Anda di halaman 1dari 10

JURNAL IMIAH PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN

Volume xx Nomor xx, 2022, pp xx-yy


E-ISSN: 2615-6091; P-ISSN: 1858-4543

DOI: http://dx.doi.org/10.23887/jipp.v5i3

Pengembangan Media Pembelajaran Bulletin Board Display Bermuatan Tri Hita Karana Untuk
Meningkatkan Minat Belajar Siswa Pada Muatan IPA Subtema Manusia Dan Lingkungan Kelas V
Sekolah Dasar
2 3
I Gede Hendra Wiranata*, I Ketut Gading , I Wayan Widiana
1,2,3
Pascasarjana Pendidikan Dasar, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Indonesia
*Corresponding author: hendrawiranata96@gmail.com

Abstrak
Tri Hita Karana merupakan salah satu nilai kearifan lokal yang tumbuh dan berkembang pada masyarakat Bali yang mengandung nilai-nilai luhur. Pelaksanaan Tri Hita Karana
dapat memberikan pengaruh yang positif bagi siswa, maka dari itu penelitian media Bulletin Board Display ini dilaksanakan agar siswa merasa tertarik dan mudah memahami materi
pembelajaran serta tentunya dapat meningkatkan minat belajar siswa. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan. Model pengembangan yang digunakan adalah ADDIE
yang terdiri dari 5 tahap yaitu Analysis (analisis), Design (Desain), Develop (Pengembangan), Implement (Implementasi), dan Evaluate (Evaluasi). Metode pengumpulan data pada penelitian ini
adalah observasi dan kuisioner. Subjek dalam penelitian ini adalah 2 ahli materi, 2 ahli media, 1 guru dan 30 siswa. Data dikumpulkan melalui angket penilaian materi, penilaian media, respon
guru dan siswa. Hasil penelitian yang telah dilaksanakan ini yaitu validitas media Bulletin Board Display sebesar 93% yang tergolong sangat valid, kepraktisan guru sebesar 96% tergolong
sangat praktis, kepraktisan siswa sebesar 90,8% tergolong sangat praktis, tiga tahap uji efektivitas yaitu uji normalitas One Sample Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,200 ≥ 0,05 artinya data
berdistribusi normal, uji homogenitas teknik Levene Statistic sebesar 0,856 ≥ 0,05 artinya data bersifat homogen serta analisis uji t-test satu sampel sebesar Sig (2- tailed) sebesar 0,000 ≤ 0,05
yang berarti media Bulletin Board Display efektif digunakan pada pembelajaran IPA siswa kelas V subtema Manusia dan Lingkungan.

Kata kunci: e-modul, IPAS, kearifan lokal, satua bali, hasil belajar.

Abstract

Tri Hita Karana is one of the local wisdom values that grows and develops in Balinese society which contains noble values. The implementation of Tri Hita Karana can have a positive influence on students,
therefore research on the Bulletin Board Display media is carried out so that students feel interested and easily understand learning material and of course can increase student interest in learning. The type of
research used is development research. The development model used is ADDIE which consists of 5 stages, namely Analysis, Design, Develop, Implement, and Evaluate. Data collection methods in this study are
observation and questionnaires. The subjects in this study were 2 material experts, 2 media experts, 1 teacher and 30 students. Data were collected through material assessment questionnaires, media assessments,
teacher and student responses. The results of the research that has been carried out are that the validity of the Bulletin Board Display media is 93% which is classified as very valid, the practicality of the teacher is
96% which is classified as very practical, the practicality of students is 90.8% which is classified as very practical, the three stages of effectiveness testing are the One Sample Kolmogorov normality test -Smirnov of
0.200 ≥ 0.05 means that the data is normally distributed, the homogeneity test of the Levene Statistics technique is 0.856 ≥ 0.05 meaning that the data is homogeneous and the one-sample t-test analysis is Sig (2-
tailed) of 0.000 ≤ 0.05 which means that the Bulletin Board Display media is effectively used in science learning for fifth grade students with the sub-theme of Humans and the Environment.

Keywords: e-module, IPAS, local wisdom, satua bali, learning outcomes

History: Publisher: Undiksha Press


Received : 25 Februari 2021 Licensed: This work is licensed under
Revised : 10 Maret 2021 a Creative Commons Attribution 4.0 License
Accepted : 23 April 2021
Published : 25 Juli 2021

1. PENDAHULUAN

Pendidikan menjadi poin dasar keberhasilan suatu bangsa dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, karenanya pendidikan harus terus dibina
dan dikembangkan untuk menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju, guna mewujudkan kehidupan bangsa yang modern,
serta memiliki daya saing. Menurut Irham (2013:1) Pendidikan adalah usaha yang dapat dilakukan dalam upaya mendewasakan dan memandirikan manusia
secara sadar dan terencana sang dilakukan seorang pendidik untuk mengubah prilaku baik secara individu maupun kelompok melalui pengajaran dan pelatihan.
Pendidikan tidak hanya membekali peserta didik dengan materi pelajaran saja, akan tetapi juga diharapkan mampu menanamkan nilai-nilai dan etika yang
berperan penting untuk menghasilkan generasi emas yang berkarakter. Pratama, dkk (2020) menyatakan bahwa melalui Pendidikan dapat mempengaruhi
seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap lingkunganya dalam kehidupan bermasyarakat dan juga dapat mengoptimalkan mutu sumber daya manusia.
Peningkatkan mutu pendidikan tentunya tidak terlepas dari pembelajaran yang berlangsung di sekolah, karena pembelajaran di sekolah direncanakan oleh tenaga
pendidik untuk meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan keterampilan peserta didiknya. Proses pembelajaran yang diberikan oleh pendidik harus dapat
memberikan peluang bagi siswanya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki, sehingga membentuk siswa yang cerdas, kreatif dan mendukung kemajuan
bangsa (Sari : 2019). Pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar lebih aktif merupakan pembelajaran yang bermakna, pembelajaran
bermakna akan memberikan pengalaman yang dapat digunakan siswa dalam kehidupan sehari-hari serta dapat mengembangkan kemampuan social emosional
siswa (Bressington et al 2018). Berlangsungnya pembelajaran yang berkulitas dapat memberikan wawasan pengetahuan siswa terhadap suatu hal untuk
membentuk karakter dan pribadinya sehingga menjadi anak yang terdidik dan memiliki pemahaman yang baik.
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, salah satunya dengan menyediakan lembaga pendidikan
formal seperti Sekolah Dasar. Pendidikan di sekolah tidak terlepas dari adanya peran serta semua perangkat penunjang proses Pendidikan (Handayani, 2020).

1
Judul Artikel

Saat ini, Kurikulum yang berlaku dalam sistem pendidikan di Indonesia yaitu kurikulum 2013. Pembelajaran pada kurikulum 2013 lebih berpusat pada siswa
sedangkan guru berperan sebagai pembimbing sekaligus berfungsi sebagai fasilitator. Pembelajaran yang berpusat pada siswa merupakan sebuah langkah
inovatif dalam mengembangkan kemampuan siswa untuk membangun pengetahuannya secara mandiri dari berbagai pengalaman belajar (Amponsah
et al., 2019). Hal ini yang membuat guru harus lebih kreatif dalam merancang proses pembelajaran agar siswa menjadi antusias dan aktif dalam mengikuti
pembelajaran.
Pada penerapan kurikulum 2013 menggunakan pendekatan tematik terpadu yang memadukan beberapa mata pelajaran dalam sebuah tema. Melalui pembelajaran
terpadu peserta didik usia SD akan lebih mudah belajar, siswa memperoleh pengalaman yang bermakna, meningkatkan hasil belajar, dan berperan penting dalam
pembinaan karakter siswa di sekolah dasar (Wangi, 2021). Salah satu mata pelajaran yang digunakan dalam muatan pembelajaran tematik terpadu adalah IPA.
Prihatni et al. (2016) memaparkan, IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang alam yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematik, hal
ini berarti IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan melalui eksperimen.
Pembelajaran IPA digambarkan sebagai suatau muatan pelajaran yang dapat digunakan siswa dalam menelaah dan menggali informasi mengenai suatu
peristiwa dan fenomena alam yang ada melalui proses sains. Astalini et al. (2018) memaparkan, cakupan dalam mata pelajaran IPA sangat luas, IPA tidak
hanya tentang interaksi antara guru dengan siswa, tetapi IPA juga menanamkan hubungan siswa dengan objek sekitar yang dapat terbentuk saat proses
pembelajaran dikelas serta IPA juga berisikan kumpulan metode kerja, metode berpikir dan metode memecahkan suatu permasalahan yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu proses Pembelajaran IPA harus menyenangkan, berpusat pada siswa dan bermakna bagi siswa dalam
mengembangkan pengetahuan tentang lingkungan sekitarnya (Rubini et al., 2018). Pembelajaran IPA menuntut siswa aktif dalam pembelajaran serta diberikan
kesempatan untuk mengalami dan menemukan sendiri tentang makna dari materi yang diajarkan (Lusidawaty et al., 2020). Hal ini akan membantu peserta didik
untuk memperoleh pamahaman yang lebih mendalam membentuk kreativitas dan kesadaran untuk menjaga dan memperbaiki gejala-gejala alam yang terjadi
untuk selanjutnya membentuk sikap ilmiah siswa. Sehingga, mereka mampu untuk beradaptasi dan memanfaatkan segala potensi alam dalam rangka memperoleh
kualitas hidup yang lebih baik.
Namun, permasalahan yang terjadi saat ini yaitu masih banyak anak yang memiliki kemampuan IPA yang tergolong rendah (Resmawan et al., 2017). Hal ini
dapat dilihat dari data hasil laporan Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2018 yang dirilis oleh Organisation for Economic Co-
operation and Development (OECD) menunjukkan kualitas pendidikan di Indonesia tergolong rendah. PISA merupakan survei evaluasi sistem pendidikan di
dunia yang mengukur kinerja siswa kelas pendidikan menengah. Penilaian ini dilakukan setiap tiga tahun sekali dan dibagi menjadi tiga poin utama, yaitu literasi,
matematika, dan sains. Pada 2018, setidaknya ada 600.000 siswa di 79 negara yang terlibat dalam survei PISA. Berdasarkan data PISA, Indonesia mengalami
penurunan Skor dalam kompetensi IPA dari 403 pada tahun 2015 menjadi 396 pada tahun 2018. Indonesia berada di peringkat 70 dari dari 79 negara yang ikut
berpartisipasi.
Kegiatan pembelajaran IPA tentunya tidak terlepas dari barapa hal yang dapat mempengaruhinya seperti halnya minat belajar, dengan adanya minat belajar dalam
diri siswa maka akan memunculkan semangat dan kesenangnan untuk melakukan kegiatan belajar dengan tekun tanpa adanya rasa bosan untuk mengikuti
pelajaran. Disamping itu dalam proses pembelajaran yang berlangsung seorang guru harus mampu membuat siswanya aktif dalam proses pembelajaran, karena
siswa yang aktif dalam proses pembelajaran akan memberikan dampak terhadap minat belajar siswa. Minat siswa terhadap sesuatu pada dasarnya adalah
membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajarinya den dirinya sendiri sebagai individu. Tanpa adanya minat
untuk mengikuti pembelajaran maka materi yang dipelajari siswa hanya akan terabaikan begitu saja, dengan demikian minat belajar sangat dibutuhkan dalam
proses pembelajaran.
Minat merupakan dorongan dari dalam diri anak untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran sehingga dapat mengubah atau menambah pengetahuan
dan pengalaman (Nasution et. al., 2020). Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkkan bahwa mereka lebih menyukai suatu hal
daripada hal lainnya melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas, akan memperhatikan aktivitas tersebut secara
konsisten dengan rasa senang (Ningsih, 2018). Selain itu, siswa yang berminat dalam mengikuti proses pembelajaran akan lebih berusaha keras di bandingkan
siswa yang tidak berminat (Riwahyudin, 2015). Minat belajar dapat ditingkatkan dengan cara menyajikan materi pembelajaran yang mudah dipahami oleh siswa
dan mampu menarik perhatianya sesuai dengan konten yang dibahas. Jika bahan pelajaran yang dipelajari sesuai dengan minat siswa, maka siswa akan mengikuti
pelajaran dengan baik, karena sangat menarik baginya, dengan rasa ketertarikan tersebut siswa akan fokus dalam belajar. Siswa akan kehilangan minat belajar
jika proses pembelajaran tidak dikemas menarik apalagi pembelajaran yang dianggap sulit (Yuliar, 2019). Sesuai dengan pemaparan tersebut minat belajar siswa
terhadap sesuatu pada dasarnya didasari oleh rasa suka yang timbul dari diri siswa sendiri dan menjadikan siswa tertarik serta terlibat langsung pada objek
tertentu. Akan tetapi permasalahan yang muncul saat ini yaitu minat siswa untuk belajar masih tergolong rendah. Hal ini sejalan dengan Wiradarma (2021) yang
mengungkapkan bahwa kenyataan yang terjadi di sekolah dasar saat ini adalah siswa mengalami penurunan hasil belajar dikarenakan kurangnya minat
belajar, mereka cenderung malas belajar karena kurangnya interaksi dengan lingkungan sekolah khususnya dalam pembelajaran IPA.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti pada hari Senin tanggal 19 September 2022 dengan wali kelas V yang mengajar di SDN 1
Batur, diperoleh informasi dan permasalahan yang menunjukkan bahwa (1) Pembelajaran IPA siswa masih rendah, hal tersebut disebabkan karena kurangnya
minat belajar serta partisipasi siswa dalam belajar dikelas. (2) Pengguanaan media pembelajaran belum optimal dan hanya memanfaatkan buku paket. (3) Media

2
Penulis Pertama et al.

yang ada selama ini belum memfasilitasi peserta didik untuk menemukan sendiri konsep yang diajarkan yang bisa merangsang kreativitas peserta didik. (4)
Belum adanya pengaplikasian muatan kearifan lokal seperti Tri Hita Karana dalam proses pembelajaran. Permasalahan ini tentunya dapat mengakibatkan siswa
mudah merasa bosan dalam mengikuti pelajaran, apalagi dalam pembelajaran IPA yang cenderung memiliki materi yang cukup luas dan berkaitan dengan
lingkungan alam. Selain itu ketertarikan siswa dalam pelajaran IPA masih rendah, padahal IPA merupakan mata pelajaran yang paling mendasar dan sangat erat
kaitanya dengan interaksi siswa dengan alam dan kehidupan sehari-hari siswa, baik itu di lingkungan sekolah maupun masyarakat. Pembelajaran juga lebih
didominasi oleh guru dan kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan ide ataupun pemahaman mereka terhadap materi yang
disampaiakan. Ketika pembelajaran berlangsung, guru belum menerapkan media pembelajaran yang inovatif untuk menunjang proses pembelajaran khususnya
dalam pembelajaran IPA.
Melihat hasil survei dan observasi tersebut menandakan bahwa pengetahuan dan pemahaman peserta didik dalam pembelajaran IPA ternyata masih jauh di bawah
standar, hal tersebut juga diakibatkan dari minat siswa dalam belajar yang masih sangat kurang. Hal ini tentu sangat memprihatinkan mengingat Indonesia
merupakan negara yang kaya dengan sumber daya alam yang melimpah, namun sumber daya manusianya sendiri belum memadai. Untuk itu perlunya kteatifitas
guru dalam mengemas materi pelajaran dapat memberikan rasa ketertarikan siswa terhadap pembelajaran yang disampaikan agar dapat menumbuhkan
semangatnya dalam belajar. Pembelajaran IPA akan dapat efektif apabila dipadukan dengan kearifan local masyarakat sekitarnya, hal ini karena di era kemajuan
teknologi dan globalisasi saat ini nilai-nilai kearifan lokal sangat perlu untuk dipelajari karena dapat menjadi alternatif pemecahan masalah akibat adanya
kemajuan teknologi dan globalisasi, tanpa melupakan budaya lokal yang ada sehingga nilai-nilai tersebut tetap terjaga dan tidak tergerus oleh arus
globalisai (Nilayuniarti : 2020). Oleh karena itu diperlukan sesuatu yang dapat menghubungkan antara muatan pelajaran IPA dengan kehidupan keseharian
masyarakat yang bermuatan pada nilai kearifan local.
Tri Hita Karana merupakan salah satu nilai kearifan lokal yang tumbuh dan berkembang pada masyarakat Bali yang mengandung nilai-nilai luhur.
Secara etimologis bahasa Sanskerta istilah Tri Hita Karana berasal dari kata tri, hita dan karana. Tri artinya tiga, Hita artinya bahagia, dan Karana artinya
Penyebab (Yhani dan supastri : 2020). Dengan demikian Tri Hita Karana merupakan tiga penyebab kebahagiaan (Rismayani et al., 2019). Konsep dasar ideologi
Tri Hita Karana merupakan konsep yang mengharapkan manusia untuk menjaga hubungan diantara ketiga unsur sehingga dapat mencapai kebahagiaan, ketiga
unsur tersebut yaitu hubungan manusia dengan sang pencipta yang disebut dengan Prahyangan, hubungan antara manusia dengan manusia lainnya yang
disebut dengan Pawongan, dan hubungan manusia dengan alam sekitar yang disebut dengan Palemahan. Menurut Putriasih (2020) THK adalah ideologi
yang mengajarkan keharmonisan dan keseimbangan hidup dalam mewujudkan tujuan hidup “moksartham jagat hita ya ca iti dharma” (kebahagiaan duniawi atau
jagadhita dan kebahagiaan rokhani. Pelaksanaan konsep Tri Hita Karana dapat memberikan suatu pengaruh terhadap hasil belajar karena salah satu konsep Tri
Hita Karana yakni menjaga keharmonisan terhadap sesama teman dan taat pada perintah agama dan guru akan dapat memberikan suatu hasil yang lebih baik
dalam upaya mencapai aspek kognitif, aspek psikomotorik, dan aspek afektif yang mampu memberikan tuntunan hidup kepada para siswa (Mendra & Watra,
2019).
Selain itu perlu adanya penggunaan media sebagai penunjang dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran merupakan sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan dari guru kepada siswa, sehingga menimbulkan semangat, perhatian, dan minat belajar siswa (Irfan et al., 2019). Adanya media
pembelajaran dapat memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran. Hal ini karena media memiliki peran membantu guru sebagai penyampai pesan
yang bersifat abstrak menjadi lebih konkret, sehingga lebih mudah dipahami oleh siswa (Pahlevi et al., 2019). Seorang guru harus memiliki kemampuan
dalam membuat ataupun merancang media pembelajaran yang sesuai, kemudian mengembangkan media tersebut menjadi lebih praktis dan mudah dipahami
siswa. Oleh karena itu, guru dihimbau untuk mampu menciptakan pembelajaran yang bervariasi dan dengan menggunakan media pembelajaran yang mampu
mendukung materi pelajaran tersebut.
Akan tetapi, sayangnya pemanfaatan media yang digunakan untuk menunjang pembelajaran dilapangan masih terbatas, guru jarang menggunakan media
pelajaran yang diakibatkan karena ketersediaan media pembelajaran yang kurang ataupun keterbatasan dalam mengembangakan media pembelajaran yang
sesuai. Ada kalanya sekolah memiliki media pembelajaran namun tidak digunakan secara maksimal atau bahkan mereka belum memiliki media pembelajaran
yang menunjang materi pembelajaran tertentu dan media pembelajaran merupakan salah satu faktor pendukung yang penting untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran (Kurniawan, 2020). Seringkali media yang digunakan oleh guru belum mampu meningkatkan perhatian siswa ketika pembelajaran berlangsung
(Lestari, 2018). Dengan tidak menggunakan media pelajaran dalam pelaksanaan pembelajaran hal ini tentunya dapat membuat siswa kesualitan dalam mengikuti
pelajaran. Kesulitan tersebut dikarenakan materi yang guru berikan tidak dijelaskan kepada siswa sehingga menyulitkan siswa dalam memahami materi yang
guru berikan (Hebebci et al., 2020). Apabila permasalahan ini tetap dibiarkan tanpa ada upaya untuk segera menanggulanginya, maka tidak menutup
kemungkinan kedepan masalah ini akan menjadi masalah yang serius tidak hanya membuat kualitas pembelajaran menurun, tepati juga dapat mengakibatkan
siswa kurang tertarik untuk mengikuti pelajaran.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan adanya sebuah inovasi yang dapat dilakukan guna meningkatkan kualitas pembelajaran seperti penggunaan
media pembelajaran yang mampu membuat siswa aktif dan tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Salah satu media pembelajaran inovatif dan relevan untuk
membuat siswa ikut berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran dan mampu mendukung proses belajar IPA yaitu media membelajaran Bulletin Board
Display. Media pembelajaran Bulletin Board Display adalah salah satu jenis media display yang berupa media pajangan didinding kelas yang sifatnya terbuka
sehingga bisa di baca dan dilihat kapan saja oleh siswa meskipun materi dalam pembelajaran tertentu telah selesai dijelaskan pada saat tatap muka dikelas

3
Judul Artikel

(Muhardini, 2019). Menurut Aulia (2019) Media Bullentin Board Display memiliki beberapa kelebihan yaitu sebagai tempat untuk memajang hasil karya siswa
berupa benda. Gambar, poster, dan lain-lain. Dengan menggunakan media pembelajaeran Bulletin board ini dapat menumbuhkan semangat siswa dalam belajar,
siswa ikut berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran dan dapat meningkatkan proses komunikasi antar siswa serta mengembangkan kemampuan siswa dalam
memechkan masalah dan dapat memotivasi siswa dalam belajar. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Aulia (2019) yang menyebutkan
bahwa penggunaan media Bulletin Board Display mendorong siswa untuk berimajinasi dan mampu membantu siswa agar lebih memahami isi dari sebuah teks
atau cerita. Selain itu penelitian lain seperti yang dilakukan oleh Dewi (2019) yang menyebutkan bahwa peningkatan aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran tematik terjadi karena adanya penggunaan media pembelajaran bulletin board, media pembelajaran bulletin board berdampak positif
terhadap kegiatan pembelajaran Tematik karena menumbuhkan semangat dan antusias yang tinggi dari siswa.
Berdasarkan uraian tersebut maka perlu dikaji lebih jauh mengenai pengembangan media pembelajaran Bulletin Board Display sebagai penunjang dalam proses
pembbelajaran dan untuk membantu pengajar dalam mengemas suatu pembelajaran yang lebih menarik. Oleh karena itu penelitian ini mengambil judul
“Pengembangan Media Pembelajaran Bulletin Board Display Bermuatan Tri Hita Karana Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa Pada Muatan IPA Subtema
Manusia dan Lingkungan Kelas V Sekolah Dasar”.

2. METODE

Penelitian ini menggunakan jenis pengembangan dan penelitian (research and development/R&D). Definisi R&D juga dijelaskan oleh Rahardjanto dan Husamah
(2022) sebagai sebuah proses mengembangkan seperangkat sarana pendidikan yang dilakukan berdasarkan suatu studi pendahuluan yang menggunakan berbagai
metode dan tahapan agar menjadi sebuah produk. Model yang digunakan pada pengembangan ini adalah model ADDIE ( Analysis, Design, Development,
Implementation, and Evaluation) yang diadaptasi dari model yang disampaikan oleh Sugiyono (2017).

Subjek dalam pengembangan Modul Elektronik Berkearifan Lokal Satua Bali untuk pembelajaran IPAS siswa kelas IV ini adalah e-modul itu sendiri. Uji
kelayakan melibatkan para pakar yang masing-masing terdiri atas 2 orang ahli yang berkompeten dalam memvalidasi kelayakan modul elektronik yang akan
dikembangkan, baik kelayakan dari segi materi/isi, media dan bahasa. Selanjutnya, uji kepraktisan melibatkan 6 orang guru kelas IV yang mengajar IPAS serta 8
orang siswa kelas IV di SD Negeri 1 Banjar Jawa. Untuk pengujian keefektifan e-modul, terdapat 76 orang siswa kelas IV yang diambil dari kelas IV A dan IV B
di SD Negeri 1 Banjar Jawa.

Teknik pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan dengan metode kuesioner dan tes. Metode kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh
hasil uji validitas media, desain, isi materi, dan respons siswa terhadap modul elektronik yang dikembangkan. Sementara itu, tes hasil belajar IPAS dapat
diberikan dalam bentuk uraian dan objektif. Jenis tes yang akan digunakan pada penelitian ini adalah tes objektif (pilihan ganda) yang terdiri atas 20 soal.
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini meliputi lembar kuesioner validitas (ahli media, ahli materi, dan ahli bahasa), lembar kepraktisan guru dan siswa,
tes pilihan ganda yang ditancang dengan memperhatikan capain pembelajaran dan tujuan pembelajaran. Pada uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian,
diperoleh bahwa lembar kuesioner seluruhnya dan butir tes hasil belajar IPAS yang dirancang telah terkriteria valid dan reliabel sehingga dapat dipergunakan
dalam pengumpulan data.

Penelitian ini dilaksanakan dengan beberapa prosedur meliputi proses analisis, perancangan, pengembangan, implementasi, dan evaluasi. Pada tahapan analisis,
dilaksanakan analisis kebutuhan terlebih dahulu. Hasil analisis kebutuhan diperoleh hasil bahwa baik guru maupun siswa sangat membutuhkan modul ajar yang
inovatif dan sesuai dengan karakteristik siswa milineal saat ini. Disamping itu, di sekolah tersebut belum terdapat modul yang bermuatan kearifan lokal karena
bahan ajar pembelajaran IPAS masih terbatas. Tahapan kedua yaitu desain, dimana aktivitas yang dilaksanakan yakni merancang desain modul elektronik yang
ditentukan. Dalam tahapan pengembangan ini, terdapat beberapa langkah yang perlu dilakukan yaitu menyusun produk E-modul, melaksanakan uji validitas dan
kepraktisan produk. Selanjutnya dalam tahapan implementasi, dilaksanakan uji coba lapangan dengan siswa kelas IV SD Negeri 1 Banjar Jawa yang berjumlah
76 dari dua kelas yang berbeda. Siswa tersebut berasal dari siswa dengan hasil belajar yang bervariasi dari hasil belajar tinggi, rendah dan sedang. Tahapan akhir
merupakan tahap evaluasi. Tahapan ini menjadi langkah finalisasi yang bertujuan menyempurnakan pengembangan modul elektronik berkearifan lokal satua bali
untuk pembelajaran IPAS kelas IV SD.

Metode analisis dalam penelitian pengembangan ini melibatkan dua metode, yaitu analisis deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif. Teknik analisis
deskriptif kualitatif bertujuan untuk menjelaskan dan menganalisis data-data yang dinyatakan dengan kalimat dan kata-kata (Suharman, Utami, dan Dewi, 2020).
Metode analisis deskriptif kuantitatif pada e-modul yang dikembangkan adalah uji validitas bahan ajar digital yang terdiri dari; uji ahli media, , ahli materi, dan
ahli bahasa, uji kepraktisan dan uji efektivitas.

Rata-rata skor yang diperoleh kemudian dikonversikan menggunakan pedoman konversi skala lima untuk mengetahui validitas E-modul yang dikembangkan
seperti Tabel 1.

Tabel 1. Pedoman Konversi Skala Lima

No Rentangan Skor Predikat

1 4,00 <X≤5,01 Sangat baik

4
Penulis Pertama et al.

2 3,33<X≤4,00 Baik
3 2,66<X≤3,33 Cukup
4 1,99<X≤2,66 Tidak Baik
5 0,99<X≤1,99 Sangat Tidak Baik

Analisis data kepraktisan diperoleh dari lembar uji kepraktisan yang diberikan kepada guru dan siswa. Hasil keseluruhan jawaban pada responden dianalisis
dengan rumus persentase berikut.
Jumlah skor tiap pernyataan
Kepraktisan= × 100 %
Jumlah responden

Hasil tersebut dapat diinterpretasikan sesuai dengan Tabel kategori pada Tabel 2.

Tabel 2. Persentase Kepraktisan

No Persentase (%) Kategori

1 0-20% Tidak Praktis


2 21-40% Kurang Praktis
3 41-60% Cukup Praktis
4 61-80% Praktis
5 81-100% Sangat Praktis

Hasil uji efektivitas modul elektronik yang dikembangkan diuji dengan One Shot Case Study. Utari, Budhyani, dan Angendari (2020) metode One Shot Case
Study ini adalah dimana satu kelompok eksperimen diberikan perlakuan (treatment), setelah dilaksanakan perlakuan kepada siswa, maka diberikan post-test untuk
mengukur tingkat hasil belajar siswa. Hasil analisis efektifitas dilaksanakan dengan uji prasyarat yakni uji normalitas terlebih dahulu. uji normalitas dalam
penelitian ini menggunakan uji komogorov-smirnov berbantuan SPSS-20. Selanjutnya untuk menguji hipotesis dalam menentukan efektivitas pengembangan E-
modul terhadap peningkatan hasil belajar IPAS kelas IV SD. Uji hipotesis ini menggunakan rumus t-test dengan ketentuan sebagai berikut:

H0 : 0 ≤ KKM

Ha : 0 > KKM

dengan: 0 = Rata-rata hasil belajar IPAS kelas IV yang diberi pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar digital. Setelah diperoleh thitung maka
dibandingkan dengan ttabel dengan derajat kebebasan (dk)= n-1, dengan n adalah banyak sampel, taraf signifikan 5 %. Selanjutnya, membandingkan thitung
dengan ttabel

Ha diterima : thitung > ttabel

Ho diterima : thitung < ttabel

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan rancang bangun produk E-modul berkearifan lokal satua bali untuk pembelajaran IPAS kelas IV SD. Pembuatan
produk ini dilaksanakan melalui software Microsoft Office Powerpoint dan Flip PDF Professional yang menghasilkan luaran berupa .Pdf. Media kemudian
disimpan sehingga dapat diakses dari berbagai jenis gadget, seperti smartphone, tablet, PC, dan laptop. Produk media yang telah dikembangkan dapat digunakan.
Produk modul berkearifan lokal satua bali yang dikembangkan terdiri atas 53 halaman (termasuk cover depan dan belakang). Produk media memuat beberapa
fitur yang disesuaikan dengan kebutuhan penggunaannya, seperti prakata, petunjuk penggunaan, tujuan pembelajaran, petunjuk penggunaan, materi
pembelajaran, soal latihan, rangkuman, dan biodata penyusun. Materi modul berkearifan lokal satua bali meliputi muatan pembelajaran IPAS dengan 2 lingkup
materi pada jenjang kelas IV sekolah dasar yaitu Mengubah Bentuk Energi dan Cerita tentang Daerahku. Beberapa gambar produk pengembangan E-modul
berkearifan lokal satua bali ini disajikan pada Gambar 1 dan 2.

5
Judul Artikel

Gambar 1. Tampilan Depan E-Modul

Gambar 2. Tampilan Depan E-Modul

Pengembangan E-modul berkearifan lokal satua bali pembelajaran IPAS Kelas IV Sekolah Dasar yang dikembangkan perlu dilaksanakan uji kelayakan pada hasil
produk ditinjau dari ahli media, materi dan bahasa. Uji ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan validitas pada E-modul berkearifan lokal Satua Bali
yang telah dirancang. Beberapa ahli yang dilibatkan pada uji validitas ini yakni ahli materi, ahli media maupun ahli bahasa. Berdasarkan hasil analisis, maka
dapat dicantumkan hasil uji validitas/kelayakan E-modul yang dikembangkan sesuai Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Analisis Validitas E-Modul Berkearifan Lokal Satua Bali


Aspek Rata-Rata Nilai Validitas Persentase Kelayakan/Validitas Keterangan

Ahli Materi 4,85 97,00% Sangat Valid

Ahli Media 4,76 95,45% Sangat Valid

Ahli Bahasa 4,71 94,28% Sangat Valid

Berdasarkan Tabel 3 diperoleh bahwa nilai validitas dari ahli materi diperoleh rata-rata nilai 4,85 dengan persentase 97,00%. Pada ahli media diperoleh nilai rata-
rata validitas sebesar 4,76 dengan besar persentase sebanyak 95,45%. Kemudian dari ahli bahasa mendapatkan nilai validitas dengan rerata 4,71 serta persentase
94,28%. Berdasarkan tabel konversi rata=rata dan persentase validitas, maka dapat dinyatakan bahwa validitas E-modul berbasis Berkearifan Satua Bali ini jika
dilihat dari validitas ahli materi, ahli media dan ahli bahasa berada pada kategori validasi “Sangat Baik” sehingga bermakna bahwa produk E-modul berkearifan
lokal Satua Bali ini layak untuk digunakan pada pembelajaran IPAS kelas IV.

Modul elektronik berkearifan lokal Satua Bali yang dikembangkan ini kemudian diuji kepraktisannya. Uji kepraktisan bertujuan untuk mengetahui besarnya
tingkat kepraktisan produk E-modul yang dihasilkan terhadap pembelajaran IPAS. Uji ini melibatkan para praktisi (guru) di SD Negeri 1 Banjar Jawa yaitu
sebanyak 6 orang guru dan praktisi (siswa) sejumlah 8 orang siswa. Hasil uji kepraktisan yang dinilai oleh guru dan siswa dapat disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Analisis Kepraktisan E-Modul Berkearifan Lokal Satua Bali


Aspek Persentase Kepraktisan Keterangan

Kepraktisan Siswa 93,84% Sangat Praktis

Kepraktisan Guru 98,46% Sangat Praktis

6
Penulis Pertama et al.

Tabel 4 menyajikan bahwa persentase hasil analisis kepraktisan E-modul Berkearifan Lokal Satua Bali pada pembelajaran IPAS yang dinilai oleh siswa sebanyak
93,84%. Kemudian, nilai analisis kepraktisan oleh guru diperoleh persentase sebesar 98,46%. Hal ini jika disesuaikan dengan konversi persentase kepraktisan
bahwa E-modul ini memiliki tingkat kepraktisan yang “Sangat Praktis”. Oleh sebab itu, dapat diinterpretasikan bahwa Modul Elektronik berkearifan lokal satua
bali ini sangat praktis digunakan dalam pembelajaran IPAS kelas IV SD.

Uji efektivitas ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas E-modul berkearifan lokal Satua Bali yang dikembangkan dalam pelaksanaan pembelajaran
IPAS Kelas IV SD. Uji efektivitas ini dilaksanakan dengan memberikan soal pilihan ganda sebanyak 20 soal setelah penggunaan E-modul digunakan oleh siswa.
Penilaian efektivitas ini menggunakan rancangan One Shot Case Study dengan memberikan tes kognitif sebagai post-test. Hasil yang diperoleh pada pelaksanaan
post-test kemudian dianalisa dengan uji t dengan SPSS. Namun, sebelumnya uji normalitas data perlu dilaksanakan sebagai uji prasyarat untuk mengetahui data
nilai siswa telah terdistribusi dengan normal ataupun tidak.

Hasil Kolmogorov-Smirnov pada data hasil belajar IPAS Kelas IV yaitu .187 ≤ 0.05. Sesuai dengan kriteria pada uji normalitas, apabila nilai Kolmogorov-
Smirnov ≤ 0.05, maka hal ini bermakna bahwa data sudah terdistribusi secara normal dan uji t dapat dilanjutkan. Berdasarkan analisis melalui SPSS for windows
dapat disajikan hasil analisis pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Analisis Deskriptif (Hasil Belajar IPAS)


Hasil Belajar Mean 78,62

Nilai Minimum 60,00

Nilai Maksimum 95,00

Tabel 5 mendeskripsikan hasil rata-rata yang diperoleh siswa setelah menggunakan E-modul Berkearifan Lokal Satua Bali ini sebesar 78,62.

Tabel 6. Hasil Uji T-test Satu Sampel

One-Sample Test
Test Value = 70

95% Confidence Interval of the Difference


t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Lower Upper
Hasil_Belajar 8.236 31 .000 11.938 8.98 14.89

Tabel 6 menyatakan bahwa nilai T-hitung sebesar 8.236 yang mana ≥ t-tabel yaitu 1.990. Berdasarkan kriteria uji hipotesis, dinyatakan bahwa t hitung ≥ t-tabel,
artinya Hα diterima dan H0 ditolak. Sementara apabila t hitung ≤ t-tabel, artinya H0 diterima dan Hα ditolak. Maka dari itu, karena t hitung ≥ t-tabel, artinya Hα
“Terdapat peningkatan rata-rata hasil belajar IPAS siswa Kelas IV SD setelah menggunakan E-modul berkearifan Lokal Satua Bali” diterima dan H0 ditolak.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa Modul elektronik Berkearifan Lokal Satua Bali yang dikembangkan efektif digunakan untuk pembelajaran IPAS
Kelas IV SD.
Pembahasan
Pengembangan modul elektronik berkearifan lokal Satua Bali ini disusun dengan model ADDIE. Berdasarkan hasil yang dijelaskan dapat dinyatakan bahwa
produk pengembangan E-modul kearifan lokal Satua Bali ini telah terbukti valid, praktis dan efektif untuk meningkatkan hasil belajar IPAS siswa kelas IV SD.

Hasil validitas ahli materi yang Sangat Valid karena beberapa alasan yang berkontribusi, diantaranya dilihat dari indikator kualitas materi (content quality), tujuan
pembelajaran, umpan balik, dan motivasi yang diberikan. Isi materi yang disusun pada E-modul sudah sesuai dengan lingkup materi IPAS serta karakteristik
yang seharusnya ditujukan untuk kelas IV sekolah dasar. Selain itu aktivitas dan tujuan pembelajaran yang diintegrasikan pada E-modul berkearifan lokal ini
telah sesuai dengan tuntutan capaian pembelajaran IPAS pada kurikulum Merdeka Belajar khususnya lingkup materi Mengubah Bentuk Energi, dan materi Cerita
Tentang Daerahku.

Sementara itu, hasil uji validitas dari ahli media telah diperoleh bahwa nilai tersebut berada pada kategori “Sangat Baik”. Hal ini diatribusikan oleh beberapa hal
yang mendukung pada modul elektronik yang dibuat, yakni kelayakan kegrafikan, daya tarik, dan penyajiannya. Pertama, ditinjau dari aspek kelayakan
kegrafikan diperoleh bahwa desain media gambar dan video pada E-modul ditampilkan secara menarik dengan mengikuti format E-modul yang semestinya.
Kedua, E-modul yang dihasilkan memiliki daya tarik yang sangat baik, dimana hasil ini dibuktikan dengan penilaian ahli media yang menyetujui bahwa tampilan
isi media pda E-modul sudah menarik, soal-soal evaluasi ditampilkan secara kreatif, dan gambar yang digunakan telah sesuai dengan karakteristik siswa kelas IV.
Ketiga, dari aspek penyajian, ahli media menilai bahwa E-modul yang dikembangkan telah disajikan dengan warna font, gambar serta ketepatan pengaturan
hurufnya dengan baik. Maka dari itu, hal ini mengindikasikan bahwa dari kelayakan media, E-modul kearifan lokal Satua Bali yang dihasilkan telah terkategori
Sangat Baik.

Selain hasil validitas ahli materi dan ahli media, uji kelayakan juga dilihat dari bahasa dengan penilaian dari ahli bahasa. Hasil penilaian kelayakan ahli bahasa
memperoleh hasil Sangat Valid, karena bahasa yang digunakan telah memenuhi tata bahasa E-modul yang seharusnya. E-modul kearifan lokal Satua Bali yang

7
Judul Artikel

dihasilkan ini telah disusun dengan memperhatikan tata bahasa yang tepat. Bahasa yang komunikatif sangat diperlukan dalam penyusunan E-modul, sebab
jenjang sekolah dasar memiliki karakteristik belajar yang berbeda dimana bahasa harus disesuaikan dengan kemampuan bahasa anak kelas IV sekolah dasar.
Pernyataan ini sesuai dengan Setiawan et al., (2020) bahwa bahasa yang baik dan benar dalam pengembangan bahan ajar atau modul perlu memperhatikan
beberapa kategori, seperti kejelasan bahasa, petunjuk penggunaan jelas, mudah dibaca, menggunakan tanda baca yang tepat, gambar dan deskripsi teks sesuai,
video dengan teks deskripsi, dan suara dalam video sesuai dengan kemampuan bahasa siswa.

Modul pembelajaran elektronik ini dinyatakan telah praktis untuk pembelajaran IPAS kelas IV SD. Hal ini dikarenakan E-modul memiliki kepraktisan dalam
media, materi dan manfaat. Dilihat pada aspek manfaat, penggunaan E-modul ini mampu memotivasi siswa dalam belajar sehingga siswa termotivasi dalam
mengikuti pembelajaran. Dilihat dari aspek materinya, seluruh materi yang ada pada E-modul telah disusun secara runtut dengan penggunaan font dan EYD yang
sesuai. Ini sesuai dengan pendapat Nita (2020) bahwa modul pembelajaran yang praktis perlu memuat sifat self-instructional yang artinya hanya mencakup satu
materi pembelajaran saja sehingga siswa benar fokus pada materi yang sedang diajarkan. Ditinjau dari aspek media, E-modul ini dikembangkan dengan media
video maupun gambar sehingga memudahkan siswa memahami isi materi. Selain itu, E-modul telah dilengkapi oleh soal evaluasi sehingga siswa dapat
menggunakan secara mandiri E-modul melalui bantuan akses melalui laptop ataupun komputer. Hal ini sesuai dengan pendapat Nita (2020) bahwa modul
memberikan manfaat seperti Stand-alone artinya dapat digunakan sendiri jadi tidak bergantung dengan media lain. Kemudian, E-modul yang dihasilkan dapat
digunakan dengan mudah oleh para praktisi. Hal ini mengambarkan bahwa E-modul berbasis kearifan lokal ini mengandung unsur user friendly.

Modul elektronik berbasis kearifan lokal ini dikembangkan dengan mengadopsi Satua Bali yaitu Satue Macan Nyate I Kakue. Dalam cerita (satua) Bali tersebut,
diceritakan bahwa seekor harimau ingin menjadikan kura-kura sebagai sate. Dalam proses pembuatan sate tersebut secara implisit siswa diarahkan untuk
memikirkan energi yang diperlukan untuk mematangkan sate. Ini mengindikasikan bahwa kearifan lokal dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna
sebab siswa dapat menguasai pembelajaran berdasarkan pengalaman yang mereka pernah alami atau temukan dalam lingkungan sekitarnya. Kearifan lokal adalah
pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab
berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka (Hidayanto et al., 2016; Mazid et al., 2020; Pratama et al., 2021). Pengenalan kearifan lokal yang ada di
sekitar penting sebagai bentuk pelestarian budaya lokal. Untuk mencintai NKRI, peserta didik terlebih dahulu diajari untuk mencintai budaya kearifan lokal
daerahnya (Hasibuan, 2022). Kelebihan e-modul adalah dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu sehigga dapat digunakan dimanapun dan kapanpun
(Mutmainah et al., 2021).

Modul elektronik berbasis kearifan lokal yang dikembangkan telah valid, praktis dan efektif untuk meningkatkan hasil belajar IPAS kelas IV. Hal ini sesuai
dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Modul berbasis kearifan lokal dikembangkan bertemakan pendidikan untuk siswa kelas III SD (Nurrahmi, 2018).
menunjukkan modul ini dinyatakan telah layak digunakan. Modul serupa juga telah dirancang oleh (Sukaenah et al., 2019) dengan bermuatan kearifan lokal
Banten pada mata pelajaran IPS. Pengembangan modul pembelajaran IPA berbasis kearifan lokal Desa Sembalun telah dikembangkan untuk meningkatkan hasil
belajar kognitif siswa MTs di Kabupaten Lombok Barat (Fitriani et al., 2019). Modul pembelajaran tematik kelas V SD berkearifan lokal telah valid dan praktis
sehingga layak dipergunakan pada pembelajaran (Mufaridah et al., 2020). Modul pembelajaran IPA berbasis kearifan lokal yang valid, praktis dan efektif telah
dikembangkan untuk kelas tinggi sekolah dasar (Widiya et al., 2021). Hasil uji praktisi pada kualitas modul yang dirancang memperoleh kategori sangat layak
dilihat dari segi desain, bahasa, maupun isinya sehingga modul ini layak diterapkan pada sistem pembelajaran (Yuniarti et al., 2021).

Selain terbukti valid, praktis, dan efektif, modul elektronik berbasis kearifan lokal Satua Bali ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan produk E-
modul lainnya. Kelebihan tersebut diantaranya, (a) E-modul ini memuat dua lingkup materi pembelajaran IPAS yaitu mengubah bentuk energi dan cerita tentang
daerahku sehingga memudahkan proses pembelajaran IPAS kelas IV secara mandiri; (b) E-modul ini berbasis kearifan lokal Satua Bali dimana hal ini
memberikan tambahan pengetahuan kepada siswa tentang kearifan lokal yang ada di sekitarnya; (c) penjelasan materi pada E-modul didukung dengan media
gambar dan video yang menarik; (d) pemilihan Satua Bali yang diintegrasikan pada E-modul disesuaikan dengan lingkup materi pada pembelajaran IPAS.

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dinyatakan bahwa pengembangan E-modul berbasis kearifan lokal telah valid, praktis dan efektif untuk meningkatkan
hasil belajar siswa kelas IV SD. Penelitian ini memberikan implikasi terhadap pembelajaran IPAS dimana kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan dengan
efesien sebab modul ini dapat diakses menggunakan laptop maupun smartphone. E-modul berkearifan lokal ini sekaligus memberikan implikasi terhadap
pengetahuan siswa mengenai Satua Bali yang ada di daerah Bali sehingga memudahkan penguasaan materi dan berdampak pada peningkatan rata-rata hasil
belajar IPAS pada siswa.

4. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat ditarik simpulan yaitu penelitian pengembangan ini menghasilkan Modul Elektronik Berbasis Kearifan Lokal
Satua Bali dengan spesifikasi di antaranya terdiri atas 53 halaman (termasuk cover depan dan belakang), berbentuk luaran .Pdf, serta memuat beberapa fitur
lengkap mulai dari petunjuk penggunaan, tujuan pembelajaran, petunjuk penggunaan, materi pembelajaran, soal latihan, rangkuman, dan biodata penyusun.
Merujuk pada hasil uji validitas, kepraktisan, dan uji efektivitas, dapat dinyatakan bahwa E-modul berkearifan lokal satua Bali ini telah valid, praktis dan efektif
untuk peningkatan hasil belajar IPAS siswa kelas IV SD Negeri 1 Banjar Jawa.

8
Penulis Pertama et al.

Hasil yang valid, praktis dan efektif pada e-modul tersebut memberikan harapan untuk perbaikan pembelajaran IPAS pada kelas IV. Dengan hasil tersebut, siswa
direkomendasikan untuk memanfaatkan E-modul ini sebagai sumber belajar mandiri yang dapat diakses dan dipelajari secara individu sehingga meningkatkan
hasil belajar sekaligus sikap kemandirian belajar. Guru sekolah dasar juga disarankan untuk menggunakan kajian ini sebagai acuan dalam pengembangan produk
atau bahan ajar untuk mata pelajaran lainnya. Bagi pemerhati pendidikan, dapat disarankan untuk menggunakan penelitian ini sebagai tambahan rujukan dalam
pengembangan sumber-sumber belajar. Selanjutnya, untuk peneliti yang melaksanakan pengembangan serupa disarankan untuk menggunakan hasil penelitian ini
sebagai rujukan ataupun referensi dalam pelaksanaan pengembangan modul ajar dengan tema berbeda serta jenjang kelas lainnya.

5. UCAPAN TERIMAKASIH

Puja dan puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat-Nya lah penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik dan mampu
memberikan manfaat yang bermakna bagi ranah pendidikan. Ucapan terima kasih disampaikan kepada kelas IV SD Negeri 1 Banjar Jawa yang telah berkenan
terlibat sebagai subjek penelitian ini. Kemudian, ucapan terima kasih ditujukan kepada Guru Sekolah Dasar Negeri 1 Banjar Jawa beserta Kepala Sekolah yang
berkenan menjadi praktisi dalam penelitian ini serta mengijinkan penelitian ini dilaksanakan. Ucapan terima kasih tidak luput disampaikan kepada kedua dosen
Pembimbing Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha yaitu Bapak Prof. Dr. I Ketut Gading, M. Psi selaku Dosen Pembimbing 1 dan Prof. Dr. Dewa Bagus
Sanjaya, M.Si sebagai Dosen Pembimbing 2 yang senantiasa memberikan masukan, saran, kritikan yang membangun sehingga penelitian ini dapat diselesaikan
dengan baik. Dengan hasil pengembangan modul tersebut, diharapkan pendidikan sekolah dasar khususnya pembelajaran IPAS dapat terlaksana dengan baik.

6. DAFTAR RUJUKAN

Apsari, N. P. D. M. (2020). Nilai-Nilai Pancasila dalam Cerita Rakyat Bali sebagai


Pembelajaran dan Penanaman Karakter Bangsa. Suluh Pendidikan, 18(1), 131–147.
Atmaja, A. T., Murthadho, N., & Akbar, S. (2021). Pengembangan E-modul Berbasis Kearifan Lokal dan Kecakapan Hidup. Jurnal Pendidikan: Teori,
Penelitian dan Pengembangan, 6(11), 1673-1678. http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/
Darmayasa, I. K., Jampel, N., & Simamora, A. (2018). Pengembangan E-Modul Ipa Berorientasi Pendidikan Karakter Di Smp Negeri 1 Singaraja. Jurnal
Edutech, 6(1), 53–65.
Eresti, A. (2021). Pengembangan E-Modul IPA Terpadu Berbasis Project Based Learning pada Materi Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan Siswa Kelas VIII
SMPN 6 Kota Bengkulu. Institut Agama Islam Negeri Bengkulu.
Fitriani, N., Efendi, I., & Harisanti, B. M. (2019). Pengembangan Modul Pembelajaran IPA Berbasis Kearifan Lokal Desa Sembalun untuk Peningkatan Hasil
Belajar Kognitif Siswa MTs. Bioscientist: Jurnal Ilmiah Biologi, 7(1), 68–78.
Hasibuan, H. A. (2022). Peran Modul Berbasis Kearifan Lokal Untuk Mendukung Pendidikan Merdeka Belajar. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dasar,
1(1), 1–10. https://doi.org/10.34007/ppd.v1i1.201
Hidayanto, F., Sriyono, & Ngazizah, N. (2016). Pengembangan Modul Fisika SMA Berbasis Kearifan Lokal Untuk Mengoptimalkan Karakter Peserta Didik.
Radiasi, 9(1), 24–29.
Khoirurosyadah, R., & Rachmadyanti, P. (2022). Pengembangan E-Modul Rambusi Berorientasi Budaya Lokal Pembelajaran IPS Kelas IV Sekolah Dasar.
JPGSD, 10(4), 914-924.
Laili, I., Ganefri, & Usmeldi. (2019). Efektivitas Pengembangan E-Modul Project Based Learning Pada Mata Pelajaran Instalasi. Jurnal Ilmiah Pendidikan Dan
Pembelajaran, 3(3), 306–315.
Margunayasa, I. G. (2021). Pembelajaran Berbasis Nilai Karakter dalam Satua Bali. Jurnal Pendidikan AURA (Anak Usia Raudhatul Atfhal), 2(1).
https://doi.org/10.37216/aura.v2i1.460
Mazid, S., Prasetyo, D., & Farikah, F. (2020). Nilai Nilai Kearifan Lokal Sebagai Pembentuk Karakter Masyarakat. Jurnal Pendidikan Karakter, 10(2), 249–262.
https://doi.org/10.21831/jpk.v10i2.34099
Mufaridah, Santoso, J. T., & Madjdi, A. H. (2020). Pengembangan Modul Pembelajaran Tematik Kelas V SD Berbasis Kearifan Lokal untuk Pengenalan Budaya
Sedan Rembang. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan, 4(3), 500–505.
Mutmainah, M., Aunurrahman, A., & Waneri, W. (2021). Efektivitas Penggunaan E-Modul Terhadap Hasil Belajar Kognitif Pada Materi Sistem Pencernaan
Manusia Di Madrasah Tsanawiyah. Jurnal Basicedu, 5(3), 1625–1631.
Nurrahmi, R. (2018). Pengembangan Modul Berbasis Kearifan Lokal Daerah Istimewa Yogyakarta untuk Siswa Kelas III Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan
Guru Sekolah Dasar, 17(7), 1–11.
Nurvitasari, U., Suyoto., & Ngazizah, N. (2022). Pengembangan E-modul Interaktif dengan Pendekatan CTL Berbasis Kearifan Lokal Kelas V Tema 6 Panas dan
Perpindahannya. Journal on Teacher Education, 4(2), 314-323.
Oksa, S., & Soenarto, S. (2020). Pengembangan E-Modul Berbasis Proyek untuk Memotivasi Belajar Siswa Sekolah Kejuruan. Jurnal Kependidikan, 4(1), 99–

9
Judul Artikel

111.
Prananda, G., & Hadiyanto. (2019). Korelasi Antara Motivasi Belajar Dengan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu,
3(3), 909–915.
Pratama, F., Firman, & Neviyarni. (2019). Pengaruh Motivasi Belajar Ipa Siswa Terhadap Hasil. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 1(3), 280–286.
Pratama, R. B., Fikriyah, & Rohaeti, T. (2021). Pengembangan E-Modul Bemuatan Kearifan Lokal Pada Pembelajaran Tematik Di Kelas V. Kreatif: Jurnal
Kependidikan Dasar, 1(2), 15–25.
Siregar, A. D., & Harahap, L. K. (2020). Pengembangan E-Modul Berbasis Project Based Learning Terintegrasi Media Komputasi Hyperchem pada Materi
Bentuk Molekul. JPPS: Jurnal Penelitian Pendidikan Sains, 10(01), 1925–1931.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta, CV.
Sukaenah, Q., Damanhuri, & Yuliana, R. (2019). Pengembangan Modul Budaya Berbasis Kearifan Lokal Banten pada Mata Pelajaran IPS. Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan, 2(1), 759–768.
Syahrial, Asrial, Kurniawan, D. A., & Piyana, S. O. (2019). E-Modul Etnokontruktivisme: Implementasi Pada Kelas V Sekolah Dasar Ditinjau Dari Persepsi,
Minat Dan Motivasi. JTP - Jurnal Teknologi Pendidikan, 21(2), 165–177. https://doi.org/10.21009/jtp.v21i2.11030
Utari, U., Degeng, I. N. S., & Akbar, S. (2016). Pembelajaran Tematik Berbasis Kearifan Lokal di Sekolah Dasar Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi
Asean (MEA). Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran, 1(1), 39-44.
Warti, E. (2016). Pengaruh Motivasi Belajar Siswa terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa di SD Angkasa 10 Halim Perdana Kusuma Jakarta Timur. Jurnal
Mosharafa, 5(2), 177–185.
Widiya, M., Lokaria, E., & Sepriyaningsih. (2021). Pengembangan Modul Pembelajaran IPA Berbasis Kearifan Lokal Kelas Tinggi di Sekolah Dasar. Jurnal
Basicedu, 5(5), 3314–3320. https://doi.org/DOI : https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i5.1281 ISSN
Wijayanti, N. P. A., Damayanthi, L. P. E., Sunarya, I. M. G., & Putrama, I. M. (2016). Pengembangan E-Modul Berbasis Project Based Learning Pada Mata
Pelajaran Simulasi Digital Untuk Siswa Kelas X Studi Kasus Di Smk Negeri 2 Singaraja. Jurnal Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan, 13(2), 184–197.
Wulandari, C. P. R., Sunardin, & Nurasia. (2021). Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas IV SDN Segugus III Bajo Kabupaten
Luwu. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, 1(2), 83–88.
Wulandari, D. D., Adnyana, P. B., & Santiasa, I. M. P. A. (2020). Penerapan E-Modul Interaktif terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran
Biologi Kelas X. Jurnal Pendidikan Biologi Undiksha, 7(2), 66–80.
Yuniarti, I., Karma, I. N., & Istiningsih, S. (2021). Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal Tema Cita-Citaku Subtema Aku Dan Cita-
Citaku Kelas Iv. Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 6(4), 691–697.
Zaharah, Z., & Susilowati, A. (2020). Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Dengan Menggunakan Media Modul Elektronik Di Era Revolusi Industri
4.0. Biotik, 6(2), 145–158. https://doi.org/10.22437/bio.v6i2.8950

10

Anda mungkin juga menyukai