebagaimana tertera
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 dan
memiliki banyak problematika, di antaranya program pembentukan Perda sebagaimana
pertama, kewenangan DPD menjalankan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun
fungsi legislasi dalam mengusulkan 2014.13
Rancangan Undang-Undang, kewenangan Dalam tataran implementasi penataan
DPD ikut membahas dan memberi persetujuan peraturan perundang-undangan menimbulkan
atas RUU, keterlibatan DPD dalam permasalahan inkonsistensi, disharmoni
penyusunan Prolegnas dan kewenangan dan over regulation. Meminjam istilah
DPD memberi pertimbangan terhadap RUU.12 Richard Suskind menyebutkan bahwa
Kedua, pembentukan undang-undang masih hyper regulations atau obesitas hukum
dirasakan bersifat sektoral baik di lingkungan dan over regulation.14 Penyebabnya adalah
Pemerintah maupun di lingkungan DPR dan penyusunan regulasi yang tidak dilakukan
DPD. Hal ini ditandai dengan banyaknya UU secara terstruktur, sistematis, masif dan
yang di-judicial review dan usulan RUU dalam tumpang tindih antara peraturan yang satu
prolegnas belum berdasarkan kebutuhan akan dengan peraturan yang lainnya. Akibatnya,
suatu UU dan kebutuhan yang objektif dan produk regulasi menimbulkan ketidakpastian
empirik. Di samping proses legislasi bukanlah dan kesenjangan perlakuan dihadapan
proses yang steril dari kepentingan politik, hukum, padahal dalam kurun 2000-2017
permasalahan ini dapat terjadi dikarenakan terdapat 35.901 peraturan, terdiri 1 UUD
pengaturan Undang-Undang Nomor 12 Tahun yaitu UUD 1945, Peraturan Daerah (Perda)
2011 tidak secara tegas mengatur materi yaitu sebanyak 14.225 Perda, Peraturan
muatan UU. Ketiga, pembentukan Peraturan Menteri (Permen) sebanyak 11.873 Permen
Pemerintah Pengganti Undang-Undang dan peraturan lembaga non kementerian
(Perpu) dalam Pasal 22 ayat (1) UUD Tahun sebanyak 3.163 peraturan.15
1945 menyatakan bahwa dalam hal ihwal Proses penyelarasan dan pendisiplinan
kegentingan yang memaksa, Presiden berhak akan sulit dilakukan karena jumlah peraturan
menetapkan peraturan pemerintah sebagai yang ada sangat banyak dan cenderung
pengganti undang-undang. Lebih lanjut, Pasal sudah over regulated sehingga proses
22 (3) UUD NRI Tahun 1945 menyatakan penyelarasan dan pendisiplinan tidak mudah
bahwa jika tidak mendapat persetujuan, untuk dilakukan.16 Permasalahan tersebut,
maka peraturan pemerintah itu harus dicabut. apabila tidak diatasi akan menimbulkan
Pengaturan mengenai lembaga dan landasan 13
Enny Nurbaningsih, dkk, 2016, Naskah Akademik
hukum yang mencabut belum ada pengaturan Rancangan Undang-Undang Tentang Perubahan Atas Un-
dang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
yang jelas dan rigid. Keempat, Tarik ulur Peraturan Perundang-Undangan, Badan Pembinaan Hu-
antara Undang-Undang Nomor 23 Tahun kum Nasional, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia,
2014 tentang Pemerintahan Daerah dengan Jakarta, hlm.1-5.
14
Bayu Dwi Anggono, “The Politics of Law On The For-
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011, pada mation of Responsive, Participative and Populist Legislation
tahap pembentukan Perda maupun tataran “, International Journal of Business, Economics and Law,
Vol. 9, Issue 4 , April 2016.
peraturan pelaksanaannya. Ketidaksinkronan 15
Wicipto Setiadi, “Dinamika Proses Pembentukan Pera-
antara kedua UU tersebut terdapat pada dua turan Perundang-Undangan”, Bahan Kuliah Hukum Pera-
turan Perundang-Undangan Magister Hukum Tahun 2017.
Baca juga Badan Pembinaan Hukum Nasional, 2016, Doku-
11
Abdul Kadir Jaelani, dkk, “Pengaturan Kepariwisata- men Pembangunan Hukum Nasional Tahun 2016, Kemente-
an Halal di Nusa Tenggara Barat Pasca Putusan Mahkamah rian Hukum dan HAM RI, Jakarta, hlm. 10.
Konstitusi Nomor 137/PUU-XIII/2015”, Jurnal Jatiswara, 16
Andi Sandi Ant.T.T., “Refleksi Terhadap Pembatalan
Vol.33, Nomor 3, Desember 2018. Produk Hukum Daerah”, Makalah Lecture on Law and
Judicial Review: Konstitusionalitas Kewenangan Kemend-
12
Lihat Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 92/PUU- agri dalam Membatalkan Perdadi Era Otonomi Daerah,
XX/2012. Diselenggarakan oleh Keluarga Mahasiswa Magister Hukum

Penataan Sistem Peraturan... | Roni Sulistyanto & Abdul Kadir Jaelani 157
[JATISWARA] [Vol. 34 No. 2 Juli 2019]

ketidakpastian hukum bagi masayarakat kesejahteraan bagi masyarakat berdasarkan


dan menghambat pembangunan ekonomi peraturan perundang-undangan yang
nasional. Kepastian hukum dibutuhkan dibuat. 20
Sementara prinsip efisiensi
untuk memperhitungkan dan mengantisipasi digunakan untuk mencegah obesitas hukum,
resiko, bahkan bagi suatu negara kepastian karena mengandung makna penghematan,
hukum merupakan salah satu faktor yang pengiritan, ketepatan, atau pelaksanan
sangat menunjang daya tahan ekonomi suatu sesuai dengan tujuan. Efisiensi berkaitan
negara.17 dengan tujuan dan sarana yang digunakan
Agar hukum mampu memainkan untuk mencapai tujuan. Jika sarana yang
peranannya untuk memberikan kepastian ingin dicapai membutuhkan lebih banyak
hukum pada pelaku ekonomi, maka biaya dibandingkan dengan tujuan yang
pemerintah bertanggungjawab mengevaluasi ingin dicapai, maka hal itu dikatakan tidak
peraturan perundang-undangan yang ada efisien. Sebaliknya, jika penggunaan sarana
(existing) saat ini. Lemahnya evaluasi membutuhkan lebih sedikit biaya yang harus
penataan peraturan perundang-undangan dikeluarkan dibandingkan dengan tujuan
dikarenakan belum adanya lembaga dan yang ingin dicapai, maka hal itu dikatakan
metode yang memadai dalam melakukan efisien.21
evaluasi penataan atau tahap evaluasi peraturan Tulisan ini memfokuskan diri pada
perundang-perundangan.18 Sehingga kedepan masalah bagaimana penataan sistem peraturan
diharapkan peraturan perundang-undangan perundang-undangan dalam mendukung
yang ada mampu memainkan peranannya pembangunan ekonomi nasional di tengah
sebagai faktor pemandu, pembimbing dan adanya hyper regulations atau obesitas
menciptakan iklim kondusif di tengah hukum dan over regulation serta langkah
meningkatnya transaksi bisnis akibat dari konkrit yang bisa dilakukan pembentukan
perdagangan bebas dan globalisasi ekonomi, peraturan perundang-undangan untuk menata
baik yang bersifat nasional, regional maupun sistem peraturan perundang-undangan demi
internasional.19 terciptanya peraturan perundang-undangan
Meminjam pendapat Richard A. Posner yang mampu memainkan peranannya
yang mengemukan bahwa, idealnya peraturan sebagai faktor pemandu, pembimbing dan
perundang-undangan bertujuan untuk menciptakan iklim kondusif pada bidang
mendekatkan wealth maximation. Lebih ekonomi.
jauh Richard A. Posner mengungkapkan,
seharusnya dalam membuat peraturan B. METODE PENELITIAN
perundang-undangan prinsip rasional
dan prinsip efisiensi harus dikedepankan, Jenis penelitian yang digunakan dalam
karena prinsip rasional memberikan menyusun penelitian ini adalah penelitian
kesempatan kepada pembuat peraturan hukum normatif. Penelitian hukum normatif
perundang-undangan untuk mewujudkan lebih mengutamakan studi pustaka (library
research). Penelitian hukum normatif
Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta, 28 merupakan penelitian yang terdiri dari
September 2016. penelitian asas-asas hukum, sistematika
17
Adi Sulistiyono, “Pembangunan Hukum Ekonomi
untuk Mendukung Pencapain Visi Indonesia 2030”, Pidato hukum, sinkronisasi hukum, sejarah hukum
Pengukuhan Guru Besar Hukum Ekonomi, Fakultas Hukum dan perbandingan hukum. Penelitian ini
Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada tanggal 17
Nopember 2007.
bersifat deskriptif, yakni menganalisis
18
Putera Astomo, “Pembentukan Undang-Undang dalam
Rangka Pembaharuan Hukum Nasional di Era Demokrasi”, 20
Richard A.Posner, 1993, The Problem of Jurispru-
Jurnal Konstitusi, Vol.11, No.3 September 2014. dence, United State of America, Harvard University Press,
19
Ngadino, “Peranan Hukum dalam Globalisasi hlm. 6-7.
Ekonomi”, Jurnal Pembaharuan Hukum, Vol. 1, No. 1, Jan- 21
Richard Posner, Economics Analysis of Law, Edisi Ke-
uari 2014. lima, Aspen Law & Business, New York, 1998, hlm. 25.

158 Roni Sulistyanto & Abdul Kadir Jaelani | Penataan Sistem Peraturan...
[Vol. 34 No. 2 Juli 2019] [JATISWARA]

penataan sistem peraturan perundang- Peraturan perundang-undangan adalah pera-


undangan dalam mendukung pembangunan turan tertulis yang memuat norma hukum
ekonomi nasional di tengah adanya hyper yang mengikat secara umum dan dibentuk
regulations atau obesitas hukum dan over atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pe-
regulation serta langkah konkrit yang bisa jabat yang berwenang melalui prosedur yang
dilakukan pembentukan peraturan perundang- ditetapkan dalam Peraturan Perundang-un-
undangan untuk menata sistem peraturan dangan.25 Pendapat ini sejalan dengan Enny
perundang-undangan demi terciptanya Nurbaningsih yang mengatakan peraturan
peraturan perundang-undangan yang mampu perundang-undangan adalah setiap keputu-
memainkan peranannya sebagai faktor san tertulis yang dikeluarkan pejabat atau
pemandu, pembimbing dan menciptakan lingkungan jabatan yang berwenang yang
iklim kondusif pada bidang ekonomi.22 berisi aturan tingkah laku yang bersifat atau
Penelitian ini menggunakan data sekunder. mengikat umum.26 Pemberlakuan peraturan
Data sekunder merupakan bahan hukum perundang-undangan haruslah sesuai dengan
dalam penelitian yang diambil dari studi kaidah hukum yang ada. Ketentuan yang leb-
kepustakaan yang terdiri dari bahan hukum ih rendah tidak boleh bertentangan dengan
primer, bahan hukum sekunder dan bahan yang lebih tinggi. Sebagai sumber hukum
tersier. Alat pengumpulan data sekunder yang mengatur tata urutan peraturan perun-
berupa buku-buku yang berkaitan dengan dang-undangan di Indonesia berawal dengan
teori dan konsep obyek penelitian, artikel- TAP MPRS Nomor XX/MPRS/1966, yang
artikel terkait, literatur karya tulis ilmiah kemudian dinyatakan tidak berlaku lagi den-
dan lain sebagainya melalui studi pustaka gan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor
23
Analisis data yang digunakan dalam 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Pera-
penelitian ini adalah analisis kualitatif yang turan Perundang-Undangan. Kemudian di
kemudian disajikan dalam bentuk deskriptif. tahun 2011 lahir Undang-Undang Nomor 12
Analisis kualitatif dilakukan melalui Tahun 2011 tentang Pembentukan Peratur-
kategorisasi berdasarkan permasalahan yang an Perundang-Undangan, dengan sendirinya
diteliti dan data yang dikumpulkan. Analisis menciptakan hierarki baru peraturan perun-
kualitatif merupakan penilaian normatif dang-undangan dalam sistem ketatanegaraan
kualitatif untuk menilai dari data-data Indonesia.27
yang telah dikumpulkan dari data sekunder Hierarki atau tata urutan peraturan
(melalui studi pustaka), kemudian dinilai perundang-undangan di Indonesia telah
apakah pelaksanaannya sudah sesuai dengan mengalami empat kali perubahan, yang satu
teori dan aturan yang ada sehingga bisa dilihat sama lain memiliki perbedaan sekaligus
tingkat efektivitas pelaksanaannya.24 persamaan, yaitu TAP MPRS Nomor XX/
MPRS/1966,28 TAP MPRS Nomor III/
C. PEMBAHASAN
25
Lihat Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.
1. Peran Peraturan Perundang-Undangan 26
Enny Nurbaningsih, “Peningkatan Kualitas Perda da-
dalam Mendukung Pembangunan Ekono- lam Menghadapi Era Globalisasi”, Bahan Kuliah Umum
Mahasiswa Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas
mi Nasional Gadjah Mada dengan Tema Refleksi 71 Tahun Indonesia
Merdeka: Peran Pemerintahan Daerah Dalam Mewujudkan
Tatanan Masyarakat Yang Kuat Di Era Masyarakat Ekonomi
Asean, Pada Hari Jum’at 12 Agustus 2016.
27
Rimdan, 2012, Kekuasaan Kehakiman Pasca Amande-
22
Soerjono Soekanto, 2018, Penelitian Hukum Normatif men Konstitusi, Kencana, Jakarta, hlm. 78. Baca juga I Gusti
Suatu Tinjauan Singkat, Rajawali Press, Jakarta, hlm. 51. Ayu Ketut Rachmi Handayani, “Local Policy Construction
23
Maria SW. Sumardjono, 2014, Metodologi Penelitian In Implementing Green Governance Principle”, Jurnal Pub-
Ilmu Hukum, Gadjah Mada Press, Yogyakarta, hlm. 16-25. lic Policy and Administration Research, Vol.3, No.3, 2013.
24
Suharsimi Arikunto, 2018, Prosedur Penelitian Suatu 28
Adapun Hierarki Peraturan Perundang-Undangan di
Pendekatan, Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 205. era TAP MPRS Nomor XX/MPRS/1966 adalah sebagai

Penataan Sistem Peraturan... | Roni Sulistyanto & Abdul Kadir Jaelani 159
[JATISWARA] [Vol. 34 No. 2 Juli 2019]

MPR/2000,29 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011, jenis dan susunan hierarki


Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan peraturan perundang-undangan adalah:
Perundang-Undangan,30 Undang-Undang 1. Undang-Undang Dasar Negara Republik
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Indonesia Tahun 1945;
Peraturan Perundang-Undangan. Dalam TAP 2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan
MPRS Nomor XX/MPRS/1966, belum ada Rakyat;
kejelasan pemaknaan peraturan perundang- 3. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah
undangan, sehingga terdapat bentuk hukum Pengganti Undang-Undang;
yang berisi fat einmalig dan yang berupa 4. Peraturan Pemerintah;
staatsfundamentalnorm masuk dalam hierarki 5. Peraturan Presiden;
perundang-undangan. Penyempurnaan dalam 6. Peraturan Daerah Provinsi; dan
TAP MPR Nomor III/MPR/2000 justru 7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
menimbulkan inkonstitusionalitas hierarki, Selain jenis peraturan yang terdapat dalam
karena menyejajarkan kedudukan MPR Pasal 7 ayat (1), terdapat juga jenis peraturan
dengan lembaga lainnya dan penetapan Perpu perundang-undangan yang tercantum
di bawah undang-undang.31 dalam Pasal 8 ayat (1) UU No. 12 Tahun
Sistem peraturan perundang-undangan 2011, di dalamnya terdapat peraturan yang
Indonesia menempatkan Pancasila sebagai ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan
sumber dari sumber hukum negara. Dalam Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
kerangka pemikiran Hans Nawiasky, Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung,
Pancasila menempati posisi tertinggi Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa
dalam jenjang norma hukum sebagai Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia,
staatsfundamentalnorm, sedangkan dalam Menteri, badan, lembaga atau komisi yang
teori stufenbau des recht dari Hans Kelsen setingkat yang dibentuk oleh UU atau
sebagai groundnorm. Undang-Undang Dasar pemerintah, DPRD Provinsi, DPRD Kota
Negara RI Tahun 1945 merupakan hukum Gubernur, Bupati/Walikota, Kepala Desa
dasar dalam peraturan perundang-undangan.32 atau yang setingkat.
Sesuai ketentuan Pasal 7 ayat (1) UU No.12 Peraturan perundang-undangan dalam
sistem hukum Indonesia diatur secara
hierarkis atau berjenjang. Pengaturan
berikut: UUD 1945, Tap MPR/MPRS, UU/PEPERPU, PP,
Kepres, Peraturan Pelaksana lainnya: Permen, Instruksi secara hirarkis ini membawa implikasi
Mentri, Perda, dll. pada kekuatan hukumnya. Semakin tinggi
29
Adapun Hierarki Peraturan Perundang-Undangan di
era TAP MPRS Nomor III/MPR/2000 adalah sebagai beri- tingkatan peraturannya, maka kaekuatan
kut: UUD 1945, TAP MPR, UU, PEPERPU, PP, KEPRES hukumnya juga semakin tinggi. Selain
dan PERDA.
30
Adapun Hierarki Peraturan Perundang-Undan-
itu, peraturan yang ada di bawahnya tidak
gan di era Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 boleh menyimpang dengan peraturan yang
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan lebih tinggi di atasnya.33 Pemeringkatan
adalah sebagai berikut: UUD Negara Republik Indo-
nesia Tahun 1945, Undang-Undang/Peraturan Pemer-
intah Pengganti UU, Peraturan Pemerintah, Peraturan 33
Berkembangnya teori berjenjang (stufentheorie) tidak
Presiden, Peraturan Daerah Provinsi/Kota/Kabupaten, dapat dipisahkan dari tiga nama ahli hukum yaitu Adolf Merkl
Perdes/Peraturan yang setingkat. Disarikan dari Imam (1836-1896), Hans Kelsen dan Hans Nawiasky. Berbagai lit-
Soebechi, 2012, Op.cit, hlm. 7. Baca juga Refly Harun, eratur menyebutkan Adolf Merkl merupakan pemikiran yang
“Pengujian Undang-Undang”, Bahan Ajar Perkuliah- mencetuskan teori berjenjang atau setidaknya Adolf Merkl
an Program Magister Hukum Fakultas Hukum Uni- menulis terlebih dahulu tentang teori berjenjang (stufen-
versitas Gadjah Mada TA 2013/2014, hlm. 1-5. theorie). Teori hukum berjenjang dari Kelsen dipengaruhi
31
Rimdan, 2012, Kekuasaan Kehakiman Pasca Amande- oleh teori Adolf Merkl yaitu teori tentang tahapan hukum
men Konstitusi..., hlm. 79-80. Baca juga Zainal Arifin Ho- (die Lehre vom Stufenbau der Rechtsordnung). Dalam teori
esein, 2013, Judicial Review di Mahkamah Agung RI Tiga ini, Adolf Merkl menjelaskan bahwa hukum adalah suatu
Dekade Pengujian Peraturan Perundang-Undangan, Jakar- sistem tata aturan hierarki. Norma yang mengkondisikan dan
ta, Rajawali Pers, hlm.53. dikondisikan dari tindakan hukum. Disarikan dari Paulus Ef-
32
Zainal Arifin Hoesein, 2013, Judicial Review di Mah- fendi Lotulung, 2000, Laporan Akhir dan Evaluasi Hukum
kamah Agung RI Tiga Dekade Pengujian Peraturan Perun- tentang Wewenang Mahkamah Agung dalam Melaksanakan
dang-Undangan, Rajawali Press, Jakarta, hlm. 57. Hak uji Materil (Judicial Review), Badan Pembinaan Hukum

160 Roni Sulistyanto & Abdul Kadir Jaelani | Penataan Sistem Peraturan...
[Vol. 34 No. 2 Juli 2019] [JATISWARA]

peraturan perundang-undangan umumnya Tabel 1. Putusan MK


dibuat untuk menyelaraskan peraturan Putusan MK UU yang di-judicial review
yang satu dengan peraturan yang lain, di Putusan MK No UU No 10 Tahun 1998
64/PUU-X/2012 tentang Perubahan Atas UU
samping menyelaraskan pemeringkatan juga No 7 Tahun 1992 tentang
sebagai bentuk mendisiplinkan pembentukan Perbankan
peraturan dalam menguraikan peraturan Putusan MK No UU No 22 Tahun 2001 ten-
002/PUU-I/2003 tang Minyak dan Gas Bumi
yang dibentuknya dengan peraturan yang dan Putusan MK
mendelegasikan/mengatribusikannya. Proses No 36/PUU-
penyelarasan dan pendisiplinan ini mungkin X/2012
Putusan MK No UU No 20 Tahun 2002 ten-
akan mudah dilakukan jika jumlah peraturan 001-021-022/ tang Ketenagalistrikan
yang ada tidak banyak. Namun, dalam kasus PUUI/2003
Indonesia, jumlah peraturannya sangat Putusan MK No UU No 32 Tahun 2002 ten-
banyak dan cenderung sudah over regulated 005/PUU-I/2003 tang Penyiaran
sehingga proses tersebut tidak mudah untuk Putusan MK No UU No 37 Tahun 2004
dilakukan.34 071/PUUII/2004 tentang Kepailitan dan Pe-
nundaan Kewajiban Pemba-
Tahun 2000-2017 terdapat 35.901 yaran Utang
peraturan, terdiri 1 UUD yaitu UUD 1945, Putusan MK UU No 25 Tahun 2007 ten-
Peraturan Daerah (Perda) yaitu sebanyak No 21-22/PUU- tang Penanaman Modal
V/2007
14.225 Perda, Peraturan Menteri (Permen) Putusan MK No UU No 21 Tahun 2008 ten-
sebanyak 11.873 Permen dan peraturan 93/PUU-X/2012 tang Perbankan Syariah
lembaga non kementerian sebanyak 3.163 Putusan MK No UU No 4 Tahun 2009 tentang
peraturan. Peraturan peninggalan Penjajah 10/PUU-X/2012 Pertambangan Mineral dan
Belanda sebanyak 36 peraturan.35 Jumlah Putusan MK No Batubara
25/PUU-VIII/2010
kuantitas yang demikian itu tidak berjalan Putusan MK No
lurus dengan kualitas regulasi, hal ini nampak 30/PUU-VIII/2010
dari banyaknya kaidah-kaidah hukum Putusan MK No
yang proses pengujian norma di kekuasaan 32/PUU-VIII/2010
Putusan MK No UU No 44 Tahun 2009 ten-
kehakiman. Tercatat, hingga Maret 2017 38/PUU-XI/2013 tang Rumah Sakit
terdapat 802 putusan Mahkamah Konstitusi,
Putusan MK No UU No 1 Tahun 2011 tentang
203 Putusan Mahkamah Agung, dan kaidah 14/PUU-X/2012 Perumahan dan Kawasan
hukum melalui menafsiran hukum seperti Pemukiman
yang terdapat dalam putusan pengadilan Putusan MK No UU No 17 Tahun 2012 ten-
28/PUU-XI/2013 tang Perkoperasian
niaga yang berjumlah 168 putusan.36 Putusan Nomor UU No.18 Tahun 2013 ten-
003/PUU-III/2005 tang Kehutanan.
Departemen Hukum Perundang-Undangan RI Tahun 1999-
2000, Jakarta, hlm. 19. Baca juga Jazim Hamidi, 2006, Rev-
Putusan Nomor
olusi Hukum Indonesia: Makna, Kedudukan, dan Implikasi 98/PUU-XIII/2015
Hukum Naskah Proklamasi 17 Agustus 1945 dalam Sistem Putusan Nomor UU No.7 Tahun 2004 tentang
Ketatanegaraan RI, Konpress, Jakarta, hlm. 55-57. 058-059-060 063/ Sumber Daya Air.
34
Andi Sandi Ant.T.T., “Refleksi Terhadap Pembatalan PUU-II/2004
Produk Hukum Daerah”, Makalah Lecture on Law and Putusan Nomor
Judicial Review: Konstitusionalitas Kewenangan Kemend-
agri dalam Membatalkan Perdadi Era Otonomi Daerah,
008/PUU-III/2005
Diselenggarakan oleh Keluarga Mahasiswa Magister Hukum Putusan Nomor
Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta, 28 10/PUU-XII/2014
September 2016.
35
Wicipto Setiadi, “Dinamika Proses Pembentukan Pera- Misalkan UU di bidang ekonomi banyak
turan Perundang-Undangan”, Bahan Kuliah Hukum Pera-
turan Perundang-Undangan Magister Hukum Tahun 2017. dikoreksi/dibatalkan oleh MK sehingga dapat
Baca juga Badan Pembinaan Hukum Nasional, 2016, Doku-
men Pembangunan Hukum Nasional Tahun 2016, Kemente- tusi.go.id/index.php?page=web.RekapPUU&
rian Hukum dan HAM RI, Jakarta, hlm. 10. menu=5), Baca juga Mahkamah Agung, “Pengujian
36
Mahkamah Konstitusi RI “Rekapitula- peraturan perundang-undangan yang dilakukan oleh
si Pengujian UU yang dilakukan oleh Mahka- Mahkamah Agung” https://putusan.mahkamahagung.
mah Konstitusi”, http://www.mahkamahkonsti- go.id/ditjen/tun

Penataan Sistem Peraturan... | Roni Sulistyanto & Abdul Kadir Jaelani 161
[JATISWARA] [Vol. 34 No. 2 Juli 2019]

disimpulkan bahwa dalam hal pembuatan II-2015 sebesar 4,67 persen, kuartal III-
UU tidak mengakomodasi kepentingan 2015 sebesar 4.74 persen dan kuartal IV
rakyat sebagaimana tertuang dalam konstitusi sebesar 5.04 persen,40 sedangkan tahun 2018
tetapi masih mengakomodasi kepentingan pertumbuhan ekonomi kuartal I-2018 secara
pengusaha (pasar) yang tidak sesuai dengan komulatif sebesar 5,06 persen, kuartal II-
norma-norma yang terkandung dalam 2018 sebesar 5,27 persen, kuartal III-2018
konstitusi.37 Adi Sulistiyono mencatat sebesar 5.17 persen dan kuartal IV sebesar
setidaknya ada 20 Putusan MK yang men- 5.2 persen.41
judicial review undang-undang di bidang Ekonomi nasional tidak bisa dipisahkan
ekonomi, diantaranya seperti tabel 1 diatas:38 dengan amanat konstitusi sebagai sebuah
Permasalahan tersebut berakibat kontra kontrak sosial yang telah disepakati. Konstitusi
produktif dengan upaya meningkatkan ekonomi tidak bisa hanya dilihat dalam Pasal
pergerakan dan pertumbuhan ekonomi. 33 Undang-Undang Dasar 1945, namun
Putusan tersebut telah mengembalikan harus dilihat dalam ketentuan yang mengatur
kedaulatan ekonomi rakyat. Dinamika mengenai bidang ekonomi. Pemahaman
permasalahan peraturan perundang- secara komperhensif akan melahirkan
undangan bidang hukum ekonomi beserta sebuah pemahaman atas karakteristik
praktiknya yang menyangkut hajat hidup ekonomi Indonesia secara menyeluruh, yang
orang banyak, senyatanya menjadi fokus tertuang di dalam konstitusi. Kesejahteraan
utama pembangunan pemerintahan saat sosial sebagai tujuan bangsa memang harus
ini. Pertumbuhan ekonomi yang menjadi diimbangi dengan kemandirian ekonomi
indikator dari berjalannya reformasi struktural dan pengembalian kedaulatan rakyat atas
dan fiskal, dihadapkan pada tantangan iklim ekonomi nasional. Peraturan perundang-
ekonomi global yang mengalami fluktuatif undangan sebagai pelaksana dari Undang-
sejak melambatnya pemulihan ekonomi Undang Dasar Tahun 1945 harus memperkuat
dunia.39 karakteristik ekonomi Indonesia. Namun
Pertumbuhan ekonomi dapat problem ini seolah tidak terselesaikan
mempengaruhi tiga hal, besaran APBN, dari tahun ke tahun sehingga regulasi kian
pendapatan negara dan belanja negara. menumpuk dan tak terkendali meskipun
Sejak tahun 2012 perekonomian Indonesia dalam sejarah kebijakan penataan regulasi
telah mengalami gejolak. Pada tahun 2013 yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan
pertumbuhan PDB turun di bawah 6% dan kesejahteraan kerap dilakukan.42Padahal
pertumbuhan masih melambat, walaupun Nyhart mengingatkan bahwa hukum
petumbuhan ekonomi Indonesia melampaui mempunyai peranan yang penting dalam
negara lain di kawasan ASEAN. Di tahun pembangunan ekonomi, lebih jauh Nyhart
2015 berdasarkan Badan Pusat Statistik menyatakan bahwa hukum mempunyai 6
(BPS) pertumbuhan ekonomi kuartal I-2015 (enam) pengaruh dalam pembangunan dan
secara kumulatif sebesar 4,7 persen, kuartal pengembangan kehidupan ekonomi yaitu,
.
37
Maryanto, “Urgensi Pembaruan Sistem Hukum
40
Badan Pusat Statistik Indonesia, “Ekonomi Indo-
Ekonomi Indonesia Berdasarkan Nilai-Nilai Pancasila”, Yus- nesia Triwulan IV 2015 tumbuh 5,04 persen tertinggi
tisia, Vol. 4 No. 1 Januari - April 2015. selama tahun 2015”, http://www.bps.go.id/Brs/view/
38
Adi Sulistiyono. “Prospek Pembaharuan Hukum yang id/1267 diunduh 7 Januari 2018.
Mendukung Iklim Usaha yang Kondusif”. Makalah Seminar
41
Badan Pusat Statistik Indonesia, “Ekonomi In-
Pengkajian Hukum Nasional (SPHN) 2014 dengan tema donesia Triwulan III-2018 Tumbuh 5,17 Persen”,
Prospek Pembaruan Hukum Pemerintahan Joko Widodo dan https://www.bps.go.id/pressrelease/2018/11/05/1522/
Muhammad Jusuf Kalla Periode Tahun 2014-2019 diseleng- ekonomi-indonesia-triwulan-iii-2018-tumbuh
garakan Komisi Hukum Nasional, 2-3 Desember 2014 di -5-17-persen.html, diunduh 7 Januari 2018.
Hotel Bidakara Jakarta. 42
Ibnu Sina Chandra negara, “Menemukan Formulasi
39
Agnes Harvelian, “Mahkamah Konstitusi dan Pengua- Diet Regulasi”, Jurnal Media Hukum, Fakultas Hukum Uni-
tan Konstitusi Ekonomi Indonesia”, Jurnal Konstitusi, Vol- versitas Muhammadiyah Yogyakarta, Vol.24 No. 1 Tahun
ume 13, Nomor 3, September 2016. 2017, hlm. 2-3.

162 Roni Sulistyanto & Abdul Kadir Jaelani | Penataan Sistem Peraturan...
[Vol. 34 No. 2 Juli 2019] [JATISWARA]

pertama, prediktabilitas. Hukum harus dipandang dari segi keberlakuannya secara


mempunyai kemampuan untuk memberikan empirik.46
gambaran pasti di masa depan mengenai Pertautan hukum dan ekonomi dalam
keadaan pada masa sekarang. Kedua, konteks di atas menunjukkan hukum
kemampuan prosedural. Lembaga peradilan selalu berinteraksi dengan subsistem yang
hendaknya dapat bekerja dengan efisien lain. Pertautan hukum dan ekonomi akan
untuk mendapatkan kehidupan ekonomi yang tampil dalam konteks pembacaan empirik
maksimum. Ketiga, Perundang-undangan misalnya kelakuan manusia yang didasari
harus sejalan dengan tujuan negara bidang oleh pertimbangan-pertimbangan ekonomi.47
ekonomi. Keempat, faktor penyeimbangan. Perbuatan seseorang yang tampak sebagai
Sistem hukum harus dapat menjadi kekuatan suatu perbuatan hukum karena perbuatan
yang memberikan keseimbangan di antara tersebut sesuai dengan prosedur hukum yang
nilai-nilai yang bertentangan di dalam diharuskan, makanya belum tentu seorang
masyarakat. Kelima, akomodasi. Perubahan mematuhi hukum atas motif menaati hukum.48
yang cepat sekali pada hakekatnya akan Jeremy Bentham menegaskan dalam konteks
menyebabkan hilangnya keseimbangan yang ini, bahwa fungsi hukum mengusahakan
lama, baik dalam hubungan antar individu kesejahteraan seluruh umat manusia. Fungsi
maupun kelompok di dalam masyarakat. di sini adalah sebagai kerangka yang berwujud
Faktor terakhir, keenam, definisi dan peraturan yang membimbing, memberikan
kejernihan tentang status.43 pedoman sanksi dan alat untuk mereknya
Satjipto Rahardjo menyatakan bahwa, kehidupan sosial. Obyeknya adalah segala
hukum berfungsi sebagai perlindungan bagi segi kehidupan manusia dalam kehidupan
kepentingan manusia, dan karenanya hukum ekonominya.49
harus dilaksanakan. Hukum diterapkan dalam Dengan demikian, tugas hukum di
lingkungan sosialnya yaitu masyarakat. bidang ekonomi yang terutama adalah
Sistem sosial bersifat terbuka, yaitu selalu untuk dapat senantiasa menjaga dan
mengalami proses saling pertukaran dalam menciptakan kaedah-kaedah pengaman agar
bentuk masukan dan keluaran dengan pelaksanaan pembangunan ekonomi tidak
lingkungannya.44 Hukum di sini ditekankan akan mengorbankan hak dan kepentingan
pada fungsinya menyelesaikan konflik- pihak yang lemah. Hanya dengan cara seperti
konflik yang timbul dalam masyarakat inilah hukum akan tetap mempunyai peranan
secara teratur.45 Hukum dalam interaksinya yang strategis dalam pembangunan ekonomi.
dengan sub sistem lain dalam masyarakat Peranan hukum dalam pembangunan
bersifat dinamis. Misalnya hubungannya ekonomi begitu penting, bukan hanya
dengan ekonomi. Ekonomi sebagai suatu dalam menyelesaikan masalah yang timbul,
tindakan untuk melakukan adaptasi terhadap tetapi yang lebih penting lagi adalah dalam
lingkungan fisik dikategorikan das sein, dan meletakkan dasar-dasar dari pembangunan
hukum sebagai suatu sistem norma yang itu sendiri.
dibuat untuk mendisiplinkan tingkah laku
manusia termasuk dalam kategori das sein. 2. Penataan Sistem Peraturan Perundang-
Hukum dipandang sebagai sistem yang Undangan Bidang Ekonomi
terpadu secara logis, bebas dari kontradiksi- Pasal 20 Undang-Undang Dasar 1945
kontradiksi di dalam tubuh sistem itu dan mengamanatkan Dewan Perwakilan Rakyat
43
Adi Sulistiyono dan Muhammad Rustamaji, 2018, Hu-
kum Ekonomi sebagai Panglima, Mas Media Buana Pustaka, 46
Max Weber, 1954, On Law in Economy and Society, A
Sidoarjo, hlm. 16. Clarion Book, New York, hlm. 11.
44
Satjipto Raharjo, 2009, Hukum dan Perubahan Sosial: 47
Ibid.
Suatu Tinjauan Teoretis Serta Pengalaman-Pengalaman Di 48
Ibid.
Indonesia, Genta Publishing, Yogyakarta, , hlm. 27. 49
Jeremy Bentham, 1979, The Theory of Legislation,
45
Ibid. N.M. Tripathi Private, Bombay, hlm. 53.

Penataan Sistem Peraturan... | Roni Sulistyanto & Abdul Kadir Jaelani 163
[JATISWARA] [Vol. 34 No. 2 Juli 2019]

sebagai pemegang kekuasaan pembentukan ujungnya menciptakan tidak harmonisnya


perundang-undangan, untuk memperkuat antara satu peraturan dan peraturan yang lain.53
sistem presidensial sebagai penguatan Karenanya proliferasi penanganan obesitas
amandemen Undang-Undang Dasar 1945 hukum dan over regulation perlu dilakukan
, Pasal 5 Undang-Undang Dasar 1945 dengan cara:
memberikan amanat kepada pemerintah a. Inventarisasi Regulasi Bidang Ekonomi
sebagai salah satu pemegang kekuasaan dengan Penguatan Pengawasan Kuanti-
legislasi di Indonesia. Bahkan pasca Putusan
tas Regulasi
Mahkamah Konstitusi Nomor 92/PUU-
XX/2012, DPD RI mempunyai kewenangan Salah satu upaya penataan yang dapat
yang setara dengan Pemerintah dan DPR dilakukan adalah dengan melakukan
dalam menjalankan fungsi legislasi seperti inventarisasi regulasi yang ada,
mengusulkan Rancangan Undang-Undang, mengidentifikasi masalah dan pemangku
kewenangan DPD ikut membahas dan kepentingannya, melakukan evaluasi
memberi persetujuan atas RUU, keterlibatan regulasi yang bermasalah dan mencabut
DPD dalam penyusunan Prolegnas dan yang tidak perlu. Inventarisasi regulasi
kewenangan DPD memberi pertimbangan dapat dikelompokkan menjadi dua cara,
terhadap RUU.50 peratama, inventarisasi regulasi menurut
Proliferasi kewenangan legislasi tersebut, jenis yaitu bersifat bleidsregel (peraturan
tidak diiringi oleh fungsi sinkronisasi kebijakan), beschikking (keputusan pejabat
dan harmonisasi peraturan perundang- tata usaha negara) dan regeling (peraturan).
undangan yang optimal. Masing-masing Kedua, inventarisasi berdasarkan jenjang
pihak memiliki argumen yang kuat dalam dan subtansi. Jenis, jenjang dan substansi
mempertahankan suatu peraturan dalam daftar merupakan tahapan awal untuk meninjau
Program Legislasi Nasional (Prolegnas).51 kekuatan (strength), kelemahan (weekness),
Prolegnas yang semestinya bisa menciptakan peluang (oportunity), dan ancaman (thread).54
perencanaan dan arahan yang sistematis dalam Postur regulasi yang obesitas dan over
program pembangunan hukum nasional, regulation akan menyulitkan penyelenggaraan
sekaligus menjadi pintu utama menyaring negara hukum menghadapi agenda globalisasi.
kebutuhan peraturan perundang-undangan Gejala yang ditandai oleh munculnya non-
yang menjadi aspirasi sekaligus kebutuhan state actor dan keterkaitan yang kompleks
hukum masyarakat, justru menjadikan antara isu-isu politik dan ekonomi dan
faktor kepentingan sebagai tolak ukur perkembangan teknologi transportasi jelas
pembentukan regulasi.52 Akibatnya Kondisi telah melahirkan era the end of geography.
ini akan melahirkan situasi hukum yang Dalam dunia yang seolah makin kecil dan
serba multitafsir, konfliktual, dan tidak taat tanpa batas tersebut, maka perubahan yang
asas. Hal ini juga mengakibatkan lemahnya terjadi pada suatu bangsa atau negara akan
efektivitas implementasi regulasi yang pada mempengaruhi bangsa atau negara lain dan
muncul saling ketergantungan antar bangsa-
50
Lihat Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 92/ bangsa atau negara-negara di dunia. Makna
PUU-XX/2012. Baca juga Lihat Putusan Nomor 137/PUU- terakhir atau bottom line globalisasi tidak
XIII/201 5 tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 23 Ta-
hun 2014 tetang Pemerintahan Daerah terhadap Undang-Un-
lain adalah persaingan atau competition
dang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, hlm. yang kadar dan intensitasnya benar-benar
44-46. berkualitas internasional dan persaingan pada
51
Siti Fatimah, “Proliferasi Kekuasaan Kehakiman
Setelah Perubahan UUD 1945” Disertasi, Program Doktor
Ilmu Hukum Program Pascasarjana Fakultas Hukum Univer- 53
Akhmad Adi Purawan, “Korupsi Legislasi dalam Pem-
sitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2014, hlm.50. bentukan Peraturan Perundang-Undangan”, Jurnal Rechts-
52
Rahendro Jati, “Partisipasi Masyarakat dalam Pros- vinding, Vol. 3 No. 3 Desember 2014, hlm. 347-348.
es Pembentukan Undang-Undang yang Responsif”, Jurnal 54
Ibnu Sina Chandra negara, “Menemukan Formulasi
Rechtsvinding, Vol. 1 No. 3 Desember 2012, hlm. 330-331. Diet Regulasi”..., hlm. 5.

164 Roni Sulistyanto & Abdul Kadir Jaelani | Penataan Sistem Peraturan...
[Vol. 34 No. 2 Juli 2019] [JATISWARA]

era global ini telah beralih dari persaingan undang yang berlaku pada ekonomi kapitalis,
di bidang politik ke persaingan di bidang keterbatasan modal, keterbelakangan di
ekonomi, karena kebijakan-kebijakan politik bidang Iptek, dan kurangnya mutu Sumber
suatu negara makin lama makin terdesak oleh Daya Manusia (SDM) sehingga tdak mampu
keinginan pasar global yang dimanifestasikan dan kalah bersaing dalam pasar bebas dengan
dalam organisasi global seperti WTO, serta pemodal yang lebih besar.56
munculnya regionalisasi kelompok-kelompok Untuk mencegah postur regulasi
ekonomi baru di berbagai kawasan yang yang obesitas menghadapi globalisasi
mengintegrasikan beberapa negara menjadi berkelanjutan, maka diperlukan inventarisasi
satu seperti NAFTA di Amerika Utara, APEC regulasi di mulai sesuai urutan prosesnya,
di kawasan Asia Pasifik, EU di Eropa dan dimulai dengan inventarisasi, lalu identifikasi,
AFTA di Asia Tenggara.55 analisis dan kemudian rekomendasi. Dari
Selain itu, postur regulasi yang obesitas proses ini akan terlihat apakah sebuah
menghadapi globalisasi dapat membuat peraturan bisa tetap dipertahankan atau
kebijakan pemerintah untuk menghilangkan diharmonisasi atau justru harus langsung
dan meminimumkan intervensi dan proteksi dicabut. Rekomendasi juga bisa mencakup
pasar dengan diminimkannya anggaran usulan untuk pembuatan regulasi baru
subsidi, mulai dari penghilangan subsidi jika dibutuhkan. Iventarisasi regulasi atau
minyak tanah, pengurangan subsidi listrik, penyederhanaan regulasi upaya yang dapat
pengurangan subsidi Bahan Bakar Minyak dilakukan dalam mengendalikan kuantitas
(BBM), dan lainnya. Terkait dengan kenaikan terhadap regulasi yang sedang menjadi
harga BBM, Dewan Perwakilan Rakyat hukum positif (sedang berlaku) dalam rangka
(DPR) sebagai legislator yang mempunyai mewujudkan regulasi yang proporsional.
hak budgeting yang diberikan langsung oleh Oleh karena jumlah regulasi yang banyak,
konstitusi tdak bisa berbuat apa-apa karena maka inventarisasi regulasi harus bersifat
alasan menyelamatkan negara dari devisit massal dan cepat. Sehingga perlu disusun
anggaran dan kebangkrutan kas negara. kriteria sederhana dalam melakukan tahapan
Kemudian dalam hal kebijakan terkait inventarisasi tersebut. Pada umumnya
mempermudah investasi asing dan liberalisasi masalah yang dihadapi akan digeneralisasi
pasar dan ekonomi yang diartikan dengan terhadap kriteria tertentu.57
memberikan peranan yang lebih besar pada Langkah berikutnya adalah dengan
mekanisme pasar dan mengurangi intervensi melakukan analisa regulasi dengan
pemerintah dalam kegiatan ekonomi, menggunakan beberapa kriteria legalitas,
meskipun dinilai tdak melindungi ekonomi kebutuhan dan situasional. Kriteria legalitas
kerakyatan. Hal ini dibuktkan dengan berbagai 56
Muhammad Rusydianta, “Dinamika Hukum dan
fakta dan realitas, antara lain perjanjian Ekonomi dalam Realitas Sosial di Indonesia (Studi Kritis ter-
internasional tentang perdagangan bebas hadap Kebijakan Hukum - Ekonomi di Indonesia)”, Jurnal
Rechtsvinding, Volume 6, Nomor 3, Desember 2017.
(ACFTA) yang dipaksakan untuk disetujui, 57
Secara umum permasalahan regulasi diklasifikasi men-
sebagai dampaknya ialah menjamurnya jadi, pertama, konflik regulasi yaitu suatu kondisi dimana
terdapat pasal atau ketentuan yang nyata-nyata bertentan-
barang-barang import dari China di pasaran gan dengan peraturan lainnya. Kedua, inkonsisten regulasi,
dan matnya industri kecil menengah karena yaitu apabila terdapat ketentuan atau pengaturan yang tidak
konsisten dalam satu peraturan perundang-undangan beser-
kalah bersaing. Perlu diketahui, bahwa ta turunannya. Ketiga, multitafsir regulasi yaitu apabila
matnya industri kecil menengah disebabkan terdapat ketidakjelasan pada objek dan subjek yang diatur
sehingga menimbulkan ketidakjelasan rumusan bahasa (su-
oleh beberapa faktor, antara lain ialah lit dimengerti) serta sistematika yang tidak jelas. Keempat,
karena keberpihakan birokrasi dan undang- tidak operasional yaitu regulasi tersebut tidak memiliki daya
guna, namun peraturan tersebut masih berlaku atau peraturan
55
Bayu Dwi Anggono, “The Politics of Law On The For- tersebut belum memiliki peraturan pelaksana. Disarikan dari
mation of Responsive, Participative and Populist Legislation Diani Sadiawati, dkk, 2015, Strategi Nasional Reformasi
“, International Journal of Business, Economics and Law, Regulasi: Mewujudkan Regulasi yang Tertib dan Sederhana,
Vol. 9, Issue 4 , April 2016. Bappenas, Jakarta, hlm. 8.

Penataan Sistem Peraturan... | Roni Sulistyanto & Abdul Kadir Jaelani 165
[JATISWARA] [Vol. 34 No. 2 Juli 2019]

dan kebutuhan dikembangkan dari teori membentuk peraturan perundang-undangan


keberlakuan regulasi, yaitu filosofis, yuridis, sektoral. Namun, sampai saat ini belum ada
dan sosiologis. Aspek filosofis dan yuridis satupun yang berani “meng-claim” bahwa
diwakili oleh kriteria legalitas dan aspek database-nya lengkap. Degan tidak adanya
sosiologis diwakili oleh kriteria kebutuhan. claim tersebut, pihak lain dapat menyatakan
Sedangkan kriteria situasional adalah kriteria bahwa tidak ada database yang lengkap di
yang dikembangkan untuk mengakomodasi negeri ini. Dampaknya akan sangat terasa
satu isu tertentu.58 ketika akan membentuk peraturan yang
b. Pembuatan Database Peraturan Perun- baru, dimana para pembentuk memulai
terlebih dahulu dengan melihat peraturan-
dang-Undangan Nasional
peraturan terkait dan akan mengharmoniskan
Upaya yang menyediakan direktori sehingga antara satu substansi peraturan tidak
regulasi atau database merupakan modal bertentangan dengan peraturan lainnya.60
awal dalam pemetaan postur regulasi yang Pembuatan database ini sangat penting
jumlah peraturan perundang-undangan sekali fungsinya dalam proses pembentukan
yang begitu banyak mulai dari Ketetapan peraturan. Karena jika database yang lengkap,
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik proses penyelarasan dan pendisiplinan dapat
Indonesia, Undang-Undang/Peraturan dilakukan dengan baik, tanpa itu kenyataan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang yang akan dihadapi kedepannya adalah
(Perpu), Peraturan Pemerintah, Peraturan terdapat pertentangan peraturan. Dampak lain
Presiden, Peraturan Daerah Provinsi, dari dengan tidak adanya database adalah
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Selain akan menyulitkan dalam pembentukan naskah
ketujuh tingkat peraturan diatas, masih ada akademik dan rancangan undang-undang
peratuan lainnya yang harus diperhatikan karena proses tersebut memerlukan sikronisasi
seperti, peraturan yang ditetapkan oleh dan dasar hukum dari pemebentukan
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan peraturan perundang-undangan. Dan pada
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan akhirnya, sistem hukum Indoensia yang tidak
Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah akan pernah diwujudkan.61
Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan,
D. KESIMPULAN
Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri,
badan, lembaga, atau komisi yang setingkat Proliferasi kewenangan legislasi
yang dibentuk dengan Undang-Undang atau berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang Dasar
Pemerintah atas perintah Undang-Undang, 1945, Pasal 20 Undang-Undang Dasar 1945
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar 1945
Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat tidak diiringi oleh fungsi sinkronisasi dan
Daerah Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, harmonisasi peraturan perundang-undangan
Kepala Desa atau yang setingkat. Jika semua yang optimal, sehingga mengakibatkan postur
peraturan dijumlahkan maka akan sangat regulasi yang obesitas dan over regulation.
banyak dan jumlahnya ratusan ribu.59 Permasalahan tersebut akan berakibat
Langkah penyediaan database seluruh kontraproduktif dengan upaya meningkatkan
peraturan perundang-undangan secara pergerakan dan pertumbuhan ekonomi.
Nasional sebagai koleksi atau referensi Pertumbuhan ekonomi yang menjadi
kementerian, lembaga atau institusi dalam
60
Andi Sandi Ant.T.T., “Refleksi Terhadap Pembatalan
58
Ibid. Produk Hukum Daerah”, Makalah Lecture on Law and
59
Muchsan, “Dualisme Pembatalan Produk Hukum Daer- Judicial Review: Konstitusionalitas Kewenangan Kemend-
ah”, Makalah Lecture on Law and Judicial Review: Konsti- agri dalam Membatalkan Perdadi Era Otonomi Daerah,
tusionalitas Kewenangan Kemendagri dalam Membatalkan Diselenggarakan oleh Keluarga Mahasiswa Magister Hukum
Perdadi Era Otonomi Daerah, Diselenggarakan oleh Kelu- Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta, 28
arga Mahasiswa Magister Hukum Fakultas Hukum Universi- September 2016.
tas Gadjah Mada di Yogyakarta, 28 September 2016. 61
Ibid.

166 Roni Sulistyanto & Abdul Kadir Jaelani | Penataan Sistem Peraturan...
[Vol. 34 No. 2 Juli 2019] [JATISWARA]

indikator dari berjalannya reformasi struktural dependen dengan Paradigma Moral”,


dan fiskal, dihadapkan pada tantangan iklim Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 8, No. 2, Sep-
ekonomi global yang mengalami fluktuatif tember 2005.
sejak melambatnya pemulihan ekonomi Adi Sulistiyono, “Pembangunan Hukum
dunia. Postur regulasi yang obesitas juga akan Ekonomi untuk Mendukung
menyulitkan penyelenggaraan negara hukum Pencapain Visi Indonesia 2030”,
menghadapi agenda globalisasi. Gejala yang Pidato Pengukuhan Guru Besar
ditandai dengan penghilangan penghilangan Hukum Ekonomi, Fakultas Hukum
subsidi minyak tanah, pengurangan subsidi Universitas Sebelas Maret Surakarta
listrik, pengurangan subsidi Bahan Bakar Pada tanggal 17 Nopember 2007.
Minyak (BBM). Kemudian dalam hal Adi Sulistiyono. “Prospek Pembaharuan
kebijakan terkait mempermudah investasi Hukum yang Mendukung Iklim
asing dan liberalisasi pasar dan ekonomi Usaha yang Kondusif”. Makalah
yang diartikan dengan memberikan peranan Seminar Pengkajian Hukum
yang lebih besar pada mekanisme pasar dan Nasional (SPHN) 2014 dengan
mengurangi intervensi pemerintah dalam tema Prospek Pembaruan Hukum
kegiatan ekonomi, meskipun dinilai tdak Pemerintahan Joko Widodo dan
melindungi ekonomi kerakyatan. Hal ini Muhammad Jusuf Kalla Periode
dibuktkan dengan berbagai fakta dan realitas, Tahun 2014-2019 diselenggarakan
antara lain perjanjian internasional tentang Komisi Hukum Nasional, 2-3
perdagangan bebas (ACFTA) yang dipaksakan Desember 2014 di Hotel Bidakara
untuk disetujui, sebagai dampaknya ialah Jakarta.
menjamurnya barang-barang import dari
China di pasaran dan matnya industri kecil Adi Sulistiyono, 2018, Hukum Ekonomi
menengah karena kalah bersaing. Penataan sebagai Panglima, Mas Media
sistem peraturan perundang-undangan dalam Buana Pustaka, Sidoarjo.
mendukung pembangunan ekonomi nasional Agnes Harvelian, “Mahkamah Konstitusi
ditengah jumlah peraturannya sangat banyak dan Penguatan Konstitusi Ekonomi
dan over regulated memerlukan proliferasi Indonesia”, Jurnal Konstitusi,
kewenangan legislasi yang diiringi oleh Volume 13, Nomor 3, September
fungsi sinkronisasi dan harmonisasi peraturan 2016.
perundang-undangan yang optimal. Adapun
Ahmad Sururi, “Analisis Formulasi Instrumen
caranya adalah menggunakan kriteria
Simplifikasi Regulasi Menuju
legalitas, kebutuhan dan situasional. Kriteria
Tatanan Hukum yang Terintegrasi
legalitas dan kebutuhan dikembangkan dari
dan Harmonis”, Jurnal Ajudikasi
teori keberlakuan regulasi, yaitu filosofis,
Universitas Serang Raya, Vol.1
yuridis, dan sosiologis. Aspek filosofis
No.2 Desember 2017.
dan yuridis diwakili oleh kriteria legalitas
dan aspek sosiologis diwakili oleh kriteria Andi Sandi Ant.T.T., “Refleksi Terhadap
kebutuhan. Sedangkan kriteria situasional Pembatalan Produk Hukum Daerah”,
adalah kriteria yang dikembangkan untuk Makalah Lecture on Law and
mengakomodasi satu isu tertentu. Kedua, Judicial Review: Konstitusionalitas
Pembuatan Database Peraturan Perundang- Kewenangan Kemendagri dalam
Undangan Nasional . Membatalkan Perdadi Era Otonomi
Daerah, Diselenggarakan oleh
DAFTAR PUSTAKA Keluarga Mahasiswa Magister
Hukum Fakultas Hukum Universitas
Adi Sulistiyono, “Menggapai Mutiara Kead-
Gadjah Mada di Yogyakarta, 28
ilan: Membangun Pengadilan yang In-

Penataan Sistem Peraturan... | Roni Sulistyanto & Abdul Kadir Jaelani 167
[JATISWARA] [Vol. 34 No. 2 Juli 2019]

September 2016. Peran Pemerintahan Daerah Dalam


Badan Pembinaan Hukum Nasional, 2016, Mewujudkan Tatanan Masyarakat
Dokumen Pembangunan Hukum Yang Kuat Di Era Masyarakat
Nasional Tahun 2016, Kementerian Ekonomi Asean, Pada Hari Jum’at
Hukum dan HAM RI, Jakarta. 12 Agustus 2016.

Badan Pusat Statistik Indonesia, “Ekonomi Enny Nurbaningsih, dkk, 2009, “Pengawasan
Indonesia Triwulan III-2018 Tumbuh terhadap Produk Hukum Daerah
5,17 Persen”, https://www.bps. dalam Rangka Mewujudkan
go.id/pressrelease/2018/11/05/1522/ Pembangunan Hukum Nasional”,
ekonomi-indonesia-triwulan-iii- Laporan Penelitian, Kerjasama
2018-tumbuh -5-17-persen.html, Dewan Perwakilan Daerah Republik
diunduh 7 Januari 2018. Indonesia dengan Pusat Kajian
Dampak Regulasi dan Otonomi
Badan Pusat Statistik Indonesia, “Ekonomi Daerah Fakultas Hukum Universitas
Indonesia Triwulan IV 2015 tumbuh Gadjah Mada, Yogyakarta.
5,04 persen tertinggi selama tahun
2015”, http://www.bps.go.id/Brs/ Enny Nurbaningsih, dkk, 2016, Naskah
view/id/1267 diunduh 7 Januari Akademik Rancangan Undang-
2018. Undang Tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 12
Bagir Manan, 1992, Dasar-Dasar Perundang- Tahun 2011 tentang Pembentukan
Undangan Indonesia, Ind-Hill, Peraturan Perundang-Undangan,
Jakarta. Badan Pembinaan Hukum Nasional,
Bayu Dwi Anggono, “The Politics of Law Kementerian Hukum dan Hak Asasi
On The Formation of Responsive, Manusia, Jakarta.
Participative and Populist Hendra Nurtjahjo, “Lembaga, Badan dan
Legislation “, International Journal Komisi Negara Independen (State
of Business, Economics and Law, Auxiliary Agencies) di Indonesia:
Vol. 9, Issue 4 , April 2016. Tinjauan Hukum Tata Negara”,
Diani Sadiawati, dkk, 2015, Strategi Nasional Makalah Diskusi Terbatas
Reformasi Regulasi: Mewujudkan tentang Kelembagaan Independen
Regulasi yang Tertib dan Sederhana, Indonesia, Diselenggarakan oleh
Bappenas, Jakarta. Lembaga Administrasi Negara Pada
Hari Selasa 4 April 2005.
Efendi, “The Position of the Government
in Doing the Review Towards the I Gusti Ayu Ketut Rachmi Handayani,
Rules in District After Decision of “Local Policy Construction In
the Constitutional Court Number: Implementing Green Governance
137/PUU-XIII/2015”, International Principle”, Jurnal Public Policy
Journal of Asy-Syir’ah, Vol. 51, No. and Administration Research, Vol.3,
1 Juni 2017. No.3, 2013.
Enny Nurbaningsih, “Peningkatan Kualitas Ibnu Sina Chandra negara, “Menemukan
Perda dalam Menghadapi Era Formulasi Diet Regulasi”, Jurnal
Globalisasi”, Bahan Kuliah Umum Media Hukum, Fakultas Hukum
Mahasiswa Magister Hukum Universitas Muhammadiyah
Fakultas Hukum Universitas Yogyakarta, Vol.24 No. 1 Tahun
Gadjah Mada dengan Tema Refleksi 2017.
71 Tahun Indonesia Merdeka: Jazim Hamidi, 2006, Revolusi Hukum

168 Roni Sulistyanto & Abdul Kadir Jaelani | Penataan Sistem Peraturan...
[Vol. 34 No. 2 Juli 2019] [JATISWARA]

Indonesia: Makna, Kedudukan, Diselenggarakan oleh Keluarga


dan Implikasi Hukum Naskah Mahasiswa Magister Hukum
Proklamasi 17 Agustus 1945 Fakultas Hukum Universitas Gadjah
dalam Sistem Ketatanegaraan RI, Mada di Yogyakarta, 28 September
Konpress, Jakarta. 2016.
Jeremy Bentham, 1979, The Theory of Muhammad Rusydianta, “Dinamika Hukum
Legislation, N.M. Tripathi Private, dan Ekonomi dalam Realitas Sosial
Bombay. di Indonesia (Studi Kritis terhadap
Louis Kaplow and Steven Shavell, 2002, Kebijakan Hukum - Ekonomi di
Handbook of Public Economics Indonesia)”, Jurnal Rechtsvinding,
Chapter 25, Harvard Law School Volume 6, Nomor 3, Desember
and National Bureau of Economic 2017.
Research. Ngadino, “Peranan Hukum dalam Globalisasi
M. Solly Lubls, 1989, Landasan dan Teknik Ekonomi”, Jurnal Pembaharuan
Perundang Undangan, Mandar Hukum, Vol. 1, No. 1, Januari 2014.
Maju, Bandung. Novianto M. Hantoro, “Klasifikasi Jabatan
Mahkamah Agung, “Pengujian peraturan dalam Kelembagaan Negara:
perundang-undangan yang Permasalahan Kategori Pejabat
dilakukan oleh Mahkamah Agung” Negara”, Jurnal Negara Hukum,
https://putusan.mahkamahagung. Vol.7, No. 2, November 2016.
go.id/ditjen/tun. Paulus Effendi Lotulung, 2000, Laporan
Mahkamah Konstitusi RI “Rekapitulasi Akhir dan Evaluasi Hukum tentang
Pengujian UU yang dilakukan oleh Wewenang Mahkamah Agung
Mahkamah Konstitusi”, http:// dalam Melaksanakan Hak uji
www.mahkamahkonstitusi.go.id/ Materil (Judicial Review), Badan
index.php?page=web.RekapPUU& Pembinaan Hukum Departemen
menu=5). Hukum Perundang-Undangan RI
Tahun 1999-2000, Jakarta.
Maria Farida Indrati Soeprapto, 1998, Ilmu
Perundang-Undangan, Dasar Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun
dan Pembentukannya, Kanisius, 2011 tentang Hak Uji Materiil.
Yogyakarta. Putera Astomo, “Pembentukan Undang-
Maryanto, “Urgensi Pembaruan Sistem Undang dalam Rangka Pembaharuan
Hukum Ekonomi Indonesia Hukum Nasional di Era Demokrasi”,
Berdasarkan Nilai-Nilai Pancasila”, Jurnal Konstitusi, Vol.11, No.3
Yustisia, Vol. 4 No. 1 Januari - April September 2014.
2015. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 92/
Max Weber, 1954, On Law in Economy and PUU-XX/2012.
Society, A Clarion Book, New York. Putusan Nomor 137/PUU-XIII/201 5 tentang
Muchsan, “Dualisme Pembatalan Produk Pengujian Undang-Undang Nomor
Hukum Daerah”, Makalah Lecture 23 Tahun 2014 tetang Pemerintahan
on Law and Judicial Review: Daerah terhadap Undang-Undang
Konstitusionalitas Kewenangan Dasar Negara Republik Indonesia
Kemendagri dalam Membatalkan Tahun 1945.
Perdadi Era Otonomi Daerah, Rahendro Jati, “Partisipasi Masyarakat

Penataan Sistem Peraturan... | Roni Sulistyanto & Abdul Kadir Jaelani 169
[JATISWARA] [Vol. 34 No. 2 Juli 2019]

dalam Proses Pembentukan Undang-Undang Dasar Negara Republik


Undang-Undang yang Responsif”, Indonesia Tahun 1945.
Jurnal Rechtsvinding, Vol. 1 No. 3 Undang-Undang No. 5 Tahun 1956 tentang
Desember 2012. Peradilan Tata Usaha Negara.
Refly Harun, “Pengujian Undang-Undang”, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
Bahan Ajar Perkuliahan Program tentang Pembentukan Peraturan
Magister Hukum Fakultas Hukum Perundang-Undangan.
Universitas Gadjah Mada TA
2013/2014. Zainal Arifin Hoesein, 2013, Judicial Review
di Mahkamah Agung RI Tiga Dekade
Richard A.Posner, 1993, The Problem of Pengujian Peraturan Perundang-
Jurisprudence, United State of Undangan, Jakarta, Rajawali Pers.
America, Harvard University Press.
Richard Posner, Economics Analysis of
Law, Edisi Kelima, Aspen Law &
Business, New York, 1998..
Rimdan, 2012, Kekuasaan Kehakiman Pasca
Amandemen Konstitusi, Kencana,
Jakarta.
Rosjidi Ranggawidjaja, 1998, Pengantar llmu
Perundang-Undangan Indonesia,
Mandar Maju, Bandung.
Satjipto Raharjo, 2009, Hukum dan
Perubahan Sosial: Suatu Tinjauan
Teoretis Serta Pengalaman-
Pengalaman Di Indonesia, Genta
Publishing, Yogyakarta.
Siti Fatimah, “Proliferasi Kekuasaan
Kehakiman Setelah Perubahan UUD
1945” Disertasi, Program Doktor
Ilmu Hukum Program Pascasarjana
Fakultas Hukum Universitas Islam
Indonesia, Yogyakarta, 2014.
Soehino, 1997, Hukum Tata Negara,
Penyusunan dan Penetapan
Peraturan Daerah, Liberty,
Yogyakarta.
Soehino, 2003, Hukum Tata Negara, Teknik
Perundang-Undangan, Liberty,
Yogyakarta.
Syihabudin, “Kajian Terhadap Jenis dan
Tata Urutan Peraturan Perundang-
Undangan indonesia”, Jurnal
Hukum, Vol. 10., No.23, Mei Tahun
2008.

170 Roni Sulistyanto & Abdul Kadir Jaelani | Penataan Sistem Peraturan...

Anda mungkin juga menyukai