Laporan Magang Mandiri Fix
Laporan Magang Mandiri Fix
SUMATERA UTARA
Disusun Oleh :
FAKULTAS PERTANIAN
BANDA ACEH
2023
LEMBAR PENGESAHAN
SUMATERA UTARA
Menyetujui
Mengetahui
Ketua Jurusan
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan nikmat dan rahmat-Nya kepada penulis dalam meyelesaikan laporan
Koasistensi Magang Profesi di Balai Veteriner Medan Sumatera Utara yang
berlangsung dari tanggal 12 juni s/d 12 Juli 2023. Shalawat beriring salam
disampaikan kepada Nabi Besar umat Islam, Nabi Muhammad SAW yang telah
mengenalkan umat manusia pada keindahan Islam.
ii
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih banyak kelemahan
dan kekurangan. Kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
penulisan di masa yang akan datang. Penulis memohon maaf atas segala
kesalahan dan kekhilafan kepada semua pihak yang terkait.Atas bantuan, motivasi
serta perhatian penulis hanya dapat mendo’akan semoga Allah SWT memberikan
balasan yang setimpal.Amin Ya Rabbal‘Alamin
Penulis
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................v
BAB I........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................................................................1
1.1.Latar Belakang..............................................................................................................1
Visi.....................................................................................................................................2
Misi....................................................................................................................................2
1.2.Tujuan............................................................................................................................3
BAB II......................................................................................................................................4
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................................4
2.1 LABORATORIUM KESMAVET...............................................................................4
2.1.1 Escericia coli.............................................................................................................4
2.1.2 Campylobacter..........................................................................................................4
2.1.3 Salmonella sp............................................................................................................5
2.1.4 Uji Residu.................................................................................................................8
2.2 LABORATORIUM BAKTERIOLOGI....................................................................12
2.2.1 Brucellosis..............................................................................................................12
2.2.2 Uji RBT..................................................................................................................13
2.2.3 Pullorum.................................................................................................................14
2.2.4 Swab Lingkungan RPH..........................................................................................16
BAB III PENUTUP...............................................................................................................18
3.1. Kesimpulan.................................................................................................................18
3.2. Saran............................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................19
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Balai Veteriner Medan merupakan salah satu institusi dibidang kesehatan
hewan dan kesehatan masyarakat veteriner yang mempunyai tugas pokok dan fungsi
melaksanakan kegiatan penyidikan penyakit hewan, pengujian kesehatan hewan dan
produk asal hewan serta pengamanan hewan dan produk asal hewan. Balai Veteriner
Medan pada dasarnya berfungsi dalam pengendalian dan penanggulangan penyakit
hewan.
Visi
Visi merupakan gambaran masa depan yang ingin diwujudkan dalam kurun
waktu tertentu, yang berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan. Visi merupakan
kondisi ideal tentang masa depan, terjangkau, dipercaya, meyakinkan serta
mengandung daya tarik, sekaligus merupakan refleksi keadaan internal danpotensi
kemampuan inti serta fleksibilitas B-Vet dalam menghadapi hambatan/tantangan dan
peluang masa depan. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, maka dengan Visi
BVet tersebut dimaksudkan dapat meningkatkan kinerjanya yang lebih profesional,
meningkatnya citra B-Vet, yang berdampak pada terpeliharanya kesehatan hewan.
BVet Medan memiliki Motto “melayani dengan cermat”
Misi
Untuk mewujudkan visi tersebut, B-Vet mengemban misi sebagai berikut :
2
2. Meningkatkan pelaksanaan pengamatan dan pengidentifikasian serta penyediaan
infomasi veteriner;
1.2.Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan magang koasistensi di Balai Veteriner ini adalah, :
3
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1.2 Campylobacter
Campylobacter sp. adalah salah satu bakteri penyebab penyakit asal pangan
hewani (foodborne zoonosis) (Schlundt, dkk. 2004). Campylobacter sp. termasuk
dalam family Campylobacteriaceae. Nama genus Campylobacter berasal dari bahasa
Yunani ”campylos” berarti melengkung dan ”bactron”berarti batang.
Campylobacter jejuni adalah bakteri berbentuk batang, merupakan gram negatif,
bakteri ini memiliki ukuran kecil, panjang antara 0.2-5.0 m dan lebar antara 0.2-0.9
m, spiral, kuman ini dapat bergerak dengan sebuah flagel kutub, tidak membentuk
spora, sel-sel yang sangat motil, campylobacter bersifat mikroaerofilik, memerlukan
konsentrasi oksigen dari 3 ± 15% dan konsentrasi karbon dioksida dari 3 ± 5%. Suhu
4
optimal 37oC dan untuk campylobacter yang bersifat termofilik suhu optimalnya
42oC dan pH optimal yaitu 5,5 – 8,0 (Vliet dan Ketley, 2001).
5
Prinsip dilakukan uji Salmonella sp. adalah Pertumbuhan Salmonella pada
media selektif dengan pra pengayaan (pre-enrichment), dan pengayaan (enrichment)
yang dilanjutkan dengan uji biokimia dan uji serologi.
b. Tinjauan Pustaka
Salmonella Sp. Pertama ditemukan pada penderita demam tifoid pada tahun
1880 oleh Eberth dan dibenarkan oleh Robert Koch dalam budidaya bakteri pada
tahun 1881 ( Todar, 2008 ). Salmonella Sp. Adalah bakteri berbentuk batang , pada
pengecatan gram berwarna merah ( bakteri gram negative , berukuran 2μ - 4 x 0,6,
memiliki flagel ( kecuali S. Gallinarum dan S pullorum ), dan tidak berspora .
Habitat Salmonella Sp. Adalah pada saluran pencernaan ( usus halus ) manusia dan
hewan. Suhu pertumbuhan salmonella Sp. Ialah 37° C dan pada pH 6-8. ( Julius,
1990) Salmonella Sp. Bersifat aerob dan anaerob fakultatif. Pada media BAP ( Blood
Agar Plate ) menyebabkan hemolisi, pada MC ( Mac Conkey ) tidak memfermentasi
laktosaatau disebut non lactose fermentasi, tapi Salmonella Sp. Mempermentasi
glukosa, manitol, dan maltosa disertai pembentukan asam dan gas kecuali salmonella
Thyphi yang tidak menghasilkan gas. Kemudian pada indol negative, MR positive,
dan sitrat kemungkinan positive. Tidak mengidrolisiskan Urea dan menghasilkan
H2S. ( Janet dkk 2007 ).
Prosedur kerja
Setiap Proses pengujian Selalu disertai dengan menggunakan kontrol positif.
a) Pra-pengayaan
6
Timbang sampel sebanyak 25 g masukkan dalam wadah steril. Tambahkan 225
ml larutan LB ke dalam kantong steril yang berisi sampel, homogenkan dengan
stomacher selama 30 detik. Inkubasikan pada temperatur 35 C selama 24 jam ± 2
jam.
b) Pengayaan
Aduk perlahan biakan pra-pengayaan kemudian ambil dan pindahkan masing-
masing 1 ml ke dalam media 9 ml TTB, 0,2 ml micrulite iodine inkubasi selama 24
jam pada suhu 37 C.
Beberapa macam alat untuk pemeriksaan residu dalam produk pangan asal
hewan, diantaranya adalah:
8
2. Thin Layer Chromatography (TLC) atau Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
Metoda ini kurang sensitif dibandingkan dengan KCKT, tetapi pemeriksaan lebih
cepat terutama dalam uji screening dari beberapa macam (golongan) antibiotika
yang dapat dilakukan dalam satu kali analisis.
3. Gas Chromatography (GC) atau Kromatografi Gas (KG) dapat dipergunakan
untuk analisis antibiotika golongan khloramfenikol.
Beberapa pemeriksaan residu antibiotika dengan cara cepat, yaitu uji
screening berdasarkan hambatan mikroba dan telah dikembangkan untuk deteksi
residu antibiotika dan golongan sulphonamida dalam jaringan yaitu Calf Antibiotic
and Sulfonamide Test (CAST) dan Fast Antimicrobial Screen Test (FAST) yang
masing- masing memerlukan waktu dalam 18 jam dan 6 jam (Dey et al., 2005).
Uji tapis (screening) residu antibiotika secara bioassay adalah suatu pengujian
untuk mendeteksi kandungan residu antibiotika secara kualitatif dengan
menggunakan mikroorganisme untuk mendeteksi senyawa antibiotika yang masih
aktif.
Bahan:
1. Media agar
a) Media agar Bacillus stearothermophilus: yeast extact, peptone, bacto agar,
dextrose.
b) Media agar Bacillus cereus : yeast extract, beef extract, peptone, bacto agar.
c) Media agar Bacillus subtilis : beef extract, peptone, bacto agar.
d) Media agar Kocuria rizophila : yeast extract, beef extract, peptone, bacto
agar, glucose.
e) Media cair HIB.
3. Mikroorganisme
a) Vegetatif Kocuria rizophila (Micrococcus luteus) ATCC 9341 untuk
golongan Makrolida
b) Spora Bacillus subtilis ATCC 6633 untuk golongan Aminoglikosida
c) Spora Bacillus cereus ATCC 11778 untuk golongan Tetrasiklina
d) Spora Bacillus stearothermophilus ATCC 7953 untuk golongan Penisilina
6. Paper disc steril tebal yang mampu menyerap larutan minimal 75 µl dengan
diameter 8 mm atau 10 mm.
Alat yang digunakan yaitu Cawan petri 100 x 12 mm, tabung reaksi (ukuran 7
mL, 20 mL, 50 mL), tabung sentrifus ukuran 50 mL, abu ukur (50 mL, 100 mL),
gelas ukur (100 mL, 500 mL), erlenmeyer (250 mL, 500 mL), botol timbang ukuran
20 mL, pipet volumetrik (ukuran 1 mL, 2 mL, 3 mL, 5 mL, 10 mL, 18 mL.), pipet
graduasi (ukuran 1 mL, 5 mL, 7 mL, 10 mL, 20 mL), botol media (roux’s bottle),
pengocok tabung, sentrifus 3000 rpm, lemari steril (clean bench), homogenizer,
autoclave, lemari pendingin, freezer, ttmbangan analitik, tiga (3) jenis inkubator (30°
C ± 1°C, 36°C ± 1°C dan 55°C ± 1°C), magnet pengaduk, dan pH meter.
Dengan hasil tidak terdapat zona hambat di sekitar paper disc, makan
disimpulkan semua sampel yang masuk, baik berupa daging, hati, sosis atau nugget,
tidak ada yang mengandung residu antibiotik. Sehingga produk aman untuk
dikonsumsi oleh masyarakat
2.2.1 Brucellosis
h. Tinjauan Pustaka
Bakteriologi merupakan ilmu yang mempelajari kehidupan dan klasifikasi
bakteri. Bakteri adalah salah satu golongan organisme prokariotik (tidak memiliki
selubung inti). Bakteri sebagai makhluk hidup tentu memiliki informasi genetik
berupa DNA, tapi tidak terlokalisasi dalam tempat khusus (nukleus) dan tidak ada
membran inti. Bentuk DNA bakteri adalah sirkuler, panjang dan biasa disebut
nukleoi. Pada DNA bakteri tidak mempunyai intron dan hanya tersusun atas akson
saja. Bakteri juga memiliki DNA ekstrakromosomal yang tergabung menjadi plasmid
yang berbentuk kecil dan sirkuler (Jawetz. dkk. 2004). Laboratorium bakteriologi
merupakan salah satu unit dari Balai Veteriner Medan yang bertugas melaksanakan
pengujian sampel meliputi ELISA, Isolasi dan Identifikasi, RBT/CFT dan uji
Aglutinasi.
12
dan kelemahan pedet, abortus, infertilitas, sterilitas, penurunan produksi susu dan
tenaga kerja ternak serta biaya pengobatan dan pemberantasan yang memerlukan
biaya yang cukup tinggi. Di Indonesia, brucellosis tersebar luas di Nusa Tenggara
Timur, Sulawesi, Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Pulau Bali sampai saat ini masih
tergolong bebas brucellosis karena adanya pengawasan yang ketat berupa larangan
pemasukan sapi jenis lain, berkaitan dengan kebijakan pemerintah untuk
mempertahankan kemurnian sapi bali. Brucella sp. di Indonesia banyak menginfeksi
sapi sehingga ditetapkan sebagai penyakit hewan menular strategis sesuai dengan
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 4026/Kpts/OT/140/3/2013 (Kepmentan 2013).
Prosedur kerja:
13
Dari sampel serum darah sapi yang diterima pada tanggal 5 Juli 2023
dilakukan uji brucellosis yang terdiri dari 1 nomor epid dengan jumlah sampel 71
didapatkan hasil sebagai berikut :
1 PR12750123070 10 3 7
Uji RBT digunakan pada tahap screening test karena kemampuannya dalam
mengikat antigen dan antibodi permukaan (Dewi, 2009). Menurut Office
International des Epizooties (OIE 2009), RBT dipakai dalam mengindentifikasi
Brucella sebagai uji tapis (screening) karena RBT mempunyai sensitivitas yang
sangat tinggi namun dapat memberikan hasil positif palsu terhadap vaksin Brucella
abortus S19. Sebaliknya, negatif palsu jarang sekali terjadi dan dapat diantisipasi
dengan melakukan pengujian ulang ketika resampling.
2.2.3 Pullorum
a. Tinjauan Pustaka
14
Menurut Central Intelligence Agent World Factbook 2016 Indonesia merupakan
negara keempat terpadat di dunia dengan jumlah penduduk yang tercatat sebanyak
258.316.051 jiwa. Pada tahun 2010 Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat hasil dari
sensus penduduk Indonesia sebesar 237.641.334 jiwa. Data ini memperlihatkan
bahwa populasi penduduk Indonesia meningkat pesat selama lima tahun terakhir
yang tentu berpengaruh terhadap tingkat kebutuhan pangan masyarakat Indonesia.
Upaya memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia yaitu dengan
meningkatkan produksi (pertanian dan peternakan) dalam negeri, salah satunya
beternak ayam komersial (broiler atau layer). Ayam komersial merupakan jenis
ayam yang sering diternak karena memiliki performa produksi yang tinggi.
Produksinya berupa daging untuk ayam broiler dan telur untuk ayam layer.
Beternak ayam komersial tentunya harus memiliki sistem manajemen yang baik,
karena penyakit yang dapat menginfeksi ayam komersial cukup banyak. Penyakit
pada ayam komersial dapat disebabkan oleh agen infeksius dan non-infeksius. Agen
infeksius disebabkan oleh virus, bakteri, parasit, dan jamur ; sedangkan agen non-
infeksius seperti faktor manajemen pakan, lingkungan, dan lainnya. Pada makalah ini
akan dibahas penyakit infeksius yang disebabkan oleh bakteri, khususnya Salmonella
pullorum yang menyebabkan penyakit pullorum pada ayam.
Pullorum pertama kali ditemukan oleh Rettger pada tahun 1899 dan pada
tahun 1929 dikenal dengan nama Bacillary White Diarrhea di Australia. Namanya
berasal dari tanda klinis khas yaitu diare berwarna putih. Penyebaran penyakit
pullorum pada unggas, terutama pada ayam komersial dengan tingkat mortalitas yang
cukup tinggi. Keadaan tersebut membuat kerugian ekonomi yang besar bagi
peternak, sehingga diharapkan dengan adanya makalah ini dapat membantu peternak
dalam menanggulangi dan mengatasi penyakit pullorum ini.
15
sedangkan bahan yang digunakan adalah serum darah unggas dan antigen salmonella
pullorum.
Prosedur kerja:
e. Sesuaikan temperatur sampel serum dan antigen pada temperatur kamar
f. Ambil serum dengan pipet effendrof 25 μl satu tetes pipet
g. Teteskan antigen 25 μl (satu tetes pipet) campur menggunakan pengaduk
h. Kocok dan goyang sampai rata dan baca hasilnya. Hasil positif ditandai
dengan adanya aglutinasi yang jelas dan hasil negatif ditandai dengan tidak
adanya aglutinasi.
Uji pullorum bertujuan melakukan screening untuk mendeteksi salmonella pullorum pada
berbagai jenis spesies unggas. Serum dikatakan positif apabila terbentuk aglutinat berwarna
violet dalam dua menit setelah homogen.
16
2.2.4 Swab Lingkungan RPH
Rumah Pemotongan Hewan adalah bangunan yang dirancang dengan desain
tersendiri yang memenuhi persyaratan dan kriteria teknis serta sistem higienis sanitas yang
digunakan sebagai lokasi/area penyembelihan ternak supaya kebutuhan konsumen terpenuhi
(BSN 1999). Hal tersebut berdasarkan penetapan Menteri Pertanian dalam Surat
Keputusannya berkaitan dengan syarat-syarat Rumah Pemotongan Hewan-Ruminansia dan
Unit Penghasil Daging yaitu lingkungan, fasilitas penunjang, konstruksi dan bentuk gedung
serta fasilitas yang digunakan. Persyaratan dan implementasi sistem manajemen di RPH
adalah suatu proses untuk mendapat produk asal hewan berupa daging yang aman dan halal.
Daging yang sehat dan aman adalah daging tidak terkontaminasi bakteri patogen
yang menimbulkan penyakit serta residu pada saat dikonsumsi oleh masyarakat.
Kontaminasi bakteri pada daging harus dapat diminimalkan supaya mendapatkan daging
dengan kualitas yang baik. Penerapan sistem manajemen di RPH terutama sistem higienis
sanitasi memiliki peranan penting karena sangat berpengaruh terhadap produk yang
dihasilkan.
Untuk memperoleh gambaran hasil proses pembersihan peralatan dan higiene
karyawan, maka dilakukan uji TPC dan Coliform dengan cara melakukan test swab pada
peralatan yang digunakan, pakaian dan lingkungan di dalam RPH .
a. Hasil Pengujian TPC, Escherichia coli dan Coliform
17
(A) (B)
Gambar 2. A.) Sampel dengan coloni cemaran Coliform yang tidak dapat
dihitung ; B.) Sampel dengan cemaran Coliform yang masih dapat dihitung
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Balai Veteriner Medan adalah suatu instansi dibawah kementan yang
bergerak di bidang pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan dan bahan
pangan asal hewan meliputi provinsi Sumatera Utara dan Aceh. Terdapat beberapa
laboratorium yang saling bekerjasama diantaranya epidemiologi, biomolekuler,
bakteriologi, virologi, parasitologi, patologi, biokimia, dan kesehatan masyarakat
veteriner. Pemeriksaan dilakukan dengan dengan 2 cara, pemeriksaan aktif dan pasif.
18
3.2. Saran
Agar dapat memberikan lebih banyak informasi dalam bentuk iklan, brosur
atau penyuluhan kepada masyarakat terutama di provinsi Aceh tentang Balai
Veteriner Medan serta fungsinya, agar masyarakat lebih menyadari pentingnya
kesehatan hewan dan ternak.
19
DAFTAR PUSTAKA
[OIE] Office International des Epizooties. 2009. Bovine Brucellosis. Paris (FR): Office
International des Epizooties.
Abdoel T, Dias IT, Cardoso R, Smits HL. 2008. Simple and rapid field tests for brucellosis
in livestock. J Vet Microbiol.130: 312–319.
Alton, G.G ., J .M. Jones, R .D. Angus and J.M. Verger.1988 . Techniques for the
brucellosis laboratory . Institute National de la Recherche Agronomique . Paris . pp. 34
- 60 .
Andriani. 2012. Prevalensi Campylobacter Jejuni Pada Karkas Ayam Dan Pengembangan
Uji Deteksinya.
Atanasiu P, Tierkel ES. 1975. Rapid microscopic examination for negri bodies and
preparation of spesiment for biological test. In : Laboratory Techniques in rabies.
Geneva. Fourth Edition. hlm 55-56.
Badan Standarisasi Nasional. 2008. Metode Uji Tapis (Screening Test) Residu Antibiotika
Pada Daging, Telur dan Susu Secara Bioassay. SNI 7424:2008 Binarupa Aksara.
Brooks, G.F., Janet, S.B., Stepens, A.M., 2007. Jawetz, Melnick, AdellberG,
Dean DJ, Abelseth MK, Atanasiu P. 1996. The Fluorescence Antibody Test. In ; Laboratory
Techniques in Rabies. Geneva. Fourth Edition. hlm 88-95.
20