Anda di halaman 1dari 22

KAJIAN LITERASI

TATA RUANG MEMORI: GAMBARAN MENTAL, PETA, DAN


PROPOSISI
&
PENATAAN PENGETAHUAN DALAM PIKIRAN

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Kognitif Belajar Matematika


yang dibina oleh

Bapak Dr. I Nengah Parta, S. Pd., M. Si.

Bapak Dr. Subanji, S. Pd., M. Si.

Disusun oleh:

Kristiawati (230311900133)
Morinaga Hadi (230311918451)
Ranti Kurniasih (230311902373)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI S3 PENDIDIKAN MATEMATIKA
2023
TATA RUANG MEMORI: GAMBARAN MENTAL, PETA, DAN PROPOSISI

Bab ini mengeksplorasi bagaimana pengetahuan disimpan dan direpresentasikan dalam pikiran
kita :
- Pertama, kita mempertimbangkan apa itu representasi dan dalam bentuk apa
representasi tersebut dapat disimpan.
- Kedua, kita akan melihat lebih dekat teori-teori yang menggambarkan representasi
pengetahuan dan menyarankan agar kita menyimpan pengetahuan kita dalam gambar,
simbol, atau proposisi.
- Ketiga, kita melihat lebih dekat gambaran-gambaran dalam pikiran kita. Bagaimana
kita memutar atau memindainya: singkatnya, bagaimana kitab isa memanipulasi
gambaran mental?
- Keempat, kita memeriksa apakah teori-teori terpisah mengenai gambaran dan proposisi
dapat digabungkan sebagai satu pendekatan
- Terakhir, kita melihat peta mental.

A. Representasi Mental Pengetahuan


Idealnya, psikolog kognitif ingin mengamati secara langsung bagaimana kita
merepresentasikan pengetahuan. Seolah-olah kita dapat mengambil rekaman video atau
serangkaian cuplikan representasi pengetahuan yang sedang berlangsung dalam pikiran
manusia. Sayangnya, tidak ada metode empiris langsung untuk mengamati representasi
pengetahuan tersebut. Bahkan dalam waktu dekat pun metode ini masih belum bisa dipastikan
tersedia. Namun, masih ada metode-metode alternatif yang dapat digunakan untuk mengamati
representasi pengetahuan. Oleh karena itu, hanya pendekatan introspeksi yang berlaku sampai
sejauh ini.
Kemungkinan lain yang dapat kita lakukan untuk mengamati bagaimana kita
merepresentasikan pengetahuan dalam pikiran kita adalah dengan pendekatan rasionalis.
Dalam pendekatan ini, kami mencoba menyimpulkan secara logis bagaimana orang
merepresentasikan pengetahuan. Selama berabad-abad, para filsuf telah melakukan hal tersebut.
Dalam epistemologi klasik (studi tentang sifat, asal usul, dan batasan pengetahuan manusia),
para filsuf membedakan dua jenis struktur pengetahuan. Jenis struktur pengetahuan yang
pertama adalah pengetahuan deklaratif. Pengetahuan ini mengacu pada fakta – fakta yang
dapat dinyatakan, seperti tanggal lahir, nama sahabat Anda, atau penampilan kelinci.
Pengetahuan prosedural mengacu pada pengetahuan tentang prosedur yang dapat diterapkan.
Contohnya adalah langkah-langkah mengikat tali sepatu, menambahkan kolom angka, atau
mengendarai mobil. Perbedaannya adalah antara “mengetahui hal itu” dan “mengetahui
caranya” (Ryle, 1949). Konsep-konsep ini akan digunakan dalam bab ini.
Pada bagian berikut, kami mengeksplorasi beberapa teori yang telah diajukan para
peneliti yang digunakan untuk menjelaskan bagaimana kita mewakili dan menyimpan
pengetahuan dalam pikiran kita:
- Pertama, kita mempertimbangkan apa perbedaan antara gambar dan kata-kata ketika
digunakan untuk merepresentasikan ide-ide di dunia luar, seperti di dalam buku.
- Kemudian kita belajar tentang gambaran mental dan gagasan yang kita simpan dalam
bentuk gambaran pada sebagian pengetahuan kita.
- Lalu, kita mengeksplorasi gagasan bahwa pengetahuan disimpan dalam dua bentuk,
yaitu kata-kata dan gambar (teori kode ganda)

1
- Terakhir, kita mempertimbangkan suatu alternatif, yaitu teori proposisi, yang
menyampaikan bahwa kita sebenarnya menggunakan bentuk pengkodean pengetahuan
yang abstrak sehingga membuat kita tidak menggunakan kata-kata atau gambaran
mental.
1. Mengkomunikasikan Pengetahuan: Gambar versus Kata-kata
Pengetahuan dapat direpresentasikan dalam berbagai cara dalam pikiran. Pengetahuan
dapat disimpan sebagai gambaran mental, atau dalam kata-kata, atau proposisi abstrak. Tentu
saja, psikolog kognitif terutama tertarik pada representasi mental internal kita tentang apa yang
kita ketahui. Namun, sebelum kita beralih ke representasi internal, mari kita lihat representasi
eksternal, seperti buku. Suatu buku mengkomunikasikan ide melalui kata-kata dan gambar.
Bagaimana representasi eksternal dalam kata-kata berbeda dari representasi yang sama dalam
gambar?
Baik gambar maupun kata-kata dapat digunakan untuk merepresentasikan benda dan
gagasan, tetapi tidak satu pun dari bentuk representasi tersebut yang benar-benar memper-
tahankan seluruh karakteristik dari apa yang direpresentasikan. Misalnya, baik kata ‘kucing’
maupun gambar kucing sebenarnya tidak menunjukkan kucing memakan ikan, mengeong, atau
mendengkur saat dibelai. Baik kata kucing maupun gambar kucing merupakah representasi
khas dari “sifat kucing”. Setiap jenis representasi mempunyai ciri khas tersendiri.

Gambar 1. Berbagai Jenis representasi Mental


Seperti Anda amati, gambar relatif lebih mirip dengan objek nyata yang
direpresentasikan. Gambar menunjukkan atribut konkret, seperti bentuk dan ukuran relatif.
Atribut-atribut ini mirip dengan ciri dan sifat objek nyata yang diwakili oleh gambar. Sekalipun
Anda menutupi sebagian dari objek tersebut, yang tersisa tetap terlihat seperti bagian dari objek
tersebut.
Sebaliknya, kata “kucing” merupakan representasi simbolik, artinya hubungan antara
kata tersebut dan apa yang diwakilinya bersifat berubah-ubah. Tidak ada kata yang secara
inheren bersifat seperti kucing (cat). Jika Anda tumbuh besar di negara lain seperti Jerman atau
Prancis, kata “Katze” atau “chat,” masing-masing akan melambangkan konsep kucing bagi
Anda. Misalkan Anda menutupi sebagian kata “cat,” sisa bagian yang tampak bahkan tidak
lagi memiliki hubungan simbolik dengan bagian mana pun dari kucing (cat).
Representasi simbolik, seperti kata “kucing”, menangkap beberapa jenis informasi
tetapi tidak menangkap jenis informasi lainnya. Kamus mendefinisikan kucing sebagai
“mamalia karnivora (Felis Catus) yang telah lama dijinakkan sebagai hewan peliharaan dan
untuk menangkap tikus” (Merriam-Webster’s Online Dictionary, 2010). Anggaplah
representasi mental kita terhadap arti kata-kata mirip dengan yang ada di kamus. Lalu, kata
“kucing” mengandung arti binatang pemakan daging (“karnivora”), mengasuh anaknya
(“mamalia”), dan seterusnya. Informasi ini bersifat abstrak dan umum. Ini dapat diterapkan

2
pada sejumlah kucing tertentu yang memiliki warna atau pola bulu apa pun. Untuk mewakili
ciri tambahan, kita harus menggunakan kata tambahan, seperti hitam, Persia, atau belacu.
Gambar kucing tidak menyampaikan informasi abstrak apa pun yang disampaikan oleh
kata mengenai apa yang dimakan kucing, apakah ia mengasuh anak-anaknya, dan sebagainya.
Namun, gambar tersebut menyampaikan banyak informasi konkret tentang kucing tertentu.
Misalnya, ia mengkomunikasikan posisi kaki kucing, sudut pandang kita terhadap kucing,
Panjang ekor kucing, apakah kedua matanya terbuka, dan seterusnya.
Ringkasnya, gambar dengan tepat menangkap informasi konkret dan spasial dengan
cara yang analog dengan apa pun yang diwakilinya. Gambar menyampaikan semua ciri secara
bersamaan. Sebaliknya, kata-kata dengan mudah menangkap informasi abstrak dan kategoris
dengan cara yang simbolis dari apa pun yang diwakili oleh kata-kata tersebut. Representasi
dalam kata – kata biasanya menyampaikan informasi secara berurutan. Gambar dan kata – kata
cocok untuk beberapa tujuan tetapi tidak untuk tujuan lain.
2. Gambar dalam Pikiran Anda: Gambaran Mental
Gambaran mental adalah representasi mental dari hal-hal yang tidak sedang dilihat atau
dirasakan oleh panca indra (Moulton & Kosslyn, 2009; Thomas, 2003). Dalam pikiran, kita
sering kali memiliki gambaran tentang objek, peristiwa, dan latar. Misalnya, ingat kembali
salah satu pengalaman pertama di kampus. Pemandangan, suara, dan bau apa saja yang
dirasakan saat itu, berupa potongan rumput, gedung-gedung tinggi, atau jalan setapak yang
ditumbuhi pepohonan? Gambaran mental bahkan dapat mewakili hal-hal yang belum pernah
Anda alami. Gambaran mental bahkan dapat mewakili hal-hal yang tidak ada sama sekali di
luar pikiran orang yang menciptakan gambar tersebut.
Penggambaran mungkin melibatkan representasi mental dalam salah satu modalitas
sensorik, seperti pendengaran, penciuman, atau rasa. Meskipun demikian, sebagian besar
penelitian tentang gambaran dalam psikologi kognitif berfokus pada gambaran visual, seperti
representasi objek atau latar yang saat ini tidak terlihat oleh mata. Ketika siswa membuat
catatan harian tentang gambaran mental mereka, siswa melaporkan lebih banyak
menyampaikan gambaran visual daripada gambaran pendengaran, penciuman, sentuhan, atau
rasa (Kosslyn et al., 1990). Sebagian besar kita lebih sadar akan gambaran visual dari gambaran
lainnya.
Dalam bentuk apa kita merepresentasikan gambaran dalam pikiran kita? Menurut
pandangan ekstrem tentang penggambaran, semua gambaran dari segala sesuatu yang kita
rasakan mungkin disimpan sebagai salinan persis dari gambaran fisik. Namun secara realistis,
menyimpan setiap gambaran fisik yang diamati di otak tampaknya mustahil. Kapasitas otak
tidak akan memadai untuk melakukan tugas seperti itu (Kosslyn, 2006; Kosslyn & Pomerantz,
1977).
3. Teori Kode Ganda: Gambar dan Simbol
Menurut teori kode ganda, kita menggunakan kode-kode gambar dan verbal untuk
merepresentasikan informasi (Paivio, 1969, 1971) dalam pikiran kita. Kedua kode ini mengatur
informasi menjadi pengetahuan yang dapat ditindaklanjuti, disimpan, dan kemudian diambil
untuk digunakan selanjutnya. Menurut Paivio, gambaran mental adalah kode analog. Kode
analog menyerupai objek yang diwakilinya. Misalnya, pohon dan sungai mungkin
direpresentasikan dengan kode analog. Sama seperti gerakan jarum jam analog yang
dianalogikan dengan perjalanan waktu, gambaran mental yang kita bentuk dalam pikiran kita
analog dengan rangsangan fisik yang kita amati.

3
Sebaliknya, representasi mental kita terhadap verbal (kata-kata) terutama
direpresentasikan dalam kode simbolis. Kode simbolis adalah satu bentuk representasi
pengetahuan yang dipilih untuk mewakili sesuatu secara persepsi tidak menyerupai apa yang
diwakili. Sama seperti jam tangan digital yang menggunakan simbol berubah-ubah (dalam
bilangan yang khas) untuk merepresentasikan perjalanan waktu, pikiran kita menggunakan
simbol yang berubah-ubah (kata dan gabungan kata) untuk mewakili banyak ide. Pasir juga
dapat digunakan untuk mewakili aliran waktu seperti pada gambar 2 berikut.

Gambar 2. Simbol Bisa Merepresentasikan Ide dalam Pikiran


4. Menyimpan Pengetahuan sebagai Konsep Abstrak: Teori Proposisi
Tidak semua orang menganut teori kode ganda. Para peneliti telah mengembangkan
teori alternatif yang disebut teori konseptual – proposisi, atau teori proposisi (Anderson &
Bower, 1973; 1984; 2006). Teori proposisi menyarankan agar kita tidak menyimpan
representasi mental dalam bentuk gambar atau kata-kata saja.
a. Apa itu Proposisi?
Bagaimana cara kerja representasi proposisi? Perhatikan sebuah contoh. Untuk
mendeskripsikan gambar 1 (a), Anda dapat mengatakan, “Meja berada di atas kucing.” Anda
juga dapat mengatakan, “Kucing di bawah meja.” Berdasarkan hal itu, banyak cara yang dapat
Anda lakukan untuk mendeskripsikan hal tersebut.
Para ahli logika telah merancang suatu cara singkat, yang disebut “perhitungan predikat”
yang mengungkapkan makna mendasar dari suatu hubungan. Cara ini mencoba untuk
menghilangkan berbagai perbedaan dangkal dengan cara menggambarkan makna yang lebih
dalam dari sebuah proposisi:
[Hubungan antar elemen]([Elemen subjek], [Elemen objek])
Ungkapan logis untuk proposisi yang mendasari hubungan antara kucing dan meja
ditunjukkan pada bentuk “Di bawah (Kucing, Meja).” Ungkapan logis ini, tentu perlu
diterjemahkan oleh otak ke dalam format yang sesuai dengan mekanisme internalnya.
b. Menggunakan Proposisi
Proposisi dapat digunakan untuk menggambarkan hubungan apapun. Contoh hubungan
antara lain tindakan suatu benda terhadap benda lain, atribut suatu benda, posisi suatu benda,
keanggotaan kelas suatu benda, dan sebagainya. Seperti terlihat pada tabel 1. Selain itu,
sejumlah proposisi dapat digabungkan untuk mewakili hubungan, gambaran, atau rangkaian
kata yang lebih kompleks. Contohnya adalah “ tikus berbulu menggigit kucing, yang sekarang
bersembunyi di bawah meja.” Ini ide kunci yang merupakan proposisi dari bentuk representasi
mental yang laun dalam kata-kata atau dalam gambar.

4
Tabel 1. Representasi Proposisi dari Makna yang Mendasari
Menurut teori Proposisi, informasi bergambar dan verbal dikodekan dan disimpan
sebagai proposisi. Kemudian, ketika kita ingin mengambil informasi dari penyimpanan,
representasi proposisi diambil. Dari situ, pikiran kita menciptakan Kembali kode verbal atau
imajinasi dengan relatif akurat.
Beberapa bukti menunjukkan bahwa representasi ini tidak harus bersifat eksklusif.
Orang tampaknya dapat menggunakan kedua jenis representasi tersebut untuk meningkatkan
kinerja mereka dalam tes kognitif (Talasli, 1990).
5. Apakah Teori Proposisi dan Gambaran Mental Sesuai Harapan?
Kontroversi mengenai apakah kita merepresentasikan informasi dalam ingatan kita
melalui proposisi atau gambaran mental terus berlanjut hingga saat ini (lihat misalnya Kosslyn,
2006; Pylyshyn, 2006). Kedua teori tersebut mempunyai batasnya masing-masing.
a. Batasan Gambaran Mental

Gambar 3. Gambaran Mental


Apa batasan representasi analogis gambar? Misalnya, lihat sekilas Gambar 3, lalu lihat
ke arah lain. Apakah Gambar 3 memuat jajaran genjang (bangun datar bersisi empat yang
mempunyai dua pasang garis sejajar yang sama panjang)? Partisipan dalam sebuah penelitian
melihat gambar seperti ini. Mereka harus menentukan apakah bentuk tertentu (misalnya,
jajaran genjang) merupakan bagian dari keseluruhan gambar (Reed, 1974). Performa
keseluruhan sedikit lebih baik daripada peluang. Para peserta tampaknya tidak mampu
memunculkan gambaran mental analogis yang tepat. Mereka tidak dapat menggunakan
gambaran mental untuk menelusuri garis guna menentukan bentuk komponen mana yang
merupakan bagian atau bukan bagian dari suatu gambar keseluruhan. Bagi Reed, temuan ini
menyarankan penggunaan kode proposisi daripada kode analogis. Contoh kode proposisi

5
adalah “Bintang Daud” atau “dua segitiga yang saling tumpang tindih, salah satunya terbalik”.
Penjelasan lain yang mungkin adalah bahwa orang memiliki gambaran mental analogis yang
dalam beberapa hal tidak tepat.
b. Batasan Teori Proposisi
Ada beberapa bukti bahwa kita tidak memerlukan kode proposisi untuk memanipulasi
informasi, tetapi kita dapat memanipulasi gambaran mental secara langsung.
Peserta dalam studi yang dilakukan Finke dan rekannya (Finke, Pinker, & Farah, 1989)
memanipulasi gambaran mental dengan menggabungkan dua gambaran berbeda untuk
membentuk gambaran mental yang berbeda sama sekali. Manipulasi gambaran mental ini
mungkin dianggap sebagai pengalaman imajinasi Gestalt. Pada gambar gabungan, keseluruhan
dari dua gambar gabungan berbeda dari jumlah dua bagian berbedanya. Penelitian
menunjukkan bahwa dalam beberapa situasi, gambaran mental dapat digabungkan secara
efektif (misalnya huruf H dan huruf X) untuk menciptakan gambaran mental. Gambar tersebut
dapat berupa bentuk geometris (misalnya segitiga siku-siku), huruf (misalnya M), atau objek
(misalnya dasi kupu-kupu).
Tampak kode proposisi cenderung tidak mempengaruhi kode gambaran ketika peserta
menciptakan gambaran mental mereka sendiri, dibandingkan ketika peserta disajikan dengan
gambar untuk direpresentasikan. Namun, kode proposisi dapat mempengaruhi kode gambaran.
B. Manipulasi Mental pada Gambar
Menurut hipotesis kesetaraan fungsional, meskipun gambaran visual tidak identik
dengan persepsi visual, tetapi secara fungsional setara dengannya. Pandangan ini pada dasarnya
menyarankan agar kita menggunakan gambar daripada proposisi dalam representasi
pengetahuan untuk objek konkret yang dapat digambarkan dalam pikiran.
1. Prinsip Gambaran Visual
Seorang peneliti mengemukakan beberapa prinsip tentang bagaimana gambaran visual
secara fungsional setara dengan persepsi visual (Finke, 1989). Prinsip-prinsip ini dapat
digunakan sebagai panduan untuk merancang dan mengevaluasi penelitian mengenai
penggambaran.

Tabel 2. Prinsip Gambaran Visual: Pertanyaan

6
2. Rotasi Mental
Gambaran mental dapat dimanipulasi dengan banyak cara. Dapat diputar seperti benda
fisik, dapat juga memperbesar gambaran mental untuk melihat lebih detail pada area tertentu,
atau dapat memindai seluruh gambar dari satu titik ke titik lainnya.
a. Bagaimana Cara Kerja Rotasi Mental?
Rotasi mental melibatkan transformasi gambaran mental visual suatu objek secara
rotasi (Takane & Okubo, 2003; Zacks, 2008). Sama seperti Anda membayangkan memutar
botol air minum yang Anda pegang dalam pikiran Anda. Apakah yang Anda lihat sama dengan
apa yang ada bayangkan dalam pikiran Anda saat ini?
Dalam eksperimen klasik, partisipan diminta mengamati sepasang gambar yang
menunjukkan bentuk geometris tiga dimensi (3-D) (Shepard & Metzler, 1971). Bentuknya
diputar dari 0 hingga 180 derajat (Gambar 4). Rotasinya terjadi pada bidang gambar [yaitu,
dalam ruang 2-D searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam; Gambar 4(a)] atau secara
mendalam [yaitu, dalam ruang 3-D; Gambar 4(b)]. Selain itu, peserta diperlihatkan formulir
pengalih perhatian. Bentuk-bentuk ini bukanlah rotasi dari rangsangan aslinya [Gambar 4(c)].
Peserta kemudian diminta untuk menceritakan apakah suatu gambar merupakan rotasi dari
stimulus aslinya atau bukan.

Gambar 4. Rotasi Mental. Manakah di antara pasangan gambar di atas yang


menunjukkan bangun yang berbeda?
b. Kecerdasan dan Rotasi Mental
Shepard dan peneliti lain mengungkap rotasi mental memberikan hubungan langsung
antara penelitian dalam psikologi kognitif dan penelitian tentang kecerdasan. Jenis
permasalahan yang dipelajari oleh Shepard dan teman-temannya sangat mirip dengan
permasalahan yang dapat ditemukan pada tes psikometri kemampuan spasial konvensional.
Karya Shepard berkontribusi besar pada penelitian kognitif terhadap pemahaman kita tentang
kecerdasan: Penelitian ini telah mengidentifikasi representasi mental dan proses kognitif yang
mendasari adaptasi terhadap lingkungan dan pada akhirnya membentuk kecerdasan manusia.
c. Neurosains dan Rotasi Mental
Apakah ada bukti fisiologis mengenai rotasi mental? Salah satu jenis penelitian
melibatkan otak primata, hewan yang proses otaknya paling mirip dengan manusia. Dengan
menggunakan rekaman sel tunggal pada korteks motorik monyet, peneliti menemukan

7
beberapa bukti fisiologis bahwa monyet dapat melakukan rotasi mental (Georgopoulos et al.,
1989).
d. Gender dan Rotasi Mental
Rotasi mental telah dipelajari secara ekstensif selain penerapannya pada teori
penggambaran. Sejumlah penelitian telah menyoroti keunggulan laki-laki dibandingkan
perempuan dalam tugas rotasi mental (Collins & Kimura, 1997; Robert & Bell, 2000a, 2000b,
2003), tetapi pada penelitian lain mengatakan beda (Beste et al., 2010; Jaencke & Jordan, 2007;
Jansen-Osmann & Heil, 2007). Sejumlah penelitian yang belum menemukan perbedaan gender
telah menggunakan karakter (seperti huruf dan angka) untuk rotasi mental. Beberapa peneliti
berspekulasi bahwa keunggulan ini telah menurun sejak pertama kali diamati.
3. Pengabaian Representasional
Bukti tambahan mengenai kemiripan persepsi dan gambaran mental dapat dilihat dalam
kasus pengabaian representasi. Banyak pasien yang menderita pengabaian spasial juga
menderita pelemahan yang terkait, disebut pengabaian representasional. Dalam pengabaian
representasional, seseorang yang diminta untuk membayangkan suatu adegan dan kemudian
mendeskripsikannya mengabaikan separuh dari adegan yang dibayangkan tersebut. Meskipun
kedua jenis pengabaian ini sering terjadi bersamaan, tetapi bisa juga terjadi secara independen.
Peru dan Zapparoli (1999) menggambarkan kasus seorang perempuan yang tidak menunjukkan
bukti pengabaian spasial saat berjuang dengan tugas-tugas yang memerlukan produksi
gambaran mental. Dalam adegan, pengabaian representasional hanya muncul jika ada tempat
yang menguntungkan (Rode et al., 2004).
Dalam adegan, pengabaian representasional hanya muncul jika ada sudut pandang yang
diberikan (Rode dkk., 2004). Misalnya, jika seseorang yang mengalami pengabaian
representasional diminta untuk mendeskripsikan dapurnya, dia akan melakukannya dengan
akurat. Namun jika orang yang sama diminta untuk menggambarkan dapur dari lemari es, lalu
dia akan menunjukkan kelalaian.
C. Mensintesis Gambar dan Proposisi
Dalam bab ini, kita telah membahas dua pandangan berlawanan tentang pengetahuan
representasi. Salah satunya adalah teori kode ganda, yang menyatakan bahwa pengetahuan
direpresentasikan dalam bentuk gambar dan simbol. Yang kedua adalah teori proposisi, yang
menyatakan pengetahuan representasi itu ada hanya dalam proposisi yang mendasarinya,
bukan dalam bentuk gambar, kata, atau simbol lainnya. Sebelumnya kita mempertimbangkan
beberapa sintesis yang diusulkan dari dua hipotesis, mari kita tinjau temuan yang dijelaskan
sejauh ini. Kami melakukan berdasarkan prinsip gambaran visual Finke.
Berikut prinsip penggambaran secara visual:
1) Transformasi gambar mental dan gambar gerakan mental sesuai dengan transformasi
yang sama dan gerakan seluruh benda-benda fisik dan persepsi.
2) Hubungan spasial antara elemen gambar visual analog dengan hubungan-hubungan
fisik dalam ruang yang sebenarnya
3) Gambar mental yang dapat digunakan untuk menghasilkan informasi yang tidak
tersimpan secara eksplisit selama pengkodean.
4) Konstruksi gambar mental yang dianalogikan dengan konstruksi gambar yang terlihat
secara visual.
Penggambaran secara visual yang bersifat fungsional setara dengan persepsi visual
yang masing-masing digunakan dalam proses system visual..

8
Ada tiga kriteria pertama Finke untuk representasi gambar, didasarkan pada ilmu
tentang rotasi mental, penskalaan gambar, dan pemindahan gambar. Namun penelitian yang
melibatkan gambar-gambar yang ambigu dan manipulasi mental yang tidak bisa menunjukkan
bahwa ada batasan analogi antara persepsi dan penggambaran.
1. Model Mental Johnson-Laird
Sebuah sintesis alternatif dari literatur menunjukkan bahwa representasi mental dapat
mengambil salah satu dari tiga bentuk: proposisi, gambar, atau model mental (Johnson-Laird,
1983, 1999; Johnson-Laird & Goldvarg, 1997). Model mental memberikan sarana representasi
tambahan untuk proposisi dan gambar visual. Model mental memberikan cara untuk
menjelaskan temuan empiris, seperti bentuk gambar haptic dan pendengaran yang tampilannya
sangat berbeda dari gambaran visual.
Model mental adalah struktur pengetahuan yang dibangun individu untuk memahami
dan menjelaskan pengalaman mereka (Brewer, 2003; Goodwin & Johnson-Laird, 2010;
Johnson-Laird, 2001; Schaeken et al., 1996; Tversky, 2000). Model-model tersebut dibatasi
oleh teori implisit individu tentang pengalaman-pengalaman ini, yang mungkin lebih atau
kurang akurat. Misalnya, Anda mungkin memiliki model mental untuk menjelaskan bagaimana
pesawat terbang di udara. Namun, modelnya bergantung—bukan pada hukum fisika atau
hukum lainnya, melainkan—pada keyakinan Anda terhadap hukum tersebut. Hal yang sama
juga berlaku pada penciptaan model mental dari masalah penalaran teks atau simbolik seperti
dari kisah pesawat yang terbang di udara (Byrne, 1996; Ehrlich, 1996; Garnham & Oakhill,
1996).
2. Neurosains: Bukti Banyak Kode
Peserta yang terlibat dalam proyek penelitian yang melibatkan tugas-tugas kognitif
dapat dipengaruhi oleh harapan peneliti. Bagaimana cara anda menyesuaikan diri dengan
harapan para peneliti? Anda harus mengontrol secara langsung aktivitas dan fungsi otak Anda
sehingga Anda dapat mensimulasikan apa yang diharapkan oleh para peneliti sehubungan
dengan fungsi persepsi atau kognitif tertentu. Demikian juga, pasien dengan kerusakan otak
tidak mengetahui bahwa jenis kerusakan tertentu diperkirakan menyebabkan jenis defisit
tertentu. Memang benar, pasien jarang mengetahui letak kerusakan sampai defisit ditemukan.
Dengan demikian, temuan neuropsikologi dapat menghindari banyak masalah yang terkait
dengan karakteristik permintaan dalam menyelesaikan konflik pengkodean ganda. Namun,
penelitian ini tidak menghilangkan bias eksperimen dalam mencari kelemahan atau hasil
defisit.
a. Otak Kiri atau Otak Kanan: Di Mana Informasi Dimanipulasi?
Beberapa peneliti telah mengikuti tradisi lama mempelajari pola kerusakan otak dan
mengaitkannya dengan defisit kognitif. Awal penelitian neuropsikologi pada gambar berasal
dari penelitian terhadap pasien dengan kerusakan yang teridentifikasi dan dari pasien dengan
otak terbelah. Ingat Bab 2 studi pasien yang menjalani operasi yang memisahkan belahan otak
kanan dari otak kiri. Para peneliti menemukan bahwa belahan otak kanan muncul untuk
mewakili dan memanipulasi pengetahuan visuo-spasial dalam cara yang mirip dengan persepsi
(Gazzaniga & Sperry, 1967). Sebaliknya, otak kiri tampaknya lebih mahir dalam
mempresentasikan dan memanipulasi pengetahuan berbasis simbol verbal dan lainnya.
b. Dua Jenis Gambar: Visual versus Spasial
Saat meneliti gambaran visual, para peneliti telah menemukan bahwa gambar
sebenarnya dapat disimpan (diwakili) dalam format yang berbeda dalam pikiran, tergantung
pada jenis gambar apa yang terlibat (Farah, 1988a, 1988b;. Farah et al, 1988a). Di sini,

9
gambaran visual mengacu pada penggunaan gambar yang merepresentasikan karakteristik
visual seperti warna dan bentuk. Gambaran spasial mengacu pada gambar yang mewakili ciri
spasial seperti dimensi kedalaman, jarak, dan orientasi.

Gambar 5. Kerusakan Lobus Temporal.


Daerah di mana otak kiri rusak: lobus temporal kanan dan kanan lobus frontal inferior,
seperti yang ditunjukkan pada gambar yang di atas, dan wilayah temporo-oksipital, seperti
yang ditunjukkan pada gambar yang di bawah.
D. Kognisi Spasial dan Peta Kognitif
Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa cara kita mempresentasikan
pengetahuan bergambar hanya didasarkan pada apa yang kita rasakan dengan melihat, dan
kemudian membayangkan rangsangan visual. Hal ini berlaku bahkan ketika kita tidak pernah
memiliki kesempatan untuk "melihat seluruh gambar," seperti foto dari udara atau peta.
Kognisi spasial berkaitan dengan perolehan, pengorganisasian, dan penggunaan pengetahuan
tentang obyek dan tindakan dalam ruang: dua dan tiga dimensi.
Peta kognitif adalah representasi internal dari lingkungan fisik kita, terutama berpusat
pada hubungan spasial. Peta kognitif tampaknya menawarkan representasi internal yang
mensimulasikan ciri spasial tertentu dari lingkungan eksternal kita (Rumelhart & Norman,
1988; Wagner, 2006)
1. Pada Tikus, Lebah, Merpati, dan Manusia
Peta kognisi telah dilakukan oleh Edward Tolman selama tahun 1930an. Dalam sebuah
penelitian, para peneliti tertarik pada kemampuan tikus untuk mempelajari labirin (Gambar 6)
(Tolman & Honzik 1930). Tikus dibagi dalam tiga kelompok:
1) Kelompok pertama, tikus harus mempelajari labirin. Penghargaan untuk mendapatkan
dari kotak awal hingga kotak akhir adalah makanan. Pada akhirnya, tikus belajar untuk
menjalankan labirin tanpa membuat kesalahan. Dengan kata lain, mereka tidak
membuat putaran yang salah atau mengikuti jalan buntu.
2) Kelompok kedua dari tikus yang ditempatkan dalam labirin, tapi tikus ini mendapatkan
bala bantuan karena berhasil mencapai kotak akhir. Meskipun kinerja mereka
meningkat dari waktu ke waktu, mereka tetap membuat lebih banyak kesalahan
dibanding kelompok yang dipaksakan. Hasil ini tidaklah mengejutkan. Kita
mengharapkan imbalan kelompok yang diberi hadiah lebih banyak untuk belajar.
3) Kelompok ketiga, tikus tidak mendapat imbalan selama 10 hari uji coba pembalajaran.
Namun dihari ke 11 makanan dihidangkan pada kotak akhir untuk pertama kalinya.
Dengan hanya satu penguatan, pembelajaran tikus ini meningkat secara dramatis.
Tikus-tikus ini menjalankan labirin dengan baik dalam uji coba yang lebih sedikit
seperti tikus pada kelompok pertama.
Percobaan tersebut terlihat hanya belajar belok kanan, belok kiri dan seterusnya.
Menurut Tolman, tikus belajar peta kognisi, representasi internal dari labirin. Melalui argumen

10
ini, Tolman menjadi salah satu ahli teori kognitif yang paling cerdas. Dia berpendapat
pentingnya representasi mental yang memunculkan perilaku.
Lebah tidak hanya bisa membentuk peta imajinatif untuk mencapai sumber makanan,
mereka juga dapat menggunakan bentuk simbolis untuk mengkomunikasikan bahwa informasi
tersebut kepada lebah lain. Secara khusus, pola-pola yang berbeda dari tarian dapat digunakan
untuk mewakili maksud/arti yang berbeda.

Gambar 6. Penelitian Gambaran Mental pada Tikus


Merpati pos terkenal karena peta kognitifnya yang baik. Burung-burung ini dikenal
karena kemampuannya untuk kembali ke rumah mereka dari lokasi yang jauh. Kualitas inilah
yang menjadikan burung berguna untuk komunikasi pada zaman dahulu dan pada abad ke 19
dan 20. Penelitian telah diselesaikan tentang bagaimana merpati membentuk peta ini.
Hippocampus kiri memainkan peran penting dalam pembentukan peta. Ketika hippocampus
kiri luka, kemampuan merpati untuk kembali ke rumah terganggu. Hippocampus kiri juga
penting untuk persepsi petunjuk dalam lingkungan (Bingman et al.,2003). Hippocampus kanan
dilibatkan dalam pembentukan peta kognisi pada manusia juga (Laria, 2008; Maguire,
Frackowiak & Frith, 1996).
Manusia tampaknya menggunakan tiga jenis pengetahuan ketika membentuk dan
menggunakan peta kognitif:
1) Pengetahuan Petunjuk adalah informasi tentang ciri tertentu pada disuatu lokasi dan
yang mungkin didasarkan pada kedua representasi gambar dan proposisi (Thorndyke,
1981).
2) Pengetahuan rute-jalan melibatkan jalur khusus untuk berpindah dari satu lokasi ke
lokasi lain (Thorndyke & Hayes-Roth, 1982). Ini mungkin didasarkan pada kedua
proses tersebut.
3) Pengetahuan Survei melibatkan perkirakan jarak antara petunjuk, sama seperti jarak
yang terlihat pada survei (Thorndyke & Hayes-Roth, 1982). Ini dapat direpresentasikan
secara imajiner atau proposisi (misalnya, dalam jarak yang ditentukan secara numerik).
Dengan demikian, orang menggunakan kode analogis dan kode proposisi untuk
representasi gambar seperti gambar peta (McNamara, Hardy, & Hirtle, 1989; Russell & Ward,
1982).
2. Aturan Thumb untuk Menggunakan Peta Mental: Heuristik
Ketika kita menggunakan tanda/petunjuk, rute jalan, dan pengetahuan survei, kita
kadang-kadang menggunakan aturan praktis yang mempengaruhi dugaan kita tentang jarak.
Aturan praktis ini merupakan strategi kognitif yang disebut heuristik.

11
Dalam beberapa situasi, informasi konseptual seperti iklim tampaknya mencerminkan
kecenderungan untuk mengatur ciri peta mental. Penyimpangan-penyimpangan tampaknya
mencerminkan kecenderungan untuk mengatur ciri peta mental. Dengan demikian, sudut, garis,
dan bentuk yang direpresentasikan lebih mirip bentuk geometris murni abstrak daripada yang
sebenarnya. Berikut adalah beberapa contoh:
1) Penyimpangan sudut siku-siku: Orang-orang cenderung berpikir tentang persimpangan
jalan sebagai bentuk sudut 90° dibanding persimpangan sebenarnya (Moar & Bower,
1983; Smith & Cohen, 2008).
2) Simetri Heuristik: Orang-orang cenderung untuk berpikir tentang bentuk seperti lebih
simetris dibanding mereka sebenarnya (Montello, 2004; Tversky & Schiano, 1989)
3) Rotasi Heuristik: Ketika mempresentasikan gambar dan batasan yang sedikit miring,
orang cenderung menyimpangkan gambaran sebagai lebih vertical atau lebih horizontal
dibanding mereka sebenarnya (Tversky, 1981, 1991; Wagner, 2006)
4) Keselarasan Heuristik: Orang cenderung untuk mewakili/menunjuk tanda/landmark
dan batasan yang sedikit keluar dari keselarasan dengan penyimpangan gambaran
mental mereka untuk lebih baik diluruskan dibanding mereka sebenarnya (Tversky,
1981, 1991).
5) Posisi Relatif Heuristik: Posisi relatif dari tanda khusus/tertentu dan batasan
disimpangkan dalam gambaran mental dalam cara dengan teliti mencerminkan
pengetahuan konseptual seseorang tentang konteks di mana tanda dan batasan
ditempatkan dibanding mencerminkan konfigurasi ruang yang nyata.

12
PENATAAN PENGETAHUAN DALAM PIKIRAN

A. Pengetahuan Deklaratif dan Prosedural


Pengetahuan deklaratif bisa diekspresikan dalam kata-kata ataupun simbol-simbol lain
(yaitu “mengetahui hal itug”). Pengetahuan Anda tentang fakta-fakta mengenai psikologi
kognitif, sejarah dunia, sejarah pribadi Anda, dan matematika bergantung pada penataan mental
pengetahuan deklaratif Anda.
Pengetahuan prosedural adalah tentang bagaimana mengikuti langkah-langkah
prosedural untuk menampilkan tindakan (yaitu “mengetahui caranya”). Contohnya,
pengetahuan Anda tentang bagaimana mengemudi mobil, membuat tanda tangan, mengayuh
sepeda, dan menangkap bola bergantung pada representasi mental pengetahuan prosedural
Anda.
B. Penataan Pengetahuan Deklaratif
Satuan mendasar dari pengetahuan simbolik (pengetahuan dari relasi antara simbol dan
maknanya) adalah konsep (Bruner, Goodnow, & Austin, 1956; Kruschke, 2003; Love, 2003).
Masing-masing konsep berelasi dengan konsep-konsep lain, misalnya “apel,” yang berelasi
dengan warna merah, bulatan, atau buah.
Bagaimana mereka menata semua konsep tersebut? Satu cara untuk menatanya adalah dengan
sarana kategori. Kategori adalah kelompok hal-hal yang berbeda objek atau konsep yang bisa
ditempatkan bersama-sama karena memiliki beberapa kesamaan, atau karena semuanya mirip
dengan prototipe tertentu. Contoh, kata “apel” bisa bertindak sebagai kategori, ketika ada
dalam kumpulan jenis apel yang berbeda. Namun, juga bisa bertindak sebagai konsep dalam
kategori buah.
Akan dibahas cara-cara menata konsep ke dalam kategori. Kemudian, akan dikembangkan
bagaimana konsep dapat ditata melalui jaringan semantik yang terorganisir secara hirarkis,
serta skema, yang merupakan kerangka kerja pengetahuan yang mencakup sejumlah konsep
yang berkaitan (Bartlett, 1932; Brewer, 1999).
1. Konsep dan Kategori
Konsep dan kategori bisa dibagi-bagi dengan banyak cara. Satu cara pembedaan yang
sering digunakan untuk adalah kategori alami dan kategori artefak (Kalenine et al., 2009;
Medin, Lynch, & Solomon, 2000). Kategori alami adalah pengelompokan yang terjadi secara
alamiah di dunia, seperti burung-burung atau pohon-pohon. Kategori artefak adalah
pengelompokan yang ditemukan oleh manusia untuk tujuan atau maksud tertentu, contohnya
mobil-mobil dan perangkat dapur. Kedua kategori ini relatif stabil dan orang-orang cenderung
menyetujui kriteria keanggotaannya. Contohnya: harimau termasuk mamalia dan pisau adalah
alat untuk memotong.
Sebaliknya, konsep tidak selalu stabil tetapi bisa berubah (Dunbar, 2003; Thagard,
2003). Beberapa kategori dibuat hanya sementara atau untuk tujuan tertentu, contohnya “hal-
hal yang dapat Anda tulis.” Kategori ini disebut kategori ad hoc (Barsalou, 1983; Little,
Lewandowsky, & Heit, 2006). Kategori-kategori ini bukan dinyatakan dalam kata-kata tetapi
lebih kepada frase-frase. Isinya sangat bervariasi, tergantung konteksnya. Orang-orang di
pedesaan Uganda mungkin akan menyebutkan hal-hal berbeda yang dapat Anda tulis
dibandingkan dengan orang Amerika di perkotaan atau orang Eskimo Inuit.
Konsep tampaknya memiliki level dasar spesifikasi (atau biasa disebut level alami),
suatu tingkat dalam hirarki yang lebih disukai daripada tingkat lainnya (Medin, Proffitt, &

13
Schwartz, 2000; Rosch, 1978). Orang lebih cepat mengenali suatu objek pada level dasar
daripada level yang lebih tinggi (Rosch et al., 1976). Misalnya Anda diberikan gambaran yang
berwarna merah, bulat, punya tangkai, dan dari pohon. Mungkin Anda akan
membayangkannya sebagai buah, apel, apel enak, dan lain sebagainya.
Ada beberapa teori yang menjelaskan proses menentukan objek apa yang dimasukkan
dalam suatu kategori.
a. Kategori Berdasarkan Ciri: Suatu Pandangan yang Mendefinisikan
Semua ciri tersebut diperlukan (dan cukup) untuk menentukan kategori (Katz, 1972; Katz &
Fodor, 1963). Artinya setiap ciri merupakan elemen penting dari kategori tersebut. Bersama-
sama, ciri-ciri tersebut secara unik menentukan kategori; mereka adalah ciri penentu (atau
atribut penting): Agar suatu benda menjadi X, ia harus memiliki ciri tersebut. Jika tidak, ini
bukan “X”.
Pertimbangkan istilah “bujangan.” Selain sebagai manusia, seorang bujangan dapat dipandang
memiliki tiga ciri: laki-laki, belum menikah, dan dewasa. Masing-masing ciri diperlukan. Jika
salah satu ciri tidak ada, objek tersebut tidak dapat dimasukkan ke dalam kategori tersebut.
Dengan demikian, laki-laki yang belum menikah dan belum dewasa tidak akan menjadi
bujangan. Kami tidak akan menyebut anak laki-laki berusia 12 tahun yang belum menikah
sebagai bujangan, karena dia belum dewasa. Kami juga tidak akan menyebut sembarang pria
dewasa sebagai bujangan. Jika dia sudah menikah, maka dia tidak akan ikut serta. Wanita
dewasa yang belum menikah juga bukan seorang bujangan.
Singkatnya, teori berdasarkan ciri mempunyai beberapa ciri menarik, namun teori ini tidak
memberikan penjelasan lengkap mengenai kategori. Beberapa contoh spesifik dari kategori
seperti burung nampaknya merupakan contoh yang lebih baik dibandingkan yang lain.
Semuanya memiliki ciri khas yang sama. Namun, berbagai contoh tersebut mungkin memiliki
ciri khas yang berbeda-beda untuk kategori burung. Oleh karena itu, kita memerlukan teori
representasi pengetahuan yang dapat memberikan gambaran yang lebih baik tentang
bagaimana orang benar-benar merepresentasikan pengetahuan.
b. Teori Prototipe: Pandangan Khas
Teori prototipe mengambil pendekatan yang berbeda: mengelompokkan berbagai hal bukan
berdasarkan ciri-cirinya, melainkan berdasarkan kesamaannya dengan model rata-rata dari
kategori tersebut.
1) Prototipe dan Ciri Khas
Prototipe adalah rata-rata abstrak dari semua objek dalam kategori yang pernah kita temui
sebelumnya. Ini adalah prototipe tempat objek dibandingkan untuk memasukkannya ke dalam
suatu kategori. Yang penting adalah ciri-ciri khas, yang menggambarkan (mencirikan atau
melambangkan) prototipe tetapi tidak diperlukan untuk itu. Ciri-ciri khas umumnya terdapat
dalam contoh-contoh konsep yang khas, namun tidak selalu ada.
Meskipun ciri penentu dimiliki oleh setiap objek dalam suatu kategori, ciri khas tidak harus
dimiliki. Sebaliknya, banyak atau sebagian besar contoh memiliki ciri khas masing-masing.
Dengan demikian, kemampuan terbang merupakan ciri khas burung. Namun, itu bukan ciri
khas burung (burung unta tidak bisa terbang). Menurut teori prototipe, ia tampak kurang mirip
burung dibandingkan burung robin, yang bisa terbang. Demikian pula, permainan pada
umumnya mungkin menyenangkan, tetapi tidak harus demikian. Memang benar, ketika orang
diminta untuk membuat daftar ciri suatu kategori, seperti buah atau furnitur, sebagian besar
mencantumkan ciri seperti rasa manis atau “terbuat dari kayu”. Ciri-ciri ini bersifat khas dan
bukan penentu (Rosch & Mervis, 1975).

14
2) Konsep Klasik dan Fuzzy
Psikolog membedakan dua macam kategori: konsep klasik dan konsep fuzzy. Konsep
klasik adalah kategori yang dapat dengan mudah didefinisikan melalui ciri-ciri yang
menentukan, seperti “bujangan.” Konsep fuzzy adalah kategori yang tidak mudah didefinisikan,
seperti permainan atau kematian. Pembatasannya, sesuai dengan namanya, fuzzy (tidak jelas).
Konsep klasik cenderung merupakan penemuan yang dirancang oleh para ahli untuk memberi
label sesuai kehendaknya pada suatu kelas yang memiliki ciri-ciri penentu yang terkait. Konsep
fuzzy cenderung berkembang secara alami (Smith, 1988, 1995a; lihat juga Brent et al., 1996).
Jadi, konsep bujangan adalah konsep berubah-ubah yang kita ciptakan.
Konsep dan kategori klasik dapat dibangun berdasarkan ciri-ciri tertentu. Konsep dan
kategori fuzzy dibangun berdasarkan prototipe. Menurut tampilan prototipe, suatu objek akan
diklasifikasikan sebagai milik suatu kategori jika objek tersebut cukup mirip dengan prototipe.
Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan kemiripan dengan prototipe bisa menjadi
persoalan yang rumit.
3) Contoh Dunia Nyata: Menggunakan Contoh
Beberapa psikolog menyarankan daripada menggunakan prototipe abstrak tunggal
untuk mengategorikan suatu konsep, kita menggunakan beberapa contoh yang spesifik. Contoh
adalah perwakilan khas suatu kategori (Ross, 2000; Ross & Spalding, 1994). Misalnya, ketika
memikirkan burung, kita mungkin tidak hanya memikirkan prototipe burung penyanyi, yang
bertubuh kecil, bisa terbang, membuat sarang, berkicau, dan sebagainya. Kita juga mungkin
memikirkan contoh burung pemangsa, burung besar yang tidak bisa terbang, unggas air
berukuran sedang, dan seterusnya. Beberapa peneliti menggunakan pendekatan ini dalam
menjelaskan bagaimana kategori dibentuk dan digunakan dalam situasi klasifikasi yang
dipercepat (Nosofsky & Palmeri, 1997; Nosofsky, Palmeri, & McKinley, 1994; lihat juga Estes,
1994). Secara khusus, kategori diatur dengan membuat aturan dan kemudian menyimpan
contoh sebagai contoh. Objek kemudian dibandingkan dengan contoh untuk memutuskan
apakah objek tersebut termasuk dalam kategori yang diwakili oleh contoh tersebut atau tidak.
c. Suatu Sintesis: Menggabungkan Kategori Berdasarkan Ciri dan Teori Prototipe
Teori kategorisasi yang lengkap dapat menggabungkan ciri-ciri penentu dan ciri-ciri
khas (lihat juga Hampton, 1997a; Poitrenaud dkk., 2005; Smith dkk., 1974, 1988; Wisniewski,
1997, 2000), sehingga setiap kategori mempunyai prototipe dan inti. Inti mengacu pada ciri-
ciri penentu yang harus dimiliki sesuatu untuk dianggap sebagai contoh suatu kategori.
Prototipe mencakup ciri-ciri yang cenderung menjadi ciri khas suatu contoh (burung dapat
terbang), tetapi tidak diperlukan untuk dianggap sebagai contoh (burung unta).
Pertimbangkan konsep perampok. Intinya, seseorang yang dicap sebagai perampok
adalah orang yang mengambil barang milik orang lain tanpa izin. Namun, prototipe tersebut
cenderung mengidentifikasi orang-orang tertentu yang lebih mungkin menjadi perampok.
Misalnya saja penjahat kerah putih. Kejahatan mereka termasuk penggelapan jutaan dolar dari
majikan mereka. Para penjahat ini sulit ditangkap karena mereka tidak terlihat seperti prototipe
perampok kita, tidak peduli seberapa banyak mereka mencuri dari orang lain. Sebaliknya,
warga kota yang tidak terawat terkadang ditangkap karena kejahatan yang tidak mereka
lakukan. Alasannya adalah karena mereka lebih mirip dengan prototipe perampok yang umum,
terlepas dari apakah mereka mencuri atau tidak.

15
d. Pandangan Kategorisasi Berdasarkan Teori
Penyimpangan dari pandangan makna berdasarkan ciri, berdasarkan prototipe, dan
berdasarkan contoh adalah pandangan makna berdasarkan teori, terkadang juga disebut
pandangan berdasarkan penjelasan.
Pandangan makna berbasis teori menyatakan bahwa orang memahami dan
mengategorikan konsep berdasarkan teori implisit, atau gagasan umum yang mereka miliki
mengenai konsep tersebut (Markman, 2003, 2007)
Misalnya, apa yang membuat seseorang menjadi “olahragawan yang baik”?
- Dalam pandangan komponensial, Anda akan mencoba mengisolasi ciri-ciri olahraga
yang baik.
- Dalam pandangan prototipe, Anda akan mencoba menemukan ciri-ciri olahraga yang
bagus.
- Dalam pandangan contoh, Anda mungkin mencoba menemukan beberapa contoh baik
yang pernah Anda ketahui dalam hidup Anda.
- Dalam pandangan berbasis teori, Anda akan menggunakan pengalaman Anda untuk
menyusun penjelasan tentang apa yang membuat seseorang menjadi olahragawan yang
baik.
Pandangan berdasarkan teori mungkin seperti ini: Olahragawan yang baik adalah
seseorang yang, ketika menang, bermurah hati dalam kemenangannya dan tidak mengejek yang
kalah atau membuat mereka merasa tidak enak karena kalah. Ia juga adalah orang yang ketika
kalah, bahkan kalah telak, tetapi tidak menyalahkan pemenang, wasit, atau mencari-cari alasan.
Sebaliknya, dia menerima kekalahan itu dengan tenang, memberi selamat kepada
pemenangnya, dan kemudian melanjutkan. Perhatikan bahwa dalam pandangan berbasis teori,
sulit untuk menangkap esensi teori dalam satu atau dua kata. Sebaliknya, pandangan suatu
konsep lebih kompleks.
e. Kecerdasan dan Konsep dalam Budaya Berbeda
Budaya mempengaruhi banyak proses kognitif, termasuk kecerdasan (Lehman, Chiu,
& Schaller, 2004). Akibatnya, individu-individu dalam budaya yang berbeda dapat
membangun konsep dengan cara yang sangat berbeda, sehingga menghasilkan pembentukan
konsep atau hasil studi identifikasi dalam terduga budaya tunggal (Atran, 1999; Coley et al.,
1999; Medin & Atran, 1999). Dengan demikian, kelompok-kelompok mungkin berpikir
tentang apa yang tampak sebagai fenomena yang sama (baik sebuah konsep atau pelaksanaan
tes) dengan cara yang berbeda. Apa yang tampak sebagai perbedaan dalam kecerdasan umum
sebenarnya mungkin merupakan perbedaan dalam sifat budaya (Helms-Lorenz, Van de Vijver,
& Poortinga, 2003). Helms-Lorenz dan rekannya (2003) berpendapat bahwa perbedaan terukur
dalam kinerja intelektual dapat terjadi dari perbedaan kompleksitas budaya; tetapi
kompleksitas suatu budaya sangatlah sulit untuk didefinisikan, dan apa yang tampak sederhana
atau rumit dari sudut pandang satu budaya mungkin tampak berbeda dari sudut pandang budaya
lain.
2. Model Jaringan Semantik
Model jaringan semantik menunjukkan bahwa pengetahuan direpresentasikan dalam
pikiran kita dalam bentuk konsep-konsep yang terhubung satu sama lain dalam bentuk seperti
web. Berikut ini adalah model yang dikembangkan oleh Collins dan Quillian (1969) serta
model lain yang didasarkan pada perbandingan ciri-ciri semantik.

16
a. Model Jaringan Collins dan Quillian
Model lama yang masih digunakan saat ini adalah bahwa pengetahuan
direpresentasikan dalam bentuk jaringan semantik hirarkis (terkait dengan makna yang
diungkapkan dalam bahasa—yaitu, dalam simbol linguistik). Jaringan semantik adalah
jaringan unsur-unsur makna (simpul) yang terhubung satu sama lain melalui tautan (Collins &
Quillian, 1969). Representasi pengetahuan yang terorganisir berbentuk diagram pohon hirarkis.
Elemen-elemen tersebut disebut simpul; yang biasanya berupa konsep. Koneksi antar simpul
diberi label hubungan. Hubungan mungkin menunjukkan keanggotaan kategori (misalnya,
hubungan “adalah” yang menghubungkan “babi” dengan “mamalia”), atribut (misalnya,
menghubungkan “berbulu” dengan “mamalia”), atau hubungan semantik lainnya. Dengan
demikian, jaringan menyediakan sarana untuk mengatur konsep. Bentuk sebenarnya dari
jaringan semantik berbeda dari teori yang satu dan teori lainnya, tetapi sebagian besar jaringan
terlihat seperti jaringan yang sangat disederhanakan. Hubungan yang diberi label membentuk
tautan yang memungkinkan individu menghubungkan berbagai titik dengan cara yang
bermakna.

Gambar 7. Struktur Hirarkis Jaringan Semantik


Studi Collins dan Quillian memulai serangkaian penelitian terhadap struktur jaringan
semantik. Namun, banyak psikolog yang mempelajari data Collins dan Quillian tidak setuju
dengan interpretasi Collins dan Quillian. Salah satu alasannya adalah banyaknya anomali
dalam data yang tidak dapat dijelaskan oleh model. Misalnya, peserta membutuhkan waktu
lebih lama untuk memverifikasi “Singa adalah mamalia” dibandingkan memverifikasi “Singa
adalah binatang.” Namun, dalam pandangan yang sangat hirarkis, verifikasi terhadap
pernyataan mamalia seharusnya lebih cepat dibandingkan dengan pernyataan hewan.
Bagaimanapun, kategori mamalia secara hirarkis lebih dekat dengan kategori singa
dibandingkan dengan kategori hewan
b. Membandingkan Ciri-ciri Semantik
Meskipun teori ini terdengar mirip dengan teori kategorisasi berdasarkan ciri, teori ini
berbeda dalam hal utama: Ciri dari berbagai konsep dibandingkan secara langsung, bukan
dijadikan sebagai dasar untuk membentuk suatu kategori. Pertimbangkan kategorisasi mamalia
yang berbeda. Dalam teori berdasarkan ciri, setiap mamalia akan dideskripsikan berdasarkan
ciri-cirinya masing-masing—kelinci mungkin ditentukan oleh bulunya, telinganya yang
panjang, cara berjalannya yang bisa melompat, dll. Jika ciri-cirinya dibandingkan secara
langsung, maka Anda akan membandingkan semua mamalia dalam satu kelompok berdasarkan
kesamaan ciri.
Mari kita tetap menggunakan contoh mamalia. Nama mamalia dapat direpresentasikan
dalam ruang psikologis yang diatur oleh tiga ciri: ukuran, keganasan, dan kemanusiaan (Henley,

17
1969). Seekor singa, misalnya, akan unggul dalam ketiga hal tersebut. Seekor gajah akan
berukuran sangat tinggi tetapi keganasannya tidak terlalu tinggi. Seekor tikus berukuran kecil
tetapi keganasannya relatif tinggi. Gambar 8 menunjukkan bagaimana informasi dapat
diorganisasikan dalam teori berbasis ciri non-hirarkis. Perhatikan bahwa representasi ini juga
masih menyisakan sejumlah pertanyaan yang belum terjawab. Misalnya, apa arti kata mamalia
itu sendiri? Tampaknya tidak cocok dengan nama mamalia. Di mana benda-benda lain bisa
muat?
Kita dapat memperluas pemahaman kita tentang konsep lebih jauh jika kita tidak hanya
mempertimbangkan tingkat hierarki dan dasar suatu konsep (Komatsu, 1992). Kita juga harus
mempertimbangkan informasi relasional lainnya yang terkandung dalam konsep tersebut.
Secara khusus, kita dapat lebih memahami cara kita memperoleh makna dari sebuah konsep
dengan mempertimbangkan hubungannya dengan konsep lain, serta hubungan antar atribut
yang terkandung dalam sebuah konsep. Misalnya, perangkat pembelajaran dan instruksi
multimedia baru yang didasarkan pada model jaringan semantik dan menggunakan alat seperti
pemetaan pikiran memang dapat meningkatkan perolehan pengetahuan (Zumbach, 2009).

Gambar 8. Perbandingan Ciri-ciri Semantik


3. Representasi Skematis
Cara lain untuk mengatur banyak konsep yang ada dalam pikiran kita adalah melalui
skema. Pertama kita akan membahas skema secara umum dan kemudian melihat naskah, yang
merupakan jenis skema tertentu.
a. Skema
Salah satu pendekatan utama untuk memahami bagaimana konsep-konsep dihubungkan dalam
pikiran adalah melalui skema. Skema sangat mirip dengan jaringan semantik, hanya saja skema
sering kali lebih berorientasi pada tugas. Ingatlah bahwa skema adalah kerangka mental untuk
mengatur pengetahuan. Ini menciptakan struktur bermakna dari konsep-konsep terkait.
Misalnya, kita mungkin memiliki skema dapur yang memberi tahu kita jenis benda yang
mungkin ditemukan di dapur dan di mana kita dapat menemukannya. Tentu saja, baik konsep
maupun skema dapat dilihat pada berbagai tingkat analisis. Itu semua tergantung pada pikiran
individu dan konteksnya (Barsalou, 2000)
Skema memiliki beberapa karakteristik yang menjamin fleksibilitas luas dalam penggunaannya
(Rumelhart & Ortony, 1977; Thorndyke, 1984):

18
i. Skema dapat mencakup skema lainnya. Misalnya, skema untuk hewan mencakup
skema untuk sapi, skema untuk kera, dan seterusnya.
ii. Skema mencakup fakta-fakta umum dan khas yang dapat sedikit berbeda dari satu
contoh tertentu ke contoh lainnya. Misalnya, meskipun skema untuk mamalia
mencakup fakta umum bahwa mamalia biasanya memiliki bulu, skema ini juga
mengizinkan manusia, yang memiliki bulu lebih sedikit dibandingkan kebanyakan
mamalia lainnya.
iii. Skema dapat bervariasi dalam tingkat abstraksinya. Misalnya, skema keadilan jauh
lebih abstrak dibandingkan skema apel atau bahkan skema buah.
Skema juga dapat mencakup informasi tentang hubungan (Komatsu, 1992). Beberapa
informasi ini mencakup hubungan antara hal-hal berikut:
- konsep (misalnya hubungan antara truk dan mobil);
- atribut dalam konsep (misalnya tinggi dan berat gajah);
- atribut dalam konsep terkait (misalnya kemerahan pada buah ceri dan merahnya buah
apel);
- konsep dan konteks tertentu (misalnya ikan dan lautan); dan
- konsep khusus dan latar belakang pengetahuan umum (misalnya, konsep tentang
presiden AS tertentu dan pengetahuan umum tentang pemerintah AS dan sejarah AS)
Hubungan dalam skema yang menarik perhatian para psikolog kognitif adalah
hubungan sebab akibat (“jika-maka”).
Masalah dengan skema adalah skema dapat menimbulkan stereotip. Misalnya, kita
mungkin mempunyai skema mengenai orang yang kita yakini bertanggung jawab atas
penghancuran World Trade Center pada 11 September 2001. Skema ini dapat dengan mudah
menghasilkan stereotip terhadap kelompok orang tertentu yang berpotensi menjadi teroris.
b. Naskah
Salah satu jenis skema tertentu adalah naskah (Schank & Abelson, 1977). Sebuah
naskah berisi informasi tentang urutan tertentu terjadinya sesuatu. Secara umum, naskah
kurang fleksibel dibandingkan skema. Namun, naskah menyertakan nilai default untuk pelaku,
properti, latar, dan urutan peristiwa yang diperkirakan akan terjadi. Nilai-nilai ini secara
bersama-sama membentuk gambaran umum suatu peristiwa.
Contoh, naskah diterapkan pada satu jenis restoran tertentu, misalnya kedai kopi.
Sebuah naskah memiliki beberapa ciri:
- properti: meja, menu, makanan, cek, dan uang
- peran yang harus dijalankan: pelanggan, pelayan, juru masak, kasir, dan pemilik
- kondisi awal pada naskah: pelanggan lapar, dan dia punya uang
- adegan: masuk, memesan, makan, dan keluar
- serangkaian hasil: pelanggan mempunyai lebih sedikit uang; pemiliknya punya lebih
banyak uang; pelanggan tidak lagi lapar; dan terkadang pelanggan dan pemiliknya
senang.
Model naskah telah membantu psikolog kognitif mendapatkan wawasan tentang
organisasi pengetahuan. Naskah memungkinkan kita menggunakan kerangka mental untuk
bertindak dalam situasi tertentu ketika kita harus mengisi kekosongan yang ada dalam konteks
tertentu. Tanpa akses ke naskah mental, kita mungkin akan bingung saat pertama kali
memasuki restoran baru atau ruang praktik dokter baru. Bayangkan bagaimana jadinya jika
perawat di kantor dokter harus menjelaskan setiap langkah kepada Anda. Ketika semua orang
dalam situasi tertentu mengikuti skenario yang sama, hari-hari akan berjalan jauh lebih lancar.

19
Apakah kita menganut gagasan kategori, jaringan semantik, atau skema, hal yang
penting adalah pengetahuannya terorganisir. Bentuk organisasi ini dapat mempunyai tujuan
yang berbeda-beda. Penggunaan pengetahuan yang paling adaptif dan fleksibel akan
memungkinkan kita menggunakan segala bentuk organisasi, bergantung pada situasinya. Kita
memerlukan beberapa cara untuk mendefinisikan aspek-aspek situasi, untuk menghubungkan
konsep-konsep ini dengan konsep dan kategori lain, dan untuk memilih tindakan yang tepat,
mengingat situasinya.
C. Representasi Cara Kita Mengerjakan: Pengetahuan Prosedural
1. “Produksi” Pengetahuan Prosedural
Representasi pengetahuan prosedural diperoleh melalui praktik penerapan suatu prosedur. Hal
ini bukan sekedar hasil dari membaca, mendengar, atau memperoleh informasi dari instruksi
yang jelas.
Psikolog telah mengembangkan berbagai model tentang bagaimana informasi prosedural
direpresentasikan dan diproses. Masing-masing model ini melibatkan pemrosesan informasi
secara serial, di mana informasi ditangani melalui serangkaian operasi linier, satu operasi pada
satu waktu. Salah satu cara di mana komputer dapat mewakili dan mengatur pengetahuan
prosedural adalah dalam bentuk seperangkat aturan yang mengatur produksi, yang mencakup
pembuatan dan keluaran suatu prosedur (Jones & Ritter, 2003). Simulasi produksi komputer
mengikuti aturan produksi (“aturan jika-maka”), yang terdiri dari klausa “jika” dan klausa
“maka” (Newell & Simon, 1972).
Perhatikan contoh sistem produksi sederhana bagi pejalan kaki untuk menyeberang jalan di
persimpangan dengan lampu lalu lintas (Newell & Simon, 1972). Yang ditunjukkan di sini
(klausa “jika” ditunjukkan di sebelah kiri tanda panah dan klausa “maka” ditunjukkan di
sebelah kanan tanda panah):
lampu lalu lintas berwarna merah → berhenti
lampu lalu lintas hijau → bergerak
bergerak dan kaki kiri di trotoar → melangkah dengan kaki kanan
bergerak dan kaki kanan di trotoar → melangkah dengan kaki kiri
Dalam sistem produksi ini, individu terlebih dahulu melakukan tes untuk melihat apakah
lampunya berwarna merah. Jika warnanya merah, orang tersebut berhenti dan menguji lagi
apakah lampunya merah. Urutan ini diulangi hingga lampu berubah menjadi hijau. Pada saat
itu, orang tersebut mulai bergerak. Jika orang tersebut bergerak dan kaki kirinya berada di
trotoar, maka orang tersebut akan melangkah dengan kaki kanannya. Jika orang tersebut
bergerak dan kaki kanannya berada di trotoar, maka orang tersebut akan melangkah dengan
kaki kiri.
Terkadang, sistem produksi, seperti program komputer, mengandung bug. Bug adalah
kelemahan dalam instruksi untuk kondisi atau pelaksanaan tindakan. Misalnya pada program
lintas jalan, jika baris terakhir berbunyi “bergerak dan kaki kanan di trotoar → melangkah
dengan kaki kanan,” individu yang melaksanakan sistem produksi tidak akan mencapai tujuan.
Menurut model sistem produksi, representasi pengetahuan prosedural manusia mungkin
mengandung beberapa bug sesekali (Gugerty, 2007; VanLehn, 1990).
2. Pengetahuan Non-Deklaratif
Seperti dijelaskan sebelumnya, pengetahuan secara tradisional digambarkan sebagai deklaratif
atau prosedural. Kita dapat memperluas perbedaan tradisional antara pengetahuan deklaratif

20
dan prosedural dengan menyatakan bahwa pengetahuan nondeklaratif dapat mencakup
representasi mental yang lebih luas daripada sekadar pengetahuan prosedural (Squire, 1986;
Squire et al., 1990). Secara khusus, selain pengetahuan deklaratif, kami secara mental
merepresentasikan bentuk-bentuk pengetahuan nondeklaratif berikut:
- keterampilan persepsi, motorik, dan kognitif (pengetahuan prosedural);
- pengetahuan asosiatif sederhana (pengondisian klasik dan operan);
- pengetahuan sederhana non-asosiatif (pembiasaan dan pemekaan); dan
- priming (hubungan mendasar dalam jaringan pengetahuan, di mana aktivasi informasi
sepanjang jalur mental tertentu memfasilitasi pengambilan informasi selanjutnya
sepanjang jalur terkait atau bahkan jalur mental yang sama).
Semua bentuk pengetahuan non-deklaratif ini biasanya bersifat implisit. Anda tidak
menyadari berbagai langkah yang Anda ambil saat bertindak, dan sulit bagi Anda untuk
menjelaskannya secara eksplisit.
Perhatikan sebuah contoh: Penelitian dengan pasien amnesia mengungkapkan
perbedaan yang jelas antara sistem saraf untuk mewakili pengetahuan deklaratif versus sistem
saraf untuk beberapa bentuk pengetahuan nondeklaratif. Misalnya, pasien amnesia sering kali
terus menunjukkan pengetahuan prosedural meskipun mereka tidak dapat mengingat bahwa
mereka memiliki pengetahuan tersebut. Seringkali mereka menunjukkan peningkatan kinerja
pada tugas-tugas yang membutuhkan keterampilan. Peningkatan ini menunjukkan beberapa
bentuk representasi pengetahuan baru, meskipun ada ketidakmampuan untuk mengingat
pengalaman sebelumnya dalam mengerjakan tugas tersebut. Misalnya, seorang pasien amnesia
yang diberikan latihan berulang-ulang dalam membaca tulisan cermin akan mengalami
kemajuan sebagai hasil dari latihan tersebut, namun dia tidak akan ingat pernah terlibat dalam
latihan tersebut (Baddeley, 1989).

DAFTAR PUSTAKA

Sternberg, Robert J. & Sternberg, Karin. 2012. Cognitive Psychology, Sixth Edition. United
States: Wadsworth Cengage Learning

21

Anda mungkin juga menyukai