Alih Fungsi Hutan Menjadi Taman Rekreasi Makalah
Alih Fungsi Hutan Menjadi Taman Rekreasi Makalah
DISUSUN OLEH:
PAIZA QOLISA
RATU AQILA ASIYAH
DECHA DIAN PRANSISKA
SALSABILA LUTFIANI
AMIRA LATIFAA
KELAS : X. 9
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Alih Fungsi Lahan Hutan
Menjadi Taman Rekreasi” ini dengan baik. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih
kepada Bapak/Ibuk Guru yang telah membantu penulis dalam meyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini. Oleh sebab itu.
saran dan kritik yang membangun senantiasa diharapkan demi perbaikan dan kesempurnaan
makalah ini.
PENULIS
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I: PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
A. Latar Belakang
Alih fungsi lahan merupakan perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan
dari fungsinya yang direncanakan menjadi fungsi lain yang membawa dampak terhadap
lingkungan serta potensi lahan itu sendiri. Oleh karena itu perwujudan alih fungsi lahan
dalam penggunaan dan pemanfaatan tanah agar optimal harus menyesuaikan dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah dan tata guna tanah, maka untuk kesesuaian kebutuhan akan
tanah telah dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang
Penatagunaan Tanah dan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang.
Alih fungsi lahan terus terjadi dan bertambah dari tahun ke tahun. Semakin maraknya
alih fungsi lahan ke penggunaan lain merupakan permasalahan yang cukup serius terkait
dengan keberadaan lahan di Indonesia. Alih fungsi lahan pertanian sebenarnya bukan
sesuatu hal yang baru, dengan adanya peningkatan jumlah penduduk dan pertumbuhan
ekonomi menyebabkan kebutuhan akan lahan meningkat. Alih fungsi lahan pada dasarnya
tidak dapat dihindari dalam pelaksanaan pembangunan, namun perlu dikendalikan.
Pembangunan tidak hanya mengejar kemajuan dan kemakmuran lahiriah ataupun kepuasa
batiniah saja, akan tetapi keseimbangan antara keduanya, oleh karena itu penggunaan
sumber daya alam harus seimbang dengan keselarasan dan keserasian lingkungan hidup.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hutan
Hutan bahasa latinnya adalah sylva, sylvi atau sylvo. Ketiga kata tersebut mempunyai
arti yaitu suatu tempat yang luas berukuran lebih dari ¼ hektar. Di tempat tersebut, banyak
ditumbuhi pohon dengan unsur biotik dan non biotik yang saling bergantung satu sama lain.
Secara umum pengertian hutan adalah suatu tempat yang ditumbuhi oleh berbagai macam
jenis tumbuhan yang lebat. Contohnya semak, rumput, jamur, pohondan tumbuhan lainnya di
suatu wilayah yang sangat luas.
B. Kawasan Hutan
Kawasan hutan adalah hutan alami yang ditumbuhi dengan pepohonan lebat dan
tumbuhan. Hutan memiki fungsi sangat penting bagi kehidupan saat ini, selain sebagai
tempat tinggal dari berbagai jenis hewan dan tumbuhan, hutan juga membantu
menyeimbangankan kehidupan manusia sebagai penghasil oksigen dan cadangan air serta
keberadaan hutan bisa mengantisipasi terjadinya banjir dan tanah longsor. Jenis kawasan
hutan merupakan sebuah lahan yang ditetapkan oleh pemerintah untuk menjaga keadaan
sebagai hutan lindung, hutan konservasi, hutan produksi danhutan wisata (KLHK, 2015).
Pada fungsi dan status kawasan hutan ini diatur dalam UU 41/1999 kawasan hutan
tersebut sudah ditetapkan oleh pemerintah mengingat harus adanya ketentuan hukum
tentang status wilayah hutan tersebut, mulai dari batas dan luas suatu kawasan. Penentuan
wilayah hutan dimaksudkan untuk melindungi dan menjaga keberadaan area hutan sebagai
penggerak perekonomian mulai dari lokal hingga internasional (KLHK, 2015).
Pada prinsipnya kawasan hutan memiliki hubungan yang sangat penting dalam
keseimbangan kehidupan manusia karena sumberdaya hutan merupakan masukan (input)
yang diperlukan dalam segala aktivitas manusia. Hutan merupakan variabel input menjadi
bernilai secara ekonomi. Nilai hutan tidak hanya berupa hasil kayu, tetapi lahan merupakan
nilai dalam bentuk modal dan aset yang penting, dan nilainya terus meningkat setiap
tahunnya. (Suparmoko, 1997).
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 104 Tahun 2015 tentang Tata Cara Perubahan
Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan, juga mengatur tentang tata cara perubahan fungsi
kawasan hutan, yang dilakukan untuk memantapkan dan mengoptimalkan fungsi Kawasan
Hutan.
Menurut PP ini, perubahan Fungsi Kawasan Hutan dilakukan pada Kawasan Hutan
dengan fungsi pokok: a. Hutan Konservasi; b. Hutan Lindung; dan c. Hutan Produksi, yang
dilakukan secara parsial atau untuk wilayah provinsi.
Perubahan fungsi Kawasan Hutan menjadi Hutan Produksi Yang Dapat Dikonversi
tidak dapat dilakukan pada provinsi dengan luas kawasan Hutan sama atau kurang dari 30%
(tiga puluh per seratus), bunyi Pasal 35 PP tersebut.
Menurut PP ini, perubahan Fungsi Kawasan Hutan secara parsial dilakukan melalui
perubahan fungsi:
a. antar fungsi pokok Kawasan Hutan; atau
b. dalam fungsi pokok Kawasan Hutan.
Perubahan fungsi antar fungsi pokok Kawasan hutan meliputi perubahan fungsi dari:
a. kawasan Hutan Konservasi menjadi kawasan Hutan Lindung dan/atau kawasan
Hutan Produksi;
b. kawasan Hutan Lindung menjadi kawasan Hutan Konservasi dan/atau Hutan
Produksi; dan
c. kawasan Hutan Produksi menjadi kawasan Hutan Koservasi dan/atau kawasan
Hutan Lindung.
Perubahan kawasan Hutan Konservasi menjadi kawasan Hutan Lindung dan/atau
kawasan Hutan Produksi dilakukan dengan ketentuan:
a. tidak memenuhi seluruh kriteria sebagai kawasan Hutan Konservasi; dan
b. memenuhi kriteria sebagai kawasan Hutan Lindung atau kawasan Hutan Produksi.
Adapun perubahan kawasan Hutan Lindung menjadi kawasan Hutan Konservasi
dan/atau Hutan Produksi dilakukan dengan ketentuan:
a. tidak memenuhi seluruh kriteria sebagai kawasan Hutan Lindung; dan
b. memenuhi kriteria sebagai kawasan Hutan Konservasi atau Hutan Produksi.
Sedangkan perubahan kawasan Hutan Produksi menjadi kawasan Hutan Konservasi
dan/atau kawasan Hutan Lindung wajib memenuhi kriteria sebagai Hutan Konservasi atau
kawasan Hutan Lindung. Perubahan fungsi dalam fungsi pokok Kawasan Hutan
sebagaimana dimaksud dilakukan dalam: a. kawasan Hutan Konservasi; atau b. kawasan
Hutan Produksi, bunyi Pasal 41 PP tersebut.
Perubahan fungsi dalam fungsi pokok Kawasan Hutan sebagaimana dimaksud
meliputi perubahan dari:
a. kawasan cagar alam menjadi kawasan suaka margasatwa, taman nasional, taman hutan
raya, taman wisata alam, atau taman buru;
b. kawasan suaka margasatwa menjadi kawasan cagar alam, taman nasional, taman hutan
raya, taman wisata alam, atau taman buru;
c. kawasan taman nasional menjadi kawasan cagar alam, kawasan suaka margasatwa, taman
nasional, taman wisata alam, atau taman buru;
d. kawasan taman hutan raya menjadi kawasan cagar alam, kawasan suaka margasatwa,
taman nasional, taman wisata alam, atau taman buru;
e. kawasan taman wisata alam menjadi kawasan cagar alam, kawasan suaka margasatwa,
taman nasional, taman hutan raya, atau taman buru; atau
f. kawasan taman buru menjadi kawasan cagar alam, kawasan suaka margasatwa, taman
nasional, taman hutan rata, atau taman wisata alam.
PP ini menegaskan, perubahan Fungsi Kawasan Hutan secara parsial ditetapkan
dengan keputusan Menteri, berdasarkan usulan yang diajukan oleh: a. gubernur, untuk
kawasan Hutan Lindung dan kawasan Hutan produksi; atau b. pengelola kawasan Hutan
Konservasi.
Adapun perubahan Fungsi Kawasan Hutan untuk wilayah provinsi dilakukan pada
Kawasan Hutan dengan fungsi pokok:
a. Hutan Konservasi;
b. Hutan Lindung; dan
c. Hutan Produksi.
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan, bunyi Pasal 54
Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2015, yang telah diundangkan oleh Menteri
Hukum dan HAM Yasonna H.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Alih fungsi lahan pada dasarnya menghasilkan dua dampak, yaitu Dampak langsung
yang ditimbulkan, meliputi hilangnya kesuburan lahan, menurunnya tingkat investasi dan
menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan. Adapun penyebab tidak langsung yang
terjadi, yaitu bertambahnya jumlah penduduk yang terjadi didaerah perkotaan ke
pedesaan (Firman 2005)
Wisata alam merupakan salah satu jenis rekreasi dengan kegiatan perjalanan
sehingga pesertanya dapat menikamti gejala keunikan dan keindahan alam melalui
terminologi ekoturisme (Ceballos-Lascurain, 1996). Kegiatan wisata alam pada umumnya
disediakan di bentang alam alami seperti taman wisata alam oleh Pengusaha Pariwisata.
DAFTAR PUSTAKA
https://setkab.go.id/inilah-tata-cara-perubahan-fungsi-kawasan-hutan/
https://www.scribd.com/document/599768023/191-Article-Text-434-1-10-20201027
file:///C:/Users/WIN%20-%207/Downloads/4478-8849-1-SM%20(1).pdf
https://www.google.com/search?
q=STRATEGI+PENGEMBANGAN+PENGELOLAAN+TAMAN+HUTAN+RAYA+SUL
TAN+SYARIF+HASYIM+YANG+BERKELANJUTAN&oq=
&aqs=chrome..69i57.2834j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8