Pengertian Wakalah
Pengertian Wakalah
Dikutip dari repository STAIN Kudus oleh D Pranoto, menurut kalangan ulama Syafi'iyah
pengertian wakalah adalah ungkapan atau penyerahan kuasa (al-muwakkil) kepada orang lain
(al-wakil), agar melaksanakan sesuatu pekerjaan yang bisa digantikan dan bisa dilakukan oleh
pemberi kuasa.
Ketentuan pekerjaan atau suatu kegiatan tersebut, akan dilaksanakan pada saat pemberi kuasa
masih hidup. Akad wakalah merupakan perjanjian yang digunakan oleh seseorang, jika dia
membutuhkan orang lain.
Maksudnya, akad wakalah dipakai apabila seseorang membutuhkan orang lain untuk
mengerjakan sesuatu yang tidak bisa dilakukannya sendiri. Dalam melakukan wakalah, orang
yang memberi kuasa disebut al-Muwakkil. Sementara, orang yang diberi kuasa disebut al-
Wakil.
Jadi, adanya tugas wakalah yaitu untuk menggantikan atau mengerjakan pekerjaan maupun
perkara seseorang ketika masih hidup. Seorang yang dipilih atau al-wakil haruslah orang yang
dianggap mampu untuk menggantikan muwakkil.
Oleh sebabnya, apabila seorang wakil itu merupakan orang gila, anak kecil (belum dewasa)
atau orang yang tidak ahli untuk mengerjakan urusannya, maka kita tidak sah untuk mewakilkan
urusan kita kepada orang lain.
Contoh wakalah yaitu ketika ada seorang terdakwa mewakilkan urusan kepada pengacaranya.
Selain itu, yang termasuk contoh wakalah juga jika ada seorang mewakilkan kepada orang lain
untuk menjadi wali nikah anak perempuan dalam pernikahan.
Jenis-jenis Wakalah
1. Wakalah al-Mutlaqah
Al-Mutlaqah adalah jenis wakalah yang mewakilkan sesuatu secara mutlak. Artinya, wakalah
dilakukan tanpa batas waktu dan juga untuk segala urusan.
2. Wakalah al-Muqayyadah
Wakalah al-Muqayyadah merupakan penunjukan wakil yang bertindak atas namanya, dalam
suatu urusan-urusan tertentu.
3. Wakalah al-Ammah
Al-ammah termasuk jenis wakalah di mana perwakilan yang lebih luas dari al-Muqayyadah.
Biasanya ini untuk perbuatan terkait pengurusan sehari-hari.
Misal, wakalah dalam praktik bank syariah yaitu wakalah al-ammah kerap digunakan sebagai
perlengkapan transaksi suatu akad. Di mana, ada hambatan dari pelaksanaan suatu akad
tersebut.
Dasar Hukum Wakalah
Dasar hukum wakalah dalam Islam dijelaskan pada QS. Al-Kahfi ayat 19. Dalam QS. Al-Kahfi
ayat 19, wakalah itu diperbolehkan, hal ini berkaitan dengan kisah Ashabul Al-Kahfi.
َو َك َٰذ ِلَك َبَع ْث َٰن ُهْم ِلَي َت َس ٓاَء ُلو۟ا َب ْي َن ُهْم ۚ َق اَل َق ٓاِئٌل ِّم ْن ُهْم َك ْم َلِبْث ُتْم ۖ َقاُلو۟ا َلِبْث َن ا َي ْو ًما َأْو َب ْع َض َي ْو ٍم ۚ َق اُلو۟ا َر ُّب ُك ْم َأْع َلُم ِبَم ا َلِبْث ُتْم َف ٱْب َع ُثٓو ۟ا َأَح َد ُك م ِبَو ِر ِقُك ْم َٰه ِذِهٓۦ
ِإَلى ٱْلَمِد يَن ِة َف ْلَي نُظ ْر َأُّيَه ٓا َأْز َكٰى َط َع اًما َف ْلَي ْأِتُك م ِبِر ْز ٍق ِّم ْن ُه َو ْلَي َت َلَّط ْف َو اَل ُيْش ِعَر َّن ِبُك ْم َأَح ًد ا
Artinya: "Dan demikianlah kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara
mereka sendiri. Salah seorang di antara mereka berkata: sudah berapa lama kamu berada (di
sini?)". Mereka menjawab: "Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari". Berkata (yang lain
lagi): "Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah
salah seorang di antara kamu, untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan
hendaklah ia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan
itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan
halmu kepada seorangpun." (QS. Al-Kahfi:19)
Ayat di atas tadi menegaskan bahwa Allah telah mensyariatkan wakalah. Pasalnya, manusia
akan membutuhkannya. Seperti diketahui, bahwa tidak semua manusia mempunyai
kemampuan untuk menekuni atau melakukan semua urusannya.
Sehingga, manusia akan membutuhkan pendelegasian mandat kepada orang lain. Wakalah
dilakukan sebagai wakil darinya.
Landasan hukum wakalah juga dibahas dalam QS. Yusuf ayat 55. Allah SWT berfirman:
َق اَل ٱْج َع ْلِنى َع َلٰى َخ َز ٓاِئِن ٱَأْلْر ِض ۖ ِإِّن ى َح ِفيٌظ َع ِليٌم
Artinya: "Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir), sesungguhnya aku
adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan." (QS. Yusuf: 55)
Pada ayat tadi, mengisahkan Nabi Yusuf yang menyatakan siap untuk menjadi wakil. Ia mau
mengemban amanah dan menjaga, untuk urusan ekonomi negeri Mesir.
Para ulama juga sepakat dengan ijma, yang menyatakan bahwa wakalah diperbolehkan.
Beberapa dari mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkan wakalah, alasannya karena
itu merupakan jenis perbuatan tolong menolong (ta'awun) yang dilakukan atas dasar kebaikan
serta taqwa.
Muwakkil merupakan sebutan orang yang disyaratkan sah, untuk melakukan apa yang
diwakilkan. Adapun syarat muwakkil adalah sebagai berikut:
Jika ada salah satu pihak yang berwakalah itu meninggal atau gila
Jika maksud yang terkandung dalam wakalah itu sudah selesai pelaksanaannya atau
dihentikan
Pembatalan akad wakalah oleh pemberi kuasa terhadap penerima kuasa (diketahui oleh
penerima kuasa)
Gugurnya hak kepemilikan atas barang bagi pemberi kuasa
Wakalah diputuskan oleh salah satu pihak yang menerima kuasa
Diberhentikannya suatu aktivitas/pekerjaan dimaksud oleh kedua belah pihak.
Itu tadi penjelasan tentang arti wakalah adalah penyerahan sesuatu kepada seseorang yang
mampu mengerjakan suatu yang biasa diganti ke orang lain. Semoga detikers makin paham
apa contoh, hukum hingga syarat wakalah ya.
Baca artikel detikfinance, "Wakalah Adalah: Jenis, Dasar Hukum, Rukun, dan Syarat"
selengkapnya https://finance.detik.com/solusiukm/d-6343195/wakalah-adalah-jenis-dasar-
hukum-rukun-dan-syarat.