Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

PEMBAHASAN

Kesehatan merupakan hak setiap manusia di dunia, hal ini tertuang jelas
dalam Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Asasi
Manusia Pasal 25 ayat (1) “setiap orang berhak atas derajat hidup yang memadai
untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya termasuk hak atas
pangan, pakaian, perumahan, dan perawatan kesehatan serta pelayanan sosial
yang diperlukan dan berhak atas jaminan pada saat menganggur, menderita sakit,
cacat, menjadi janda/duda, mencapai usia lanjut atau keadaan lainnya yang
mengakibatkan kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya.” (Syofyan,
2023)

4.1 Definisi Jaminan Sosial


Menurut Rejda (1994), sistem jaminan sosial adalah bagian dari supra
proteksi sosial yang terdiri dari komponen-komponen pasar tenaga kerja aktif,
asuransi sosial dan bantuan sosial serta demogran. Esensi jaminan sosial pada
prinsipnya mencakup pemberian pelayanan kesehatan kepada seluruh penduduk
dan pensiun bagi seluruh pekerja yang bekerja dengan majikan. (Purwoko, 2014)
Menurut ILO (International Labour Organization) yang merupakan salah
satu Badan PBB, pengertian jaminan sosial secara luas, yaitu pada prisnsipnya
adalah system perlindungan yang diberikan oleh masyarakan untuk warganya,
melalui berbagai usaha dalam menghadapi resiko-resiko ekonomi atau sosial yang
dapat mengakibatkan terhentinya atau sangat berkurangnya penghasilan.
(Syofyan, 2023)

4.2 Jaminan Sosial di Malaysia


Operasionalisasi jaminan sosial di Malaysia didasarkan pada UU per
program seperti UU tentang tabungan wajib, UU kecelakaan kerja dan pensiun-
cacat dan UU jaminan sosial untuk pegawai sipil kerajaan serta UU khusus untuk
anggota angkatan tentara. Masing-masing UU tersebut terkait dengan kepesertaan,
program, pembiayaan dan pengaturan kewenangan badan penyelenggaraan.
Kepesertaan jaminan sosial masih dibedakan atas kepesertaan masyarakat yang
bekerja (coverage of working society), kepesertaan seluruh penduduk (universal
coverage) dan kepesertaan khusus untuk pegawai negeri sipil dan personel militer
(coverage of civil servants and coverage of military personnel). Di Malaysia tidak
dibedakan antara karyawan sektor formal dan pekerja sektor informal atau pekerja
sebagai penerima upah dan atau pekerja yang tidak menerima upah sebagaimana
dimaksud pada Pasal 27 Ayat-ayat 1 dan 2 UU No 40/2004 tentang SJSN
(Purwoko, 2014)
Lembaga, program dan iuran jaminan sosial yang ada di Malaysia adalah
sebagai berikut (Purwoko, 2014):
No. Lembaga dan Program Iuran (%) Keterangan
Majikan Pekerja Total
1. Employee Provident Fund (EPF) atau 11 12 23 Tabungan wajib yg
Kumpulan Wang Simpanan Pekerja didirikan sejak tahun
(KWSP) sesuai UU Tabungan wajib 1951 masih berlaku
1969 dan yang diamendemen pada hingga sekarang dengan
tahun 1991 dengan batas atas kepesertaan yg wajib
upah RM 5000 per bulan untuk karyawan
sektor swasta

2. Social Security Organization (Socso) Kecelakaan kerja dan


atau Pertubuhan Kemalangan Sosial pensiun cacat yang
(Perkeso) sesuai UU Asuransi Sosial didirikan sejak tahun
1969 dengan batas atas upah RM 1929 masih berlaku
3000 per bulan dangan program- hingga sekarang dengan
program: kepe3sertaan
a. Kecelakaan kerja 1,25 - 1,25 wajib untuk karyawan
b. Pensiun cacat 0,50 0,50 1,00 sektor swasta
Total iuran jaminan sosial untuk 12,75 12,50 25,25
karyawan sektor swasta

3. Pension System for Civil Servants KWAP didirikan sejak


(PSCS) atau Kumpulan Wang tahun 1875 kemudian
Aparatur Pemerintah(KWAP) sesuai disahkan pada tahun
UU 227/1951 sebagai berikut: 1951 hingga
a. Skema Pensiun 17,50 - diamendemen di tahun
b. Jaminan Kesehatan APBN - 17,50 1970 dengan
beban APBN. Dalam
hal ini, pemerintah
sebagai majikan.
4. Armed Forces Saving Fund Board Didirikan sejak tahun
(AFSB) atau Lembaga Tabung 1973 hingga sekarang
Angkatan Tentara (LTAT) dengan dengan beban
program-program sebagai berikut: pembiayaan bersama
a. Skema Pensiun 15 10 25 antara pemerintah
b. Tabungan Sukarela - RM 25- sebagai majikan
500 / dan personil tentara.
bulan
c. Jaminan Kesehatan APBN

Malaysia sebagai negara yang bersifat inklusif yang mengadopsi


rekomendasi Bank Dunia pada tahun 2004, agar setiap negara memulai
membangun sistem proteksi sosial. Sistem proteksi sosial ini ditujukan untuk
mengamankan sistem jaminan sosial yang sekarang sedang berjalan di masing-
masing negara seperti diillustrasikan dalam model bagan berikut:
Tabungan
Sukarela

KWSP sebagai tabungan


wajib

Skema Pensiun untuk Pegawai Kerajaan


dan Anggota Angkatan Darat

Asuransi sosial (Perkeso) untuk proteksi pekerja sektor


swasta dalam kemalangan

Bantuan Keluarga

Dalam penyelenggaraan jaminan sosial diperlukan penciptaan lapangan


pekerjaan sehingga perlu dibentuk pasar tenaga kerja aktif untuk penempatan
kerja secara efektif. Pilar pertama adalah semacam proteksi sosial dasar yang
dibiayai APBN untuk reduksi kemiskinan, sedangkan pilar kedua merupakan
program asuransi sosial yang ditujukan untuk memberikan penggantian
penghasilan yang hilang dalam jangka pendek akibat mengalami kemalangan
sosial dan pilar ketiga sebagai skema pensiun yang berdasarkan anggaran negara
untuk memberikan penghasilan hari tua bagi pegawai sipil kerajaan dan anggota
angkatan tentara yang mengalami pensiun (Purwoko, 2014).
Dalam pilar keempat berlaku program tabungan wajib bagi setiap pekerja
sektor swasta dengan UU KWSP tahun 1991 dengan harapan agar pekerja swasta
yang pension memiliki penghasilan hari tua yang dibiayai dengan iuran majikan
dan pekerja. Pilar kelima merupakan tabungan perorangan yang bersifat sukarela
sebagai on top of EPF (Purwoko, 2014).
Dengan dipisahkannya penyelenggaraan program jaminan sosial untuk
pertimbangan akuntabilitas dan responsibilitas dalam pendanaan dengan sumber
yang berbeda, maka analisis aplikasi prinsip-prinsip GCG (Good Corporate
Government) dalam penyelenggaraan sistem jaminan sosial di Malaysia seperti
terlihat pada tabel berikut (Purwoko,2014):

Prinsip GCG KWSP (EPF) Perkeso (Socso) KWAP (PSCS) LTAT (AFSB)
Transparansi Program tabungan Program Program pensiun Program pensiun
wajib untuk seluruh kecelakaan kerja dan layanan dan tabungan
pekerjasektor swasta dan pensiun cacat kesehatan bagi wajib bagi para
yang didanai dengan untuk seluruh para pegawai sipil anggota tentara
iuran bersama pekerja sektor kerajaan dan diraja malaysia
majikan dan pekerja swasta dengan negara bagian yang didanai dari
iuran majikan dan yang dibiayai dari APBN dan iuran
pekerja APBN anggota
Akuntabilitas KWSP berfungsi Perkeso sebagai KWAP berfungsi LTAT berfungsi
sebagai pengganti fungsi kompensasi sebagai sebagai insentif &
pensiun kepada dana dalam penghargaan masa penghargaan masa
pekerja yang pensiun bentuk santunan kerja pegawai kerja anggota
dalam bentuk tunai kepada para kerajaan yang tentara yang
pembayaran pekerja yang telah mencapai memasuki masa
tunai sekaligus untuk mengalami usia pensiun pensiun dalam
belanja anuitet kemalangan sosial dalam bentuk bentuk santunan
dan cacat total santunan berkala berkala
Responsibilitas Pemerintah Malaysia Pemerintah Pemerintah Pemerintah
bertanggungjawab Malaysia Malaysia Malaysia
menyelenggarakan bertanggungjawab memandang perlu memandang perlu
KWSP yang menyelenggarakan untuk memberikan untuk memberikan
berdasarkan UU’91 Perkeso yang penghargaan penghargaan
untuk memberikan berdasarkan UU kepada segenap kepada segenap
jaminan hari tua 1969 untuk kom- pegawai sipil anggota tentara
kepada seluruh pensasi kepada kerajaan yang diraja yang
pekerja swasta di setiap pekerja mengalami usia mengalami usia
hari tua dan pensiun yang mengalami pensiun sesuai pensiun sesuai
kemalangan sosial ketentuan yang ketentuan yang
berlaku berlaku
Independen Penyelenggaraan Penyelenggaraan Pengelolaan Pengelolaan
KWSP harus bersifat Perkeso harus program KWAP program LTAT
mandiri baik dalam independen baik harus berbasis harus transparan,
tatakelola program dalam pengelolaan pada kompetensi, terbuka dan
maupun keuangan program maupun profesionalisme konservati f dalam
supaya maju dan keuangan supaya dan kemandirian setiappengambilan
terbebas dari maju dan terbebas para manajer lini keputusan
konflik kepentingan dari masalah agar terjadi stratejik untuk
konflik kemajuan minimalisasi
kepentingan korporasi risiko

Keadilan Operasionalisasi Operasionalisasi Operasionalisasi Operasionalisasi


KWSP harus Perkeso harus KWAP harus LTAT harus
mengacu pada asas mengacu pada mengacu pada mengacu pada
keadilan, prinsip asas keadilan, asas keadilan, asas keadilan,
kesamaan hak dan prinsip kesamaan prinsip kesamaan prinsip kesamaan
pengakuan kinerja hak dan hak dan hak dan
pengakuan kinerja pengakuan kinerja pengakuan kinerja

4.3 Model Sistem Jaminan Sosial Bidang Kesehatan di Malaysia


Pelayanan kesehatan tidak masuk ke dalam program yang dicakup sistem
jaminan sosial di Malaysia karena pemerintah federal Malaysia bertanggung
jawab atas pembiayaan dan penyediaan langsung pelayanan kesehatan bagi
seluruh penduduk yang relatif gratis. Dengan sistem pendanaan kesehatan oleh
negara, tidak ada risiko biaya kesehatan yang berarti bagi semua penduduk
Malaysia yang sakit ringan maupun berat. Sektor informal merupakan sektor yang
lebih sulit dimobilisasi. Namun demikian, dalam sistem jaminan sosial di
Malaysia, sektor informal dapat menjadi peserta EPF atau SOCSO secara
sukarela. Termasuk sektor informal adalah mereka yang bekerja secara mandiri
dan pembantu rumah tangga. Karyawan asing dan pegawai pemerintah yang
sudah punya hak pensiun juga dapat ikut program EPF secara sukarela (Syofyan,
2023).
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa Pemerintah Diraja Malaysia
dengan Ideologi Rukun Negara tidak memasukan jaminan kesehatan sosial bagi
penduduknya ke dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional. Untuk upaya promotif
dan preventif seperti kesehatan lingkungan, izin fasilitas kesehatan, inspeksi
bangunan, kontrol terhadap kebersihan air, dan perencanaan pelayanan kesehatan
langsung di bawah Kementerian Kesihatan melalui Upaya Pelayanan Publik
(Syofyan, 2023).
Untuk program kesehatan kuratif dan rehabilitatif, pemerintah Malaysia
menetapkan Universal Coverage yang mana semua masyarakat dijamin pelayanan
kesehatannya dengan membayar iuran sebesar 1 RM untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan dari dokter umum, sedangkan untuk pelayanan dari dokter
spesialis sebesar 5 RM. Akan tetapi sistem pembiayaan kesehatan di Malaysia ini
tidak termasuk dalam kategori penyakit berat yang membutuhkan biaya
pengobatan yang tinggi (Putri, 2019).
Pemerintah Malaysia membebaskan pajak untuk alat kesehatan dan obat-
obatan, yang berdampak pada biaya operasional di Malaysia yang menjadi murah.
Pemerintah Malaysia membatasi praktik dokter yang hanya satu tempat, sehingga
dokter harus memilih akan praktik di pelayanan kesehatan milik pemerintah atau
milik swasta (Putri, 2019).
Gaji dokter juga sangat tinggi sehingga mutu kesehatan terjamin
kualitasnya. Pelayanan kesehatan milik pemerintah telah terakreditasi dan akses
pelayanan kesehatan mudah dijangkau, karena setiap penduduk tinggal maksimal
5 km dari layanan kesehatan. Pajak langsung dibayarkan ke pemerintah federal
sehingga tidak ada dana yang terhambat di daerah (Syofyan, 2023).

4.4 Perbedaan Sistem Jaminan Sosial Indonesia dan Malaysia


Di Indonesia, SJSN dilaksanakan oleh BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Nasional). Ada dua fungsi yang dijalankan BPJS yang terbagi ke dalam dua
Lembaga, yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Dari namanya, jelas
bahwa kedua lembaga BPJS tersebut memberikan manfaat kepada masyarakat
Indonesia berupa jaminan sosial untuk kesehatan, jaminan sosial untuk
ketenagakerjaan (jaminan kematian, jaminan kecelakaan kerja, jaminan sosial hari
tua, dan jaminan jasa konstruksi) (Syofyan, 2023).
Malaysia tidak memberlakukan kepesertaan wajib untuk jaminan kesehatan
sebagai bagian dari sistem jaminan sosial. Bila dibandingkan dengan Indonesia,
pelayanan kesehatan dilaksanakan melalui program BPJS Kesehatan. Untuk
mendapatkan jaminan kesehatan dari BPJS Kesehatan, setiap warga negara
Indonesia terlebih dahulu harus mendaftar sebagai peserta. Manfaat yang
diberikan bertingkat sesuai dengan kelasnya. Masyarakat bisa memilih manfaat
yang sesuai dengan kemampuan dalam membayar iuran. Namun, aturan ini tidak
berlaku bagi masyarakat yang dikategorikan tidak mampu. Mereka mendapat
pengecualian untuk pembayaran iuran, sedangkan di Malaysia pemerintah federal
Malaysia bertanggung jawab atas pembiayaan dan penyediaan langsung
pelayanan kesehatan bagi seluruh penduduk yang relatif gratis. (Syofyan, 2023).
Daftar Pustaka

1. Syofyan, Y., dan Gusman, D. 2023. Studi Perbandingan Sistem Jaminan


Sosial antara Indonesia dan Malaysia dalam Rangka Pemenuhan Hak Kesehatan
di Indonesia. UNES Journal Of Swara Justisia 7 (1): 208-219.
2. Purwoko, HB. 2014. Sistem Jaminan Sosial di Malaysia: Suatu Tata
Kelola Penyelenggaraan Per Program yang Berbasis pada Pelembagaan yang
Terpisah. E-Journal Widya Ekonomika 1 (1): 31-42.
3. Putri, RN. 2019. Perbandingan Sistem Kesehatan di Negara Berkembang
dan Negara Maju. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi 19 (1): 139-146.

Anda mungkin juga menyukai