Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN


GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AMAN DAN NYAMAN
PATOLOGIS SYSTEM TERMOREGULASI DAN IMUN

DISUSUN OLEH:

SHAHNAZ SHAFIRA PUTRI TAUFIK


PO7120322015

PRODI SARJANA TERAPAN


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES PALU
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah dan rahmat-nya penulis
telah berhasil menyusun makalah tentang "KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA
ANAK DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AMAN DAN NYAMAN
PATOLOGIS SYSTEM TERMOREGULASI DAN IMUN" Makalah ini dibuat untuk
menunjang proses pembelajaran keperawatan.

Pada penulisan makalah ini saya menggunakan bahasa sederhana dan mudah
dimengerti sehingga dapat dengan mudah dicerna dan di ambil intisari dari materi
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan mahasiswa.

Makalah ini juga di harapkan dapat digunakan oleh mahasiswa Sarjana Terapan
Keperawatan karena saya telah berusaha melengkapi materi makalah sesuai dengan
kebutuhan materi pembelajaran yang di sempurnakan.

Demikian saya sangat mengharapkan kritik yang sifatnya membangun demi tercapai
suatu kesempurnaan dalam memenuhi kebutuhan dalam bidang ilmu keperawatan anak.

Palu, 17 September 2023

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG........................................................................................ 1
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................... 3
C. TUJUAN...............................................................................................................3
D. MANFAAT...........................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................ 4

A. PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN................... 4


B. KONSEP DASAR SUHU TUBUH.................................................................... 6
C. TERMOREGULASI PADA BAYI BARU LAHIR....................................... 10
D. SISTEM IMUN................................................................................................. 12
E. TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN......................................................15
BAB III PENUTUP...................................................................................................... 22

A. KESIMPULAN................................................................................................. 22
B. SARAN...............................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 23

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran normal merupakan salah satu dari
empat belas kebutuhan dasar menurut Virginia Henderson. Termoregulasi merupakan
pengatur fisiologis tubuh manusia mengenai keseimbangan produksi panas dan
kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan secara konstan.
Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh mekanisme fisiologis dan perilaku.
Agar suhu tubuh tetap konstan dan berada dalam batasan normal, hubungan
antara produksi panas dan pengeluaran panas harus dipertahankan. Hubungan regulasi
melalui mekanisme kontrol suhu untuk meningkatkan regulasi suhu diatur ole
hipotalamus anterior mengontrol pengeluaran panas, dan hipotalamus posterior
mengontrol produksi panas.
Gangguan termoregulasi yang paling banyak didapat adalah kondisi
hipertermia. Kondisi hipertermia adalah kondisi suhu tubuh yang melebihi suhu
normal vaitu diatas 37.5°C. Hal ini adalah respon dari adanva kondisi dehidrasi.
inflamasi dan sebagian besar merupakan tanda- tanda adanya infeksi. (Potter dan
Perry, 2010).
Hipertermi merupakan gangguan termoregulasi yang paling banyak dijumpai
pada anak yang membutuhkan perlakuan dan penanganan tersendiri serta berbeda bila
dibandingkan dengan orang dewasa, hal ini dikarenakan apabila tindakan dalam
mengatasi demam tidak tepat dan lambat maka akan mengakibatkan pertumbuhan dan
perkembangan anak terganggu. Demam dapat membahayakan keselamatan anak jika
tidak ditangani dengan cepat dan tepat akan menimbulkan komplikasi lain seperti,
kejang demam, dan penurunan kesadaran (Maharani, 2011). Kejang demam
merupakan bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal
diatas 38°C) yang disebabkan oleh proses ekstrakarnium. Kejang demam merupakan
kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak, terutama pada goloman
anak umur 6 bulan-4 tahun. Hampir 3% dari anak yang berumur dibawah 5 tahun
pernah mengalami kejang demam. Kejang demam merupakan penyakit yang lazim
ditemui pada bayi dan anak usia 6 bulan sampai 5 tahun dan paling sering ditemui
pada usia 9-20 bulan.

1
Kejang demam biasanya timbul pada anak dengan suhu tubuh diatas 38 °C
(100.4°F) yaitu pada kondisi hipertermi. Dalam kehidupan sehari-hari orang tua
pastinya sering cemas bila anaknya mengalami kejang demam, karena setiap kejang
demam kemungkinan dapat menimbulkan epilepsi, dehidrasi dan trauma otak pada
suatu saat nanti, sebagai bagian dari efek kejang yang berulang. Sayangnya fenomena
yang terjadi di masyarakat adalah kepercayaan akan hal-hal mists yang sering
dihubung-hubungkan dengan kejadian kejang demam, sehingga banyak anak yang
tidak sempat tertolong dikarenakan terlambat mendapatkan pengobatan dari ahli
medis, banyak masyarakat yang lebih mempercayakan kesembuhan anak mereka saat
kejang demam terhadap pengobatan alternative ataupun orang pintar.
Meskipun si anak nantinya mendapatkan pengobatan dari ahli medis,
kemungkinan terjadi kerusakan pada otak si anak akan meningkat dibandingkan jika
mendapatkan pengobatan yang tepat dan cepat dari ahli medis. Berdasarkan profil
kesehatan Indonesia tahun 2017 menunjukkan bahwa terdapat beberapa penyakit yang
menimbulkan hipertermi diantaranya ada DHF, kejang demam, typoid, diare dan lain
sebagainya. Kasus DHF terjadi pada 68.407 penderita dengan jumlah kematian 493
penderita.
Berdasarkan studi cohort yang dilakukan Annegers dan temannya pada 687
anak dengan umur rata-rata 18 tahun setelah kejang demam pertama mereka. Secara
keseluruhan mereka memiliki kemungkinan 5 kali lebih besar untuk menderita
unprovoked seizures selama Anak dengan kejang demam simpel memiliki risiko
hanya sekitar 2,4%. Sedangkan untuk anak yang menderita kejang demam kompleks
(fokal, berkepanjangan, ataupun kejang demam berulang) memiliki peningkatan risiko
8,17 atau 49 % bergantung tingkatan komplikasinya. Bedasarkan survey di Rumah
Sakit Umum Jendral Ahmad Yani Metro diruang anak diperoleh data pada tahun 2018
sebanyak 141 anak dengan kasus kejang demam dan masalah yang bisa diangkat oleh
tenaga keperawatan di Ruang Anak Rumah sakit Umum Jendral Ahmad Yani Metro
adalah gangguan thermoregulasi (hipertermi).
Peran perawat dalam penanganan pasien dengan gangguan termoregulasi yaitu
melakukan pengkajian merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan
data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien, kemudian merumuskan diagnosis dimana perawat mengelompokan
karakteristik yang ditentukan untuk membuat diagnosis keperawatan. klien yang
berisiko mengalami perubahan suhu membutuhkan rencana perawatan individu yang

2
ditunjukan dengan mempertahankan normotrmia dan mengurangi faktor risiko. Hasil
yang diharapkan untuk menentukan kemajuan ke arah kembalinya suhu tubuh ke
batas normal. Melakukan implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan
dalam rencana perawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri
(independen) dan tindakan kolaborasi. Melakukan evaluasi dimana semua intervensi
keperawatan dievaluasi dengan membandingkan respons aktual pasien terhadap hasil
yang diharapkan dari rencana keperawatan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Definisi Pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman
2. Konsep dasar suhu tubuh
3. Termoregulasi pada bayi baru lahir
4. Sistem imun
5. Tinjauan asuhan keperawatan

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Agar mengetahui kebutuhan rasa aman dan nyaman
2. Mengetahui Apa saja konsep dasar suhu tubuh
3. Agar mengetahui termoregulsi pada bayi baru lahir
4. Mengetahui sistem imun
5. Mengetahui Asuhan Keperawatan termoregulasi

D. MANFAAT
a. Bagi pasien
Menambah pengetahuan, tentang penyakit yang bersangkutran dengan
termoregulasi
b. Bagi ilmu pengetahuan dan teknologi Kesehatan
Makalah in dapat menambah wawasan perkembangan ilmu keperawatan anak
khususnya tentang asuhan keperawatan pada kebutuhan aman dan nyaman
patologis dari system termoregulasi dan imun
c. Bagi Penulis
Berharap dapat menambah wawasan dan keterampilan dalam menerapkan tindakan
keperawatan anak terutama asuhan keperawatan pada

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN


Rasa aman didefinisikan oleh Maslow dalam Potter & Perry (2006) sebagai
sesuatu kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh ketentraman,
kepastian dan keteraturan dari keadaan lingkungannya yang mereka tempati. Abraham
Maslow dalam Potter&Perry, 2006. juga mengemukakan bahwa pada dasarnya semua
manusia memiliki kebutuhan pokok yang harus terpenuhi yang digambarkan ke dalam
5 tingkatan yang berbentuk piramid dan prioritas pemenuhan kebutuhan ini dimula
dari tingkatan yang paling bawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan
Hirarki Kebutuhan Maslow yang dijabarkan sebagai berikut:
1. Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan paling dasar pada setiap orang adalah kebutuhan fisiologis yakni
kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya secara Kebutuhan-kebutuhan itu
seperti kebutuhan akan makanan, minuman, tempat berteduh, tidur dan oksigen
(sandang, pangan, papan). Kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah potensi paling
dasar dan besar bagi semua pemenuhan kebutuhan di atasnya. Manusia yang lapar
akan selalu termotivasi untuk makan, bukan untuk mencari teman atau dihargai.
Manusia akan mengabaikan atau menekan dulu semua kebutuhan lain sampai
kebutuhan fisiologisnya itu terpuaskan. Di masyarakat yang sudah mapan,
kebutuhan untuk memuaskan rasa lapar adalah sebuah gaya hidup.
2. Kebutuhan rasa aman.
Kebutuhan rasa aman ini meliputi kebutuhan untuk dilindungi, jauh dari sumber
bahaya, baik berupa ancaman fisik maupun psikologi.
3. Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memilki
Kebutuhan akan rasa cinta, dicintai dan menyayangi dapat di miliki setiap orang
karena setiap orang membutuhkan untuk dapat berinteraksi dengan orang lain dan
kebutuhan untuk dapat merasa memiliki.
4. Kebutuhan akan penghargaan

4
Kebutuhan akan penghargaan yang dimiliki seseorang dapat berupa pemberian
apresiasi dan reward atas prestasi yang berhasil dilakukan, kecakapan dalam
melaksanakan kompetensi serta berupa dukungan dan pengakuan lain atas
prestasinya.
5. Kebutuhan aktualisasi diri
Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan secara estitika tau dalam menampilkan diri,
kebutuhan kognitif, kompetensi dan menyadari akan potensi dirinya. Kebutuhan ini
muncul dan akan menjadi tuntutan seseorang apabila kebutuhan dasar
yang lain seperti psikologis, rasa aman dan kebutuhan penghargaaan telah
terpenuhi. Kebutuhan akan aktualisasi in akan menjadi prioritas jika ketiga
kebutuhan yang lain sudah mampu dipenuhi oleh individu.
a. Konsep Dasar aman nyaman
Keselamatan (safety) adalah kondisi ketika individu, kelompok, atau
masyarakat terhindar dari segala bentuk ancaman atau bahaya. Sementara itu,
keamanan (security) adalah kondisi aman dan tentram, bebas dari ancaman atau
penyakit.
Untuk mendukung keselamatan dan keamanan diperlukan kerja area
sensori motorik yang baik pada korteks serebri. Keamanan adalah keadaan bebas
dari cedera fisik dan psikologis sebagai salah satu kebutuhan dasar yang harus
terpenuhi. bebas dari bahaya fisik, penyebaran organisme pathogen, sanitasi
memenuhi syarat, dan bebas dari polusi.
b. Konsep Kebutuhan Dasar
Termoregulasi adalah suatu pengatur fisiologis tubuh manusia mengenai
keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat
dipertahankan secara konstan. Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh
mekanisme fisiologis dan perilaku. Agar suhu tubuh tetap konstan dan berada
dalam batasan normal, hubungan antara produksi panas dan pengeluaran panas
harus dipertahankan. Hubungan regulasi melalui mekanisme kontrol suhu untuk
meningkatkan regulasi suhu.
Kebutuhan dasar manusia menurut Virginia Henderson Manusia mengalami
perkembangan yang dimulai dari proses tumbuh kembang dalam rentang
kehidupan (life span). Dalam melakukan aktivitas sehari-hari, individu
memulainya dengan bergantung pada orang lain dan belajar untuk mandiri melalui
sebuah proses yang disebut pendewasaan. Proses tersebut dipengaruhi oleh pola

5
asuh, lingkungan sekitar, dan status kesehatan individu. Virginia Henderson dalam
Potter dan Perry (1997) membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam 14 komponen
sebagai berikut:
1) Bernafas secara normal
2) Makan dan minum yang cukup
3) Eliminasi (buang air besar dan kecil)
4) Bergerak dan mempestahankan postur yang dinginkan
5) Tidur dan istirahat
6) Memilih pakaian yang tepat
7) Mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran yang normal dengan menyesuaikan
pakaian yang digunakan dan memodifikasi lingkungan
8) Menjaga kebersihan diri dan penampilan
9) Menghindari bahaya dari lingkungan dan menghindari membahayakan orang
lain
10) Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengekspresikan emosi, kebutuhan,
kekhawatiran, dan opini
11) Beribadah sesuai agama dan kepercayaan
12) Bekerja sedemikian rupa sebagai modal untuk membiayai kebutuhan hidup
13) Bermain atau berpatisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi
14) Belajar menemukan atau memuaskan rasa ingin tahu yang mengarah pada
perkembangan yang normal, kesehatan, dan penggunaan fasilitas kesehatan
yang tersedia (Mubarok, 2015).

B. KONSEP DASAR SUHU TUBUH


1. Definisi termoregulasi
Termogulasi adalah suatu pengatur fisiologis tubuh manusia mengenai
keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat
dipertahankan secara konstan. Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh
mekanisme fisiologis dan perilaku. Agar suhu tubuh tetap konstan dan berada
dalam batasan normal, hubungan antara produksi panas dan pengeluaran panas
harus dipertahankan. Hubungan regulasi melalui mekanisme kontrol suhu untuk
meningkatkan regulasi suhu. Hipotalamus yang terletak antara hemisfer serebral,
mengontrol suhu tubuh sebagaimana kerja termostat dalam rumah. Hipotalamus

6
merasakan perubahan ringan pada suhu tubuh. Hipotalamus anterior mengontrol
pengeluaran panas. dan hipotalamus posterior mengontrol produksi panas.
Suhu adalah pernyataan tentang perbandingan (derajat) panas suatu zat. Dapat pula
dikatakan sebagai ukuran panas/dinginnya suatu benda. Temperatur adalah suatu
subtansi panas atau dingin. Sementara dalam bidang termodinamika suhu adalah
suatu ukuran kecenderungan bentuk atau sistem untuk melepaskan tenaga secara
spontan. Suhu inti (core temperature), yaitu suhu yang terdapat pada jaringan
dalam, seperti kranial, toraks, rongga abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini
biasanya dipertahankan relative konstan sekitar 37°C 1 °F kecuali seseorang yang
mengalami demam. Suhu normal rata - rata secara umum adalah 98,0 - 98,6 °F
atau 0,6 °F lebih tinggi bila diukur per rektal.
2. Patofisiologi gangguan thermoregulasi
Sinyal suhu yang dibawa oleh reseptor pada kulit akan diteruskan kedalam otak
melalui traktus (jaras) spinotalamikus (mekanismenya hampir sama dengan sensasi
nyeri). Ketika sinyal suhu sampai tingkat medulla spinalis, sinval akan menialar
dalam kratus lissauer beberapa segmen diatas atau dibawah, selanjutnya akan
berakhir terutama pada lamina I,I, dan III radiks dorsalis. Setelah mengalami
percabangan melalui satu atau lebih neuron dalam medulla spinalis, sinval suhu
selaniutnya akan dijalarkan ke serabut termal asenden yang menyilang ke traktus
sensorik anterolateral sisi berlawanan,dan akan berakhir di tingkat retikular batang
dan kompleks ventrobasal talamus.
Beberapa sinyal suhu tubuh pada kompleks ventrobasal akan diteruskan ke korteks
somatosensorik. Tempat pengukuran suhu inti yang paling efektif yaitu rektum,
membran timpani, esofagus, arteri pulmonal, kandung kemih, rektal. Suhu
permukaan (surface temperature).yaitu suhu tubuh yang terdapat pada kulit,
jaringan subcutan, dan lemak.
Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 40-20°C. Suhu tubuh adalah
perbedaan antara jumlah panas yang dihasilkan tubuh dengan jumlah panas yang
hilang ke lingkungan luar. Panas yang dihasilkan-panas yang hilang = suhu tubuh
Mekanisme kontrol suhu pada manusia menjaga suhu inti ( suhu jaringan dalam )
tetap konstan pada kondisi lingkungan dan aktivitas fisik yang ekstrem Namun,
suhu permukaan berubah suatu aliran darah ke kuliat dan jumlah panas yang hilang
ke lingkungan luar. karena perubahan tersebut, suhu normal pada 4 manusia
berkisar dari 36 - 38°C (98,8 - 100,4°F).

7
Pada rentang in jaringan dan sel tubuh akan berfungsi secara optimal. (poter &
perry). Suhu normal in dipertahankan dengan imbangan yang tepat antara panas
yang dihasilkan dengan panas yang hilang dan hal ini dikendalikan ole pusat
pengaturan panas didalam hipotalamus. Suhu tubuh diatur oleh hipotalamus yang
terletak diantara dua hemisfer otak. Fungsi hipotalamus adalah seperti termostat.
Suhu yang nyaman merupakan merupakan set-point untuk operasi sistem pemanas.
Penurunan suhu lingkungan akan mengaktifkan pemanas tersebut.
Hipotalamus mendeteksi perubahan kecil pada suhu tubuh. Hipotalamus anterior
mengatur kehilangan panas, sedangkan hipotalamus posterior mengatur produksi
panas. Jika sel saraf di hipotalamus anterior menjadi panas diluar batas titik
pengaturan (set point), maka implus dikirimkan kehilangan panas adalah keringat,
vasodilatasi (pelebaran) pembuluh darah, dan hambatan produksi panas. Tubuh
akan mendistribusikan darah ke pembuluh darah permukaan untuk menghilangkan
panas.
Pusat pengatur panas dalam tubuh adalah hipotalamus, hipotalamus ini dikenal
sebagai termostat yang berada di bawah otak. Terdapat dua hipotalamus, yaitu
hipotalamus anterior yang berfungsi mengatur pembuangan panas dan hipotalamus
posterior yang berfungsi mengatur upaya penyimpanan panas.
Saraf- saraf yang terdapat pada bagian preoptik hipotalamus anterior dan
hipotalamus posterior memperoleh dua sinyal yaitu :
Berasal dari saraf perifer yang menghatarkan sinyal dari reseptor panas/dingin.
Berasal dari suhu darah yang mempengaruhi bagian hipotalamus itu sendiri.
Termostat hipotalamus memiliki semacam titik kontrol yang disesuaikan
untuk mempertahankan suhu tubuh. Jika suhu tubuh turun sampai dibawah
atau naik sampai di titik ini, maka pusat akan memulai implus untuk menahan
panas atau meningktakan pengeluaran panas.
3. Macam-mancam gangguan termoregulasi
a. Demam
Demam merupakan mekanisme bertahanan vang sangat Denting. Peningkatan
system imun tubuh. Demam juga merupakan bentuk pertarungan akibat infeksi
karena virus menstimulasi interferon (substansi yang bersifat melawan virus ).
Pola demam berbeda bergantung pada pirogen. Peningkatan dan penurunan
jumlah pirogen berakibat puncak demam dan turun dalam waktu yang berbeda.

8
Pirogen, seperti bakeri atau virus meningkatkan suhu tubuh. Pirogen bertindak
sebagai antigen yang memicu respons sistem imun.
b. Kelelahan akibat panas
Kelelahan akibat panas karena terjadi bila diaferosis yang banyak
mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan. Disebabkan
oleh lingkungan yang terpajan panas. tanda dan gejala kurang volume cairan
adalah hal umum selama kelelahan akibat panas. tindakan pertama yaitu
memindahkan pasien kelingkungan yang lebih dingin seta memperbaiki
keseimbangan cairan dan elektrolit.
c. Hipertermi
Peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh
menghilangkan panas ataupun mengurangi produksi panas tersebut disebut
hipertermi. Hipertermi terjadi karena adanya bebdan yang berlebihan pada
mekanisme pengaturan suhu tubuh. Setiap penyakit atau trauma pada
hipotalamus dapat mempengaruhi mekanisme panas. Hipertermi malginan
adalah kondisi bawaan yang tidak dapat mengontrol produksi panas, yang
terjadi ketika orang yang rentang mengunakan obat-obatan anastetik tertentu.
d. Headtstroke
Panas akan menekan fungi hipotalamus. Pajanan yang lama terhadap matahari
atau lingkungan panas akan membebani mekanisme kehilangan. panas pada
tubuh kondisi in mengakibatkan headtstroke yaitu kegawatan berbahaya dengan
mortalitas yang tinggi. Pasien yang berisiko adalah anak-anak, lansia, pederita
penyakit kardiovaskular, hipotiroid, diabetes atau alkoholisme. Resiko ini juga
terdapat pada individu yang mengkonsumsi obat-obatan yang dapat mengurangi
kemampuan tubuh untuk membuang panas. (fenotiazin, antikolinergik, deuretik,
amfetamin, dan antagonis beta-adrenergik), serta pasien yang berolahraga atau
bekerja keras (atlet, pekerja bangunan, dan petani).
Tanda dan gejala heatstroke adalah rasa bingung, haus yang sangat, mual,kram
otot, gangguan penglihatan dan bahkan inkontinensia. Tanda yang paling
penting adalah kulit yang panas dan kering.
e. Hipotermi
Pengeluaran panas yang hilang sat paparan lama terhadap lingkungan dingin
akan melebihi kemampuan tubuh untuk menghasilkan panas, sehingga terjadi
hipotermi. Hipotermi dikelompokan ole pengukuran suhu inti.

9
4. Penatalaksanaan gangguan termogulasi
Pada dasarnya menurunkan demam dapat dilakukan secara fisik, obat obatan
maupun kombinasi keduanya.
a. Secara fisik
1) Anak demam ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal
2) Pakaian anak diusahakan tidak tebal
3) Memberikan minuman yang banyak karena kebutuhan air meningkat
4) Memberikan kompres
b. Obat-obatan
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan
demam. Obat-obat anti inflamasi, analgetik dan antipiretik terdiri dari golongan
yang bermacam-macam dan sering berbeda dalam susunan kimianva tetapi
mempunvai kesamaan dalam efek pengobatannya. Tujuannya menurunkan set
point hipotalamus melalui pencegahan pembentukan prostaglandin dengan jalan
menghambat enzim cyclooxygenase. Asetaminofen merupakan derivate para-
aminofenol yang bekerja menekan pembentukan prostaglandin yang disintesis
dalam susunan sarat pusat
Dosis terapeutik antara 10-15 mg/kgBB/kali tap 4 jam maksimal 5 kali sehari.
Dosis maksimal 90 mg/kgBB/hari. Turunan asam propionat seperti ibuprofen
juga analgetik dan antinflamasi. Dosis terapeutik yaitu 5-10 mg/kgBB/kali tiap
6 sampai 8 jam. Metamizole (antalgin) bekerja menekan pembentukkan
prostaglandin. Mempunyai efek antipiretik, analgetik dan antinflamasi. Dosis
terapeutik 10mg/kgBB/kali tiap 6-8 jam dan tidak dianjurkan untuk anak kurang
dari 6 bulan.
Pemberiannya secara per oral, intramuskular atau intravena. Asam mefenamat
suatu obat golongan fenamat. Khasiat analgetiknya lebih kuat dibandingkan
sebagai antipiretik. Dosis pemberiannya 20 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis.
Pemberiannya secara per oral dan tidak boleh diberikan anak usia kurang dari 6
bulan.

C. TERMOREGULASI PADA BAYI BARU LAHIR


Distribusi frekuensi termoregulasi

No Berat Badan Lahir Jumlah Presentase

10
1 Hipotermi 18 58,1

2 Normal 9 95,1

3 Hipertermi 4 12,9

TOTAL 31 100,0

Berdasarkan tabel, 31 bayi didapatkan frekwensi termoregulasi rata-rata bayi


baru lahir yang mengalami masalah hipotermi yaitu sebanyak 18 bayi atau 58,1 %,
sedangkan bayi yang suhu tubuhnya normal hanya 9 bayi atau 29,1 % selebihnya 12,9
% atau 4 bayi mengalami gangguan hipertermi.
1. Berat Badan Lahir
Menurut Vivian (2011) Neonatus (BBL) adalah masa kehidupan pertama
diluar rahim sampai dengan usia 28 hari, dimana terjadi perubahan yang sangat
besar dari kehidupan didalam rahim menjadi diluar rahim, yang baru saja
mengalami trauma kelahiran. Pada masa in terjadi pematangan organ hampir pada
semua system. Neonatus mengalami masa perubahan dari kehidupan didalam
rahim yang serba tergantung pada ibu menjadi keidupan diluar rahim yang serba
mandiri. Masa perubahan yang paling besar terjadi selama jam ke 24-72 pertama.
Dalam hari hari pertama berat badan akan turun oleh karena pengeluaran
(meconium, urine, keringat) dan masuknya cairan belum mencukupi. Turunnya
berat badan tidak lebih dari 10%. Berat badan akan naik lagi pada hari ke 4 sampai
hari ke 10. Cairan yang diberikan pada hari 1 sebanyak 60 ml/kg BB setiap hari
ditambah sehingga pada hari ke 14 dicapai 200 ml/kg BB sehari.
Menurut pendapat peneliti maka semakin kecil berat badan waktu lahir akan
semakin rentan terhadap kejadian gangguan termoregulasi. Dengan berat badan
lahir normal diharapkan bayi yang lahir akan dapat dengan cepat menyesuaikan
diri dengan lingkungan yang baru. Bayi baru lahir dikatakan normal apabila
memiliki ciri sebagai berikut :
a. Lahir pada masa gestasi 37 - 42 minggu
b. Ukuran antropometri : berat badan berkisar antara 2500 gram 4000 gram,
panjang badan 48 - 52 cm, lingkar dada 30 - 38 cm, lingkar kepala 32 – 37 cm
c. Tanda vital dalam batas normal
d. Tidak ada kelainan / kecacatan.
2. Termoregulasi

11
Dari hasil penelitian menunjukan rata-rata bayi baru lahir yang mengalami
masalah hipotermi yaitu sebanyak 19 bayi atau 61,3 %, sedangkan bayi yang suhu
tubuhnya normal hanya 8 bayi atau 25,8 % selebihnya 12,9 % atau 4 bayi
mengalami gangguan hipertermi. Hal tersebut sejalan dengan teori yang
dikemukakan Prawiroharjo (2006) dimana seorang bayi waktu lahir belum mampu
mengatur tetap suhu badannya dan masih membutuhkan pengaturan dari luar untuk
membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus hangat atau setidaknva
diletakkan di bawah lampu radian infanwarmer sampai suhu tubuhnya sudah stabil.
Pada suatu penelitian tentang "perlindungan termal" oleh RW Hapsari (2010)
dikatakan pada bayi baru lahir belum mempunyai pengaturan suhu tubuh yang
efisien dan masih lemah. Hal ini dapat dihindari bila bavi dilahirkan dalam
lingkungan dengan suhu sekitar 25 s/d 28 derajat celcius, dikeringkan dan
dihangatkan. Hal ini penting untuk mempertahankan suhu tubuh agar tidak terjadi
hipotermi. Hal-hal yang berdampak kepada bayi mengalami hipotermia maupun
hipertermia, sejak awal dilakukan perawatan sebetulnya sudah dilakukan
pencegahan untuk itu. Tetapi karena sesuatu hal masih banyak bayi baru lahir yang
mengalami hipotermi maupun hipertermi.
3. Hubungan berat badan lahir dengan gangguan termoregulasi
Sarwono prawirohardjo (2006) bahwa hipotermi pada bayi adalah penurunan
suhu bayi kurang dari 36.5 derajat C. Suhu tubuh rendah karena kegagalan
termoregulasi. Hipertermia adalah kondisi suhu tubuh tinggi karena kegagalan
termoregulasi. Hipetermi peningkatan suhu bayi lebih dari 37.5 derajat C.
Menurut RW Hapsari (2010) pada "perlindungan termal" bahwa pusat
pengendalian suhu pada bayi baru lahir belum sepenuhnya berfungsi sehingga bayi
tidak mampu mengatasi perubahan yang ekstrim atau mendadak pada lingkungan
eksternalnya. Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya secara
memadai dan dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak segera
dicegah. Jika bayi dalam keadaan basah atau tidak diselimuti mungkin akan
mengalami hipotermi. Menurut pendapat peneliti, meskipun berada dalam ruangan
yang relatif hangat, akan tetapi bayi dengan berat badan lahir rendah sangat rentan
untuk terjadinya hipotermia. Kegagalan mengontrol suhu tubuh dapat
menyebabkan serangkaian perubahan fisiologis. Suhu tubuh di bawah 360C atau di
atas 400C dapat menyebabkan disorientasi, menyebabkan sawan dan kerusakan sel
yang permanen. Oleh karena itu, ketika kondisi lingkungan meningkat di atas atau

12
turn di bawah "ideal" tubuh harus mengontrol perolehan tau pembuangan panas
untuk mempertahankan homeostasis.

D. SISTEM IMUN
Tubuh manusia mempunvai kemampuan untuk melawan hampir semua
organisme atau toksin yang cenderung masuk kejaringan dan organ. Kemampuan ini
dinamakan imunitas(kekebalan) yang khusus untuk membentuk anti bodi serta
limfosid untuk menerang dan menghancurkan mikro organisme spesifik atau toksin.
Ketika benda asing masuk kedalam tubuh,segera dihasilkan zat yang akan
bereaksi dan membuat subtansi yang di hasilkan untuk berespons terhadap antigen
disebut antibodi. Bila sistem imun terpapar pada zat yang di anggap asing maka ada
dua jenis respons imun yang mungkin teriadi vaitu respon imun non spesifik dan
spesifik.
Semua mekanisme yang digunakan badan untuk mempertahankan keutuhan
tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat di timbulkan berbagai bahan
dalam lingkungan hidup. Imunitas mengacu pada kebutuhan tubuh menahan atau
mengeliminasi benda asing atau selabnormal yang potensial berbahaya. Aktifitas yang
berkaitan dengan sistem pertahanan imun, yang berperan penting dalam mengenali
dan menghancurkan atau menetralisasi benda-benda di dalam tubuh yang di anggap
asing
oleh tubuh normal.
1. Sistem imun pada bayi baru lahir
Bayi yang baru lahir mendapat dukungan sistem imunitas melalui air susu ibu
(ASI) yang pertama kali keluar atau disebut kolostrum. Kolostrum mengandung
immunoglobulin A (IgA) yang mampu melindungi tubuh bayi dari kuman.
Caranya, dengan membentuk jaringan pelindung pada usus, hidung, dan
tenggorokan.
Saat menyusui, bayi memperoleh antibodi dan faktor pelindung kuman lain dari
tubuh ibunya. Kedua hal inilah yang akan memperkuat sistem imunitas. Hal
tersebut akan membantu memerangi infeksi dan berbagai penyakit seperti diare,
infeksi telinga dan pernapasan. serta meningitis. Bavi menvusui juga terlindung
dari asma. obesitas. alergi, diabetes, serta sindrom kematian bayi mendadak atau
sudden infant death syndrome (SIDS) Perlindungan ASI terus berlanjut bahkan

13
jauh setelah masa menyusui telah selesai. Penelitian menunjukkan, bayi yang
memperoleh ASI memiliki risiko lebih rendah terhadap kanker karena menurut
dugaan, bayi didukung sistem imunitas yang baik. Selain itu, ASI juga dapat
menghindarkan penyakit yang diperoleh pada masa mendatang misalnya diabetes
tipe 1 dan 2, kolesterol tinggi, dan peradangan pada usus, bahkan tekanan darah
tinggi yang bisa menyerang seseorang di usia remaia.
Secara umum, rendahnya sistem imunitas dapat menyebabkan terganggunya
proses tumbuh kembang anak, yang mungkin disertai dengan penyakit paru-paru.
Gangguan fungsi imunitas juga dapat memicu terjadinya alergi, (termasuk asma
dan eksim pada kulit), atau sensitivitas terhadap debu, cuaca, makanan, dan obat-
obatan tertentu. Pada kasus anak-anak yang terinfeksi HIV (penyakit virus yang
melemahkan sistem imunitas tubuh), umumnya juga disertai kegagalan tumbuh
kembang penderitanya. Adanya tanda kekurangan gizi yang parah, berat
tubuhnya tidak naik walaupun mendapat asupan, terlambat bicara, atau bila anak-
anak sudah mencapai usia sekolah akan terlihat kesulitan berkonsentrasi dan
mengingat. Virus HIV menyerang tidak hanya sistem imunitas tubuh tapi juga
memengaruhi sistem persarafan pusat, yaitu otak.
2. Asupan Nutrisi Pendukung
Sistem imunitas bergantung pada apa yang dimasukkan ke perut, sehingga,
penting untuk menjaga asupan nutrisi yang dapat mendukung sistem imunitas
tersebut. Studi menyebutkan, kondisi malnutrisi kemungkinan lebih rentan terkena
infeksi. Terdapat beberapa asupan nutrisi yang dianggap penting untuk sistem
imunitas. Misalnya vitamin A akan membantu menghindari infeksi dan menjaga
jaringan mukosa. vitamin B2 dan B6 berguna untuk meningkatkan resistensi
infeksi bakteri dan mencegah penurunan respons sistem imunitas.
Peran vitamin C hingga kini masih diteliti, namun diduga mampu mendukung
nutrisi lain untuk meningkatkan sistem imunitas. Sementara itu vitamin D
diketahui mampu berfungsi sebagai antimikroba pada tuberkulosis. Dua mineral
yang tidak kalah penting untuk sistem imunitas yaitu zine dan selenium. Penelitian
menduga zine berkaitan langsung dengan fungsi sel sistem imunitas Sementara,
kekurangan selenium dikaitkan dengan risiko kanker kandung kemih. payudara,
usus, paru-paru, dan prostat.
Berikan anak berbagai jenis buah dan sayuran, kacang-kacangan, serta daging tapa
lemak untuk mendukung sistem imunitas. Yoghurt yang banyak mengandung

14
bakteri berguna yang disebut probiotik, juga dapat membantu tubuh melawan
penyakit seperti pilek, infeksi telinga, dan radang tenggorokan. Susu sapi juga
sangat baik bagi sistem imunitas anak-anak karena tidak hanya mengandung
kalsium, tapi juga protein, vitamin A, dan beberapa jenis vitamin B. Berikan ASI
pada awal kehidupan anak demi melindungi buah hati Anda dari kuman dan
berbagai infeksi yang menyerang. Jangan Tupa untuk memberikan asupan nutrisi
seimbang untuk menyempumakan sistem imunitas anak agar tumbuh kembang
optimal.
E. TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien
(Budiono. 2015).
dapat dikumpulkan. Hal ini dimasuksudkan untuk mengidentifikasi pola fungsi
kesehatan klien, baik yang efektif optimal maupun yang bermasalah Kegiatan
pengkajian yang dilakukan oleh seorang perawat dalam pengumpulan data dasar,
yaitu mengkaji identitas atau biodata klien. Pengumpulan data merupakan suatu
kegiatan untuk menghimpun informasi tentang status kesehatan klien. Status
kesehatan klien yang normal maupun yang senjang hendaknya.
Teknik pengumpulan data yang dapat dilakukan ada 3, yaitu:
a. Anamnesis yaitu suatu proses tanya jawab atau komunikasi untuk mengajak
klien dan keluarga bertukar pikiran dan perasaan, mencakup ketrampilan
secara verbal dan nonverbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi.
b. Observasi yaitu pengamatan perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh
data tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien.
c. Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan menggunakan metode atau Teknik
PE (Physical Examination) yang terdiri atas:
1) Inspeksi, yaitu suatu teknik yang dapat dilakukan dengan proses observasi
yang dilaksanakan secara sistematik.
2) Palpasi, yaitu suatu teknik yang dapat dilakukan dengan menggunakan
indra peraba.

15
3) Perkusi adalah pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan mengetuk,
dengan tujuan untuk membandingkan kiri-kanan pada setiap daerah
permukaan tubuh dengan menghasilkan suara.
4) Auskultasi merupakan pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan
mendengar suara yang dihasilkan ole tubuh dengan menggunakan
stetoskop
2. Diagnosa keperawatan
Selanjutnya, pengertian lain menyebutkan bahwa diagnosa keperawatan
merupakan penilaian klinis tenteng respons individu, keluarga, ataupun potensial
sebagai dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil tempat
perawat bertanggung jawab.
Tujuan penggunaan diagnosa keperawatan adalah sebagai berikut:
Memberikan bahasa yang umum Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang
jelas mengenai status kesehatan atau masalah aktual atau resiko dalam rangka
mengidentifikasi dan menentukan intervensi keperawatan untuk mengurangi,
menghilangkan atau mencegah masalah kesehatan klien yang ada pada tanggung
jawabnya (Carpenito dalam Tarwoto, 2010).
a. bagi perawat sehingga dapat terbentuk jalinan informasi dalam persamaan
persepsi.
b. Meningkatkan identifikasi tujuan yang tepat sehingga pemilihan intervensi
lebih akurat dan menjadi pedoman dalam melakukan evaluasi.
c. Menciptakan standar paratik keperawatan.
d. Memberikan dasar peningkatan kualitas pelayanan keperawatan. Berdasarkan
patofisilogis penyakit dan manifestasi klinik yang muncul maka dignosa
Keperawatan vang sering muneul pada pasien kejang demam adalah:
1) Hipertermi
Definisi: suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh.
a) Penyebab:
1. Dehidrasi
2. Terpapar lingkungan panas
3. Proses penyakit (mis. Infeksi, Kanker)
4. Ketidak sesuaian pakaian suhu lingkungan
5. Peningkatan laju metabolisme
6. Respon trauma

16
7. Aktivitas berlebihan
8. Penggunaan incubator
b) Tanda dan gejala mayor hipertermi
1. Subjektif
(tidak tersedia)
2. Objektif
Suhu tubuh diatas nilai normal
c) Tanda dan gejala minor hipertermi
1. Subjektif
(tidak tersedia)
2. Objektif
a. kulit merah
b. Kejang
c. Takikardi
d. Takipneu
e. Kulit terasa hangat
2) Termoregulasi tidak efektif
Definisi: mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal
a. Penyebab:
1. Stimulasi pusat termoregulasi hipotalamus
2. Fluktuasi suhu lingkungan
3. Proses penyakit
4. Proses penuaan
5. Dehidrasi
6. Ketidaksesuaian pakaian suhu lingkungan
7. Peningkatan kebutuhan oksigen
8. Perubahan laju metabolisme
9. Suhu lingkungan ekstrem
10. Ketidakadekuatan suplai lemak subkutan
11. Berat badan ekstrem
12. Efek agen farmakologi
b. Tanda dan gejala mayor termoregulasi tidak efektif
1. Objektif
(tidak tersedia)

17
2. Subjektif
a) Kulit dingin
b) Menggigil
c) Suhu tubuh fluktuatif
c. Tanda dan gejala minor termogulasi tidak efektif
1. Objektif
(Tidak tersedia)
2. Subjektif
a) Piloereksi
b) Pengisian kapiler >3 detik
c) Tekanan darah meningkat
d) Pucat
e) Frekuensi napas meningkat
f) Takikardi
g) Kejang
h) Kulit kemerahan
3. Rencana Keperawatan
Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah mengurangi,
dan mengatasi masalah-masalah yang telah didentifikasi dalam diagnosis
keperawatan Desain perencanaan menggambarkan sejauh mana seorang tenaga
Kesenatan mampu menetapakan cara menvelesalkan masalah dengan efektif dan
efisien. Pada tahap perencanaan, ada empat hal yang harus diperhatikan:
a. Menentukan prioritas masalan
b. Menentukan tujuan.
c. Menentukan kriteria hasil.
d. Merumuskan intervensi dan aktivitas perawatan Rencana tindakan
keperawatan dengan hipertermi pada anak kejang demam menurut buku
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)

Diagnosa Intervensi Utama Intervensi Pendukung

Hipertermia Manajemen hipertermia 1. Edukasi analgesia

Setelah dilakukan Definisi: terkontrol

tindakan keperawatan mengidentifikasi dan 2. Edukasi dehirasi

18
diharapkan hipertermi mengelola peningkatan 3. Edukasi pengukuran
dapat teratasi dengan suhu tubuh akibat suhu tubuh
kriteria hasil: disfungsi termoregulasi 4. Edukasi program
a. Suhu tubuh dalam Observasi pengobatan
rentang normal 1. Identifikasi penyebab 5. Edukasi terapi cairan
b. Nadi dan RR dalam hipertermia (mis. 6. Edukasi
rentang normal Dehidrasi, terpapar Termoregulasi
c. Tidak ada perubahan lingkungan, panas)
7. Kompres dingin/ panas
warna kulit dan 2. Monitor suhu tubuh
8. Manajemen cairan
tidak ada pusing 3. Monitor kadar
9. Manajemen kejang
elektrolit
10. Manajemen cairan
4. Monitor keluaran urin
11. Pemberian Obat
5. Monitor komplikasi
akibat hipertermia 12. Pemberian obat
intravena
Terapeutik
13. Pemberian obat oral
1. Sediakan lingkungan
yang dingin 14. Pencegahan
hipertermi keganasan
2. Longgarkan atau
lepaskan pakaian 15. Perawatan sirkulasi
Promosi Teknik kulit ke
3. Basahi dan kipasi
kulit
permukaan tubuh

4. Berikan cairan oral

5. Ganti linen setiap hari


atau lebih sering
mengalami
hyperhidrosis
(keringat berlebih)

6. Lakukan pendinginan
eksternal (mis.
Selimut hipotermia

19
atau kompres dingin
pada dahi, leher, dada
abdomen, aksila).

7. Berikan oksigen jika


perlu

Edukasi

1. Anjurkan tirah baring


Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu.

Termoregulasi tidak Regulasi Temperatur 1. Edukasi


efektif Setelah dilakukan Definisi: aktivitas/istirahat
Tindakan. Diharapkan 2. Edukasi berat badan
mempertahankan suhu
keperawatan termogulasi efektif
tubuh dalam batas
tidak
normal 3. Edukasi dehidrasi
efektit dapat teratasi
Observasi 4. Edukasi pengukuran
dengan kriteria hasil:
1. Monitor suhu anak suhu tubuh
a. Keseimbangan antara
sampai stabil (36,5- 5. Edukasi terapi cairan
produksi panas, panas
37.5°C) 6. Edukasi termoregulasi
yang diterima, dan
kehilangan panas 2. Monitor suhu tubuh 7. Kompres dingin
anak tiap 2 jam
b. Seimbang antara 8. Kompres panas
produksi panas, panas 3. Monitor tekanan
9. Manajemen cairan
yang diterima, dan darah, frekuensi
pernapasan dan nadi 10. Manajemen demam
kehilangan panas
4. Monitor warna dan 11. Manajemen
selama 28 hari pertama
suhu kulit hipertermi
kehidupan

5. Monitor dan catat 12. Manajemen


c. Temperatur stabil
tanda hipotermi dan hipotermi
d. Tidak ada kejang
hipertermi 13. Manajemen

20
lingkungan

14. Pemantauan cairan

15. Pemantauan tanda


vital

16. Pencegahan
hipertermi maligna

17. Perawatan bayi

18. Promosi teknik kulit


ke kulit

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
perawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri (independen) dan
tindakan kolaborasi.
Tindakan mandiri (independen) adalah aktivitas perawat yang didasarkan pada
kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukann merupakan petunjuk atau perintah
dari petugas kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan
hasil keputusan bersama, seperti dokter dan petugas kesehatan lain.
Perencanaan yang dapat dimplementasikan tergantung pada aktivitas berikut ini:
a. Kesinambungan pengumpulan data.
b. Penentuan prioritas.
c. Bentuk intervensi Keperawatan.
d. Dokumentasi asuhan keperawatan.
e. Pemberian catatan perawatan secara verbal.
f. Mempertahankan rencana pengobatan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan
pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang perawat buat
pada tahap perencanaan.
Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnva. Tujuannya
adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan perawatan dapat dicapai dan
memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan.

21
Langkah-langkah evaluasi adalah sebagai berikut:
a. Daftar tujuan-tujuan pasien.
b. Lakukan pengkajian apakah pasien dapat melakukan sesuatu.
c. Bandingkan antara tujuan dengan kemampuan pasien.
d. Diskusikan dengan pasien, apakah tujuan dapat tercapai atau tidak

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Termoregulasi adalah suatu pengatur fisiologis tubuh manusia mengenai
keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat
dipertahankan secara konstan. Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh mekanisme
fisiologis dan perilaku. Agar suhu tubuh tetap konstan dan berada dalam batasan
normal, hubungan antara produksi panas dan pengeluaran panas harus dipertahankan.
Hubungan regulasi melalui mekanisme kontrol suhu untuk meningkatkan regulasi
suhu.
Kebutuhan dasar manusia menurut Virginia Henderson Manusia mengalami
perkembangan yang dimulai dari proses tumbuh kembang dalam rentang kehidupan
(life span). Dalam melakukan aktivitas sehari-hari, individu memulainya dengan
bergantung pada orang lain dan belajar untuk mandiri melalui sebuah proses yang
disebut pendewasaan.
B. SARAN
Berdasarkan pembahasan di atas saran yang dapat di ambil yaitu dalam
melakukan sebuah pengukuran suhu tubuh di perlukan ketepatan dan dalam pemilihan
alat seperti thermometer pada saat di mengukur suhu harus sesua dengan fungsi
nya masing-masing.

22
DAFTAR PUSTAKA

https://be-songo.or.id/2013/11/14/islam-menciptakan-rasa-aman/

Budiono & Pertami, S.B. (2015). Konsep Dasar Keperawatan.Jakarta: BUMI MEDIKA.

Dicky, Alexander & Wulan, A.J. (2017). Tatalaksana Terkini Bronkopneumonia pada Anak
di RS Abdul Moeloek ( Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung) dalam Jurnal Medula
Unila.

Haswati & Sulityowati, Reni. (2017). Kebuthan Dasar Manusia.Jakarta: TIM.

Hidayat, A.A. (2012). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia.Surabaya: HEALTH BOOK

Masruroh, H. (2014). Buku Pedoman Keperawatan dari Etika sampaiKamus


Keperawatan.Yogyakarta : EGC.

23

Anda mungkin juga menyukai