Acc LP KDPK Eka Wahyu F. 2
Acc LP KDPK Eka Wahyu F. 2
Di Susun Oleh:
EKA WAHYU FIBRIANTI
NIM : 15901. 04.22056
1
LEMBAR PENGESAHAN
Mahasiswa
Mengetahui,
2
TINJAUAN TEORI
Prinsip tekanan osmotik sangat penting dalam proses pemberian cairan intra vena
biasanya larutan yang sering digunakan dalam pemberian infus intravena bersifat isotonik
karena mempunyai konsentrasi yang sama dengan plasma darah. Larutan intravena yang
hipotonik, yaitu larutan yang mempunyai konsentrasi kurang pekat dibanding konsentrasi
plasma darah. Hal ini menyebabkan, tekanan osmotik plasma akan lebih besar dibanding
dengan tekanan osmotik cairan interstisial karena konsentrasi protein dalam plasma lebih
besar dibanding cairan interstisial dan molekul protein lebih besar, sehingga bentuk larutan
koloid dan sulit menembus membran semipermiabel.
Tekanan Hidrostatik adalah kemampuan tiap molekul yang bergerak dalam ruang
tertutup.
3
2. Membran semipermeable
merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar tidak bergabung. Membran
semipermiable ini terdapat pada dinding kapiler pembuluh darah, yang terdapat diseluruh
tubuh sehingga molekul atau zat lain tidak berpindah ke jaringan.
C. Jenis Cairan
1. Cairan zat gizi (nutrien)
Pasien yang istirahat ditempat tidur memerlukan kalori 450 kalori setiap hari.
Cairan nutrien dapat diberikan melalui intra vena dalam bentuk karbohidrat, nitrogen dan
vitamin untuk metabolisme. Kalori yang terdapat dalam cairan nutrien dapat berkisar
antara 200-1500 kalori per liter. Cairan nutrien terdiri atas:
a. Karbohidrat dan air, contoh: dekstrosa(glukosa), levulosa (fruktosa), serta invert sugar
(1/2 dekstrosa dan ½ levulosa).
b. Asam amino, contoh: amigen, aminosol, dan travamin.
c. Lemak, contoh: lipomul dan liposyn.
2. Blood volume expanders
Blood volume expanders merupakan jenis cairan yang berfungsi meningkatkan
volume darah setelah kehilangan darah atau plasma. Hal ini terjadi pada saat pasien
mengalami perdarahan berat, maka pemberian plasma akan mempertahankan jumlah
volume darah. Pada pasien dengan luka bakar yang berat, sebagian besar cairan akan
hilang dari pembuluh darah didaerah luka. Plasma sangat perlu diberikan untuk
menggantikan cairan ini. Jenis blood volume expanders antara lain: humen serum
albumin dan dextran dengan konsentrasi yang berbeda. Kedua cairan ini mempunyai
tekanan osmotik, sehinggan secara langsung dapat meningkatkan jumlah volume darah.
4
keluar sel. Pengosongan cairan ini terjadi pada pasien diare dan muntah. Kehilangan
cairan eksternal yang berlebihan akan menyebabkan volume eksternal berkurang
(hipovolume). Pada keadaan ini,tidak terjadi perpindahan cairan daerah intrasel ke
permukaan, sebab osmolaritasnya sama. Jika terjadi kekurangan cairan eksternal dalam
waktu yang lama, maka kadar urea, nitrogen, serta kreatinin akan meningkat dan
menyebabkan terjadinya perpindahan cairan intrasel ke pembuluh darah. Kekurangan
cairan dalam tubuh dapat terjadi secara lambat atau cepat dan tidak selalu cepat diketahui.
Kelebihan asupan pelarut seperti protein dan klorida / natrium akan menyebabkan
ekskresi atau pengeluaran urine secara berlebihan, serta berkeringat banyak dalam waktu
yang lama dan terus menerus. Kelainan lain yang menyebabkan kelebihan pengeluaran
urine adalah adanya gangguan pada hipotalamus, kelenjar gondok dan ginjal, diare,
muntah yang terus menerus, terpasang drainage dan lain-lain. Macam dehidrasi (kurang
volume cairan) berdasarkan derajatnya:
a. Dehidrasi berat
1) Pengeluaran atau kehilangan cairan 4-6 L
2) Serum natrium 159-166 mEq/L
3) Hipotensi
4) Turgor kulit buruk
5) Oliguria
6) Nadi dan pernafasan meningkat
7) Kehilangan cairan mencapai > 10% BB
b. Dehidrasi sedang
1) Kehilangan cairan 2-4 I atau antara 5-10% BB
2) Serum natrium 152-158 mEq/L
3) Mata cekung
5
antara jaringan. Keadaan hipervolume dapat menyebabkan piting edema, merupakan
edema yang berada pada darah perifer atau akan mencekung setelah ditekan pada daerah
yang bengkak. Manifestasi edema paru-paru adalah penumpukan sputum, dispnea, batuk,
dan suara ronkhi. Keadaan edema ini disebabkan oleh gagal jantung yang mengakibatkan
peningkatan penekanan pada kapiler darah paru-paru dan perpindahan cairan ke jaringan
paru-paru.
E. Kebutuhan Elektrolit
Elektolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung oksigen,
nutrien, dan sisa metabolisme (seperti karbondioksida), yang semuanya disebut dengan ion.
Beberapa jemis garam dalam air akan dipecah dalam bentuk ion elektrolit. Contohmya NaCl
akan dipecah menjadi ion Na dan CI . pecahan elektrolit tersebut merupakan ion yang dapat
menghantarkan arus listrik. Ion yang bermuatan negatif disebut anion sedangkan ion yang
bermuatan positif disebut kation. Contoh kation antara lain natrium, kalium, kalsium, dan
magnesium. Contoh anion antara lain klorida, bikarbonat, dan fosfat.
F. Pengaturan Elektrolit
1. Pengaturan keseimbangan natrium
Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfungsi dalam pengaturan osmolaritas
dan volume cairan tubuh. Natrium ini paling banyak pada cairan ekstrasel.
2. Pengaturan keseimbangan kalium
Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam cairan intrasel dan berfungsi
mengatur keseimbangan elektrolit. Keseimbangan kalium diatur oleh ginjal dengan
mekanisme perubahan ion natrium dalam tubulus ginjal.
3. Pengaturan keseimbangan kalsium
Kalsium dalam tubuh berfungsi dalam pembentukan tulang, penghantar impuls kontraksi
otot, koagulasi darah (pembekuan darah), dan membantu beberapa enzim pankreas.
4. Pengaturan keseimbangan magnesium
Magnesium merupakan kation dalam tubuh yang terpenting kedua dalam cairan intrasel.
Keseimbanganya diatur oleh kelenjar paratiroid. Magnesium diabsorpsi dari saluran
pencernaan.
6
5. Pengaturan keseimbangan klorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel, tetapi klorida dapat ditemukan
pada cairan eksternal dan intrasel. Fungsi klorida biasanya bersatu dengan natrium yaitu
mempertahankan keseimbangan tekanan osmotik dalam darah.
6. Pengaturan keseimbangan bikarbonat
Bikarbonat merupakan elektrolit utama dalam larutan buffer (penyangga) dalam tubuh.
7. Pengaturan keseimbangan fosfat (PO4)
Fosfat bersama-sama dengan kalsium berfungsi dalam pembentukan gigi dan tulang.
Fosfat diserap dari saluran pencernaan dan dikeluarkan melalui urine
G. Pemasangan Infus
a. Pemberian Cairan Melalui Pemasangan Infus
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan cairan melalui
intravena yang dilakukan pada pasien dengan bantuan perangkat infus. Tindakan ini
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan
pengobatan dan pemberian makanan.
c. Indikasi
Pasien dehidrasi, syok, intoksikasi berat, pra dan pasca bedah, sebelum transfusi
darah, pasien yang tidak bisa atau tidak boleh makan dan minum melalui mulut, pasien
yang memerlukan pengobatan tertentu.
d. Kontraindikasi
1. Inflamasi (bengkak, nyeri demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infus
2. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan untuk
pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialisis (cuci darah)
7
3. Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran darahnya
lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki) (Yuda, 2010)
2. Hematoma
Yaitu darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya pembuluh darah, terjadi
akibat penekanan yang kurang tepat saat memasukkan jarum, atau tusukan berulang
pada pembuluh darah.
Tanda-tanda: tenderness, memar.
Penyebab: vena terembes, jarum tidak pada tempatnya dan darah mengalir.
Intervensi: abbocath dipindahkan, gunakan tekanan dan kompres, cek kembali tempat
keluar darah.
3. Infiltrasi
Yaitu masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar (bukan pembuluh darah) atau
kebocoran cairan infus ke jaringan sekitar. Terjadi akibat ujung jarum infus melewati
pembuluh darah.
Tanda-tanda: kepucatan, bengkak, dingin, nyeri dan terhentinya tetesan infus.
Intervensi: kaji tingkat keparahan, lepas infus, tinggikan ekstremitas yang terpasang
infus.
8
5. Pastikan lokasi yang dipilih tidak mengganggu aktivitas pasien
9
g. Perbedaan Vena dan Arteri
VENA ARTERI
- Darah merah gelap - Darah merah terang
- Aliran darah pelan - Aliran darah cepat, berdenyut
- Katup-katup dititik percabangan - Tidak ada katup
- Aliran kearah jantung - Aliran menjauhi jantung
- Lokasi superfisial - Lokasi dalam dikelilingi otot
- Banyak vena menyuplai satu area - Satu arteri menyuplai satu area
i. Pemilihan Abbocath
Pemilihan abbocath, tergantung pada vena yang digunakan. Pemilihan abbocath
juga harus mempertimbangkan kondisi pasien dan jenis cairan yang akan diberikan. Di
bawah ini adalah ukuran abbocath serta penggunaanya:
24-22 : untuk anak-anak dan lansia
24-20 : untuk klien penyakit dalam dan post operasi
18 : untuk pasien operasi dan diberikan transfusi darah
16 : untuk pasien yang trauma dan memerlukan rehidrasi yang cepat.
10
j. Persiapan Alat pemasangan infus
1. Baki yang telah dialasi
2. Perlak dan pengalas
3. Bengkok
4. Tiang infus
5. Hanscoon
6. Torniquet
7. Kapas alkohol
8. Infus set
9. Cairan infus
10. Abbocath
11. Jam tangan
12. Plester /hipafik
13. Kassa
14. Gunting plester
11
12.Memilih vena yang akan dipasang infus
13.Meletakkan torniquet 10-12 cm di atas tempat yang akan ditusuk, menganjurkan pasien
menggenggam tangannya
14.Melakukan desinfeksi daerah penusukkan dengan kapas alkohol secara sirkuler dengan
diameter ±5 cm
15.Menusukkan jarum abbocath ke vena dengan lubang jarum menghadap ke atas, dengan
menggunakan tangan yang dominan.
16.Melihat apakah darah terlihat pada pipa abbocath
17.Memasukkan abbocath secara pelan-pelan jarum yang ada pada abbocath, hingga plastik
abbocath masuk semua dalam vena, dan jarum keluar semua
18.Segera menyambungkan abbocath dengan selang infus
19.Melepaskan tourniquet, menganjurkan pasien membuka tangannya dan melonggarkan
klem untuk melihat kelancaran tetesan
20.Merekatkan pangkal jarum pada kulit dengan plester
21.Mengatur tetesan infus
22.Menutup tempat tusukan dengan kassa steril, dan direkatkan dengan plester
23.Mengatur letak anggota badan yang dipasang infus supaya tidak digerak-gerakkan agar
abbocath tidak bergeser
24.Membereskan alat dan merapikan pasien
25.Melepas sarung tangan
26.Mencuci tangan
27.Melakukan dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA
Alimul H, A Azis dan Uliyah 2008. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC
12
Aryani, R. dkk., 2009. Prosedur Kebutuhan Cairan dan Elektrolit. Dalam : Aryani, R. dkk. ed.
Prosedur Klinik Keperawatan Pada Mata Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : C.V.
Trans Info Media.
Saputra, Lyndon. 2013. Catatan Ringkas Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang: Binarupa
Aksara
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN
13
Pada An. “N” Usia 4 Tahun dengan Gangguan pemenuhan kebutuhan cairan
Identitas
Nama Anak
: AN. N Nama Istri :NY. D
Umur : 4 Tahun Umur :26 Tahun
Agama : Islam Agama :Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan :- Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan :Petani
Alamat : Purorejo-Tempursari Alamat : Purorejo -Tempursari
Keluhan : NY.D mengeluh ingin memeriksakan anaknya pusing, lemas, diare 6 kali
cair, tiap makan muntah.
b. Tanda-Tanda Vital:
- TD -
- S 37.80C,
- RR 24x/menit,
- N 90 x/menit.
Berat badan :19.1kg
Tinggi badan : 106 cm
14
c. Pemeriksaan Fisik
Kepala
Muka : Pucat, tidak oedem
Mata : conjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, kelopak mata cekung
Mulut : tidak ada sariawan, gigi tidak berlubang, tidak ada karies gigi, terlihat
kering
Perut : turgor pada perut jika dicubit kembalinya lambat
Ekstermitas : tidak ada odema, tidak teraba dingin
d. Pemeriksaan Penunjang
-
3.3 Analisa Data
AN. N usia 4 tahun diare dengan dehidrasi ringan
3.4 Penatalaksanaan
1) Memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu mengalami mual
dalam kehamilan dan hasil pemeriksaan dalam batas normal
e/ ibu dan keluarga mengerti penjelasan bidan dan tidak terlihat khawatir
2) Berkolaborasi dengan dokter umum dalam pemberian terapi obat
- Pemasangan infus
- Domperidone 2 mg inj. 3x1
- Injeksi norages 70 mg/ 8jam
- tablet zick
- ramolit
e/ terapi obat sudah ada pada ibu
3) Anjurkan ibu untuk melakukan pengompresan dengan air hangat t di daerah dahi, leher,
ketiak sebelah kiri dan kanan, dada, dan perut
e/ bayi sudah dikompres dengan air hangat
4) Memberi anak makan dengan menu diet : Buah pisang, nasi, sayur bening jagung, telur
rebus dan tempe bacem
15
e/ bayi sudah mendapatkan menu diet tapi tidak dihabiskan
5) Menganjurkan ibu untuk sesering mungkin memberi minum baik air putih atau cairan
oralit
e/ ibu bersedia melakukannya, cairan oralit hanya di minum sedikit
6) Mengukur suhu bayi pada axilla, muntah, dan BAB tiap 2 jam sekali.
e/ ibu mengatakan ankanya bab 1 kali, sudah tidak muntah dan suhu tubuh sudah turun
36.80c
16
LEMBAR KONSULTASI AKADEMIK DAN RUANGAN
17