Anda di halaman 1dari 21

DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA

DALAM KONTEKS SEJARAH BANGSA INDONESIA

DISUSUN OLEH :
DARUL MARFARUQI

23034036

DOSEN PEMBIMBING :

INDRIANI,M.Pd

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya haturkan ke dalam hadirat Tuhan yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah
mata kuliah Pendidikan Pancasila ini, yang membahas tentang “Dinamika dan tantangan
Pancasila masa pemerintahan Presiden Joko Widodo” dengan baik dan tepat waktu.
Dalam penulisan dan penyusunan makalah, penulis ingin menyampaikan ucapan
terimakasih kepada dosen matakuliah Pendidikan Pancasila, Indriani, M.Pd yang telah
memberikan nasihat dan bimbingan kepada penulis, dan ucapan terimakasih kepada semua
pihak yang membagi pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan semua
makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Harapan penulis, makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua untuk dijadikan
sebagai bahan referensi atau untuk pengembangan wawasan dan keterampilan ilmu
pengetahuan dalam mempelajari bahasan ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati akan menerima kritik
dan saran yang membangun.

Padang, 16 September 2023

Darul Marfaruqi

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………….2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………………

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………..
C. Tujuan Penulisan……………………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN

1. Dinamika Pancasila …………………………………………………………………..


1.1 Pancasila dalam Pra-Kemerdekaan……………………………………………….
1.2 Pancasila dalam Era Kemerdekaan……………………………………………….

1.3 Pancasila dalam Era Orde Lama………………………………………………….


1.4 Pancasila dalam Era Orde Baru…………………………………………………..

1.5 Pancasila dalam Era Reformasi…………………………………………………..


2. Tantangan Pancasila di zaman sekarang (Revolusi Industri 4,0)…………………….

3. Urgensi dan Esensi Pendidikan Pancasila Bagi Masa Depan………………………..


3.1 Tujuan Urgensi dan Esensi Pendidikan Pancasila untuk Masa Depan………….

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………………………….
B. Saran……………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila merupakan dasar Negara Indonesia. Pancasila sendiri disusun berdasarkan
pemikiran pemikiran tokoh bangsa. Tokoh perumus Pancasila antaralain Mr. Mohammad
Yamin, Prof. Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Rumusan tersebut diusulkan tanggal 29
Mei, 30 Mei, dan 1 Juni. Ada perubahan sila pada Pancasila yakni sila pertama yang
sebelumnya berbunyi dengan “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat islam
bagi pemeluk-pemeluknya” diubah menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Sila pertama
tersebut diubah karena adanya usulan dari rakyat Indonesia bagian timur. Jika tidak diubah,
maka rakyat Indonesia bagian timur lebih baik memisahkan diri dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Atas dasar persatuan dan kesatuan, maka sila tersebut diubah.Sebagai
dasar negara Indonesia. Pancasila harus diketahui oleh seluruh rakyat Indonesia. Nilai-
nilai yang terkandung di dalamnya pun harus diketahui dan diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari oleh rakyat Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut maka diperlukan adanya
pengamalan nilai-nilai Pancasila melalui mata kuliah pendidikan Pancasila. Namun,
adanya pendidikan Pancasila di perguruan tinggi di Indonesia sebagai mata kuliah wajib
mengalami pasangsurut. P-4 pada ketetapan MPR RI, Nomor II/MPR/1978, tentang
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P-4) atau Ekaprasetia Pancakarsa
menjadi salah satu sumber pokok materi pendidikan Pancasila di Indonesia. Namun
pengamalan nila-nilai Pancasila melalui mata kuliah tersebut tidak selalu berjalan dengan
mulus. Pada masa kepemimpinan Presiden Soeharto matakuliah pendidikan Pancasila
menjadi semakin teguh dalam sistem pendidikan diIndonesia.

Setiap bidang kegiatan yang dikejar oleh manusia untuk maju, pada umumnya
dikaitkan juga dengan bagaimana keadaan bidang itu pada masa yang akhirnya. Demikian
juga dalam bidang pendidikan, para ahli pendidikan sebelum menangani bidang itu,
terlebih dahulu memeriksa sejarah tentang pendidikan baik yang bersifat nasional maupun
yang internasional. Dengan cara ini mereka tahu apa yang sudah dikerjakan oleh
bangsanya dan hasil yang diperoleh, mereka juga memeriksa apakah sudah cocok dengan
keadaan atau tujuan pendidikan sekarang. Sebagai bahan tambahan, mereka juga mencari
informasi tentang sejarah pendidikan dunia. Di dalam kehidupan bangsa Indonesia prinsip
hidup yang tersimpul didalam pandangan hidup atau fisafat hidup bangsa (jatidiri) oleh
pendiri bangsa/Negara dirumuskan dalam rumusan sederhana mendalam yang termasuk
lima prinsip, yaitu Pancasila yang menjadi dasar negara Indonesia secara objektif historis
telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri sehingga asal nilai-nilai pancasila tersebut
tidak lain adalah dari bangsa Indonesia sendiri, atau dengan kata lain bangsa Indonesia

4
sebagai kuasa materialis pancasila. Oleh karena itu berdasarkan fakta objektif secara
sejarah kehidupan bangsa Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai Pancasila.

Pancasila adalah sebagai dasar falsafah negara Indonesia, sehingga dapat diartikan
kesimpulan bahwa pancasila merupakan dasar falsafah dan ideology negara yang
diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa indonesia, sebagai dasar pemersatu, lambang
persatuan dan kesatuan, serta bagian pertahanan bangsa dan negara. Pancasila sebagai satu-
satunya ideologi yang dianut bangsa Indonesia tak ada yang mampu menandinginya.
Indonesia yang terdiri atas berbagai dan sukubangsa dapat dipersatukan oleh pancasil. Itu
sebabnya sering kali pancasila dianggap sebagai ideologi yang sakti. Siapa pun coba
menggulingkannya,akan berhadapan langsung dengan seluruh komponen-komponen
kekuatan bangsa dannegara indonesia.Sebagai dasar negara Republik Indonesia pancasila
nilai-nilainya telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak zaman dulu. Nilai –nilai tersebut
meliputi nilai budaya, adat-istiadat dan religiusitas yang diimplimentasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Jati diri bangsa Indonesia melekat kuat melalui nilai-nilai tersebut
yang dijadikan pandangan hidup.

Indonesia merupakan Negara yang memiliki bentuk Negara kepulauan dan bentuk
pemerintahan republic sehingga disebut dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI), dan masyarakatnya tidak asing lagi dengan pancasila. Dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, masyarakat Indonesiamengenal pancasila sebagai dasar Negara,
pedoman, dan pandanganhidup,yang nilainya diangkat dari kehidupan masyarakat sendiri.
Pancasila merupakan dasar Negara, dan juga menjadi falsafah hidupbangsa Indonesia sejak
dahulu. Pancasila juga diperuntukkan kepada Negara,masyarakat, dan pribadi bangsa
Indonesia. Sila-sila pancasila itu tidak terlepassatu sama lain melainkan satu kesatuan yang
bulat, baik dalam fungsi dan kedudukannya sebagai dasar Negara maupun sebagai falsafah
hidup bangsa. Pengertian dari kata “kesatuan bulat” dari pancasila ini ialah berarti bahwa
sila yang satu meliputi dan menjiwai sila-sila yang lain.Lantas perumusan pancasila juga
dapat dijadikan sebagai pandanganhidup bangsa yang selalu berkaitan dengan kehidupan
berbangsa danbernegara. Seperti yang telah diketahui bahwa pancasila itu juga
merupakandasar Negara Indonesia, yang berarti dasar dari hukum tertinggi di Indonesia
atau sumber dari segala sumber hukum di Indonesia. Hal ini terdapat padaPembukaan
Undang-Undang Dasar 1945, yang merupakan Naskah Proklamasi Indonesia.Pancasila
juga merupakan ideology terbuka, yaitu bersifat khas danorisinil. Kelima sila dalam
pancasila ini memang bersifat universal sehingga dapat ditemukan dalam gagasan berbagai
masyarakat lain. Letak kekhasan dan orisinilitasnya yaitu sebagai falsafah dan ideology
Negara. Pancasila juga berperan dalam sejarah ketatanegaraan RepublikIndonesia yaitu
yang berpusat pada Undang-Undang Dasar 1945 yang benar-benar harus dijiwai oleh
seluruh masyarakat Indonesia.

5
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah dinamika pancasila dalam konteks sejarah Indonesia?
2. Apa sajakah tantangan pancasila di zaman sekarang?

3. Bagaimanakah deskripsi konsep urgensi dan esensi pendidikan pancasila untuk


masa depan?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dinamika pancasila disetiap orde dalam konteks sejarah Indonesia.
2. Memahami dan mengetahui segala tantangan pancasila di zaman sekarang.

3. Dapat mendeskripsikan konsep urgensi dan esensi pendidikan pancasila untuk


masa depan.

6
BAB II
PEMBAHASAN

1. Dinamika Pancasila
Pancasila adalah dasar falsafah Negara Indonesia, sehingga dapat diartikan bahwa
pancasila merupakan dasar falsafah dan ideology Negara yang diharapkan menjadi
pandangan hidup bangsa Indonesia , sebagai dasar pemersaty, lambing persatuan dan
kesatuan, serta bagian pertahanan bangsa dan Negara. Pancasila sebagai satu-satunya
ideology yang dianut bangsa Indonesia. Indonesia yang terdiri atas berbagai suku bangsa
dapat dipersatukan oleh pancasila. Itu sebabnya sering kali pancasila dianggap sebagai
ideology yang sakti. Siapapun coba menggulingkannya, akan berhadapan langsung kepada
dengan seluruh komponen-komponen kekuatan bangsa dan negara Indonesia. Sebagai
dasar Negara republic Indonesia pancasila nilai-nilainya telah dimiliki oleh bangsa
Imdonesia sejak zaman dahulu. Nilai-nilai tersebut meliputi nilai budaya, adat istiadat,
religious yang diimplemestasikan dalam kehidupan sehari-hari
Sejak lahirnya ketetapan MPR RI Nomor 11 / MPR / 1978, tentang Pedoman
Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (P-4), P-4 tersebut kemudianmenjadi satu sumber
pokok materi pendidikan Pancasila. Diperkuat denganTap MPR RI Nomor 11/ MPR/1988
tentang GBHN. Dirjen Dikti, dalam rangkamenyempurnakan kurikulum inti Mata Kuliah
Dasar Umum (MKDU) menerbitkanSk, Nomor 25/DIKTI/KEP/1985. Dampak dari
beberapa kebijakan pemerintahtentang pelaksanaan penataran P-4, terdapat beberapa
perguruan tinggi
terutama perguruantinggiswastayangtidakmampumenyelenggarakanpenataranP-4pola100
jam sehingga tetap menyelenggarakan mata kuliah pendidikan pancasila tanpa penataranP-
4pola45selai.DirjenDiktimengeluarkankebijakanyangmemperkokoh keberadaan dan
penyempurnaan mata kuliah pendidikan pancasila, yaitu :
1. Sk Dirjen Dikti, Nomor 232/ U/ 2000, tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum
Pendidikan Tinggi.2.
2. Sk Dirjen Dikti, Nomor 265/ Dikti/ 2000, tentang Penyempurnaan KurikulumInti
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MKPK).
3. Sk Dirjen Dikti, Nomor 38/ Dikti/ kep/2002, tentang Rambu-rambu Pelaksanaan.
Jati diri bangsa Indonesia melekat kuat melalui nilai-nilai tersebut yang dijadikan
pandangan hidup. Tindak –tanduk serta perilaku masyarakat nusantara sejak dahulu kala
telah tercermin dalam nilai-nilai pancasila. Untuk itu, pendiri republik Indonesia berusaha
merumuskan nilai-nilai luhur itu kedalam sebuah ideologi bernama pancasila.
Negara yang berpaham kedaulatan rakyat, yaitu Negara tidak bias memaksakan
kehendaknya kepada rakyat karena rakyat adalah sumber dari kekuasaan Negara.

7
Sedangkan arah perumusan norma-norma hukum harus memberikan jaminan kemudahan
dan kesempatan yang seluas-luasnya bagi rakyat.
Pancasila dapat diperuntukan kepada negara, masyarakat dan pribadi bangsa
Indonesia. Dengan perkataan lain pancasila itu sebagai norma hukum dan dasar negara
Republik Indonesia, sebagai social etis bangsa Indonesia dan sebagai pegangan moral
rakyat atau negara Republik Iindonesia. Lahirnya pancasila itu dalam penanaman pidato Ir.
Soekarno selaku anggota “Dokuritzu zumbi Tyoosakai” atau badan penyelidik usaha
persiapan kemerdekaan Indonesia yang ditetapkan oleh sidangnya yang pertama pada
tanggal 28 s/d 1 Juni 1945 di Jakarta. Yang diucapkannya dalam sidang, dipimpin oleh
ketuanya Radjiman Wedyodiningrat. Dikenal di dalam pidato Ir. Soekarno pada tahun
1945 di Jakarta. Pancasila sebagai dasar negara asala mulanya itu dari pengambilan
pancasila, panca sama dengan lima dan sila sama dengan asas atau dasar, dan
didirikannnya Negara Indonesia. Dari kutipan diatas dapat diketahui arti pancasila itu
secara umum, dan anggapan pancasila sebagai dasar Negara Indonesia dalam pembukaan
undang-undang dasar Republik Indonesia 1945 menurut presiden Ir. Soekarno.

1.1 Pancasila dalam Pra-Kemerdekaan


Ketika Dr. Radjiman Wediodiningrat, selaku Ketua Badan dan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan (BPUPK), pada tanggal 29 Mei 1945, meminta kepada sidang
untuk mengemukakan dasar (negara) Indonesia merdeka, permintaan itu menimbulkan
rangsangan anamnesis yang memutar kembali ingatan para pendiri bangsa ke belakang.
Hal ini mendorong mereka untuk menggali kekayaan kerohanian, kepribadian dan
wawasan kebangsaan yang terpendam lumpur sejarah. Begitu lamanya penjajahan di bumi
pertiwi menyebabkan bangsa Indonesia hilang arah dalam menentukan dasar negaranya.
Dengan permintaan Dr. Radjiman inilah, figur-figur negarawan bangsa Indonesia berpikir
keras untuk menemukan kembali jati diri bangsanya. Pada sidang pertama BPUPKI yang
dilaksanakan dari tanggal 29 Mei - 1 Juni 1945, tampil berturut-turut untuk berpidato
menyampaikan usulannya tentang dasar negara.
Pada tanggal 29 Mei 1945 Mr. Muhammad Yamin mengusulkan calon rumusan
dasar negara:
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan dan
5. Kesejahteraan Rakyat.

8
Selanjutnya Prof. Dr. Soepomo pada tanggal 30 Mei 1945 mengemukakan teori-
teori Negara, yaitu:
1. Teori negara perseorangan (individualis)
2. Paham negara kelas
3. Paham negara integralistik.
Kemudian disusul oleh Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 yang mengusulkan
lima dasar negara yang terdiri dari:
1. Nasionalisme (kebangsaan Indonesia)
2. Internasionalisme (peri kemanusiaan)
3. Mufakat (demokrasi)
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan Yang Maha Esa (Berkebudayaan).

1.2 Pancasila dalam Era Kemerdekaan


Pada tanggal 6 Agustus 1945 bom atom dijatuhkan di kota Hiroshima oleh Amerika
Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang. Sehari kemudian BPUPKI
berganti nama menjadi PPKI menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan
Indonesia. Bom atom kedua dijatuhkan di Nagasaki yang membuat Jepang menyerah
kepada Amerika dan sekutunya. Peristiwa ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk
memproklamasikan kemerdekaannya. Untuk merealisasikan tekad tersebut, maka pada
tanggal 16 Agustus 1945 terjadi perundingan antara golongan muda dan golongan tua
dalam penyusunan teks proklamasi yang berlangsung singkat, mulai pukul 02.00-04.00
dini hari. Teks proklamasi sendiri disusun oleh Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan Mr.
Ahmad Soebardjo di ruang makan Laksamana Tadashi Maeda tepatnya di jalan Imam
Bonjol No 1. Konsepnya sendiri ditulis oleh Ir. Soekarno. Sukarni (dari golongan muda)
mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs.
Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Kemudian teks proklamasi Indonesia tersebut
diketik oleh Sayuti Melik. Isi Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 sesuai
dengan semangat yang tertuang dalam Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945.

1.3 Pancasila dalam Era Orde Lama


Terdapat dua pandangan besar terhadap Dasar Negara yang berpengaruh terhadap
munculnya Dekrit Presiden. Pandangan tersebut yaitu mereka yang memenuhi “anjuran”
Presiden/ Pemerintah untuk “kembali ke Undang-Undang Dasar 1945” dengan Pancasila
sebagaimana dirumuskan dalam Piagam Jakarta sebagai Dasar Negara. Sedangkan pihak

9
lainnya menyetujui ‘kembali ke Undang-Undang Dasar 1945”, tanpa cadangan, artinya
dengan Pancasila seperti yang dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar yang
disahkan PPKI tanggal 18 Agustus 1945 sebagai Dasar Negara. Namun, kedua usulan
tersebut tidak mencapai kuorum keputusan sidang konstituante (Anshari, 1981: 99).
Majelis (baca: konstituante) ini menemui jalan buntu pada bulan Juni 1959. Kejadian ini
menyebabkan Presiden Soekarno turun tangan dengan sebuah Dekrit Presiden yang
disetujui oleh cabinet tanggal 3 Juli 1959, yang kemudian dirumuskan di Istana Bogor pada
tanggal 4 Juli 1959 dan diumumkan secara resmi oleh presiden pada tanggal 5 Juli 1959
pukul 17.00 di depan Istana Merdeka (Anshari, 1981: 99-100).
Dekrit Presiden tersebut berisi:
1. Pembubaran konstituante
2. Undang-Undang Dasar 1945 kembali berlaku
3. Pembentukan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara.

1.4 Pancasila dalam Era Orde Baru


Terdapat dua pandangan besar terhadap Dasar Negara yang berpengaruh terhadap
munculnya Dekrit Presiden. Pandangan tersebut yaitu mereka yang memenuhi “anjuran”
Presiden/ Pemerintah untuk “kembali ke Undang-Undang Dasar 1945” dengan Pancasila
sebagaimana dirumuskan dalam Piagam Jakarta sebagai Dasar Negara. Sedangkan pihak
lainnya menyetujui ‘kembali ke Undang-Undang Dasar 1945”, tanpa cadangan, artinya
dengan Pancasila seperti yang dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar yang
disahkan PPKI tanggal 18 Agustus 1945 sebagai Dasar Negara. Namun, kedua usulan
tersebut tidak mencapai kuorum keputusan sidang konstituante (Anshari, 1981: 99).
Majelis ini menemui jalan buntu pada bulan Juni 1959. Kejadian ini menyebabkan
Presiden Soekarno turun tangan dengan sebuah Dekrit Presiden yang disetujui oleh cabinet
tanggal 3 Juli 1959, yang kemudian dirumuskan di Istana Bogor pada tanggal 4 Juli1959
dan diumumkan secara resmi oleh presiden pada tanggal 5 Juli 1959 pukul 17.00 di depan
Istana Merdeka (Anshari, 1981: 99-100).
Dekrit Presiden tersebut berisi:
1. Pembubaran konstituante
2. Undang-Undang Dasar 1945 kembali berlaku
3. Pembentukan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara.

10
Adapun nilai dan norma-norma yang terkandung dalam Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa) berdasarkan ketetapan tersebut meliputi
36 butir, yaitu:
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
a. Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
b. Hormat-menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan penganut-
penganut kepercayaan yang berbeda-beda, sehingga terbina kerukunan hidup.
c. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadat sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
d. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.
2. .Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab.
a. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara
sesama manusia.
b. Saling mencintai sesama manusia.
c. Mengembangkan sikap tenggang rasa dan teposeliro.
d. Tidak semena-mena terhadap orang lain.
e. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
f. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
g. Berani membela kebenaran dan keadilan.
h. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat
3. Sila Persatuan Indonesia
a. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan
negara di atas kepentingan pribadi dan golongan.
b. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
c. Cinta tanah air dan bangsa
d. Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia.
e. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-
Bhinneka Tunggal Ika.

11
4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan.
a. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
b. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
c. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
d. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
e. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan
hasil keputusan musyawarah.
f. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani
yang luhur.
g. Keputusan yang diambil harus dipertanggungjawabkan secara moral
kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
5. Sila Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia
a. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan
sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotong-royongan.
b. Bersikap adil.
c. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
d. Menghormati hak-hak orang lain.
e. Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
f. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
g. Tidak bersifat boros.
h. Tidak bergaya hidup mewah.
i. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
j. Suka bekerja keras.
k. Menghargai hasil karya orang lain.
l. Bersama-sama mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial

12
1.5 Pancasila dalam Era Reformasi
Pancasila yang seharusnya sebagai nilai, dasar moral etik bagi negara dan aparat
pelaksana Negara, dalam kenyataannya digunakan sebagai alat legitimasi politik. Puncak
dari keadaan tersebut ditandai dengan hancurnya ekonomi nasional, maka timbullah
berbagai gerakan masyarakat yang dipelopori oleh mahasiswa, cendekiawan dan
masyarakat sebagai gerakan moral politik yang menuntut adanya “reformasi” di segala
bidang politik, ekonomi dan hukum (Kaelan, 2000: 245). Saat Orde Baru tumbang, muncul
fobia terhadap Pancasila. Dasar Negara itu untuk sementara waktu seolah dilupakan karena
hampir selalu identik dengan rezim Orde Baru. Dasar negara itu berubah menjadi ideologi
tunggal dan satu- satunya sumber nilai serta kebenaran. Negara menjadi maha tahu mana
yang benar dan mana yang salah. Nilai-nilai itu selalu ditanam ke benak masyarakat
melalui indoktrinasi (Ali, 2009: 50). Dengan seolah-olah “dikesampingkannya” Pancasila
pada Era Reformasi ini, pada awalnya memang tidak nampak suatu dampak negatif yang
berarti, namun semakin hari dampaknya makin terasa dan berdampak sangat fatal terhadap
kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. Dalam kehidupan sosial, masyarakat
kehilangan kendali atas dirinya, akibatnya terjadi konflik-konflik horisontal dan vertikal
secara masif dan pada akhirnya melemahkan sendi-sendi persatuan dan kesatuan bangsa
dan negara Indonesia. Dalam bidang budaya, kesadaran masyarakat atas keluhuran budaya
bangsa Indonesia mulai luntur, yang pada akhirnya terjadi disorientasi kepribadian bangsa
yang diikuti dengan rusaknya moral generasi muda. Dalam bidang ekonomi, terjadi
ketimpangan-ketimpangan di berbagai sektor diperparah lagi dengan cengkeraman modal
asing dalam perekonomian Indonesia. Dalam bidang politik, terjadi disorientasi politik
kebangsaan, seluruh aktivitas politik seolah-olah hanya tertuju pada kepentingan kelompok
dan golongan. Lebih dari itu, aktivitas politik hanya sekedar merupakan libido dominandi
atas hasrat untuk berkuasa, bukannya sebagai suatu aktivitas.

2. Tantangan Pancasila di zaman sekarang (Revolusi Industri 4,0)


Sejarah revolusi dimulai dari 1.0, 2.0, 3.0, hingga 4.0. Fase merupakan real change
dari perubahan yang ada. 1.0 ditandai dengan mekanisasi produksi untuk menunjang
efektifitas dan efisiensi aktivitas manusia, 2.0 dicirikan oleh produksi massal dan
standarisasi mutu, 3.0 ditandai dengan penyesuaian massal dan fleksibilitas manufaktur
berbasis otomasi dan robot. 4.0 selanjutnya hadir menggantikan 3.0 yang ditandai dengan
cyber fisik dan kolaborasi manufaktur (Hermann et al, 2015; Irianto, 2017). Istilah 4.0
berasal dari sebuah proyek yang diprakarsai oleh pemerintah Jerman untuk
mempromosikan komputerisasi manufaktur. Emanuel Dimitrios Hatzakis, dalam artikelnya
yang berjudul The Fourth Industrial Revolution, menyatakan bahwa salah satu ciri dari era
revolusi industri keempat adalah semakin banyaknya perkembangan teknologi dalam
kehidupan kita (Hatzakis, 2016).
Fenomena ini sekarang sudah semakin terlihat dalam kehidupan kita sehari-hari.
Memang jika kita berbicara konsep revolusi industri, maka konteks yang digunakan adalah

13
konteks industri, mencakup produksi, bisnis, pasar, dan lain sebagainya. Akan tetapi dalam
tulisan ini saya ingin membawa konsep revolusi industri tersebut ke dalam konteks
kehidupan bermasyarakat karena sebenarnya masyarakat juga merupakan elemen dari
industri kehidupan. Hermann et al (2016) menambahkan, ada empat desain prinsip 4.0.
Pertama, interkoneksi (sambungan) yaitu kemampuan mesin, perangkat, sensor, dan orang
untuk terhubung dan berkomunikasi satu sama lain melalui Internet of Things (IoT) atau
Internet of People (IoP). Prinsip ini membutuhkan kolaborasi, keamanan, dan standar.
Kedua, transparansi informasi merupakan kemampuan sistem informasi untuk menciptakan
salinan virtual dunia fisik dengan memperkaya model digital dengan data sensor termasuk
analisis data dan penyediaan informasi. Ketiga, bantuan teknis yang meliputi; (a)
kemampuan sistem bantuan untuk mendukung manusia dengan menggabungkan dan
mengevaluasi informasi secara sadar untuk membuat keputusan yang tepat dan
memecahkan masalah mendesak dalam waktu singkat; (b) kemampuan sistem untuk
mendukung manusia dengan melakukan berbagai tugas yang tidak menyenangkan, terlalu
melelahkan, atau tidak aman; (c) meliputi bantuan visual dan fisik. Keempat, keputusan
terdesentralisasi yang merupakan kemampuan sistem fisik maya untuk membuat keputusan
sendiri dan menjalankan tugas seefektif mungkin. Secara sederhana, prinsip 4.0.Irianto
(2017) menyederhanakan tantangan 4.0 yaitu; (1) kesiapan ; (2) tenaga kerja terpercaya;
(3) kemudahan pengaturan sosial budaya; dan (4) diversifikasi dan penciptaan lapangan
kerja dan peluang 4.0 yaitu; (1) inovasi ekosistem; (2) basis yang kompetitif; (3) investasi
pada teknologi; dan (4) integrasi Usaha Kecil Menengah (UKM) dan
kewirausahaan.Revolusi industri 4.0 banyak membawa perubahan dalam kehidupan
manusia. 4.0 secara fundamental telah mengubah cara beraktivitas manusia dan
memberikan pengaruh yang besar terhadap dunia kerja. Pengaruh positif 4.0 berupa
efektifitas dan efisiensi sumber daya dan biaya produksi meskipun berdampak pada
pengurangan lapangan pekerjaan. 4.0 membutuhkan tenaga kerja yang memiliki
keterampilan dalam literasi digital, literasi teknologi, dan literasi manusia. (Yahya,
2018:28)
Revolusi industri 4.0 indonesia akan mendorong 10 prioritas nasional dalam inisiatif
making Indonesia 4.0 yang bersifat lintas sektoral yaitu:
1. Perbaikan alur aliran barang dan material
2. Desain ulang zona industri
3. Mengakomodasi standar-standar berkelanjutan
4. Memberdayakan UMKM
5. Membangun infrastruktur digital nasional
6. Menarik minat investasi asing
7. Peningkatan kualitas SDM
8. Pembangunan ekosistem Inovasi

14
9. Insentif untuk investasi Teknologi
10. Harmonisasi aturan kebijakan
Revolusi Industri 4.0 merupakan sebuah persoalan yang akan menjadi tantangan
besar bagi Negara Indonesia agar dapat bersaing dengan Negara-negara luar, sehingga
Negara Indonesia menjadi Negara yang kuat yang berasaskan kepada Ideologi Pancasila.
Dalam menghadapi tantangan revolusi 4.0 bangsa Indonesia harus menanamkan nilai-nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan dan kerakyatan, serta berasaskan kepada keadilan
social bagi seluruh rakyat Indonesia.

3. Urgensi dan Esensi Pendidikan Pancasila bagi Masa Depan


Pendidikan Pancasila untuk masa depan, sebelum membahas lebih jauh tentang
urgensi dan esensi pendidikan pancasila akan dibahas terlebih dahulu mengenai hakikat
pancasila. Memahami hakikat pancasila bearti memahami makna pancasila. Artinya dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara bahwa pancasila mempunyai fungsi dan peran
tersendiri. Sudah jelas pancasila dasar negara, namun disamping itu pancasila mempunyai
fungsi sebagai pandangan hidup bangsa. Artinya bahwa pandangan hidup sebuah bangsa
lahir dari nilai-nilai yang dimiliki bangsa itu sendiri, yang diyakini kebenarannya dan
menimbulkan tekad untuk mewujudkan. Melihat betapa pentingnya fungsi pancasila dalam
kehidupan bangsa Indonesia maka sudah seharusnya pancasila dipahami secara
menyeluruh dan mendalam oleh orangnya sendiri.

Pengertian esensi berasal dari kata Essence yang artinya hakikat, inti, hal yang pokok
dari segala sesuatu. Esensi tergantung dalam konteks dan penggunaannya. Pengertian
urgensi dilihat dari bahasa latin bernama Urgere yaitu yang berarti mendorong. Istilah
urgensi menunjuk pada sesuatu yang mendorong kita, memaksa kita, untuk diselesaikan.
Dengan demikian mengandaikan ada suatu masalah dan harus segera ditindak lanjuti.
Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan dapat dimaknai sebagai wahana untuk
mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakal pada budaya bangsa
indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari
peserta didik baik sebagai individu, maupun sebagai anggota masyarakat dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (PPKN) berupaya mengantarkan warga
negara indonesia menjadi ilmuan dan profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta
tanah air, menjadiwarga negara yang demokraktis yang berkeadaban .,yang memiliki daya
saing: berdisiplin,d n berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai
berdasarkan system nilai pancasila. Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan
berkontribusi penting menunjang tujuan negara indonesia yang berdasarkan pancasila dan
UUD 1945. PPKN berkaitan dan berjalan seiring dengan perjalanan membangun
kehidupan berbangsa dan bernegara indonesia.maka untuk kedepannya, bangsa ini harus

15
benar-benar berpedoman pada pancasila.untuk dapan mengentaskan kemiskinan,
membasmi praktik KKN ( Korupsi Kolusi dan Nepotisme), berbagai bentuk kejahatan dan
lain sebagainnya,keberadaan pancasila tetap harus dipertahankan.karna jika pancasila
sudah di ujung tanduk oleh ekses-ekses negative, maka akan menjadi apa bangsa ini
kemudian.

Esensi dan urgensi pendidikan pancasila memiliki nilai-nilai sebagai pandangan


hidup bangsa yang sudah terwujud dalam kehidupan sehari hari untuk masa depan.
Pengembangan nilai-nilai tersebut adalah
Nilai-nilai cinta tanah air
Kesadaran berbangsa dan bernegara
Keyakinan terhadap Pancasila sebagai ideologi negara
Nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia dan lingkungan hidup
Kerelaan berkorban untuk masyarakat, bangsa, dan negara, serta
Kemampuan awal bela negara
Menurut penjelasan pasal 35 ayat (3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12
tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, yang dimaksud dengan mata kuliah pendidikan
Pancasila adalah pendidikan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan kepada
mahasiswa mengenai ideologi bangsa Indonesia. Dengan landasan tersebut, Ditjen Dikti
mengembangkan esensi materi pendidikan Pancasila yang meliputi:
1. Pengantar perkuliahan pendidikan Pancasila
Lahirnya ketentuan dalam pasal 35 ayat 5 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012
yang menyatakan bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat kuliah Agama,
Pancasila, Kewarganegaraan, dan Bahasa Indonesia. Ini menunjukan bahwa negara
berkehendak agar Pendidikan Pancasila dilaksanakan dan wajib dimuat dalam Kurikulum
Perguruan Tinggi sebagai mata kuliah yang berdiri sendiri. Pendidikan pancasila
diharapkan menjadi ruh dalam membentuk jati diri mahasiswa guna mengembangkan jiwa
profesionalitasnya sesuai dengan bidang studi masing-masing.
2. Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia
Fakta sejarah dijadikan dasar bagi pengembangan pendidikan pancasila, baik
menyangkut formulasi tujuan, pengembangan materinya, rancangan modal
pembelajaranya, dan evaluasinya. Formasi pendidikan pancasila tentu saja tidak hanya
memiliki prespektif waktu kebelakang yang berisi alasan-alasan historis perlunya perilaku
tertentu bagi generasi muda. Pada dasarnya, tujuan pendidikan pancasila memformulasikan
apa yang penting dari masa lampau, masalah yang dihadapi pada sekarang, dan cita-cita
tentang kehidupan ideal dimasa lampau.

16
3. Pancasila sebagai dasar negara
Setiap hal yang menyangkut dengan urusan-urusan ataupun masalah kenegaraan
harus diputuskan dengan dilandasi ataupun didasar dengan nilai-nilai yang terkandung di
dalam pancasila.norma hukum pokok serta disebut pokok kaidah fundamental dari pada
suatu negara itu dalam hukum mempunyai hakikat serta kedudukan tetap kuat dan tidak
berubah bagi negara di bentuk. Dengan kata lain, dengan jalan hukum tidak dapat diubah.
fungsi serta kedudukan pancasila sebagai pokok kaidah yang fundamental. Hal tersebut
penting sekali dikarenakan undang-undang harus bersumber serta berada dibawah pokok
kaidah negara fundamental itu.pancasila menurut ketetapan MPR No.III/MPR/2000
merupakan sumber hukum nasional.
4. Pancasila sebagai ideologi negara
Adalah visi atau arah dari penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara di
Indonesia ialah terwujudnya kehidupan yang menjunjung tinggi ketuhanan, nilai
kemanusiaan, kesadaran akan kesatuan, berkerakyatan serta menjunjung tinggi nilai
keadilan.
Pancasila sebagai ideologi negara berarti juga sebagai cita-cita bernegara dan sarana
yang mepersatukan masyarakat perlu perwujudan yang konkret dan operasional aplikatif,
sehingga tidak hanya dijadikan slogan belaka.
5. Pancasila sebagai sistem filsafat
Adalah suatu kesatuan yang saling berhubungan untuk satu tujuan tertentu, dan
saling berkualifikasi yang tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya. Jadi pancasila pada
dasarnya satu bagian atau unit-unit yang saling berkaitan satu sama lain, dan memiliki
fungsi serta tugas masing-masing.
Manusia memerlukan filsafat karena beberapa alasan. Pertama, manusia telah
memperoleh kekuatan baru yang besar dalam sains dan teknologi, telah mengembangkan
berbagai macam teknik untuk memperoleh ketenteraman dan kenikmatan. Akan tetapi,
pada waktu yang sama manusia merasa tidak tenteram dan gelisah karena mereka tidak
tahu dengan pasti makna hidup mereka dan arah tempuh dalam kehidupan mereka. Kedua,
filsafat bekerjasama dengan disiplin ilmu lain memainkan peran yang sangat penting untuk
membimbing manusia kepada keinginan-keinginan dan aspirasi mereka.
6. Pancasila sebagai sistem etika
Merupakan Way of life bangsa Indonesia, juga merupakan struktur pemikiran yang
disusun untuk memberikan tuntunan atau paduan kepada setiap warga negara Indonesia
dalam bersikap dan bertingkah laku. Pancasila sebagai sistem etika, dimaksudkan untuk
mengembangkan dimensi moralitas dalam diri setiap individu sehingga memiliki
kemampuan menampikan sikap spirutualitas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.

17
7. Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu
Untuk menggambarkan peran pancasila sebagai rujukan bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, antara lain pancasila sebagai intelektual bastion (Sofian
Effendi). Pancasila sebagai common, denominator values (Muladi). Pancasila sebagai
paragdigma ilmu pentingnya pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu bagi masa
depan bangsa untuk memperlihatkan pancasila sebagai rambu-rambu normati bagi
pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Selain itu, pengembangan ilmu dan
teknologi Indonesia harus berakar pada budaya bangsa Indonesia itu sendiri dan
melibatkan partisipasi masyarakat luar.
Pendekatan pembelajaran yang direkomendasikan dalam mata kuliah pendidikan
Pancasila adalah pendekatan pembelajaran yang berpusat kepada mahasiswa (student
centered learning), untuk memahami dan menghayati nilai-nilai Pancasila baik sebagai
etika, filsafat negara, maupun ideologi bangsa secara spesifik. Dengan harapan, nilai-nilai
Pancasila akan terinternalisasi sehingga menjadi guiding principles atau kaidah penuntun
bagi mahasiswa dalam mengembangkan jiwa profesionalismenya sesuai dengan
jurusan/program studi masing-masing. Implikasi dari pendidikan Pancasila tersebut adalah
agar mahasiswa dapat menjadi insan profesional yang berjiwa Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Selain itu, urgensi pendidikan Pancasila adalah untuk
membentengi dan menjawab tantangan perubahan-perubahan di masa yang akan datang.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 20 tahun 2003, pasal 3
menegaskan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Harapan tersebut memang tidak mudah untuk diwujudkan. Akan tetapi, pendidikan
dianggap merupakan alternatif terbaik dalam melakukan rekayasa sosial secara damai.
Pendidikan adalah alternatif yang bersifat preventif untuk membangun generasi baru
bangsa yang lebih baik dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Pendidikan Pancasila
di perguruan tinggi, penekanannya dengan memberikan kontribusi dalam pendalaman
penghayatan dan penerapan nilai-nilai Pancasila kepada generasi baru bangsa.
Contoh urgensi pendidikan Pancasila bagi suatu program studi, misalnya yang
berkaitan dengan tugas menyusun/membentuk peraturan perundang undangan. Orang yang
bertugas untuk melaksanakan hal tersebut, harus mempunyai pengetahuan, pengertian,
pemahaman, penghargaan, komitmen, penghayatan dan pola pengamalan yang lebih baik
daripada warga negara yang lain karena merekalah yang akan menentukan meresap atau
tidaknya nilai-nilai Pancasila ke dalam peraturan perundang-undangan yang
disusun/dibentuknya.
Demikian pula halnya bahwa keberadaan pendidikan Pancasila merupakan suatu
yang esensial bagi program studi di perguruan tinggi. Oleh karena itu, menjadi suatu

18
kewajaran bahkan keharusan Pancasila disebarluaskan secara masif, antara lain melalui
mata kuliah pendidikan Pancasila di perguruan tinggi. Dalam hal ini, Riyanto (2009: 4)
menyatakan bahwa pendidikan Pancasila di perguruan tinggi merupakan suatu keniscayaan
karena mahasiswa sebagai agen perubahan dan intelektual muda yang di masa yang akan
datang akan menjadi inti pembangunan dan pemegang estafet kepemimpinan bangsa dalam
setiap tingkatan lembaga-lembaga negara, badan-badan negara, lembaga daerah, lembaga
infrastruktur politik, lembaga-lembaga bisnis, dan sebagainya

3.1 Tujuan Urgensi dan Esensi Pendidikan Pancasila untuk Masa Depan
Tujuan pendidikan pancasila dapat dilacak keterkaitannya dengan tujuan nasional
dan tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan pancasila adalah agar subjek didik
memiliki moral yang sesuai dengan nilai pancasila moralitas itu mampu itu terwujud dalam
kehidupan sehari-hari (UU No.2 Tahun 1989). Perilaku moral adalah perilaku keimanan
dan ketakwaan terhadap Tuhan yang maha esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai
agama, perilau kemanusian yang adil dan beradap, perilaku yang mendukung persatuan
bangsa indonesia. Adapun tujuan pendidikan pancasila untuk masa depan adalah:
1. Dapat memahami dan mampu melaksanakan pancasila dan UUD 1945 dalam
kehidupan sebagai warga negara Indonesia.
2. Menguasai pengetahuan tentang beragam masalah dasar berkehidupan
bermasrakat, berbangsa dan bernegara yang hendak diatasi dengan penerapan pemikiran
yang berlandasan pancasila dan UUD 1945.
3. Memupuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma pancasila,
sehingga mampu menanggapi perubahan yang terjadi dalam rangka keterpaduan iptek dan
pembangunan.
4. Untuk membentuk karakter manusia yang profesional dan bermoral.
5. Kesadaran gaya hidup yang sederhana dan cinta produk dalam negeri.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pancasila adalah sebagai dasar falsafah negara Indonesia, sehingga dapat diartikan
kesimpulan bahwa pancasila merupakan dasar falsafah dan ideology negara yang
diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa indonesia, sebagai dasarpemersatu, lambang
persatuan dan kesatuan, serta bagian pertahanan bangsa dannegara. Pancasila terdiri dari 4
perkembangan yaitu pancasila era pra kemerdekaan, kemerdekaan, orde lama, orde baru,
dan reformasi. Dinamika Pancasila sebagai ideologi negara dalam sejarah bangsa Indonesia
memperlihatkan adanya pasang surut dalam pelaksanaan nilai-nilai Pancasila. Dinamika
Pancasila sebagai ideologi negara dalam sejarah bangsa Indonesia Penetapan Pancasila
sebagai dasar negara tak hendak menghapuskan perbedaan, tetapi merangkum semuanya
dalam satu semboyan empiris khas Indonesia yang dinyatakan dalam seloka " Bhinneka
Tunggal Ika.”

B. Saran
Dengan adanya makalah tentang Dinamika Pancasila dan tantangan Pancasila ini
diharapkan kepada seluruh mahasiswa ataupun para pembaca untuk lebih memperhatikan
dan memahami apa saja yang dibahas dalam materi ini. Selain daripada itu, penulis
memohon maaf apabila terdapat kesalahan, karena penulis juga masih dalam tahap proses
pembelajaran. Penulis juga mengharapkan dengan adanya makalah ini, dapat menjadi
sumber yang membuka pola piker pembaca dan memberi saran yang sifatnya tersirat
maupun tersurat.
Akhir kata “tiada gading yang tak retak”, demikian pula dengan makalah ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun tetap kami nantikan
untuk kesempurnaan makalah ini.

20
DAFTAR PUSTAKA

Laurensius Arliman S, Komnas HAM dan Perlindungan Anak Pelaku Tindak Pidana,
Deepublish , Yogyakarta, 2015
Darmini Roza dan Laurensius Arliman S Pemerintah Daerah Di Dalam Melindungi
Hak Anak Di Indonesia , Masalah-Masalah Hukum, Volume 47, Nomor 1, 2018.
Laurensius Arliman S, Penguatan Perlindungan Anak Dari Tindakan Human
Trafficking Di Daerah Perbatasan Indonesia, Jumal Selat, Volume 4, Nomor 1, 2016.
Laurensius Arliman S, Kedudukan Ketetapan MPR Dalam Hierarki Peraturan
Perundang-Undangan Di Indonesia, Lex Jurnalica, Volume 13, Nomor 3, 2016.
Laurensius Arman S, Peranan Pers Untuk Mewujudkan Perlindungan Anak
Berkelanjutan Di Indonesia, Jurnal Ilmu Hukum Tambun Bungai, Volume 2, Nomor 2,
2017.
Laurensius Arliman S, Mewujudkan Penegakan Hokum Yang Baik Untuk
Mewujudkan Indonesia Sebagai Negara Hokum, Jurnal Hokum Doctrinal, Volume 2,
Nomor 2, 2017.

21

Anda mungkin juga menyukai