Anda di halaman 1dari 33

MODEL DAN METODE PENELITIAN MEMORI

DAN
PROSES-PROSES MEMORI
(Buku: Cognitive Psychology: Robert J.Sternberg)

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Kognitif Belajar Matematika


yang dibina oleh
Bapak Dr. I Nengah Parta, S.Pd. M.Si.
Bapak Dr. Subanji , S.Pd, M.Si

Oleh:
Kelompok 3
Yang beranggotakan:
Annafi Awantagusnik (230311906856)
Ihwan Zulkarnain (230311902618)
Linda Ramadhanty Januar (230311910961)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2023
BAB 5
MEMORI: MODEL DAN METODE PENELITIAN

Berikut beberapa pertanyaan yang akan kita bahas dalam bab ini:
1. Tugas apa saja yang digunakan untuk mempelajari memori, dan apa yang ditunjukkan oleh
berbagai tugas tentang struktur memori?
2. Apa odel tradisional yang berlaku untuk struktur memori?
3. Apa sajakah model alternatif utama untuk struktur memori?
4. Apa yang telah dipelajari para psikolog tentang struktur memori dengan mempelajari memori
yang luar biasa dan fisiologi otak?

Para peneliti telah menemukan bahwa orang yang sering mengalami jet lag dengan waktu
pemulihan kurang dari dua minggu memiliki kinerja yang lebih buruk dalam tes memori spasial
dibandingkan orang yang memiliki waktu pemulihan lebih lama (Cho, 2001). orang yang
mungkin terkena dampaknya adalah pekerja shift seperti dokter atau perawat, karena ritme siang
dan malam mereka sering terganggu.

Memori adalah cara kita menyimpan dan memanfaatkan pengalaman masa lalu untuk
menggunakan informasi tersebut di masa kini (Tulving, 2000b; Tulving & Craik, 2000). Sebagai
sebuah proses, memori mengacu pada mekanisme dinamis yang terkait dengan penyimpanan,
penyimpanan, dan pengambilan informasi tentang pengalaman masa lalu (Bjorklund, Schneider,
& Hernández Blasi, 2003; Crowder, 1976). Secara khusus, psikolog kognitif telah
mengidentifikasi tiga operasi umum memori: pengkodean, penyimpanan, dan pengambilan
(Baddeley, 2002; Brebion, 2007; Brown & Craik, 2000). Setiap operasi mewakili tahapan dalam
pemrosesan memori.
o Tahapan pengkodean, mengubah data sensorik menjadi bentuk representasi mental.
o Tahapan penyimpanan, menyimpan informasi yang dikodekan dalam memori.
o Tahapan pengambilan, mengeluarkan atau menggunakan informasi yang disimpan dalam
memori.
beberapa model tentang cara kerja memori. model memori tradisional mencakup sistem
penyimpanan sensorik, jangka pendek, dan jangka panjang.

A. Tugas yang Digunakan untuk Mengukur Memori


Dalam mempelajari memori, peneliti telah merancang berbagai tugas yang
mengharuskan partisipan mengingat informasi arbitrer (misalnya angka atau rangkaian huruf)
dengan cara berbeda. Karena bab ini memuat banyak referensi untuk tugas-tugas ini, kami
memulai bagian ini dengan pembahasan tugas-tugas ini sehingga Anda akan mengetahui
bagaimana memori dipelajari. Tugas-tugas yang dijelaskan terbagi dalam dua kategori utama—
ingatan versus pengenalan memori dan memori implisit versus eksplisit.

a. Tugas Mengingat versus Mengenali


Dalam mengingat, seseorang menghasilkan fakta, kata, atau item lain dari memori. Isian
yang kosong dan sebagian besar tes esai mengharuskan seseorang mengingat item dari ingatan.
Misalnya, Anda ingin mengukur ingatan orang terhadap komedian larut malam. Anda dapat
meminta orang menyebutkan nama komedian TV.
Tiga jenis tugas pemanggilan utama yang digunakan dalam eksperimen (Lockhart, 2000):
1. Jenis tugas pertama adalah pemanggilan serial, seseorang mengingat item sesuai urutan
penyajiannya. Misalnya, Anda dapat meminta orang untuk mengingat daftar komedian
secara berurutan dan minta mereka mengulangi daftarnya tersebut.

1
2. Jenis tugas kedua adalah pemanggilan kembali, di mana seseorang mengingat item dalam
urutan apa pun yang diinginkan (Golomb dkk., 2008). Dalam hal ini, Anda akan meminta
orang untuk mengingatnya daftar komedian di atas, dalam urutan apa pun.
3. Jenis tugas yang ketiga adalah cued recall, yang mana pertama-tama seseorang diperlihatkan
benda-benda berpasangan tetapi selama mengingat hanya diberi isyarat dengan satu anggota
dari setiap pasangan dan diminta untuk melakukannya ingat setiap pasangan. Penarikan
kembali isyarat juga disebut “penarikan kembali rekan berpasangan” (Lockhart, 2000).

Mengukur pembelajaran berulang, yaitu jumlah percobaan yang diperlukan untuk


mempelajari sekali lagi item yang dipelajari di masa lalu. Pembelajaran ulang juga telah
dilakukan disebut sebagai tabungan (Bauer, 2005; Sasaki, 2008). Efek belajar kembali jelas dapat
digeneralisasikan secara luas ke banyak situasi dan partisipan.
Memori pengenalan biasanya jauh lebih baik daripada mengingat. Beberapa psikolog
menyebut tugas pengenalan-memori sebagai penyadapan pengetahuan reseptif. Reseptif berarti
“responsif terhadap suatu stimulus” Dalam tugas pengenalan-memori, Anda merespons
rangsangan yang diberikan kepada Anda dan memutuskan apakah Anda pernah melihatnya
sebelumnya atau tidak. Tugas-tugas mengingat-memori, yang mana Anda harus menghasilkan
sebuah jawaban, memerlukan pengetahuan yang ekspresif. Perbedaan antara pengetahuan
reseptif dan ekspresif juga diamati di area selain tugas memori sederhana (misalnya, bahasa,
kecerdasan, dan perkembangan kognitif).
Secara khusus, antisipasi tugas pemanggilan kembali umumnya menghasilkan tingkat
pemrosesan informasi yang lebih dalam dibandingkan antisipasi tugas pengenalan.

b. Penyimpanan Memori Implisit versus Eksplisit


Para ahli teori memori membedakan antara memori eksplisit dan memori implisit
(Mulligan, 2003).
1. Memori eksplisit, di mana partisipan terlibat dalam ingatan secara sadar. Misalnya, mereka
mungkin mengingat atau mengenali katakata, fakta, atau gambar dari serangkaian item
tertentu sebelumnya.
2. Fenomena terkait adalah memori implisit, di mana kita menggunakan informasi dari memori
namun tidak sadar bahwa kita sedang melakukannya (Berry, 2008; McBride, 2007). Anda
dapat membaca kata pada foto bertuliskan F*OD tanpa masalah meskipun ada huruf yang
hilang. Memori implisit membantu kita menyelesaikan kata-kata tidak lengkap yang kita
temui tanpa kita sadari.
Dalam pengumpulan informasi secara tidak sadar Anda mengingat berbagai hal. Ingatan
ini dibantu oleh ingatan implisit. Ada perbedaan dalam memori eksplisit sepanjang masa hidup;
namun, memori implisit tidak menunjukkan perubahan yang sama.
Dua tugas utama yang melibatkan memori implisit dan tugas yang melibatkan
pengetahuan prosedural. Kita kemudian akan melihat model proses-disosiasi, yang
mendalilkan bahwa hanya satu tugas yang diperlukan untuk mengukur memori implisit dan
eksplisit. memori implisit terkadang diperiksa dengan meminta orang melakukan tugas
penyelesaian kata yang didasarkan pada efek priming. Priming adalah fasilitasi kemampuan
Anda untuk memanfaatkan informasi yang hilang. Secara umum, peserta akan tampil lebih baik
ketika mereka melihat kata pada daftar yang disajikan baru-baru ini, meskipun mereka belum
secara eksplisit diinstruksikan untuk mengingat kata-kata bahwa Anda pernah melihat kata
tersebut sebelumnya

Memori prosedural, atau memori untuk proses, juga dapat diuji dalam tugas memori
implisit. Contoh memori prosedural mencakup prosedur yang terlibat dalam mengendarai sepeda
atau mengendarai mobil. Anda tidak perlu secara sadar mengingat apa yang harus Anda lakukan

2
di lampu merah, menyikat gigi hingga menulis. memori prosedural terkadang diperiksa dengan
tugas pengejaran berputar (Gonzalez, 2008)
Tugas lain yang digunakan untuk memeriksa memori prosedural adalah penelusuran
cermin. Tugas penelusuran cermin juga digunakan untuk mempelajari dampak tidur pada
procedural Penyimpanan. Pasien yang menderita skizofrenia juga sering mengalami penurunan
daya ingat masalah tidur. Sebuah studi yang dilakukan oleh Göder dan rekannya (2008)
menemukan bahwa ketika pasien tersebut menerima obat yang meningkatkan durasi tidur
gelombang lambat mereka, kinerja memori prosedural mereka juga meningkat.

Memori implisit dan eksplisit terpisah dan dapat dipisahkan diukur dengan tugas yang
berbeda. Beberapa peneliti menantang asumsi ini. Mereka berasumsi bahwa memori implisit dan
eksplisit sama-sama berperan dalam setiap respons, meskipun demikian tugas yang ada
dimaksudkan untuk mengukur hanya satu jenis memori. Jadi, kognitif psikolog telah
mengembangkan model yang berasumsi baik secara implisit maupun eksplisit memori
mempengaruhi hampir semua respons. Salah satu yang pertama dan paling dikenal luas model
di bidang ini adalah model proses-disosiasi (Daniels et al., 2006; Jacoby, 1991). Model ini
mengasumsikan bahwa memori implisit dan eksplisit keduanya mempunyai peran dalam hampir
setiap respons. Oleh karena itu, hanya diperlukan satu tugas untuk mengukur kedua proses ini.
Meskipun ada perbedaan pendapat mengenai tindakan apa yang sebenarnya berbeda
menunjukkan, ada kesepakatan bahwa memori implisit dan eksplisit sama-sama penting
kehidupan kita sehari-hari. Memori implisit, sama seperti memori eksplisit memori, merupakan
bagian penting dari kecerdasan manusia (Kaufman, 2010).

c. Kecerdasan dan Pentingnya Budaya dalam Pengujian


Di banyak budaya di dunia, kecepatan bukanlah hal yang utama. Dalam budaya ini, orang
mungkin percaya bahwa orang yang lebih cerdas tidak akan terburu-buru dalam melakukan
sesuatu. Hingga saat ini tidak ada tes kecerdasan yang adil secara budaya
Beberapa peneliti telah menyarankan bahwa memberikan tes yang relevan dengan
budaya adalah mungkin (misalnya, Baltes, Dittmann-Kohli, & Dixon, 1984; Jenkins, 1979;
Keating, 1984). Tes yang relevan dengan budaya mengukur keterampilan dan pengetahuan yang
berhubungan dengan budaya pengalaman peserta tes. Baltes dan rekan-rekannya telah
merancang tes yang mengukur keterampilan dalam menghadapi aspek pragmatis kehidupan
sehari-hari. Merancang tes yang relevan dengan budaya memerlukan kreativitas dan usaha,
namun hal ini mungkin bukan tidak mungkin.
Penelitian menemukan bahwa tingkat ingatan bergantung pada konten yang diingat.
Konten yang relevan dengan budaya diingat lebih efektif dibandingkan konten yang tidak
relevan isi. Misalnya saja Anak-anak sekolah di pedesaan Kenya memiliki pengetahuan yang
luas tentang obat-obatan herbal alami yang mereka percaya dapat melawan penyakit. Anak-anak
di Barat, tentu saja, tidak akan mampu mengidentifikasi obat-obatan ini (Sternberg et al., 2001;
Sternberg & Grigorenko, 1997). Singkatnya, membuat tes relevan secara budaya tampaknya
melibatkan lebih dari sekedar menghilangkan hambatan linguistik tertentu dalam pemahaman.

PERIKSA KONSEP
1. Apa perbedaan antara tugas mengingat dan tugas pengenalan?
2. Apa yang dimaksud dengan memori eksplisit?
3. Apa yang dimaksud dengan memori implisit?
4. Mengapa masuk akal untuk mempertimbangkan budaya ketika melakukan penelitian
mengenai memori di berbagai negara?

B. Model Memori

3
Para peneliti telah mengembangkan beberapa model untuk menggambarkan cara kerja memori
kita. “Tiga Model Penyimpanan” tradisional bukanlah satu-satunya cara untuk
mengkonseptualisasikan memori. Bagian berikut pertama-tama menyajikan apa yang kita
ketahui tentang memori dalam kaitannya dengan model tiga penyimpanan. Kemudian kami
memeriksa model level pemrosesan, dan juga mempertimbangkan model memori kerja
integratif. Selanjutnya, kita akan mengeksplorasi lebih banyak konseptualisasi system memori
dan terakhir mengenal model koneksionis. Mari kita mulai dengan model ingatan tradisional.

a. Model Memori Tradisional


Ada beberapa model memori utama (McAfoose & Baune, 2009; Murdock, 2003).
Pertengahan tahun 1960-an model memori yang membedakan dua struktur memori yang pertama
kali diusulkan oleh William James (1890, 1970):
1. memori primer, yang menyimpan informasi sementara yang sedang digunakan
2. memori sekunder, yang menyimpan informasi secara permanen atau setidaknya untuk waktu
yang sangat lama (Waugh & Norman, 1965).
Richard Atkinson dan Richard Shiffrin (1968) mengusulkan model alternatif yang mengkonsep
memori dalam tiga penyimpanan memori:
1. gudang sensorik, yang mampu menyimpan informasi dalam jumlah yang relatif terbatas
untuk jangka waktu yang sangat singkat;
2. penyimpanan jangka pendek, yang mampu menyimpan informasi untuk jangka waktu
lebih lama namun kapasitasnya juga relatif terbatas; Dan
3. penyimpanan jangka panjang, berkapasitas sangat besar, mampu menyimpan informasi
untuk jangka waktu yang sangat lama, bahkan mungkin tanpa batas waktu (Richardson-
Klavehn & Bjork, 2003).
Model ini membedakan antara struktur untuk menyimpan informasi, yang disebut
penyimpanan, dan informasi yang disimpan dalam struktur, yang disebut memori. Saat ini,
psikolog kognitif umumnya menggambarkan tiga simpanan tersebut sebagai memori sensorik,
memori jangka pendek, dan memori jangka panjang. simpanan tersebut merupakan konstruksi
hipotetis konsep yang tidak dapat diukur atau diamati secara langsung, namun berfungsi sebagai
model mental untuk memahami cara kerja suatu fenomena psikologis. Gambar 5.2

Gambar menunjukkan model pemrosesan informasi sederhana dari penyimpanan ini (Atkinson
& Shiffrin, 1971). Model ini menekankan area penyimpanan pasif di mana memori disimpan;
tetapi hal ini juga menyinggung beberapa proses pengendalian yang mengatur transfer informasi
dari satu penyimpanan ke penyimpanan lainnya. Pada bagian berikut, kita melihat lebih dekat
penyimpanan sensorik, penyimpanan jangka pendek, dan penyimpanan jangka panjang.

4
Penyimpanan Sensorik
Penyimpanan sensorik adalah gudang awal dari banyak informasi yang pada akhirnya
masuk ke penyimpanan jangka pendek dan jangka panjang. Penyimpanan ikonik adalah register
sensorik visual terpisah yang menyimpan informasi untuk jangka waktu yang sangat singkat.
Namanya diambil dari fakta bahwa informasi disimpan dalam bentuk ikon. Ini pada gilirannya
adalah gambaran visual yang mewakili sesuatu. Ikon biasanya menyerupai apa pun yang
direpresentasikan.
Jika Anda pernah “menulis” nama Anda dengan kembang api (atau sebatang dupa) yang
menyala dengan latar belakang gelap, Anda pernah mengalami kegigihan memori visual. Anda
sebentar “melihat” nama Anda, meskipun kembang api tidak meninggalkan jejak fisik.
Persistensi visual ini adalah contoh jenis informasi yang disimpan di toko ikonik.

Penemuan Sperling
Sperling Penemuan awal mengenai keberadaan toko ikonik berasal dari disertasi doctoral
seorang mahasiswa pascasarjana di Universitas Harvard bernama George Sperling (1960).
Sperling menemukan bahwa ketika peserta diminta melaporkan apa yang mereka lihat, mereka
hanya mengingat sekitar empat simbol. Prosedur yang digunakan oleh Sperling adalah prosedur
laporan keseluruhan. Dalam prosedur ini, peserta melaporkan setiap simbol yang dilihatnya.
Sperling kemudian memperkenalkan prosedur laporan parsial. Di sini, peserta hanya perlu
melaporkan sebagian dari apa yang mereka lihat.
Prosedur laporan parsial secara dramatis mengubah seberapa banyak peserta dapat
mengingat. Dengan menggunakan prosedur laporan parsial ini, Sperling menemukan bahwa
peserta memiliki sekitar 9 dari 12 simbol jika mereka diberi isyarat segera sebelum atau segera
setelah tampilan ditampilkan. Namun, ketika mereka diberi isyarat satu detik kemudian, ingatan
mereka turun menjadi 4 atau 5 dari 12 item. Tingkat penarikan kembali ini hampir sama dengan
yang diperoleh melalui prosedur laporan keseluruhan. Data ini menunjukkan bahwa toko ikonik
tersebut dapat menampung sekitar 9 item. Mereka juga berpendapat bahwa informasi dalam
penyimpanan ini terurai dengan sangat cepat (Gambar 5.4).

Gambar 5.4 Hasil Eksperimen Sperling


Gambar tersebut menunjukkan jumlah rata-rata huruf yang diingat (sumbu kiri; persentase setara
ditunjukkan pada sumbu kanan) oleh subjek, berdasarkan penggunaan prosedur laporan parsial,
sebagai fungsi penundaan antara penyajian huruf dan nada isyarat kapan harus
mendemonstrasikan penarikan kembali strategi. Bilah di pojok kanan bawah menunjukkan
jumlah rata-rata surat yang diingat ketika subjek menggunakan prosedur laporan keseluruhan.
(Setelah Sperling, 1960.) berkurang drastis dengan penundaan 0,3 detik. Ini pada dasarnya
dihilangkan dengan penundaan 1 detik untuk timbulnya nada. Hasil Sperling menunjukkan
bahwa informasi memudar dengan cepat dari penyimpanan ikonik. Secara subyektif kita tidak
menyadari fenomena memudarnya hal tersebut karena
5
1. kita jarang terkena rangsangan seperti yang terjadi pada eksperimennya.
2. kita tidak dapat membedakan apa yang kita lihat dalam memori ikonik dari apa yang
sebenarnya kita lihat di lingkungan. Apa yang kita lihat dalam memori ikonik adalah apa
yang kita anggap ada di lingkungan tersebut.
Meskipun elegan, penggunaan prosedur laporan parsial oleh Sperling tidaklah sempurna.
Penyempurnaan Selanjutnya, Para peneliti menemukan bahwa Ketika tanda muncul segera
sebelum atau setelah tampilan stimulus, peserta bisa melaporkan secara akurat sekitar 75% uji
coba. Perkiraan kapasitas Sperling Oleh karena itu, ingatan ikonik mungkin bersifat konservatif.
Bukti dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ketika interferensi keluaran sangat berkurang,
perkiraan kapasitas memori ikonik dapat meningkat secara signifikan.
Eksperimen kedua (Averbach & Coriell, 1961) mengungkapkan karakteristik penting
tambahan dari memori ikonik: Memori dapat dihapus. Sifat ikonik yang dapat dihapus memori
pasti membuat sensasi visual kita lebih masuk akal. Misalnya, jika kita memindai lingkungan
dengan cepat, kita memerlukan visual informasi agar cepat hilang agar ingatan kita tidak
kelebihan beban.
Ketika stimulus diberikan setelah surat sasaran pada posisi yang sama dengan yang
ditempati huruf sasaran, dapat menghapus visualnya ikon (Averbach & Coriell, 1961).
Interferensi ini disebut backward visual masking. Penyembunyian visual ke belakang adalah
penghapusan mental terhadap stimulus yang disebabkan oleh penempatannya dari satu stimulus
dimana stimulus lain telah muncul sebelumnya.
Ringkasnya, informasi visual tampaknya memasuki sistem memori kita melalui sebuah
toko ikonik. Toko ini menyimpan informasi visual untuk waktu yang sangat singkat. Dalam
peristiwa normal, informasi ini dapat ditransfer ke toko lain. Atau itu mungkin terhapus.
Penghapusan terjadi jika informasi lain ditumpangkan sebelumnya adalah waktu yang cukup
untuk mentransfer informasi ke penyimpanan memori lain. Penghapusan atau perpindahan ke
penyimpanan lain juga terjadi dengan informasi pendengaran yang ada di dalamnya memori
gema.

Penyimpanan Jangka Pendek


Banyak yang memiliki sedikit atau tidak ada akses introspektif terhadap simpanan
memori sensorik kita. Namun, kita memiliki akses ke penyimpanan memori jangka pendek kita.
Secara umum, kapasitas memori langsung (jangka pendek) kita untuk berbagai item tampaknya
berjumlah tujuh item, plus atau minus dua (Miller, 1956). Suatu item bisa berupa sesuatu yang
sederhana, seperti angka, atau sesuatu yang lebih kompleks, seperti kata. Jika kita menyatukan
serangkaian, katakanlah, 20 huruf atau angka menjadi 7 hal yang bermakna, kita dapat
mengingatnya. Namun kami tidak dapat mengingat 20 item dan segera mengulanginya. Faktor
lain juga mempengaruhi kapasitas penyimpanan sementara di memori. Misalnya, jumlah suku
kata yang kita ucapkan pada setiap item mempengaruhi jumlah item yang dapat kita ingat.
Penelitian kapasitas penyimpanan jangka pendek untuk informasi visual disajikan secara
berurutan. Rangsangannya ada tiga jenis: kotak berwarna, garis hitam dengan orientasi berbeda,
dan garis berwarna dengan orientasi berbeda.
Penelitian ini mengandung kemungkinan perancu (yaitu, faktor-faktor lain yang
bertanggung jawab yang tidak dapat dengan mudah dipisahkan dari faktor penyebab yang
diduga). Artinya, warna dan orientasi, sehubungan dengan objek yang sama, berada di tempat
yang sama pada tampilan. Dalam penelitian ini, rangsangan berupa kotak dan garis dapat
ditempatkan pada lokasi yang terpisah atau pada lokasi yang tumpang tindih. Lokasi yang
tumpang tindih sehingga memisahkan objek dari lokasi tetap. Penelitian ini akan memungkinkan
seseorang untuk menentukan apakah orang dapat mengingat empat objek, seperti yang
disarankan dalam penelitian sebelumnya, atau empat lokasi spasial. Hasilnya sama dengan
penelitian sebelumnya. Peserta masih dapat mengingat empat objek, apapun lokasi spasialnya.

6
Penyimpanan Jangka Panjang
Beberapa ahli teori berpendapat bahwa kapasitas memori jangka panjang tidak terbatas,
setidaknya dalam istilah praktis (Bahrick, 2000; Brady, 2008). Saat ini, kita bahkan tidak
mempunyai bukti bahwa ada batasan mutlak berapa lama informasi dapat disimpan.
Selama stimulasi listrik, Penfield (1955, 1969) menemukan bahwa pasien kadang-kadang
tampak mengingat kembali kenangan masa kecil mereka. Kenangan ini mungkin tidak teringat
selama bertahun-tahun. Data ini memberi kesan bahwa ingatan jangka panjang mungkin bersifat
permanen. Beberapa peneliti membantah interpretasi Penfield (misalnya, Loftus & Loftus,
1980). Peneliti lain, yang menggunakan teknik empiris pada peserta yang lebih tua, menemukan
bukti yang bertentangan.

Istilah permastore mengacu pada penyimpanan informasi jangka panjang, seperti


pengetahuan Bahasa asing (Bahrick, 1984a, 1984b; Bahrick et al., 1993) dan matematika
(Bahrick & Hall, 1991). Beberapa peneliti berpendapat bahwa permastore adalah sistem memori
terpisah. Yang lain, seperti Neisser (1999), berpendapat bahwa satu sistem memori jangka
panjang dapat menjelaskan keduanya.

b. Model Tingkat Pemrosesan


Perubahan radikal dari model tiga penyimpanan memori adalah kerangka tingkat
pemrosesan, yang mendalilkan bahwa memori tidak terdiri dari tiga penyimpanan. atau bahkan
sejumlah penyimpanan terpisah tertentu, melainkan bervariasi secara terus menerus dimensi
dalam hal kedalaman pengkodean (Craik & Lockhart, 1972, 2008). Di tempat lain Dengan kata
lain, secara teoritis terdapat jumlah tingkat pemrosesan (LOP) yang tak terhingga di item
mana yang dapat dikodekan melalui elaborasi—atau pemahaman yang lebih dalam secara
berturut-turut atas materi yang akan dipelajari. Tidak ada batasan yang jelas antara satu dan
yang lainnya tingkat dan selanjutnya. Penekanan dalam model ini adalah pada pemrosesan
sebagai kunci umur penyimpanan. Tingkat penyimpanan informasi sebagian besar akan
bergantung pada bagaimana informasi tersebut disimpan dikodekan. Terlebih lagi, semakin
dalam tingkat pengolahannya, secara umum semakin tinggi pula kualitasnya kemungkinan
suatu item dapat diambil (Craik & Brown, 2000).
Peserta menerima daftar kata. Sebuah pertanyaan mendahului setiap kata.
Pertanyaannya adalah bervariasi untuk mendorong elaborasi item pada tiga tingkat pemrosesan
yang berbeda. Dalam urutan kedalaman yang progresif, mereka bersifat fisik, fonologis, dan
semantik. Hasil penelitiannya adalah jelas: semakin dalam tingkat pemrosesan yang didorong
oleh pertanyaan tersebut, semakin tinggi tingkat recall yang dicapai. Hasil serupa muncul
secara independen di Rusia (Zinch enko, 1962, 1981).

Kerangka tingkat pemrosesan juga dapat diterapkan pada rangsangan nonverbal.


Manfaat tingkat pemrosesan (atau kedalaman pemrosesan) dapat dilihat untuk berbagai hal
populasi, termasuk pada orang dengan skizofrenia. Penderita skizofrenia seringkali mengalami
gangguan ingatan karena tidak memproses kata-kata secara semantik. Pemrosesan yang lebih
mendalam membantu mereka meningkatkan daya ingat (Ragland et al., 2003).
Dorongan yang lebih kuat untuk mengingat kembali disebut dengan referensi diri efek
(Rogers, Kuiper, & Kirker, 1977). Dalam efek referensi diri, peserta menunjukkan tingkat
ingatan yang sangat tinggi ketika diminta untuk menghubungkan kata-kata secara bermakna
kepada para peserta dengan menentukan apakah kata-kata tersebut menggambarkannya.
Beberapa peneliti berpendapat bahwa efek referensi diri berbeda, namun yang lain
menyarankan bahwa hal ini dijelaskan dengan mudah dalam kerangka LOP atau proses memori
harian lainnya (misalnya, Mills, 1983). Secara khusus, masing-masing dari kita mempunyai
skema diri yang sangat rumit. Skema diri ini adalah sistem isyarat internal yang terorganisir
7
mengenai atribut kita, pengalaman pribadi kita, dan diri kita sendiri. Dengan demikian, kita
dapat menyandikan informasi yang berhubungan dengan diri kita sendiri dengan kaya dan rumit,
lebih dari sekedar informasi tentang topik lain (Bellezza, 1984, 1992).
Meskipun terdapat banyak bukti yang mendukung, kerangka kerja LOP secara
keseluruhan memiliki kelemahannya sendiri. Salah satu alasannya, beberapa peneliti
berpendapat bahwa tingkat tertentu mungkin terlibat

Mengingat kritik-kritik ini dan beberapa temuan yang bertentangan, model LOP
telah direvisi. Urutan tingkat pengkodean mungkin tidak sepenting yang diperkirakan
sebelumnya. Dua variabel lain yang mungkin lebih penting: cara orang memproses
(menguraikan) pengkodean suatu item (misalnya, fonologis atau semantik), dan cara item
tersebut diambil di kemudian hari. Semakin baik kecocokan antara jenis elaborasi
pengkodean dan jenis tugas yang diperlukan untuk pengambilan, semakin baik pula hasil
pengambilannya (Morris, Bransford, & Franks, 1977). Lebih jauh lagi, tampaknya ada dua
jenis strategi untuk mengelaborasi pengkodean.
1. elaborasi dalam item. Ini menguraikan pengkodean item tertentu (misalnya, sebuah
kata atau fakta lain) dalam hal karakteristiknya, termasuk berbagai tingkat pemroses
2. elaborasi antar item. Ini menguraikan pengkodean dengan menghubungkan fitur setiap
item (sekali lagi, pada berbagai tingkatan) dengan fitur item yang sudah ada dalam
memori. Jadi, misalkan Anda ingin mengingat sesuatu secara khusus. Anda dapat
menguraikannya pada berbagai tingkatan untuk masing-masing dari kedua strategi
tersebut.

c. Model Integratif: Memori Kerja


Model memori kerja mungkin merupakan model yang paling banyak digunakan dan
diterima saat ini. Psikolog yang menggunakannya memandang memori jangka pendek dan
jangka panjang dari perspektif yang berbeda (misalnya, Baddeley, 2007, 2009; Unsworth, 2009).
Fitur utama dari pandangan alternatif adalah peran memori kerja. Memori kerja hanya
menyimpan bagian memori jangka panjang yang terakhir diaktifkan atau disadari, dan
memindahkan elemen-elemen yang diaktifkan ini ke dalam dan ke luar penyimpanan memori
sementara yang singkat (Dosher, 2003).
Komponen Memori Kerja
Alan Baddeley telah menyarankan model memori integratif (lihat Gambar 5.5;
Baddeley, 1990a, 1990b, 2007, 2009). Ini mensintesis model memori kerja dengan kerangka
LOP. Pada dasarnya, ia memandang kerangka LOP sebagai perpanjangan, bukan sebagai
pengganti, model memori kerja. Baddeley awalnya menyatakan bahwa memori kerja terdiri dari
lima elemen: Elemen pertama, sketsa visuospasial, secara singkat menampung beberapa
gambar visual. Lingkaran fonologis secara singkat menampung ucapan batin untuk
pemahaman verbal dan untuk latihan akustik.
1. putaran fonologis untuk sejumlah tugas sehari-hari, termasuk mengucapkan kata-kata
baru dan sulit serta memecahkan masalah kata. Di sana adalah dua komponen penting
dari loop ini. Salah satunya adalah penyimpanan fonologis, yang menampung
informasi dalam memori. Yang lainnya adalah latihan subvokal, yang digunakan untuk
memasukkan informasi ke dalam memori.
2. eksekutif pusat, yang keduanya mengkoordinasikan perhatian aktivitas dan mengatur
respon
3. sejumlah “sistem budak tambahan” (anak perusahaan) yang berfungsi tugas kognitif atau
8
persepsi lainnya (Baddeley, 1989, hal. 36).
4. Buffer episodik adalah sistem berkapasitas terbatas yang mampu melakukannya mengikat
informasi dari sketsa visuospasial dan loop fonologis juga seperti dari memori jangka
panjang menjadi representasi episodik kesatuan. Komponen ini mengintegrasikan
informasi dari berbagai bagian memori kerja—yaitu visual-spasial dan fonologis—
sehingga masuk akal bagi kita. Penggabungan ini memungkinkan kita untuk
menyelesaikannya masalah dan mengevaluasi kembali pengalaman sebelumnya dengan
pengetahuan yang lebih baru.
Sedangkan pandangan tiga penyimpanan menekankan wadah struktural untuk
informasi yang disimpan (tugas yang relatif pasif), model memori kerja menggarisbawahi
fungsi-fungsinya. memori kerja dalam mengatur proses memori. Proses-proses ini mencakup
pengkodean dan pengintegrasian informasi
.
Ilmu Saraf dan Memori Kerja
Metode neuropsikologis, dan khususnya pencitraan otak, bisa sangat membantu
memahami sifat ingatan. Studi neuropsikologis telah menunjukkan banyak bukti adanya buffer
memori yang singkat. buffer digunakan untuk mengingat informasi sementara. (Rudner dkk.,
2007; Pengawal & Knowlton, 2000). Selain itu, melalui beberapa penelitian baru yang
menjanjikan menggunakan teknik emisi positron ke mografi (PET), para peneliti telah
menemukan bukti adanya perbedaan aktivitas otak. area yang terlibat dalam berbagai aspek
memori kerja (Gazzaniga et al., 2009; Baddeley, 2006).

Mengukur Memori Kerja Memori


Masing-masing tugas yang dijelaskan memungkinkan pengujian seberapa banyak
informasi yang dapat kita manipulasi dalam memori. Seringkali, tugas-tugas ini dipasangkan
dengan tugas kedua (yang lebih tepat disebut tugas sekunder) sehingga peneliti dapat
mempelajari lebih lanjut tentang eksekutif pusat. Eksekutif pusat bertanggung jawab untuk
mengalokasikan perhatian dan sumber daya lainnya untuk tugas-tugas yang sedang berjalan.
Dengan meminta peserta melakukan lebih dari satu tugas sekaligus, kita dapat
memeriksa bagaimana sumber daya mental ditugaskan (Baudouin et al., 2006; D'Amico &
Guarnera, 2005). Tugas yang sering dipasangkan adalah tugas pembuatan angka acak. Dalam
tugas ini, peserta harus mencoba menghasilkan serangkaian angka acak sambil menyelesaikan
tugas memori kerja (Rudkin, Pearson, & Logie, 2007).
Kecerdasan dan Memori Kerja
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa komponen penting dari kecerdasan mungkin
adalah memori kerja. beberapa peneliti berpendapat bahwa kecerdasan mungkin tidak lebih dari
sekadar memori kerja (Kyllonen & Christal, 1990). Dalam sebuah penelitian, peserta membaca
serangkaian bagian dan, setelah mereka membaca bagian tersebut, mencoba mengingat kata
terakhir dari setiap bagian (Daneman & Carpenter, 1983). Ingatan sangat berkorelasi dengan
kemampuan verbal. Dalam penelitian lain, peserta melakukan berbagai tugas memori kerja.
Dalam satu tugas, misalnya, peserta melihat serangkaian soal aritmatika sederhana, yang masing-
masing diikuti oleh sebuah kata atau angka.
Peneliti lain telah menunjukkan hubungan yang signifikan namun lebih kecil antara
memori kerja dan kecerdasan umum (misalnya, Ackerman, Beier, & Boyle, 2005). Dengan
demikian, nampaknya kemampuan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi dalam
memori kerja mungkin merupakan aspek penting dari kecerdasan. Namun, mungkin bukan
hanya itu saja yang diperlukan dalam bidang intelijen.

d. Sistem Memori Berganda

9
Model memori kerja konsisten dengan gagasan bahwa banyak sistem mungkin terlibat
dalam penyimpanan dan pengambilan informasi. Temuan ini menunjukkan bahwa mungkin ada
setidaknya dua sistem memori eksplisit yang terpisah. Salah satunya adalah untuk mengatur dan
menyimpan informasi dengan referensi waktu yang berbeda. Berdasarkan temuan tersebut,
Endel Tulving (1972) mengajukan perbedaan antara dua jenis memori eksplisit. Memori
semantik menyimpan pengetahuan umum tentang dunia. Ini adalah ingatan kita akan fakta-fakta
yang tidak unik bagi kita dan tidak diingat dalam konteks temporal tertentu. Memori episodik
menyimpan peristiwa atau episode yang dialami secara pribadi.
Tulving (1983, 1989) dan lain-lain (misalnya, Shoben, 1984) memberikan dukungan
untuk perbedaan antara memori semantik dan episodik. Hal ini didasarkan pada penelitian
kognitif dan penyelidikan neurologis. Investigasi neurologis melibatkan studi stimulasi listrik,
studi pasien dengan gangguan memori, dan studi aliran darah otak. Namun, tidak jelas apakah
ingatan semantik dan episodik adalah dua hal yang berbedasistem. Kadang-kadang mereka
tampak berfungsi dengan cara yang berbeda. Tapi banyak yang bersifat kognitif psikolog
mempertanyakan perbedaan ini (misalnya, Eysenck & Keane, 1990; Humphreys, Bain, & Pike,
1989). Mereka menunjukkan bahwa batas antara kedua jenis ini ingatan sering kali kabur.
Mereka juga mencatat masalah metodologis pada beberapa di antaranya bukti yang
mendukung. Mungkin memori episodik hanyalah bentuk khusus dari memori semantik
(Tulving, 1984, 1986).
Namun, beberapa bukti neurologis menunjukkan bahwa kedua jenis memori ini
memiliki kecepatan yang berbeda. Melalui metode neuropsikologis, peneliti menemukan
disosiasi, yang berarti bahwa area yang terpisah dan berbeda tampaknya terlibat dalam
aktivitas. pengambilan memori semantik versus episodik (Prince, Tsukiura, & Cabeza, 2007).
Ketika peneliti menemukan substrat saraf dari fungsi otak tertentu, seseorang akan berbicara
tentang disosiasi. Pengamatan ini menunjukkan bahwa terdapat disosiasi antara kedua jenis
memori tersebut. Semua temuan ini mendukung kesimpulan bahwa ada adalah sistem memori
episodik dan semantik yang terpisah.
Model ilmu saraf yang disebut HERA (hemispheric coding/retrieval asymme try)
mencoba menjelaskan perbedaan dalam aktivasi hemispheric untuk semantik versus
kenangan episodik. Menurut model ini, ada aktivasi yang lebih besar di sebelah kiri daripada
di belahan prefrontal kanan untuk tugas-tugas yang memerlukan pengambilan dari semantik
memori (Nyberg, Cabeza, & Tulving, 1996; Tulving et al., 1994). Sebaliknya, di sana lebih
banyak aktivasi di belahan kanan daripada di belahan prefrontal kiri untuk tugas pengambilan
episodik. Model ini kemudian mengusulkan ingatan semantik dan episodic harus berbeda
karena menggambarkan area otak yang berbeda.
Temuan lain menunjukkan bahwa proses saraf terlibat dalam ingatan ini tumpang
tindih (Rajah & McIntosh, 2005). Meskipun ada perilaku dan bukti neurologis bahwa ada
perbedaan antara kedua jenis memori ini, sebagian besar peneliti setuju bahwa, setidaknya,
terdapat banyak interaksi antara kedua jenis memori ini

e. Perspektif Koneksionis
Koneksionisme merupakan teori tentang pikiran dengan gagasan mengenai keberadaan
sebuah set besar berisi unit-unit sederhana yang saling terhubung dalam sebuah jaringan
yang terdistribusi secara paralel (jaringanPDP). Asumsi dasarnya unit-unit saling
merangsang (excite) atau menghambat (inhibit) satu sama lain dalam sistem tsb, bersamaan
ataupunparalel. Representasi pengetahuan bersifat koneksionistik:

10
• Pola tidak disimpan; item yang disimpan adalah kekuatan koneksi antaraunit-unit
memungkinkan pembentukan pola tersebut
• Pendekatan terhadap pembelajaran secara berbeda
• Model PDP dibuat berdasarkan asumsi-asumsi neurologis
C. Memori Luar Biasa dan Neuropsikologi
Hingga saat ini, diskusi tentang memori terfokus pada tugas dan struktur dalam
mengaktifkan memori yang berfungsi normal. Namun, ada kasus yang jarang terjadi pada
penderita memori luar biasa (baik ditingkatkan atau kurang) yang memberikan beberapa
hal menarik wawasan tentang sifat memori secara umum. Studi tentang memori yang luar
biasa mengarah langsung pada penyelidikan neuropsikologis terhadap mekanisme
fisiologis memori yang mendasarinya.
a. Memori Luar Biasa: Mnemonists
Bayangkan bagaimana hidup Anda akan menjadi jika Anda mampu mengingat setiap
kata yang tercetak dalam buku ini. Dalam hal ini, Anda akan dianggap sebagai seorang
mnemonis, seseorang yang menunjukkan kemampuan ingatan yang sangat tajam,
biasanya didasarkan pada penggunaan teknik khusus untuk meningkatkan ingatan.
Mungkin salah satu mnemonis yang paling terkenal adalah seorang pria yang disebut "S."
Psikolog Rusia Alexander Luria (1968) melaporkan bahwa suatu hari S. muncul di
laboratoriumnya dan meminta diuji ingatannya. Luria mengujinya. Dia menemukan
bahwa ingatan pria tersebut tampaknya tidak memiliki batas praktis. S. bisa mengulang
urutan kata-kata yang sangat panjang, terlepas dari berapa lama waktu berlalu sejak kata-
kata itu disajikan padanya. Luria mempelajari S. selama lebih dari 30 tahun. Dia
menemukan bahwa bahkan ketika retensi S. diukur 15 atau 16 tahun setelah sesi di mana
S. telah mempelajari kata-kata tersebut, S. masih bisa mengulang kata-kata tersebut. S.
akhirnya menjadi seorang entertainer profesional. Dia memukau penonton dengan
kemampuannya untuk mengingat apa pun yang dimintakan darinya.
Apa trik S.? Bagaimana dia bisa mengingat begitu banyak? Ternyata, dia sangat
bergantung pada teknik mnemonik berdasarkan imaji visual. Dia mengubah materi yang
perlu diingatnya menjadi gambar-gambar visual. Misalnya, dia melaporkan bahwa ketika
diminta mengingat kata "hijau," dia akan membayangkan pot bunga hijau. Untuk kata
"merah," dia membayangkan seorang pria dengan kemeja merah mendekatinya. Angka-
angka memunculkan gambar-gambar. Sebagai contoh, angka 1 adalah seorang pria yang
tegap dan berpostur baik. Angka 3 adalah seseorang yang muram. Angka 6 adalah
seorang pria dengan kaki yang bengkak, dan seterusnya.

11
b. Kehilangan Memori
Ada banyak sindrom yang berhubungan dengan kehilangan ingatan. Sama seperti studi
tentang ingatan yang sangat baik, studi tentang kekurangan memori memberi kita banyak
wawasan berharga tentang cara kerja memori. Pada bagian ini, kita akan melihat dua
sindrom. Yang pertama dan juga paling terkenal adalah amnesia. Setelah itu, kita akan
mendalami gejala dan penyebab penyakit Alzheimer, yang merupakan penyakit terkenal
lainnya yang menyebabkan hilangnya ingatan.
• Amnesia
Amnesia adalah kehilangan yang parah terhadap ingatan eksplisit (Robbins, 2009).
Salah satu jenisnya adalah amnesia retrograde, di mana individu kehilangan ingatan
tujuan mereka terhadap peristiwa sebelum trauma yang menyebabkan hilangnya
ingatan (Levine et al., 2009; Squire, 1999). Bentuk ringan dari amnesia retrograde bisa
terjadi cukup umum saat seseorang mengalami gegar otak. Biasanya, peristiwa yang
terjadi segera sebelum episode gegar otak tidak diingat dengan baik.
W. Ritchie Russell dan P. W. Nathan (1946) melaporkan kasus amnesia retrograde
yang lebih parah. Seorang pekerja taman berusia 22 tahun dilemparkan dari sepeda
motornya pada bulan Agustus 1933. Seminggu setelah kecelakaan, pria muda itu bisa
berbicara dengan bijaksana. Dia tampaknya sudah pulih. Namun, dengan cepat
menjadi jelas bahwa dia telah mengalami kehilangan ingatan yang parah terhadap
peristiwa yang terjadi sebelum trauma. Saat ditanyai, dia menyebutkan tanggal sebagai
Februari 1922. Dia percaya dirinya adalah seorang pelajar. Dia tidak memiliki ingatan
tentang tahun-tahun di antaranya. Selama beberapa minggu berikutnya, ingatannya
tentang peristiwa masa lalu secara bertahap kembali. Pengembalian dimulai dari
peristiwa yang paling jauh dan berlanjut menuju peristiwa yang lebih baru. Pada 10
minggu setelah kecelakaan, dia sudah pulih ingatan untuk sebagian besar peristiwa
tahun-tahun sebelumnya. Akhirnya, dia bisa mengingat semua yang telah terjadi
sampai beberapa menit sebelum kecelakaan. Dalam amnesia retrograde, ingatan yang
kembali biasanya dimulai dari masa lalu yang lebih jauh. Kemudian, mereka kembali
secara bertahap hingga waktu trauma. Seringkali peristiwa tepat sebelum trauma tidak
pernah diingat kembali.

• Alzheimer
Penyakit Alzheimer adalah penyakit pada orang dewasa yang menyebabkan demensia
serta kehilangan ingatan progresif (Kensinger & Corkin, 2003). Demensia adalah

12
kehilangan fungsi intelektual yang cukup parah untuk mengganggu kehidupan sehari-
hari seseorang. Kehilangan ingatan dalam penyakit Alzheimer dapat dilihat dalam
pemindaian otak perbandingan individu dengan dan tanpa penyakit Alzheimer.
Perhatikan Gambar 5.10.

Gambar 5.10 Scan Otak Dengan dan Tanpa Alzheimer


Pemindaian otak (a) individu normal dan (b) individu dengan Alzheimer tahap awal.
Anda dapat melihat atrofi (ruang hitam) pada otak pasien Alzheimer (b) dibandingkan
dengan orang yang sehat (a). Gambar (c) menggambarkan pemindaian PET dari
seseorang yang menderita Alzheimer stadium akhir dan orang yang sehat.
Metabolisme di otak yang sehat jauh lebih terasa. Sebagai penyakit berkembang,
aktivitas kognitif di otak yang berhubungan dengan fungsi memori menurun.
c. Bagaimana Memori Disimpan?
Di mana ingatan disimpan dalam otak, dan struktur serta area otak yang
terlibat dalam proses memori, seperti encoding dan retrieval? Banyak upaya awal
untuk lokalitas memori tidak membuahkan hasil. Sebagai contoh, setelah ratusan
eksperimen, neuropsikolog terkenal Karl Lashley (1950) dengan enggan menyatakan
bahwa ia tidak dapat menemukan lokasi spesifik dalam otak untuk memori spesifik.
Dalam beberapa dekade sejak pengakuan Lashley, psikolog telah menemukan banyak
struktur serebral yang terlibat dalam memori. Mereka mengetahui pentingnya
hipokampus dan struktur lainnya yang berdekatan. Namun, struktur fisiologis
mungkin tidak seperti yang kita temukan dalam lokalitas spesifik gagasan, pemikiran,
atau peristiwa yang sulit ditemukan oleh Lashley.
13
Beberapa penelitian menunjukkan temuan yang menggembirakan,
meskipun masih bersifat awal, mengenai struktur yang tampaknya terlibat dalam
berbagai aspek memori. Pertama, properti sensorik spesifik dari suatu pengalaman
tampaknya diorganisir di berbagai area korteks serebral (Squire, 1986). Sebagai
contoh, fitur visual, spasial, dan olfaktori (bau) dari suatu pengalaman mungkin
disimpan secara diskret di masing-masing area korteks yang bertanggung jawab untuk
memproses setiap jenis sensasi. Oleh karena itu, korteks serebral tampaknya
memainkan peran penting dalam memori dalam hal penyimpanan informasi jangka
panjang (Zola & Squire, 2000; Zola-Morgan & Squire, 1990).
Selain itu, hipokampus dan beberapa struktur serebral terkait lainnya
tampak penting untuk memori eksplisit tentang pengalaman dan informasi deklaratif
lainnya. Hipokampus juga tampaknya memainkan peran kunci dalam encoding
informasi deklaratif. Fungsi utamanya adalah dalam integrasi dan konsolidasi
informasi sensorik yang terpisah serta orientasi spasial dan memori. Yang paling
penting, itu terlibat dalam transfer informasi yang baru disintesis ke dalam struktur
jangka panjang yang mendukung pengetahuan deklaratif. Mungkin transfer seperti itu
memberikan cara untuk merujuk informasi yang disimpan di berbagai bagian otak.
Selain itu, hipokampus tampaknya memainkan peran penting dalam pembelajaran
yang kompleks. Akhirnya, hipokampus juga memiliki peran signifikan dalam
pengingatan informasi.
Faktor-faktor fisiologis lainnya juga memengaruhi fungsi memori.
Beberapa hormon yang terjadi secara alami merangsang peningkatan ketersediaan
glukosa di otak, yang meningkatkan fungsi memori. Hormon-hormon ini sering
dikaitkan dengan peristiwa yang sangat merangsang. Contoh dari peristiwa-peristiwa
tersebut adalah trauma, pencapaian, pengalaman pertama kali (misalnya, ciuman
pertama yang penuh gairah), krisis, atau momen puncak lainnya (misalnya, mencapai
keputusan besar). Hormon-hormon ini dapat memainkan peran dalam mengingat
peristiwa-peristiwa tersebut.

14
BAB 6
PROSES-PROSES MEMORI

A. Pengkodean dan Trasfer Informasi


Memori merupakan sekumpulan informasi yang pernah kita simpan dan memungkinkan
untuk diingat kembali. Mengingat merupakan kemampuan untuk menerima informasi,
menyimpan dan mengambil kembali. Dalam memori kita mengenal beberapa istilah,
diantaranya adalah storing/storage (Proses memasukkan informasi baru ke memori atau
tempat penyimpanan memori), encoding/pengkodean (memodifikasi informasi yang
masuk agar mudah disimpan), retrival/recall (proses mengambil informasi yang telah
disimpan dengan tujuan menggunakan kembali), rekognisi (menggunakan informasi yang
pernah disimpan sebelumnya dan menggunakan untuk mengindentifikasi informasi baru)
dan relearning (belajar kembali, menggunakan informasi yang telah dimiliki sebelumnya
dan menghemat sejumlah waktu saat mempelajari hal tersebut lagi).
Memori adalah elemen pokok dalam sebagian besar proses kognitif. Tren pada penelitian
memori menarik minat psikolog eksperimental yang mengembangkan model-model rumit
tentang representasi mental mengenai bagaimana informasi disimpan dan diambil kembali.
Salah satu model memori yang paling lama bertahan adalah model yang dibuat oleh
William James, walaupun sudah mengalami beberapa modifikasi. Model memori dari
William James menyatakan bahwa memori bersifat dikotomi, manusia mengamati
sejumlah objek, informasi memasuki memori kemudian hilang sedangkan beberapa
informasi menetap di memori selamanya. Dengan demikian, lahirlah konsep memori
jangka pendek.
Psikolog kognitif umumnya merujuk pada proses utama memori terdiri dari tiga operasi
umum: pengkodean, penyimpanan, dan pengambilan. Masing-masing mewakili satu tahap
dalam pemrosesan memori:
• Pengkodean mengacu pada bagaimana seseorang mengubah input fisik dan sensorik
menjadi semacam representasi yang dapat ditempatkan ke dalam memori.
• Penyimpanan mengacu pada cara seseorang menyimpan informasi yang dikodekan
dalam memori.
• Pengambilan merujuk pada cara seseorang mendapatkan akses ke informasi yang
tersimpan dalam memori

15
a. Bentuk-bentuk Pengkodean
Penyimpanan Jangka Pendek (Short Term Storage)
Secara umum, kapasitas memori jangka pendek langsung kita bagi berdasarkan luas
stimulusnya, kira-kira berkisar tujuh stimulus plus-minus dua (Miller, 1956). Sebuah
stimulus menjadi sangat sederhana, seperti sebuah dijit, atau sangat kompleks seperti
sebuah kata. Jika kita mengumpulkan bersama-sama rangkaian dari, katakanlah, dua
puluh huruf atau angka menjadi tujuh item yang berarti, kita akan langsung
mengulanginya dengan cepat. Contoh, ketika kita melakukan chunking, seperti ketika
kita mengingat nomor telepon, di mana kita akan berusaha membagi-bagi sederetan
angka itu menjadi beberapa potongan yang lebih mudah diingat. Kebanyakan orang
tidak bisa mengingat memori jangka-pendek dari dua puluh rangkaian kata berikut ini:
101001000100001000100. Namun kalo kita mengelompokannya menjadi unit-unit
yang lebih besar, seprti 10, 100, 1000, 10000, 1000, dan 100, maka kita akan lebih
mudah memproduksi dua puluh angka ini sebagai enam item yang berbeda (Miller,
1956).
Faktor-faktor lain juga mempengaruhi kapasitas memori bagi simpanan temporer.
Contoh, jumlah suku kata yang kita ucapkan menurut setiap itemnya dapat
mempengaruhi jumlah item yang bisa kita ingat. Ketika setiap item memiliki jumlah
suku kata yang lebih banyak, kita hanya bisa mengingat beberapa item saja (Baddeley,
Thomson & Buchanan, 1975; Naveh-Benjamin & Ayres, 1986; Schweickert & Boruff,
1986). Bahkan umumnya batas kapasitas cuma bisa berkisar dari tiga sampai lima item
saja ketimbang sampai tujuh item (Cowan, 2001), bahkan beberapa penelitian
membuktikannya lebih rendah lagi (contoh, Waugh & Norman, 1965). Bila anda
melihat rangkaian huruf seperti T, V, K, A, M, Q, B, R, J, L,E, W, anda mungkin
mengingat tujuh huruf; dan bila anda melihat rangkaian kata seperti handuk, musik,
dosen, panah, salad, candi, uang, helium, gula, beo, musik, ayam, anda juga mengingat
tujuh item (tergantung kecepatan penayangan stimuli). Meskipun demikian, bila anda
mengukur jumlah informasi yang anda ingat dalam eksperimen di atas (yakni jumlah
huruf), anda mampu mengingat lebih banyak informasi dalam eksperimen
menggunakan rangkaian kata dibandingkan rangkaian huruf. Miller (1956)
memberikan suatu penjelasan mengenai cara item disandikan dalam Memori Jangka
Pendek (Short Term Memory)- STM. Miller menyusun dalil mengenai suatu model
memori yang memuat tujuh chunk atau tujuh “bongkahan unit” informasi. Huruf-huruf
16
tunggal (T, V, K, A,... ) dianggap sebagai unit-unit informasi yang terpisah-pisah
sehingga setiap huruf menempati satu slot (dari tujuh slot yang tersedia dalam STM).
Namun, ketika huruf-huruf tersebut membentuk suatu kata, kata tersebut dianggap
sebagai satu unit informasi sehingga setiap unit kata menempati satu slot STM. Dengan
demikian, meningkatnya kapasitas penyimpanan STM (dalam kasus diatas, jumlah total
huruf) dicapai melalui proses chunking, yakni mengubah huruf-huruf mrnjadi unit-unit
yang bermakna. Proses chunking adalah suatu proses yang penting karena menjelaskan
fenomena STM yang mampu memproses sejumlah besar informasi tanpa menyebabkan
“kemacetan” (bottleneck) dalam rangkaian pemrosesan informasi.
Penyimpanan Jangka Panjang (Long Term Storage) -LTM
Seberapa banyak informasi yang bisa kita simpan didalam memori jangka-panjang?
Seberapa lama informasi tersebut bisa bertahan? Pertanyaan mengenai kapasitas
penyimpanan bisa digeser cepat karena jawabnya mudah. Kita tidak tahu. Tidak juga
kita bisa tahu bagaimana kita dapat menemukannya. Kita bisa merancang berbagai
eksperimen untuk menentukan batas-batas memori jangka-pendek. Namun, kita tidak
tahu cara mengetes batas-batas memori jangka-panjang apalagi menentukan
kapasitasnya. Sulit bagi kita untuk membayangkan kapasitas dan durasi informasi yang
ditampung dalam Long-term memory. Hal ini disebabkan oleh kapasitas Long-term
memory yang sangat luas dan durasinya seolah tanpa akhir. Beberapa teoritisi
menyarankan bahwa kapasitas memori jangka-panjang tidak terbatas, minimal dalam
sudut-sudut praktis tertentu (Bahrick, 1948a, 1928b, 2000; Bahrick & Hall,
1991;Hintman, 1978). Hal ini membuat pertanyaan tentang seberapa lama informasi
bertaham dalam memori jangka-panjang menjadi tidah mudah dijawab. Saat ini pun
kita masih tidak memiliki bukti apakah memang ada batas yang absolut bagi seberapa
lama informasi bisa disimpan.
Beberapa peneliti mengetes memori partisipan tentang nama-nama dan foto-foto dari
teman-teman mereka dikelas menengah keatas (Bahrick, Bahrick & wittlinger, 1975).
Bahkan setelah 25 tahun, masih sedikit saja aspek-aspek memori yang terlupakan.
Partisipan cenderung lebih mengenali nama-nama dengan foto wajah juga cukup tinggi.
Seperti yang anda tahu, upaya mengingat nama seringkali menunjukkan tingkat
kelupaan paling tinggi. Istilah permastore mengacu pada informasi yang sangat lama
simpanannya, seperti pengetahuan tentang bahasa asing (Bahrick, 1984a, 1984b;
Bahrick dkk, 1993) dan matematika (Bahrick & Hall, 1991).

17
Kemampuan manusia untuk memahami masa lalu dan menggunakan informasi tersebut
untuk “masa kini” adalah fungsi dari Long-term memory. Karakteristik utama yang
paling menonjol dari Long-term memory adalah keberanekaragamannya (penyandian,
abstraksi informasi, struktur, kapasitas dan permanensinya). Long-term memory tidak
pasif, dalam arti bahwa informasi yang diambilnya tinggal di dalam memori menunggu
untuk dipanggil kapan saja ia diperlukan. Dalam Long-term memory informasi
dikumpulkan kembali, disusun, diperiksa, dan ditahan sebentar sebelum ia dapat
disimpan. Informasi yang hilang atau tidak lengkap harus dilengkapi dan ditambahkan
sehingga memori menjadi sangat koheren.
Lokasi tempat memori disimpan adalah diseluruh bagian otak, meskipun juga terpusat
dibagian-bagian tertentu. Beberapa region otak berfungsi penting dalam pembentukan
memori. Region-region tersebut meliputi hipokampus dan korteks (yang berbatasan
dengan hipokampus), serta thalamus. Hippocampus itu sendiri tidaklah menjadi
penyimpanan memori jangka panjang yang permanen, maka hipokampus tidak akan
memiliki akses memorinya sebelum operasi. Informasi sensorik dikirimkan ke region-
region otak yang spesifik. Info dari mata dan telinga, diberikan kepada korteks visual
dan korteks auditorik secara berturut-turut. Ada kemungkinan bahwa memori jangka
panjang terkait pengalaman-pengalaman sensorik tersebut juga disimpan di dalam, atau
didekat lokasi ini.
b. Transfer Informasi dari Memori Jangka Pendek ke Memori Jangka Panjang
Bagaimana kita memindahkan informasi dari memori jangka pendek ke
memori jangka panjang? Cara memindahkan informasi bergantung pada apakah
informasi tersebut melibatkan memori deklaratif atau nondeklaratif. Memori
deklaratif adalah ingatan tentang informasi faktual: nama, wajah, tanggal, dan fakta,
seperti “sebuah sepeda memiliki dua roda.” Memori prosedural (atau memori
nondeklaratif) adalah ingatan tentang kebiasaan, seperti bagaimana cara mengendarai
sebuah sepeda atau memukul bola pada permainan bisbol.
Pintu masuk ke dalam memori deklaratif jangka panjang dapat terjadi melalui
berbagai proses. Salah satu metode untuk mencapai tujuan ini adalah dengan dengan
sengaja memperhatikan informasi untuk memahaminya. Cara lain adalah dengan
membuat koneksi atau asosiasi antara informasi baru dan apa yang sudah kita ketahui
dan pahami. Kita membuat koneksi dengan mengintegrasikan data baru ke dalam
skema informasi yang sudah tersimpan. Proses mengintegrasikan informasi baru ke
dalam informasi yang tersimpan ini disebut konsolidasi.
18
Pada manusia, proses konsolidasi informasi deklaratif ke dalam memori dapat
berlanjut selama bertahun-tahun setelah pengalaman awal (Squire, 1986). Ketika
Anda belajar tentang seseorang atau sesuatu, misalnya, Anda sering mengintegrasikan
informasi baru ke dalam pengetahuan Anda jauh setelah Anda mendapatkan
pengetahuan itu. Misalnya, Anda mungkin telah bertemu seorang teman bertahun-
tahun yang lalu dan mulai mengorganisir pengetahuan tersebut pada saat itu. Namun,
Anda masih memperoleh informasi baru tentang teman tersebut—kadang-kadang
informasi yang mengejutkan—dan terus mengintegrasikan informasi baru ini ke
dalam basis pengetahuan Anda.
Kita dapat menggunakan berbagai strategi metamemori untuk menjaga atau
meningkatkan integritas ingatan selama proses konsolidasi (Metcalfe, 2000; Waters &
Schneider, 2010). Strategi-strategi metamemori melibatkan refleksi pada proses
ingatan kita sendiri dengan tujuan meningkatkan ingatan kita. Strategi-strategi
semacam itu sangat penting ketika kita mentransfer informasi baru ke dalam memori
jangka panjang dengan mengulangi. Strategi-strategi metamemori hanya satu
komponen dari metakognisi, kemampuan kita untuk berpikir tentang dan mengontrol
proses berpikir kita sendiri dan cara meningkatkan pemikiran kita.
Rehearsal
Salah satu teknik yang digunakan orang untuk menjaga agar informasi tetap
aktif adalah latihan, yaitu pembacaan berulang-ulang suatu item. Efek dari latihan
tersebut disebut efek latihan.
Latihan mungkin dilakukan secara terang-terangan, dalam hal ini biasanya
dilakukan dengan suara keras dan jelas bagi siapa pun yang menonton. Atau mungkin
terselubung, dalam hal ini diam dan tersembunyi.
Repetisi dan Pengembangan
Dalam untuk memindahkan informasi ke dalam memori jangka panjang, seseorang
harus terlibat dalam pengembangan informasi. Dalam pengembangan informasi,
individu tersebut dengan cara tertentu mengembangkan benda-benda yang harus
diingat. Rehearsal semacam ini membuat benda-benda tersebut lebih terintegrasi
dengan makna ke dalam apa yang sudah diketahui individu atau lebih terhubung
secara berarti satu sama lain dan oleh karena itu lebih mudah diingat.
The Spacing Effect
Prinsip efek penjadwalan ini penting untuk diingat saat belajar. Anda akan mengingat
informasi lebih lama, rata-rata, jika Anda mendistribusikan pembelajaran materi dan
19
mengubah konteks untuk pengkodean. Jangan mencoba menghabiskannya dalam
waktu singkat. Bayangkan belajar untuk ujian dalam beberapa sesi pendek selama
periode 2 minggu. Anda akan mengingat sebagian besar materi. Namun, jika Anda
mencoba mempelajari semua materi hanya dalam satu malam, Anda akan mengingat
sangat sedikit dan ingatan untuk materi ini akan cepat memudar.
Konsolidasi Tidur dan Memori
Salah satu hal yang penting dalam hal memori adalah jumlah tidur gerak mata cepat
(REM), tahap tidur tertentu (lihat Gambar 6.1) yang ditandai oleh mimpis dan
peningkatan aktivitas gelombang otak (Karni dkk., 1994), yang diterima seseorang.
Secara khusus, gangguan pola tidur REM pada malam setelah pembelajaran
mengurangi jumlah perbaikan dalam tugas diskriminasi visual yang terjadi
dibandingkan dengan tidur normal. Selain itu, ketiadaan peningkatan ini tidak teramati
pada pola tidur tahap tiga atau tahap empat yang terganggu (Karni dkk., 1994).
Penelitian lain juga menunjukkan pembelajaran yang lebih baik dengan peningkatan
proporsi tidur tahap REM setelah terpapar situasi pembelajaran (Ellenbogen, Payne, &
Stickgold, 2006; Smith, 1996).

Pengelompokan Informasi

a. Teknik-teknik Mnemonik
Mnemonik berasal dari kata Mnemosyne (bahasa Yunani).
Teknikini merupakan teknik untuk meningkatkan penyimpanan atau

20
penyandian dan pengambilan-kembali (recall) informasi dalam
memori. Strategi dalam teknik mnemonik:
⚫ Imagery dan mediasi (misalnya: metode loci & sistem kata
bergantung),
⚫ Karakteristik-karakteristik fonemik & ortografik
(misalnya:mengingat kata &
mengingat angka),
⚫ Isyarat atau pemicu fonemik (fonemic cues) dan imagery
mediation(misalnya: mengingat nama & metode kata kunci,
serta
⚫ Pengorganisasian semantik.
b. Metode Loci
Mislanya, Simonides mampu mengingat tempat duduk tamunya
dalam pesta. Metode loci adalah metode yang meng-asosiasikan objek
tertentu dengan tempat/lokasi (loci) tertentu.
Contoh:
Roti depan garasi
Tomat pintu depan
Pisang rak lemari pakaian
c. Sistem Kata Bergantung
Sistem kata bergantung adalah mempelajari serangkaian kata yg
berfungsi sebagai ‘gantungan’ untuk ‘menggantungkan’ item-item
yang dihapalkan.
Contoh
: One is
a bun
Two is a
shoe
Three is a
tree Four
is a door
Five is a
hive

21
d. Metode Kata Kunci
Metode kata kunci untuk mempelajari kosakata bahasa asing.
Atkinson & Raugh (1975) yang berdasarkan penelitian: menyediakan kata
kunci pada akan memberikan hasil lebih baik daripada membiarkan
partisipan membentuk kata kunci sendiri
e. Teknik-Teknik Verbal
⚫ Akronim, kata yang dibentuk berdasarkan huruf-huruf
pertamadalam sebuah frasa/kumpulan kata. Huruf pertama
sebagai isyaratatau pemicu didukung oleh eksperimen Solso &
Biersdorff (1975) Contoh: Local Area Network LAN
⚫ Akrostik, huruf pertama sebuah frasa atau kalimat yang
diasosiasikandengan kata-kata yang harus diingat.
Contoh:
Kings play Chess Kingdom, phylum, class
f. Mengingat nama
Lorayne & Lucas (1974) menjelaskan proses mempelajari nama:
⚫ Mengingat nama itu sendiri: memerhatikan detail pelafalan
nama membentuk suatu nama/frasa pengganti.
⚫ Pencarian karakteristik menonjol di wajah (kumis, jerawat, dll)
⚫ Menghubungkan kata pengganti dengan karakteristik menonjol tsb.

B. Pengambilan
Setelah kita mengkodekan dan menyimpan informasi dalam memori jangka pendek,
bagaimana kita mengambilnya kembali? Jika kita mengalami masalah dalam mengambil
informasi, apakah informasi tersebut disimpan terlebih dahulu?

22
a. Pengambilan dari Memori Jangka Pendek

Gambar ini menunjukkan empat kemungkinan prediksi yang dapat diambil dari ingatan
jangka pendek Saul Sternberg
percobaan. Panel (a) mengilustrasikan temuan yang menunjukkan adanya pemrosesan
paralel; (b) mengilustrasikan pemrosesan serial; (c) pertunjukan
pemrosesan serial yang menyeluruh; dan (d) menunjukkan pemrosesan serial yang
berakhir sendiri
Pemrosesan Paralel atau Serial?
Pemrosesan paralel mengacu pada penanganan beberapa operasi secara bersamaan.
Ketika diterapkan pada memori jangka pendek, item yang disimpan dalam memori
jangka pendek akan diambil semuanya sekaligus, tidak satu per satu. Prediksi pada
Gambar 6.2(a) menunjukkan apa yang akan terjadi jika pemrosesan paralel dilakukan
dalam tugas pemindaian memori Sternberg: Waktu respons harus sama, berapa pun
ukuran himpunan positifnya.
Hal ini karena semua perbandingan akan dilakukan sekaligus.
Pemrosesan serial mengacu pada operasi yang dilakukan satu demi satu. Dengan kata
lain, pada tugas pemanggilan kembali digit, digit-digit tersebut akan diambil secara
berurutan, bukan sekaligus (seperti pada model paralel). Menurut model serial,
dibutuhkan waktu lebih lama untuk mengambil empat digit dibandingkan mengambil
dua digit [seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6.2(b)].

23
Pemrosesan yang Menyeluruh atau Berakhir Sendiri?
Jika pemrosesan informasi dilakukan secara serial, ada dua cara untuk mendapatkan
akses terhadap rangsangan: pemrosesan menyeluruh atau pemrosesan yang berhenti
sendiri. Proses serial yang menyeluruh menyiratkan bahwa peserta selalu memeriksa
digit tes terhadap semua digit dalam himpunan positif, bahkan jika kecocokan
ditemukan di tengah-tengah daftar.
Pemrosesan menyeluruh akan memprediksi pola data yang ditunjukkan pada Gambar
6.2(c).
Perhatikan bahwa semua respons positif memerlukan waktu yang sama, terlepas dari
posisi serial probe tes positif. Dengan kata lain, dalam pencarian menyeluruh, Anda
memerlukan waktu yang sama untuk menemukan digit apa pun. Di mana lokasinya
dalam daftar tidak menjadi masalah.
Pemrosesan serial yang berakhir sendiri menyiratkan bahwa peserta akan memeriksa
digit tes hanya dengan digit yang diperlukan untuk membuat respons. Perhatikan
Gambar 6.2(d). Hal ini menunjukkan bahwa waktu respon sekarang akan meningkat
secara linier sebagai fungsi dimana digit uji ditempatkan pada himpunan positif.
Semakin belakangan posisi serialnya, semakin panjang pula
waktu merespon.

Pemenang- Model Serial Lengkap - dengan Beberapa Kualifikasi


Pola data sebenarnya sangat jelas. Datanya tampak seperti pada Gambar 6.2(b) dan (c).
Waktu respons meningkat secara linier seiring dengan ukuran yang ditetapkan, namun
tetap sama, terlepas dari posisi serial. Belakangan, pola data ini direplikasi (Sternberg,
1969). Selain itu, rata-rata waktu respons untuk respons positif dan negatif pada
dasarnya sama. Fakta ini semakin mendukung model serial lengkap. Perbandingan
masing-masing memakan waktu sekitar 38 milidetik (0,038 detik) (Sternberg, 1966,
1969).
Meskipun banyak peneliti menganggap pertanyaan tentang pemrosesan paralel versus
pemrosesan serial telah terjawab dengan pasti, pada kenyataannya, model paralel dapat
menjelaskan data tersebut (Corcoran, 1971). Bayangkan sebuah pacuan kuda yang
melibatkan pemrosesan paralel. Perlombaan belum berakhir sampai kuda terakhir
melewati garis finis. Sekarang, misalkan kita menambahkan lebih banyak kuda ke
dalam perlombaan. Durasi perlombaan, dari awal hingga kuda terakhir melewati garis
finis, kemungkinan besar akan bertambah. Misalnya, jika kuda dipilih secara acak, kuda
24
paling lambat dalam pacuan delapan kuda kemungkinan besar akan lebih lambat
dibandingkan kuda paling lambat dalam pacuan empat kuda. Artinya, dengan lebih
banyak kuda, kemungkinan rentang kecepatan yang lebih luas akan lebih besar. Jadi
keseluruhan balapan akan memakan waktu lebih lama karena balapan belum selesai
sampai kuda paling lambat melewati garis finis.
Demikian pula, ketika menerapkan model paralel pada tugas pengambilan yang
melibatkan lebih banyak item, rentang kecepatan pengambilan yang lebih luas untuk
berbagai item juga lebih mungkin terjadi. Seluruh proses pengambilan belum selesai
sampai item terakhir telah diambil. Secara matematis, tidak mungkin membedakan
model paralel dan serial secara pasti (Townsend, 1971). Selalu ada model paralel yang
meniru model serial apa pun dalam prediksinya dan sebaliknya. Kedua model tersebut
mungkin tidak masuk akal, namun tetap ada. Selain itu, tampak bahwa proses yang
digunakan individu sebagian bergantung pada rangsangan yang diproses (misalnya,
Naus, 1974; Naus, Glucksberg, & Ornstein, 1972). Beberapa psikolog kognitif telah
menyarankan bahwa kita harus berusaha tidak hanya memahami bagaimana proses
memori tetapi juga mengapa proses memori terjadi (misalnya, Bruce, 1991). Artinya,
fungsi apa yang dimiliki memori bagi individu dan manusia sebagai suatu spesies?
Untuk memahami fungsi memori, kita harus mempelajari memori untuk informasi yang
relatif kompleks. Kita juga perlu memahami hubungan antara informasi yang disajikan
dan informasi lain yang tersedia bagi individu, baik dalam konteks informasi maupun
sebagai hasil pengalaman sebelumnya.
b. Pengambilan dari Memori Jangka Panjang
Psikolog kognitif sering kali mengalami kesulitan untuk membedakan antara
ketersediaan dan aksesibilitas suatu item. Ketersediaan adalah adanya informasi yang
disimpan dalam memori jangka panjang. Aksesibilitas adalah sejauh mana kita dapat
mengakses informasi yang tersedia. Kinerja memori tergantung pada aksesibilitas
informasi yang akan diingat. Idealnya, peneliti ingin menilai ketersediaan informasi
dalam memori. Sayangnya, mereka harus puas menilai aksesibilitas informasi tersebut.

25
Gambar 6.3. Dalam percobaan Khader dan rekannya (2005), peserta disajikan dengan
kata-kata abstrak seperti “konsep”, yang dipasangkan dengan satu atau dua posisi
spasial atau wajah.
c. Kecerdasan dan Pengambilan (Intelligence and Retrieval)
Kecepatan pemrosesan informasi dapat mempengaruhi kinerja awal pada tugas
mengingat dan waktu inspeksi, namun kecepatan tidak berhubungan dengan
pembelajaran jangka panjang. Mungkin pemrosesan informasi yang lebih cepat
membantu peserta dalam aspek kinerja tugas tes kecerdasan, dibandingkan
berkontribusi pada pembelajaran dan kecerdasan sebenarnya.
C. Proses Lupa dan Distorsi Memori
Dua teori mengenai melupakan informasi yang disimpan dalam memori kerja yang paling
terkenal adalah teori interferensi dan teori peluruhan.
a. Teori Interferensi
Teori interferensi mengacu pada pandangan bahwa lupa terjadi karena ingatan akan
kata-kata tertentu mengganggu ingatan akan kata-kata lain. Dua jenis interferensi yang
menonjol dalam teori dan penelitian psikologi yaitu interferensi retroaktif dan
interferensi proaktif. Interferensi retroaktif (atau penghambatan retroaktif) terjadi
ketika pengetahuan yang baru diperoleh menghalangi ingatan materi lama. Gangguan
semacam ini disebabkan oleh aktivitas yang terjadi setelah kita mempelajari sesuatu
namun sebelum kita diminta mengingatnya. Interferensi proaktif (atau penghambatan
proaktif) terjadi ketika materi yang dipelajari di masa lalu menghambat pembelajaran
materi baru. Jumlah interferensi proaktif umumnya meningkat seiring bertambahnya
lamanya waktu antara saat informasi disajikan (dan dikodekan) dan saat informasi
diambil (Underwood, 1957). Seperti yang mungkin Anda perkirakan, interferensi
proaktif meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah pembelajaran sebelumnya—
dan berpotensi mengganggu—(Greenberg & Underwood, 1950). Intervensi proaktif

26
umumnya memiliki efek yang lebih kuat pada orang dewasa yang lebih tua
dibandingkan pada orang yang lebih muda (Ebert & Anderson, 2009).
b. Teori Peluruhan
Teori peluruhan menegaskan bahwa informasi dilupakan karena hilangnya jejak
memori secara bertahap, bukan karena perpindahan. Dengan demikian, teori peluruhan
memandang informasi asli akan menghilang secara bertahap kecuali ada tindakan yang
dilakukan untuk menjaganya tetap utuh. Pandangan ini kontras dengan teori
interferensi, yang menyatakan bahwa satu atau lebih informasi menghalangi ingatan
informasi lainnya.

D. Sifat Konstruktif dari Memori


Ingatan bersifat konstruktif, karena pengalaman sebelumnya memengaruhi cara kita
mengingat sesuatu dan apa yang sebenarnya kita ingat dari ingatan (Davis & Loftus, 2007;
Grant & Ceci, 2000; Sutton, 2003).
a. Memori Otobiografi
Memori otobiografi mengacu pada memori sejarah seseorang. Memori otobiografi
bersifat konstruktif. Seseorang tidak ingat persis apa yang telah terjadi. Sebaliknya,
seseorang mengingat konstruksi atau rekonstruksi yang dilakukannya atas apa yang terjadi.
Salah satu cara mempelajari memori otobiografi adalah melalui studi buku harian.
Bentuk ingatan jelas yang sering dipelajari adalah ingatan flashbulb (flashbulb memory)—
ingatan akan suatu peristiwa yang begitu kuat sehingga orang tersebut mengingat peristiwa
itu dengan jelas seolah-olah peristiwa itu terekam dalam film (Brown & Kulik, 1977).
Beberapa peneliti berpendapat bahwa kenangan flashbulb mungkin lebih jelas diingat
karena intensitas emosionalnya. Namun, peneliti lain berpendapat bahwa jelasnya ingatan
mungkin disebabkan oleh efek latihan.
Beberapa efek menarik dari memori flashbulb melibatkan peran emosi. Semakin seseorang
terlibat secara emosional dalam suatu peristiwa, maka semakin baik pula ingatan orang
tersebut terhadap peristiwa tersebut. Selain itu, seiring berjalannya waktu, ingatan akan
peristiwa tersebut menurun (Smith, Bibi, & Sheard, 2004).
b. Distorsi Memori
Orang memiliki kecenderungan untuk mengubah ingatan mereka (Aminoff et al., 2008;
Roediger & McDermott, 2000; Schacter & Curran, 2000; Schnider, 2008). Misalnya, hanya
dengan mengatakan sesuatu telah terjadi pada Anda akan membuat Anda lebih cenderung
berpikir bahwa hal itu benar-benar terjadi. Hal ini benar apakah peristiwa itu terjadi atau
27
tidak (Ackil & Zaragoza, 1998). Distorsi ini cenderung terjadi dalam tujuh cara tertentu,
yang oleh Schacter (2001) disebut sebagai “tujuh dosa ingatan.” Berikut adalah “tujuh
dosa” Schacter:
1. Kefanaan. Memori memudar dengan cepat. Misalnya, meskipun sebagian besar orang
mengetahui bahwa O. J. Simpson dibebaskan dari tuduhan pidana pembunuhan
istrinya, mereka tidak ingat bagaimana mereka mengetahui pembebasannya. Pada
suatu waktu mereka bisa saja berkata, tapi sekarang tidak bisa lagi.
2. Ketidakhadiran pikiran. Kadang-kadang orang menyikat gigi setelah selesai menyikat
gigi atau memasuki ruangan untuk mencari sesuatu hanya untuk menemukan bahwa
mereka lupa apa yang mereka cari.
3. Pemblokiran. Kadang-kadang orang mempunyai sesuatu yang mereka tahu harus
mereka ingat, tapi mereka tidak bisa. Seolah-olah informasi ada di ujung lidahnya,
namun tidak dapat diambil kembali (lihat juga penjelasan fenomena ujung lidah di
Bab 4). Misalnya, orang mungkin melihat seseorang yang mereka kenal, namun
namanya luput dari perhatian mereka; atau mereka mungkin mencoba memikirkan
sinonim untuk sebuah kata, mengetahui bahwa ada sinonim yang jelas, namun tidak
dapat mengingatnya.
4. Kesalahan atribusi. Orang sering kali tidak dapat mengingat di mana mereka
mendengar apa yang mereka dengar atau membaca apa yang mereka baca. Terkadang
orang mengira mereka melihat sesuatu yang tidak mereka lihat atau mendengar
sesuatu yang tidak mereka dengar. Misalnya, kesaksian saksi mata kadang-kadang
dikaburkan oleh apa yang kita pikir seharusnya kita lihat, bukan apa yang sebenarnya
kita lihat.
5. Saran. Orang rentan terhadap sugesti, jadi jika mereka diberi kesan bahwa mereka
melihat sesuatu, mereka mungkin mengira mereka ingat pernah melihatnya. Misalnya
dalam sebuah penelitian, ketika ditanya apakah mereka pernah menonton film televisi
tentang sebuah pesawat yang menabrak gedung apartemen, banyak orang menjawab
bahwa mereka pernah melihatnya. Tidak ada film seperti itu.
6. Bias. Orang sering kali bias dalam mengingatnya. Misalnya, orang-orang yang saat
ini sedang mengalami nyeri kronis dalam hidupnya cenderung mengingat nyeri di
masa lalu, baik mereka benar-benar mengalaminya atau tidak. Orang-orang yang
tidak mengalami rasa sakit seperti itu cenderung tidak mengingat rasa sakit di masa
lalu, sekali lagi, mereka tidak terlalu memperhatikan pengalaman masa lalu mereka
yang sebenarnya.
28
7. Ketekunan. Kadang-kadang orang mengingat hal-hal sebagai sesuatu yang penting,
yang dalam konteks luas, tidak penting. Misalnya, seseorang yang memiliki banyak
keberhasilan tetapi satu kegagalan yang menonjol mungkin mengingat satu kegagalan
lebih baik daripada banyak keberhasilan.
Apa sajakah cara spesifik untuk mempelajari distorsi memori? Selanjutnya kita akan
mempertimbangkan dua bidang penelitian yang menyelidiki kesaksian saksi mata dan
ingatan yang direpresi.
Paradigma Kesaksian Saksi Mata
Kesaksian saksi mata mungkin merupakan sumber paling umum dari hukuman yang
salah di Amerika Serikat (Modafferi et al., 2009). Ada potensi masalah serius
mengenai hukuman yang salah ketika menggunakan kesaksian saksi mata sebagai
satu-satunya, atau bahkan dasar utama, untuk menghukum orang yang dituduh
melakukan kejahatan (Loftus & Ketcham, 1991; Loftus, Miller, & Burns, 1987; Wells
& Loftus, 1984) .
Pengakuan mempengaruhi kesaksian para saksi mata. Demikian pula, masukan kepada
saksi mata mempengaruhi kesaksian peserta. Identifikasi dan ingatan saksi mata juga
dipengaruhi oleh tingkat stres saksi. Ketika stres meningkat, keakuratan ingatan dan
identifikasi menurun (Deffenbacher et al., 2004; Payne et al., 2002). Temuan ini
semakin mempertanyakan keakuratan kesaksian saksi mata karena sebagian besar
kejahatan terjadi dalam situasi yang penuh tekanan. Beberapa peneliti berpendapat
bahwa psikolog perlu mengetahui lebih banyak tentang keadaan yang mengganggu
kesaksian saksi mata sebelum mempertanyakan kesaksian tersebut di hadapan hakim
(McKenna, Treadway, & McCloskey, 1992). Hal ini menunjukkan pentingnya
mendidik masyarakat serta pihak-pihak yang terlibat dalam proses pengadilan tentang
kesalahan kesaksian saksi mata.
Anak-anak sebagai Saksi Mata
Ingatan anak-anak sangat rentan terhadap distorsi. Distorsi seperti ini sangat mungkin
terjadi ketika anak-anak ditanyai pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan, seperti di
ruang sidang. Pertama, semakin muda usia anak, semakin kurang dapat diandalkan
kesaksian anak tersebut. Kedua, bila seorang penanya bersikap memaksa atau bahkan
hanya tampak menginginkan jawaban tertentu, anak-anak akan sangat rentan
memberikan apa yang ingin didengar orang dewasa. Ketiga, anak-anak mungkin
percaya bahwa mereka ingat mengamati hal-hal yang orang lain katakan mereka amati.

29
Memori yang Ditekan
Kenangan yang ditekan adalah kenangan yang diduga telah didorong ke dalam
ketidaksadaran karena tekanan yang ditimbulkannya. Kenangan seperti itu, menurut
pandangan para psikolog, sangat tidak dapat diakses, namun dapat dikeruk (Briere &
Conte, 1993). Ada banyak alasan munculnya sikap skeptis terhadap memori yang
ditekan. Pertama, beberapa terapis mungkin secara tidak sengaja menanamkan ide di
kepala kliennya. Dengan cara ini, mereka mungkin secara tidak sengaja menciptakan
kenangan palsu tentang peristiwa yang tidak pernah terjadi. Kedua, menunjukkan
bahwa ingatan yang ditanamkan itu salah, seringkali sangat sulit dilakukan.
Mengapa manusia begitu lemah dalam membedakan apa yang mereka dengar dan apa
yang belum mereka dengar? Salah satu kemungkinannya adalah kesalahan
pemantauan sumber, yang terjadi ketika seseorang mengatribusikan memori yang
berasal dari satu sumber ke sumber lain. Orang sering kali mengalami kesulitan dalam
memantau sumber, atau mencari tahu asal usul suatu memori.
Penjelasan lain yang mungkin mengenai peningkatan pengenalan yang salah ini adalah
penyebaran aktivasi. Dalam aktivasi penyebaran, setiap kali suatu item dipelajari,
Anda memikirkan item yang terkait dengan item tersebut. tih. Misalnya, ketika Anda
membaca kata tidur siang, kata-kata seperti tidur, tempat tidur, dan kucing mungkin
teraktifkan di pikiran Anda. Dengan cara ini, aktivasi bercabang dari kata aslinya tidur
siang.
c. Pengaruh dari Konteks pada Memori
Sejumlah faktor, seperti emosi, suasana hati, keadaan kesadaran, skema, dan fitur lain
dari konteks internal kita, jelas mempengaruhi pengambilan memori. Penggunaan
skema membuat integrasi dan pengorganisasian menjadi relatif mudah. Mereka mengisi
kekosongan ketika diberikan informasi parsial atau bahkan terdistorsi dan
memvisualisasikan aspek konkret dari informasi verbal. Mereka juga dapat menerapkan
strategi metakognitif yang tepat untuk mengatur dan melatih informasi baru.
Suasana hati dan keadaan kesadaran kita juga dapat memberikan konteks untuk
pengkodean yang mempengaruhi pengambilan kembali ingatan semantik di kemudian
hari. Jadi, ketika kita mengkodekan informasi semantik selama suasana hati atau
keadaan kesadaran tertentu, kita mungkin lebih mudah mengambil informasi tersebut
ketika berada dalam keadaan yang sama lagi (Baddeley, 1989; Bower, 1983). Beberapa
peneliti berpendapat bahwa orang yang berada dalam suasana hati yang tertekan dapat

30
lebih mudah mengingat kembali pengalaman sedih sebelumnya, yang mungkin akan
melanjutkan depresinya (Baddeley, 1989; lihat juga Wisco & Nolen-Hoeksema, 2009).
Bahkan konteks eksternal kita dapat mempengaruhi kemampuan kita mengingat
informasi. Kita tampak lebih mampu mengingat informasi ketika kita berada dalam
konteks fisik yang sama dengan konteks di mana kita mempelajari materi tersebut
(Godden & Baddeley, 1975). Semua efek konteks sebelumnya dapat dilihat sebagai
interaksi antara konteks pengkodean dan konteks pengambilan informasi yang
dikodekan. Hasil dari berbagai percobaan pengambilan menunjukkan bahwa cara item
dikodekan memiliki pengaruh yang kuat terhadap cara dan seberapa baik item diambil.
Hubungan ini disebut kekhususan pengkodean—apa yang diingat bergantung pada apa
yang dikodekan (Tulving & Thomson, 1973).
Hubungan antara pengkodean dan pengambilan juga dapat menjelaskan efek referensi
diri (Greenwald & Banaji, 1989). Secara khusus, penyebab utama efek referensi diri
bukan karena sifat unik dari isyarat referensi diri. Sebaliknya, hal ini disebabkan oleh
prinsip pengkodean dan pengambilan yang lebih umum: Ketika individu menghasilkan
isyarat mereka sendiri untuk pengambilan, isyarat tersebut jauh lebih kuat
dibandingkan ketika individu lain melakukannya. Peneliti lain telah mengkonfirmasi
pentingnya membuat isyarat bermakna bagi individu untuk meningkatkan daya ingat.

31
DAFTAR RUJUKAN

Sternberg, Robert J dan Sternberg, Karin. 2009. Cognitive Psikology Sixth Edition. United
State: Wadsword Cengage Learnin

32

Anda mungkin juga menyukai