Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa dan guru adalah hanya sebagi
usaha minimal yang harus dilakukan untuk mencapai kompetensi yang diharapkan,
sedangkan usaha maksimalnya siswa harus menggali informasi yang lebih luas melalui
kerja kelompok, diskusi dan menyunting informasi dari sumber-sumber lain yang
berkaitan dengan materi yang disampaikan
Berpijak pada latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah :
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas oleh karena itu hasil
penelitian ini diharapkan memberi manfaat secara teoritis maupun praktis di SMK
Negeri Rengel Tuban.
1. Manfaat Teoritis.
Secara teoritis diharapkan penelitian ini dapat lebih memberitahu kepada para
pengguna teori belajar bahwa penerapan pembelajaran dengan modeling yang dapat
dipakai untuk mengembangkan pembelajaran. Dengan demikian, modeling
diharapkan dapat dipakai untuk menambah perbendaharaan metode yang telah ada
selama ini.
2. Manfaat Praktis.
Manfaat bagi siswa diharapkan penelitian ini dapat memberi masukan bahwa
selama ada kemauan dan rasa percaya diri, para siswa pasti akan dapat merasa
bangga dengan kompetensi ketrampilan yang dimiliki. Selain itu dengan modeling
siswa mendapat kegembiraan karena dengan sedikit bermain tetap dapat mencapai
tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
E. Batasan Istilah
KAJIAN TEORI
LAS OKSI-ASETILENA
1) Pakaian Praktek
Dalam ruang bengkel harus selalu menggunakan pakain kerja. Bahan pakaian
kerja harus harus terbuat dari bahan katun atau bahan campuran sejenisnya. Katun,
sedangkan kalau polyester atau sejenis akan cepat bereaksi dan mudah menempel pada
kulit badan. Syarat – syarat pakaian kerja :
Bahan kain harus mempunyai daya serap panas yang baik, sehingga tidak
menimbulkan kegerahan pada pemakai.
Korek api
Zat kimia
Benda-benda tajam
Dan lain-lain
2) Apron
Fungsi apron adalah untuk menghindari terbakarnya pakaian kerja karena
percikan cairan logam, goresan benda-benda panas dan cahaya yang timbul dari
pengelasan. Bahan apron harus terbuat dari kulit campur asbes. Bahan ini paling baik
untuk alat pelindung akibat panas, karena mempunyai daya serap panas yang lambat
seperti pada gambar 1.02.
Kacamata las
Bagian-bagian kacamata las, adalah sebagai berikut:
a) Rumah kaca, tempat untuk menyimpan kaca
b) Kaca las, terdiri dari dua macam yaitu :
Untuk mengelas dan memotong dengan las oksi asetilena biasanya menggunakan
nomor kaca penyaring dengan daya saring No. 4 sampai dengan No. 6, tebal kaca
penyaring 1,5 dan 2,5 mm, sedangkan garis tengah kaca penyaring adalah 50 mm
4) Topi las
Topi las perlu digunakan, hal ini untuk menghindari :
a) Tumbukan langsung benda keras dengan kepala
b) Percikan api akibat ledakan kecil dari cairan las
c) Kejatuhan langsung benda keras terhadap kepala
Syarat-syarat pelindung kepala :
a) Nyaman dipakai
b) Terbuat dari “Fibre Glass”
c) Kuat dan tahan dari benturan, panas, dan goresan benda tajam.
d) Daya hantar panasnya kecil.
Dibawah ini diperlihatkan topi las seperti pada gambar 1.04.
5) Sepatu Las.
Bengkel las bukan hanya tempat mengerjakan las, didalamnya terdapat juga seperti
pemotong dan alat mekanik lainya. Dengan demikian bukan hanya benda-benda panas saja
yang kecil atau serpihan-serpihan terak yang berbahaya bila terinjak kaki.Oleh karena itu
perlu alat khusus untuk melindungi kaki yaitu sepatu las. Sepatu las harus terbuat dari
bahan yang baik kualitasnya dan alasnya harus terbuat dari karet pejal yang kuat seperti
pada gambar 1.05. 26
7) Pengisap Asap
Butir-butir debu asap bila terisap akan tertahan bulu hidung dan pipa pernapasan,
sedangkan debu asap yang halus akan terbawa masuk ke dalam paru-paru. Sebagian akan
terbuang kembali dan sebagian lagi akan melekat pada kantong paru-paru sehingga dapat
mengakibatkan gangguan-gangguan pernapasan dan lain sebagainya dapat dilihat gambar
1.07. Gas beracun dalam asap las terdiri dari :
a) Karbon monoksidasi (CO), mempengaruhi darah sehingga akan menyerap oksigen
pada darah.
b) Karbon dioksida (CO2), akan menurunkan O2 yang berada dalam udara luar dan akan
membahayakan terhadap pernapasan terutama di ruangan tertutup.
Tujuan pengisap asap adalah untuk membuang debu, asap dan gas sehingga ruangan
kerja tetap bersih.
Silinder gas adalah botol baja yang dapat digunakan untuk menyimpan dan
mengangkut gas. Isi gas di dalam silinder bermacam-macam mulai dari : 3500 liter,
5000 liter, 6000 liter, 7000 liter, dan seluruhnya. Pada bagian atas silinder terdapat
keran/katup untuk mengisi dan mengeluarkan gas seperti pada gambar 2.02
Mur Rod
a
Mur Sumbat
Sumbat
Badan
Sumbat
Ulir luar
Ulir Botol
Sumbu dudukan
Mur Pengaman
Oksigen masuk
Sekat pengaman
Ulir kesilinderan
Oksigen keluar
Bila silinder sedang tidak digunakan, hendaknya katup ditutup dengan tutup baja, dengan
cara memasukkan pada katup kemudian diputar ke kanan. Hal ini dimaksudkan agar katup
tersebut tetap bersih dan aman. Pada dinding silinder biasanya terdapat label yang
menyatakan jenis gas, tanggal pengisian dan tahun pemeriksaan. Didalam peralatan las oksi
Asetilena terdapat dua silinder, yaitu silinder oksigen dan silinder asetilena.
a) Silinder Oksigen
Silinder oksigen dibuat sesuai dengan keperluan, yaitu menyimpan oksigen dengan
tekan maksimum 150 kg/cm2 (2200 psi). Silinder ini dilengkapi dengan alat pengaman
berupa keping yang terdapat pada katup silinder lihat gambar 2.04. Isi oksingen 33
di dalam silinder dapat dihitung dengan mengalikan volume silinder dengan tekanan
didalamnya. Misalnya volume silinder 40 liter dan tekan di dalam 150 kg/cm2 maka isi
oksigen adalah : 40 x 150 = 6000 liter Pada keran/katup silinder terdapat ulir penghubung
antara silider dengan regulator. Cara menghubungkannya ialah dengan memasukkan baut
penghubung regulator pada katup silinder, kemudian diputar kearah kanan atau searah jarum
jam karena ulirnya adalah ulir kanan.
Gambar 2.04. Silinder Oksigen Keselamatan Kerja untuk Silinder Oksigen
Oksigen itu sendiri tidak dapat menyala dan meledak. Walaupun demikian oksigen akan
menyebabkan bahan terbakar dengan tidak terkehendaki. Secara umum hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam menangani oksigen adalah :
a) Jangan mengoperasikan alat pneumatik dengan oksigen.
b) Jangan menggunakan oksigen untuk pengecatan dengan spray.
c) Jangan menggunakan oksigen sebagai pengganti udara yang dimanfaatkan.
d) Jangan menghembus pipa, bejana atau tangki dengan oksigen
e) Jangan menggunakan oksigen untuk penyegaran udara, membersihkan asap dalam ruang
tertentu atau mendinginkan diri Anda pada cuaca yang panas
Untuk hal tersebut, maka silinder oksigen harus ditangani secara baik, agar tidak
menimbulkan bahaya-bahaya yang tidak diingini. Adapun teknik-teknik penanganan
silinder oksigen adalah sebagai berikut :
a) Tangani silinder dengan hati-hati, tidak boleh terbentur, kena nyala api maupun
benda panas.
b) Silinder harus selalu dalam keadaan tegak dan terikat dengan baik agar tidak
jatuh.
c) Apabila silinder tidak memungkan berdiri tegak dapat juga direbahkan, tetapi
manometer harus disebelah atas
d) Panas matahari tidak boleh langsung memanasi silinder, maka silinder dapat
dilindungi dengan papan
e) Silinder-silinder tidak boleh tergeletak tanpa ganjal yang baik
Silinder Asetilena
Didalam silinder asetilena berisi bahan berpori (misalnya asbes, kapas dan
sutra). Bahan berpori ini berfungsi menyerap aseton dan aseton digunakan untuk
menyimpan gas asetilena. Aseton adalah suatu zat dimana asetilena dapat larut
dengan baik dibawah pengaruh tekanan asetilena pada silinder sebesar 17.5
kg/cm2 (250 psi). Silinder asetilena dilengkapi dengan sumbat pengaman yang
terdapat pada temperature lebih kurang 100/C. Apabila karena suatu sebab
silinder menjadi panas, sumbat pengaman akan melebur dan akan memberikan
jalan keluar bagi gas asetilena. Silinder asetilena harus disimpan dalam posisi
berdiri tegak, baik dalam keadaan terisi maupun kosong, pada posisi tidur cairan
aseton di dalam silinder akan dapat menyumbat lubang-lubang pada kutub
silinder. Bila terjadi kebocoran pada keren silinder maka keran tersebut dapat
dikeraskan dengan menggunakan kunci yang ukurannya sesuai, jika masih bocor
bawalah keluar ruangan dan diamkan pada tempat terbuka. Pada katup/keran
silinder terdapat mur untuk menghubungkan keran dengan regulator. Ulir pada
silinder asetilena ini adalah ulir kiri. Untuk mengeraskannya diputar ke kiri atau
berlawanan arah jarum jam, lihat gambar 2.05 berikut : 36
3) Selang Las
Fungsi selang las adalah untuk mengalirkan gas dari silinder ke pembakaran.
Selang las dibuat dari karet yang berlapis-lapis dan diperkuat oleh serat-serat
bahan tahan panas seperti pada gambar 2.08. sedangkan sifat selang las adalah
sebagai berikut :
a) Kuat
1) Selang Asetilena harus tahan terhadap tekanan 10 kg/cm2
b) Selang oksigen harus tahan terhadap tekanan 20 kg/cm2
c) Tahan api/panas
d) Lemas/tidak kaku/fleksibel
1) Selang oksigen mempunyai warna hitam/biru/hijau
2) Selang asetilena mempunyai warna merah.
Gambar 2.08 Selang Las
1. Konstruktivistik
a. Teori Kognitif.
Teori kognitif adalah teori yang berhubungan dengan proses internal ketika
belajar mengingat dan berfikir. Teori kognitif bila dikaitkan dengan teori
pembelajaran kooperatif melibatkan dua kategori yaitu; teori perkembangan dan
teori elaborasi. Teori perkembangan berasumsi bahwa interaksi antar siswa
dalam tugas-tugas yang sesuai akan meningkatkan penguasaan mereka terhadap
konsep – konsep yang sulit. Sedang teori elaborasi berasumsi bahwa dengan
adanya interaksi antar siswa, pemahaman yang umum tentang suatu konsep
berubah menjadi lebih rinci, karena masing-masiong siswa memiliki pemahaman
yang saling melengkapi. Dengan pengorganisasian, konsep yang sedemikian itu
akan menghasilkan pemahaman yang lebih mendalam, dan hasil belajar yang
lebih tinggi yang pada akhirnya akan menumbuhkan motivasi positif dan sikap
yang lebih baik. Degeng dalam santiasa (2000;3) mengatakan bahwa “Dalam
pembelajaran kooperastif konstruksifistik yang menggunakan strategi
pembelajaran dengan model elaborasi sebagai strategi yang pengorganisasian
materi ajar ternyata lebih efektif, lebih mudah dipelajarai, lebih menarik dan
dapat menerapkan perolehan mahasiswa sebagai wujud hasil belajarnya “
b. Teori Motivasi.
Santyasa (2000;6) menyatakan bahwa ada tiga struktur pencapaian tujuan yaitu:
(1) Kooperatif yaitu upaya-upaya orientasi tujuan tiap-tiap individu
menyumbang pencapaian tujuan individu lain. (2) Kompetitif yaitu upaya-upaya
berorientasi tujuan tiap individu membuat frustasi terhadap pencapaian tujuan
yang lain. Dan (3) individualistik, yaitu upaya-upaya berorientasi tujuan tiap
individu tidak memiliki konsekwensi terhadap pencapaian tujuan individu yang
lain.
3. Umpan Balik
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengetahui
bahwa siswa telah mengerti pada bahan yang diajarkan, salah satunya dengtan
mengajukan pertanyaan yang kemudian harus dijawab oleh para siswa. Jawaban
siswa tersebut kemudian dicocokkan untuk diketahui betul salahnya. Dengan
cara seperti itu, guru akan menemukan bahan pembelajaran yang sudah atau
yang belum di mengerti oleh siswa. Jadi dengan melakukan umpan balik
tersebut guru mendapatkan banyak kemanfaatannya, karena dengan umpan
balik, guru tidak hanya sekedar mencocokkan jawaban siswa tetapi langsung
memberi penilaian pada hasil belajar siswa.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan siapapun, kehadiran peneliti
sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa, sehingga siswa tidak
tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan data yang seobjektif mungkin demi
kevalidan data yang diperlukan.
A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
3. Subyek Penelitian
B. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Tim Pelatih
Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku
tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka
dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang
dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan
(dalam Mukhlis, 2000:3).
Sedangkah menurut Mukhlis (2000:5) PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat
sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang
dilakukan.
Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki/meningkatkan pratek
pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya adalah
menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru (Mukhlis, 2000:5).
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka
penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam
Sugiarti, 1997:6), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya.
Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan),
dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah
direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan
tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.
Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.
Putaran
Refleksi Rencana
1
awal/rancangan
Tindakan/
Observasi Putaran
2
Rencana yang
Refleksi
direvisi
Tindakan/
Observasi
Putaran
3
Rencana yang
Refleksi
direvisi
Tindakan/
Observasi
Gambar 3.1 Alur PTK
1. Silabus
5. Tes formatif
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tes
formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan
ganda (objektif). Sebelumnya soal-soal ini berjumlah 25
X=
∑X
∑N
: X = Nilai rata-rata
Dengan
ΣN = Jumlah siswa
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara
klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994
(Depdikbud,1994), yaitu seorang siswa dikatakan belum tuntas apabila nilainya
kurang dari 64 % atau < 64 sedang nilai siswa dikatakan telah tuntas belajar bila
telah mencapai skor 65% atau nilai > 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas
tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap dan lebih dari sama dengan >
65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai
berikut:
P=
∑ Siswa. yang .tuntas . belajar x 100 %
∑ Siswa
BAB IV
Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data observasi
berupa pengamatan pengelolaan pembelajaran model diskusi dengan umpan balik dan
pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran, dan data tes formatif siswa
pada setiap siklus.Data hasil uji coba item butir soal digunakan untuk mendapatkan tes yang
betul-betul mewakili apa yang diinginka.
Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan
penglolaan pembelajaran model Diskusi dan umpan balik yang digunakan untuk mengetahui
pengaruh penerapan metode pembelajaran model diskusi dengan umpan baik dalam
meningkatkan prestasi
Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah
diterapkan pembelajaran model diskusi dengan umpan balik.
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang
terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1, dan alat-alat
pengajaran yang mendukung.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar
mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah
sebagai berikut:
David
2. Aan setyawan 60 √ 20. 60 √
alamsyah
Dian eko
4. Abdul rokim 70 √ 22. 70 √
saputro
Achmad abdul
5. 70 √ 23. Doni sariyanto 70 √
karim
Achmad khoirul
6. 60 √ 24. Elyadin 60 √
rohman
Febru nur
Afrizal bayu
7. 60 √ 25. agung 70 √
mawardi
pramudita
Agung hasan
8. 60 √ 26. Ihvan ul akbar 60 √
albana
Aldo fatma
9. 60 √ 27 Ilham afandi 60 √
azara
Imam hustanul
10. Ali afinudin 70 √ 28. 70 √
qodrat
Irfan eka
11. Almas mustofik 60 √ 29. 60 √
prasetyo
Andika ilhah
14. 60 √ 32. Lilik setiawan 60 √
pradianto
Bisma ainul
17. 60 √ 35. M. Ma`ruf 70 √
yakin
Candra yudi
18. 70 √
prastyo
12
35
Keterangan : T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari
rencana pelajaran 2, LKS 2, soal tes formatif II, dan alat-alat pengajaran yang
mendukung.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa selama proses belajar mengajar yang
telah dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil
penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut.
David
2. Aan setyawan 60 √ 20. 60 √
alamsyah
Dian eko
4. Abdul rokim 70 √ 22. 70 √
saputro
Achmad Doni
5. 70 √ 23. 70 √
abdul karim sariyanto
Achmad
6. khoirul 60 √ 24. Elyadin 60 √
rohman
Febru nur
Afrizal bayu
7. 80 √ 25. agung 70 √
mawardi
pramudita
Aldo fatma
9. 60 √ 27 Ilham afandi 60 √
azara
Imam
10. Ali afinudin 70 √ 28. hustanul 70 √
qodrat
Andika ilhah
14. 60 √ 32. Lilik setiawan 70 √
pradianto
Bisma ainul
17. 60 √ 35. M. Ma`ruf 70 √
yakin
Candra yudi
18. 70 √
prastyo
17
35
Keterangan :
T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 17
2. Siklus III
a. Tahap Perencanaan
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar
mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III.
Adapun data hasil peneitian pada siklus III adalah sebagai berikut:
Keterangan Keterangan
No Nama Siswa Nilai No Nama Siswa Nilai
T TT
David
2. Aan setyawan 80 √ 20. 70 √
alamsyah
Dian eko
4. Abdul rokim 70 √ 22. 80 √
saputro
Achmad abdul
5. 70 √ 23. Doni sariyanto 70 √
karim
Achmad khoirul
6. 70 √ 24. Elyadin 60 √
rohman
Febru nur
Afrizal bayu
7. 80 √ 25. agung 80 √
mawardi
pramudita
Agung hasan
8. 70 √ 26. Ihvan ul akbar 60 √
albana
Aldo fatma
9. 60 √ 27 Ilham afandi 70 √
azara
Imam hustanul
10. Ali afinudin 80 √ 28. 70 √
qodrat
Irfan eka
11. Almas mustofik 60 √ 29. 70 √
prasetyo
Andika ilhah
14. 80 √ 32. Lilik setiawan 70 √
pradianto
Bisma ainul
17. 70 √ 35. M. Ma`ruf 80 √
yakin
Candra yudi
18. 80 √
prastyo
29
35
Keterangan: T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran
model diskudi dengan umpan balik diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah
72,28 dan ketuntasan belajar mencapai 83,85 % atau ada 29 siswa dari 35 siswa sudah
tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus ketiga secara klasikal siswa
sudah tuntas belajar.
c. Refleksi
Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang
masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan pembelajaran
model diskusi dengan umpan balik. Dari data-data yang telah diperoleh dapat
duraikan sebagai berikut:
Pada siklus III guru telah menerapkan pembelajaran model diskusi dengan umpan
balik dapat dilaksanakan dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil
belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka
tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan
selanjutnya adalah memaksimalkan dan mepertahankan apa yang telah ada dengan
tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan
pembelajaran model diskusi dengan umpan balik dapat meningkatkan proses belajar
mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
C. Pembahasan
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan
berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan model diskusi dengan umpan balik bidang studi Las oksi
asetilena memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang
ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu
siklus I (34,28 %), siklus II ( 48,57 %), siklus III (83,85 %).
2. Penerapan metode pembelajaran model diskusi dengan umpan balik mempunyai
pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan
dengan hasil wawancara dengan sebagian siswa, rata-rata jawaban siswa menyatakan
bahwa siswa tertarik dan berminat dengan metode pembelajaran model diskusi
dengan umpan balik, sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar
mengajar bahasa Indonesia lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi
siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:
1. Untuk melaksanakan model diskusi dengan umpan balik memerlukan persiapan yang
cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang
benar-benar bias diterapkan dengan model diskusi dengan umpan balik dalam proses
belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering
melatih siswa dengan berbagai metode pembelajaran, walau dalam taraf yang
sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh
konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan
masalah-masalah yang dihadapinya.
DAFTAR PUSTAKA
Joyce, Bruce dan Weil, Marsh. 1972. Models of Teaching Model. Boston: A Liyn dan Bacon.
Mukhlis, Abdul. (Ed). 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Panitia Pelatihan Penulisan
Karya Ilmiah untuk Guru-guru se-Kabupaten Tuban.
Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press. Universitas
Negeri Surabaya.
Soedjadi, dkk. 2000. Pedoman Penulisan dan Ujian Skripsi. Surabaya; Unesa Universitas
Press.
Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta.
Usman, Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.