Anda di halaman 1dari 80

No Dok : IK-HSE-5.

1-01
Terbit : 1 Januari 2021
INSTRUKSI KERJA INSPEKSI No Rev : 0
SCAFOLDING/PERANCAH Tgl Rev : -
Hal : 2/4

1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk panduan untuk melakukan inspeksi scaffolding / perancah

2. PELAKSANA
2.1 Safety Officer bertanggung jawab mengidentifikasi dan menginspeksi semua hal
yang berhubungan dengan perancah/scaffolding yang digunakan pada area kerja

3. PERALATAN
3.1 Alat Tulis

4. BAHAN/MATERIAL
4.1 Form Inspeksi Scafolding/Perancah [F-HSE-5.1-01]

5. RINCIAN INSTRUKSI
5.1 Inspeksi Scafolding dilakukan ketika pemasangan, pelaksanan maupun
pembongkaran yang dilakukan oleh safety officer yang bertugas dilapangan
5.2 Pelaksanaan menggunakan Form Inspeksi dan dilakukan pengecekan setiap
seminggu lagi
5.3 Setiap ada kerusakan safety officer melapor kepada site manager dan melakukan
penggantian
5.4 Pelaporan keadaan scaffolding dilakukan setiap bulan kepada admin safety
officer
∵ 軸弾雨鵬鞘緬鯉輔弼豪 S

平曲取ANCAH SOP-HSE-5.1-01

卿紬雌裏書働e血 聯農相軸的心細耽贈両膝の畦血

T紬霊d種T握れg紬 ThaliMnyori “ ̄‥’- ̄ ̄∴「’サ申‥’’ 、 ∵ 言 押鮮

患捌噂髄鞘藍
Jab種章握れ Sat坤yRepresentative DirekturUtama

D寄書e 0210112021 02/Ol1202l


STANDART OPERASIONAL No Dok : SOP-HSE-5.1-01
Terbit : 2 Januari 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PEMASANGAN DAN Tgl Rev : -
PEMBONGKARAN PERANCAH Hal : 1/8

1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk panduan pemasangan dan pembongkaran
scaffolding/perancah dimana digunakan sebagai sarana akses yang aman untuk naik
dan turun dari lokasi kerja yang tidak tersedia aksesnya

2. RUANG LINGKUP
Prosedur ini mengatur pemasangan dan pembongkaran yang hanya berlaku di
lingkungan PT. AHMAD PUTRA INDO KARYA

3. TANGGUNG JAWAB
3.1 Manajer Operational/site manager PT AHMAD PUTRA INDO
KARYA bertanggung jawab untuk menjamin bahwa telah dilaksanakan petunjuk
kerja ini apabila menggunakan perancah pada saat melakukan pekerjaan
3.2 Safety Officer bertanggung jawab mengawasi dan menginspeksi perancah sesuai
dengan prosedur yang sudah ditetapkan

4. DEFINISI
4.1 Bagian-bagian Pipa (Tubular Members)
a. Penahan Papan (Board Bearer) : pipa yang terletak memanjang yang
melintang antara ledgers dan transoms untuk mendukung area kerja lantai
b. Braket (Brace) : Pipa yang dirangkai diagonal, melintang terhadap bagian
dua atau lebih pada perancah yang dipasang tetap untuk memperkuat
perancah
c. Rel pengaman (Guardrail) : pipa yang dirangkai pada struktur untuk
mencegah orang jatuh dari lantai kerja ke akses jalan. Pipa ini tingginya
36”-45” diatas dek
d. Rel pegangan tangan (handrail) : Pipa yang dipergunakan pada tangga,
sandaran dll yang dipasang untuk mencegah orang jatuh
e. Ledger : Pipa yang dipasang horizontal dan diikat pada perancah Kearah
memanjang
STANDART OPERASIONAL No Dok : SOP-HSE-5.1-01
Terbit : 2 Januari 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PEMASANGAN DAN Tgl Rev : -
PEMBONGKARAN PERANCAH Hal : 2/8

f. Rel tengah (midrail) : pipa yang dirangkai pada struktur di tengah-tengah


antara rel pengaman dan geladak
g. Tonggak : pipa yang dipasang vertical untuk mendukung berdiri tegak
diatas tanah atau pelat alas
h. Raker : Pipa yang dipasang untuk menahan beban miring pada tanah dan
struktur disebelahnya
i. Pipa Pengikat (Reveal Tie): Pipa yang diangkat atau dirapatkan antara dua
permukaan yang berlawanan, misalnya pada pembukaan jendela atau untuk
membantu untuk mengikat peranca ke bangunan atau pipa balok (beam)
penahan struktur.
j. Tiang (Tegak): Pipa yag dipergunakan sebagai penyangga yang dipasang
vertikal, pada konstruksi peranca, dan memindahkan beban ke dek di tanah
atau lantai dasar melalui pelat dasar dan pelat alas.
k. Pipa Pengikat (Tie): Pipa yang dipakai untuk menghubungkan peranca
dengan angkor yang kokoh.
l. Pipa Transom: Pipa yang terbentang melintang pipa ledgers untuk mengikat
peranca secara transversal, yang juga menopang lantai kerja

4.2 Istilah Umum


a. Pelat Dasar (Base Plate): Pelat dari metal dengan ganjel untuk
mendistribusikan beban dari tiang, pipa raker, atau pipa yang menahan beban.
Harus digunakan bersama dengan pemakaian pelat alas untuk tiang.
b. Bay: Jarak antara dua tiang yang berdekatan sepanjang bagian depab dari
peranca.
c. Papan: Papan kayu yang dipakai untuk akses, lantai kerja, dan sebagai
komponen pelindung seperti papan pijakan.
d. Penopang Buttress: Struktur pipa penopang yang dibuat untuk memperkuat
struktur peranca yang ada.
e. Castor: Roda swivel dengan perlengkapan pengunci yang dikaitkan pada
dasar dari batang vertikal untuk tujuan memindahkan peranca.
f. Klip (Clip): Digunakan untuk mengikat papan pada pipa peranca
STANDART OPERASIONAL No Dok : SOP-HSE-5.1-01
Terbit : 2 Januari 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PEMASANGAN DAN Tgl Rev : -
PEMBONGKARAN PERANCAH Hal : 3/8

g. Kolom Kotak Pengikat (Column Box-Tie): Pengikat dua arah yang dipasang
pada tiang vertikal dengan pipa yang membentuk “kotak” sekitar tiang.
h. Penyambung (Coupler): Komponen yang digunakan untuk menyambung
pipa –pipa peranca.
i. Dek (Decking): landasan peranca dari papan yang dipasang berdekatan.
j. Braket Ekstensi (Extension Bracket): Braket yang dipasang pada tiang agar
papan (biasanya dua) dapat diletakkan diantara tiang bagian dalam pada
peranca yang berdiri sendiri dan dinding atau struktur. Biasanya tidak
digunakan pada peraca pipa dan klip, tetapi untuk pemasangan kerangka.
k. Kabel penggantung (Hanging Wire): Kabel yang dipakai untuk menahan dan
mengangkor peranca sling gantung (minimum diameter 3/8 inches).
l. Besi Melingkar (Hoop Iron): Sabuk logam yang dipasang diujung papan
untuk mencegah papan pecah.
m. Pipa Junction: Bagian antara dari seri pipa
n. Braket Ledger (Ledger Bracing) : Pipa yang dipasang diagonal antara dua
ketinggian dari ledger ke ledger atau tiang ke tiang untuk memperkuat
peranca.
o. Ketinggian (Lift): Tinggi dari tanah atau dek ke ledger yang berada paling
rendah atau jarak vertikal antara dua ledger yang berdekatan.
p. Braket Longitudinal (Longitudinal Bracing), atau Braket Depan (Facade
Bracing): Pipa yang dipasang diagonal, melintang bagian depan peranca
untuk memperkuat peranca.
q. Sambungan Paralel (Parallel Coupler): Pipa pendek yang dipasang
longitudinal melintang ujung-ujung batang pipa, untuk memperkuat batang
pipa. Tidak dipergunakan kecuali jika batang pipa atau selubung dipasang
tegak.
r. Pengikat peranca (Scaffold Lashing): Kabel berdiameter 3/8" atau kawat
1/4" yang digunakan untuk mengikat tangga, papan, dll. Tidak digunakan
untuk menahan atau mengangkor peranca atau untuk operasi pengangkatan.
s. Pelat alas (Sole Plate atau Spreader): Kayu atau sejenisnya dari ukuran dan
kualitas yang sesuai untuk membagi beban dari pelat dasar diatas area pada
STANDART OPERASIONAL No Dok : SOP-HSE-5.1-01
Terbit : 2 Januari 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PEMASANGAN DAN Tgl Rev : -
PEMBONGKARAN PERANCAH Hal : 4/8

tanah, dek atau geladak atau permukaan yang kasar. Untuk menambah
maksimum 2' kesamping atau keatas.
t. Stiles: Bagian pada tangga yang dipasang vertikal.
u. Sistem Peranca (Unit yang dirangkai, Kwikstage, atau Kerangka Peranca):
Istilah yang dipergunakan untuk menjelaskan unit yang dibuat secara
keseluruhan atau sebagian dari komposisi peranca untuk tujuan menjadikan
bentuk yang utuh.
v. Papan pengaman (Toeboard, Kick Board): Papan yang diletakkan sepanjang
pinggir lantai kerja untuk mencegah jatuhnya orang, alat dan material dari
lantai kerja.
w. Pengikat dua arah (Two-way Tie): Pengikat yang mencegah bergeraknya
peranca dari dan ke bangunan atau struktur dimana peranca tersebut dipasang.
x. Unit Beam Penopang (Truss): Balok bentuk profil lattice yang dirangkai
membentuk jembatan dimana diperlukan adanya bentuk terbuka. Balok ini
dapat dibuat dengan sambungan baut atau disambung denga peranca.
y. Dek Lantai Kerja (Work Stage, Staging): Dek yang dibuat pada menara,
kerangka balok, kerangka atap atau kerangka konstruksi.
z. Peranca Suspensi (Suspension Scaffold): Peranca Suspensi Dua Titik atau
Peranca Mengayun (Swinging Scaffold), adalah peranca yang mempunyai
lantai kerja yang menggantung pada dua tali di dua titik gantungan, yang
dapat menaikkan atau menurunkan lantai kerja sesuai posisi kerja yang
diinginkan dengan menggunakan mesin pengangkat.

5. REFERENSI
5.1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-01/Men/1980 Keselamatan Kerja untuk
Konstruksi Bangunan

6. PROSEDUR
6.1 Persiapan
6.1.1 Langkah pertama dari aktifitas pemilihan alat ini adalah evaluasi
material/struktur dari pernacah
STANDART OPERASIONAL No Dok : SOP-HSE-5.1-01
Terbit : 2 Januari 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PEMASANGAN DAN Tgl Rev : -
PEMBONGKARAN PERANCAH Hal : 5/8

6.1.2 Menggunakan alat pelindung diri dan mempersiapkan peralatan-peralatan


yang dibutuhkan sebelum melakukan pekerjaan
6.2 Penggunaan Body Harness
Body harness harus menggunakan 2 tali lanyard dan 2 hook untuk mengikat
pekerja 100% selama melakukan pekerjaan saat melakukan pembangunan
perancah maupun pembongkaran apabila berada diketinggian diatas 1,8m
6.3 Pondasi
Pondasi untuk peranca harus memadai untuk menopang dan menahan beban yang
menekan pada setiap tiang dan menopang keseluruhan berat beban peranca.
Tanah, permukaan dek atau balok beam harus diuji dengan hati-hati sebelum
membuat peranca. Penggalian dekat dengan dasar tidak boleh dilakukan.

Pelat dasar dan pelat alas perlu untuk digunakan. Pelat alas dari papan untuk
tiang diperlukan untuk membagi rata beban pada atap, permukaan tanah atau
dek yag tidak lengkap. Pelat alas dapat melebar maksimum 2” pada kedua sisi
tiang.
6.4 Tiang / Standards
Sambungan pada tiang harus diberi penguat dan sambungan pada tiang yang
berdekatan tidak boleh ada pada ketinggian yang sama. Sambungan harus pada
tempat sedemikian rupa sehingga terjadi sedekat mungkin dengan ledger.
6.5 Ledgers
Sambungan pada ledgers untuk bay harus diberi penguat diatasnya dan dibawahnya
pada ketinggian yang sama. Ledger harus disambung bersama dengan ujung-ujung
coupler, letaknya lebih disukai bukan pada tengah-tengah bentangan.
6.6 Dek (Decking)
• Dek untuk peranca harus sesuai dengan spesifikasi berikut ini:
• Papan untuk dek harus terletak dengan bebas pada sedikitnya tiga tiang
pendukung.
• Ujung papan harus menjorok daru dudukannya paling tidak 2"; dan jarak
maksimum 8".
STANDART OPERASIONAL No Dok : SOP-HSE-5.1-01
Terbit : 2 Januari 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PEMASANGAN DAN Tgl Rev : -
PEMBONGKARAN PERANCAH Hal : 6/8

• Dek pada sekeliling permukaan yang lengkung bila mungkin harus ditirus.
Bila tidak dapat dicegah adanya tumpang tindih, harus dilakkan cara yang
hati-hati untuk mencegah terjadinya bahaya tersandung.
• Papan harus diikat dengan peranca dengan kabel pengikat atau klip.
• Tiang pendukung untuk papan harus diberi jarak sesuai dengan kondisi alam
setempat dari dek dan beban yang diterima.
• Celah diantara papan harus sekecil mungkin yang dapat dilakukan untuk
mencegah erjadinya bahaya. Gap diantara papan pada peranca yang dibuat
untuk tujuan pekerjaan sanblasting harus 1" untuk menghindari kerikil
mengumpul pada papan, hal ini tidak diinginkan karena menambah beban
berat.
6.7 Rel Pengaman dan Papan Pengaman (Guardrails and Toerboards)
Rel pengaman dan toeboards harus dipasang dipinggir geladak dimana orang
atau barang dapat terjatuh pada jarak lebih dari 6'6". Rel pengaman tingginya
minimum harus 3' dan maksimum tingginya 3'9".
Rel pengaman dan toeboards harus dipasang di bagian dalam tiang untuk
menghindari pergerakan keluar. Papan pengaman harus dipasang dengan klip atau
cara lain, misalnya baji, atau sambungan yang mengikat (check jointed).
6.7 Akses
• Akses ke lantai kerja yang paling baik dapat dicapai dengan menyediakan
tangga-menara secara terpisah atau akses kerja kantilever sehigga tidak
mengganggu lantai kerja dan dapat mengurangi kemungkinan orang terrjatuh
melalui sela-sela rel pengaman atau geladak. Tetapi, dapat digunakan
tangga tunggal yang tetap diletakkan dengan benar dan direntang minimum
36" diatas dek platform.
• Pada waktu tangga digunakan untuk menyambung akses ke geladak atau
lantai kerja ujung atas dari angga harus direntang tiga kaki diatas titik
penopang pada lantai kerja untuk dapat dipegang pada saat melangkah dari
tangga ke lantai kerja.
STANDART OPERASIONAL No Dok : SOP-HSE-5.1-01
Terbit : 2 Januari 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PEMASANGAN DAN Tgl Rev : -
PEMBONGKARAN PERANCAH Hal : 7/8

• Tangga harus selalu diikat dengan struktur yang kuat pada waktu dipasang
untuk digunakan secara normal. Pengikat dekat ujung atas penting untuk
dipasang, dan disarankan untuk dipasang pada ujung bawah.
• Dasar tangga harus ditempatkan menapak dengan kokoh dan permukaan
dasar dari pendukungnya rata. Kedua kaki tangga harus ditopang secara sama.
Ujung atas tangga harus ditempatkan pada dua rel yang ditahan sama berat.
• Tempat “landing” pada tangga terletak pada setiap ketinggian 30’ dan harus
ada rel pengaman dan papan pengaman. Lubang pada lantai kerja dimana
tangga dapat melewatinya harus dibuat sekecil mungkin.
• Bila dilakukan pekerjaan panas pada peranca, diperlukan dua sarana akses
untuk keluar.
• Peraturan Keselamatan Kerja untuk menggunakan tangga sebagai akses
menuju peranca adalah:
• Tangga hanya bisa dipanjat oleh satu orang dalam waktu yang bersamaan.
• Bawa dan masukkan alat-alat kerja dalam sabuk alat, biarkan tangan bebas
untuk memegang pegangan tangga pada waktu memanjat atau turun tangga
• Kabel tangan (handlines) harus digunakan untuk menaikkan dan menurunkan
alat kerja yang besar atau kotak alat. Selama membuat peranca, harus
menggunakan tangga untuk mendapatkan akses.
6.8 Tutup Perancah
Bila dipasang tutup atau bahan lembaran lain pada peranca (misalnya terpal, dll), harus
diperhitungkan terhadap beban angin serta harus memjadi pertimbangan dalam membuat
desain peranca. Disarankan melepas terpal sebelum melaksanakan pekerjaan panas
untuk menghindari terjadinya bahaya kebakaran.
6.9 Inspeksi
Peranca harus di inspeksi secara visual setiap waktu akan digunakan. Fittings dicek
setiap minggu apakah sudah kuat. Mengacu pada Kebijakan dan Prosedur Ijin
Kerja yang terpisah, dan secara khusus dan rinci pada waktu “diluar dek”. Lembar
periksa Inspeksi peranca dilampirkan (IK-HSE-5.1-01)
STANDART OPERASIONAL No Dok : SOP-HSE-5.1-01
Terbit : 2 Januari 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PEMASANGAN DAN Tgl Rev : -
PEMBONGKARAN PERANCAH Hal : 8/8

7. DOKUMEN TERKAIT
7.1 Instruksi Kerja Inspeksi Scafolding [IK-HSE-5.1-01]
7.2 Form Inspeksi Scafolding [F-HSE-5.1-01]
∵ 軸弾雨鵬鞘緬鯉輔弼豪 S

平曲取ANCAH SOP-HSE-5.1-01

卿紬雌裏書働e血 聯農相軸的心細耽贈両膝の畦血

T紬霊d種T握れg紬 ThaliMnyori “ ̄‥’- ̄ ̄∴「’サ申‥’’ 、 ∵ 言 押鮮

患捌噂髄鞘藍
Jab種章握れ Sat坤yRepresentative DirekturUtama

D寄書e 0210112021 02/Ol1202l


STANDART OPERASIONAL No Dok : SOP-HSE-5.1-01
Terbit : 2 Januari 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PEMASANGAN DAN Tgl Rev : -
PEMBONGKARAN PERANCAH Hal : 1/8

1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk panduan pemasangan dan pembongkaran
scaffolding/perancah dimana digunakan sebagai sarana akses yang aman untuk naik
dan turun dari lokasi kerja yang tidak tersedia aksesnya

2. RUANG LINGKUP
Prosedur ini mengatur pemasangan dan pembongkaran yang hanya berlaku di
lingkungan PT. AHMAD PUTRA INDO KARYA

3. TANGGUNG JAWAB
3.1 Manajer Operational/site manager PT AHMAD PUTRA INDO
KARYA bertanggung jawab untuk menjamin bahwa telah dilaksanakan petunjuk
kerja ini apabila menggunakan perancah pada saat melakukan pekerjaan
3.2 Safety Officer bertanggung jawab mengawasi dan menginspeksi perancah sesuai
dengan prosedur yang sudah ditetapkan

4. DEFINISI
4.1 Bagian-bagian Pipa (Tubular Members)
a. Penahan Papan (Board Bearer) : pipa yang terletak memanjang yang
melintang antara ledgers dan transoms untuk mendukung area kerja lantai
b. Braket (Brace) : Pipa yang dirangkai diagonal, melintang terhadap bagian
dua atau lebih pada perancah yang dipasang tetap untuk memperkuat
perancah
c. Rel pengaman (Guardrail) : pipa yang dirangkai pada struktur untuk
mencegah orang jatuh dari lantai kerja ke akses jalan. Pipa ini tingginya
36”-45” diatas dek
d. Rel pegangan tangan (handrail) : Pipa yang dipergunakan pada tangga,
sandaran dll yang dipasang untuk mencegah orang jatuh
e. Ledger : Pipa yang dipasang horizontal dan diikat pada perancah Kearah
memanjang
STANDART OPERASIONAL No Dok : SOP-HSE-5.1-01
Terbit : 2 Januari 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PEMASANGAN DAN Tgl Rev : -
PEMBONGKARAN PERANCAH Hal : 2/8

f. Rel tengah (midrail) : pipa yang dirangkai pada struktur di tengah-tengah


antara rel pengaman dan geladak
g. Tonggak : pipa yang dipasang vertical untuk mendukung berdiri tegak
diatas tanah atau pelat alas
h. Raker : Pipa yang dipasang untuk menahan beban miring pada tanah dan
struktur disebelahnya
i. Pipa Pengikat (Reveal Tie): Pipa yang diangkat atau dirapatkan antara dua
permukaan yang berlawanan, misalnya pada pembukaan jendela atau untuk
membantu untuk mengikat peranca ke bangunan atau pipa balok (beam)
penahan struktur.
j. Tiang (Tegak): Pipa yag dipergunakan sebagai penyangga yang dipasang
vertikal, pada konstruksi peranca, dan memindahkan beban ke dek di tanah
atau lantai dasar melalui pelat dasar dan pelat alas.
k. Pipa Pengikat (Tie): Pipa yang dipakai untuk menghubungkan peranca
dengan angkor yang kokoh.
l. Pipa Transom: Pipa yang terbentang melintang pipa ledgers untuk mengikat
peranca secara transversal, yang juga menopang lantai kerja

4.2 Istilah Umum


a. Pelat Dasar (Base Plate): Pelat dari metal dengan ganjel untuk
mendistribusikan beban dari tiang, pipa raker, atau pipa yang menahan beban.
Harus digunakan bersama dengan pemakaian pelat alas untuk tiang.
b. Bay: Jarak antara dua tiang yang berdekatan sepanjang bagian depab dari
peranca.
c. Papan: Papan kayu yang dipakai untuk akses, lantai kerja, dan sebagai
komponen pelindung seperti papan pijakan.
d. Penopang Buttress: Struktur pipa penopang yang dibuat untuk memperkuat
struktur peranca yang ada.
e. Castor: Roda swivel dengan perlengkapan pengunci yang dikaitkan pada
dasar dari batang vertikal untuk tujuan memindahkan peranca.
f. Klip (Clip): Digunakan untuk mengikat papan pada pipa peranca
STANDART OPERASIONAL No Dok : SOP-HSE-5.1-01
Terbit : 2 Januari 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PEMASANGAN DAN Tgl Rev : -
PEMBONGKARAN PERANCAH Hal : 3/8

g. Kolom Kotak Pengikat (Column Box-Tie): Pengikat dua arah yang dipasang
pada tiang vertikal dengan pipa yang membentuk “kotak” sekitar tiang.
h. Penyambung (Coupler): Komponen yang digunakan untuk menyambung
pipa –pipa peranca.
i. Dek (Decking): landasan peranca dari papan yang dipasang berdekatan.
j. Braket Ekstensi (Extension Bracket): Braket yang dipasang pada tiang agar
papan (biasanya dua) dapat diletakkan diantara tiang bagian dalam pada
peranca yang berdiri sendiri dan dinding atau struktur. Biasanya tidak
digunakan pada peraca pipa dan klip, tetapi untuk pemasangan kerangka.
k. Kabel penggantung (Hanging Wire): Kabel yang dipakai untuk menahan dan
mengangkor peranca sling gantung (minimum diameter 3/8 inches).
l. Besi Melingkar (Hoop Iron): Sabuk logam yang dipasang diujung papan
untuk mencegah papan pecah.
m. Pipa Junction: Bagian antara dari seri pipa
n. Braket Ledger (Ledger Bracing) : Pipa yang dipasang diagonal antara dua
ketinggian dari ledger ke ledger atau tiang ke tiang untuk memperkuat
peranca.
o. Ketinggian (Lift): Tinggi dari tanah atau dek ke ledger yang berada paling
rendah atau jarak vertikal antara dua ledger yang berdekatan.
p. Braket Longitudinal (Longitudinal Bracing), atau Braket Depan (Facade
Bracing): Pipa yang dipasang diagonal, melintang bagian depan peranca
untuk memperkuat peranca.
q. Sambungan Paralel (Parallel Coupler): Pipa pendek yang dipasang
longitudinal melintang ujung-ujung batang pipa, untuk memperkuat batang
pipa. Tidak dipergunakan kecuali jika batang pipa atau selubung dipasang
tegak.
r. Pengikat peranca (Scaffold Lashing): Kabel berdiameter 3/8" atau kawat
1/4" yang digunakan untuk mengikat tangga, papan, dll. Tidak digunakan
untuk menahan atau mengangkor peranca atau untuk operasi pengangkatan.
s. Pelat alas (Sole Plate atau Spreader): Kayu atau sejenisnya dari ukuran dan
kualitas yang sesuai untuk membagi beban dari pelat dasar diatas area pada
STANDART OPERASIONAL No Dok : SOP-HSE-5.1-01
Terbit : 2 Januari 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PEMASANGAN DAN Tgl Rev : -
PEMBONGKARAN PERANCAH Hal : 4/8

tanah, dek atau geladak atau permukaan yang kasar. Untuk menambah
maksimum 2' kesamping atau keatas.
t. Stiles: Bagian pada tangga yang dipasang vertikal.
u. Sistem Peranca (Unit yang dirangkai, Kwikstage, atau Kerangka Peranca):
Istilah yang dipergunakan untuk menjelaskan unit yang dibuat secara
keseluruhan atau sebagian dari komposisi peranca untuk tujuan menjadikan
bentuk yang utuh.
v. Papan pengaman (Toeboard, Kick Board): Papan yang diletakkan sepanjang
pinggir lantai kerja untuk mencegah jatuhnya orang, alat dan material dari
lantai kerja.
w. Pengikat dua arah (Two-way Tie): Pengikat yang mencegah bergeraknya
peranca dari dan ke bangunan atau struktur dimana peranca tersebut dipasang.
x. Unit Beam Penopang (Truss): Balok bentuk profil lattice yang dirangkai
membentuk jembatan dimana diperlukan adanya bentuk terbuka. Balok ini
dapat dibuat dengan sambungan baut atau disambung denga peranca.
y. Dek Lantai Kerja (Work Stage, Staging): Dek yang dibuat pada menara,
kerangka balok, kerangka atap atau kerangka konstruksi.
z. Peranca Suspensi (Suspension Scaffold): Peranca Suspensi Dua Titik atau
Peranca Mengayun (Swinging Scaffold), adalah peranca yang mempunyai
lantai kerja yang menggantung pada dua tali di dua titik gantungan, yang
dapat menaikkan atau menurunkan lantai kerja sesuai posisi kerja yang
diinginkan dengan menggunakan mesin pengangkat.

5. REFERENSI
5.1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-01/Men/1980 Keselamatan Kerja untuk
Konstruksi Bangunan

6. PROSEDUR
6.1 Persiapan
6.1.1 Langkah pertama dari aktifitas pemilihan alat ini adalah evaluasi
material/struktur dari pernacah
STANDART OPERASIONAL No Dok : SOP-HSE-5.1-01
Terbit : 2 Januari 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PEMASANGAN DAN Tgl Rev : -
PEMBONGKARAN PERANCAH Hal : 5/8

6.1.2 Menggunakan alat pelindung diri dan mempersiapkan peralatan-peralatan


yang dibutuhkan sebelum melakukan pekerjaan
6.2 Penggunaan Body Harness
Body harness harus menggunakan 2 tali lanyard dan 2 hook untuk mengikat
pekerja 100% selama melakukan pekerjaan saat melakukan pembangunan
perancah maupun pembongkaran apabila berada diketinggian diatas 1,8m
6.3 Pondasi
Pondasi untuk peranca harus memadai untuk menopang dan menahan beban yang
menekan pada setiap tiang dan menopang keseluruhan berat beban peranca.
Tanah, permukaan dek atau balok beam harus diuji dengan hati-hati sebelum
membuat peranca. Penggalian dekat dengan dasar tidak boleh dilakukan.

Pelat dasar dan pelat alas perlu untuk digunakan. Pelat alas dari papan untuk
tiang diperlukan untuk membagi rata beban pada atap, permukaan tanah atau
dek yag tidak lengkap. Pelat alas dapat melebar maksimum 2” pada kedua sisi
tiang.
6.4 Tiang / Standards
Sambungan pada tiang harus diberi penguat dan sambungan pada tiang yang
berdekatan tidak boleh ada pada ketinggian yang sama. Sambungan harus pada
tempat sedemikian rupa sehingga terjadi sedekat mungkin dengan ledger.
6.5 Ledgers
Sambungan pada ledgers untuk bay harus diberi penguat diatasnya dan dibawahnya
pada ketinggian yang sama. Ledger harus disambung bersama dengan ujung-ujung
coupler, letaknya lebih disukai bukan pada tengah-tengah bentangan.
6.6 Dek (Decking)
• Dek untuk peranca harus sesuai dengan spesifikasi berikut ini:
• Papan untuk dek harus terletak dengan bebas pada sedikitnya tiga tiang
pendukung.
• Ujung papan harus menjorok daru dudukannya paling tidak 2"; dan jarak
maksimum 8".
STANDART OPERASIONAL No Dok : SOP-HSE-5.1-01
Terbit : 2 Januari 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PEMASANGAN DAN Tgl Rev : -
PEMBONGKARAN PERANCAH Hal : 6/8

• Dek pada sekeliling permukaan yang lengkung bila mungkin harus ditirus.
Bila tidak dapat dicegah adanya tumpang tindih, harus dilakkan cara yang
hati-hati untuk mencegah terjadinya bahaya tersandung.
• Papan harus diikat dengan peranca dengan kabel pengikat atau klip.
• Tiang pendukung untuk papan harus diberi jarak sesuai dengan kondisi alam
setempat dari dek dan beban yang diterima.
• Celah diantara papan harus sekecil mungkin yang dapat dilakukan untuk
mencegah erjadinya bahaya. Gap diantara papan pada peranca yang dibuat
untuk tujuan pekerjaan sanblasting harus 1" untuk menghindari kerikil
mengumpul pada papan, hal ini tidak diinginkan karena menambah beban
berat.
6.7 Rel Pengaman dan Papan Pengaman (Guardrails and Toerboards)
Rel pengaman dan toeboards harus dipasang dipinggir geladak dimana orang
atau barang dapat terjatuh pada jarak lebih dari 6'6". Rel pengaman tingginya
minimum harus 3' dan maksimum tingginya 3'9".
Rel pengaman dan toeboards harus dipasang di bagian dalam tiang untuk
menghindari pergerakan keluar. Papan pengaman harus dipasang dengan klip atau
cara lain, misalnya baji, atau sambungan yang mengikat (check jointed).
6.7 Akses
• Akses ke lantai kerja yang paling baik dapat dicapai dengan menyediakan
tangga-menara secara terpisah atau akses kerja kantilever sehigga tidak
mengganggu lantai kerja dan dapat mengurangi kemungkinan orang terrjatuh
melalui sela-sela rel pengaman atau geladak. Tetapi, dapat digunakan
tangga tunggal yang tetap diletakkan dengan benar dan direntang minimum
36" diatas dek platform.
• Pada waktu tangga digunakan untuk menyambung akses ke geladak atau
lantai kerja ujung atas dari angga harus direntang tiga kaki diatas titik
penopang pada lantai kerja untuk dapat dipegang pada saat melangkah dari
tangga ke lantai kerja.
STANDART OPERASIONAL No Dok : SOP-HSE-5.1-01
Terbit : 2 Januari 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PEMASANGAN DAN Tgl Rev : -
PEMBONGKARAN PERANCAH Hal : 7/8

• Tangga harus selalu diikat dengan struktur yang kuat pada waktu dipasang
untuk digunakan secara normal. Pengikat dekat ujung atas penting untuk
dipasang, dan disarankan untuk dipasang pada ujung bawah.
• Dasar tangga harus ditempatkan menapak dengan kokoh dan permukaan
dasar dari pendukungnya rata. Kedua kaki tangga harus ditopang secara sama.
Ujung atas tangga harus ditempatkan pada dua rel yang ditahan sama berat.
• Tempat “landing” pada tangga terletak pada setiap ketinggian 30’ dan harus
ada rel pengaman dan papan pengaman. Lubang pada lantai kerja dimana
tangga dapat melewatinya harus dibuat sekecil mungkin.
• Bila dilakukan pekerjaan panas pada peranca, diperlukan dua sarana akses
untuk keluar.
• Peraturan Keselamatan Kerja untuk menggunakan tangga sebagai akses
menuju peranca adalah:
• Tangga hanya bisa dipanjat oleh satu orang dalam waktu yang bersamaan.
• Bawa dan masukkan alat-alat kerja dalam sabuk alat, biarkan tangan bebas
untuk memegang pegangan tangga pada waktu memanjat atau turun tangga
• Kabel tangan (handlines) harus digunakan untuk menaikkan dan menurunkan
alat kerja yang besar atau kotak alat. Selama membuat peranca, harus
menggunakan tangga untuk mendapatkan akses.
6.8 Tutup Perancah
Bila dipasang tutup atau bahan lembaran lain pada peranca (misalnya terpal, dll), harus
diperhitungkan terhadap beban angin serta harus memjadi pertimbangan dalam membuat
desain peranca. Disarankan melepas terpal sebelum melaksanakan pekerjaan panas
untuk menghindari terjadinya bahaya kebakaran.
6.9 Inspeksi
Peranca harus di inspeksi secara visual setiap waktu akan digunakan. Fittings dicek
setiap minggu apakah sudah kuat. Mengacu pada Kebijakan dan Prosedur Ijin
Kerja yang terpisah, dan secara khusus dan rinci pada waktu “diluar dek”. Lembar
periksa Inspeksi peranca dilampirkan (IK-HSE-5.1-01)
STANDART OPERASIONAL No Dok : SOP-HSE-5.1-01
Terbit : 2 Januari 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PEMASANGAN DAN Tgl Rev : -
PEMBONGKARAN PERANCAH Hal : 8/8

7. DOKUMEN TERKAIT
7.1 Instruksi Kerja Inspeksi Scafolding [IK-HSE-5.1-01]
7.2 Form Inspeksi Scafolding [F-HSE-5.1-01]
○ 軌彊輔弼鵬掴鵬繭繭輔 STANDARTOPERASIONALPROSEDUR(SOP) PENGOPERASRANMESIN∴GENSET SOP車壇S田嶋5.重職0雷

D王bⅢ種書く動き血 聯軸心紬D壷能書同心O量e血

富後陣寄禦車軸喝劃  ̄ヽ i覆M町壷 ∴→▲一高 ( ∴∴一∴∴、吉∴ 「、 i艶聞醐

軍費競l鑓細 §亀的輿呼か製鄭軸ve 】眺購煎りrU掛軸a

D寄書き 02/Ol12021 02/Ol1202l


No Dok : SOP-HSE-5.1-02
STANDART OPERASIONAL Terbit : 2 Januari 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PENGOPERASIAN MESIN GENSET Tgl Rev : -
Hal : 1/3

1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk panduan pengoperasian mesin genset dengan menjaga mesin
agar tidak rusak saat digunakan dan menerapkan langkah-langkah pengoperasian mesin
genset dengan benar

2. RUANG LINGKUP
Prosedur ini mengatur pengoperasian mesin genset yang hanya berlaku di lingkungan
PT. AHMAD PUTRA INDO KARYA

3. TANGGUNG JAWAB
3.1 Manajer Operational/Site Manager/Operator PT AHMAD PUTRA INDO
KARYA bertanggung jawab untuk menjamin bahwa telah dilaksanakan petunjuk
kerja ini apabila sedang menggunakan meisn genset
3.2 Safety Officer bertanggung jawab mengawasi dan melakukan pengecekan secara
berkala mengenai kondisi mesin genset ketika digunakan

4. DEFINISI
4.1 Generator Set adalah sebuah alat/perangkat yang fungsinya untuk menghasilkan
daya listrik, alat ini mempunyai dua perangkat yang berbeda dan bercampur
menjadi satu yang terdiri dari mesin dan alternator

5. REFERENSI
5.1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-01/Men/1980 Keselamatan Kerja untuk
Konstruksi Bangunan

6. PROSEDUR
6.1 Sebelum Menghidupkan Genset
6.1.1 Periksa air radiator, jika kurang harus ditambah terlebih dahulu
6.1.2 Periksa oli mesin, jika kurang harus ditambah terlebih dahulu
6.1.3 Periksa solar, posisi keran pada daily tank harus tetap terbuka / ON
6.1.4 Periksa air accu, jika kurang harus ditambah
No Dok : SOP-HSE-5.1-02
STANDART OPERASIONAL Terbit : 2 Januari 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PENGOPERASIAN MESIN GENSET Tgl Rev : -
Hal : 2/3

6.2 Saat Menghidupkan Genset


6.2.1 Sambungkan Aki untuk genset, pastikan bahwa kabel aki ke genset sudah
terpasang secara sempurna.
6.2.2 Periksa oli meter, water temperature, battery charge, volt meter AC,
frequency meter dan hour counter meter berfungsi dengan baik pada saat
masih keadaan hidup.
6.2.3 Nyalakan mesin genset yang ada di ruangan genset, setting kecepatan
putaran genset sesui yang diharapkan untuk mendapatkan tegangan pada 50
Hz yaitu pada kecepatan 1500 RPM
6.2.4 Putuskan hubungan Panel Listrik terhadap arus dari PLN dengan menurun
kan MCB incoming dari PLN pada panel LVMDP di ruang panel utama
6.2.5 Hubungkan Genset dengan Panel Listrik LVMDP dengan menaikan MCB
panel genset yang ada di ruang genset
Catatan : Pastikan bahwa MCB pada hubungan ke arus PLN bener-
benar sudah turun / OFF
6.3 Mematikan Genset
6.3.1 Matikan genset secara pelan dengan menurunkan putaran mesin terlebih
dahulu dengan memutar coke / pengatur gas ke posisi rendah.
6.3.2 Matikan genset dengan kunci genset yang ada ke posisi OFF.
6.3.3 tunggu kurang lebih 5 menit pendinginan mesin (cooling down) baru
matikan
6.3.4 Turunkan MCB panel genset ke posisi OFF.
6.3.5 Jika menyimpang dari ketentuan ini akna menyebabkan kerusakan pada
AVR Generator
6.4 Metode Emergency
6.4.1 Pastikan kondisi genset benar-benar baik dengan pengecekan air radiator,
oli mesin dan spare part yang ada secara berkala.
6.4.2 Pastikan pada saat pengoprasian maupun memetikan genset ( pada saat
menaikkan atau menurunkan MCB panel genset ), kondisi arus dari jaringan
PLN terputus, ini untuk menghindarkan adanyadua arus yang bertabrakan
antara arus Genset, yang mengakibatkan ledakan yang fatal.
No Dok : SOP-HSE-5.1-02
STANDART OPERASIONAL Terbit : 2 Januari 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PENGOPERASIAN MESIN GENSET Tgl Rev : -
Hal : 3/3

6.5 Inspeksi
Terdapat bebrapa hal yang harus dicek disetiap minggunya
• Kondisi air pendingin engine
• Volume oli pelumas
• Kebocoran/kerusakan visual
• Tegangan tali kipas
• Pembersihan kotoran / air pada tangka bahan bakar
• Kondisi saringan udara
• Pemanasan engine selama 15menit
• Memeriksa dan mengisi kembali bahan bakar apabila tangki kosong
• Memeriksa terhadap adanya getaran suara/bunyi yang tidak normal

7. DOKUMEN TERKAIT
7.1 Form Inspeksi Mesin Genset [F-HSE-5.1-02]
書 。乎 緬的雨脚輔弼騨騨春 STANDARTOPERASIONALPROSEDUR(SOP) PENGELASAN(WEL勘ENG) SOP十HSE置5.1十03∴

Dibu租章O霊e血 I]iperiksadanDisetujuiO書田I )

冒亀競鳳で種龍掛調 T捌iaM即〇五 三一高麗「 丁∴二一.∴∴ ∴ `/時言′ 唖 醐噂卿陛

心細績曲調 掛軸閏鳩 馳轍瞳膿む

D裏書き 021011202事 02IOl/202l


No Dok : SOP-HSE-5.1-03
STANDART OPERASIONAL Terbit : 2 Januari 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PENGELASAN (WELDING) Tgl Rev : -
Hal : 1/3

1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk memastikan pekerjaan pengelasan dapat berjalan dengan baik
dan benar

2. RUANG LINGKUP
Prosedur ini mengatur pekerjaan pengelasan dapat berjalan dengan baik yang hanya
berlaku di lingkungan PT. AHMAD PUTRA INDO KARYA

3. TANGGUNG JAWAB
3.1 Manajer Operational/Site Manager/Operator PT AHMAD PUTRA INDO
KARYA bertanggung jawab untuk menjamin bahwa telah dilaksanakan petunjuk
kerja ini apabila sedang menggunakan meisn genset
3.2 Safety Officer bertanggung jawab mengawasi dan melakukan pengecekan secara
berkala mengenai kondisi mesin genset ketika digunakan

4. DEFINISI
4.1 Pengelasan : salah salah satu teknik penyambungan logam dengan cara
mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa tekanan
dan dengan atau tanpa logam penambah dan menghasilkan sambungan yang
kontinu.
4.2 Flashback Arrestor : alat yang berfungsi untuk mencegah terjadinya arus balik
gas kedalam tabung yang dapat menimbulkan ledakan/kebakaran. Hal ini
berperan penting untuk mengurangi potensi peledakan pada gas silinder.
4.3 Las Oxy-Acetylin : proses penyambungan logam dengan logam (pengelasan)
yang menggunakan gas asetilen (C2H2) sebagai bahan bakar, prosesnya adalah
membakar bahan bakar yang telah dibakar gas dengan oksigen (O 2) sehingga
menimbulkan nyala api dengan suhu sekitar 3.500 °C yang dapat mencairkan
logam induk dan logam pengisi. Sebagai bahan bakar dapat digunakan gas-
gas asetilen, propana atau hidrogen. Ketiga bahan bakar ini yang paling banyak
digunakan adalah gas asetilen, sehingga las gas pada umumnya diartikan sebagai
las oksi-asetelin. Karena tidak menggunakan tenaga listrik, las oksi-asetelin
No Dok : SOP-HSE-5.1-03
STANDART OPERASIONAL Terbit : 2 Januari 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PENGELASAN (WELDING) Tgl Rev : -
Hal : 2/3

banyak dipakai di lapangan walaupun pemakaiannya tidak sebanyak las


busur elektrode terbungkus.

5. REFERENSI
5.1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-01/Men/1970 Keselamatan Kerja

6. PROSEDUR
6.1 Umum:
6.1.1 Pastikan bahwa area tertutup dimana pengelasan, pemotongan atau
pemanasan yang akan berlangsung memiliki aliran udara yang cukup baik
(system sirkulasi udara local/sistem ventilasi Gedung). Jika kedua system
sirkulasi udara tersebut tidak ada, maka pekerja harus dilengkapi dengan
alat bantu pernapasan atau masker udara
6.1.2 Apabila mungkin lokasi pengelasanan dan pemotongan dengan busur api
memiliki pelindung yang terbuat dari material yang tidak dapat terbakar
atau tahan api
6.1.3 Pastikan bahwa area dibawah tempat pemotongan atau pengelasan berada
dalam keadaan bersih, hal ini untuk mencegah terbakarnya kabel atau
benda-benda lain oleh percikan api yang timbul selama pengelasan
6.1.4 Pastikan selalu tersedia pemadam api/APAR yang berada didekat lokasi
kerja
6.1.5 Gunakan APD selama melakukan pengelasan atau pemotongan seperti
helmet, pelindung tangan, kacamata, pelindung muka dan celemek kulit.
Apabila mungkin gunakan pelindung kaki, kepala ataupun pelindung bahu
untuk pengerjaan benda-benda diatas kepala
6.1.6 Pekerjaan pengelasan harus dilengkapi dengan ijin kerja pekerjaan
pengelasan
6.2 Pengelasan dengan menggunakan Las Listrik
6.2.1 Kabel-kabel untuk pengelasan dan pemotongan busur listrik harus terisolasi
dengan baik
No Dok : SOP-HSE-5.1-03
STANDART OPERASIONAL Terbit : 2 Januari 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PENGELASAN (WELDING) Tgl Rev : -
Hal : 3/3

6.2.2 Lepaskan elektroda dari pelindungnya dan simpan pelindung elektroda


ditempat yang aman untuk menghindari kemungkinan tusaknya pelindung
elektroda
6.2.3 Elektroda dan grounding harus dalam keadaan baik
6.3 Pengelasan dengan menggunakan Acetylin / LPG
6.3.1 Pergunakan regulator yang berbeda untuk acetylin/LPG dan Oksigen dan
jangan salah menggunakannya
6.3.2 Gunakan Flash Back Arrestor/ alat penahan tekanan balik
6.3.3 Tabung dan tutup, regulator, pembaca tekanan dan selang harus dalam
keadaan baik
6.3.4 Jangan jatuhkan silinder atau membuarkan silinder berguling menumbuk
silinder yang lain
6.3.5 Tutup pengaman harus diletakkan ditempatnya apabila tabung akan
digunakan. Jika gas tidak digunakan, tutup katup pada leher tabung harus
dalam keadaan tertutup dan jangan matikan aliran gas dengan menggunakan
regulator
6.3.6 Pada saat dioperasikan, tabung silinder harus berada dalam posisi tegak
6.3.7 Jangan letakkan silinder didekat peralatan listrik seperti kabel listrik, panel
listrik dan peralatan listrik yang dapat menimbulkan bunga api
6.3.8 Jangan gunakan kepala silinder sebagai tempat gantungan baju, kain atau
kunci-kunci

7. DOKUMEN TERKAIT
7.1 Form Inspeksi Trafo Las [F-HSE-5.1-03]
7.2 Form Inspeksi Blender Potong [F-HSE-5.1-04]
ST ○ 輔弼雨脚紳輔騨輔弼葦 ANDARTOPERASIONALPROSEDUR(SOP)

PENGGUNÅANMESINGERINDA SOP-HSE十5.l十04

D弛u租章O富e血 Diper軸鵡ad種nDiset巾uiOl喜瓜

観劇龍抽機的鑓 ヽ〇〇〇 二∴∴.∴、、∴∴上場エ

や・..」 ∴鳴専睡
Thalia∴Mayori 上罵 言∴∴

暮抽曲調 掛軸陣場 l 」厳蓮町舶由細胞

勘棚記 0210暮1202重 02畑事1202書


No Dok : SOP-HSE-5.1-04
STANDART OPERASIONAL Terbit : 2 Januari 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PENGGUNAAN MESIN GERINDA Tgl Rev : -
Hal : 1/2

1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk panduan penggunan mesin gerinda saat melakukan pekerjaan

2. RUANG LINGKUP
Prosedur ini mengatur panduan penggunaan mesin gerinda yang hanya berlaku di
lingkungan PT. AHMAD PUTRA INDO KARYA

3. TANGGUNG JAWAB
3.1 Manajer Operational/site manager PT AHMAD PUTRA INDO
KARYA bertanggung jawab untuk menjamin bahwa telah dilaksanakan petunjuk
kerja ini apabila menggunakan mesin gerinda pada saat melakukan pekerjaan
3.2 Safety Officer bertanggung jawab mengawasi dan menginspeksi mesin gerinda
sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan

4. DEFINISI
4.1 Mesin gerinda adalah mesin perkakas yang digunakan untuk mengasah,
memotong serta menggerus benda kerja kasar maupun halus dengan tujuan dan
kebutuhan tertentu

5. REFERENSI
5.1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-01/Men/1980 Keselamatan Kerja untuk
Konstruksi Bangunan

6. PROSEDUR
6.1 Persiapan
6.1.1 Langkah pertama dari aktifitas pemilihan alat ini adalah evaluasi alat yang
akan digunakan dengan menyesuaikna kegunaan dari alat tersebut
6.1.2 Menggunakan alat pelindung diri termasuk pelindung mata/ safety googles
dan mempersiapkan peralatan-peralatan yang dibutuhkan sebelum
melakukan pekerjaan
No Dok : SOP-HSE-5.1-04
STANDART OPERASIONAL Terbit : 2 Januari 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PENGGUNAAN MESIN GERINDA Tgl Rev : -
Hal : 2/2

6.2 Memeriksa roda untuk memastikan bahwa mesin dalam keadaan baik, sebelum
digunakan, pastikan pengaman telah terpasang dengan baik
6.3 Saat mengoperasikan roda pengasah hanya pada kecepatan yang sesuai dengan
petunjuk pembuat mesin.
6.4 Sandaran kerja maksimum 1/8 inchi dari roda. Sandarannya harus kuat,
permukaannya rata dan terpasang dengan aman pada mesin. Ketika ingin
mengatur sandaran pastikan mesin harus dalam keadaan mati
6.5 Proses penggerindaan harus secara bertahap pada roda yang baru saja dipakai,
jangan ditekan berlebihan pada roda
6.6 Apabila ingin menghentikan mesin gerinda, tidak diperbolehkan dengan cara
menekan permukaan gerinda
6.7 Periksa kembali dan rapikan roda secara berkala agar efisien dan berjalan dengan
baik
6.8 Lakukan inspeksi secara berkala agar jika ada kerusakan dapat diperbaiki dengan
segera dan tidak menimbulkan kecelakaan. Inpeksi pada mesin ini dilakukan
setiap seminggu sekali
6.9 Pada saat memperbaiki mesin, lepaskan semua sekering atau kunci semua
pemutus aliran pada posisi off/mati dan bila sudah selesai pasang kembali semua
pengaman dan pastikan sudah terpasang dengan baik

7. DOKUMEN TERKAIT
7.1 Form Inspeksi Scafolding [F-HSE-5.1-05]
● 茸弼据彊評語輔弼輔鵜 STANDARTOPERASIONAL PENG UNA NMESIN SOP-HSE-5 韓 彊輔車弾講 PROSEDUR(SOP) BORLISTRIK .1-05

Dibu租tO宣e血 Diperik紺danDisetujuiOldl

冒紬d種T抑g紬 、 ThaliaMayori ㌍子∴ ̄ ̄子規…、( 〈 .il↓i 苧敵組劾駒崎施醒最

J種b繍書an Sa健り融epre総n触涌ve ヽ DirekturUtama

D租章c 02/0112021 0210112021


No Dok : SOP-HSE-5.1-05
STANDART OPERASIONAL Terbit : 2 Januari 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PENGGUNAAN MESIN BOR LISTRIK Tgl Rev : -
Hal : 1/3

1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk panduan penggunan mesin bor saat melakukan pekerjaan

2. RUANG LINGKUP
Prosedur ini mengatur panduan penggunaan mesin bor yang hanya berlaku di
lingkungan PT. AHMAD PUTRA INDO KARYA

3. TANGGUNG JAWAB
3.1 Manajer Operational/site manager PT AHMAD PUTRA INDO
KARYA bertanggung jawab untuk menjamin bahwa telah dilaksanakan petunjuk
kerja ini apabila menggunakan mesin bor pada saat melakukan pekerjaan
3.2 Safety Officer bertanggung jawab mengawasi dan menginspeksi mesin bor sesuai
dengan prosedur yang sudah ditetapkan

4. DEFINISI
4.1 Mesin bor adalah alat yang digunakan untuk membuat lubang, alur, peluasan dan
penghalusan secara presisi dan akurat. Alat ini sangat memudahkan pekerjaan
manusia dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam industry. Dalam
perkembangannya mesin bor memiliki banyak jenis dan disesuaikan dengan
fungsinya

5. REFERENSI
5.1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-01/Men/1980 Keselamatan Kerja untuk
Konstruksi Bangunan

6. PROSEDUR
6.1 Tetapkan jenis bor yang sesuai
Tipe perlengkapan bor dipakai untuk pengeboran yang berlainan sesuai dengan
manfaatnya. Seperti jenis bor listrik Impact Drill umumnya dipakai untuk
pengeboran pada permukaan dinding, beton, dan lain-lain.
6.2 Menjaga Tempat Pengeboran
No Dok : SOP-HSE-5.1-05
STANDART OPERASIONAL Terbit : 2 Januari 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PENGGUNAAN MESIN BOR LISTRIK Tgl Rev : -
Hal : 2/3

Tempat pengeboran yang tidak tepat tidak sekedar membuat proses pengeboran
serta kerja mata bor jadi kurang efisien, dan juga berdampak menyebabkan cedera
pada lengan dan hasil kerja kurang baik. Untuk tempat pengeboran optimal
umumnya berada pada pojok 90 derajat pada permukaan.
6.3 Pilihlah Mata Bor yang sesuai
Walaupun penentuan mesin bor telah tepat, tetapi hasil kerja tidak optimal jika
Anda tidak memakai mata bor yang pas. Contohnya untuk pekerja pengeboran
besi ada banyak jenis mata bor. Mata bor tipe HSS lebih tepat untuk permukaan
logam lunak, Tin-coated untuk logam yang sedang, serta Cobalt untuk permukaan
besi yang keras.
6.4 Beberapa Macam Mata Bor
Untuk media kayu, salah satu tipe mata bor yang bisa dipakai ialah mata bor
lancip. Sedang untuk media beton, pakai mata bor sejenis hammer drill. Dari sisi
ukurannya, cocokkan mata bor dengan lubang ujung mesin bor supaya melekat
dengan cara pas serta pastikan tidak kendor untuk menghindarkan dampak
kecelakaan.
6.5 Lihat Kecepatan Putaran
Yakinkan kecepatan putar mesin bor sesuai yang disarankan. Perlu dicatat jika
kecepatan mesin bor penting serta mempunyai dampak yang signifikan pada
efektifitas pengeboran, khususnya di media logam serta besi. Cocokkan
kecepatan dengan detail mesin serta permukaan medan yang dibor.
6.6 Tata cara menggunakan bor dengan benar
6.6.1 Cek kondisi mesin bor : pastikan mesin bor yang digunakan dalam
kondisi aman untuk digunakan
6.6.2 Tegangan harus sesuai dengan mesin bor : sesuaikan tegangan listrik
bengkel atau workshop tempat anda bekerja, agar mesin bor dapat
digunakan
6.6.3 Pilih mata bor yang sesuai : sebelum kita memulai menggunakan mesin
bor, pastikan kita tahu jenis material serta ketebalannya, agar sesuai
dengan penggunaanya
No Dok : SOP-HSE-5.1-05
STANDART OPERASIONAL Terbit : 2 Januari 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PENGGUNAAN MESIN BOR LISTRIK Tgl Rev : -
Hal : 3/3

6.6.4 Pasang mata bor : pasang mata bor dengna benar, kencangkan dengan
kunci khusus, kunci L yang biasanya disertakan pada saat membeli
mesin bor
6.6.5 Buat titik pada material (plat/besi) : pastikan putaran mesin tidak
melebihi table penggunaan, agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan
6.6.6 Hidupkan mesin : hidupkan mesin bor dengan benar, pastikan tegangan
listrik sudah sesuai dengan daya bor listrik
6.6.7 Pastikan mesin bor pada posisi tegak lurus : posisi mesin bor harus tegak
lurus dengan bidang yang akan dibor, agar mata bor tidak mudah patah
dan lubangnya lurus
6.6.8 Siapkan coolant : coolant berfungsi untuk memperhalus putaran mata
bor yang bergesekan dengan material
6.6.9 Matikan mesin setelah selesai digunakan : Pastikan materian yang
lubangi sudah sesuai dengan keinginan sebelum mesin dimatikan
6.6.10 Bersihkan mesin agar kondisi mesin tetap terjaga

7. DOKUMEN TERKAIT
7.1 Form Inspeksi Mesin Bor [F-HSE-5.1-06]

DibuatOleh Diperik紺danDiset巾uiOleh

T紬d種T紬g紬 丁h描aMay〇五 ∴∴ニ∴∴h


小言 草地蝕屯憾嬉駿相接

寄集b寄書鶏皿 S称呼鼠epre緋的庇臆ve 勘王騰k如rUta職a

D租書e 02/01I2021 02/Ol/2021


No Dok : SOP-HSE-5.1-06
STANDART OPERASIONAL Terbit : 2 Januari 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PENGGUNAAN MESIN COMPRESSOR Tgl Rev : -
Hal : 1/2

1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk panduan penggunan mesin compressor saat melakukan
pekerjaan

2. RUANG LINGKUP
Prosedur ini mengatur panduan penggunaan mesin compressor yang hanya berlaku di
lingkungan PT. AHMAD PUTRA INDO KARYA

3. TANGGUNG JAWAB
3.1 Manajer Operational/site manager PT AHMAD PUTRA INDO
KARYA bertanggung jawab untuk menjamin bahwa telah dilaksanakan petunjuk
kerja ini apabila menggunakan mesin compressor pada saat melakukan pekerjaan
3.2 Safety Officer bertanggung jawab mengawasi dan menginspeksi mesin
compressor sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan

4. DEFINISI
4.1 Pemampat atau kompresor adalah alat mekanik yang berfungsi untuk
meningkatkan tekanan fluida mampu mampat, yaitu gas atau udara. tujuan
meningkatkan tekanan dapat untuk mengalirkan atau kebutuhan proses dalam
suatu system proses yang lebih besar (dapat system fisika maupun kimia
contohnya pada pabrik-pabrik kimia untuk kebutuhan reaksi). Secara umum
kompresor dibagi menjadi dua jenis yaitu dinamik dan perpindahan positi

5. REFERENSI
5.1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-05/Men/1985 Keselamatan Kerja
Mekanik

6. PROSEDUR
6.1 Ketentuan umum
6.1.1 Pengoperasian mesin compressor harus sesuai dengan fungsinya (tidak
diijinkan untuk memadatkan batu/benda yang bersifat keras)
No Dok : SOP-HSE-5.1-06
STANDART OPERASIONAL Terbit : 2 Januari 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PENGGUNAAN MESIN COMPRESSOR Tgl Rev : -
Hal : 2/2

6.1.2 Periksa terlebih dahulu mesin secara periodik sesuai pedoman yang telah
ditentukan dalam checklist
6.1.3 Gunakan bahan bakar yang sudah ditentukan
6.1.4 Pelumas/grease pada bagian yang perlu dilumasi secara periodic
6.1.5 Bersihkan saringan BBM dan air cleaner secara periodic
6.1.6 Gunakan imnyak pelumas/oil dengan standar mutu yang ditentukan
6.1.7 Penggantian minyak pelumas/oli harus dengan klasifikai yang sejenis
6.1.8 Tempatkan alat dengan benar dan aman setelah selesai pemakaian
6.1.9 Air Cleaner harus dibersihkan secara berkala
6.1.10 Fanbelt harus selalu dalam kondisi baik
6.1.11 Periksa Alat secara menyeluruh sebelum digunakan dengan mengisi
lembar checklist inspeksi
6.2 Tata cara menghidupkan Mesin
6.2.1 Lakukan pengecekan alat secara menyeluruh
6.2.2 Buka kran bahan bakar minyak, arahkan tuas gas pada posisi start dan
tarik recoil starter hingga mesin hidup
6.2.3 Hidupkan mesin pada kecepatan/putaran rendah agar system pelumasan
pada alat lebih sempurna
6.2.4 Tambahkan kecepatan putaran mesin hingga alat bekerja sesuai fungsinya
6.2.5 Bersihkan kotoran yang menempel pada alat dan simpan kembali pada
tempat yang aman dan terhindar dari air
6.3 Tata cara mematikan mesin
6.3.1 Kecilkan putaran mesin (melalui tuas gas) biarkan mesin hidup pada
kecepatan rendah dan tekan tombol off pada cover hingga mesin mati

7. DOKUMEN TERKAIT
7.1 Form Inspeksi Mesin Compressor [F-HSE-5.1-07]
毎棚据痛髄鞘輔彊離陸紳満 STANDARTOPERASIONALPROSEDUR(SOP) PENGGUNAANCHAINBLOCK SOP輸HSE輸5.1複07

D冊u穐tO重e轟 Diperi鴫adanDiset両軸iOl血

富紬d組丁細れg紬
¥ :∴∴∴宣言→
∴膏」

冒櫨iaM坤〇五 ∴ヽ 謡曲閲馳軸脚馳
徽章心裏掛れ S軸鼠色坪e融ve ]眺櫛出動rU喰調a

D秘書e 02/0112021 0210112021


No Dok : SOP-HSE-5.1-07
STANDART OPERASIONAL Terbit : 2 Januari 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PENGGUNAAN CHAIN BLOCK Tgl Rev : -
Hal : 1/3

1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk panduan penggunan chain block saat melakukan pekerjaan di
area PT. Ahmad Putra Indo Karya

2. RUANG LINGKUP
Prosedur ini mengatur panduan penggunaan chain block yang hanya berlaku di
lingkungan PT. Ahmad Putra Indo Karya

3. TANGGUNG JAWAB
3.1 Manajer Operational/site manager PT Ahmad Putra Indo Karya bertanggung
jawab untuk menjamin bahwa telah dilaksanakan petunjuk kerja ini apabila
menggunakan chain block pada saat melakukan pekerjaan
3.2 Safety Officer bertanggung jawab mengawasi dan menginspeksi chain block
sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan

4. DEFINISI
4.1 Chain Block merupakan mekanisme yang digunakan untuk mengangkat dan
menurunkan beban berat menggunakan rantai yang berisi dua roda yang diikat
rantai. Ketika rantai ditarik, chain block akan berputar disekitar roda dan mulai
mengangkat barang yang melekat pada lati atau rantai melalui kail. Chain Block
juga dapat dipasang pada lifting sling atau chain bags untuk mengangkat beban
lebih ringan

5. REFERENSI
5.1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-05/Men/1985 Pesawat Angkat dan
Angkut
5.2 Peraturan Mentreri Ketenagakerjaan No. 8 tahun 2020 tentang K3 Pesawat
Angkat dan Angkut

6. PROSEDUR
6.1 Persiapan
No Dok : SOP-HSE-5.1-07
STANDART OPERASIONAL Terbit : 2 Januari 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PENGGUNAAN CHAIN BLOCK Tgl Rev : -
Hal : 2/3

6.1.1 Sebelum menggunakan chain block, harus diperiksa terlebih dahulu apakah
sudah terpasang dengan benar dan harus dipastikan rantai tidak memutar
6.1.2 Barang harus diperiksa ketika diangkat apakah dapat bergerak bebas atau
tidak
6.1.3 Periksa jalur pengangkatan dan pemindahan barang sebelum chain block
diaplikasikan agar tidak terjadi tabrakan barang dijalurnya pada saat
pengangkatan atau pemindahan
6.1.4 Jauhkan jari kaki, dan lain-lain dari alas sebelum menurunkan barang
6.1.5 Pekerja yang bertugas mengoperasikan chain block harus memenuhi APD
yang sudah ditetapkan
6.1.6 Lakukan perawatan agar chain block dapat berfungsi dengan baik sesuai
semestinya

6.2 Hal-hal yang perlu dihindari dalam penggunaan chain block


6.2.1 Hindarkan dari zat-zat kimia berbahaya, khususnya zat asam
6.2.2 Jangan menggunakan chain block untuk mengangkat ebban yang melebihi
kapasitas chain block tersebut
6.2.3 Jangan menggunakan chain block untuk mengangkat manusia
6.2.4 Jangan palu sling saat memasang atau saat maintenance
6.2.5 Jangan masukkan kait hook pada link rantai
6.2.6 Hindari sling menggantung pada hook
6.2.7 Jangan mengangkat beban yang lebih tinggi dari yang diperlukan
6.2.8 Jangan melebihi batas beban hoist
6.2.9 Jangan meninggalkan beban menggantung pada hook chain block saat
tidak sedang dioperasikan
6.2.10 Jangan mengganti panjang rantai tanpa ada persetujuan dari supplier
6.2.11 Jangan menggunakan chain block dilapangan tanpa mengetahui petunjuk
penggunaanya
6.2.12 Jangan melempar, menggeser dan menjatuhkan chain block
6.2.13 Hindari pelumuran oli atau gemuk sampai mengenai system
pengeremannya (brake system)
No Dok : SOP-HSE-5.1-07
STANDART OPERASIONAL Terbit : 2 Januari 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PENGGUNAAN CHAIN BLOCK Tgl Rev : -
Hal : 3/3

6.2.14 Hindarkan chain block kontak langsung dengan air, atau uap

6.3 Tata cara penggunaan chain block dengan baik dan benar
6.3.1 Jangan pernah mengoperasikan alat ini tanpa training terlebih dahullu
6.3.2 Jangan menggunakan block, sling dan aksesoris lain yang rusak dan jangan
pernah menggunakan rantai block sebagai sling
6.3.3 Periksa terlebih dahulu apakah block telah terpasang dengan benar, serta
pastikan rantai tidak memutar sebelum chain block digunakan
6.3.4 Periksa terlebih dahulu barang saat diangkat bisa bergerak bebas atau tidak
dan pastikan juga alas untuk mendaratkan barang telah disiapkan
6.3.5 Saat ingin meningkatkan bebanm hentikan dulu pekerjaan untuk memeriksa
integritas block, slinging method dan lain-lain
6.3.6 Periksa jalur pengangkatan dan pemindahan barang sebelum chain block
diaplikasikan
6.3.7 Jaga jari-jari kaki sebelum menurunkan barang agar tidak menimpa

7. DOKUMEN TERKAIT
7.1 Form Inspeksi Chain Block [F-HSE-5.1-08]
∵ 継 紳輔緬棚網棚贈輔弼暮 STANDARTOPERASIONALPROSEDUR(SOP) BEK RJADIKETING IAN SOP-HSE-5.1-08

Dibu機tOIeh Diperik弧d種nDisctlljuiOleh

T組皿daThngan ThaliaMayori 減∴ ̄ ̄「相瞳. さ し′詳

軸馳駆輯栂E
J種b種章a皿 SafetyRepresentndve DirekturUtama

D如e 17IO312021 17/03/2021


No Dok : SOP-HSE-5.1-08
STANDART OPERASIONAL Terbit : 17 Maret 2021
PROSEDUR No Rev : 0
BEKERJA DI KETINGGIAN Tgl Rev : -
Hal : 1/5

1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk memberika penjelasan tentang tata cara melakukan pekerjaan
di ketinggian, cara kerja dan langkah-langkah yang dilakukan serta mengurangi tingkat
bahaya, risiko kecelakaan pada manusia, alat dan lingkungan

2. RUANG LINGKUP
Prosedur ini hanya berlaku di lingkungan PT. AHMAD PUTRA INDO KARYA

3. TANGGUNG JAWAB
3.1 Manajer Operational/site manager PT AHMAD PUTRA INDO
KARYA bertanggung jawab untuk menjamin bahwa telah dilaksanakan petunjuk
kerja ini apabila sedang melakukan pekerjaan di ketinggian
3.2 Safety Officer bertanggung jawab mengawasi dan menginspeksi alat kerja
maupun karyawan yang sedang melakukan pekerjaan di ketinggian sesuai dengan
prosedur yang sudah ditetapkan

4. DEFINISI
4.1 Bekerja di ketinggian adalah kegiatan atau aktivitas pekerjaan yang dilakukan
oleh tenaga kerja pada tempat kerja di permhkaan tanah atau perairan yang
terdapat perbedaan ketinggian dan memiliki potensi jatuh yang menyebabkan
tenaga kerja atau orang lain yang berada di tempat kerja cedera atau meninggal
dunia serta menyebabkan kerusakan harta benda

5. REFERENSI
5.1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 9 Tahun 2016 Keselamatan Kerja dalam
pekerjaan pada Ketinggian

6. PROSEDUR
6.1 Perlengkapan Kerja
No Dok : SOP-HSE-5.1-08
STANDART OPERASIONAL Terbit : 17 Maret 2021
PROSEDUR No Rev : 0
BEKERJA DI KETINGGIAN Tgl Rev : -
Hal : 2/5

Bisa mengakibatkan terbentur, jatuh dan tergores maka harus mengacu Safety
Golden Rule dan Keselamatan Kerja Perusahaan, gunakan APD untuk
mengurangi resiko cedera.
APD khusus untuk orang yang bekerja di ketinggian adalah lifelines (sabuk / tali
keselamatan). Syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam penggunaannya
adalah :
- Tidak mengganggu aktivitas pemakai tapi mampu untuk menahan dan
menyerap goncangan yang kuat.
- Dianjurkan untuk memakai tipe parasut / harness, yang mencegah tubuh
terlepas dari penyangga dan menjaga tubuh tetap tegak/ lurus (bekerja
diatas 2 meter dari permukaan tanah).
- Jika memakai lifelines secara horizontal harus digunakan sejalan dengan
lanyard (tali penyandang) dan ditanam pada 2 titik yang mampu menahan
bobot mati maksimum.
Lanyard yang baik adalah yang terbuat dari nylon/polister, yang
berdiameter 19mm/lebih

6.2 Periksa surat ijin bekerja


Bisa mengakibatkan cidera berat, terjatuh, tersengat listrik maka karyawan harus
mengacu pada terutama kegiatan khusus untuk orang yang bekerja pada
ketinggian

6.3 Periksa kondisi perancah


• Perancah yang digunakan harus direkomendasikan sesuai standar
keselamatan.
• Perancah harus dilengkapi dengan KIP (Kartu Inspeksi Peralatan).
• Saat memeriksa perancah, ceklis inspeksi standard harus dipergunakan.
• Periksa keadaan fisik perancah dengan cermat dari adanya cacat, retakan,
terbelah, bengkok / kerusakan lainnya.
No Dok : SOP-HSE-5.1-08
STANDART OPERASIONAL Terbit : 17 Maret 2021
PROSEDUR No Rev : 0
BEKERJA DI KETINGGIAN Tgl Rev : -
Hal : 3/5

• Bersihkan perancah dari sisa lumpur, tanah, pelumas dan bahan penyebab
licin lainnya. Lakukan pembersihan dengan hati – hati, gunakan majun atau
sikat pembersih.

6.4 Pasang tangga di tempat kerja


- Sebelum tangga diberdirikan, pastikan bahwa landasan tempat kaki tangga
akan diletakkan harus dipastikan stabil dan keras, tidak licin atau kotor.
Hal-hal berikut ini harus diperhatikan saat menaikkan tangga:-
- Tidak terdapat pintu yang membuka ke arah tangga akan diletakkan. Jika
terpaksa, pintu tersebut harus ditutup, dikunci dan dipasang label bahaya.
- Bukan tempat berjalan / gang. Jika terpaksa daerah dibawah tangga harus
ditutup atau diblokade sehingga tidak dilewati orang.
- Jangan meletakkan tangga ke kaca jendela, atau tumpukan yang tidak stabil.
- Letakkan tangga sedemikian sehingga jarak kaki tangga dengan kaki
bangunan tempat tangga bersandar adalah seperempat (1/4) kali panjang
tangga dari kaki tangga ke titik dimana ujung tangga disandarkan di bagian
atas bangunan.
- Kaki tangga harus diletakkan sehingga kedua-duanya berada menempel di
lantai dengan stabil, aman dan tangga tidak menjadi miring.
- Tangga harus disandarkan sedemikian sehingga bagian atas tangga tersisa
minimal 1 meter dari titik tangga bersandar, hindari menyandarkan ujung
atas tangga pada bangunan.
- Jika tempat yang akan diraih tinggi, tangga harus diamankan, bagian atas
tangga yang menempel pada bangunan harus diamankan dengan diikat.
Untuk menghindari tersengat arus listrik atau merusak instalasi kabel dan
pemipaan bangunan maka jangan menempatkan tangga di dekat kabel
hantaran listrik, telepon, atau pipa-pipa bangunan
Jika menggunakan tangga lipat, pastikan kaki-kaki tangga terbuka
sempurna dan kait penguncinya terpasang dengan baik.
No Dok : SOP-HSE-5.1-08
STANDART OPERASIONAL Terbit : 17 Maret 2021
PROSEDUR No Rev : 0
BEKERJA DI KETINGGIAN Tgl Rev : -
Hal : 4/5

6.5 Naik turun tangga


- Pastikan dulu bahwa sepatu yang dipakai bersih dari lumpur, pelumas, atau
kotoran lain yang bisa menyebabkan slip.
- Naik / turun tangga harus memanfaatkan kedua tangan untuk memegang
tangga. (gunakan teknik kontak tiga titik)
- Tubuh harus selalu menghadap tangga.
- Jangan merosot / meluncur untuk menuruni tangga.
- Jangan berdiri melewati tiga anak tangga dari bagian atas tempat tangga
bersandar, atau melewati dua anak tangga teratas tangga lipat.
Agar tidak terjatuh kejatuhan barang atau menjatuhkan sesuatu saat naik /
turun tangga maka:-
- Jika membawa peralatan atau beban, usahakan dinaik / turunkan dengan tali
untuk menggeretnya ke atas / bawah, sehingga kedua tangan tetap bebas
untuk berpegangan.
- Jika terpaksa membawa kunci atau peralatan lain, masukkan ke dalam
kantong khusus peralatan yang diikatkan pada ikat pinggang, atau
dipanggul.
- Hanya dibolehkan satu orang menaiki tangga pada satu waktu.
Untuk menghindari terjadinya tangga roboh maka harus memperhatikan:-
- Jangan meninggalkan tangga tanpa penjagaan terutama di lingkungan luar
atau di tempat berangin kencang, kecuali bagian atas dan kaki tangga sudah
diamankan / diikat
Jika menggunakan tangga yang dapat dipanjangkan, pemanjangan hanya
boleh dilakukan dari bawah tangga, dan mekanisme pengunci harus
dipastikan bekerja dengan sempurna

6.6 Bekerja diatas perancah


- Jika pekerjaan dilakukan pada ketinggian lebih dari 2.0 meter, safety
harness / lifeliness harus dipakai dengan benar.
No Dok : SOP-HSE-5.1-08
STANDART OPERASIONAL Terbit : 17 Maret 2021
PROSEDUR No Rev : 0
BEKERJA DI KETINGGIAN Tgl Rev : -
Hal : 5/5

- Jika pekerjaan dilakukan diatas 5 meter maka harus ada “Surat Ijin Bekerja”
yang diberikan oleh Section Head / SHE Officer terkait.
- Sedapat mungkin gunakan peralatan kerja yang dilengkapi dengan gelang
tangan sehingga tidak. mudah terjatuh ke bawah.
- Pakai kantong peralatan yang diikatkan di pinggang untuk memudahkan
pekerjaan dan penyimpanan. Jangan diletakkan di lantai kerja.
- Jaga langkah kaki, jangan berpindah tempat secara mendadak atau berdiri
berdekatan / berkelompok sehingga membebani lantai kerja secara
akumulatif.
- Hindari bersandar pada pagar lantai kerja, pagar hanya digunakan untuk
tempat berpegangan atau penahan jatuh.
- Lakukan pekerjaan dengan hati-hati, jika ada angin kencang, rendahkan
tubuh dan berpegangan pada pagar pengaman.
Untuk menghindarkan bahaya arus listrik, maka hal berikut ini harus
aturan berikut ini harus dipatuhi:
- Jika perancah didirikan di dekat (dalam radius 3 meter) kabel listrik
bertegangan >24 volt, maka kabel tersebut harus dimatikan dari sumber
arusnya.
- Jika perlu perancah (yang terbuat dari logam) harus dibumikan. Dilarang
menggunakan perancah kayu

6.7 Housekeeping
Setelah selesai pekerjaan, kembalikan barang-barang, alat/peralatan ke tempatnya
semula dalam keadaan bersih dan rapi

7. DOKUMEN TERKAIT
-
○ 軸出納闘鵡彊棚番痛棚 STANDARTOPERASIONALPROSEDUR(SOP) PEKERJAANPANAS SOP-HSE-5.1-09

DibuatOleh Diperik紺d種nDiset巾uiOlcb

T種nd種Tangan 卜_ Th融aMayo五 ′∴: ̄ ̄. ̄:岬“へ、醸三〇へ、 点・! 擁 中音. 置馳

J種bのtan Sa軸Rep重e緋連館缶ve DirekくりrUt劃na

D櫨章e 17/03I2021 17/03/2021


No Dok : SOP-HSE-5.1-09
STANDART OPERASIONAL Terbit : 17 Maret 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PEKERJAAN PANAS Tgl Rev : -
Hal : 1/9

1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk memberika penjelasan tentang tata cara melakukan pekerjaan
panas, cara kerja dan langkah-langkah yang dilakukan serta mengurangi tingkat bahaya,
risiko kecelakaan pada manusia, alat dan lingkungan

2. RUANG LINGKUP
Prosedur ini hanya berlaku di lingkungan PT. AHMAD PUTRA INDO KARYA

3. TANGGUNG JAWAB
3.1 Manajer Operational/site manager PT AHMAD PUTRA INDO
KARYA bertanggung jawab untuk menjamin bahwa telah dilaksanakan petunjuk
kerja ini apabila sedang melakukan pekerjaan panas
3.2 Safety Officer bertanggung jawab mengawasi dan menginspeksi alat kerja
maupun karyawan yang sedang melakukan pekerjaan panas sesuai dengan
prosedur yang sudah ditetapkan

4. DEFINISI
4.1 Pekerjaan Panas adalah pekerjaan yang dapat menimbulkan api, bunga api atau
percikan api, kebakaran, bahkan ledakan dengan menggunakan semua peralatan
(Trafo Las, Cutting Torch, Welding Genset) di area kerja termasuk pekerjaan
pengelasan, penggerindaan dan pemotongan menggunakan oxy acetilyn

5. REFERENSI
5.1 Peraturan Pemerintah No 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja

6. PROSEDUR
6.1 Persiapan :
6.1.1 Harus dilakukan pemeriksaan proteksi bunga api, lokasi kerja, material dan
perlengkapan pemadam api, alat pelindung diri (APD) yang akan digunakan,
No Dok : SOP-HSE-5.1-09
STANDART OPERASIONAL Terbit : 17 Maret 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PEKERJAAN PANAS Tgl Rev : -
Hal : 2/9

fasilitas evakuasi, pemeriksaan alat bantu kerja (scaffolding). Bila


pengelasan dilakukan diketinggian dan pemeriksaan peralatan :
6.1.1.1 Kondisi trafo
6.1.1.2 Kabel las tidak terkelupas, tidak terpotong, serta tertutup isolasi dan
tidak diperkenankan disambung mengingat ampere yang digunakan
cukup besar sehingga bisa menimbulkan panas yang berlebih dan
kinerja trafo tidak maksimal
6.1.1.3 Safety guard pada mesin harus selalu terpasang dan ukuran gerinda
harus sesuai dengan spesifikasi mesin
6.1.1.4 Nozzle dan cutting attachment harus sesuai dengan kebuthna tidak
diperkenankan untuk dimodifikasi atau diubah-ubah
6.1.1.5 Terpasang flash back arrestor min 1 pcs bias juga 2 pcs pada slang
yang terletak diantara regulator tabung dan nozzle, flash back
arrestor adalah alat yang berfungsi untuk mencegah terjadinya arus
balik gas kedalam tabung yang dapat menimbulkan
ledakan/kebakaran.
6.1.2 Setelah izin kerja disetujui, pasang izin kerja dilokasi dimana pekerjaan
akan dilakukan serta pastikan rambu-rambu keselamatan dipasang pada
area kerja dan area dibawah bila pekerjaan panas dilakukan diketinggian
6.1.3 Sediakan alat pemadam kebakaran (APAR, Air, dan Karung Basah/ FIRE
Blanket)
6.1.4 APD yang digunakan dalam pekerjaan panas adalah sebagai berikut :
6.1.4.1 Hand Gloves
6.1.4.2 Ear muff / ear plug
6.1.4.3 Welding mask
6.1.4.4 Face shield
6.1.4.5 Dust mask
6.1.4.6 Safety boots
6.1.4.7 Safety Glasses
6.1.4.8 Safety Goggles
6.1.4.9 Apron
No Dok : SOP-HSE-5.1-09
STANDART OPERASIONAL Terbit : 17 Maret 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PEKERJAAN PANAS Tgl Rev : -
Hal : 3/9

6.1.4.10 Full body suit


6.1.5 Pekerjaan hotwork harus memiliki sertifikat sesuai posisi yang dikeluarkan
oleh dari instansi berwenang

6.2 Melindungi Lokasi Hot Work

• Jika terdapat sistem proteksi kebakaran terpasang di lokasi tersebut, maka


pastikan sistem proteksi tersebut dalam keadaan berfungsi (contoh valve
sistem sprinkler dalam keadaan terbuka)
• Memastikan sistem sumber air untuk proteksi kebakaran berfungsi (contoh
pompa dalam kondisi otomatis, sumber air dalam keadaan penuh)
• Jika sistem proteksi kebakaran di area tersebut dalam kondisi tidak
berfungsi, maka harus dipertimbangkan untuk menunda pekerjaan di area
tersebut sampai sistem proteksi di area tersebut berfungsi kembali atau jika
pekerjaan tersebut tidak dapat ditunda, maka pengendalian tambahan harus
ditambahkan lagi. Pengendalian tambahan dapat berupa menggelar hose di
area tersebut atau meminta anggota pemadam kebakaran yang terlatih untuk
berada di lokasi tersebut.
• Menyiapkan alat pemadam kebakaran seperti APAR di lokasi pekerjaan

6.3 Mempersiapkan Lokasi Hotwork


Ketika mempersiapkan izin kerja Hot Work, maka harus diidentifikasi dulu area
Hot Work tersebut menggunakan rumus radius 11 meter horisontal dari titik
lokasi pekerjaan Hot Work dan 5 meter vertikal dari titik lokasi pekerjaan Hot
Work. Apabila pekerjaan Hot Work dilakukan di ketinggian atau pada saat
kondisi berangin, maka radius dipertimbangkan di perluas menjadi 15 meter.
Setelah sudah teridentifikasi area di dalam radius tersebut maka langkah
selanjutnya menentukan pengendalian dan tindakan pencegahan berikut ini untuk
mengendalikan bahan bakar dan sumber panas di dalam lokasi Hot Work
tersebut.
No Dok : SOP-HSE-5.1-09
STANDART OPERASIONAL Terbit : 17 Maret 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PEKERJAAN PANAS Tgl Rev : -
Hal : 4/9

• Memindahkan semua bahan bakar dari lokasi Hot Work. Jika bahan bakar
tersebut tidak dapat dipindahkan maka lindungi bahan bakar tersebut
dengan cara menutup atau melapisi bahan bakar tersebut dengan bahan
yang tahan panas seperti welding pad dan welding blanket, atau dengan
cara membatasi penyebaran sumber panas Hot work agar tetap di area
lokasi pekerjaan saja. Pembatasan ini atau lebih dikenal istilah “boxing”,
boxing dilakukan dengan cara memasang welding curtain secara vertikal
dan welding pad secara horizontal (khusus di area pertemuan vertikal dan
horizontal, welding pad harus berada di atas welding curtain karena welding
curtain tidak didesain untuk kontak lama dengan material cair panas
• Membersihkan akumulasi sisa sisa bahan bakar dan genangan bahan bakar
cair dari lokasi Hot Work (contohnya, sisa sisa oli, debu kayu dll). Proses
identifikasi lokasi harus dilakukan dengan teliti khususnya di area yang
tersembunyi seperti di bawah peralatan atau di sudut sudut untuk
memastikan area kerja Hotw Work bersih dari bahan bakar. Tidak
dianjurkan untuk menggunakan pengendalian dengan cara membasahkan
lantai dengan air dikarenakan ada kemungkinan air akan mengalir ke
tempat rendah jika lantai tidak rata sehingg ada beberapa lokasi tidak
terlindungi air, kemungkinan akan menguap dan kering ketika terus
terpapar panas, dan kemungkinan tersetrum bagi pekerja jika aktivitas
pengelasan dengan menggunakan listrik (terdapat kabel yang terkelupas).
• Identifikasi dan isolasi potensial sumber bahan bakar seperti bahan bakar
cair, gas dan material debu mudah terbakar yang bisa keluar atau lepas ke
lokasi Hot Work pada saat aktivitas sedang berlangsung. Lakukan analisa
keselamatan kerja untuk menentukan apakah sistem harus dimatikan atau
tidak dan menentukan pengendalian bahaya yang tepat. Jika diperlukan,
adanya pengendalian tambahan seperti LOTO, purging ataupun dilakukan
pengurasan jika terkait bahan bakar cair.
No Dok : SOP-HSE-5.1-09
STANDART OPERASIONAL Terbit : 17 Maret 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PEKERJAAN PANAS Tgl Rev : -
Hal : 5/9

• Lakukan pengukuran gas dengan menggunakan detektor gas untuk


mendeteksi uap bahan bakar atau atmosfir gas mudah terbakar. Pengukuran
harus dilakukan sebelum pekerjaan Hot Work dimulai. Ketika melakukan
pengetesan dan hasil pembacaan detektor gas melewati 1% dari suatu nilai
lower explosive limit (LEL), maka pekerjaan harus dihentikan saat itu juga.
Posisi pembacaan detektor gas harus mempertimbangkan vapour density
dari uap atau gas tersebut karena jika lebih berat dari udara maka uap atau
gas akan cenderung berkumpul di bagian bawah dan jika lebih ringan dari
udara maka mengarah ke atas atau berkumpul di bagian atas.
• Matikan atau tutupi (lindungi) sistem ventilasi atau sistem pemindah
material (conveyor) yang kemungkinan akan membawa material bahan
bakar ke lokasi Hot Work ataupun membawa keluar sumber panas Hot
Work ke area lain. Jika ventilasi dibutuhkan, maka lakukan hal berikut.
a. Gunakan sistem ventilasi sementara yang terbuat dari bahan yang
tidak bisa terbakar dan filter udaranya dilepas.
b. Jika sistem negatif yang digunakan, maka perluas area cakupan Hot
Work sejauh sistem pembuangan ventilasi tersebut.
c. Jika sistem positif yang digunakan, maka pastikan aliran udara tidak
menyebabkan percikan api semakin tidak terarah penyebarannya dan
mempengaruhi posisi dari welding blanket maupun welding curtain.
• Perluas area pengendalian Hot Work ke sisi ruangan yang lain ketika
terdapat celah atau bukaan yang memungkinkan sumber panas dari Hot
Work dapat menyebrang ke area tersebut, termasuk juga potensi transfer
panas konduksi yang memungkinkan tersulut nya suatu bahan bakar yang
menyentuh material yang sedang dikerjakan dengan Hot Work (contohnya
pipa metal).
No Dok : SOP-HSE-5.1-09
STANDART OPERASIONAL Terbit : 17 Maret 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PEKERJAAN PANAS Tgl Rev : -
Hal : 6/9

• Identifikasi dan lakukan perlindungan terhadap pipa atau sistem pemipaan


berisi bahan mudah terbakar yang mempunyai lubang atau celah yang
memungkinkan masuknya sumber panas Hot Work
• Perlakukan aktivitas Hot Work pada material yang mempunyai sifat transfer
panas yang bagus. Pindahkan bahan bakar disekitar material tersebut dan
lakukan monitor suhu pada material tersebut pada saat aktivitas pekerjaan
berlangsung, stop pekerjaan dan lakukan tindakan darurat jika terdeteksi
titik panas pada material tersebut.
6.4 Persiapan Pekerjaan Hotwork di Luar atau di Dalam suatu peralatan atau pipa
• Identifikasi dan isolasi peralatan atau pipa yang saling terhubung yang
berisi gas mudah terbakar, bahan bakar cair mudah terbakar dan debu
mudah terbakar.
• Kuras bahan bakar cair dan lakukan purging untuk menghilangkan uap atau
gas mudah terbakar dari peralatan maupun pipa. Ketika melakukan
pengurasan bahan bakar cair, identifikasi titik titik dimana terdapat area
terendah dari elevasi titik kuras yang menyebabkan tidak terkurasnya bahan
bakar cair tersebut.
• Lakukan pengetesan pada peralatan atau pipa terhadap adanya uap atau gas
mudah terbakar sebelum dimulainya pekerjaan dan selama pekerjaan jika
dibutuhkan. Hentikan pekerjaan ketika pembacaan detektor gas melewati
1% dari suatu nilai lower explosive limit (LEL)
• Hilangkan sisa sisa debu di dalam peralatan maupun pipa. Lakukan
Housekeeping yang tepat untuk memastikan tidak adanya bahan bakar yang
masih tersembunyi yang bisa menyebabkan kebakaran ketika tersulut
sumber panas dari Hot Work.

• Kategorikan pekerjaan Hot work di peralatan atau pipa yang mengandung


bahan bakar gas mudah terbakar, bahan bakar cair mudah terbakar dan debu
mudah terbakar sebagai pekerjaan beresiko tinggi. Sebagai tambahan,
No Dok : SOP-HSE-5.1-09
STANDART OPERASIONAL Terbit : 17 Maret 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PEKERJAAN PANAS Tgl Rev : -
Hal : 7/9

lakukan tindakan pencegahan berikut ini ketika kondisi area terjamin untuk
dilakukan

a. Gunakan alternatif metode cold work


b. Penuhi peralatan atau pipa dengan air. Sebagai alternatif, lakukan
pembasahan secara terus menerus permukaan bahan bakar dengan
menggunakan semprotan air (water spray) selama pekerjaan
berlangsung dan juga pada periode 1 jam setelah pekerjaan selesai
c. Identifikasi akses port jalur hulu dan hilir dari suatu pemipaan atau
peralatan di area kerja Hot Work dan gelar hose di tempat akses port
tersebut
d. Isolasi peralatan, pemipaan di bagian hulu dan hilir di area pekerjan
Hot Work menggunakan metode isolasi yang tepat seperti
menggunakan blind flange atau menggunakan material non-
conductive material for a blank
6.5 Pengendalian yang diperlukan saat pekerjaan hot work berlangsung
• Pengawasan terus menerus terhadap area kerja Hot Work dan orang yang
melakukan pekerjaan Hot Work untuk memastikan kondisi aman kebakaran
tetap terjaga. Fire watch harus tetap di area kerja Hot Work secara terus
menerus dimulai dari awal pekerjaan sampai dengan berakhirnya pekerjaan,
termasuk saat waktu istrirahat pekerja. Jika FireWatch ingin meninggalkan
tempat kerja, maka harus dicarikan pengganti sementara untuk melanjutkan
fungsi pengawasan secera terus menerus
• Memastikan sumber panas Hot Work terbatasi di dalam area kerja Hot
Work. Fire Watch bertanggung jawab untuk memberhentikan pekerjaan Hot
Work ketika kondisi tidak aman muncul
• Memastikan semua pengendalian dan pencegahan kebakaran yang telah
ditulis di formulis izin kerja Hot Work tetap terimplementasi di lokasi Hot
Work
No Dok : SOP-HSE-5.1-09
STANDART OPERASIONAL Terbit : 17 Maret 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PEKERJAAN PANAS Tgl Rev : -
Hal : 8/9

• Dalam kondisi kebakaran, menghubungi nomor darurat.


• Menjaga agar lokasi Hot Work tetap tidak berubah sesuai dengan yang
ditulis di formulis izin kerja Hot Work
• Penambahan jumlah Fire Wath diperlukan ketika
6.6 Kapan Fire Watch dibutuhkan, berikut kondisi yang memerlukan fire watch
• Bahan mudah terbakar di dalam konstruksi bangunan berjarak kurang dari
11 meter dari titik kegiatan
• Bahan mudah terbakar dan/atau cairan mudah terbakar berjarak lebih dari
11 m (35 ft) dari titik kegiatan tetapi dapat terbakar dengan mudah oleh
percikan api
• Lubang di dinding atau lubang di lantai didalam radius 11 m (35 ft) yang
menampakkan bahan yang mudah terbakar di area sekitarnya, termasuk
ruang tersembunyi di dinding atau lantai.
• Bahan yang mudah terbakar yang berlokasi dekat dengan sisi belakang dari
partisi, dinding, langi-langit atau atap dan cenderung untuk bisa terbakar.
6.7 Pengendalian yang diperlukan setelah pekerjaan hot work selesai

• Fire Watch tetap dilokasi selama 30 menit sampai dengan 1 jam setelah
pekerjaan Hot Work selesai dilakukan
• Setelah periode pengamatan 1 jam, area kerja Hot Work dipantau secara
berkala selama 3 jam. Kewajiban dan durasi dasar pemantauan tambahan
didasarkan pada klasifikasi bahaya dalam kondisi normal di area kerja
penghasil panas. Pemantauan ini tidak terus-menerus, tetapi pemeriksaan
area secara berkala. Metode pemantauan yang dapat diterima dapat berupa
sistem otomatis deteksi asap, kamera video keamanan (CCTV), patrol rutin
petugas keamananan/petugas pemeliharaan, dan operator di area. Metode
yang sesuai akan tergantung pada kondisi lokal dan harus
didokumentasikan pada izin kerja Hot Work (Catatan : persyaratan ini
optional karena NFPA tidak mensyaratkan ini tetapi beberapa
No Dok : SOP-HSE-5.1-09
STANDART OPERASIONAL Terbit : 17 Maret 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PEKERJAAN PANAS Tgl Rev : -
Hal : 9/9

perusahaan asuransi memerlukan adanya pengamatan tambahan


setelah pengamatan 1 jam)

7. DOKUMEN TERKAIT
-
○ 蜜弼持轟棚鮒網棚掴棚番 STANDARTOPERASIONALPROSEDUR(SOP) LOCKOUT AGOUT(LOTO) SOP-HSE-5.1-10

Dibu種書Oleh Diperik拙l心nDiset巾uiOleII

T種ndaTangan 鞋 、 ̄ ̄ ̄: ̄ ̄「畿す う し仁・音轟 音∴琴( ノ書∴ 醐轟軍減

Jab種tan SafetyRepresentative DirekturUtama

D郷tc 17/03I2021 17/03/2021


No Dok : SOP-HSE-5.1-10
STANDART OPERASIONAL Terbit : 17 Maret 2021
PROSEDUR No Rev : 0
LOCKOUT TAGOUT (LOTO) Tgl Rev : -
Hal : 1/3

1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk memberika penjelasan tentang tata cara/panduan pekerja
dalam melaksanakan system pengguncian serta pelabelan dengan tujuan mengamankan
orang yang tengah bekerja atau ada di sekitar mesin

2. RUANG LINGKUP
Prosedur ini hanya berlaku di lingkungan PT. AHMAD PUTRA INDO KARYA

3. TANGGUNG JAWAB
3.1 Manajer Operational/site manager PT AHMAD PUTRA INDO
KARYA bertanggung jawab untuk menjamin bahwa telah dilaksanakan petunjuk
kerja ini apabila sedang melakukan pekerjaan lockout/tagout
3.2 Safety Officer bertanggung jawab mengawasi dan menginspeksi alat kerja
maupun karyawan yang sedang melakukan pekerjaan diarea lockout/tagout sesuai
dengan prosedur yang sudah ditetapkan

4. DEFINISI
4.1 Sistem LOTO ini adalah kriteria minimal yang perlu diaplikasikan pada semua
sarana jika pekerja atau mitra kerjanya melakukan pekerjaan pada tempat kerja
dimana pelepasan daya beresiko sangatlah mungkin saja bisa berlangsung, seperti
pada kondisi tersebut:
• Mesin/peralatan system baru yang akan dibeli serta dipasang
• Peralatan yang ada tengah dimodifikasi, diperbaiki, direnovasi atau diganti
• Alat pengisolasi daya tengah diperbaiki atau tengah dibuatkan/ditambahkan
disuatu peralatan
4.2 Pegawai berwenang adalah Petugas yang mengunci/memblok/menempatkan label
pada mesin, sarana system proteksi atau peralatan listrik untuk lakukan perbaikan,
pemeliharaan atau modifikasi pada peralatan itu. Pegawai berwenang serta
operator mungkin saja orang yang sama jika pekerjaan operator melakukan
pekerjaan itu. Pegawai berwenang termasuk juga namun tak terbatas pada petugas
No Dok : SOP-HSE-5.1-10
STANDART OPERASIONAL Terbit : 17 Maret 2021
PROSEDUR No Rev : 0
LOCKOUT TAGOUT (LOTO) Tgl Rev : -
Hal : 2/3

listrik, mekanik atau orang yang bertanggung jawab dalam aplikasi prosedur
penguncian serta pemasangan label
4.3 Tambah Energi : terkait dengan satu sumber daya atau memiliki kandungan daya
bekas/tersimpan
4.4 Alat pengisolasi daya : Alat mekanis yang dengan cara fisik menghindar
perpindahan atau pelepasan daya termasuk juga namun tak terbatas pada beberapa
hal :pemutus arus listrik yang dioperasikan dengan cara manual; slip buta/buntu’
katup lurus; katup blok serta tiap-tiap alat sama yang dipakai memblok atau
mengisolasi daya/
4.5 Sumber daya : Tiap-tiap sumber listrik, mekanik, hidrolik, pneumatic, kimia,
panas atau daya lain
4.6 Alat pengunci : satu alat yang bisa mengunci, bisa berbentuk kunci gembok serta
anak kucinya atau kunci gabungan untuk menahan satu alat pengisolasi daya pada
posisi aman serta menghindar pelepasan daya pada mesin atau peralatan
4.7 Pemasangan label : Menempatkan satu labek di suatu alat pengisolasi daya untuk
melarang orang mengoperasikan atau mengalirkan daya disuatu peralatan yang
tengah dirawat dipelihara, diperbaiki, dimodifikasi atau dikontrol tanpa ada izin

5. REFERENSI
5.1 Peraturan Pemerintah No 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja

6. PROSEDUR
6.1 Pemasangan LOTO :
6.1.1 Memberitahu serta memperingatkan operator atau pekerja yang dipengaruhi
atau terkait dengan mesin/peralatan bahwa peralatan bakal ditetapkan
sambungannya dari sumber arus,
6.1.2 Mempersiapkan untuk menentukan sambungan, mematikan mesin atau
peralatan. Untuk mesin yang dikendalikan dengan system automatis
program computer jadi mesti dimatikan dengan cara manual juga sebagai
No Dok : SOP-HSE-5.1-10
STANDART OPERASIONAL Terbit : 17 Maret 2021
PROSEDUR No Rev : 0
LOCKOUT TAGOUT (LOTO) Tgl Rev : -
Hal : 3/3

sinyal untuk mengkomunikasikan bahaya pada operator atau orang yang


bisa mengoperasikan mesin dari tempat lain
6.1.3 Peralatan dimatikan/ditetapkan sambungannya dari sumber arus
6.1.4 Mengisolasi Peralatan
6.1.5 Memasang Lockout serta Tagout
6.1.6 Lepaskan atau buang daya yang tersisa bila ada
6.1.7 Verifikasi kembali bahwa daya sudah dimatikan

6.2 Prosedur Pelepasan LOTO


6.2.1 Pastikan peralatan udah aman untuk dioperasikan kembali
6.2.2 Pindahkan peralatan kerja serta pengaman
6.2.3 Amankan seluruhnya pekerja yang terkait jauh dari peralatan/mesin
6.2.4 Lepaskan LOTO oleh orang yang memasangnya
6.2.5 Beritahu seluruhnya pekerja yang terkait dengan peralatan bahwa peralatan
bakal selekasnya dioperasikan kembali
6.2.6 Hidupkan energi
6.2.7 Peralatan/mesin yang udah diperbaiki bisa dipakai kembali

7. DOKUMEN TERKAIT
-
● 茸弼据彊評語輔弼輔鵜 STANDARTOPERASIONAL PENG UNA NMESIN SOP-HSE-5 韓 彊輔車弾講 PROSEDUR(SOP) BORLISTRIK .1-05

Dibu租tO宣e血 Diperik紺danDisetujuiOldl

冒紬d種T抑g紬 、 ThaliaMayori ㌍子∴ ̄ ̄子規…、( 〈 .il↓i 苧敵組劾駒崎施醒最

J種b繍書an Sa健り融epre総n触涌ve ヽ DirekturUtama

D租章c 02/0112021 0210112021


No Dok : SOP-HSE-5.1-05
STANDART OPERASIONAL Terbit : 2 Januari 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PENGGUNAAN MESIN BOR LISTRIK Tgl Rev : -
Hal : 1/3

1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk panduan penggunan mesin bor saat melakukan pekerjaan

2. RUANG LINGKUP
Prosedur ini mengatur panduan penggunaan mesin bor yang hanya berlaku di
lingkungan PT. AHMAD PUTRA INDO KARYA

3. TANGGUNG JAWAB
3.1 Manajer Operational/site manager PT AHMAD PUTRA INDO
KARYA bertanggung jawab untuk menjamin bahwa telah dilaksanakan petunjuk
kerja ini apabila menggunakan mesin bor pada saat melakukan pekerjaan
3.2 Safety Officer bertanggung jawab mengawasi dan menginspeksi mesin bor sesuai
dengan prosedur yang sudah ditetapkan

4. DEFINISI
4.1 Mesin bor adalah alat yang digunakan untuk membuat lubang, alur, peluasan dan
penghalusan secara presisi dan akurat. Alat ini sangat memudahkan pekerjaan
manusia dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam industry. Dalam
perkembangannya mesin bor memiliki banyak jenis dan disesuaikan dengan
fungsinya

5. REFERENSI
5.1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-01/Men/1980 Keselamatan Kerja untuk
Konstruksi Bangunan

6. PROSEDUR
6.1 Tetapkan jenis bor yang sesuai
Tipe perlengkapan bor dipakai untuk pengeboran yang berlainan sesuai dengan
manfaatnya. Seperti jenis bor listrik Impact Drill umumnya dipakai untuk
pengeboran pada permukaan dinding, beton, dan lain-lain.
6.2 Menjaga Tempat Pengeboran
No Dok : SOP-HSE-5.1-05
STANDART OPERASIONAL Terbit : 2 Januari 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PENGGUNAAN MESIN BOR LISTRIK Tgl Rev : -
Hal : 2/3

Tempat pengeboran yang tidak tepat tidak sekedar membuat proses pengeboran
serta kerja mata bor jadi kurang efisien, dan juga berdampak menyebabkan cedera
pada lengan dan hasil kerja kurang baik. Untuk tempat pengeboran optimal
umumnya berada pada pojok 90 derajat pada permukaan.
6.3 Pilihlah Mata Bor yang sesuai
Walaupun penentuan mesin bor telah tepat, tetapi hasil kerja tidak optimal jika
Anda tidak memakai mata bor yang pas. Contohnya untuk pekerja pengeboran
besi ada banyak jenis mata bor. Mata bor tipe HSS lebih tepat untuk permukaan
logam lunak, Tin-coated untuk logam yang sedang, serta Cobalt untuk permukaan
besi yang keras.
6.4 Beberapa Macam Mata Bor
Untuk media kayu, salah satu tipe mata bor yang bisa dipakai ialah mata bor
lancip. Sedang untuk media beton, pakai mata bor sejenis hammer drill. Dari sisi
ukurannya, cocokkan mata bor dengan lubang ujung mesin bor supaya melekat
dengan cara pas serta pastikan tidak kendor untuk menghindarkan dampak
kecelakaan.
6.5 Lihat Kecepatan Putaran
Yakinkan kecepatan putar mesin bor sesuai yang disarankan. Perlu dicatat jika
kecepatan mesin bor penting serta mempunyai dampak yang signifikan pada
efektifitas pengeboran, khususnya di media logam serta besi. Cocokkan
kecepatan dengan detail mesin serta permukaan medan yang dibor.
6.6 Tata cara menggunakan bor dengan benar
6.6.1 Cek kondisi mesin bor : pastikan mesin bor yang digunakan dalam
kondisi aman untuk digunakan
6.6.2 Tegangan harus sesuai dengan mesin bor : sesuaikan tegangan listrik
bengkel atau workshop tempat anda bekerja, agar mesin bor dapat
digunakan
6.6.3 Pilih mata bor yang sesuai : sebelum kita memulai menggunakan mesin
bor, pastikan kita tahu jenis material serta ketebalannya, agar sesuai
dengan penggunaanya
No Dok : SOP-HSE-5.1-05
STANDART OPERASIONAL Terbit : 2 Januari 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PENGGUNAAN MESIN BOR LISTRIK Tgl Rev : -
Hal : 3/3

6.6.4 Pasang mata bor : pasang mata bor dengna benar, kencangkan dengan
kunci khusus, kunci L yang biasanya disertakan pada saat membeli
mesin bor
6.6.5 Buat titik pada material (plat/besi) : pastikan putaran mesin tidak
melebihi table penggunaan, agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan
6.6.6 Hidupkan mesin : hidupkan mesin bor dengan benar, pastikan tegangan
listrik sudah sesuai dengan daya bor listrik
6.6.7 Pastikan mesin bor pada posisi tegak lurus : posisi mesin bor harus tegak
lurus dengan bidang yang akan dibor, agar mata bor tidak mudah patah
dan lubangnya lurus
6.6.8 Siapkan coolant : coolant berfungsi untuk memperhalus putaran mata
bor yang bergesekan dengan material
6.6.9 Matikan mesin setelah selesai digunakan : Pastikan materian yang
lubangi sudah sesuai dengan keinginan sebelum mesin dimatikan
6.6.10 Bersihkan mesin agar kondisi mesin tetap terjaga

7. DOKUMEN TERKAIT
7.1 Form Inspeksi Mesin Bor [F-HSE-5.1-06]
毎棚据痛髄鞘輔彊離陸紳満 STANDARTOPERASIONALPROSEDUR(SOP) PENGGUNAANCHAINBLOCK SOP輸HSE輸5.1複07

D冊u穐tO重e轟 Diperi鴫adanDiset両軸iOl血

富紬d組丁細れg紬
¥ :∴∴∴宣言→
∴膏」

冒櫨iaM坤〇五 ∴ヽ 謡曲閲馳軸脚馳
徽章心裏掛れ S軸鼠色坪e融ve ]眺櫛出動rU喰調a

D秘書e 02/0112021 0210112021


No Dok : SOP-HSE-5.1-07
STANDART OPERASIONAL Terbit : 2 Januari 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PENGGUNAAN CHAIN BLOCK Tgl Rev : -
Hal : 1/3

1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk panduan penggunan chain block saat melakukan pekerjaan di
area PT. Ahmad Putra Indo Karya

2. RUANG LINGKUP
Prosedur ini mengatur panduan penggunaan chain block yang hanya berlaku di
lingkungan PT. Ahmad Putra Indo Karya

3. TANGGUNG JAWAB
3.1 Manajer Operational/site manager PT Ahmad Putra Indo Karya bertanggung
jawab untuk menjamin bahwa telah dilaksanakan petunjuk kerja ini apabila
menggunakan chain block pada saat melakukan pekerjaan
3.2 Safety Officer bertanggung jawab mengawasi dan menginspeksi chain block
sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan

4. DEFINISI
4.1 Chain Block merupakan mekanisme yang digunakan untuk mengangkat dan
menurunkan beban berat menggunakan rantai yang berisi dua roda yang diikat
rantai. Ketika rantai ditarik, chain block akan berputar disekitar roda dan mulai
mengangkat barang yang melekat pada lati atau rantai melalui kail. Chain Block
juga dapat dipasang pada lifting sling atau chain bags untuk mengangkat beban
lebih ringan

5. REFERENSI
5.1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-05/Men/1985 Pesawat Angkat dan
Angkut
5.2 Peraturan Mentreri Ketenagakerjaan No. 8 tahun 2020 tentang K3 Pesawat
Angkat dan Angkut

6. PROSEDUR
6.1 Persiapan
No Dok : SOP-HSE-5.1-07
STANDART OPERASIONAL Terbit : 2 Januari 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PENGGUNAAN CHAIN BLOCK Tgl Rev : -
Hal : 2/3

6.1.1 Sebelum menggunakan chain block, harus diperiksa terlebih dahulu apakah
sudah terpasang dengan benar dan harus dipastikan rantai tidak memutar
6.1.2 Barang harus diperiksa ketika diangkat apakah dapat bergerak bebas atau
tidak
6.1.3 Periksa jalur pengangkatan dan pemindahan barang sebelum chain block
diaplikasikan agar tidak terjadi tabrakan barang dijalurnya pada saat
pengangkatan atau pemindahan
6.1.4 Jauhkan jari kaki, dan lain-lain dari alas sebelum menurunkan barang
6.1.5 Pekerja yang bertugas mengoperasikan chain block harus memenuhi APD
yang sudah ditetapkan
6.1.6 Lakukan perawatan agar chain block dapat berfungsi dengan baik sesuai
semestinya

6.2 Hal-hal yang perlu dihindari dalam penggunaan chain block


6.2.1 Hindarkan dari zat-zat kimia berbahaya, khususnya zat asam
6.2.2 Jangan menggunakan chain block untuk mengangkat ebban yang melebihi
kapasitas chain block tersebut
6.2.3 Jangan menggunakan chain block untuk mengangkat manusia
6.2.4 Jangan palu sling saat memasang atau saat maintenance
6.2.5 Jangan masukkan kait hook pada link rantai
6.2.6 Hindari sling menggantung pada hook
6.2.7 Jangan mengangkat beban yang lebih tinggi dari yang diperlukan
6.2.8 Jangan melebihi batas beban hoist
6.2.9 Jangan meninggalkan beban menggantung pada hook chain block saat
tidak sedang dioperasikan
6.2.10 Jangan mengganti panjang rantai tanpa ada persetujuan dari supplier
6.2.11 Jangan menggunakan chain block dilapangan tanpa mengetahui petunjuk
penggunaanya
6.2.12 Jangan melempar, menggeser dan menjatuhkan chain block
6.2.13 Hindari pelumuran oli atau gemuk sampai mengenai system
pengeremannya (brake system)
No Dok : SOP-HSE-5.1-07
STANDART OPERASIONAL Terbit : 2 Januari 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PENGGUNAAN CHAIN BLOCK Tgl Rev : -
Hal : 3/3

6.2.14 Hindarkan chain block kontak langsung dengan air, atau uap

6.3 Tata cara penggunaan chain block dengan baik dan benar
6.3.1 Jangan pernah mengoperasikan alat ini tanpa training terlebih dahullu
6.3.2 Jangan menggunakan block, sling dan aksesoris lain yang rusak dan jangan
pernah menggunakan rantai block sebagai sling
6.3.3 Periksa terlebih dahulu apakah block telah terpasang dengan benar, serta
pastikan rantai tidak memutar sebelum chain block digunakan
6.3.4 Periksa terlebih dahulu barang saat diangkat bisa bergerak bebas atau tidak
dan pastikan juga alas untuk mendaratkan barang telah disiapkan
6.3.5 Saat ingin meningkatkan bebanm hentikan dulu pekerjaan untuk memeriksa
integritas block, slinging method dan lain-lain
6.3.6 Periksa jalur pengangkatan dan pemindahan barang sebelum chain block
diaplikasikan
6.3.7 Jaga jari-jari kaki sebelum menurunkan barang agar tidak menimpa

7. DOKUMEN TERKAIT
7.1 Form Inspeksi Chain Block [F-HSE-5.1-08]

DibuatOleh Diperik紺danDiset巾uiOleh

T紬d種T紬g紬 丁h描aMay〇五 ∴∴ニ∴∴h


小言 草地蝕屯憾嬉駿相接

寄集b寄書鶏皿 S称呼鼠epre緋的庇臆ve 勘王騰k如rUta職a

D租書e 02/01I2021 02/Ol/2021


No Dok : SOP-HSE-5.1-06
STANDART OPERASIONAL Terbit : 2 Januari 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PENGGUNAAN MESIN COMPRESSOR Tgl Rev : -
Hal : 1/2

1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk panduan penggunan mesin compressor saat melakukan
pekerjaan

2. RUANG LINGKUP
Prosedur ini mengatur panduan penggunaan mesin compressor yang hanya berlaku di
lingkungan PT. AHMAD PUTRA INDO KARYA

3. TANGGUNG JAWAB
3.1 Manajer Operational/site manager PT AHMAD PUTRA INDO
KARYA bertanggung jawab untuk menjamin bahwa telah dilaksanakan petunjuk
kerja ini apabila menggunakan mesin compressor pada saat melakukan pekerjaan
3.2 Safety Officer bertanggung jawab mengawasi dan menginspeksi mesin
compressor sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan

4. DEFINISI
4.1 Pemampat atau kompresor adalah alat mekanik yang berfungsi untuk
meningkatkan tekanan fluida mampu mampat, yaitu gas atau udara. tujuan
meningkatkan tekanan dapat untuk mengalirkan atau kebutuhan proses dalam
suatu system proses yang lebih besar (dapat system fisika maupun kimia
contohnya pada pabrik-pabrik kimia untuk kebutuhan reaksi). Secara umum
kompresor dibagi menjadi dua jenis yaitu dinamik dan perpindahan positi

5. REFERENSI
5.1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-05/Men/1985 Keselamatan Kerja
Mekanik

6. PROSEDUR
6.1 Ketentuan umum
6.1.1 Pengoperasian mesin compressor harus sesuai dengan fungsinya (tidak
diijinkan untuk memadatkan batu/benda yang bersifat keras)
No Dok : SOP-HSE-5.1-06
STANDART OPERASIONAL Terbit : 2 Januari 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PENGGUNAAN MESIN COMPRESSOR Tgl Rev : -
Hal : 2/2

6.1.2 Periksa terlebih dahulu mesin secara periodik sesuai pedoman yang telah
ditentukan dalam checklist
6.1.3 Gunakan bahan bakar yang sudah ditentukan
6.1.4 Pelumas/grease pada bagian yang perlu dilumasi secara periodic
6.1.5 Bersihkan saringan BBM dan air cleaner secara periodic
6.1.6 Gunakan imnyak pelumas/oil dengan standar mutu yang ditentukan
6.1.7 Penggantian minyak pelumas/oli harus dengan klasifikai yang sejenis
6.1.8 Tempatkan alat dengan benar dan aman setelah selesai pemakaian
6.1.9 Air Cleaner harus dibersihkan secara berkala
6.1.10 Fanbelt harus selalu dalam kondisi baik
6.1.11 Periksa Alat secara menyeluruh sebelum digunakan dengan mengisi
lembar checklist inspeksi
6.2 Tata cara menghidupkan Mesin
6.2.1 Lakukan pengecekan alat secara menyeluruh
6.2.2 Buka kran bahan bakar minyak, arahkan tuas gas pada posisi start dan
tarik recoil starter hingga mesin hidup
6.2.3 Hidupkan mesin pada kecepatan/putaran rendah agar system pelumasan
pada alat lebih sempurna
6.2.4 Tambahkan kecepatan putaran mesin hingga alat bekerja sesuai fungsinya
6.2.5 Bersihkan kotoran yang menempel pada alat dan simpan kembali pada
tempat yang aman dan terhindar dari air
6.3 Tata cara mematikan mesin
6.3.1 Kecilkan putaran mesin (melalui tuas gas) biarkan mesin hidup pada
kecepatan rendah dan tekan tombol off pada cover hingga mesin mati

7. DOKUMEN TERKAIT
7.1 Form Inspeksi Mesin Compressor [F-HSE-5.1-07]
ST ○ 輔弼雨脚紳輔騨輔弼葦 ANDARTOPERASIONALPROSEDUR(SOP)

PENGGUNÅANMESINGERINDA SOP-HSE十5.l十04

D弛u租章O富e血 Diper軸鵡ad種nDiset巾uiOl喜瓜

観劇龍抽機的鑓 ヽ〇〇〇 二∴∴.∴、、∴∴上場エ

や・..」 ∴鳴専睡
Thalia∴Mayori 上罵 言∴∴

暮抽曲調 掛軸陣場 l 」厳蓮町舶由細胞

勘棚記 0210暮1202重 02畑事1202書


No Dok : SOP-HSE-5.1-04
STANDART OPERASIONAL Terbit : 2 Januari 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PENGGUNAAN MESIN GERINDA Tgl Rev : -
Hal : 1/2

1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk panduan penggunan mesin gerinda saat melakukan pekerjaan

2. RUANG LINGKUP
Prosedur ini mengatur panduan penggunaan mesin gerinda yang hanya berlaku di
lingkungan PT. AHMAD PUTRA INDO KARYA

3. TANGGUNG JAWAB
3.1 Manajer Operational/site manager PT AHMAD PUTRA INDO
KARYA bertanggung jawab untuk menjamin bahwa telah dilaksanakan petunjuk
kerja ini apabila menggunakan mesin gerinda pada saat melakukan pekerjaan
3.2 Safety Officer bertanggung jawab mengawasi dan menginspeksi mesin gerinda
sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan

4. DEFINISI
4.1 Mesin gerinda adalah mesin perkakas yang digunakan untuk mengasah,
memotong serta menggerus benda kerja kasar maupun halus dengan tujuan dan
kebutuhan tertentu

5. REFERENSI
5.1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-01/Men/1980 Keselamatan Kerja untuk
Konstruksi Bangunan

6. PROSEDUR
6.1 Persiapan
6.1.1 Langkah pertama dari aktifitas pemilihan alat ini adalah evaluasi alat yang
akan digunakan dengan menyesuaikna kegunaan dari alat tersebut
6.1.2 Menggunakan alat pelindung diri termasuk pelindung mata/ safety googles
dan mempersiapkan peralatan-peralatan yang dibutuhkan sebelum
melakukan pekerjaan
No Dok : SOP-HSE-5.1-04
STANDART OPERASIONAL Terbit : 2 Januari 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PENGGUNAAN MESIN GERINDA Tgl Rev : -
Hal : 2/2

6.2 Memeriksa roda untuk memastikan bahwa mesin dalam keadaan baik, sebelum
digunakan, pastikan pengaman telah terpasang dengan baik
6.3 Saat mengoperasikan roda pengasah hanya pada kecepatan yang sesuai dengan
petunjuk pembuat mesin.
6.4 Sandaran kerja maksimum 1/8 inchi dari roda. Sandarannya harus kuat,
permukaannya rata dan terpasang dengan aman pada mesin. Ketika ingin
mengatur sandaran pastikan mesin harus dalam keadaan mati
6.5 Proses penggerindaan harus secara bertahap pada roda yang baru saja dipakai,
jangan ditekan berlebihan pada roda
6.6 Apabila ingin menghentikan mesin gerinda, tidak diperbolehkan dengan cara
menekan permukaan gerinda
6.7 Periksa kembali dan rapikan roda secara berkala agar efisien dan berjalan dengan
baik
6.8 Lakukan inspeksi secara berkala agar jika ada kerusakan dapat diperbaiki dengan
segera dan tidak menimbulkan kecelakaan. Inpeksi pada mesin ini dilakukan
setiap seminggu sekali
6.9 Pada saat memperbaiki mesin, lepaskan semua sekering atau kunci semua
pemutus aliran pada posisi off/mati dan bila sudah selesai pasang kembali semua
pengaman dan pastikan sudah terpasang dengan baik

7. DOKUMEN TERKAIT
7.1 Form Inspeksi Scafolding [F-HSE-5.1-05]
○ 軌彊輔弼鵬掴鵬繭繭輔 STANDARTOPERASIONALPROSEDUR(SOP) PENGOPERASRANMESIN∴GENSET SOP車壇S田嶋5.重職0雷

D王bⅢ種書く動き血 聯軸心紬D壷能書同心O量e血

富後陣寄禦車軸喝劃  ̄ヽ i覆M町壷 ∴→▲一高 ( ∴∴一∴∴、吉∴ 「、 i艶聞醐

軍費競l鑓細 §亀的輿呼か製鄭軸ve 】眺購煎りrU掛軸a

D寄書き 02/Ol12021 02/Ol1202l


No Dok : SOP-HSE-5.1-02
STANDART OPERASIONAL Terbit : 2 Januari 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PENGOPERASIAN MESIN GENSET Tgl Rev : -
Hal : 1/3

1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk panduan pengoperasian mesin genset dengan menjaga mesin
agar tidak rusak saat digunakan dan menerapkan langkah-langkah pengoperasian mesin
genset dengan benar

2. RUANG LINGKUP
Prosedur ini mengatur pengoperasian mesin genset yang hanya berlaku di lingkungan
PT. AHMAD PUTRA INDO KARYA

3. TANGGUNG JAWAB
3.1 Manajer Operational/Site Manager/Operator PT AHMAD PUTRA INDO
KARYA bertanggung jawab untuk menjamin bahwa telah dilaksanakan petunjuk
kerja ini apabila sedang menggunakan meisn genset
3.2 Safety Officer bertanggung jawab mengawasi dan melakukan pengecekan secara
berkala mengenai kondisi mesin genset ketika digunakan

4. DEFINISI
4.1 Generator Set adalah sebuah alat/perangkat yang fungsinya untuk menghasilkan
daya listrik, alat ini mempunyai dua perangkat yang berbeda dan bercampur
menjadi satu yang terdiri dari mesin dan alternator

5. REFERENSI
5.1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-01/Men/1980 Keselamatan Kerja untuk
Konstruksi Bangunan

6. PROSEDUR
6.1 Sebelum Menghidupkan Genset
6.1.1 Periksa air radiator, jika kurang harus ditambah terlebih dahulu
6.1.2 Periksa oli mesin, jika kurang harus ditambah terlebih dahulu
6.1.3 Periksa solar, posisi keran pada daily tank harus tetap terbuka / ON
6.1.4 Periksa air accu, jika kurang harus ditambah
No Dok : SOP-HSE-5.1-02
STANDART OPERASIONAL Terbit : 2 Januari 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PENGOPERASIAN MESIN GENSET Tgl Rev : -
Hal : 2/3

6.2 Saat Menghidupkan Genset


6.2.1 Sambungkan Aki untuk genset, pastikan bahwa kabel aki ke genset sudah
terpasang secara sempurna.
6.2.2 Periksa oli meter, water temperature, battery charge, volt meter AC,
frequency meter dan hour counter meter berfungsi dengan baik pada saat
masih keadaan hidup.
6.2.3 Nyalakan mesin genset yang ada di ruangan genset, setting kecepatan
putaran genset sesui yang diharapkan untuk mendapatkan tegangan pada 50
Hz yaitu pada kecepatan 1500 RPM
6.2.4 Putuskan hubungan Panel Listrik terhadap arus dari PLN dengan menurun
kan MCB incoming dari PLN pada panel LVMDP di ruang panel utama
6.2.5 Hubungkan Genset dengan Panel Listrik LVMDP dengan menaikan MCB
panel genset yang ada di ruang genset
Catatan : Pastikan bahwa MCB pada hubungan ke arus PLN bener-
benar sudah turun / OFF
6.3 Mematikan Genset
6.3.1 Matikan genset secara pelan dengan menurunkan putaran mesin terlebih
dahulu dengan memutar coke / pengatur gas ke posisi rendah.
6.3.2 Matikan genset dengan kunci genset yang ada ke posisi OFF.
6.3.3 tunggu kurang lebih 5 menit pendinginan mesin (cooling down) baru
matikan
6.3.4 Turunkan MCB panel genset ke posisi OFF.
6.3.5 Jika menyimpang dari ketentuan ini akna menyebabkan kerusakan pada
AVR Generator
6.4 Metode Emergency
6.4.1 Pastikan kondisi genset benar-benar baik dengan pengecekan air radiator,
oli mesin dan spare part yang ada secara berkala.
6.4.2 Pastikan pada saat pengoprasian maupun memetikan genset ( pada saat
menaikkan atau menurunkan MCB panel genset ), kondisi arus dari jaringan
PLN terputus, ini untuk menghindarkan adanyadua arus yang bertabrakan
antara arus Genset, yang mengakibatkan ledakan yang fatal.
No Dok : SOP-HSE-5.1-02
STANDART OPERASIONAL Terbit : 2 Januari 2021
PROSEDUR No Rev : 0
PENGOPERASIAN MESIN GENSET Tgl Rev : -
Hal : 3/3

6.5 Inspeksi
Terdapat bebrapa hal yang harus dicek disetiap minggunya
• Kondisi air pendingin engine
• Volume oli pelumas
• Kebocoran/kerusakan visual
• Tegangan tali kipas
• Pembersihan kotoran / air pada tangka bahan bakar
• Kondisi saringan udara
• Pemanasan engine selama 15menit
• Memeriksa dan mengisi kembali bahan bakar apabila tangki kosong
• Memeriksa terhadap adanya getaran suara/bunyi yang tidak normal

7. DOKUMEN TERKAIT
7.1 Form Inspeksi Mesin Genset [F-HSE-5.1-02]

Anda mungkin juga menyukai