Anda di halaman 1dari 4

Tinjauan Ilmiah tentang Budidaya Lalat Tentara Hitam (Black Soldier Fly) dalam

Pengolahan Sampah Organik

Dalam satu dasawarsa terakhir, popularitas Lalat Tentara Hitam (Black Soldier Fly) meningkat di
kalangan aktivis lingkungan, perkebunan, dan peternakan. Spesies bernama latin Hermetia illucens
ini menawarkan segudang solusi atas masalah sampah, khususnya di area perkotaan. Selain fasih
dalam mengolah sampah organik, larva BSF juga kaya gizi bagi unggas dan ikan. Maggot, demikian
masyarakat menyematkan istilah tersebut kepada larva LTH. Dalam kurun satu tahun terakhir,
Walungan turut meriset mesin pengolah sampah alami ini melalui Pusat Riset Pengolahan Sampah
Organik yang berlokasi di Tasikmalaya. Lalu, bagaimana Walungan membudidayakan magot ini?
Berikut ini paparannya menurut catatan Syarif Azis, manajer Pusat Riset Pengolahan Sampah
Organik Walungan. Siklus Lalat Tentara Hitam Meskipun berjuluk “lalat”, tetapi Lalat Tentara Hitam
berbeda dengan lalat kebanyakan yang kerap membawa penyakit. Ukuran lebih besar sekitar dua
hingga tiga kali lipat dibandingkan lalat biasa dengan bentuk tubuh yang lebih ramping dan
panjang layaknya lebah. Warnanya pun hitam agak kebiru-biruan dan kerap terbang di sekitar
sampah organik. Lalat Tentara Hitam sendiri memiliki periode hidup selama 45 hingga 50 hari per
individunya. Satu periode daur hidupnya memiliki lima tahap, yaitu: Telur, Larva, Pra-Pupa, Pupa,
dan Lalat Dewasa. Telur Lalat Tentara Hitam di media starter. Tampak sebagian telur sudah menetas
menjadi larva-larva kecil yang tampak seperti serpihan-serpihan lonjong di sekitar media starter.
(Foto: Yudha PS) Telur Lalat Tentara Hitam mengawali fase kehidupannya dari telur. Fase ini
berlangsung sekitar tiga hari. Setiap satu gram telur LTH mampu menghasilkan sekitar tiga hingga
empat Kilogram larva LTH. Awalnya, telurnya berbentuk butiran-butiran halus berwarna putih.
Secara sekilas, dalam jumlah banyak, telur ini tampak seperti garam dapur. Hanya saja, dalam dua
hingga tiga hari selanjutnya, butiran-butiran telur ini akan berubah menjadi makhluk kecil lonjong
yang bergerak-gerak di sepanjang permukaan wadah. Larva Sebagian besar hidup Lalat Tentara
Hitam berada pada fase ini, yaitu 25 hingga 30 hari, atau dua pertiga dari total siklus hidupnya.
Pada fase ini, LTH produktif mengkonsumsi sampah organik. Saking produktifnya, setiap satu
kilogram larva LTH mampu mengkonsumsi 10 kilogram sampah organik dalam satu hari. Selama
satu bulan, satu kilogram larva mampu mengkonsumsi sekitar 300 kilogram sampah organik.
Bentuk lalat ini pada fase maggot mirip dengan larva lalat biasa pada umumnya, yaitu berbentuk
lonjong dan berwarna putih kecokelatan dengan banyak guratan melingkar di sepanjang
tubuhnya. Cara bergeraknya pun dengan menggoyang-goyakang tubuh bagian depan dan
belakangnya lalu merayap di permukaan sampah. Hanya saja, larva LTH tiga hingga lima kali lipat
lebih besar dibandingkan larva lalat pada umumnya. Selain itu, larva LTH cenderung sehat
dibandingkan larva lalat biasa yang umumnya mendatangkan penyakit. Menariknya, keberadaan
larva LTH mampu mengusir larva lalat biasa. Hal ini membuat para peternak magot tidak perlu
mengkhawatirkan keberadaan larva lalat pembawa penyakit. Selain itu, larva LTH tumbuh di
sampah dari unsur tumbuh-tumbuhan, seperti daun, buah-buahan, dan batang-batangan.
Meskipun demikian, banyak peternak magot menyajikan juga sampah organik dari unsur hewani
kepada sang larva. Telur dan media starter diletakkan di Biopond dan siap untuk mengolah sampah
organik dengan jumlah yang besar. (Foto: Yudha PS) Sampah organik berupa buah-buahan
merupakan media yang baik untuk maggot. (Foto: Yudha PS) Larva Lalat Tentara Hitam yang
sedang mengolah sampah organik. (Foto: Yudha PS) Pra-Pupa Pada fase Pra-Pupa, umumnya larva
akan puasa dan berhenti mengkonsumsi sampah organik. Fase ini terjadi pada usia 40 hingga 45
hari. Bentuk tubuhnya pun perlahan-lahan mulai berubah. Warnanya mulai kusam dan menghitam
serta kulit luarnya berubah menjadi lebih keras. Para peternak magot umumnya mulai memisahkan
antara larva dengan media tumbuhnya yang berupa sampah organik. Larvanya sendiri akan
dipisahkan untuk berbagai tujuan, mulai dari pakan ternak hingga persiapan untuk menjadi lalat
dewasa. Sampah organiknya sebagai media tumbuh larva LTH akan dipisah menjadi dua. Media
tumbuh yang kering dan berbentuk halus umumnya disebut Bekas Magot atau disingkat Kasgot.
Media ini cukup subur karena memiliki kandungan Nitrogen, Phosfor, dan Kalium yang cukup
tinggi, sehingga kerap dijadikan pupuk media penyemaian. Sedangkan sampah organik yang
berukuran lebih besar dijadikan sebagai kompos. Kompos ini cukup subur sebagai campuran
media penanaman bibit, khususnya tumbuhan berjenis pohon buah dan batang keras. Pupa Lalat
Tentara Hitam yang mulai berubah menjadi fase Lalat Dewasa. (Foto: Yudha PS) Pupuk Bekas
Magot a.k.a Kasgot yang kering dan siap digunakan. (Foto: Yudha PS) Pupa Periode pupa
merupakan fase peralihan antara bentuk larva dan lalat dewasa. Perlahan-lahan, bagian atas kulit
larva yang sudah mengeras akan terbuka bagian atasnya lalu muncul individu baru berbentuk lalat
dewasa. Fase ini umumnya terjadi pada usia di atas 45 hari. Telur-telur Lalat Tentara Hitam yang
siap untuk dibudidayakan. (Foto: Yudha PS) Lalat Dewasa Fase ini merupakan puncak Lalat Tentara
Hitam. Setelah 45 hari tumbuh merayap di permukaan datar dalam bentuk larva, lalat kemudian
akan terbang dan mencari pasangannya. Umumnya, lalat jantan akan mati setelah menemukan
pasangannya dan kawin. Adapun lalat betina akan mencari celah-celah yang sempit di antara
dedaunan dan permukaan yang datar untuk bertelur, lalu mati. Para peternak sendiri kerap
membuat tempat kawin dari daun pisang yang kering dan bilah-bilah bambu yang dipipihkan dan
ditumpuk jadi satu dengan menggunakan tali. Setelah lalat bertelur di tempat tersebut, para
peternak akan melepaskan tali ikatannya dan mengumpulkan telurnya di sebuah wadah.
Selanjutnya, fase perkembangan lalat baru pun akan dimulai kembali. Selama fase ini, lalat
umumnya hanya mengkonsumsi sedikit air atau nektar bunga. Oleh karena itu, para peternak
sebaiknya menyediakan wadah air di Kandang Kawin untuk minum lalat. Aspek lainnya yang perlu
diperhatikan adalah korelasi yang cukup signifikan antara tingkat perkawinan lalat dengan cuaca
di sekitar kandang. Bila cuacanya kering dan terik serta panas, umumnya produksi telur lalat akan
meningkat. Sebaliknya, bila cuacanya mendung dan cenderung hujan serta dingin, maka produksi
telur lalat akan menyusut.

Dalam satu dekade terakhir, Lalat Tentara Hitam (Hermetia illucens) telah meraih popularitas yang
signifikan di kalangan aktivis lingkungan, peternak, dan perkebunan. Spesies ini menawarkan solusi
inovatif terhadap masalah serius dalam pengelolaan sampah organik, terutama di wilayah
perkotaan. Selain kontribusi pentingnya dalam proses pengurai sampah organik, larva Black Soldier
Fly (BSF) juga dikenal sebagai sumber nutrisi yang berharga bagi unggas dan ikan.

Profil dan Siklus Hidup Lalat Tentara Hitam

Lalat Tentara Hitam, meskipun dinamai "lalat," sebenarnya memiliki perbedaan yang signifikan
dengan lalat biasa yang seringkali menjadi pembawa penyakit. Dengan ukuran tubuh yang lebih
besar, dua hingga tiga kali lipat dibandingkan lalat konvensional, lalat Tentara Hitam memiliki
bentuk tubuh yang ramping dan warna hitam dengan sentuhan biru-biru. Mereka cenderung
terlihat berkegiatan di sekitar tempat sampah organik.

Siklus hidup lalat Tentara Hitam terdiri dari lima tahap utama: telur, larva, pra-pupa, pupa, dan lalat
dewasa. Fase pertama, telur, memiliki durasi sekitar tiga hari. Dalam periode ini, setiap gram telur
lalat Tentara Hitam dapat menghasilkan sekitar tiga hingga empat kilogram larva.

Fase Larva: Pekerja Kritis dalam Pengolahan Sampah Organik

Sebagian besar masa hidup lalat Tentara Hitam terjadi pada tahap larva, yang berlangsung selama
25 hingga 30 hari, atau sekitar dua pertiga dari total siklus hidupnya. Pada tahap ini, larva menjadi
sangat produktif dalam mengkonsumsi sampah organik. Kecepatan konsumsi yang luar biasa ini
memungkinkan satu kilogram larva lalat Tentara Hitam untuk mengonsumsi hingga 10 kilogram
sampah organik dalam satu hari. Dalam kurun waktu satu bulan, satu kilogram larva dapat
mengonsumsi sekitar 300 kilogram sampah organik.

Bentuk larva pada tahap maggot menyerupai larva lalat biasa, namun lebih besar, tiga hingga lima
kali lipat dari ukuran larva lalat konvensional. Mereka memiliki bentuk lonjong berwarna putih
kecokelatan dengan garis-garis melingkar di sepanjang tubuhnya. Keunikan larva lalat Tentara
Hitam adalah kesehatannya yang lebih baik dibandingkan dengan larva lalat biasa yang sering
menjadi penyebab penyakit. Keberadaan larva lalat Tentara Hitam juga memiliki efek pengusir bagi
larva lalat biasa, menghilangkan kekhawatiran akan adanya larva yang membawa penyakit pada
peternakan magot. Larva ini biasanya tumbuh di sampah yang terutama berasal dari sumber
tumbuhan, seperti daun, buah-buahan, dan batang tanaman. Namun, sebagian peternak magot
juga memberikan sampah organik yang mengandung unsur hewani sebagai pakan tambahan.

Fase Pra-Pupa dan Pupa: Perubahan Fisik dan Persiapan

Pada fase pra-pupa, larva lalat Tentara Hitam berhenti mengonsumsi sampah organik dan
umumnya memasuki masa puasa. Tahap ini terjadi pada usia sekitar 40 hingga 45 hari. Selama
periode ini, tubuh larva mulai berubah secara perlahan. Warna tubuh larva memudar dan menjadi
lebih gelap, dan kulit luar menjadi lebih keras.

Peternak magot biasanya memisahkan larva dari media tumbuh mereka, yang sebagian besar
terdiri dari sampah organik. Larva dipisahkan untuk berbagai keperluan, termasuk penggunaannya
sebagai pakan ternak dan persiapan untuk menjadi lalat dewasa.

Fase Lalat Dewasa: Perkembangan Puncak

Fase ini menandai puncak dari siklus hidup lalat Tentara Hitam. Setelah 45 hari dalam bentuk larva,
lalat Tentara Hitam akan terbang dan mencari pasangan. Lalat jantan biasanya akan mati setelah
menemukan pasangan dan melakukan perkawinan. Lalat betina, di sisi lain, akan mencari tempat
yang sempit di antara dedaunan atau permukaan datar untuk bertelur, dan kemudian mati.

Peternak magot seringkali membuat tempat perkawinan menggunakan daun pisang kering dan
bilah-bilah bambu yang dipipihkan serta diikat dengan tali. Setelah lalat bertelur di tempat ini,
peternak akan melepaskan tali pengikat dan mengumpulkan telur-telurnya dalam wadah khusus.
Setelah itu, siklus perkembangan lalat baru dimulai lagi.

Penting untuk dicatat bahwa lalat Tentara Hitam cenderung hanya mengonsumsi sedikit air atau
nektar bunga selama fase ini. Oleh karena itu, perlu disediakan wadah air di tempat perkawinan
untuk minuman lalat. Selain itu, penting untuk memahami korelasi yang signifikan antara tingkat
perkawinan lalat dengan kondisi cuaca sekitar tempat perkawinan. Cuaca yang kering, terik, dan
panas cenderung meningkatkan produksi telur lalat, sementara cuaca yang mendung, hujan, dan
dingin akan menyebabkan penurunan produksi telur.

Penutup

Budidaya lalat Tentara Hitam dalam pengolahan sampah organik adalah upaya yang memiliki
manfaat ganda. Selain membantu mengurangi volume sampah organik yang mencemari
lingkungan perkotaan, lalat Tentara Hitam juga menghasilkan produk sampingan berharga berupa
larva yang dapat digunakan sebagai pakan ternak. Oleh karena itu, pengetahuan mendalam
tentang siklus hidup dan karakteristik lalat Tentara Hitam sangat penting untuk mencapai hasil
yang optimal dalam praktek budidaya magot ini. Dengan pemahaman yang baik tentang tahap-
tahap siklus hidup, peternak dan praktisi pengolahan sampah dapat merencanakan dan mengelola
budidaya lalat Tentara Hitam dengan lebih efisien dan berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai