Anda di halaman 1dari 8

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.2 (2022.1)

Nama Mahasiswa : Bayu Saputra

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 042590129

Tanggal Lahir : 23-November-1998

Kode/Nama Mata Kuliah :EKMA4312/Ekonomi Manajerial

Kode/Nama Program Studi : 54/Manajemen

Kode/Nama UPBJJ : 18/Palembang

Hari/Tanggal UAS THE : Rabu,29-juni-2022

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN


RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Bayu Saputra


NIM : 042590129
Kode/Nama Mata Kuliah : EKMA4312/Ekonomi Manajerial
Fakultas : Ekonomi
Program Studi : Manajemen
UPBJJ-UT : Palembang

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran
atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
29-juni-2022

Yang Membuat Pernyataan

Bayu Saputr
Jawaban
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
Jawaban

1. penyelesaian
1) Konsumen akan memperoleh kepuasan maksimum jika kombinasi jumlah barang X dan barang Y
dikonsumsi memenuhi syarat keseimbangan sebagai berikut:
Syarat keseimbangan 1:
MUx/Px = MUy/Py
Syarat keseimbangan II:
Px (Qx) + Py (Qy) = 1
Pada Px = Rp. 2 dan Py = Rp. 1, agar terpenuhi syarat keseimbangan I, maka tingkat konsumsi (jumlah barang)
adalah pada MUx/Px = MUy/Py. Harga barang X= Rp. 2 dan harga barang Y = Rp. 1, maka kombinasi jumlah
barang X dan jumlah barang Y yang memenuhi MUx/2 =MUx/1, yaitu MUx = 2MUy.
Table berikut ini kombinasi yang memenuhi MUx = 2MUy.

Jumlah barang X 1 2 3 4 5
MUx 10 8
Jumlah barang Y 4 5 6 7 8
MUy 8 7 6 5 4

Misalnya, jika jumlah barang X yang dikonsumsi X = 1 unit dengan kepuasan marjinal MUx= 16, maka jumlah barang Y yang
dikonsumsi Y = 4 dengan kepuasan marjinal MUy = 8. Harga barang X (Px) = 2 dan harga barang Y (Py) = 1. Kombinasi
konsumsi barang X dan barang Y ini memenuhi syarat keseimbangan
1, yaitu:

MUx/Px = MUy/Py 16/2 = 8/1

Demikian juga pada kombinasi jumlah barang X yang dikonsumsi X = 2 unit dengan kepuasan marjinal MUx = 14, maka
jumlah barang Y yang dikonsumsi Y = 5 dengan kepuasan marjinal; MUy = 7. Harga barang X (Px) = 2 dan harga barang Y
(Py) = I. kombinasi konsumsi barang X dan barang Y ini memenuhi syarat keseimbangan 1, yaitu:
MUx/Px = MUy/Py 14/2 = 7/1
Setelah mempertimbangkan syarat keseimbangan 1 diperoleh 5 kombinasi jumlah barang X dan barang Y yang harus
dikonsumsi agar konsumen tersebut memperoleh kepuasan maksimum. Kemudian berdasarkan 5 macam kombinasi
tersebut dipilih kombinasi yang memenuhi syarat keseimbangan berikutnya, yaitu: Syarat keseimbangan 2 :

Px (Qx) + Py (Qy) = 1

Rp. 2 (Qx) + Rp. (Qy) = Rp 12

Kombinasi X Y MUx MUy Pengeluaran Anggaran


1 1 4 16 8 6 12
2 2 5 14 7 9 12
3 3 6 12 6 12 12
4 4 7 10 5 15 12
5 5 8 8 4 26 12

Syarat keseimbangan II terpenuhi jika pengeluaran konsumen untuk mengkonsumsi barang X dan barang Y sama dengan
anggaran yang tersedia untuk mengkonsumsi barang tersebut. Total pengeluaran untuk membeli barang X dan barang Y
adalah harga barang X dikali jumlah barang Y yang dikonsumsi. Misalnya konsumen memilih kombinasi I, yaitu
mengkonsumsi I unit barang X dan 4 unit barang Y. Total pengeluaran konsumen adalah Rp. 2 (1) + Rp. 1 (4) = Rp. 6.
Pengeluaran untuk mengkonsumsi barang X dan barang Y pada kombinasi I lebih kecil daripada anggaran yang tersedia
untuk membeli (mengkonsumsi) kedua jenis barang tersebut. Pada kombinasi konsumsi ini konsumen belum mencapai
kondisi keseimbangan (memperoleh kepuasan yang maksimum). Agar diperoleh kepuasan yang maksimum, konsumen
akan mencari kombinasi jumlah barang X dan jumlah barang Y. Berdasrkan 5 kombinasi jumlah barang X dan jumlah
barang Y tersebut, kombinasi jumlah barang yang besarnya pengeluaran untuk mengkonsumsi barang X dan barang Y
adalah kombinasi 3. kombinasi 3 menunjukkan jumlah barang X yang dikonsumsi adalah 3 unit dan jumlah yang barang Y
yang dikonsumsi adalah 6 unit. Total pengeluaran untuk mengkonsumsi barang X dan barang Y pada kombinasi ini adalah
Rp. 2 (3) + Rp. 1 (6) = Rp. 12. Total pengeluaran sebesar Rp. 12 sama dengan anggaran yang tersedia untuk membeli
(mengkonsumsi) barang X dan barang Y, yaitu Rp. 12.

2) Konsumen akan memperoleh kepuasan maksimum jika kombinasi jumlah barang X dan barang Y dikonsumsi memenuhi syarat keseimbangan
sebagai berikut:
Syarat keseimbangan 1:

MUx/Px = MUy/Py
Syarat keseimbangan 2:

Px (Qx) + Py (Qy) = 1

Jika harga barang X turun dari Rp. 2 menjadi Rp. 1 pada Px = Rp. 1 dan harga barang Y tetap, yaitu Px = Rp. 1. Agar
terpenuhi syarat keseimbangan 1 adalah tingkat konsumen (jumlah barang) pada MUx/Px = MUy/Py Harga
barang X = Rp. 1 dan harga barang Y = Rp. 1 maka kombinasi jumlah barang X dan jumlah barang Y memenuhi
MUx/I yaitu MUx = MUy. Tabel berikut ini kombinasi yang memenuhi MUx = MUy.
Jumlah barang X 6 7
MUx 6 4
Jumlah barang Y 6 8
MUy 6 4

Demikian juga pada kombinasi jumlah barang X yang dikonsumsi X = 7 unit dengan kepuasan marjinal MUx = 4, maka jumlah
barang Y yang dikonsumsi Y = 8 dengan kepuasan marjinal; MUy = 4. harga barang X (Px) = Rp. 1 dan harga barang Y (Py) = Rp.
1. kombinasi konsumsi barang X dan barang Y ini memenuhi syarat keseimbangan 1, yaitu;
MUx/Px = MUy/Py

6/2 = 6/2

Demikian juga pada kombinasi jumlah barang X yang dikonsumsi X = 7 unit dengan kepuasan marjinal MUx = 4, maka jumlah
barang Y yang dikonsumsi Y = 8 dengan kepuasan marjinal; MUy = 4 harga barang X (Px) = Rp. 1 dan harga barang Y (Py) = Rp.
1. Kombinasi konsumsi barang X dan Barang Y ini memenuhi syarat keseimbangan1, yaitu:
MUx/Px = MUy/Py

4/2 = 4/2

Setelah mempertimbangkan syarat keseimbangan 1 diperoleh 2 kombinasi jumlah barang X dan barang Y yang harus
dikonsumsi agar konsumen tersebut memperoleh kepuasan yang maksimum. Kemudian berdasarkan 2 macam kombinasi
tersebut dipilih kombinasi yang memenuhi syarat keseimbangan berikutnya, yaitu:
Syarat keseimbangan 2:

Px(Qx) + Py(Qy) = 1

Rp. 1(Qx) + Rp. 1(Qy) = Rp. 12

X + Y = 12

Kombinasi X Y MUx MUy Pengeluaran Anggaran


1 6 6 6 6 12 12
2 7 8 4 4 12 12

Syarat keseimbangan II terpenuhi jika pengeluaran konsumsi untuk mengkonsumsi barang X dan barang Y sama dengan
anggaran yang tersedia untuk mengkonsumsi barang tersebut. Total pengeluaran untuk membeli barang X dan barang Y
adalah harga barang X dikali jumlah barang yang dikonsumsi ditambah harga barang Y dikali jumlah barang Y yang dikonsumsi.
Misalnya konsumen memilih kombinasi 1, yaitu mengkonsumsi dengan 6 unit barang X dan 6 unit barang Y. total pengeluaran
konsumen adalah Rp. 1(6) + Rp. 1(6) = Rp. 12. Pengeluaran untuk mengkonsumsi barang X dan barang Y pada kombinasi 1
sebesar Rp. 12 sama dengan anggaran yang tersedia untuk membeli (mengkonsumsi) kedua jenis barang tersebut. Pada
kombinasi konsumsi ini konsumen telah mencapai kondisi keseimbangan (memperoleh kepuasan maksimum). Sedangkan pada
kombinasi 2, jumlah barang X yang dikonsumsi adalah 7 unit dan jumlah barang Y yang dikonsumsi pada kombinasi ini adalah
Rp. 1(7) + Rp. 1(8) = Rp. 15. Total pengeluaran sebesar Rp. 15, yaitu lebih besar dari anggaran konsumen untuk membeli kedua
barang tersebut. Konsumen tidak mampu membeli (mengkonsumsi) barang X dan barang Y sebanyak seperti pada kombinasi
2, karena anggaran yang tersedia untuk membeli (mengkonsumsi) barang X dan barang Y hanya Rp.12.

2. Penyelesaian :
A). Jumlah barang X keseimbangan bagi perusahaan A adalah 60 unit. Karena pada tingkat produksi tersebut harga (P) sama dengan biaya marjinal
(MC), yang merupakan persyaratan kondisi keseimbangan bagi perusahaan di pasar persaingan sempurna. Pada tingkat output sebanyak 60 unit,
perusahaan menderita rugi. Karena pada tingkat output tersebut harga barang X (P) = Rp. 5 lebih kecil daripada biaya rata-rata (AC) = Rp. 7

B). Rugi yang diderita perusahaan A dari barang X adalah;


π = TR – TC
= (P X Q) – (AC X Q)
= (Rp. 5 X 60 unit) – (Rp. 7 X 60 unit)
= Rp. 300 – Rp. 420
= (- Rp. 120)

Jadi perusahaan A menderita rugi sebesar Rp. 120

C). Dalam jangka pendek sebaiknya perusahaan tidak perlu menutup usahanya, sebab; jika perusahaan tersebut menutup usahanya maka akan
menderita rugi sebesar biaya tetap. Sedangkan jika terus beroperasi, maka perusahaan akan rugi lebih kecil daripada biaya rata-rata. Sebagian dari
biaya tetap dapat ditutup dengan kelebihan harga terhadap biaya variabel.
3. penyelesaian :

a. Diskriminasi harga derajat pertama (perfect price discrimination) merupakan kondisi di mana harga setiap output yang dijual oleh perusahaan tepat
sama dengan harga minimum yang mau dibayarkan oleh calon pembeli (reservation price), di mana calon pembeli berada dalam kondisi indiferens
membeli untuk atau tidak membeli. Dalam hal ini, perusahaan akan mampu meraup seluruh surplus konsumen. Terkait dengan penetapan harga jual
dalam praktik diskriminasi derajat pertama ini, perusahaan cenderung menerapkan harga yang berbeda-beda untuk setiap unit barang yang dijual
kepada pembeli. Di samping itu, perusahaan juga tahu pasti kemauan membeli (willingness to pay) dari pembeli.
b. Diskriminasi harga derajat kedua. Perbedaan diskriminasi harga derajat pertama dan derajat kedua adalah lebih rendahnya surplus konsumen yang
mampu diraih oleh perusahaan yang menerapkan strategi diskriminasi harga akibat ketidakmampuan perusahaan untuk menerapkan harga output-
nya pada tingkat harga maksimum yang mau dibayarkan oleh calon pembeli (reservation price).
c. Diskriminasi harga derajat ketiga. Bentuk diskriminasi harga ini terjadi ketika perusahaan menerapkan harga yang berbeda untuk produk yang sama
pada pasar dengan karakteristik yang berbeda. Harga yang diterapkan untuk pasar dengan tingkat elastisitas permintaan yang rendah (kurang elastis)
cenderung lebih rendah dibandingkan dengan pasar dengan tingkat elastisitas harga yang lebih tinggi (lebih elastis).

4. Penyelesaian :

Isu umum dalam pembahasan mengenai pasar kerja selalu diasumsikan terdapatnya keseimbangan antara penawaran dan permintaan pekerja
pada tingkat tertentu dengan jumlah pekerja tertentu pula. Namun adakalanya keseimbangan ini tidak selamanya menunjukkan tingkat upah yang
terjadi di pasar kerja karena dalam pelaksanaannya terdapat campur tangan pemerintah atau karena ada yang menentukan tingkat upah minimum.
Dalam jangka panjang, sebagian pengurangan permintaan pekerja bersumber dari berkurangnya jumlah perusahaan, dan sebagian lagi bersumber dari
perubahan jumlah pekerja yang diserap masing-masing perusahaan. Jumlah perusahaan bisa berkurang karena pemberlakuan tingkat upah minimum
tidak bisa ditanggung oleh semua perusahaan. Hanya perusahaan yang sanggup menanggung upah minimum -atau yang berhasil menyiasati peraturan
itu- yang akan bertahan. Sebagai contoh anggap saja sejumlah perusahaan tertentu membayar upah lebih tinggi dari pada Wm khusus untuk pekerja
unggul.
Pemberlakuan tingkat upah minimum akan meningkatkan upah rata-rata, tapi tidak akan memacu kualitas pekerja secara keseluruhan.
Akibatnya perusahaan yang menyerap pekerja kualitas lebih rendah, tapi harus membayar upah lebih tinggi, akan semakin sulit bersaing dengan
perusahaan-perusahaan yang sejak semula memberi upah tinggi tapi memang kualitas pekerjanya unggul.

Dampak pemberlakuan hukum upah minimum tergantung pada kadar keseriusan pelaksanaannya. Jika hukum itu tidak dipaksakan dan diawasi
pelaksanaannya, maka takkan ada perubahan yang berarti. Analisis mengenai upah minimum identik dengan analisis kontrol harga lainnya.-upah adalah
harga tenaga kerja-meskipun dampak pemberlakuan tingkat upah minimum gampang dilihat karena ketentuan itu secara jelas menyebutkan bidang
kerja apa saja yang upah minimumnya diatur dan perkecualian apa saja yang masih mungkin diperbolehkan- tidaklah berarti pemberlakuan upah
minimum semacam itu selalu efektif.

Pemberlakuan upah minimum juga bisa menjadi tidak efektif kalau masih tertumpu pada asumsi umum bahwa seluruh pekerja itu homogen dan
tingkat upah minimum berlaku bagi segenap pekerja. Dalam pekerja-pekerja itu tidak homogen, melainkan bermacam-macam, dan tingkat upah
minimum biasanya hanya diperuntukkan untuk kelompok pekerja tertentu, dalam kadar yang bervariasi. Jadi disini takkan terlihat pengaruh
pemberlakuan upah minimum terhadap total employment, melainkan hanya pada kelompok-kelompok tertentu yang mendapat perlindungan hukum
upah minimum. Atau kelompok-kelompok yang benar-benar menerima pengaruh dari hukum tersebut. Pemberlakuan upah minimum justru merugikan
keiompok-kelompok tertentu. Peraturan upah minimum membatasi peluang kerja bagi mereka yang tidak mempunyai keahlian. Pihak perusahaan
ternyata kemudian menaikkan keahlian atau ketrampilan dan semakin padat modal; selama memungkinkan mereka lebih mengintensifkan pemakaian
modal daripada tenaga kerja. Disamping itu, adanya peraturan upah minimum justru terkadang membatalkan niat perusahaan merekrut pekerja non
ahli dan membekalinya dengan pelatihan kerja atau ketrampilan khusus.

Anda mungkin juga menyukai