Anda di halaman 1dari 20

Sistem Neuroendokrin

1. Pengertian
Neuroendokrin terbagi menjadi dua kata, yaitu neuro dan endokrin. Neuro sendiri
merupakan sel saraf, yang berfungsi untuk menghantarkan implus atau rangsangan ke
seluruh tubuh. Sedangkan endokrin sendiri merupakan kelenjar tanpa saluran (Dutcless)
yang berfungsi sebagai penghasil hormon. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
Neuroendokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran yang menghasilkan hormon
yang tersikulasi ditubuh manusia melalui aliran darah untuk mempengaruhi organ tubuh
yang lainnya.
Kata endokrin sendiri berasal dari bahasa Yunani yang mempunyai arti sekresi
langsung masuk ke dalam darah atau limfa sirkulasi. Menurut Manurung dkk (2017)
Respon pada sistem endokrin itu mempunyai sifat yang lambat serta melalui perantara
hormon. Sedangkan sekresi merupakan hormon yang tersusun dari senyawa kimia
dengan fungsi mengontrol aktivitas organ, sistem, atau keenjar tubuh lainnya, menurut
Nugroho (dalam White, Duncan, & Baumle : 2013). Hasil hormon yang disekresikan
kelenjar endokrin pada umumnya menuju organ target atau sasaran yang letaknya cukup
jauh dari tempat sekresinya sehingga hormon tersebut biasanya diproduksi kelenjar
endokrin saat dibutuhkan dengan jumlah sedikit, namun pengaruh respon yang sangat
luas. (Nugroho, R : 2016).
Sistem endokrin juga meregulasi hormon penting seperti: ketidakstabilan emosional,
rusaknya pola makan, dan hambatan pada seksual maka, tanpa sistem neuroendokrin
dapat terjadi gangguan pertumbuhan dan mencapai kedewasaan, serta infertilitas.
(Nugroho, Adi :2021). Dengan demikian sistem endokrin umumnya bekerja melalui
hormon, lalu sistem saraf bekerja melalui neurotransmiter (mengirim sinyal neutron ke
berbagai tubuh) yang dihasilkan oleh ujung-ujung saraf. (Sjattar Lilianty: 2018). Jika
kelenjar endokrin mengalami kelainan fungsi, maka kadar hormon di dalam darah bisa
menjadi tinggi atau rendah, sehingga mengganggu fungsi tubuh. Untuk
mengendalikan fungsi endokrin, maka pelepasan setiap hormon harus diatur dalam
batas-batas yang tepat. (Philip E.P, 2001).
Sistem neuroendokrin dapat juga ditemukan pada semua golongan hewan, baik
vertebrata maupun invertebrata. Pada umumnya, sistem neuroendokrin berperan penting
dalam mengendalikan beberapa aspek fisiologi tubuh, antara lain aktivitas metabolisme,
pertumbuhan (perkembangan manuritas seksual yang sempurna), reproduksi, regulasi
osmotik (pengaturan air dalam tubuh), dan regulasi ionik. (Sjattar Lilianty: 2018)
Hasil kerja hormon dari suatu kelenjar dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor
termasuk kadar zat dalam darah dan masukan dari sistem saraf, karena pada dasarnya
hormon mengalir dalam sel darah, pada setiap hormon dapat mencapai setiap bagian
tubuh. Namun demikian bentuk molekul khusus dari setiap hormon hanya bisa masuk
kedalam reseptor (penerima) pada jaringan atau organ yang ditujunya saja.
(Syafuddin.2009)
2. Fungsi
Secara umum ada beberapa fungsi dari kelenjar endokrin dan hormon yang
dihasilakan (Nugroo, Rudy : 2016), adapun fungsinya sebagai berikut :
A. Kelenjar Endokrin
Adapun beberapa fungsi kelenjar endokrin adalah :
1. Mensekresikan/Memproduksi Hormon
Tugas utama kelenjar endokrin adalah memroduksi hormon yang akan dialirkan
langsung ke dalam darah tanpa adanya saluran khusus (ductless) jika sedang
diperlukan oleh sel/jaringan/organ tubuh tertentu.
2. Mengatur Aktivitas Kelenjar Tubuh
Kelenjar endokrin mempunyai tugas untuk mengontrol segala aktivitas dari kelenjar
tubuh sehingga dapat befungsi secara maksimal.
3. Merangsang Aktivitas Kelenjar Tubuh
Fungsi kelenjar endoktrin yang lain ialah bertugas untuk merangsang aktivitas-
aktivitas kelenjar tubuh yang kemudian untuk disampaikan ke sistem saraf untuk
memproses rangsangan tersebut.
4. Mengatur Pertumbuhan Jaringan
Pada dasarnya kelenjar endoktrin juga mempengaruhi pertumbuhan pada jaringan
manusia, sehingga jaringan tersebut dapat tumbuh dan berfungsi maksimal.
5. Mengatur Metabolisme
Kelenjar endoktrin juga memiliki fungsi untuk mengatur metabolisme pada tubuh
manusia, selain itu juga berfungsi mengatur sistem oksidasi dan meningkatkan
absorpsi glukosa pada tubuh dan pada usus halus.
6. Mengatur Metabolisme Zat
Fungsi terakhir yaitu bertugas untuk mempengaruhi fungsi metabolisme zat dalam
tubuh sehingga tergunakan secara optimal. Adapun contoh zatnya seperti lemak,
vitamin, mineral, protein, air dan karbohidrat.
B. Hormon
Adapun fungsi dari hormon, yaitu :

1. Memelihara mekanisme internal pada tubuh agar tetap optimal dan homeostatis.
2. Mengendalikan proses-proses dalam tubuh manusia seperti proses metabolism dan
proses oksidatif.
3. Dalam peranan psikologisnya sebagai pengatur mood dan suasana hati manusia
4. Fungsi hormon dari peranan fisik yaitu yang dapat menyebabkan munculnya bentuk
fisik yang menjadikan perbedaan antara pria dan wanita.
5. Terakhir dalam peranan reproduksi adalah guna mengontrol kinerja organ
reproduksi.
3. Kelenjar Endokrin & Hormon yang Dihasilkan
Adapun beberapa kelenjar Endokrin yang terdapat pada dalam tubuh manusia
menurut (Vioneery,Deoni: 2018).

Gambar 1. Kelenjar Endokrin Pada Tubuh Manusia. Sumber: (Nugroho, R. A. : 2016)


Kelenjar Hormon Kerja Hormon
Growth Hormone (GH) Merangsang pertumbuhan jaringan tubuh dan tulang.

Prolaktin Merangsang pertumbuhan jaringan payudara dan


laktasi.
Thyrotropic Hormone
(TSH) Merangsang kelenjar tiroid.

Hipofisis (Lobus Anterior) Gonadotropin hormone


(Luteinizing Hormon/ Mempengaruhi pertumbuhan, maturitas, serta fungsi
LH dan Folicle organ seks sekunder dan primer.
Stimulating
Hormon/FSH)

Adrenocorticotropic Merangsang pembentukan steroid oleh korteks


Hormone (ACTH) adrenal.

Melanocyte Stimulating Merangsang korteks adrenal dan mempengaruhi


Hormone (MSH) pigmentasi.
Antidiuretic Hormone Meningkatkan reabsorpsi air oleh tubulus distal dan
(ADH, Vasopressin) tubulus kodedokus ginjal sehingga menurunkan
haluaran urin.

Merangsang pengeluaran ASI dari alveoli payudara ke


Hipotalamus Oksitosin dalam duktus, merangsang kontraksi uterus dan juga
kemungkinan terlibat dalam transport sperma dalam
traktus reproduktif wanita.

Mengatur metabolisme, tingkat energi, dan


Titotropin
pertumbuhan perkembangan.

Gonadotropin Membuat kelenjar pituitari melepaskan lebih banyak


hormon yang membuat organ seksual tetap
bekerja.
Thyroxin (T4) Meningkatkan aktivitas metabolic pada hampir semua
Triiodothyronin (T3) sel, merangsang sebagian besar aspek metabolisme
Thyroid lemak, protein dan karbohidrat.

Menurunkan serum kalsium dan meningkatkan kadar


Thyrocalcitonin (TCT) fosfat, efek berlawanan dengan PTH.
Meningkatkan kadar kalsium dan menurunkan
Parathyroid Parathormone (PTH)
kadar fosfat dan meningkatkan resorbsi tulang.

Glukokortikoid Meningkatkan katabolisme karbohidrat, protein,


(Kortisol) dan lemak, serta meningkatkan kepekaan jaringan
Mineralokortikoid terhadap hormon lain.
(Adosteron)
Adrenal Korteks
Untuk meningkatkan retensi natrium dan ekskresi
Androgen (hormon pria) kalium serta mengatur karakteristik seks sekunder
tertentu. Semua kortikoid penting untuk
pertahanan terhadap stress atau cedera.
Meningkatkan tekanan darah, mengubah glikogen
Epineprin menjadi glukosa ketika dibutuhkan oleh otot
Adrenal Medulla (Adrenalin) untuk energy, meningkatkan frekuensi jantung,
Norepineprin meningkatkan kontraktilitas jantung, dan terakhir
mendilatasi bronkus.

Merangsang perkembangan karakteristik seks


Ovarium Estrogen Progesterone sekunder pada wanita dan berpengaruh terhadap
penyembuhan setelah masa menstruasi.

Merangsang perkembangan karakteristik


Testis Testosterone
seks sekunder pada pria.
Insulin Meningkatkan metabolisme karbohidrat, protein
dan lemak sehingga menurunkan kadar glukosa
darah.

Pankreas Glucagon Memobilisasi simpanan glikogen


Pulau sehingga meningkatkan kadar glukosa
Langerhans dalam darah.

Somatostatin Menurunkan sekresi insulin, glucagon, hormone


pertumbuhan dan beberapa hormon gastrointestinal
(gastrin, sekretin).
Timopoietin dan Timulun Dua hormon ini memiliki fungsi dalam proses
perubahan sel T menjadi sel-sel yang spesifik.

Timosin Untuk menguatkan respon imun serta bisa


Thymus merangsang hormon dari kelenjar hipofisis seperti
hormon pertumbuhan.

Hormon yang terlibat dalam peningkatkan respon


Timik
imun terhadap virus yang menyerang tubuh.
Tabel 1. Sistem Kelenjar Endokrin. Sumber: (Nugroho, R. A. : 2016)
4. Gangguan Pada Endokrin
Diabetes merupakan salah satu jenis penyakit karena adanya gangguan pada salah satu
sistem endokrin yang sering ditemui saat ini, selain diabetes masih banyak gangguan
yang dapat terjadi, antara lain :

1. Insufiensi Adrenal
Penyakit ini terjadi dikarenakan kelenjar adrenal kurang dalam memproduksi
hormon kortisol yang terletak pada bagian atas ginjal. Gejalanya yang ditimbulkan
termasuk kelelahan, sakit perut, dehidrasi, dan perubahan warna kulit.

2. Penyakit Cushing
Kelebihan hormon kelenjar hipofisis menyebabkan kelenjar adrenal terlalu aktif
atau penumpukan lemak pada bahu dan wajah. Kondisi serupa disebut dengan
sindrom cushing yang dapat terjadi pada manusia, terutama anak-anak yang sedang
megkonsumsi obat kortikosteroid.

3. Gigantisme (Akromegali) dan Masalah Hormon pertumbuhan


Jika kelenjar pituitari memproduksi hormon pertumbuhan melebihi kapasitas,
tulang anak dan bagian tubuh dapat tumbuh dengan cepat. Jika kadar hormon
pertumbuhan yang diproduksi tidak mencukupi, seorang anak dapat mengalami
pertumbuhan yang cenderung lambat.

4. Hipertiroidisme
Ketika kelenjar tiroid memproduksi tterlalu banyak hormon tiroid, akan memicu
penurunan berat badan, irama denyut jantung yang lebih cepat, berkeringat berlebih,
dan gelisah. Penyebab paling umum untuk tiroid yang terlalu aktif adalah gangguan
autoimun yang disebut penyakit Grave.

5. Hipotiroidisme
Hal ini terjadi ketika tiroid memproduksi hormon tiroid yang tidak mencukupi
kebutuhan tubuh. Hal ini dapat menyebabkan kelelahan, sembelit, kulit kering, dan
depresi. Kelenjar yang kurang aktif dapat menyebabkan perkembangan melambat
pada anak-anak.

6. Hipopituitarisme
Kondisi di mana kelenjar pituitar atau hipofisis mengalami kegagalan dalam
memproduksi lebih hormon, atau tidak memproduksinya dalam jumlah cukup.
Penyebabnya mungkin dari beberapa jenis penyakit, pada wanita dengan kondisi ini
mungkin akan terjadi gangguan pada siklus menstruasi mereka.
7. Multiple Neoplasia Endokrin I dan II (MEN I dan II MEN)
Penyakit ini disebabkan oleh kondisi genetik turuan dari keluarga. Hal ini dapat
menyebabkan tumor dari paratiroid, adrenal, dan kelenjar tiroid, dan hal ini juga
dapat menyebabkan kelebihan hormon.

8. Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS)


Pada kasus ini menyebabkan kelebihan androgen sehingga dapat mengganggu
perkembangan telur dan pembebasannya dari indung telur perempuan. PCOS juga
merupakan penyebab utama dari infertilitas.

9. Pubertas Prekoks (Dini)


Abnormal pubertas dini yang terjadi dimana saat kelenjar memerintahkan tubuh
untuk melepaskan hormon seks sebelum waktunya dalam kehidupan. kondisi ini
muncul dengan adanya tanda fisik dan hormonal yang berupa terjadinya
perkembangan seksual sekunder sebelum usia 8 tahun pada anak perempuan, dan 9
tahun pada anak lelaki. ( Pearsce, Evelyn C : 2011).

Hormon & Otak

Manusia banyak sekali menghasilkan berbagai jenis hormon yang memiliki fungsinya
tersendiri. Hormon sendiri juga tidak bisa dilepaskan keterkaitannya dengan otak,
diakarenakan Hipotalamus yang merupakan bagian dari otak berfungsi mengatur
produksi hormon. Hipotalamus juga bertugas megontrol sekresi kelenjar-kelenjar yang
lain, pada dasarnya hipotalamus bekerja melalui kelenjar pituitari yang juga berufungsi
mengontrol kelenjar-kelenjar lainnya. Hipotalamus akan mengisyaratkan pituitari untuk
memprodruksi hormonnya dan mengirimkan faktor regulasi kepada lobus sebagai
anteriornya serta mengirimkan implus saraf kepada posteriornya.

1. Kelenjar Pada Otak


Pada otak manusia terdapat dua kelenjar yang berperan aktif dalam pengaturan
hormon pada tubuh manusia, adapun kelenjar-kelenjar tersebut yaitu :
A. Hipotalamus

Gambar 2. Hipotalamus. Sumber: (Google Image.com)

Hipotalamus pada dasarnya masih bagian dari otak, akan tetapi juga mempunyai
kemampuan untuk memproduksi hormon. Beberapa hormon yang memerintaan
kelenjar hipofisis baik untuk mengeluarkan atau menghentikan produsi hormon. Dengan
demikian, hipotalamus juga berfungsi menyediakan jalur antara sistem saraf dan sistem
endokrin. Hipotalamus juga menghasilkan hormon yang secara langsung juga mengatur
proses tubuh. Hormon-hormon yang diproduksi akan bergerak ke kelenjar pituitari,
yang menyimpan mereka hingga saat mereka dibutuhkan. Hipotalamus dan kelenjar
hipofisis terletak berdekatan pada bagian bawah otak. (Syamsuri Istamar.2004).

B. Kelenjar Pituitari/Hipofisis

Gambar 3. Kelenjar Pituitari. Sumber: (Google Image.com)

Kelenjar pituitari mempunyai ukuran hanya sebesar kacang serta melekat pada
bagian bawah hipotalamus yang terubung oleh tangkai tipis bernama infundibulum.
Ituitari terdiri dari dua lobus yang berbentuk seperti bola, yaitu Lobus Posterior
(belakang) yang berfungsi menyimpan hormon dari hipotalamus, dan Lobus Anterior
(depan) yang berfungsi mengeluarkan hormon hipofisis. Kebanyakan hormon hipofisis
berungsi sebagai pengendaki kelenjar-kelenjar endokrin lainnya. Itu sebabnya hipofisis
sering juga disebut sebagai “master gland” dalam rangkaian sistem endokrin.
(Syafuddin.2009).
2. Hormon & Fungsi

Beberapa contoh hormon hipofisis serta fungsinya tercantum dalam tabel di bawah ini.
Hormon Target Fungsi

Hormon Adrenokortikotropik Merangsang kortes setiap kelenjar adrenal


Kelenjar Adrenal
(ACT) untuk mengeluarkan hormon tersebut.

Thyroid-Stimulating Merangsang kelenjar tiroid untuk


Kelenjar Tiroid
Hormone (TSH) mensekresi hormon tioroid.

Merangsang sel-sel tubuh untuk mensintesis


Hormon Pertumbuan (GH) Badan Sel
protein dan tumbuh

Merangsang ovarium untuk


Follicle-Stimulating mengembangkan telur matang serta
Ovarium/Testis
Hormone (FSH) merangsang testis untuk memroduksi
sperma

Merangsang ovarium dan testis untuk


mensekresikan hormon seks, serta
Luteinizing Hormone (LH) Ovarium/Testis
merangsang ovarium untuk melepaskan sel
telur

Merangsang kelenjar susu untuk


Proklatin (PRL) Kelenjar Susu
menghasilkan susu.

Tabel 2. Hormon Hipofisis & Fungsi. Sumber: (Evelyn C, 2002) .


Hormon & Perkembangan Seksual

1. Konsep Seksualitas
Seksualitas bukan hanya sebatas tentang perbuatan yang berhubungan dengan seksual
atau seberapa frekuensi melakukannya. Seksualitas merupakan tentang perasaan,
pikiran, ketertarikan, dan perilaku seksual terhadapa orang lain. Ketika seseorang
melihat pasangannya akan timbul rasa menarik secara fisik, seksual, dan emosional,
maka hal tersebutlah yang merupakan bagian dari pengalaman sesualitas. Rasa yang
dirasakan akan berbeda disetiap individu dan terkesan personal.Tetapi, hal itu
merupakan hal terpenting dari seseorang. Seksualitas juga merupakan salah satu aspek
dalam kehidupan manusia yang menyangkut faktor biologis, sosial, plitik, dan budaya.
Serta hal ini mempengaruhi individu dalam masyarakat, hal ini membuktikan bahwa
konsep seksualitas merupakan sesuatu yang tidak bisa dilepaskan ada manusia serta
sifat kemanusiaan itu sendiri.

2. Aspek Seksualitas
Seksualitas mempunyai beberapa aspek penting yang didasari oleh struktur
keberadaan manusia, adapun aspek-asepknya, yaitu:
A. Aspek Biologis
Jika dilihat dari namanya sudah jelas bahwa aspek ini menyangkut hal-hal yang
berkaitan dengan biologis manusia seperti contoh Anatomi dan fisiologis dari sistem
seksualitas (reproduksi), kemampuan organ seks, sistem saraf yang berhubungan
dengan seksualitas dan terakhir yaitu adanya hormonal pada tubuh manusia yang
berperan penting juga dalam bidak sesksualitas manusia
B. Aspek Psikologis
Aspek ini berhubungan terhadap identitas gender, kemudian perasaan dari diri
manusia terhadap kesadaran identitas, serta memandang yang berhubungan dengan
gambaran seksual atau konsepan diri yang lainnya.
C. Aspek Sosial Budaya
Pada aspek ini berhubungan langsung terhadap pandangan budaya atau keyakinan
yang berlaku pada lingkungan suatu masyarakat serta kepercayaan dan kebutuhannya
terhadap seksual serta perilaku masyarakat.

3. Perkembangan Seksual
Pada dasarnya perkembangan seksual seseorang akan dimulai ketika ia memasuki
masa pubertas pada usia remaja awal hingga akhir. Perkembangan seksual juga terjadi
perubahan dari beberapa aspek, seperti contoh:
A. Perubahan Fisik
Pada masa pubertas akan terjadi perubahan fisik yang pada akhirnya manusia akan
memiliki kemampuan untuk bereproduksi. Dalam perubahan fisik terdapa lima
perubahan khusus yang terjadi, yaitu, (1). Penambahan tinggi badan yang pesat (pacu
tumbuh), (2). Perkembangan seks sekunder, (3). Perkembangan organ-organ reproduksi,
(4). Perubahan komposisi tubuh serta perubahan sistem sirkulasi, (5). Sistem respirasi
yang berhubungan dengan kekuatan dan stamina tubuh. (Tanner JM : 1989)

Gambar 4. Perubahan fisik pria saat pubertas. Sumber: (Batubara : 2010)

Gambar 5. Perubahan fisik pada wanita saat pubertas. Sumber: (Batubara : 2010)
Perubahan fisik pada masa pubertas akan berlangsung dengan sangat pesat dan dalam
sekuens yang teratur serta berkelanjutan. Pada tinggi badan anak laki-laki akan
bertambah kurang lebih 10cm setiap tahunnya sedangkan pada perempuan kurang lebih
9cm setiap tahunnya. Secara keseluruhan total penambahan tinngi badan, laki-laki akan
bertambah sekitar 28cm dan pada perempuan 25cm setiap tahunnya. (Batubara : 2010).
Menurut Tanner JM (1989) proses perkembangan pada masa pubertas remaja
terbagai menjadi lima tahapan serta terjadi secara berurutan dengan sekuens yang
hampir sama.

Tabel 3. Tahapan pubertas pada pria menurut Tanner (1989)

Gambar 6. Tahapan pubertas pada pria menurut Tanner (1989)


Pada anak laki-laki masa pubertas dimulai dengan tanda meningkatnya volume testis
pada umur sekitar 9 tahun, kemudian pembesaran penis mengikuti selanjutnya seiring
dengan perkembangan pacu tumbuh dan puncaknya pada usia 16-17 tahun akan
mencapai ukuran penis dewasa. Lalu disusul dengan tumbuhnya rambut pubis serta
rambut-rambut lainnya pada tubuh . Perubahan suara juga akan terjadi, pria akan
memiliki suara yang lebih berat dikarenakan pita suara tambah memanjang yang
disebabkan pertumbuhan laring. Mimpi basah atau weat dream terjadi sekitar usia 13-17
tahun, beriringan dengan puncak pertumbuhan tinggi badan. (Batubara : 2010)

Tabel 4. Tahapan pubertas pada wanita menurut Tanner (1989)

Gambar 7. Tahapan pubertas pada wanita menurut Tanner (1989)


Pada anak perempuan awal masa pubertas akan ditandai oleh timbulnya tunas
payudara atau breast budding pada usia sekitar 10 tahun, lalu kemudian payudara akan
berkembang menjadi bentuk payudara dewasa pada umur 13-14 tahun. Rambut pubis
juga akan tumbuh disekitar umur 11-12 tahun dan akan mencapai batas pertumbuhan
lengkap pada umur 14 tahun. Menstruasi pertama atau Menarke akan terjadi dua tahun
selang awitan pubertas, yaitu sekitar umur 12,5 tahun. Setelah mengalami menstruasi,
tinggi wanita tidak akan berkembang terlalu signifikan lagi. (Batubara : 2010)

B. Perubahan Hormon
Pubertas terjadi sebagai tanda bahwa adanya peningkatan sekresi pada Gonadoration
Relasing Hormone (GnRH) dari hipotalamus, diikuti dengan sekuens perubahan sistem
endokrin yang sangat kompleks lalu kemudian diikuti pula dengan timbulnya tanda seks
sekunder, pacu tumbuh, dan kesiapan alat reproduksi. Pada masa ini inhibisi susunan
saraf pusat terhadap hipotalamus akan menghilang sehingga hipoltalamus mengeluarkan
GnRH dan gondopatin akan dilepasakan dalam jumlah besar. Oleh kemudian hormon
GnRH akan terhubung dengan reseptor di hipofisis yang akan menyebabkan sel-sel
gonadotrop akan menghasilkan Luteneizing Hormone (LH) dan Follicle Stimulating
Hormone (FSH) hormon-hormon yang berperan dalam proses seksualitas manusia
Pada perkembangan anak perempuan, yang pertama akan terjadi peningkatan FSH
pada usia disekitaran delapan tahun yang kemudian akan disusul oleh peningkata LH.
Pada fase berikutnya FSH akan merangsang sel granulosa untuk menghasilkan hormon
estrogen dan inhibin. Fungsi estrogen sendiri akan merangsang timbulnya tanda-tanda
seks sekunder pada wanita.
Pada tahap perkembangan anak laki-laki, perubahan hormonal dimulai dengan
adanya peningkatan LH yang kemudia diikui peningkatan pada FSH. Hormon
luteinising akan menstimulasi sel Leydig testis untuk memproduksi hormon testosteron
yang akan merangsang pertumbuhan seks sekunder pada laki-laki. Sedangkan fungsi
FSH akan merangsang sel sertoli untuk menghasilkan inhibin, selain itu fungsi lainnya
adalah menstimulasi perkembangan tubulus seminiferus yang menyebabkan
pembesaran pada testi. Pada masa ini spermatogenesis akibat pengaruh dari FSH dan
hormon testosteron akan dihasilkan oleh el Leydig. (Batubara : 2010)
Mekanisme Neural Perilaku Seksual
Perilaku seksual merupakan perilaku sosial bawakan yang dikendalikan secara
hormonal dan terdapat pada manusia atau bahkan binatang. Pada dasarnya baik pria
maupun wanita akan mencari dan terlibat dalam perilaku seksual tanpa terkecuali.
Perilaku seksual pada dasarnya terbagi menjadi dua kategori, yaitu selera dan konsumsi.
Secara fungsional hipotalamus antara laki-laki dan perempuan berbeda dalam
pengontrolan hormon pituitary interior terkhusu dalam bidang seksualitas. Hal ini
dibuktikan dari salah penelitian dengan tikus sebagai objek penelitiannya, dalam
penelitian itu mengungkapkan bahwa sexually dimorphic nucleus pada tikus jantan
berkembang lebih cepat, padahal pada saat lahir antara tikus jantan dan betina memiliki
ukuran sexually dimorphic yang sama. Pertumbuhan yang cepat pada tikus jantan ini
dipengaruhi oleh estradiol yang telah diarmatisasi oleh testosteron.

Pada studi awal-awal telah dikonfirmasi bahwa hipotalamus mempunya peran utama
dalam perilaku seksual pada manusia, akan tetapi bukan hipotalmus saja yang berperan
dalm pembentukan perilaku seksual manusia, adapun hal-hal yang mempengaruhi,
yaitu:
1. Sistem Limbik
Sistem limbik merupakan bagian otak yang menangani emosi pada diri manusia.
Sehingga ketika kita melihat, medengar, mencium, atau merasakan sesautu, sistem
limbik akan meresponnya. Yang pada akhirnya bagian nukleus supra-charismatik akan
terpicu sehingga akan menimbulkan hasrat-hasrat seksual.
2. Amigdala
Amigdala mempunya bentuk seperti sepasang kacang almond, iya berfungsi
mengelola lebih lajut emosi yang diterima manusia, seperti rasa takut, senang, cinta, dan
lainnya. Dalam hubungannya dengan perilaku seksual, amigdala ini lah yang
menginstrusikan penis pada pria untuk ereksi ketika mendapatkan stimulan, serta
membuat seseorang tidak tahan untuk menyalurkan hasrat seksualnya.
3. Lobus Frontalis
Lobus frontalis terletak pada bagian otak depan manusia. Lobus frontalis mempunyai
fungsi untuk mengatur fungsi luhur manusia. Oleh karenanya seseorang dapat menjadi
lebih baradab dan tahu dengan etika dan tata krama, termasuk dalam hubungannya
terhadap seksualitas. Jika pada bagian ini terganggu, kemungkinan seseorang akan
melakukan penyimpangan dalam penyaluran hasrat seksualnya.

Orientasi Seksual

A. Definisi
Ketika kita membahsa orientasi seksual tidak akan terleas dari kata jenis kelamin
dan gender. Kata yang sering didengar ini pada dasarnya memiliki makna yang luas.
Pada intinya jenis kelamin merujuk pada ciri-ciri manusia yang dilihat dari aspek
bilogis, sedang gender merupakan ciri-ciri yang dikaitkan dengan jenis kelamin
seseorang dan terbentuk oleh peranan sosial masyarakat dan lingkungan sekitar.
Menurut Sigmund Freud orientasi seksual akan terbentuk mulai dari tahap genital
(puberty or adolescent). Pada masa ini manusia akan mulai mengidentifiksi orientasi
seksualnya secara tidak sadar, karena akibat dari pengalaman-pengalaman yang pernah
ia alami dan tekankan pada masa kanak-kanak serta akan ditampakkan kembali pada
tahapan ini.
(Alhamdu : 2016)

B. Jenis Orientasi Seksual


Ada tiga jenis orientsi seksual yang cukup dikenal dalam masyarakat, yaitu :
1. Heteroseksual
Heteroseksual merupakan keadaan dimana seseorang tertarik dengan lawan jenis
kelaminnya, atau sering disebut masyarakat sebagai manusia normal.
2. Homoseksual
Homoseksual berasal dari dua kata, yaitu Homos yang berarti “sama” dalam bahasa
Yunani dan kata seksual yang diambil dari bahasa latin. Sehingga kita dapat simpulkan
bahwasanya homoseksual merupaka ketertatikan seseorang teradap orang lain yang
memiliki kelamin yang sama.
3. Biseksual
Biseksual merupakan tipe manusia yang dapat tertarik dengan orang lain , baik orang
itu memiliki kelamin yang sama atau berbeda.
C. Tahap Pembentukan Orientasi Seksual
Gay merupakan istilah yang merujuk kepada kaum homoseksual dari golongan pria,
sedangkan dari golongan wanita disebut sebagai Lesbian. Menurut seorang ahli teori
psikologi, Vivienne Cass, mengataan bahwa terdapat enam tahapan pembentukan
identitas homoseksual, yaitu:
1. Confusion (Kebingungan)
2. Identity Comparison (Membandingkan)
3. Identity Tolerance (Yakin)
4. Identity Acceptance (Membuka Jati Diri)
5. Pride (Bangga)
6. Identity Synthesis (Merasa Nyaman)
Akan tetapi tidak semua homoseksual akan mencapai tahapan ke enam, karena
tergantung dengan seberapa nyaman ia melewati tahapan tahapan sebelumnya.

D. Faktor Penyebab
Pemyimpangan seksual dapat terjadi dikarenakan bayak sebab, adapun beberapa sebab
yang sering ditemui, yaitu:
1. Keluarga yang tidak harmonis
2. Pelecehan saat masih anak-anak
3. Kurangnya penmahaman tentang agama
4. Traumatik pada lawan jenis
5. Pengaruh lingkungan pergaulan
6. Faktor Genetik, dll

E. Penanganan Kasus Penyimpangan


Perbedaan orientasi seksual merupakan sebuah hal yang tabuh bagi orang Indonesia,
oleh karena itu harus ada cara penanganan hal seperti ini, contohnya, yaitu:
1. Dengan selalu menjaga pergaulan
2. Menjauhi segal hal yang berbau pornografi
3. Dengan melakukan berbagai penyuluhan
4. Mendekatkan diri kepada Tuhan yang maha kuasa
5. Mendatangi ahli (psikolog) jika merasa butuh untuk membantu menanganinya

Ketika kita menemukan orang terdekat kita adalah seorang homoseksual, ada baiknya
kita tidak menjauhinya dan memberikan stigma buruk kepadanya, karena pada dasarnya
hal itu akan lebih membuat buruk keadaan. Tidak ada orang yang ingin hidup dengan
keadaanya yang sekarang ia alami melainkan itu sebuah bentuk gambaran apa yang ia
sudah terima sebelum-sebelumnya, sehingga jangan menambahkan beban terhadap
mereka, cukup terima ia bagaimana seharusnya, serta selalu beri dukungan yang positif
kepada mereka tanpa harus merendahkan mereka.

Anda mungkin juga menyukai