Pengaruh Fatherless Kel 5 Bab 1&2 2
Pengaruh Fatherless Kel 5 Bab 1&2 2
A. Latar belakang
Menurut Marsela , R.D (2019) Individu yang memiliki tingkat self control yang
rendah dikelompokan sebagai individu yang tidak mampu memilih tindakan yang
tepat sehingga dapat memicu terjadinya perilaku agresif .Sejalan dengan pendapat
mengenai perilaku agresivitas ,Menurut Paptriani dalam Marsela, R.D (2019) individu
yang memiliki tingkat self control yang rendah akan sulit untuk mengendalikan emosi
dan cenderung melakukan tindakan yang agresif tanpa mempertimbangkan
konsekuensi yang akan terjadi . Kondisi ini sering kali terjadi pada remaja .Masa
remaja adalah masa dimana individu mengalami gejolak emosi yang besar . Gejolak
emosi yang terkadang tidak stabil inilah yang membuat remaja memiliki tingkat self
control yang rendah.
Ketika salah satu dari kedua orang tua tidak ambil andil dalam pengasuhan
maka terjadi ketimpangan psikologis anak yang berpengaruh pada masa remaja nya .
Mengasuh dan mendidik anak seringkali diasumsikan sebagai tugas seorang ibu. Yang
seharusnya seorang ayah juga turut mengambil kontribusi dalam hal pengasuhan.
Tetapi kebanyakan orang tua masih menggunakan perspektif lama yang salah yakni
mendidik dan mengasuh anak merupakan sepenuhnya tugas dari seorang ibu, dan
ayah hanya bertanggung jawab untuk kebutuhan finansial serta mengabaikan
kebutuhan yang harus di dapatkan anak dari seorang ayah. Hal inilah yang
menyebabkan terjadinya fenomena fatherless.
Penelitian yang dilakukan oleh Irma (2022) menunjukan bahwa remaja yang
mengalami perceraian orang tua cenderung memiliki kondisi emosi yang tidak stabil
dan sulit mengontrol emosi. Dapat disimpulkan secara umum self control berkaitan
dengan cara individu mengendalikan emosi serta dorongan dari dalam dirinya
sehingga mampu mengambil langkah yang tepat dan membuat keputusan sesuai
dengan nilai - nilai moral yang ada.
Pemisahan antara ayah dan anak karena masalah rumah tangga .Ayah yang
bekerja dengan jarak yang jauh atau jarang dirumah serta ketersediaan waktu ayah
yang sedikit juga menjadi pemicu terjadi nya fenomema fatherless.
B. Rumusan masalah
3. Bagaimana pengaruh fatherless terhadap self control pada remaja yang masih
memiliki ayah dalam keluarga?
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini ditujukan untuk dapat memberikan manfaat baik
secara teoritis maupun praktis sebagai berikut :
1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
disiplin pengembangan ilmu psikologi khusunya yang berkaitan dengan
psikologi sosial.
2. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tenta
ng dampak fatherless terhadap selfcontrol remaja yang masih memiliki ayah
serta dapat dijadikan acuan atau bahan bacaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Self control
Self control merupakan salah satu hal terpenting harus ada dalam diri
individu .Menurut Ghufron & Risnawati ( 2011 ) Self control merupakan kemampuan
individu dalam sensibilitas memahami kondisi diri dan lingkungannya. Di samping itu
self control juga kemampuan untuk mengendalikan perilaku yang mencakup
kestabilan dan keseimbangan dalam kehidupan . Self control dalam diri individu juga
dapat membantu individu untuk mengarahkan perilaku yang akan membawa ke arah
dampak yang positif.Maka dari itu , self control yang rendah pada diri invidu dapat
merugikan dirinya sendiri dan lingkungan. Kemampuan mengontrol diri perlu diasah
dengan berinteraksi dengan lingkungan sekitar untuk menciptakan kematangan
pengontrolan diri ( Marsella , 2019 ).
Adapun menurut Chaplin dalam Yuniar Rachidiani ( 2011 ) self control adalah
kemampuan umtuk mengarahkan perilaku individu serta kemampuan untuk menekan
dan mencegah terjadinya dorongan - dorongan dan perilaku yang impulsif. Sejalan
dengan pendapat yang di kemukakan Berk dalam Sriyanti ( 2012 ) self control adalah
kemampuan merintangi , menahan dan mencegah suatu impuls agar tidak muncul ke
dalam suatu peilaku yang yang bertentangan dengan standar norma.
a. Faktor Internal
Salah satu hal yang mempengaruhi kontrol diri individu adalah usia. Seiiring
bertambah nya usia individu semakin baik pengontrolan dirinya.
b. Faktor Eksternal
Menurut Avrill dalam( Ghufron dan Risnawati , 2019 ) self control terbagi dalam
tiga aspek ,yaitu:
Fatherless adalah ketiadaan peran dan figure ayah dalam kehidupan anak
dengan keadaan tidak memiliki ayah atau tidak memiliki hubungan dengan ayah.
Fatherless juga dapat diartikan dengan suatu kondisi seorang anak yang mempunyai
ayah tetapi ayah tersebut tidak ada atau tidak berperan dengan maksimal pada proses
pertumbuhan dan perkembangan seorang anak ( Wulandari ,2023 ). Dilangsir dari
liputan.com,Jakarta ( Sitoresmi ,2023 ) bahwa fatherless adalah kekurangan sosok
ayah dalam kehidupan keluarga. Lebih rinci lagi, fatherless adalah kecenderungan
tidak adanya peran dan keterlibatan figure ayah secara signifikan dalam kehidupan
dari seorang anak.
Fatherless juga dapat diartikan sebagai kondisi atau keadaan seorang anak yang
mempunyai sosok orang tua lengkap terutama ayah, tetapi mereka kehilangan sosok
ayah seperti peran penting dari ayah karena adanya masalah keluarga. ( Aini, 2019 ).
Fatherless yang dimaksud oleh ( Utami, 2019 ) yakni keadaan seorang anak yang
ditinggal orang tua khususnya ayah karena dalam keadaan wafat atau meninggal
dunia.
Ketiadaan sosok figure ayah dalam hidup anak bisa saja terjadi pada anak yatim
atau anak dengan ayah yang masih hidup tetapi tidak menemui hubungan yang erat
dengan ayah juga disebut fatherless. Smit 2011 dalam ( Mardiyah ,2020 ) menyatakan
bahwa seorang anak yang mendapatkan kondisi fatherless ketika ia tidak memiliki
ayah atau tidak memiliki ikatan yang dekat dengan ayahnya. Bisa disebabkan oleh
kasus perceraian atau permasalahan pernikahan dari kedua orang tua.
Fatherless juga dapat diartikan sebagai dimana kondisi ayah hadir secara nyata
atau fisik namun tidak hadir secara psikologis pada anak ( Putri, 2023 ). Dengan
keadaan seperti ini akan membuat kelemahan dalam fungsi mendidik atau memberi
nilai yang baik, yang dapat membuat anak tidak memperoleh sosok ayah didalam
dirinya secara sempurna.
Dengan demikian dapat disimpulan bahwa fatherless adalah keadaan anak yang
kurang atau bahkan tidak mendapatkan akan peran figure dari seorang ayah dalam
proses tumbuh dan berkembangnya seorang anak. Dengan kondisi ayah yang hadir
secara fisik didalam kehidupan anak tetapi tidak merasakan adanya sosok ayah secara
psikologis dan ayah yang tidak hadir didalam kehidupan seorang anak karena wafat.
Dampak dari kematian ayah dalam fatherless akan membuat anak akan
merasakan hilangnya kasih sayang, kehilangan model, kehilangan rasa aman,
kehilangan teman berbagi, kehilangan keutuhan keluarga dan hilangnya arah sang
anak untuk kedepannya. Anak akan lebih cenderung mempunyai motivasi belajar
yang rendah hingga hilangnya motivasi belajar sampai penurunan kualitas belajar
anak ( Putri, 2023 ).
D. Kerangka Konseptual
E. Hipotesis
Berdasarkan penjelasan diatas , maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai
berikut:
Hipotesis Alternatif (Ha) : Adanya pengaruh fatherless terhadap self control
pada remaja.
Hipotesis Nol (Ho) : Tidak ada pengaruh fatherless terhadap self control pada
remaja