NIM : 22011320
Bab 2 dari buku ini membahas tentang penskalaan dalam pengukuran psikologis.
Pengukuran psikologis melibatkan pemberian angka untuk mewakili atribut
psikologis seseorang. Terdapat tiga sifat numerik penting dalam pengukuran, yaitu
identitas, ketertiban, dan kuantitas. Selain itu, nol juga memiliki arti yang kompleks
dalam pengukuran psikologis.
Dalam pengukuran, properti keteraturan menyampaikan informasi yang lebih
besar daripada properti identitas. Properti kuantitas, di sisi lain, menyampaikan
informasi yang lebih besar. Angka-angka dengan sifat kuantitas memberikan
informasi tentang besarnya perbedaan antar individu. Dalam psikologi, angka nol
dapat dianggap sebagai nol absolut atau nol relatif, tergantung pada atribut yang
diukur.
Tes psikologi sering diperlakukan sebagai skor numerik yang memiliki sifat
kuantitas. Namun, pengukuran kuantitatif tergantung pada kemampuan kita untuk
menghitung unit pengukuran dengan jelas. Dalam pengukuran psikologis, satuan
pengukuran sering kali kurang jelas. Aditifitas adalah asumsi utama dalam proses
penghitungan, di mana peningkatan pada satu titik dalam proses pengukuran harus
sama dengan peningkatan satu unit pada titik lainnya.
Terdapat empat tingkat pengukuran dalam psikometri: nominal, ordinal, interval,
dan rasio. Tingkat pengukuran nominal hanya memberikan label pada kategori yang
berbeda, sedangkan tingkat pengukuran ordinal memberikan urutan pada kategori
tersebut. Tingkat pengukuran interval memiliki angka nol yang berubah-ubah dan
memungkinkan penjumlahan dan perkalian, sedangkan tingkat pengukuran rasio
memiliki angka nol yang tetap dan memungkinkan perbandingan yang lebih akurat.
Dalam buku "Pengukuran Psikologis: Teori dan Praktik", terdapat empat tingkat
pengukuran yang dibahas, yaitu nominal, ordinal, interval, dan rasio:
1. Tingkat pengukuran nominal adalah tingkat terendah dalam skala
pengukuran. Pada tingkat ini, variabel hanya memiliki kategori atau label
tanpa memiliki urutan atau peringkat. Contohnya adalah jenis kelamin atau
warna mata seseorang.
2. Tingkat pengukuran ordinal adalah tingkat di mana variabel memiliki urutan
atau peringkat, tetapi tidak ada jarak yang dapat diukur antara kategori.
Contohnya adalah tingkat kepuasan pelanggan yang diukur dengan skala
"sangat puas", "puas", "netral", "tidak puas", dan "sangat tidak puas".
3. Tingkat pengukuran interval adalah tingkat di mana variabel memiliki urutan,
peringkat, dan jarak yang dapat diukur antara kategori. Pada tingkat ini, nol
tidak memiliki arti mutlak dan hanya merupakan titik referensi. Contohnya
adalah suhu dalam skala Celsius atau Fahrenheit.
4. .Tingkat pengukuran rasio adalah tingkat tertinggi dalam skala pengukuran.
Pada tingkat ini, variabel memiliki urutan, peringkat, jarak yang dapat diukur,
dan nol memiliki arti mutlak. Contohnya adalah berat badan atau tinggi
seseorang.
Ketiga, pengukuran harus memiliki satuan yang jelas dan konsisten. Satuan
pengukuran harus dapat diukur dengan cara yang sama untuk setiap individu
atau objek yang diukur. Misalnya, dalam mengukur berat badan, satuan yang
digunakan harus konsisten, seperti kilogram atau pound.
Keempat, pengukuran harus memenuhi asumsi aditivitas. Asumsi ini
menyatakan bahwa peningkatan satu unit pada satu titik dalam proses
pengukuran harus sama dengan peningkatan satu unit pada titik lainnya.
Dalam pengukuran psikologis, aditivitas seringkali menjadi tantangan karena
atribut psikologis sulit diukur secara langsung dan tidak memiliki ukuran
satuan yang tetap. Namun, dengan menggunakan skala interval, aditivitas
dapat diterapkan dengan memperhatikan jarak antara kategori.