Anda di halaman 1dari 8

JAWABAN TUGAS 3 TUTON PPKN

NAMA : RACHMAD ADHE ADHA


NIM : 048407278
KELAS : MANAJEMEN 1C
MAPEL : PPKN
1. Dari uraian di atas lakukanlah analisis faktor-faktor yang dapat memperngaruhi
keberhasilan otonomi daerah di Indonesia!
JAWAB :
Sebagaimana yang dikemukakan padapembahasan di atas, otonomi daerah ini
adalah satu kebijakan besar di dalam pengelolaan pemerintahan yang
diharapkan mampu mengantarkan bangsa dan Negara Indonesia pada kondisi
masyarakat yang adil dan makmur secara merata. Sebagaisebuah kebijakan tentu
saja ada persoalan yang dihadapi di dalam implementasinya. Namun demikian, terlepas dari
berbagai macam persoalan tersebut, otonomi daerah dapat dianggapsebagai satu
langkah besar bangsa dan negara ini di dalam mengupayakankesejahteraan
bagi para warganya. Sebaik apapun pelaksanaan otonomi daerah, tidakakan berjalan
dengan baik dan meraih sasaran apabila tidak didasari dengan ‘niatan’yang baik dari
pemerintah daerah untuk menjalankan kebijakan tersebut dengan sebaik-baiknya. Oleh
karena itu, di dalam pelaksanaan otonomi daerah perlu dukungan satu aspeklagi di dalam
pemerintahan, yaitu sebuah tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih ataudisebut
dengan a good and clean government. Untuk dapat melaksanakan tugas otonomidengan
sebaik-baiknya, ada beberapa faktor/ syarat yang perlu mendapat perhatian. faktor-faktor
tersebut adalah : a. Resource b. Structure c. Technology d.Support Ada 4 faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan otonomi Daerah : 1. Manusia pelaksananya harus baik
adalah faktor yang esensial dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah. Pentingnya
faktor ini, karena manusia merupakan subyek dalam setiap aktivitas pemerintahan.
Manusialah yang merupakan pelaku dan penggerak proses mekanisme dalamsistem
pemerintahan 2. Keuangan harus cukup baik Istilah keuangan disini mengandung artisetiap
hak yang berhubungan dengan masalah uang, antara lain berapa sumber pendapatan,jumlah
uang yang cukup dan pengelolaan keuangan yang sesuai dengan tujuan dan peraturanyang
berlaku. 3. Peralatannya harus cukup dan baik Pengertian peralatan disini adalah setiap benda
atau alat yang dapat dipergunakan untuk memperlancar pekerjaan atau
kegiatanPemerintah daerah. 4.Organisasinya dan menejemennya harus baik Organisasi
yangdimaksudkan adalah organisasi dalam arti struktur yaitu susunan yang terdiri dari
satuan-satuan organisasi beserta segenap pejabat dan kekuasaan. Faktor Manusia Pelaksana
Faktormanusia pelaksana sesuai dengan ketentuan Pasal 13 ayat (1) Undang-undang No.5
Tahun1974 yaitu,
1. Kepala Daerah Tugas kepala daerah adalah sangat berat dalam kesatuan republik
Indonesia, kepala daerahdisamping merupakan alat daerah juga sebagai alat pemerintah
pusat. Tugas sebagai alatdaerah adalah ; a. Menjalankan hak, wewenang dan kewajiban
pimpinan pemetintahan daerah.b. Mewakili daerahnya didalam dan diluar pengadilan c.
Bersama-sama dengan DPRD membuat anggaran pendapatan dan belanja daerah
danperaturan daerah Tugas sebagai pemerintah pusat adalah : a. Membeina ketentraman
dan ketertiban diwilayahnya sesuai denga kebijaksanaanketerntraman dan ketertiban
yang ditetapkan pemerintah b. Melaksanakan segala usaha dan kegiatan dibidang pembinaan
kesatuamn bangsa c. Menyelenggarakan koordinasi atas kegiatan instansi vertical d.
Membimbing dan mengawasi penyenggaraan pemerintahan daerah e. Mengusakan secara
terus menerus agar segala peraturan perundang-undangan danperaturan derah
dijalankan oleh instansi pemerintah dan pemerintah daerah f. Melaksanakan segala tugas
pemerintah yang tidak termasuk dalam tugas sesuatu instansilainnya
2. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sesuai dengan ketentuan Pasal 13 ayat (1)
Undang-undang No.5 Tahun 1974, DewanPerwakilan Rahyat Daerah adalah salah satu
alat daerah disamping Kepala Daerah. Didalampenjelasan umum undang-undang tersebut
diterangkan bahwa : “ Kontruksi yang demikian ini menjamin adanya kerja sama
yang serasi antara KepalaDaerah dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah untuk
mencapai tertib pemerintahdidaerah. Dengan demikian, maka dalam penyelenggaraan
pemerintah daerah, ada pembagiantugas yang jelas dan dalam kedudukan yang sama tinggi
antara kepala daerah dan dewanperwakilan rakyat daerah yaitu kepala daerah memimpin
dibidang Eksekutif dan DewanPerwakilan Rakyat Daerah bergerak dalam bidang
legeslatif ” William Mitchel menjabarkan secara ringkas tentang kegiatan pemerintahan
sebagai berikut : a. Mobilization of resources b. Allocation of resources c. Distribution of
benefits d. Distribution of burdens or costs e. Rules and regulations f. Division and
stabilizations
3. Kemampuan Aparatur Pemerintah Daerah Suatu daerah disebut daerah otonom apabila
memiliki atribut sebagai berikut : 1. Kemapuan urusan tertentu yang disebut urusan rumah
tangga daerah, urusan rumah tanggadaerah ini merupakan urusan uang diserahkan oleh
pemerintah pusat kepala daerah 2. Urusan rumah tangga daerah itu diatur dan
diurus/diselenggarakan atas inisiatif/prakarsadan kebijakan daerah itu sendiri 3. Untuk
mengatur dan mengurusurusan rumah tangga daerah tersebut, maka
daerahmemerlukan aparatur sendiri yang bterpisah dari aparatur pemerintah pusat, yang
mampuuntuk menyelenggarakan urusan rumah tangga daerahnya 4. Mempunyai sumber
keuangan sendiri yang dapat menghasilkan pendapatan yang cukupbagi daerah, agar dapat
membiayai segala kegiatan dalam rangka penyelenggaraan urusanrumah tangga daerahnya
Ada rician 19 Jenis urusan rumah tangga daerah: 1. Urusan Pertanian 2. Urusan
Kehewanan/Perternakan 3. Urusan Perikanan Darat 4. Urusan Perikanan Laut 5. Urusan
Karet Rakyat 6. Urusan Kehutanan 7. Urusan Pendidikan dan kebudayaan 8. Urusan
Kesehatan 9. Urusan Pekerjaan Umum 10. Urusan Perindustrian Kecil 11. Urusan Bimbingan
dan Perbaikan Sosial 12. Urusan Kesejahteraan Buruh 13. Urusan Perumahan 14. Urusan
Lalu lintas dan Angkutan Jalan Raya 15. Urusan Pemerintahan Umum 16. Urusan
Pertambangan (diluar Mijnwet) 17. Urusan Perusahaan dan Proyek Negara 18. Urusan
Perkebunan Besar 19. Urusan Parawisata
4. Partisipasi Masyarakat
Dari beberapa pendapat yang ada, dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat
dapatterjadi pada empat jenjang: 1. Partisipasi dalam proses pembuatan keputusan 2.
Partisipasi dalam pelaksanaan 3. Partisipasi dalam pemamfaatan hasil 4. Partisipasi dalam
evaluasi Faktor Keuangan Daerah Salah satu kriteria penting untukmengetahui
secara nyata kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus rumahtangganya
adalah kemampuan Self-supporting dalam bidang-bidang keuangan. Menurut Wajong Uang
adalah : a. Alat untuk mengukur harga barang dan harga jasa b. Alat untuk menukar barang
dan jasa c. Alat penabung Dalam hubungannya dengan keuangan daerah, maka ketentuan
perundang-undangan yang mengaturnya adalah bagian XIII paragraf I, Pasal55 Undang-
undang No.5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan daerah yangberbunyi
sebagai berikut, sumber pendapatan daerah : a. Pendapatan asli daerah sendiri,yang terdiri
dari : Hasil pajak daerah Hasil restribusi daerah Hasil perusahaan daerah Lain lain
hasil usaha daerah yang sah b. Pendapatan berasal dari pemberian pemerintah yang terdiri
dari : Sumbangan dari pemerintah Sumbangan lain yang diatur dengan peraturan
perundang-undangan c. Lain-lain pendapatan yang sah Pajak Daerah Pajak daerah menurut
para ahli Rochmad Sumitro: Pajak ialah iuaran rakyatkepada kas negara (peralihan
kekayaan dari sektor partikelir ke sektor pemerintahan)berdasarkan undang-undang
(dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal (tegenprestatie) untuk
membiayai pengeluaran umum (publike uitgaven), dan yang digunakansebagai alat
pencegah atau pendorong untuk mencapai tujuan yang ada diluar bidangkeuangan.
Sumber Referensi:
Modul MKDU 4111 Modul 9
Sumber Referensi:
Modul MKDU 4111 Modul 9
Sumber Referensi:Modul MKDU 4111 Modul 9
2. Dari uraian di atas lakukanlah analisis faktor apa saja hambatan dalam melaksanakan
otonomi daerah di Indonesia!
JAWAB :
Hambatan-hambatan dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah:
1. Perbedaan Konsep Dan Paradigma Otonomi DaerahSetelah diberlakukan UU No. 22
Tahun 1999, aksi dari berbagai pihak sangatberagam, sebagai akibat dari
perbedaan interpretasi istilah otonomi. Terdapat kelompok yang menafsirkan otonomi
sebagai kemerdekaan atau kebebasan dalamsegala urusan yang sekaligus menjadi hak
daerah. Mereka yang mempunyai persepsi ini biasanya mencurigai intervensi
pemerintah pusat, otonomi daerah dianggapsebagai kemerdekaan daerah dari
belenggu Pemerintah Pusat. Ada kelompok lainyang menginterpretasikan sebagai
pemberian “otoritas kewenangan” dalam mengambil keputusan sesuai dengan
kepentingan dan aspirasi masyarakat lokal. Disini otonomi diartikan atau dipersepsikan
pembagian otoritas semata (lihat UU No.22/1999); memaknai otonomi sebagai
kewenangan, daerah Otonomi(Kabupaten/Kota) untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat lokal,menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat. Wujudnya adalah pembagian kewenangan kepada daerah dalam seluruh
bidang pemerintahan, kecualidalam bidang pertahanan dan keamanan peradilan, moneter dan
fiskal, agama danpolitik luar negeri serta kewenangan bidang lain, yakni
perencanaan nasionalpengendalian pembangunan nasional; perubahan keuangan,
sistem administrasi negara dan lembaga; perekonomian negara, pembinaan, dan
pemberdayaan sumberdaya manusia; pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi tinggi
strategis, serta konservasi dan standarisasi nasional. Ada juga kelompok yang menafsirkan
otonomidaerah sebagai suatu mekanisme empowerment (pemberdayaan).
2. Kuatnya Paradigma Birokrasi Dalam praktik di Indonesia, penentuan hierarki dan
pembagian unit organisasi,standarisasi, prosedur dan aturan-aturan daerah sangat
ditentukan oleh pemerintahpusat, dan pemerintah daerah harus loyal terhadap aturan
tersebut. Dalam bidangmanajemen telah disiapkan oleh pemerintah pusat, berbagai
pedoman, petunjuk dalammenangani berbagai tugas pelayanan dan pembangunan di
daerah. Dalam bidangkebijakan publik, program dan proyek-proyek serta kegiatan-
kegiatan yang diusulkanharus mendapat persetujuan pemerintah pusat. Implikasinya masih
banyak pejabat didaerah harus menunggu perintah dan petunjuk dari pusat.3. Lemahnya
Kontrol Wakil Rakyat Dan MasyarakatSelama orde baru tidak kurang dari 32 tahun peranan
wakil rakyat dalam mengontroleksekutif sangat tidak efektif karena terkooptasi oleh
elit eksekutif. Birokrasi didaerah cenderung melayani kepentingan pemerintah
pusat, dari pada melayanikepentingan masyarakat lokal. Kontrol terhadap aparat
birokrasi oleh lembagalegislatif dan masyarakat tampak artifisial dan fesudo demokratik.
Kelemahan ini kitasadari bersama, perubahan telah dilakukan segera setelah
pergantian rezim “ordebaru” orde reformasi. UU. Politik dan otonomi daerah diberlakukan,
semangat danproses demokrasi menjanjikan, dan kontrol terhadap birokrasi dimulai
walaupunterkadang kebablasan. Sayang, semangat demokrasi yang timbul dan berkembang
diera reformasi ini tidak diikuti oleh strategi peningkatan kemampuan dan
kualitaswakil rakyat. Wakil rakyat yang ada masih kurang mampu melaksanakan
tugasnyamelakukan kontrol terhadap pemerintah. Ketidakmampuan ini memberikan
peluangbagi eksekutif untuk bertindak leluasa dan sebaliknya legislatif bertindak
ngawurmengorbankan kepentingan publik yang justru dipercaya mewakili kepentingannya.4.
Kesalahan StrategiUU No. 22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah diberlakukan pada suatu
pemerintahdaerah sedang lemah. Pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk
melakukansendiri apa yang mereka butuhkan, tetapi dengan kemampuan yang sangat
marjinal.
Permasalahan Dalam Otonomi Daerah Di Indonesia:
1. Adanya Eksploitasi Pendapatan Daerah
2. Pemahaman terhadap Konsep Desentralisasi dan Otonomi Daerah yang
BelumMantap
3. Penyediaan Aturan Pelaksanaan Otonomi Daerah yang Belum Memadai
4. Kondisi SDM Aparatur Pemerintahan yang Belum Menunjang
SepenuhnyaPelaksanaan Otonomi Daerah.
5. Korupsi di Daerah
6. Adanya Potensi Munculnya Konflik Antar DaerahSumber
Referensi:http://bahanajar.ut.ac.id/app/webroot/epub/original_files/extract/1175/EPUB/
xhtml/raw/sylggb.xhtmllipi.go.i
3. Pada kurun waktu lebih dari satu dasawarsa berjalannya otonomi daerah sejak disahkan
UU No. 22 Tahun 1999 Tentang Otonomi Daerah sudah banyak yang dicapai, namun amsih
banyak hal yang belum bisa ditangani terkait dengan upaya dalam mengatasi implementasi
kebijakan otonomi daerah. Contoh keberhasilan dari otonomi daerah dalah semakin luasnya
kewenangan dari DPRD selaku Lembaga legeslatif serta kewenangan kepala daerah selaku
eksekutif dan semakin terbukanya informasi serta partisipasi dari masyarakan dalam hal
pengambilan keputusan dan penagwasan terhadap jalannya pemerintahan di tingkat daerah.
Namun, keberhasilan tersebut juga diiringi dengan hambatan seperti munculnya istilah raja-
raja kecil di daerah dan banyak kasus korupsi yang melibatkan kepala daerah sehingga
menyebabkan anggaran yang seharusnya untuk membangun daerahnya dikorupsi dan
pembangunan menjadi terhambat.

Dari uraian di atas lakukanlah telaah terkait dengan solusi nyata kita sebagai masyarakat
untuk menanggulangi hambatan pelaksanaan otonomi daerah!

JAWAB :

Pada intinya, masalah-masalah tersebut seterusnya akan menjadi persoalan tersendiri,


terlepasdari keberhasilan implementasi otonomi daerah. Pilihan kebijakan yang tidak populer
melaluiintensifikasi pajak dan perilaku koruptif pejabat daerah sebenarnya sudah ada sejak
lama danakan terus berlangsung. Jika kini keduanya baru muncul dipermukaan sekarang,
tidak lainkarena momentum otonomi daerah memang memungkinkan untuk itu.
Untuk menyiasatiberatnya beban anggaran, pemerintah daerah semestinya bisa
menempuh jalan alternatif,selain intensifikasi pungutan yang cenderung membebani rakyat
dan menjadi disinsentif bagiperekonomian daerah, yaitu (1) efisiensi anggaran, dan (2)
revitalisasi perusahaan daerah.Saya sepenuhnya yakin bahwa banyak pemerintah daerah
mengetahui alternatif ini. Akantetapi, jika keduanya bukan menjadi prioritas pilihan
kebijakan maka pemerintah pasti punyaalasan lain. Dugaan saya adalah bahwa
pemerintah daerah itu malas! Pemerintah tidakmempunyai keinginan kuat (strong will)
untuk melakukan efisiensi anggaran karena upayaini tidak gampang. Di samping itu, ada
keengganan (inertia) untuk berubah dari perilakuboros menjadi hemat. Upaya revitalisasi
perusahaan daerah pun kurang mendapatkan porsiyang memadai karena kurangnya sifat
kewirausahaan pemerintah. Sudah menjadi hakekatnyabahwa pemerintah cenderung
melakukan kegiatan atas dasar kekuatan paksa hukum, dantidak berdasarkan prinsip-
prinsip pasar, sehingga ketika dihadapkan pada situasi yangbermuatan bisnis,
pemerintah tidak bisa menjalankannya dengan baik. Salah satu cara untukmengatasi hal ini
pemerintah daerah bisa menempuh jalan dengan menyerahkan pengelolaanperusahaan daerah
kepada swasta melalui privatisasi. Pemeritah juga seharusnya merevisiUU yang dipandang
dapat menimbulkan masalah baru. Di bawah ini penulis merangkumsolusi untuk keluar
dari masalah Otonomi Daerah tanpa harus mengembalikan kepadaSentralisasi. Jika
pemerintah dan masyarakat bersinergi mengatasi masalah tersebut. Pastikesejahteraan
masyarakat segera terwujud.

1. Membuat masterplan pembangunan nasional untuk membuat sinergi Pembangunan


didaerah. Agar menjadi landasan pembangunan di daerah dan membuat
pemerataanpembangunan antar daerah.

2. Memperkuat peranan daerah untuk meningkatkan rasa nasionalisme


denganmengadakan kegiatan menanaman nasionalisme seperti kewajiban
mengibarkanbendera merah putih.
3. Melakukan pembatasan anggaran kampanye karena menurut penelitian korupsi
yangdilakukan kepala daerah akibat pemilihan umum berbiaya tinggi membuat
kepaladaerah melakukan korupsi.

4. Melakukan pengawasan Perda agar sinergi dan tidak menyimpang dengan


peraturandiatasnya yang lebih tinggi.

5. Melarang anggota keluarga kepala daerah untuk maju dalam pemilihan daerah
untukmencegah pembentukan dinasti politik.

6. Meningkatkan kontrol terhadap pembangunan di daerah dengan memilih mendagriyang


berkapabilitas untuk mengawasi pembangunan di daerah

7. Melaksanakan Good Governence dengan memangkas birokrasi (reformasi


birokrasi),mengadakan pelayanan satu pintu untuk masyarakat. Melakukan efisiensi
anggaran.

8. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dari sektor SDA dan Pajak serta mencari darisektor
lain seperti jasa dan pariwisata digunakan untuk kesejahteraan masyarakat.

4. Pada praktek good governance menyaratkan harus terdapat transparasi dalam proses
penyelenggaraan pemerintah secara keseluruhan. Transparasi merupakan konsep yang
penting yang mengringi kuatnyakeinginan untuk praktek good governance. Masyarakat
diberikan kesempatan yang luas untuk mengetahui informasi mengenai penyelenggaraan
pemerintahan, sehingga masyarakat dapat memberikan penilaian keberpihakan pemerintah
terhadap kepentingan public. Oleh karena itu, masyarakat dapat dengan mudah menetukan
apakah akan memerikan dukungan kepada pemerintah atau malah sebaliknya.

Dari uaraian di atas lakukanlah telaah terkait peran mahasiswa dalam upaya mewujudkan
praktek good governance!

JAWAB :

Mahasiswa memiliki tiga peran penting yang harus dilakukan mahasiswa


terhadapmasyarakat diantaranya :

1. Agent Of Change, Sebagaimana yang sudah dijelaskan didalam Surah Ar Ra'd : 11 Bahwa
dimana bahwasuatu kaum harus mau berubah bila mereka menginginkan sesuatu keadaan
yang lebih baik. Dengan adanya mahasiswa sebagai kaum intelektual, maka mahasiswa
dituntutuntuk melakukan suatu perubahan ke arah yang lebih baik. Mahasiswa tidak
hanya"diam” melihat kondisi di sekitarnya. Mahasiswa harus merubah kondisi
sekitarnyamenjadi lebih baik.

2. Agent Of Control,Mahasiswa juga bisa berperan sebagai control terhadap


kebijakan yang dibuatmenyangkut hajat hidup orang banyak, mahasiswa dapat menjadi
peran penting dalammewujudkan good governance dalam system pemerintahan.
3. Iron Stock Mahasiswa adalah asset atau cadangan untuk masa depan. Mahasiswa
diharapkanmenjadi generasi yang tangguh dan juga harus memiliki kemampuan dan
moralitasyang baik sehingga dapat menggantkan generasi sebelumnya. Hal ini dapat
dibuktikandengan adanya organisasi yang setiap akhir kepengurusan akan di tandai
dengan pergiliran tongkat estafet dari golongan tua yang sudah penah memimpin ke
golonganmuda yang mempunyai jiwa kempemimpinan. Dan disinilah saatnya yang muda
yang memimpin.

Sebagai mahasiswa juga harus mengerti fungsi mahasiswa yang harus dijalankan:

a. Memiliki keinsafan tanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat

b. Cakap dan mandiri dalam memelihara dan memajukan ilmu pengetahuan

c. Cakap memangku jabatan atau pekerjaan di masyarakat. Berdasarkan fungsi tersebut dapat
kita sederhanakan bahwa tugas perguruan tinggi adalah membentuk insan akademis, yang
selanjutnya hal tersebut akan menjadi sebuah fungsi bagi mahasiswa itu sendiri. Insan
akademis itu sendiri memiliki dua ciri yaitu: memiliki sense ofcrisis, dan selalu
mengembangkan dirinya. Insan akademis harus memiliki sense of crisisyaitu peka dan kritis
terhadap masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya saat ini. Hal iniakan tumbuh dengan
sendirinya bila mahasiswa itu mengikuti watak ilmu, yaitu selalumencari
pembenaranpembenaran ilmiah. Dengan mengikuti watak ilmu tersebut
makamahasiswa diharapkan dapat memahami berbagai masalah yang terjadi dan
terlebih lagimenemukan solusi-solusi yang tepat untuk menyelesaikannya

Peran mahasiswa sebagai kaum terpelajar dalam Good Governance diantaranya:

a. Memberikan pencerahan kepada seluruh masyarakat supaya berpartisiapsi


dalampemilu dengan menggunakan hak pilih sebaikbaiknya, guna membawa bangsa
danNKRI maju seperti negara lain di dunia.

b. Mendorong dan memandu masyarakat secara langsung atau pun tidak untuk memilihparpol
dan calon walik rakyat yang jujur, amanah, cerdas, pejuang, berani,
danmempunyai track record yang baik di masayrakat.

c. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang parpol dan calon wakil rakyat yangbaik
dan pantas untuk dipilih, supaya hasil pemilu dapat membawa bangsa inisemakin
maju di bawah pemimpin yang tepat.

d. Memberikan aspirasi dan juga kritisi atas kebijakan dan juga tindakan
yangdilaksanakan oleh pemerintah yang didasari oleh penelitian atau kajian.

Sumber Referensi: Modul MKDU 4111 Modul 9

Anda mungkin juga menyukai