Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ilmu Keperawatan - Volume 5, No.

1 Mei 2017
2
PERBEDAAN KEBERHASILAN TERAPI FIBRINOLITIK PADA PENDERITA
ST-ELEVATION MYOCARDIAL INFARCTION (STEMI) DENGAN DIABETES
DAN TIDAK DIABETES BERDASARKAN PENURUNAN ST-ELEVASI

Ni Made Dewi Wahyunadi1, Djanggan Sargowo2, Tony Suharsono3


1
Program Studi Magister Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang
2
Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang
3
Jurusan Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya

ABSTRAK
ST-elevat ion myocardial infarction (STEMI) adalah kondisi yang terjadi akibat rupturnya plak
aterosklerosis yang menyebabkan oklusi total pada arteri koroner. Salah satu tindakan reperfusi yang
dapat dilakukan pada pasien STEMI adalah pmberian fibrinolitik yang sebaiknya diberikan dalam
waktu <12 jam setelah munculnya nyeri dada. Keberhasilan terapi fibrinolitik dapat dipengaruhi oleh
beberapa hal salah satunya adalah pasien menderita diabetes atau tidak. Tujuan penelitian ini adalah
membedakan keberhasilan terapi fibrinolitik pada penderita STEMI dengan diabetes dan tidak
diabetes berdasarkan penurunan ST-elevasi. Metode dalam penelitian ini analitik observasional
dengan pendekatan cross sectional prospective. Jumlah sampel 34 responden diambil dengan
pendekatan consecutive sampling. Pengukuran dilakukan dengan cara observasi langsung ke pasien
dan mengobservasi catatan rekam medis pasien STEMI dengan diabetes dan tidak diabetes di
emergensi jantung PJT RSUP Sanglah Denpasar, ICCU RSUD Badung dan ICU BRSU Tabanan. Uji
analisis yang digunakan untuk membedakan keberhasilan terapi fibrinolitik pada penderita STEMI
dengan diabetes dan tidak diabetes adalah uji Fisher. Hasil analisis uji Fisher menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan keberhasilan terapi fibrinolitik yang signifikan pada pasien diabetes dan tidak
diabetes (p<0.000), dimana keberhasilan terapi fibrinolitik pada pasien diabetes (10%) lebih sedikit
dibandingkan pada pasien yang tidak diabetes (79%). Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
keberhasilan terapi fibrinolitik yang signifikan pada pasien diabetes dan tidak diabetes, dimana
dalam penelitian ini keberhasilan terapi fibrinolitik ini kemungkinan juga dipengaruhi oleh waktu
pemberian fibrinolitik dan faktor resiko STEMI lain yang dialami oleh pasien seperti hipertensi,
obesitas, hiperlipidemia dan merokok.
Kata kunci: STEMI, terapi fibrinolitik, diabetes dan tidak diabetes, penurunan ST-elevasi

ABSTRACT
ST-elevation myocardial infarction (STEMI) is a condition that occurs due to rupture of atherosclerotic
plaque causing total occlusion in the coronary arteries. One of the reperfusion actions that can be
performed in STEMI patients is fibrinolytic therapy which should be administered within <12 hours
after the onset of chest pain. The success of fibrinolytic therapy can be influenced by several things
such as patient suffered from diabetes or not. The aim of this study was to differentiate the success
of fibrinolytic therapy in STEMI patients with diabetes and non-diabetes based on decreased of ST-
elevation. Method of the research was analytic observasional with cross sectional prospective
approach. The sample number was 34 respondents which taken with consecutive sampling approach.
Measurements were made by direct observation to the patient and medical records of STEMI patients
with diabetes and non-diabetes in emergency jantung PJT Sanglah Denpasar Hospital, ICCU Badung
Hospital and ICU BRSU Tabanan. The analisis that used to differentiate the success of fibrinolytic
therapy in STEMI patients with diabetes and not diabetes was Fisher test. The results of Fisher’s test
analysis showed that there were significant differences in the success of fibrinolytic therapy in
patients with diabetes and non-diabetes (p <0.000) which is the success of fibrinolytic therapy in
diabetic patients (10%) was lower than in non-diabetic patients (79%). The conclusion is there are
significant differences in the success of fibrinolytic therapy in diabetic and non-diabetic patients. In
this study the success of fibrinolytic therapy may also be influenced by the time of fibrinolytic
administration and other STEMI risk factors such as hypertension, obesity, hyperlipidemia and
smoking.
Keywords: STEMI, fibrinolytic therapy, diabetic and non-diabetic, ST-elevation resolution

Jurnal Ilmu Keperawatan Vol. 5 No. 1, Mei 2017. Korespondensi: Ni Made Dewi Wahyunadi. Email:
ni.made.dewi.wahyunadi@gmail.com No. HP.081230246066

Jurnal Ilmu Keperawatan - Volume 5, No. 1 Mei 2017


96
PENDAHULUAN
ST-elevat ion myocardial in farct ion berhasil yang salah satu penyebabnya adalah
(STEMI) merupakan bagian dari Sindrom karena pada pasien yang mengalami STEMI
Koroner Akut (SKA) yang pada umumnya juga mengalami diabetes. Kegagalaan
diakibatkan oleh rupturnya plak aterosklerosis penurunan ST elevasi pada pasien STEMI
yang mengakibatkan oklusi total pada arteri dengan diabetes kemungkinan diakibatkan
koroner dan disertai dengan tanda dan gejala karena adanya gangguan mikrovaskuler
klinis iskemi miokard seperti muncul- nya nyeri (Pourmousavi et al. 2015). Pada penelitian
dada, adanya J point yang persistent, adanya yang dilakukan oleh Masoomi et al. (2012)
elevasi segmen ST serta meningkat- nya didapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan
biomarker kematian sel miokardium yaitu keberhasilan terapi fibrinolitik yang signifikan
troponin (cTn) (Baliga et al. 2014; Daga et al. pada pasien STEMI dengan diabetes dan yang
2011; O’Gara et al. 2013). t idak diabetes. Pada peneli t ian yang
Studi yang dilakukan di Amerika Serikat dilakukan oleh Pourmousavi et al. (2015)
menunjukkan bah wa 38 % pasien SKA juga didapatkan bahwa tidak ada perbedaan
merupakan pasien STEMI (Mozaffarian et keberhasilan t erapi f ibrinolo t ik yang
al. 2015). Sedangkan berdasarkan Jakarta signifikan pada pasien diabetes dengan yang
Acute Coronary Syndrome (JAC) Registry tidak diabetes. Sedangkan pada penelitian
pada tahun 2013 jumlah pasien STEMI di yang dilakukan oleh Masoomi et al. (2012)
Jakarta mencapai 1.110 orang (Dharma et menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
al . 2015). STEMI merupakan penyaki t keberhasilan yang signifikan antara pasien
kardiovaskuler penyebab kecacatan dan yang diabetes dengan yang tidak diabetes.
kematian terbesar di seluruh dunia. STEMI Berdasarkan pemaparan diatas maka peneliti
menyebabkan kematian 6%-14% dari jumlah ingin mengetahui lebih lanjut mengenai
total kematian pasien yang disebabkan oleh perbedaan keberhasilan terapi fibrinolitik
SKA (Widimsky et al. 2012). pada penderita STEMI dengan diabetes dan

Reperfusi merupakan tatalaksana utama non diabetes berdasarkan penurunan ST-

yang dilakukan pada pasien yang mengalami elevasi.

STEMI. Salah satu tindakan reperfusi yang


dapat dilakukan adalah pemberian terapi METODE
fibrinolitik segera dalam waktu <12 jam
Penelitian ini merupakan penelitian
setelah munculnya nyeri dada (Pourmousavi
analitik observasional dengan pendekatan
et al. 2015). Pemberian fibrinolitik pada
cross sectional prospective yang dilaksanakan
pasien STEMI bertujuan untuk memperbaiki
di ruang emergensi jantung instalasi PJT
aliran darah dan mencegah meluasnya
RSUP Sanglah Denpasar Bali (8 orang), ICCU
kematian sel miokardium (Masoomi et al.
RSUD Badung (14 orang), dan ICU BRSU
2012).
Tabanan (12 orang) pada bulan Mei-Juni
Beberapa peneli t ian menunjukkan bahwa 2016, dengan jumlah sampel penelitian
penggunaan fibrinolitik tidak selalu sebanyak 34 orang yang diambil megguna-
kan pendekatan consecutive sampling.

www.jik.ub.ac.id

97
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah 1) pria lebih banyak dibandingkan dengan
Pasien yang diagnosa STEMI yang disertai wanita, dimana pada pasien STEMI dengan
diabetes maupun tidak diabetes (pasien diabetes 90%nya adalah pasien pria dan pada
dikatakan diabetes jika GDA pasien saat pasien yang tidak diabetes 79% adalah pria.
masuk ke rumah saki t ?200mg/dl dan Kemudian pada pasien STEMI dengan
memiliki ri wayat diabetes. Sedangkan diabetes, terapi fibrinolitik paling banyak
dikatakan tidak diabetes jika GDA pasien diberikan dalam rentang waktu >6-12 jam
<200mg/dl dan t idak memiliki ri wayat (90%) dan pasien STEMI yang tidak diabetes
diabetes), 2) Usia 45-65 tahun (Middle age), mendapat kan terapi f ibrinoli t ik paling banyak
3) Pasien yang diberikan terapi fibrinolitik dalam rentang waktu 3-6 jam (42%). Dari
Streptokinase 1.500.000 unit dalam 1 jam. Kri semua pasien STEMI dngan diabetes, 70%
t eria eksklusi pasien STEM I yang pasien memiliki faktor resiko STEMI
mengalami alergi terhadap fibrinolitik. ³3, sedangkan 30% nya memiliki faktor
Pengambilan data dilakukan dengan resiko STEMI <3. Pada pasien yang tidak
cara observasi langsung ke pasien dan diabetes 13% memiliki memiliki faktor resiko
mengobservasi catatan rekam medis pasien STEMI ³3, sedangkan 87% memiliki faktor
STEMI dengan diabetes dan tidak diabetes. resiko <3.
Pengambilan data variabel keberhasilan
Tabel 1. Karakteristik Pasien STEM I
t erapi f ibrinoli t ik dilakukan dengan
dengan Diabetes dan Tidak Diabetes
mengukur persentase penurunan ST-elevasi
Karakteristik Diabetes Tidak
dari rekaman EKG pasien yang dilakukan 2
N=10 (%) Diabetes
kali yaitu sebelum terapi fibrinolitik dan 60 N=24
menit setelah pemberian terapi fibrinolitik. (%)
Jenis kelamin
Perhitungan keberhasilan terapi fibrinolitik
Pria 90 79
berdasarkan selisih tinggi (penurunan) ST-
Wanita 10 21
elevasi = penjumlahan tinggi ST-elevasi Waktu pemberian fibrinolitik
tertinggi dari setiap lead sebelum terapi <3 jam 0 37
fibrinolitik - penjumlahan tinggi ST-elevasi 3-6 jam 10 42
>6-12 jam 90 21
tertinggi dari setiap lead sesudah terapi Tekanan darah
fibrinolitik). Persentase (%) penurunan ST Hipertensi 60 42
elevasi = penurunan ST elevasi: penjumlahan Tidak hipertensi 40 58
IMT
tinggi ST-elevasi dari setiap lead sebelum
Obesitas 20 4
t erapi f ibrinoli t ik x 100. Kemudian Tidak obesitas 80 96
dikategorikan menjadi  50% (berhasil) dan Kolesterol
Hiperlipidemia 50 29
<50% (gagal).
Tidak hiperlipidemia 50 71
Kebiasaan Merokok
Merokok 70 29
HASIL
Tidak merokok 30 71
Jumlah faktor resiko ≥3
Tabel 1. menunjukkan bahwa pada Faktor resiko ≥3 70 13
penelitian ini respnden dengan jenis kelamin Faktor resiko <3 30 87

Jurnal Ilmu Keperawatan - Volume 5, No. 1 Mei 2017


98
Dari tabel 2. dapat dilihat bahwa dalam terapi fibrinolitik yang signifikan pada pasien
penelitian ini pasien tidak diabetes paling STEMI dengan diabetes dan tidak diabetes.
banyak mengalami STEMI anterior dan tidak Adapun penelitian yang mendukung hasil
ada yang mengalami STEMI anterolateral peneli t ian ini adalah peneli t ian yang
inferior. Sedangkan pada pasien yang dia- dilakukan oleh Saleem et al. (2016) yang
betes paling banyak mengalami STEMI infe- juga menunjukkan hal yang sama yaitu
rior dan yang paling sedikit adalah STEMI terdapat perbedaan keberhasilan terapi
anterolateral inferior. fibrinolitik yang signifikan (p<0.001) antara
Tabel 2. Letak STEM I pada Diabetes dan pasien STEMI dengan diabetes dan yang
Tidak Diabetes tidak diabetes. Sependapat dengan i tu,
Karakteristik Diabe tes Tidak
dalam penelitian yang dilakukan oleh Bhat
Diabetes dan Carvalho (2014) juga menunjukkan hal
N=10 N=24 yang sama yai t u diabe t es ( p=0,025)
Letak STEMI
Anterior (V1-V6) 2 13 berpengaruh terhadap kegagalan terapi
Inferior (II, III, AVF) 3 8 fibrinolitik secara signifikan.
Anterolateral (V1-V6, I, AVL) 2 1
Anterior Inferior (V1 -V6, II, III, 2 2
Penelitian lain yang mendukung penelitian
AVF) ini adalah penelitian yang dilakukan oleh
Anterolateral inferior (V1 -V6, I, 1 0 Masoomi et al. (2012), dimana t ujuan
AVL, II, III, AVF)
penelitiannya adalah untuk mengetahui

Tabel 3. Perbedaan penurunan ST-elevasi perbandingan efek trombolitik streptokinase


pada Pasien Diabetes dan Tidak Diabetes pada pasien STEMI dengan diabetes dan tidak

diabetes. Dari hasil penelitian tersebut


≥50% <50% p
(berhasil) (gagal) menunjukkan bahwa terjadi perbedaan yang
Diabetes 10% 90% <0.000 signifikan dalam penurunan ST elevasi pada
Non Diabetes 79% 21%
pasien STEMI dengan diabetes dan yang
tidak
Berdasarkan uji Fisher pada tabel 3. diabetes, dimana penurunan segmen ST secara
dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan komplit pada pasien diabetes sebesar 31,6%
keberhasilan t erapi f ibrinoli t ik yang dan pada pasien tidak diabetes terjadi
signifikan pada pasien diabetes dan tidak penurunan segmen ST secara komplit sebesar
diabetes (p<0.000), dimana pada pasien 51,0% (p<0,005). Sedangkan kegagalan
STEMI yang tidak diabetes keberhasilan penurunan segmen ST pada pasien dengan
terapi fibrinolitik lebih banyak yaitu 79%, diabetes sebesar 27,8%, dan kegagalan
sedangkan pada pasien STEMI dengan dia- penurunan segmen ST pada pasien tidak dia-
betes tingkat kegagalannyalah yang lebih betes yaitu sebesar 9,0%. Hal ini menunjukkan
banyak yaitu 90%. bahwa persentase kegagalan terapi fibrinolitik
terjadi lebih besar pada pasien dengan
PEMBAHASAN diabetes.

Dalam penelitian ini didapatkan hasil Berbeda dengan hasil penelitian yang
bahwa terdapat perbedaan keberhasilan dilakukan oleh Zahid et al. (2012) yang

www.jik.ub.ac.id
99
menunjukkan bahwa keberhasilan terapi meningkat. Selama dilakukan uji toleransi
fibrinolitik tidak berbeda secara signifikan glukosa oral pada tikus, hiperglikemia akut
antara pasien yang diabetes dengan yang tidak menyebabkan memendeknya waktu paruh
diabetes, dimana didapatkan bahwa pada fibrinogen, meningkatkan agregasi platelet,
pasien diabetes angka keberhasilan terapi f dan meningkatkan level fragmen protrombin
ibrinoli t ik lebih rendah (45 %) dibandingkan dan juga meningkatkan faktor VII. Hal inilah
dengan angka kegagalannya (55%) yang diperkirakan menyebabkan disfungsi
namuntidak berbeda secara signifikan. Selain mikrovaskuler dan kemungkinan juga
itu dalam penelitian yang dilakukan oleh bertanggung jawab atas kegagalan terapi
Pourmousavi et al. (2015) menunjukkan trombolisis.
keberhasilan penurunan ST elevasi terjadi
Mendukung pendapat tersebut Zarris et
sebanyak 48,5% pada pasien diabetes dan
al. dalam Pourmousavi et al. (2015) juga
45,5% terjadi pada pasien yang tidak diabetes,
menyampaikan bahwa penurunan ST-elevasi
dimana antara pasien yang diabetes dan yang
akan terjadi lebih lama pada pasien yang
t idak diabe t es t idak memiliki perbedaan
menderita diabetes. Dimana Angela et al.
yang signifikan dalam merespon streptokinase.
dalam Pourmousavi et al. (2015) juga
Lain halnya dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa walaupun kepatenan
ditunjukkan oleh Sultana et al. (2010), ar teri sama-sama terjadi pada pasien
dimana tujuan penelitiannya adalah untuk diabetes dan tidak diabetes yang diberikan
mengukur besarnya penurunan ST elevasi fibrinolitik namun penurunan ST-elevasi lebih
setelah pasien diberikan fibrinolitik. Dalam sedikit terjadi pada pasien yang menderita
penelitian ini menunjukkan bahwa diabetes diabetes. Mereka menyimpulkan bahwa
(p<0,001) secara signifikan mempengaruhi diabetes kemungkinan berkontribusi pada
keberhasilan terapi fibrinolitik, dimana pada terjadinya kerusakan mikrovaskuler yang
pasien yang diabetes angka keberhasilan mengganggu perfusi miokard sehingga
terapi fibrinolitik justru lebih tinggi diban- menyebabkan kegagalan penurunan ST-
dingkan pada pasien yang tidak diabetes. elevasi dan buruknya prognosis pada pasien
Beberapa penelitian menyatakan bahwa STEMI yang memiliki diabetes.
mekanisme diabetes dalam mempengaruhi Bhat dan Carvalho (2014) menambahkan
keberhasilan reperfusi masih belum jelas, bahwa pada pasien diabetes sensasi miokard
namun berdasarkan penelitian Pundolfi et akan berkurang terhadap adanya injuri yang
al. yang dilakukan pada tikus dalam Kocas menyebabkan pasien terlambat menyadari
et al. (2015) menunjukkan bahwa pada tikus gejala sehingga waktu pain to needle pun
yang mengalami hiperglikemia akut akan semakin memanjang dan dalam hal ini
terjadi penurunan t issue plasminogen kegagalan terapi fibrinolitik diperkirakan
activator dan juga akan terjadi peningkatan berhubungan dengan memanjangnya waktu
level plasminogen act ivat or- inhibi t onset nyeri sampai terapi fibrinolitik.
or sehingga resiko pemben t ukan t rombus Pada penelitian ini didapatkan bahwa
keberhasilan terapi fibrinolitik lebih banyak

Jurnal Ilmu Keperawatan - Volume 5, No. 1 Mei 2017


100
pada pasien STEMI yang tidak diabetes mendapatkan terapi fibrinolitik >6-12 jam, 70%
dibandingkan dengan yang diabetes. Hal ini pasien miliki faktor resiko 3, dimana 60%
kemungkinan terjadi karena pasien yang pasien disertai dengan hipertensi, dan 70%
tidak diabetes lebih banyak diberikan terapi pasien disertai merokok.
fibrinolitik <3 jam (37%) dan 3-6 jam (42%),
kemudian 87% pasien memiliki faktor resiko KESI MPULAN
<3 dimana 58% pasien STEMI tidak diabetes
Dari penelitian yang telah dilakukan
tidak disertai hipertensi, 96% pasien tidak
didapatkan bahwa terdapat perbedaan
disertai obesitas, 71% pasien tidak disertai
keberhasilan t erapi f ibrinoli t ik yang
hiperlipidemia, dan 71 % pasien t idak
signifikan antara penderita STEMI dengan
merokok. Serta letak STEMI pada pasien
diabetes dan tidak diabetes berdasarkan
yang tidak diabetes lebih banyak pada
penurunan ST-elevasi, dimana jumlah
an terior dan in ferior. Sedangkan yang
keberhasilan penurunan ST-elevasi pasien
menyebabkan angka kegagalan lebih besar
yang tidak diabetes lebih tinggi diban-
pada pasien diabetes adalah 90% pasien
dingkan dengan pasien yang diabetes.

DAFTAR PUSTAKA w i t h Failed Reper f usion Follo w ing


Baliga, R. R, Bahl, V. K, Alexander, T, Fibrinolytic Therapy in Patients with
Mullasari, A, Manga, P, Dec, G. W, & STEMI: Results of a Retrospective Study.
Narula, J. (2014). Management of STEMI American Journal of Cardiovascular
in Low- and Middle-Income Countries. Drugs, 15(1), 35–42. h tt p://doi.org/
Global Heart 9(4), 469-510 10.1007/s40256-014-0097-9

Bhat, S., & Carvalho, N. (2014). Reperfusion Masoomi, M., Samadi, S., & Sheikhvatan,
failure: a study using electrocardiographic M. (2012). Thrombolyt ic effect o f
criteria. International Journal of Clinical streptokinase infusion assessed by ST-
Trials, 3–9. http://doi.org/10.5455/2349- segment resolution between diabetic and
3259.ijct20140502 non- diabet ic myocardial in farct ion
patients. Cardiology Journal , 19(2), 168–
Daga, L. C., Kaul, U., & Mansoor, A. (2011).
173. http://doi.org/10.5603/CJ.2012.0029
Approach to STEMI and NSTEMI. J Assoc
Physicians India, 59(Suppl), 19–25. Mozaffarian, D, Benjamin, E. J, Go, A. S,
Arnett, D. K, Blaha, M. J, Cushman, M, ...
Dharma, S., Andriantoro, H., Dakota, I.,
Turner, M. B. (2015). Heart Disease and
Purnawan, I., Pratama, V., Isnanijah, H.,
Stroke Statistics—2015 Update: A Report
… o t hers. (2015). Organisat ion o f
From the American Heart Association.
reperfusion therapy for STEMI in a
Circulation, 131 , 29-322. doi: 10.1161/
developing country. Open Heart, 2(1), 1-7.
CIR.0000000000000152
Kocas, C., Abaci, O., Halil, G. S., Arslan, S.,
O’Gara, P.T., Kushner, F.G., Ascheim, D.D.,
Cetinkal, G., Bostan, C., Ersanli, M.
Casey Jr, D.E., Chung, M.K., de Lemos,
(2015). Admission Hyperglycemia Is
J.A., ... Zhao, D.X. . (2013). ACCF/AHA
Associated

www.jik.ub.ac.id
101
Guideline for the Management of ST- Sultana, R., Sultana, N., Rasheed, A.,
Elevat ion Myocardial In farct ion. A Rasheed, Z., Ahmed, M., Ishaq, M., &
Report of the American College of Samad, A. (2010). Door to needle time of
Cardiology Foundation/American Heart streptoki- nase and ST segment resolution
Associat ion Task Force on Pract ice assessing the efficacy of reperfusion
Guidelines. Journal of the American therapy at Karachi Institute of Heart
College of Cardiology, 61 (4), 78-140. Diseases. J Ayub Med Coll Abbottabad ,
Pourmousavi, M. M., Tajlil, A., Rahimi 22(1), 66–69.
Darabad, B., Pourmousavi, L., Pourafkari, Widimsky, Petr, Kala, Petr, and Rokyta, Richard.
L., & Ghaffari, S. (2015). The impact of (2012). Summary o f t he 2012 ESC
diabetes on electrocardiographic ST Guidelines for the management of acute
resolution and clinical outcome of acute myocardial infarction in patients presenting
ST elevation myocardial infarction following with ST-segment elevations. Prepared by
fibrinolytic therapy. Cor et Vasa. the Czech Society of Cardiology. Cor et
Saleem, S., Khan, A., & Shafiq‘, I. (1969). Post Vasa, 54(5), e273-e289. doi: h tt p://
thrombolytic resolution of ST elevation dx.doi.org/10.1016/j.crvasa.2012.09.001
in STEMI patients admitted to cardiology Zahid, S. A., Khan, H. S., Shehzad, K., Kayani,
unit of a tertiary care hospital. Pakistan A. M., Javed, A., & Azad, A. S. (2012). Door
Journal of Medical Sciences, 32(1). http:/ to Needle Time and its Impact on
/doi.org/10.12669/pjms.321.8974 Successful Thrombolysis. Journal of
Rawalpindi Medical College (JRMC),
16(1), 3–5.

Jurnal Ilmu Keperawatan - Volume 5, No. 1 Mei 2017


102

Anda mungkin juga menyukai