Anda di halaman 1dari 18

BAB I

LATAR BELAKANG

A. Deskripsi Umum

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan bahwa yang


dimaksud dengan kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental,
spiritual maupun sosial, yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis. Dari makna tersebut dapat dijelaskan bahwa
pembangunan kesehatan pada dasarnya menyangkut semua segi kehidupan
masyarakat, dan berlangsung bagi setiap individu, tak terkecuali mereka yang
berada di Lapas dan Rutan, Untuk lebih meningkatkan pelaksanaan hak pelayanan
kesehatan pada Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara, maka
diterbitkan peraturan yang lebih operasional yang berpedoman pada Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, dan sebagai tindak lanjut dari
dua Peraturan Pemerintah di atas, maka diterbitkan juga Peraturan Menteri Hukum
Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2013 tentang Tata
Tertib Lembaga Pemasyarakatan Dan Rumah Tahanan Negara, sebagaimana
dalam Pasal 6 ayat (1) Untuk kepentingan perawatan kesehatan atau pengobatan,
Narapidana atau Tahanan dapat mengkonsumsi obat-obatan setelah mendapatkan
izin dan berada dalam pengawasan dokter dan/atau paramedis Lapas atau Rutan,
Salah satu bentuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah pelayanan
obat, kemudahan memperoleh obat yang dibutuhkan, keterjangkauan, dan dalam
jumlah yang mencukupi. Ada banyak faktor yang melatarbelakangi kemampuan
untuk menghadirkan kualitas pelayanan prima dibidang obat ini diantaranya adalah
adanya Masyarakat yang mengirimkan obat melalui kunjungan buat kebutuhan
warga binaan Lapas Kelas IIB Tuban sehingga mengakibatkan adanya pengelolaan
obat yang kurang efektif mulai dari penerimaan obat sampai dengan
pendistribusian obat yang masuk ke dalam klinik pratama Lapas Tuban, berawal
dari isu tersebut bahwa diperlukan pengelolaan yang baik dan benar serta efektif
dan efisien secara berkesinambungan yaitu dengan cara :

PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR ANGKATAN IX 1


PUSLATBANG KMP LAN RI MAKASSAR
1. Penerimaan dan kesediaan obat serta bahan medis yang habis pakai dengan
berorientasi pada pasien (Warga Binaan Pemasyarakatan) Lapas Kelas IIB
Tuban, dengan filosofi pelayanan kefarmasian,
2. Melakukan penyimpanan untuk menjaga mutu dan kualitas produk dari obat
yang akan didistribusikan kepada pasien dalam hal ini adalah Warga bInaan
Pemasyarakatan Kelas IIB Tuban,
3. Pendistribusian obat yang baik dan benar melalui system dan sesuai dengan
Standar Operasional Prosedur.
Sehubungan dengan upaya perawatan kesehatan bagi para tahanan, anak dan
warga binaan di Lapas Tuban. Pada awal tahun 2023 telah berdiri Klinik Pratama
yang sudah berizin dari dinas Kesehatan kabupaten tuban, yang mana merupakan
tindak lanjut dari prioritas kinerja pimpinan baik pusat maupun daerah. Klinik Pratama
Lapas Tuban berdiri dengan persetujuan sertifikat standar usaha klinik, pratama
rawat jalan Nomor : 503/SSK/152/414.111.3/2023 dari dinas Kesehatan Kabupaten
Tuban. Untuk menunjang pelayanan klinik ini didukung oleh SDM yaitu 1 orang
dokter berstatus PNS, 1 orang dokter perbantuan dari dinas puskesmas kebonsari
dengan kontrak kerja, dan Satu orang tenaga Perawat honorer, maka Project Leader
mencoba mengangkat proyek perubahan berupa ”SISTEM PELAYANAN OBAT
TERPADU (SPOT) KLINIK PRATAMA LAPAS TUBAN”.

PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR ANGKATAN IX 2


PUSLATBANG KMP LAN RI MAKASSAR
B. Tujuan Proyek Perubahan

Proyek perubahan tidak serta merta terbentuk dengan sendirinya. Proyek


perubahan diproses melalui pengamatan dan identifikasi permaslahan yang ada
pada tugas pokok dan fungsi. Dalam memujudkan proyek perubahan terdapat
langkah langkah atau tahapan kegiatan yang harus dilalui yaitu jangka pendek,
jangka menengah dan jangka panjang. Adapun kegiatan yang dilakukan di jangka
pendek sebagai berikut :
a. Jangka Pendek adalah terlaksananya sistem pelayanan obat terpadu pada klinik
pratama lapas tuban.
b. Jangka Menengah terlaksananya digitalisasi sistem pelayanan obat terpadu klinik
pratama lapas tuban.
c. Jangka Panjang terlaksananya proses replikasi sistem pelayanan obat terpadu
pada Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan lain di wilayah kerja
Kemeterian Hukum dan Hak Asasi Manusia Jawa timur.

C. Manfaat Proyek Perubahan

Adapun manfaat proyek perubahan ini terbagi dalam 2 (dua) kategori sebagai
berikut:

1. Manfaat Bagi Organisasi


- Mendukung percepatan reformasi birokrasi dan digitalisasi;
- Memperbaiki kinerja yang lebih akuntabel
- Meningkatkan kualitas prosedur layanan
- Meningkatkan sistem, proses pengelolaan obat-obatan yang jelas, efektif,
efisien, terukur dan sesuai dengan prinsip-prinsip good governance
2. Manfaat bagi peserta
- Meningkatkan kemampuan managerial;
- Mempermudah pekerjaan;
- Sebagai pelopor proyek perubahan

PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR ANGKATAN IX 3


PUSLATBANG KMP LAN RI MAKASSAR
D. Ruang Lingkup Proyek Perubahan

Ruang lingkup perubahan meliputi unsur-unsur kebudayaan baik yang


material maupun immaterial. Penekannya adalah pada pengaruh besar unsur-unsur
kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial. Ruang lingkup perubahan
diartikan sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi.
Pengendalian ruang lingkup perubahan. Adapun pada proyek perubahan ini
ditentukan mana saja ruang lingkup perubahannya yakni :
- Menentukan Pihak-pihak yang akan dilaksanakan perjanjian kerja sama atau
PKS;
- Mengumpulkan data yang terkait obat-obat apa saja yang paling dibutuhkan
di lapas;
- Melakukan sosialisasi dan sinergitas kepada tenaga Kesehatan klinik;
- Berkoordinasi dengan stakeholder internal dan Eksternal;
- Berkoordinasi dengan Mentor;
- Berkoordinasi dengan Coach;
- Mensosialisasikan kepada Petugas Lapas Masyarakat dan Warga Binaan
Pemasyarakatan;
- Membentuk tim;
- Mengaplikasikan ke dalam Tugas sehari hari.

PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR ANGKATAN IX 4


PUSLATBANG KMP LAN RI MAKASSAR
BAB II
PROFIL ORGANISASI

1. PROFIL KINERJA ORGANISASI

Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut LAPAS adalah lembaga


atau tempat yang menjalankan fungsi pembinaan terhadap Narapidana diatur
dalam Pasal 1 angka 18 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2022 tentang
Pemasyarakatan. Sedangkan dalam Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 22
Tahun 2022 tentang Pemasyarakatan, yang dimaksud dengan pemasyarakatan
adalah subsistem peradilan pidana yang menyelenggarakan penegakan hukum di
bidang perlakuan terhadap tahanan, anak, dan warga binaan. Dari pengertian
tersebut dapat diketahui bahwa pemasyarakatan merupakan bagian dari system
peradilan pidana terpadu yang menyelenggarakan penegakan hukum di
bidangperlakuan terhadap tahanan , anak, dan warga binaan dalam tahap
praajudikasi, adjudikasi dan pascaadjudikasi. Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB
Tuban merupakan bangunan penjara peninggalan Belanda dan telah mengalami
perubahan bangunan sejak tahun 1975 dengan luas bangunan 5.076 m2, dan
perubahan status Rumah Tahanan Negara Menjadi Lembaga Pemasyarakatan
dengan Surat Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Nomor :
M.05.PR.07.03 Tahun 2003 , tanggal 16 April 2003. Lapas Kelas IIB Tuban
terletak di tengah-tengah kota dengan luas tanah 7.500 m2 yang beralamat di
jalan Veteran No 01 Tuban. Dalam melaksanakan Pelayanan Kesehatan Kepada
para tahanan, anak, dan warga binaan di Lapas Tuban pada awal tahun 2023
telah berdiri Klinik Pratama berizin yang merupakan tindak lanjut atas prioritas
kinerja. Klinik Pratama Lapas Tuban memiliki izin dengan persetujuan sertifikat
standar usaha klinik pratama rawat jalan Nomor : 503/SSK/152/414.111.3/2023
dari dinas Kesehatan Kabupaten Tuban. Untuk menunjang pelayanan klinik ini
didukung oleh SDM yaitu 1 orang dokter berstatus PNS, 1 orang dokter
perbantuan dari puskesmas kebonsari dengan kontrak kerja, dan Satu orang
tenaga Perawat honorer.

PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR ANGKATAN IX 5


PUSLATBANG KMP LAN RI MAKASSAR
2. ANALISIS MASALAH KINERJA ORGANISASI
Berdasarkan isu aktual yang telah teridentifikasi, selanjutnya dilakukan
proses pemilihan isu dengan analisis kriteria Aktual, Problematik, Kekhalayakan dan
Kelayakan (APKL). Teknik APKL yang dibuat adalah teknik yang digunakan untuk
menentukan kelayakan suatu masalah dengan memperhatikan empat faktor, yaitu:
a. Aktual (A), yaitu isu tersebut masih dibicarakan atau belum terselesaikan
hingga masa sekarang;
b. Problematik (P), yaitu isu yang menyimpang dari harapan standar, ketentuan
yang menimbulkan kegelisahan yang perlu segera dicari penyebab dan
pemecahannya;
c. Kekhalayakan (K), yaitu isu yang diangkat secara langsung menyangkut hajat
hidup orang banyak dan bukan hanya untuk kepentingan seseorang atau
sekelompok kecil orang;
d. Layak (L), yaitu isu yang masuk akal (logis), pantas, realistis dan dapat
dibahas sesuai dengan tugas, hak, wewenang dan tanggung jawab hingga
akhirnya diangkat menjadi isu yang prioritas.

NO ISU A P K L JUMLAH
1. Pengelolaan obat yang tidak jelas di klinik pratama
lapas tuban mulai dari penerimaan sampai dengan 5 4 5 5 19
pendistribusian kepada warga binaan
2. Praktekm pelayanan Kesehatan kepada warga
binaan khususnya pendistribusian obat yang kurang 3 3 4 4 14
maksimal
3. Tempat penyimpanan obat dan kualitas mutu
3 3 4 3 13
terhadap obat kurang memadai

Berdasarkan analisis diatas dapat diangkat isu mengenai Pengelolaan obat yang
tidak jelas di klinik pratama lapas tuban mulai dari penerimaan sampai dengan
PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR ANGKATAN IX 6
PUSLATBANG KMP LAN RI MAKASSAR
pendistribusian kepada warga binaan sehingga perlu adanya Standar Operasional
Prosedur (SOP) yang jelas mengenai pengelolaan obat mulai dari penerimaan
sampai dengan pendistribusian kepada warga binaan serta perlu adanya digitalisasi
administrasi pemerintahan melalui pelaporannya.
Pengelolaan yang dilakukan meliputi perencanaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian , pencatatan dan pelaporan. Adapun obat yang
digunakan di Klinik Pratama bersumber dari belanja bulanan klinik.Selain itu
karna baru berdirinya Klinik Pratama di lingkungan UPT pemasyarakatan pada tahun
2023 ini juga menyebabkan belum adanya SOP atau alur yang jelas mengenai
system pengelolaan obat yang efisien. Banyak ditemui dilapangan terjadi
miskomunikasi antara petugas pengamanan, petugas klinik, keluarga WBP maupun
warga binaan itu sendiri. Sedangkan pada Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Nomor 6 Tahun 2013 Tentang
Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan Dan Rumah Tahanan Negara pada pasal 5b
menyebutkan poin-poin sebagai berikut :
(1) Obat-obatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b yang diperbolehkan
dibawa oleh Narapidana dan Tahanan merupakan:
a. obat-obatan yang telah mendapatkan izin dan pengawasan konsumsi obat-
obatan dari dokter dan/atau paramedis di Lapas atau Rutan; dan
b. obat-obatan dalam jumlah atau dosis tertentu sesuai rekomendasi dari
dokter dan/atau paramedis Lapas atau Rutan.
(2) Dalam hal tidak terdapat dokter dan/atau paramedis di Lapas atau Rutan maka
izin dan pengawasannya dilakukan oleh dokter atau paramedis lain yang
ditunjuk oleh Kepala Lapas atau Kepala Rutan.

PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR ANGKATAN IX 7


PUSLATBANG KMP LAN RI MAKASSAR
BAB III
STRATEGI PENYELESAIAN MASALAH

A. TEROBOSAN/ INOVASI
Untuk mendukung sasaran ini perlu dilakukan transformasi organisasi yang
didukung dengan digitalisasi manajemen ASN. Hal ini dilakukan agar manajemen
pelayanan kepada warga binaan serta keluarga warga binaan dan manajemen
kinerja antar instansi dapat terkoneksi satu sama lain. Mengingat masalah yang saat
ini terjadi adalah sistem informasi WBP masih ada di SDP, data belum terintegrasi,
pemanfaatan data, dan informasi kepegawaian untuk perumusan kebijakan masih
minim, dan kapasitas SDM pengelola system database pemasyarakatan. Untuk itu,
keterpaduan dalam pengelolaan manajemen Layanan Pendistribusian dan
pengelolaan obat pada klinik pratama Lapas Tuban dan manajemen kinerja yang
tentunya memerlukan bagi pakai data dan informasi, aplikasi, maupun infrastruktur
pendukung yang nantinya dapat berguna sebagai basis data dalam pengelolaan
data obat secara transparan melalui sebuah Inovasi. Selain itu Inovasi tentunya
perlu juga dibangun untuk memenuhi kebutuhan sistem informasi dalam rangka
kebutuhan keterpaduan layanan digital lainnya, dimana seluruh sistem elektronik di
pemerintahan perlu dipetakan dan disatukan sesuai dengan klasifikasi referensinya
untuk dimanfaatkan menjadi satu sistem berbagi pakai terintegrasi. Memperbaiki
sistem tata Kelola penerimaan obat pada klinik pratama lapas tuban dengan
membuat standar operasional prosedur (SOP) yang baik dan benar. Yang
selanjutnya adalah menjalin kerja sama dengan pihak ketiga yang dalam
permasalahan ini adalah kerja sama dengan apotek. Agar lebih mudah lagi perlu
dibuatkan inovasi berbasis elektronik yang mengintegrasikan SOP dan tata cara
pengelolaan obat yang masuk maupun yang keluar agar laporannya lebih
transparan.

PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR ANGKATAN IX 8


PUSLATBANG KMP LAN RI MAKASSAR
B. MILESTONE DAN KEGIATAN
No Milestone Kegiatan Waktu Output
1. Terbentuknya Tim a. Mengumpulkan Minggu SK Tim Kerja
Kerja Klinik Inovatif
semua anggota tim; pertama efektif
b. Memimpin rapat
pembentukan TIM;
c. Mengarahkan jajaran
untuk membuat SK
TIM.
2. Terciptanya a. Koordinasi dengan Minggu Dokumentasi,
perjanjian kerjasama pihak eksternal; Pertama Laporan, dan
dengan mitra b. Penandatanganan PKS
strategis dalam Perjanjian Kerja Sama
penyediaan obat (PKS).
3. Tersedianya sarana a.Pengumpulan data Minggu Data dan
dan prasarana obat; Kedua Validasi Data
pengelolaan obat b.Mendampingi dan
mengarahkan proses
validasi;
c. Penginputan data
obat.
4. Tersedianya a.Membuat alur dan Minggu Alur Layanan
mekanisme atau alur SOP cara menginput ketiga dan Materi
sistem pengelolaan obat; Sosialisasi
obat terpadu b.Pelatihan kepada
SDM Digital;
c. Sosialisasi kepada
para stakeholder.
5. Tersosialisasikannya a.Sosialisasi kepada Minggu Dokumentasi,

PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR ANGKATAN IX 9


PUSLATBANG KMP LAN RI MAKASSAR
alur pengelolaan obat Internal dan Warga keempat foto, dan
terpadu Binaan Laporan
b.Sosialisasi kepada
Masyarakat (keluarga
WBP).
6. terlaksananaya a. Uji coba Sistem Minggu Hasil pelaporan
sistem pengelolaan Pengelolaan obat; Kelima dan evaluasi
obat terpadu pada b. Pelaksanaan
klinik pratama lapas Penginputan obat.
tuban

C. SUMBER DAYA

Berdasarkan pekerjaan yang dilakukan, kualifikasi SDM instalasi farmasi


diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Tim kerja Efektif /tenaga kefarmasian
- Dokter
- Perawat
- Apoteker
- Operator computer/teknis
- Tenaga Administrasi
- Komandan Jaga
- Regu Jaga

2. Stakholder/ tenaga penunjang


- Dinas Kesehatan
- Apotek
- Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

N Stakholder
o Internal Eksternal

PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR ANGKATAN IX 10


PUSLATBANG KMP LAN RI MAKASSAR
1. Kepala Lapas Dinas Kesehatan

2. Dokter Apotek

3. Perawat BPJS

4. Apoteker -

5. Komadan Jaga / Regu Jaga -

Peranan Stakholder sangat penting dalam mendukung permasalahan di organisasi


khususnya di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Tuban sesuai dengan perannya
masing masing diantaranya :

Stakholder Peran Stakholder


1. Kepala Lapas Penanggung jawab dan reformer
2. Dokter Tenaga Kesehatan di Klinik Pratama
Lapas Tuban
3. Perawat Tenaga Kesehatan di Klinik Pratama
Lapas Tuban
4. Apoteker Penanggung jawab obat di klinik
pratama lapas tuban
5. Operator Komputer Pengadministrasi obat pada klinik
pratama lapas tuban
6. Komandan jaga/ Regu Jaga Pendistribusian obat Kepada WBP

PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR ANGKATAN IX 11


PUSLATBANG KMP LAN RI MAKASSAR
D. MANAJEMEN RESIKO
No Milestone Potensi Resiko Langkah Antisipasi
1. Terbentuknya Tim Kerja Sikap pegawai Melakukan Pendekatan
Klinik Inovatif
dikantor yang apatis secara persuasif
2. Terciptanya perjanjian Kesulitan dalam Melaksanakan
kerjasama dengan mitra berkoordinasi komunikasi secara
strategis dalam intens
penyediaan obat
3. Tersedianya sarana dan Sarana dan Melengkapi sarana dan
prasarana pengelolaan prasarana yang prasarana yang kurang
obat kurang
4. Tersedianya mekanisme Stakeholder kurang Melaksanakan
atau alur sistem memahami Alur dan sosialisasi alur system
pengelolaan obat sistem secara masif
terpadu
5. Tersosialisasikannya alur Stakeholder kurang Melaksanakan
pengelolaan obat memahami Sosialisasi secara masif
terpadu sosialisasi ini dengan pendekatan
persuasif
6. terlaksananaya sistem Tidak ada Tidak ada
pengelolaan obat
terpadu pada klinik
pratama lapas tuban

PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR ANGKATAN IX 12


PUSLATBANG KMP LAN RI MAKASSAR
E. STRATEGI PENGEMBANGAN KOMPETENSI

Cara Pengembangan
Pihak Perubahan kompetensi yang
No Kompetensi, Klasikal
terdampak dibutuhkan
dan Non Klasikal
1. Dokter perubahan kompetensi dokter Melaksanakan
lapas untuk lebih melayani pembinaan, sosialisasi
warga binaan dengan dan pelatihan serta
berkomunikasi untuk
professional
pendekatan persuasive
dan dengan menjalankan
reforrmasi digital.
2. Perawat perubahan kompetensi perawat Melaksanakan
lapas untuk lebih melayani pembinaan, sosialisasi
warga binaan dengan dan pelatihan serta
berkomunikasi untuk
professional
pendekatan persuasif
dan dengan menjalankan
reforrmasi digital.
3. Tenaga Digital perubahan kompetensi tenaga Memfasilitasi saran
digital dan meningkatnya skill dan prasarana yang
dibidang komputerisasi sesuai memadai untuk
dengan reformasi digital untuk media pembelajaran
kemajuan instansi dan serta
berkomunikasi untuk
pendekatan
persuasif

BAB IV
PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN POTENSI DIRI

PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR ANGKATAN IX 13


PUSLATBANG KMP LAN RI MAKASSAR
A. Pemetaan Sikap dan Perilaku Kepemimpinan
Kalangan Para pemerhati masalah kepemimpinan seringkali memahami
bahwa inti manajemen adalah kepemimpinan, karena manajemen didefinisikan
sebagai seni (art) dan pengetahuan (explicit, tacit, and cultural) untuk mencapai
tujuan melalui kegiatan bersama dengan orang lain (Mary Parker Follet 1947),
semuanya didasarkan pada kapabilitas manajemen dalam menerapkan tipe atau
gaya kepemimpinan yang sesuai dengan konteks dan bawahan yang dipimpin
(Follower). Oleh karena itu, menerapkan gaya kepemimpinan bagi seorang
pemimpin bersifat kolaboratif berbasis partisipasi masyarakat merupakan suatu
kebutuhan. Penting juga kemampuan membangun hubungan komunikasi,
koordinasi, serta interaksi lainnya denganpihak-pihak eksternal organisasi dalam
rangka membangun citra positif layanan yang diselenggarakan organisasi, kepuasan
penerima layanan, serta nilai keunggulan positif eksistensi organisasi.
Pengembangan Mandiri Mempelajari pola komunikasi atau pola persuasi efektif
dalam rangka menarik pihak luar organisasi untuk menggunakan atau mengakui
kualitas layanan yang diberikan sehinggaterbangun minat kerjasama., Mempelajari
aspek administratif, aspek yuridis dan aspek birokratif dalam rangka menjaring
potensi serta menindaklanjuti peluang kerjasama. Mempelajari pola membangun
komunitas pada substansi atau domain tertentu yang terkait dengan proses bisnis
layanan organsisasi, sehingga menciptakan kemudahan membangun jejaring.
Pengembangan Melalui Penugasan :
1) Penugasan kerja yang dituntut untuk berkomunikasi atau berkoordinasi
dengan pihak pemangku layanan eksternal agar terbangun pola hubungan
saling menguntungkan antara organisasi dengan pemangku kepentingan.
2) Penugasan dalam kesempatan workshop atau event kerja yang melibatkan
koordinasi lintas organisasi agar terasah kemampuan menangkap peluang
kerjasama

B. Rencana Strategi Pengembangan Potensi Diri


Untuk pengelolaan obat pelayanan kesehatan dasar semua dikelola oleh
petugas pada klinik pratama Lapas. Sedangkan obat program belum sepenuhnya
dikelola di gudang obat baru sekitar empat jenis obat program yaitu:

PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR ANGKATAN IX 14


PUSLATBANG KMP LAN RI MAKASSAR
1. Obat program TB,
2. Obat Program Diare,
3. Obat Program Gizi dan
4. Reagen Program PTM.
Walaupun sudah tersimpan di gudang obat tetapi pengelolaan yang
dilakukan belum sesuai dengan standar, seperti tidak adanya Standar Operasional
Prosedur (SOP), menyimpan tanpa menggunakan alas, pencatatan hanya
menggunakan kartu stok dan tidak ada pencatatan lain seperti buku penerimaan.
Berdasarkan uraian permasalahan di atas untuk mengoptimalkan pelayanan
kefarmasian diperlukan suatu sistem pengelolaan yang sesuai dengan standar yaitu
pengelolaan satu pintu dimana pengelolaan semua obat yang terdapat di Klinik
Pratama Lapas Tuban hanya dilakukan di secara manual dan terkesan berbelit-belit.
Untuk menerapkannya perlu dilakukan langkah-langkah strategis yaitu:

1. Melakukan Advokasi Kepada Petugas Klinik


Selain di gudang obat masih terdapat obat program yang disimpan di
ruangan pengelola program. Dari segi pengelolaannya tidak sesuai dengan standar
yang ada terutama penyimpanannya, obat diletakkan tanpa alas, terpapar sinar
matahari, tidak dilengkapi dengan pendingin ruangan. Disamping itu tidak dilakukan
pencatatan mutasi obat sehingga tidak tersedia data obat yang lengkap baik itu
penerimaan, pengeluaran, maupun sisa stok.
Setelah mengumpulkan data-data melalui wawancara baik dengan petugas
klinik maupun dengan pengelola program terkait dengan permasalahan pengelolaan
obat, maka dilakukan advokasi kepada para stakeholder terkait tentang pengelolaan
obat yang standar dengan mengajukan desain pengelolaan satu pintu. Dalam hal ini
Kepala Lapas memberikan dukungan penerapan sistem pengelolaan satu pintu ini,
tetapi dalam pelaksanannya masih terdapat kendala terutama penyediaan sarana
prasarana penyimpanannya. Kondisi Lemari obat yang terbatas sedangkan untuk
penerapan sistem satu pintu dibutuhkan Lemari obat memadai untuk menampung
semua obat yang terdapat Klinik Pratama.
Untuk mengatasi hal tersebut, Kepala Lapas Tuban mengambil inisiatif
membuat lemari yang proper untuk menyimpan obat dan diberikan klasifikasi sesuai

PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR ANGKATAN IX 15


PUSLATBANG KMP LAN RI MAKASSAR
jenis obat, sehingga penyimpanan obat yang awalnya disimpan di dalam laci di
pindah ke dalam lemari yang lebih proper. Dengan demikian akan memudahkan
petugas untuk mengambil obat apabila obat habis pada saat pelayanan kepada
WBP. Selain itu juga diperlukan penataan ruangan klinik sehingga hal ini menambah
kapasitas penyimpanan obat karena dilakukan pemindahan barang seperti
komputer, printer, meja, kursi.

2. Melakukan Edukasi kepada Petugas Obat dan Pengelola IT Program


Agar pelaksanaan sistem pengelolaan obat program satu pintu dapat
berjalan optimal maka perlu dilakukan edukasi kepada petugas obat dan pengelola
IT program untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya pengelolaan obat
yang sesuai standar. Dengan melakukan pengelolaan sesuai standar akan
meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien selain itu akan memberikan
jaminan kepastian hukum kepada petugas obat maupun pengelola program. IT
progamer juga menciptakan Database yang bersifat sementara sambil menunggu
program aplikasi dasar sehingga pelaporan akan diubah ke sistem database yang
memudahkan penginputan dan pelaporan. jika terjadi hal yang tidak diinginkan
dalam pelayanan kepada pasien WBP. Disamping itu dapat memberikan dampak
pada peningkatan kualitas pelayanan kesehatan pada Klinik Pratama sehingga akan
memberikan citra positif untuk WBP.

3. Melakukan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Stakeholder terkait


Dalam pelaksanaan manajemen pengelolaan akuntabilitas
organisasi diperlukan Kerjasama dengan pihak eksternal. Dalam ini Lapas Tuban
menerapkan system penandatanganan PKS (perjanjian kerja sama) dengan pihak
ketiga sesuai dengan bidang yang dikerjasamakan. di bidang penataan arsip bekerja
sama dinas Kesehatan, Apotek dan BPJS Kesehatan dilakukan mendukung proyek
perubahan yang akan dikerjakan di klinik.Tentunya dalam pelaksanaan berbagai
program memerlukan dukungan finansial yaitu anggaran belanja yang diambil dari
DIPA sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dalam hal ini pimpinan sebagai KPA
(kuasa pengguna anggaran) dapat memerintahkan bendahara pengeluaran untuk

PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR ANGKATAN IX 16


PUSLATBANG KMP LAN RI MAKASSAR
menganggarkan biaya terkait pencanangan proyek perubahan yang akan
dilaksanakan melalui DIPA.

Dalam membangun manajemen kinerja organisasi untuk meningkatkan


profesionalitas di bidang pelayanan serta meningkatkan akuntabilitas diperlukan
membangun kerja sama yang nantinya akan saling keterkaitan dengan optimalisasi
pengelolaan keuangan yang dalam hal ini tercantum di dalam DIPA, serta output
yang akan tercapai adalah terciptanya strategi membangun budaya resiko dengan
transparan dan akuntabel dengan memanfaatkan teknologi digital. Lapas Tuban juga
akan melaksanakan PKS (perjanjian kerja sama) yang tentunya akan diperpanjang
tiap tahun sebagai Langkah awal melaksakan proyek perubahan, tentunya didukung
oleh anggaran yang memadai agar tercipta output menciptakan penyelesaian
budaya resiko melalu pemanfaatan teknologi digital yang tentunya di dukung dengan
anggaran.

PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR ANGKATAN IX 17


PUSLATBANG KMP LAN RI MAKASSAR
Project Leader

SISWARNO,A.Md.IP,SH, MH
NIP. 19780612 200012 1 001

PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR ANGKATAN IX 18


PUSLATBANG KMP LAN RI MAKASSAR

Anda mungkin juga menyukai