Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

DEFINISI DAN RUANG LINGKUP AQIDAH AKHLAK

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembelajaran Aqidah Mi

Dosen Pengampu : Reza Afridha Zahra, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 1 :

1 Dewi Lestari : 2286232078


2 Arum Puspita Sari : 2286232075
3 Ririn Fahera Juliati : 2286232012
4 Toni Adriansah : 2286232079

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

UNIVERSITAS NURUL HUDA OKU TIMUR

2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
atas berkat dan rahmat yang dilimpahkan-Nya, kami dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah yang berjudul “Definisi dan Ruang Lingkup Aqidah
Akhlak”.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran
Aqidah Mi di Fakultas Agama Islam, Universitas Nurul Huda Oku Timur
Dengan segala keterbatasan, saya sepenuhnya menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, baik dalam pembahasan
maupun tata bahasanya atau cara penulisannya. Untuk itu, dengan segala
kerendahan hati kiranya koreksi dan saran yang sifatnya membangun dari semua
pihak khususnya para pembaca sangat saya harapkan demi kesempurnaan
penulisan makalah ini.
Akhir kata saya mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
saya sebagai penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Oku Timur, 26 September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
A. Definisi Aqidah Akhlak........................................................................................3
B. Ruang Lingkup Aqidah Akhlak..........................................................................5
C. Sumber-Sumber Aqidah Akhlak........................................................................6
BAB III.............................................................................................................................8
PENUTUP.........................................................................................................................8
A. Kesimpulan...........................................................................................................8
B. Saran.....................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................9

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut bahasa, kata AQIDAH berasal dari bahasa Arab yang
berakar dari kata ‘aqada-ya’qidu-‘aqdan-‘aqidatan. ‘Aqdan berarti
simpulan, ikatan perjanjian dan kokoh, setelah terbentuk menjadi aqidah
berarti keyakinan (Sinaga, dkk, 2017). Menurut Haroen, aqidah yang
berasal dari ‘aqada berarti mengikat, membuhul, menyimpulkan,
mengokohkan atau menjanjikan. Sedangkan kata AKHLAK (akhlaq)
berasal dari bahasa arab, merupakan bentuk jama’ dari “khuluq” yang
menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat.
Kata tersebut mengandung persegi persesuaian dengan kata “khalq” yang
berarti kejadian (Supadie dan Sarjuni, 2012). Ibnu ‘Athir dalam Didiek,
menjelaskan bahwa khuluq itu artinya gambaran batin manusia yang
sebenarnya (yaitu jiwa dan sifat-sifat bathiniah), sedang khalq merupakan
gambaran bentuk jasmaninya (raut muka, warna kulit, tinggi rendah badan,
dan lain sebagainya) (Supadie, 2015). Maka akhlak bisa dikatakan sistem
etika yang menggambarkan dan tujuan yang hendak dicapai agama.
Pengertian aqidah Secara etimologis aqidah berakar dari kata ‘aqida-
ya’qidu ’aqdan-aqidatan. Kaitan antara arti kata “aqdan” dan “aqidah”
adalah keyakinan itu tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat
mengikat dan mengandung perjanjian. Jadi aqidah adalah sesuatu yang
diyakini oleh seseorang.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Aqidah Akhlak?
2. Ada berapakah ruang lingkup Aqidah Akhlak?
3. Ada berapakah sumber-sumber Aqidah Akhlak?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini utamanya adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Aqidah Mi dan agar dapat
memahami apa itu Aqidah Akhlak, dapat menyebutkan dan memahami

1
ruang lingkup Aqidah Akhlak, dan dapat mengetahui sumber-sumber
Aqidah Akhlak.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Aqidah Akhlak


Menurut bahasa, kata AQIDAH berasal dari bahasa Arab yang
berakar dari kata ‘aqada-ya’qidu-‘aqdan-‘aqidatan. ‘Aqdan berarti
simpulan, ikatan perjanjian dan kokoh, setelah terbentuk menjadi aqidah
berarti keyakinan (Sinaga, dkk, 2017). Menurut Haroen, aqidah yang
berasal dari ‘aqada berarti mengikat, membuhul, menyimpulkan,
mengokohkan atau menjanjikan. Pengertian ini juga diperkuat oleh
Yunahar Ilyas, beliau menyatakan bahwa aqidah adalah keyakinan yang
tersimpul kokoh di dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung
perjanjian (Imran, 2017). Dari beberapa pendapat di atas, maka aqidah
adalah keyakinan yang dianut oleh setiap manusia terhadap sesuatu hal
yang menjadi dasar aktivitas dan pandangan hidupnya.
Aqidah Islam adalah sesuatu yang bersifat tauqifi, artinya suatu
ajaran yang hanya dapat ditetapkan dengan adanya dalil dari Allah dan
Rasul-Nya. Maka, sumber ajaran aqidah Islam adalah terbatas pada Al-
Quran dan Sunnah saja. Karena, tidak ada yang lebih tahu tentang Allah
kecuali Allah itu sendiri, dan tidak ada yang lebih tahu tentang Allah,
setelah Allah sendiri, kecuali Rasulullah SAW. Namun, sebagian ulama
menambahkan ijma’ sebagai sumber ajaran Islam ketiga setelah Al-Quran
dan Sunnah.
Sedangkan kata AKHLAK (akhlaq) berasal dari bahasa arab,
merupakan bentuk jama’ dari “khuluq” yang menurut bahasa berarti budi
pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Kata tersebut mengandung
persegi persesuaian dengan kata “khalq” yang berarti kejadian (Supadie
dan Sarjuni, 2012). Ibnu ‘Athir dalam Didiek, menjelaskan bahwa khuluq
itu artinya gambaran batin manusia yang sebenarnya (yaitu jiwa dan sifat-
sifat bathiniah), sedang khalq merupakan gambaran bentuk jasmaninya
(raut muka, warna kulit, tinggi rendah badan, dan lain sebagainya)
(Supadie, 2015). Maka akhlak bisa dikatakan sistem etika yang

3
menggambarkan dan tujuan yang hendak dicapai agama. Kata khulq
merupakan bentuk tunggal dari akhlak, tercantum dalam Al-Quran surah
Al-Qalam ayat 4: “Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas
budi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam: 4)
Pengertian aqidah Secara etimologis aqidah berakar dari kata
‘aqida-ya’qidu ’aqdan-aqidatan. Kaitan antara arti kata “aqdan” dan
“aqidah” adalah keyakinan itu tersimpul dengan kokoh di dalam hati,
bersifat mengikat dan mengandung perjanjian. Jadi aqidah adalah sesuatu
yang diyakini oleh seseorang. Makna aqidah secara bahasa akan lebih
jelas jika dikaitkan dengan pengertian secara terminologis.
Secara terminologis terdapat beberapa defenisi aqidah, antara lain:
1. Menurut Hasan Al-Banna
‘Aqaid (bentuk plural dari aqidah) adalah beberapa perkara
yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan
ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur
sedikitpun dengan keraguan-keraguan.
2. Menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy
Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara
umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu, dan fitrah.
Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta
diyakini kesahihan dan keberadaannya secara pasti dan ditolak
segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.

Dari kedua definisi tersebut dapat dijelaskan point penting berikut :


1. Sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh
manusia.
Ilmu (kebenaran) dibagi menjadi dua yaitu ilmu dlarury dan
ilmu nazhariy. Ilmu yang dihasilkan oleh indera dan tidak
memerlukan dalil disebut ilmu dlarury. Sedangkan ilmu yang
memerlukan dalil atau pembuktian disebut ilmu nazhariy.
2. Setiap manusia memiliki fitrah untuk mengakui kebenaran.

4
Indera untuk mencari kebenaran, akal untuk menguji
kebenaran dan wahyu untuk menjadi pedoman dalam
menentukan mana yang benar dan mana yang tidak.
3. Keyakinan tidak boleh bercampur sedikit pun dengan
keraguan.
4. Aqidah harus mendatangkan ketentraman jiwa.
Artinya sesuatu keyakinan yang belum dapat menentramkan
jiwa berarti bukanlah aqidah.
5. Menolak segala sesuatu yang berlawanan dengan kebenaran
itu.
Artinya seseorang tidak akan bisa meyakini sekaligus dua hal
yang bertentangan.
6. Tingkat keyakinan (aqidah) seseorang tergantung kepada
tingkat pemahamannya terhadap dalil.

B. Ruang Lingkup Aqidah Akhlak


Menurut Hasan Al-Banna, ruang lingkup aqidah Islam meliputi :
1. Ilahiyyat
Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
Allah, seperti wujud Allah, sifat Allah, nama dan perbuatan Allah dan
sebagainya.
2. Nubuwwat
Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
Nabi dan Rasul, pembicaraan mengenai kitab-kitab Allah yang dibawa
para Rasul, mu’jizat, Rasul dan lain sebagainya.
3. Ruhaniyyat
Yaitu tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik
seperti jin, iblis, syaitan, roh, malaikat dan lain sebagainya.
4. Sam’iyyat
Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui
lewat sam’i, yakni dalil Naqli berupa Al-quran dan as-Sunnah seperti
alam barzkah, akhirat dan Azab Kubur, tanda-tanda kiamat, Surga-
Neraka dan lainnya.

5
C. Sumber-Sumber Aqidah Akhlak
a) Al-Qur’an
Menurut bahasa Al-Quran memiliki arti bacaan. Menurut
istilah Al-Quran adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW secara lisan, makna, dan gaya bahasa (ushlub)
yang termaktub dalam mushaf yang dinukil darinya secara
mutawatir (Amudidin, dkk, 2006). Al-Quran adalah kalam Allah
yang hakiki, diturunkan kepada Rasulullah dari Lauh Mahfuz
melalui malaikat Jibril dengan proses wahyu, yang berfungsi
sebagai pedoman bagi umat manusia.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian Al-Quran adalah
perkataan (kalam) Allah yang hakiki, diturunkan kepada
Rasulullah SAW dengan proses wahyu, membacanya termasuk
ibadah, disampaikan kepada kita dengan jalan mutawatir (jumlah
orang yang banyak dan tidak mungkin bersepakat untuk
berbohong), dan terjaga dari penyimpangan, perubahan,
penambahan dan pengurangan.
b) Sunnah
Sunnah menurut bahasa Arab, adalah ath-thariqah, yang
berarti metode, kebiasaan, perjalanan hidup, atau perilaku. Kata
tersebut berasal dari kata as-sunan yang bersinonim dengan ath-
thariq (yang berarti jalan). Mengikuti sunnah berarti mengikuti
cara Rasullulah bersikap, bertindak, berfikir dan memutuskan
(Amudidin, dkk, 2006).
Sunnah (sering disebut juga dengan Hadits), merupakan
segala tingkah laku Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan,
perbuatan, maupun ketetapan (taqrir). Sunnah merupakan sumber
hukum Islam yang kedua setelah Al-Quran. Allah SWT telah
mewajibkan untuk menaati hukum-hukum dan perbuatan-
perbuatan yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW.

6
c) Ijma’
Ijma’ dalam pengertian bahasa yaitu upaya (tekad) terhadap
sesuatu. Sedangkan menurut istilah, ijma’ berarti sumber aqidah
yang berasal dari kesepakatan para mujtahid umat Muhammad
SAW setelah beliau wafat, tentang urusan pada suatu masa
(Rohman, et.al., 2007). Mereka bukanlah orang yang sekedar tahu
tentang masalah ilmu tetapi juga memahami dan mengamalkan
ilmu.
Berkaitan dengan ijma’, Allah SWT. berfirman: “Dan
barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran
baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang
mukmin, kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah
dikuasainya itu dan kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan
Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali” (QS. An-Nisa’: 115).
Aqidah merupakan suatu keyakinan hidup yang dimiliki
oleh manusia. Keyakinan hidup ini diperlukan manusia sebagai
pedoman hidup untuk mengarahkan tujuan hidupnya sebagai
mahluk alam. Pedoman hidup ini dijadikan pula sebagai pondasi
dari seluruh bangunan aktivitas manusia atau yang disebut juga
dengan akhlak.

7
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :


Menurut bahasa, kata AQIDAH berasal dari bahasa Arab yang
berakar dari kata ‘aqada-ya’qidu-‘aqdan-‘aqidatan. ‘Aqdan berarti
simpulan, ikatan perjanjian dan kokoh, setelah terbentuk menjadi aqidah
berarti keyakinan (Sinaga, dkk, 2017). Menurut Haroen, aqidah yang
berasal dari ‘aqada berarti mengikat, membuhul, menyimpulkan,
mengokohkan atau menjanjikan. Sedangkan kata AKHLAK (akhlaq)
berasal dari bahasa arab, merupakan bentuk jama’ dari “khuluq” yang
menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat.
Kata tersebut mengandung persegi persesuaian dengan kata “khalq” yang
berarti kejadian (Supadie dan Sarjuni, 2012). Ibnu ‘Athir dalam Didiek,
menjelaskan bahwa khuluq itu artinya gambaran batin manusia yang
sebenarnya (yaitu jiwa dan sifat-sifat bathiniah), sedang khalq merupakan
gambaran bentuk jasmaninya (raut muka, warna kulit, tinggi rendah badan,
dan lain sebagainya) (Supadie, 2015). Maka akhlak bisa dikatakan sistem
etika yang menggambarkan dan tujuan yang hendak dicapai agama.
Pengertian aqidah Secara etimologis aqidah berakar dari kata ‘aqida-
ya’qidu ’aqdan-aqidatan. Kaitan antara arti kata “aqdan” dan “aqidah”
adalah keyakinan itu tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat
mengikat dan mengandung perjanjian. Jadi aqidah adalah sesuatu yang
diyakini oleh seseorang. Di dalam aqidah akhlak terdapat ruang lingkup,
seperti : Ilahiyyat, Nubuwwat, Ruhaniyyat, Sam’iyyat. Dan selain ruang
lingkup aqidah akhlak terdapat juga sumber-sumber aqidah akhlak,

8
seperti : Al-Qur’an dan Sunnah artinya informasi apa saja yang wajib
diyakini hanya diperoleh melalui Al-Qur’an dan Al-Sunnah.

B. Saran

Dengan di tulisnya makalah ini, kami berharap kepada pembaca


agar dapat mengerti dan mempelajari definisi dan ruang lingkup aqidah
akhlak.

DAFTAR PUSTAKA

Amri, H. M., Ag, L. M., Ode, L., Ahmad, I., Rusmin, M., & Pd, M. I. (n.d.). Aqidah
Akhlak.

Azty, A., Fitriah, F., Sitorus, L. S., Sidik, M., Arizki, M., Siregar, Mohd. N. A.,
Siregar, N. A., Budianti, R., Sodri, S., & Suryani, I. (2018). Hubungan antara
Aqidah dan Akhlak dalam Islam. Journal of Education, Humaniora and Social
Sciences (JEHSS), 1(2), 122–126. https://doi.org/10.34007/jehss.v1i2.23

Ilham Syahputra, M., & Parlindungan Lubis, A. (n.d.). Analisis Strategi Pembelajaran
Aqidah.

Mustofa, H., Wahyu Nurita, F., Al Mutamaddinah, F., & Ichsan, Y. (n.d.). Pendidikan
Aqidah Akhlak dalam Perspektif K.H Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy’ari.

Qomari, R. (n.d.). Prinsip dan Ruang Lingkup Pendidikan Aqidah Akhlaq.

Anda mungkin juga menyukai