Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) III

TINJAUAN TATA LETAK PENYIMPANAN BERKAS REKAM


MEDIS
DI PUSKESMAS SEKIP PALEMBANG
TAHUN 2019

DISUSUN OLEH :

1. MEGA NUR ANGRAINI (1721014)


2. M. CALVIN NOVRIADI (1721016)
3. PUTRI MAYANG SARI (1721052)
4. SRI WAHYUNI (1721025)
5. TRI WULANDARI (1721058)

PROGRAM STUDI D-III REKAM MEDIK


DAN INFORMASI KESEHATAN
APIKES WIDYA DHARMA PALEMBANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PKL III

Judul :
TINJAUAN TATA LETAK PENYIMPANAN BERKAS REKAM
MEDIS
DI PUSKESMAS SEKIP PALEMBANG
TAHUN 2019

Laporan Praktik Kerja Lapangan III ini telah diperiksa dan disahkan
Palembang,
Tanda Tangan

Nama Dosen Pembimbing, Gelar


NIDN/NIK:

Mengetahui,
Direktur Apikes Widya Dharma Palembang

Novdaly Fillamenta, S.Sn.,M.Si.,M.Kes.


NIK: 20111977.01
LEMBARAN PERSETUJUAN LAPORAN PKL III
Judul :
TINJAUAN TATA LETAK PENYIMPANAN BERKAS REKAM
MEDIS
DI PUSKESMAS SEKIP PALEMBANG
TAHUN 2019

Laporan PKL III ini telah disetujui untuk mempertahankan dalam ujian PKL
Program Studi D-III Rekam Medik dan Informasi Kesehatan
Apikes Widya Dharma
Palembang,

Tanda Tangan

Nama Dosen Pembimbing, Gelar


NIDN/NIK:

Mengetahui,
Direktur Apikes Widya Dharma Palembang

Novdaly Fillamenta, S.Sn.,M.Si.,M.Kes.


NIK: 20111977.01
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Dengam memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun Laporan Praktik Kerja Lapangan
Semester IV (Empat) ini tepat pada waktunya. Laporan Praktik Kerja Lapangan
Semester IV (Empat) ini membahas tentang “Tinjauan tata letak penyimpanan
Berkas Rekam Medis di Puskesmas Sekip Palembang tahun 2019”.

Dalam kesempatan ini perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih


kepada :

1. dr. Nyayu Farial selaku Plt. Kepala Puskesmas Sekip Palembang.


2. Ibu Dra. Fai’zah selaku kepala tata usaha Dan Staf bagian lainnya.
3. Bapak dr. H. Syarif Darwin Ansori Sp.A.(K) selaku Pembina Yayasan
WIMEL LITOGA.
4. Bapak Wisuda Diwansha,Amd selaku Ketua Yayasan WIMEL LITOGA.
5. Bapak Novdally Filamenta, S.Sn., M.Si., M.Kes selaku Direktur APIKES
WIDYA DHARMA PALEMBANG.
6. Bapak Lupri Davisena, ST., MM, selaku Wadir 1 APIKES WIDYA
DHARMA PALEMBANG.
7. Bapak Limisran, S.Kep., M.Kes selaku Ketua Program Studi D-III Rekam
Medik dan Informasi Kesehatan Widya Dharma Palembang.
8. Ibu Lasmiana selaku pembimbing lapangan di Puskesmas Sekip Palembang.
9. Ibu Sugianti, SKM selaku dosen pembimbing penulisan laporan PKL.
10. Semua dosen dan staf APIKES WIDYA DHARMA PALEMBANG.
11. Teman-teman angkatan 7 APIKES WIDYA DHARMA PALEMBANG.

Yang telah membantu, baik moril maupun materil ssehingga kami dapat
menyelesaikan laporan Praktik Kerja Lapangan ini.
Kami menyadari masih banyak sekali kekurangan, baik segi isi maupun dari
segi penulisan. Untuk itu kami mohon saran dan kritik yang membangun dari
pembaca sehingga dapat membantu kami untuk meningkatkan kreatifitas kamike arah
penyempurnaan laporan Praktik Kerja Lapangan ini.

Harapan kami semoga Laporan Praktik Kerja Lapangan semester IV yang


kami buat ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi rekan-rekan
mahasiswa Prodi Rekam Medik dan Informatikan Kesehatan serta para pembaca.
Semoga Allah SWT meridhoi segala usaha kita. Aamiiin.

Palembang,....Agustus 2019

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) merupakan sebuah organisasi di
bawah Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang berfungsi untuk
menyediakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di peringkat kecamatan.
Pelayanan yang ditawarkan bersifat menyeluruh, berpadu, dapat diterima dan
dijangkau oleh masyarakat (Depkes RI, 2000). Puskesmas juga mengutamakan
keterlibatan aktif masyarakat, penggunaan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sesuai dengan upaya dan kemampuan pemerintah serta masyarakat
(Depkes RI, 2002). Keberhasilan pelayanan kesehatan melalui dinas kesehatan
beserta perangkatnya (puskesmas) memberikan kontribusi cukup besar di dalam
mewujudkan Indonesia Sehat 2015.
Sesuai dengan Permenkes No.749a/1989 tentang Rekam Medis, bahwa semua
tempat pelayanan kesehatan baik itu rumah sakit, puskesmas, maupun
kinik wajib mengadakan pelayanan rekam medis guna meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan. Rekam medis merupakan sarana yang sangat penting
dalam sebuah pelayanan kesehatan karena rekam medis berfungsi sebagai sumber
informasi dan acuan baik mengenai data sosial, data medis, hingga segala tindakan
pengobatan yang diberikan kepada pasien.
Berbagai macam cara dan sistem yang digunakan untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan, salah satunya adalah sistem rekam medis yang baik. Berkas
rekam medis dapat digunakan sebagai alat komunikasi antar pemberi pelayanan
kesehatan. Mutu pelayanan dapat ditingkatkan dengan baik, bila didukung oleh
keamanan dan kerahsiaan berkas rekam medis pasien diruangan penyimpanan berkas
rekam medis itu sendiri.

Seperti yang kita ketahui rekam medis pasien merupakan arsip yang bersifat
rahasia. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.269/MENKES/PER/III/2008
tentang rekam medis, pasal 10 ayat (1) bahwa isi rekam medis mengandung riwayat
pengobatan pasien dari awal sampai akhir pasien tersebut berobat. Oleh karena itu
rumah sakit bertanggung jawab atas keamanan dan kerahasiaan berkas rekam medis
pasien.
Untuk menjaga keamanan dan kerahasian rekam medis pasien maka
diperlukan pengelolahan rekam medis yang baik yaitu salah satunya seperti
penggunaan ruang penyimpanan rekam medis yang baik. Ruang rekam medis dapat
dikatakan baik apabila ruangan tersebut dapat dapat menjamin sistem penyimpanan
berkas rekam medis pasien seperti terhindar dari ancaman kehilangan, bencana dan
segala sesuatu yang dapat membahayakan rekam medis tersebut. Salah satu layanan
yang sangat penting adalah sistem penyimpanan berkas rekam medis, layanan ini
sangat di butuhkan oleh pasien. Selain itu pelayanan sistem penyimpanan berkas
rekam medis juga ditunjukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri sehingga
kepuasaan pasien pun dapat selalu terpenuhi.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis mengambil judul “TINJAUAN TATA


LETAK PENYIMPANAN BERKAS REKAM MEDIS DI PUSKESMAS SEKIP
PALEMBANG TAHUN 2019”.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana tata letak penyimpanan Berkas Rekam Medis di puskesmas sekip
Palembang tahun 2019 ?

1.3 Tujuan Praktek Lapangan

1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiswa diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung dalam


implementasi keilmuan dari suatu kerangka sistem puskesmas dan untuk
mengetahui suatu sistem yang ada di Puskesmas khusunya masalah tata
letak penyimpanan rekam medis di Puskesmas Sekip Palembang.
1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengetahui dan mengkaji tata letak penyimpanan rekam medis


2. Mahasiswa dapat mengenali potensi bahaya dan resiko tempat kerja
3. Mahasiswa mendapatkan pengalaman langsung dan terlibat didalam
kegiatan puskesmas.
4. Mahasiswa mendapatkan pengalaman langsung dalam
mengimplementasikan teori yang diperoleh.
1.4 Manfaat Praktek Lapangan

1.4.1 Bagi Mahasiswa

1. Mendekripsikan tata letak ruang penyimpanan berkas rekam medis


2. Memberikan gambaran tentang ruang penyimpanan yang sesuai dengan
standar.

1.4.2 Bagi Akademi

Terbinanya suatu jaringan kerjasama antara institusi tempat magang


dan antarmahasiswa untuk meningkatkan keterkaitan dan kepadanan antara
substansi akademik dengan kompetensi yang dibutuhkan ditempat kerja.

1.4.3 Bagi Puskesmas

Dapat digunakan sebagi informasi, penilaian dan peningkatan kinerja


petugas rekam medis dimasa yang akan datang di Puskesmas Sosial
Palembang.

\
1.5 Ruang Lingkup

1. Keilmuan : Ilmu rekam medis dan informatika kesehatan


2. Materi : tinjauan tata letak penyimpanan berkas rekam medis.
3. Objek : Ruang penyimpanan rekam medis di Puskesmas Sekip
Palembang.
4. Tempat : Bagian rekam medis di Puskesmas Sekip Palembang.
5. Waktu : 05 Agustus – 17 Agustus 2019
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Rekam Medis

Rekam medis sudah dikenal sejak zaman paleolithicum yaitu pada tahun ±
25.000 sebelum masehi (SM) yang berupa pahatan di dinding gua batu di spayol
kemudian pada zaman mesir kuno (egyptian period) seorang ahli pengobatan yang
bernama dewa Thoth kira-kira pada tahun ± 3.000 sebelum masehi (SM) mengarang
36-42 buku, 6 buku diantaranya masalah kedokteran (tubuh manusia, penyakit, alat-
alat pengobatan dan kebidanan). Imhotep adalah dokter yang pertama yang
menjalankan rekam medis dan mendapat kehormatan sebagi medical demiggodhidup
dizaman piramid antara 3000-2500 SM dan membuat papyrus yaitu dokumen ilmu
kedokteran kuno yang berisi 43 kasus pembedahan

Pada zaman yunani kuno Aesculapius dikenal sebagai dewa kedokteran yang
mempunyai tongkat ular yang merupakan simbol ilmu kedokteran sampai saat ini.
Selain itu juga Hipocrates dikenal sebagai bapak ilmu kedokteran yang banyak
menulis tentang pengobatan penyakit dengan metode ilmu modern dan melakukan
penelitian observasi dengan cermat sampai saat ini masih dianggap relevan serta
mengajarkan pentingnya menuliskan catatan penemuan medis kepada murid-
muridnya. Kemudian berkembang lagi pada zaman romawi pada zaman ini terdapat
tokoh-tokoh yang cukup berperan dalam perkembangan ilmu kedokteran yaitu Galen
dan Santa jerome yang memperkenalkan pertama kali istilah rumah sakit yang
didirikan pertama kali di roma italia pada tahun 390 SM,
zaman byzantium perkembangan ilmu kedokteran hanya mencapai pada 3 abad
pertama adanya pencatatan apa yang dilakukan oleh para rahib (dokter kuno).
Di zaman Muhammad Rhazes di rumah sakit persia telah menulis banyak
buku kedokteran begitu pula Ibnu Sena juga banyak menulis buku yang
menggunakan system pencatatan klinis yang baik di rumah sakit tersebut. Pada
zaman pertengahan, rumah sakit St Bartelomeus (London) menyimpan catatan–
catatan pasien di perpustakaannya dan membuat peraturan tentang menjaga
kerahasiaan dan kelengkapan isi rekam medis di rumah sakit tersebut dan sebagai
perintis hal–hal yang harus dikerjakan oleh suatu medical record management.
Pada abad ke 18 dan 19 rekam medis semakin berkembang dengan di bukanya
rumah sakit umum Massacussect di Boston, rumah sakit ini memiliki rekam medis
yang lengkap dan banyak ditemukan istilah-istilah baru dalam rekam medis yaitu
salah satunya mulai menginstruksikan bahwa setiap pasien yang dirawat harus dibuat
Kartu Index Utama Pasien (KIUP). Pada awal abat ke 20 kebutuhan rekam medis
terus berkembang dengan adanya akreditasi dan dengan didirikannya sosiasi-asosiasi
perekam medis disetiap negara, pada tahun 1902 American Hospital
Association pertama melakukan diskusi mengenai rekam medis dan berkembang
kemudian muncul empat sekolah rekam medis, pada tahun 1955 sekolah rekam medis
berkembang menjadi 26 sekolah dengan lulusan sebanyak 1000 orang siswa, tahun
1948 di inggris didirikan empat sekolah rekam medis, di Australia mendirikan rekam
medis oleh seorang ahli rekam medis yang berkebangsaan Amerika
bernama Ny.Huffman. Kemudian dengan kemajuan zaman sampai saat ini rekam
medis di definisikan sebagai berikut
1) Menurut Permenkes No. 269 / Menkes / Per / III / 2008 Rekam medis adalah
berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan
kepada pasien.
2) Menurut surat keputusan Direktorat Jendral Pelayanan Medis No. 78 tahun
1991 Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen
tentang identitas, anamnesis, pemeriksaan, diagnosis, pengobatan, tindakan
dan pelayanan lain yang diberikan kepada seorang pasienselama dirawat di
rumah sakit baik di unit rawat jalan maupun unit rawat inap dan gawat
darurat.
3) Menurut Huffman EK. 1992 Rekam medis adalah rekaman atau catatan
mengenai siapa, apa, mengapa, bilamana dan bagaimana, pelayanan yang
diberikan kepada pasien selama masa perawatan yang memuat pengetahuan
mengenai pasien dan pelayanan yang diperolehnya serta memuat informasi
yang cukup untuk mengenali pasien, membenarkan diagnosis, dan pengobatan
serta merekam hasilnya.
4) Menurut Gemala Hatta Rekam medis merupakan kumpulan fakta tentang
kehidupan seseorang dan riwayat penyakitnya, termaksud keadaan sakit,
penggobatan saat ini dan saat lampau yang ditulis oleh para praktisi kesehatan
dalam upaya mereka memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.
5) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Rekam medis adalah sebagai rekaman dalam
bentuk tulisan atau gambaran aktivitas pelayanan yang diberikan oleh pemberi
pelayanan medik atau kesehatan kepada seorang pasien.

2.2 Tujuan Rekam Medis

Tujuan rekam medis adalah untuk menunjang tercapainya tertib administrasi


dalam rangka upaya peningkatan pelayanang kesehatan di sarana pelayanan
kesehatan. Tanpa dukungan suatu sistem pengelolaan berkas rekam medis yang baik
dan benar, administrasi Puskesmas atau sarana pelayanan kesehatan lainnya tidak
akan berhasil sebagaimana yang diharapkan, sedangkan tertib administrasi
merupakan salah satu faktor yang menentukan di dalam upaya pelayanan kesehatan di
sarana pelayanan kesehatan. Selain itu rekam medis juga mempunyai manfaat yaitu :

a. Menurut Gibony, 1991


1) Aspek Administrasi
Menyangkut tindakan dan pelayanan, wewenang tenaga paramedis dan
tenaga medis, sebagai alat komunikasi.
2) Aspek Hukum
Sebagai alat bukti atau jaminan hukum yang dapat melindungi pasien,
pengelola dan pemilik sarana pelayanan kesehatan sebagai alat bukti
hukum di pengadilan.
3) Aspek Keuangan
Merupakan data yang dapat digunakan untuk menghitung biaya yang
harus mendeskripsikan pendapatan dan biaya sarana pelayanan kesehatan.
4) Aspek Penelitian
Sebagai obyek penelitian yang dapat digunakan untuk mengembangkan
ilmu tentang suatu masalah.
5) Aspek Pendidikan
Data-data dalam rekam medis dapat digunakan untuk mengetahui
kronologis suatu tindakan pelayanan dan mengetahui sistem pengelolaan
rekam medis.
6) Aspek Dokumentasi
Sebagai dokumen karena memiliki sejarah medis seseorang dan digunakan
sebagai sumber ingatan yang di dokumentasikan.

2.3 Sistem dan Subsistem Rekam Medis


1. Sistem Penamaan
Sistem penamaan dalam pelayanan medis yaitu tata cara penulisan nama
pasien yang bertujuan untuk membedakan satu pasien dengan pasien yang lain
dan untuk memudahkan dalam pengindeksan Kartu Indeks Utama Pasien
(KIUP). Penulisan nama dalam formulir rekam medis harus memenuhi
persyaratan penulisan untuk di indeks dan memenuhi kelengkapan nama
seseorang. Menurut Bambang Shofari dalam bukunya yang berjudul
Pengantar Sistem Rekam Kesehatan (PSRK) tahun edisi 1998 cara menulis
dan mengindeks nama dalam formulir rekam medis adalah sebagai berikut:
a. Menulis nama orang Indonesia.

1. Nama Tunggal
Nama orang dapat terdiri dari satu suku kata, dua kata atau lebih.
Nama orang hanya terdiri dari satu suku kata, diindeks
sebagaimana nama itu disebut.
2. Nama Majemuk
Nama orang Indonesia yang majemuk dan oleh si pemilik nama itu
ditulis menjadi satu, diindeks sebagaimana nama itu ditulis.
3. Nama Keluarga
Nama orang Indonesia yang menggunakan nama keluarga, yang
diutamakan nama keluarganya.
b. Menulis Nama Orang Cina, Korea, Vietnam dan sejenisnya.

1. Nama Asli
Nama asli orang Cina, Korea, Vietnam dan sejenisnya, diindeks dan
ditulis sebagai nama aslinya.
2. Nama orang Cina yang digabung dengan nama orang Eropa, nama
Cina lebih diutamakan, baru menyusul nama Eropa.
c. Menulis nama orang India, Jepang, Thailand dan sejenisnya.

Kata akhir dijadikan kata tangkap utama dalam indeks, tanpa


memperhatikan apakah kata akhir itu nama keluarga atau nama clan.

d. Menulis nama orang Arab, Persia, Turki dan sejenisnya.

1. Nama Arab, Persia, Turki dan sejenisnya yang diikuti nama keluarga,
nama keluarga dijadikan kata pengenal utama.
2. Nama orang Arab, Persia, Turki, yang menggunakan kata bin, binti,
nama yang didahului kata itu dijadikan sebagai pengenal utama
Nama Diindeks akan ditulis
e. Menulis nama orang Eropa, Amerika, dan sejenisnya.

Nama orang Eropa, Amerika, diindeks dan ditulis berdasarkan nama


keluarga,

2. Sistem Penomoran
Sistem penomoran dalam pelayanan rekam medis yaitu tata cara
penulisan nomor yang diberikan kepada pasien yang datang berobat sebagai
bagian dari identitas pasien yang bersangkutan. Tujuannya yaitu :

1. Sebagai petunjuk pemilik folder yang bersangkutan.


2. Sebagai pedoman dalam tata cara penyimpanan dokumen rekam medis.
3. Sebagai petunjuk dalam pencarian dokumen rekam medis yang telah
tersimpan di filing.
Menurut Bambang Shofari dalam bukunya yang berjudul Pengantar
Sistem Rekam Kesehatan (PSRK) ada tiga sistem pemberian nomor pasien
(Administrasion Numbering System) adalah sebagai berikut :

a. Pemberian nomor cara Serial Numbering System


Yaitu sistem penomoran dimana setiap pasien yang berkunjung ke rumah
sakit atau puskesmas selalu mendapatkan nomor baru. Keuntungan
menggunakan sistem ini yaitu petugas lebih mudah mengerjakan, namun
kerugiannya yaitu membutuhkan waktu lama untuk mencari atau
mendapatkan berkas rekam medis pasien lama karena satu pasien
mendapatkan lebih dari satu nomor rekam medis sehingga informasi
pelayanan klinisnya menjadi tidak berkesinambungan dan dapat merugikan
pasien.
b. Pemberian nomor cara Unit Numbering System
Yaitu sistem penomoran dimana sistem ini memberikan satu nomor rekam
medis pada pasien berobat jalan, pasien rawat inap, gawat darurat dan bayi
baru lahir. Kelebihan sistem ini adalah informasi klinis dapat
berkesinambungan, tetapi pengambilan data pasien akan lebih lama karena
semua data dan informasi mengenai pasien dan pelayanan pendaftaran
pasien pernah berkunjung (berobat) atau sebagai pasien lama hanya
memiliki satu nomor. Kekurangan ini dapat diatasi dengan sistem
pelayanan yang terpisah antara pendaftaran pasien lama atau baru.
c. Pemberian nomor cara Serial Unit Numbering System
Yaitu sistem penomoran dengan menggabungkan sistem seri dan sistem
unit. Setiap pasien yang berkunjung pada sarana pelayanan kesehatan
diberikan nomor baru, tetapi dokumen rekam medis terdahulu digabungkan
dan disimpan jadi satu dibawah nomor yang paling baru. Kekurangannya
yaitu petugas menjadi lebih repot setelah selesai pelayanan informasi klinis
tidak berkesinambungan.
3. Sistem Penyimpanan
Dokumen rekam medis berisi data individual yang bersifat rahasia, maka
setiap folder harus disimpan dan dilindungi dengan baik karena bertujuan
untuk :
a. Mempermudah dan mempercepat ditemukannya kembali dokumen
yang disimpan dalam rak filing.
b. Mempermudah mengambil dari tempat penyimpanan.
c. Melindungi dokumen rekam medis dari bahaya pencurian,
kerusakan fisik, kimiawi dan biologis.
Syarat dokumen rekam medis dapat disimpan yaitu apabila pengisian pada
lembar formulir rekam medis telah terisi dengan lengkap dan telah dirakit
sehingga riwayat pasien urut secara kronologis. Ditinjau dari pemusatan atau
penyatuan dokumen rekam medis maka cara penyimpanannya dibagi menjadi
dua yaitu :
1. Sentralisasi
Sistem penyimpanan secara sentralisasi yaitu, suatu sistem penyimpanan
dengan cara menyatukan formulir rekam medis milik pasien kedalam satu
kesatuan dimana dokumen rekam medis rawat jalan, rawat inap, gawat
darurat, milik seorang pasien menjadi satu dalam satu folder (map).
2. Desentralisasi
Sistem penyimpanan secara desentralisasi yaitu suatu sistem penyimpanan
dengan cara memisahkan formulir rekam medis milik pasien dimana
dokumen rekam medis rawat jalan, rawat inap, gawat darurat, milik
seorang pasien dipisahkan pada folder (map) yang berbeda.
4. Penjajaran Dokumen Rekam Medis
Dokumen rekam medis yang disimpan didalam rak penyimpanan tidak
ditumpuk melainkan disusun, berdiri sejajar satu dengan yang lain. Menurut
Bambang Shofari dalam bukunya Pengantar Sistem Rekam Kesehatan
(PSRK) tahun edisi 1998 penjajaran dokumen rekam medis ada 3 cara yaitu :
a. Sistem Nomor Langsung (Straight Numerical Filing)
Sistem penyimpanan dokumen rekam medis dengan menjajarkan folder
dokumen rekam medis berdasarkan urutan nomor rekam medis dari awal.
b. Sistem Angka Tengah (Middle Digit Filing)
Sistem penyimpanan dokumen rekam medis dengan menjajarkan folder
dokumen rekam medis berdasarkan urutan nomor rekam medis pada dua
angka kelompok tengah.
c. Sistem Angka Akhir (Terminal Digit Filing)
Sistem penyimpanan dokumen rekam medis dengan menjajarkan folder
dokumen rekam medis berdasarkan urutan nomor rekam medis pada dua
angka kelompok akhir.

2.4 Alur Rekam Medis


1. Pasien mendaftar ke Tempat Pendaftaran Rawat Jalan
2. Apabila Pasien Baru, pasien mengisi formulir pendaftaran pasien baru yang
telah dlsediakan, kemudian petugas pendaftaran menginput identitas sosial
pasien, membuat kartu berobat untuk diberikan kepada pasien baru yang
harus dibawa apabila pasien tersebut berobat ulang dan menyiapkan berkas
rekam medis pasien baru.
3. Apabila Pasien Lama (pasien yang pernah berobat sebelumnya), pasien
menyerahkan kartu pasien (kartu berobat) kepada petugas di Tempat
Pendaftaran Rawat Jalan, kemudian petugas menginput antara Iain Nama
Pasien, Nomor Rekam Medis, Poliklinik yang dituju dan keluhan yang di
alami, selanjutnya petugas akan menyiapkan berkas Rekam Medis pasien
lama tersebut (apabila pasien Iupa mambawa kartu berobat maka berkas
Rekam Medis pasien lama dapat dicari nama nya di aplikasi E-Puskesmas.
4. Berkas Rakam Medis Pasien dikirimkan ke poliklinik oleh petugas Rekam
Medis yang telah diberi kewenangan untuk membawa berkas Rekam Medis.
5. Petugas poliklinik mencatat pada buku register pasien rawat jalan poliklinik
antara Iain : tanggal kunjungan, nama pasien, nomor rekam medis, jenis
kunjungan, tindakan/pelayanan yang diberikan, dsb.
6. Dokter pemeriksa mencatat riwayat penyakit, hasil pemeriksaan, diagnosis,
terapi yang ada relavansinya dangan penyakitnya pada Rekam Medis
7. Petugas dipoliklinik (perawat/bidan) membuat laporan harian pasien rawat
jalan.
8. Setelah pemberian pelayanan kesehatan di poliklinik selesai dilaksanakan,
petugas poliklinik mengirimkan seluruh berkas Rekam Medis pasien rawat
jalan berikut rekapitulasi harian pasien rawat jalan, ke Instalasi Rekam
Medis paling Iambat 1 jam sebelum berakhir jam kerja.
9. Petugas Instalasi Rekam Medis memeriksa kelengkapan pengisian Rekam
Medis dan untuk yang belum lengkap segera diupayakan kelengkapannya.
10. Petugas instalasi rekam medis mengolah rekam medis yang sudah Iengkap.
11. Petugas instalasi rekam medis membuat rekapitulasi setiap akhir bulan,
untuk membuat Iaporan ke Dinas Kesehatan Kota Palembang.
12. Berkas Rekam Medis pasien disimpan berdasarkan nomor rekam medisnya
(apabila menganut sistem desantralisasi) rekam medis pasien rawat jalan di
simpan secara terpisah pada tempat penerimaan pasien rawat jalan.

2.5 SIMPUS
2.5.1 Pengertian Sistim Informasi Manajemen Puskesmas
Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (Simpus) merupakan suatu
tatanan atau peralatan yang menyediakan informasi untuk membantu
proses manajemen puskesmas dalam mencapai sasaran kegiatannya
(Depkes RI, 1997). Simpus diharapkan dapat meningkatkan manajemen
puskesmas secara lebih berhasil guna dan berdayaguna melalui
pemanfaatan secara optimal dari sistem pencatatan pelaporan terpadu
puskesmas (SP2TP). Simpus merupakan prosedur pemrosesan data
berdasarkan teknologi informasi dan diintegrasikan dengan prosedur
manual dan prosedur yang lain untuk menghasilkan informasi yang tepat
waktu dan efektif untuk mendukung proses pengambilan keputusan
manajemen.
Simpus adalah program sistem informasi kesehatan daerah yang
memberikan informasi tentang segala keadaan kesehatan masyarakat di
tingkat PUSKESMAS mulai dari data diri orang sakit, ketersediaan obat
sampai data penyuluhan kesehatan masyarakat. Latar Belakang
penggunaan SIMPUS adalah belum adanya ke-validan data (mengenai
orang sakit, penyakit, bumil, dll dalam wilayah suatu puskesmas),
Memperbaiki pengumpulan data di Puskesmas, guna laporan ke Dinas
Kesehatan Kabupaten, memasuki Era Otonomi Daerah mutlak diperlukan
Informasi yang tepat, akurat dan up to date berkenaan dengan data orang
sakit, ketersediaan obat, jumlah ibu hamil, masalah imunisasi dll.

2.5.2 Tujuan SIMPUS


a. Umum:
Meningkatkan manajemen puskesmas secara lebih berhasil guna dan
berdaya-guna, melalui pemanfaatan secara optimal data Sistem
Pencatatan dan Pelaporan Terpadu (SP2TP).
b. Khusus:
1. Sebagai dasar penyusunan PTP
2. Sebagai dasar penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan pokok
Puskesmas
3. Sebagai dasar pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan
program di puskesmas
4. Sebagai bahan laporan ke Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota
5. Sumber Informasi bagi lintas-sektoral terkait

2.5.3 Penyelenggaraan SIMPUS


1. Sumber Informasi
Sebagaimana diketahui, SP2TP terdiri atas komponen pencatatan dan
komponen pelaporan. Namun, yang terutama dibutuhkan untuk
menunjang kegiatan manajemen puskesmas adalah komponen
pencatatannya. Hal ini dikarenakan
informasi yang dapat dihasilkan dari komponen tersebut
lebih lengkap dibandingkan dengan komponen pelaporannya.
Pencatatan-pencatatan yang utama, antara lain:
1) Kartu individu, seperti kartu rawat jalan, kartu ibu, kartu tb, kartu
rumah dsb
2) Register, seperti register kunjungan, register KIA, register
filariasis, register posyandu dsb
3) Laporan kejadian luar biasa dan laporan bulanan sentinel
4) Rekam kesehatan keluarga (RKK/family folder) yang diberikan
khusus untuk keluarga berisiko, antara lain:
a) Salah seorang anggotanya menderita tb paru
b) Salah seorang anggotanya menderita kusta
c) Salah seorang anggotanya mempunyai risiko tinggi seperti ibu
hamil, neonatus risiko tinggi (BBLR), balita kurang energy
kronis (KEK)
d) Salah satu anggotanya menderita gangguan jiwa

2. Mekanisme
1) Data SP2TP dan data lainnya diolah, disajikan dan diinterpretasikan
sesuai dengan petunjuk pengolahan dan pemanfaatan data SP2TP
serta petunjuk dari masing-masing program yang ada (seperti
program ISPA, malaria, imunisasi, kesehatan lingkungan, KIA, gizi,
perkesmas dsb).
2) Pengolahan, analisis, interpretasi dan penyajian dilakukan oleh para
penanggung jawab masing-masing kegiatan di puskesmas dan
pengelola program di semua jenjang administrasi.
3) Informasi yang diperoleh dari pengolahan dan interpretasi data
SP2TP serta sumber lainnya dapat bersifat kualitatif (seperti
meningkat, menurun, atau tidak ada perubahan) dan
bersifat kuantitatif dalam bentuk angka, seperti jumlah, presentase,
dsb. Informasi tersebut dapat berupa laporan tahunan puskesmas.
3. Pemanfaatan
1) Informasi yang diperoleh SP2PT dan informasi lainnya di
manfaatkan untuk menunjang proses manajemen di tingkat
puskesmas sebagai bahan untuk penyusunan rencana tahunan
puskesmas, penyususnan rencana kerja operasional puskesmas, bahan
pemantauan evaluasi dan pembinaan.
2) Informasi dari SP2PT dan informasi lainnya akan membantu Dinas
Kesehatan DATI II dalam penyusunan perencanaan tahunan,
penilaian kinerja puskesmas berdasarkan beban kerja dan pencapaian
hasil kegiatan puskesmas sebagai bahan untuk pemantauan dan
evaluasi pelaksanaan program di wilayah, untuk menentukan
prioritas masalah dan upaya pemecahan serta tindak lanjut.
3) Informasi dari SP2PT akan membantu kelancaran perencanaan (P1),
penggerakan pelaksanaa (P2) dan penilaian (P3) program-program,
sebagai masukan untuk diskusi UDKP.

2.5.4 Manfaat SIMPUS


1. Mempermudah dan mempercepat pelayanan (responsive)
2. Membakukan prosedure dan standar pelayanan (public services
standard)
3. Mendapatkan data dan informasi yang sahih atau valid (accountable)
4. Dengan seketika saling terhubung antara semua pihak memantau
(transparent)
5. Mengurangi beban kerja petugas puskesmas dan dinas kesehatan
(efisien)
BAB III

HASIL PENGAMATAN

3.1 GAMBARAN UMUM PUSKESMAS

3.1.1 Sejarah singkat Puskesmas Sekip Palembang

Puskesmas Sekip awalnya berdiri pada tahun 1962 yang masih


merupakan KIA, berlokasi di Jl. Madang RT 39 . Kemudian tahun
1964 pindah ke daerah Sekip Ujung dan pelayanan pun bertambah
menjadi Balai Pengobatan (BP) dan KIA. Seiring perkembangannya,
berubah menjadi Pustu ( Puskesmas Pembantu ) dengan menginduk ke
Puskesmas Dempo. Selanjutnya berubah menginduk ke Puskesmas
Basuki Rahmat. Tahun 1983 barulah menjadi Puskesmas Induk.
Berkembang dengan memiliki 3 Pustu antara lain : Pustu Kebon
Semai (berdiri tahun 1983), Pustu IAIN (berdiri tahun 1985), dan
Pustu Cambai Agung (berdiri tahun 1993). Pada tahun 2003,
Puskesmas Sekip pun dipercaya sebagai Puskesmas Swakelola
berdasarkan SK Walikota No 22 Tahun 2003 dan sejak tahun 2011
berubah menjadi puskesmas BLUD bertahap sedangkan pada tahun
2014 menjadi puskesmas BLUD penuh.
Sekarang Puskesmas Sekip sudah menjadi Puskesmas
Terakreditasi Madya sejak Bulan Desember 2017.
Puskesmas Sekip meliputi 3 kelurahan sebagai wilayah kerja, yaitu:
1. Kelurahan Pahlawan
2. Kelurahan Sekip Jaya
3. Kelurahan 20 Ilir D II
Puskemas Sekip merupakan salah satu puskesmas Induk di
wilayah Kecamatan Kemuning dengan 3 Puskesmas Pembantu di
setiap kelurahan, yaitu:
1. Pustu Kebon Semai
2. Pustu IAIN
3. Pustu Cambai Agung
Disamping itu untuk memperluas jangkauan pelayanan
kesehatan, Puskesmas Sekip dilengkapi dengan 1 Puskesmas Keliling
dan 28 Posyandu Balita dan 4 Posyandu Lansia.

3.1.2 Geografi
Puskesmas Sekip Palembang terletak di wilayah Kelurahan 20
Ilir D.II Kecamatan Kemuning Kota Palembang dengan luas wilayah
557 Ha. Letaknya sangat strategis di tepi jalan raya sehingga mudah
dijangkau oleh masyarakat umum baik dengan kendaraan umum
maupun pribadi.
Geografi wilayah kerja Puskesmas Sekip sebagian besar terdiri
dari daerah daratan dan sebagian kecil di pinggir sungai dan rawa,
Batas wilayah kerja meliputi :
 Sebelah utara dengan Jl. R. Sukamto
 Sebelah selatan dengan Jl Mayor Ruslan
 Sebelah barat dengan Sungai Bendung 9 Ilir
 Sebelah timur dengan Jl. Jendral Sudirman

Luas wilayah :
 Luas Tanah : 585 m²
 Luas Bangunan : 330 m²

Data demografi :
Data jumlah penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas Sekip
adalah 41.404 jiwa.
3.1.3 DAFTAR PELAYANAN DI PUSKESMAS SEKIP
1. Ruangan Pendaftaran dan Rekam Medik
2. Ruangan Pemeriksaan Umum
- Pelayanan remaja >14 s.d 19 Tahun
- Pelayanan dewasa 19 s.d 45 Tahun
- Pelayanan pralansia 45 s.d 59 Tahun
- Pelayanan lansia 60 Tahun keatas
- Pemeriksaan surat keterangan sehat
- Medical check-up
- Pelayanan Pemeriksaan Haji
- Pelayanan Dokter spesialis penyakit dalam
3. Ruangan KIA, KB dan Imunisasi
- Imunisasi bayi, balita, TT Bumil, TT Calon Pengantin (Catin)
- KB
- Pemeriksaan Bumil, Bufas
- Kesehatan Reproduksi
- Pemeriksaan IVA
- Tindik
- RUANG MENYUSUI
- USG
4. Ruangan Pemeriksaan Gigi
- Pemeriksaan gigi dan mulut
- Pencabutan gigi susu
- Pencabutan gigi tetap
- Penambalan gigi susu
- Penambalan gigi tetap
- Rujukan pro endodontic
- Perawatan syaraf
5. Ruangan Tindakan
- Tindakan gawat darurat
- Pemeriksaan EKG
6. Ruangan Rujukan
7. Ruangan Pemeriksaan Anak- Anak umur 0 Tahun s/d 14
Tahun
8. Ruangan Farmasi PIO/ Pemberian Informasi Obat
9. Ruangan promosi kesehatan
- Gizi
- Promkes
- PHBS
- Kesling
10. Ruangan Laboratorium
- Darah rutin
- Led
- Diffcount
- Gula darah
- Kolestrol
- Triglyseride
- Asam urat
- Widal
- Malaria
- Bta
- Golongan darah, Rhesus
- Urine rutin
- Reduksi urine
- Protein urine
- Sedimen urine
- Billirubine urine
- Tes kehamilan
- ASTO
- RF
- HBsAg (Khusus Ibu Hamil)
- HIV (Khusus Ibu Hamil)
11. Ruangan DOTS
- Tb paru
- Ekstra tb

3.1.4 VISI, MISI, MOTTO DAN TATA NILAI PUSKESMAS SEKIP


PALEMBANG
VISI
“ Tercapainya kesehatan masyarakat yang optimal di wilayah kerja Puskesmas
Sekip dengan bertumpu pada pelayanan prima dan pemberdayaan
masyarakat”

MISI
1. Mewujudkan pelayanan prima yang sesuai dengan standar
profesi
2. Mewujudkan profesionalisme SDM
3. Memanfaatkan profesi yang ada dengan kemitraan
4. Meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan yang bermutu
prima
5. Mengembangkan upaya kemandirian masyarakat dalam bidang
kesehatan

MOTTO
“ Kesehatan anda kebahagian kami “

TATA NILAI
1. S = SENYUM
Senantiasa menampilkan keramahan dalam memberikan pelayanan
2. E = EMPATI
Menempatkan diri kita seperti pada orang lain
3. K = KOMUNIKATIF
Memberikan informasi kesehatan pada masyarakat dengan benar
4. I = INTEGRITAS
Bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas
5. P = PELAYANAN PRIMA
Pelayanan terbaik yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan dan
harapan pelanggan sesuai standar prosedur dan kompetensi.
a. Struktur organisasi Rekam Medis
3.4 Simpus
3.4.1 Pengertian Sistem Informasi Manajemen Puskesmas
Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (Simpus) merupakan
suatu tatanan atau peralatan yang menyediakan informasi untuk
membantu proses manajemen puskesmas dalam mencapai sasaran
kegiatannya (Depkes RI, 1997). Simpus diharapkan dapat
meningkatkan manajemen puskesmas secara lebih berhasil guna dan
berdayaguna melalui pemanfaatan secara optimal dari sistem
pencatatan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP). Simpus merupakan
prosedur pemrosesan data berdasarkan teknologi informasi dan
diintegrasikan dengan prosedur manual dan prosedur yang lain untuk
menghasilkan informasi yang tepat waktu dan efektif untuk
mendukung proses pengambilan keputusan manajemen.
Simpus adalah program sistem informasi kesehatan daerah
yang memberikan informasi tentang segala keadaan kesehatan
masyarakat di tingkat PUSKESMAS mulai dari data diri orang sakit,
ketersediaan obat sampai data penyuluhan kesehatan masyarakat.
Latar Belakang penggunaan SIMPUS adalah belum adanya ke-validan
data (mengenai orang sakit, penyakit, bumil, dll dalam wilayah suatu
puskesmas), Memperbaiki pengumpulan data di Puskesmas, guna
laporan ke Dinas Kesehatan Kabupaten, memasuki Era Otonomi
Daerah mutlak diperlukan Informasi yang tepat, akurat dan up to date
berkenaan dengan data orang sakit, ketersediaan obat, jumlah ibu
hamil, masalah imunisasi dll.

3.4.2 Tujuan SIMPUS


a.Umum:
Meningkatkan manajemen puskesmas secara lebih berhasil guna dan
berdaya-guna, melalui pemanfaatan secara optimal data Sistem
Pencatatan dan Pelaporan Terpadu (SP2TP).
b.Khusus:
1.Sebagai dasar penyusunan PTP
2.Sebagai dasar penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan pokok
Puskesmas
3. Sebagai dasar pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan
program di puskesmas
4.Sebagai bahan laporan ke Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota
5.Sumber Informasi bagi lintas-sektoral terkait
3.4.3 Penyelenggaraan SIMPUS
1.Sumber Informasi
Sebagaimana diketahui, SP2TP terdiri atas komponen pencatatan dan
komponen pelaporan. Namun, yang terutama dibutuhkan untuk
menunjang kegiatan manajemen puskesmas adalah komponen
encatatannya. Hal ini dikarenakan informasi yang dapat
dihasilkan dari komponen tersebut lebih lengkap dibandingkan
dengan komponen pelaporannya.
Pencatatan-pencatatan yang utama, antara lain:
1) Kartu individu, seperti kartu rawat jalan, kartu ibu, kartu tb, kartu
rumah dsb
2) Register, seperti register kunjungan, register KIA, register filariasis,
register posyandu dsb
3) Laporan kejadian luar biasa dan laporan bulanan sentinel
4) Rekam kesehatan keluarga (RKK/family folder) yang diberikan
khusus untuk keluarga berisiko, antara lain:
a)Salah seorang anggotanya menderita tb paru
b)Salah seorang anggotanya menderita kusta
c)Salah seorang anggotanya mempunyai risiko tinggi seperti
ibu hamil,neonatus risiko tinggi (BBLR), balita kurang energi
kronis (KEK)
d) Salah satu anggotanya menderita gangguan jiwa
2.Mekanisme
1) Data SP2TP dan data lainnya diolah, disajikan dan
diinterpretasikan sesuai dengan petunjuk pengolahan dan pemanfaatan
data SP2TP serta petunjuk dari masing-masing program yang ada
(seperti program ISPA, malaria, imunisasi, kesehatan lingkungan,
KIA, gizi, perkesmas dsb).
2) Pengolahan, analisis, interpretasi dan penyajian dilakukan oleh para
penanggung jawab masing-masing kegiatan di puskesmas dan
pengelola program di semua jenjang administrasi.
3) Informasi yang diperoleh dari pengolahan dan interpretasi data
SP2TP serta sumber lainnya dapat bersifat kualitatif (seperti
meningkat, menurun, atau tidak ada perubahan) dan bersifat
kuantitatif dalam bentuk angka, seperti jumlah, presentase, dsb.
Informasi tersebut dapat berupa laporan tahunan puskesmas.
3.Pemanfaatan
1) yang diperoleh SP2PT dan informasi lainnya di manfaatkan untuk
menunjang proses manajemen di tingkat puskesmas sebagai bahan
untuk penyusunan rencana tahunan puskesmas, penyususnan rencana
kerja operasional puskesmas, bahan pemantauan evaluasi dan
pembinaan.
2) Informasi dari SP2PT dan informasi lainnya akan membantu Dinas
Kesehatan DATI II dalam penyusunan perencanaan tahunan, penilaian
kinerja puskesmas berdasarkan beban kerja dan pencapaian hasil
kegiatan puskesmas sebagai bahan untuk pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan program di wilayah, untuk menentukan prioritas masalah
dan upaya pemecahan serta tindak lanjut.
3) Informasi dari SP2PT akan membantu kelancaran perencanaan
(P1), penggerakan pelaksanaa (P2) dan penilaian (P3) program-
program, sebagai masukan untuk diskusi UDKP.

3.4.4 Manfaat SIMPUS


1.Mempermudah dan mempercepat pelayanan (responsive)
2.Membakukan prosedure dan standar pelayanan (public services
standard)
3.Mendapatkan data dan informasi yang sahih atau valid (accountable)
4.Dengan seketika saling terhubung antara semua pihak memantau
(transparent)

5.Mengurangi beban kerja petugas puskesmas dan dinas kesehatan


(efisien)
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Fisik pada ruangan penyimpanan berkas Rekam Medis

 Pencahayaan
Menurut sedarmayanti (2003), ruang filling itu harus terang (terkena
sinar matahari tak langsung) dan mempunyai ventilasi yang merata.
Sedangkan observasi kami selama praktek di Puskesmas Sekip
Palembang, pencahayaan sudah optimal karena walaupun
pencahayaan berasal dari sinar matahari tetapi menjangkau sudut rak
penyimpanan Rekam Medis. Sehingga mempermudah petugas untuk
mengambil ataupun menyimpan kembali Berkas Rekam Medis.
 B. Temperatur dan Kelembaban
Menurut Rustianto dan Rahayu (2011), ruang filling di jaga agar tetap
kering (tempratur ideal antara 18-28℃, dengan kelembaban antara 40-
60%) agar berkas tidak berjamur.
Berdasarkan hasil pengamatan di Ruangan Rekam Medis di
Puskesmas Sekip Palembang dengan menggunakan aplikasi pengukur
suhu, suhu udara berkisar .... dan kadangkala berubah sesuai dengan
cuaca pada saat itu. Suhu ruangan kadangkala tidak stabil karena
menggunakan pintu yang berukuran.... dan hanya menggunakan rak
sebagai batas antara ruangan penyimpanan sementara dan poliklinik.
 Keamanan Dari Bahaya Kebakaran Dan Kebocoran Air

Menurut Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia


No.06 Tahun 2005 tentang perlindungan dan pengamanan yaitu
penggunaan bangunan kedap air atau menempatkan arsip pada tingkat
ketinggian yang bebas dari banjir.
Sedangkan dilapangan karena ruangan filling yang masih
bersifat sementara, APAR (alat pemadam api ringan) tidak dimiliki,
padahal ruangan filling berisi kertas-kertas yang mudah terbakar dan
mengharuskan adanya alat atau tabung pemadam kebakaran untuk
mengantisipasi bila terjadi kebakaran. Ruangan penyimpanan Rekam
Medis sementara Puskesmas Sekip Palembang sudah aman dari banjir
dan kebocoran.

4.2 Luas Ruangan Penyimpanan Berkas Rekam Medis

Berdasarkan hasil observasi kami, ruangan sementara Puskesmas Sekip


Palembang memiliki ukuran luas 300x270cm dimana ruangan penyimpanan digabung
menjadi satu dengan loket pendaftaran pasien. Sehingga petugas jika lebih dai 2
orang mengalami kesulitan untuk mengambil ataupun mengembalikan berkas Rekam
Medis. Ruangan berbentuk liter L dan hanya memiliki 2 rak yang berfungsi sebagai
rak penyimpanan berkas Rekam Medis dan sebagai pembatas ruangan.

4.3 Letak Penyimpanan Berkas Rekam Medis

Menurut Firdaus (2012), hanya petugas rekam medis yang di izinkan masuk
ruang penyimpanan dokumen rekam medis, di larang mengutip sebagian atau seluruh
isi rekam medis untuk badan-badan perorangan, kecuali yang telah di tentukan oleh
peraturan perundang-undang yang berlaku, dan selama penderita di rawat, rekam
medis menjadi tanggung jawab perawat ruangan dan menjaga kerahasiaanya.

Ruangan sementara penyimpanan berkas Rekam Medis di Puskesmas Sekip


Palembang tergabung menjadi satu dengan loket pendaftaran, berbentuk liter L. Dan
menggunakan rak besi sejumlah 2 buah dan rak kayu 1 buah sebagai media
penyimpanan berkas rekam medis, 1 rak besi terdapat 5 baris, sedangkan rak kayu
terdapat. Di dalam baris pada rak besi terdapat bindex sebanyak 11 buah, sedangkan
pads rak kaayu menyimpan sebanyak 23 buah bindex. Di dalam bindex terdapat map
rekam medis berwarna biru, hijau, kuning dan merah untuk menandakan wilayah
kerja.

Tetapi jumlah rak tidak mencukupi untuk menyimpan bindex yang berisi
Rekam Medis pasien, sehingga banyak bindex yang masih diletakkan di lantai, bukan
di dalam rak penyimpanan. Fungsi lain rak juga adalah sebagai pembatas antara
poliklinik dan ruangan penyimpanan rekam medis. Tentunya hal tersebut tidak
ergonomis karena jika bindex tidak diletakkan ke dalam rak secara benar bisa saja
bindex terjatuh dan mengenai petugas poli yang sedang bekerja. Dalam segi
ergonomi, keamanan sangat diutamakan.

Menurut pengamatan kami di ruangan sementara Puskesmas Sekip


Palembang, terdapat beberapa berkas rekam medis yang tidak sesuai pada tempatnya.
Seperti berkas rekam medis no. 134 terletak di bindex 190-210. Tentunya
permasalahan tersebut akan menghambat proses pencarian berkas rekam medis
sehingga memungkinkan terjadinya keterlambatan proses pelayanan dan duplikasi
berkas.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan kami, ruangan penyimpanan sementara Puskesmas
Sekip Palembang memiliki ukuran luas 300x270cm dimana ruangan penyimpanan
digabungkan menjadi satu dengan loket pendaftaran pasien. Sehingga petugas lebih
kesulitan jika lebih dari 2 orang saat mengambil atau mengembalikan berkas rekam
medis . ruangan berbentuk liter L dan hanya memiliki 3 rak yang berfungsi untuk
penyimpanan berkas rekam medis dan sebagai batas ruangan anrara poliklinik dengan
ruang penyimpanan.
Rak besi berjumlah 2 buah dan rak kayu 1 buah sebagai media penyimpanan
berkas rekam medis, 1 rak besi berisi 5 baris, pada arak besi terdapat bindex sebanyak
11 buah, sedangkan rak kayu menyimpan sebanyak 23 buah bindex. Didalam bindex
terdapat map rekam medis berwarna dengan kodenya seperti; Biru D2 (Dua Puluh
Ilir), Merah Lw (Luar Wilayah), Hijau Sj (Sekip Jaya), Kenung Phl (Pahlawan) untuk
menandakan wilayah kerja. Penyimpana berkas di puskesmas tersebut sudah Familiy
folder sejak tahun 2017.

5.2 Saran
1. Sebaiknya sebelum petugas mmengembalikan berkas rekam medis
harus lebih memperhatikan nomor rekam medis yang sudah tertera
pada bindex sehingga map rekam medis sesuai pada tempatnya.
2. Berkas rekam medis segera dikembalikan sesudah pasien mendapatkan
pelayanan sehingga map supaya bisa langsung disusun ke dalam
bindex.

Anda mungkin juga menyukai