Anda di halaman 1dari 1

FENOMENA SOSIAL

1. MUDIK

Mudik merupakan fenomena sosial pulang kampung yang


terjadi di Indonesia pada saat hari raya.
Tradisi mudik memiliki tiga dimensi dilansir dari laman
Puspensos Kementrian Sosial yaitu dimensi spiritual
kultural, dimensi sosial, dan dimensi psikologis. Berikut
penjelasan mengenai ketiga dimensi tradisi ini.

1. Dimensi spiritual kultural. Mudik dianggap sebagai tradisi


warisan yang dimiliki sebagian besar masyarakat Jawa. Tradisi mudik terkait dengan kebiasaaan
petani Jawa mengunjungi tanah kelahiran untuk berziarah ke makam para leluhur. Oleh karena
itu, tradisi berziarah muncul dan bertahan dari waktu ke waktu.
2. Dimensi psikologis. Mudik atau pulang kampung akan memberikan rasa nyaman, aman, dan
tenang karena bertemu dengan keluarga besar.
3. Dimensi sosial. Dalam dimensi ini, banyak orang ingin mudik ke kampung halaman karena ingin
menaikkan posisinya di depan keluarga dan kerabat. Ada anggapan bahwa kehidupan di
perkotaan selalu lebih baik dan lebih berhasil dibandingkan kehidupan di desa. Oleh karena
itu, mudik menjadi salah satu media untuk mengkomunikasikan cerita keberhasilan sekaligus
menaikkan posisinya pada strata sosial yang lebih tinggi dari sebelumnya. Nilai keberhasilan
dapat diwujudkan dengan membeli baju baru, alat elektronik, atau barang-barang lainnya yang
bertujuan untuk ditunjukkan di depan keluarga, tetangga, dan kerabat. Alhasil mudik juga
menjadi penyalur jiwa konsumeris dan hedonis.

Tujuan dan Manfaat Mudik

Pada hakikatnya, fenomena sosial ini merupakan ajang untuk menyemai kesalehan vertikal dan
horizontal. Kesalehan vertikal merupakan hubungan antara hamba dengan Tuhannya. Mudik yang biasa
diadakan saat hari raya Idul Fitri untuk meningkatkan kebersihan hati. Sedangkan, kesalehan horizontal
bermakna bahwa orang-orang harus menyambungkan tali silaturahim dengan keluarga, sahabat, dan
kerabat tanpa adanya keinginan untuk menunjukkan prestis, melainkan murni untuk menjalin
kekeluargaan dan kehangatan kembali.

Mudik berdampak bagi kesejahteraan sosial dilihat dari fenomena sosial. Masyarakat yang mudik atau
pulang kampung bisa dengan beragam alasan dan bisa dalam waktu yang temporer atau
permanen. Mudik berkaitan dengan masalah urbanisasi, kemiskinan, dan kesenjangan sosial. Masyarakat
cenderung untuk melakukan urbanisasi untuk meningkatkan kesejahteraan dan mengentaskan
kemiskinan. Karena, adanya banyak peluang di kota besar. Pulang kampung juga dapat mengurangi
kemiskinan. Gengsi untuk menunjukkan

Dilhat dari kesejahteraan sosial, masyarakat yang kembali ke kampung halaman memberikan dampak
positif. Namun hal ini kembali lagi pada persyaratan pembangunan ekonomi dan pembangunan sosial
diatas yang harus terpenuhi. Sehingga perpindahan masyarakat dari kota ke desa bukan sekedar
perpindahan tenaga kerja tanpa makna, namun memiliki makna bagi peningkatan kesejahteraan.

Anda mungkin juga menyukai