Anda di halaman 1dari 5

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI

MODEL PEMBELAJARAN KADIR (KONEKSI, APLIKASI, DISKURSUS,


IMPROVISASI, DAN REFLEKSI) DAN MODEL PEMBELAJARAN
KONVENSIONAL PADA SISWA KELAS VII SMP BUQ’ATUN
MUBARAKAH MAKASSAR
Oleh:

Hilmia Azhar1, Rukli2, Ilhamsyah3


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar
Email: hilmia.azhar98@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui Perbandingan
Kemampuan Pemecahan Masalah Melalui Model Pembelajaran KADIR (Koneksi, Aplikasi, Diskursus,
Improvisasi dan Refleksi) dan Model Pembelajaran Konvensional pada Siswa Kelas VII SMP Buq’atun
Mubarakah Makassar “Single Subjeck Reseacrh”. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VII VII SMP
Buq’atun Mubarakah Makassar yang dipilih secara purposive sampling. Variabel penelitian terdiri dari variabel
bebas (intervensi) yaitu Model Pembelajaran KADIR (Koneksi, Aplikasi, Diskursus, Improvisasi dan Refleksi)
dan Model Pembelajaran Konvensional sedangkan variabel terikat (target behavior) yaitu kemampuan
pemecahan masalah. Pengumpulan data dilakukan melalui pemberian baseline-1, intervesi dan baseline-2. Data
di analisis dengan statistika deskriptif dengan menganalisis data dalam kondisi dan antar kondisi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pada tes kemampuan awal (baseline-1) subjek penelitian ke-1 mengalami
kesalahn sebanyak 3 dari 4 soal di setiap sesi sehingga memperoleh skor 25. Subjek penelitian ke-2 mengalami
kesalahan 3 dari 4 soal di setiap sesi sehingga memperoleh skor 25. Subjek ke-3 mengalami kesalahan 4 dari 4
soal di setiap sesi sehingga memperoleh skor 0. Subjek ke-4 mengalami kesalahan 3 dari 4 soal di setiap sesi
sehingga memperoleh skor 25. Sedangkan pada tes kemampuan akhir (baseline-2) dengan menggunakan model
Pembelajaran KADIR (Koneksi, Aplikasi, Diskursus, Improvisasi dan Refleksi) hanya subjek penelitian ke-1
yang mengalami kesalahan 1 dari 4 soal sehingga memperoleh skor 75, subjek penelitian ke-2, ke-3 dan ke-4
tidak mengalami kesalahan sehingga memperoleh skor 100, sedangkan dengan menggunakan model
Pembelajaran Konvensional setiap subjek penelitian mengalami kesalahan 1 dari 4 soal setiap sesi sehingga
memperoleh skor 75. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah
siswa yang diajar dengan menggunakan model Pembelajaran KADIR (Koneksi, Aplikasi, Diskursus, Improvisasi
dan Refleksi) dan model Pembelajaran Konvesional.

Kata Kunci: Model Pembelajaran KADIR (Koneksi, Aplikasi, Diskursus, Improvisasi dan Refleksi),
kemampuan pemecahan masalah.

Abstract
This research is a type of experimental research that aims to determine the Comparison of Problem Solving
Ability through KADIR Learning Models (Connection, Application, Discourse, Improvisation and Reflection)
and Conventional Learning Models in Class VII Students of SMP Buq'atun Mubarakah Makassar "Single
Subjeck Reseacrh". The population in this study were students of Class VII VII SMP Buq'atun Mubarakah
Makassar who were selected by purposive sampling. The research variables consisted of independent variables
(intervention) namely KADIR Learning Model (Connection, Application, Discourse, Improvisation and
Reflection) and Conventional Learning Model while the dependent variable (target behavior) was problem
solving ability. Data collection was carried out by providing baseline-1, intervention and baseline-2. Data were
analyzed with descriptive statistics by analyzing data in conditions and between conditions. The results showed
that in the baseline-1 test, the 1st research subject experienced errors as many as 3 out of 4 questions in each
session so that they obtained a score of 25. The second research subject experienced an error of 3 out of 4
questions in each session so as to obtain a score 25. The 3rd subject experienced an error of 4 out of 4 questions
in each session so that it got a score of 0. The 4th subject experienced an error of 3 out of 4 questions in each
session so that it got a score of 25. While on the final ability test (baseline-2) using KADIR Learning model
(Connection, Application, Discourse, Improvisation and Reflection) only the 1st research subject experienced an
error of 1 out of 4 questions so as to get a score of 75, the 2nd, 3rd and 4th research subjects did not experience
errors so that they obtained score of 100, while using the Conventional Learning model each research subject
experienced an error of 1 in 4 questions per session so as to get a score of 75. So it can be concluded that there
are There are differences in student problem-solving abilities taught by using the KADIR Learning model
(Connection, Application, Discourse, Improvisation and Reflection) and the Conventional Learning model.
1
Key words: KADIR Learning Model (Connection, Application, Discourse, Improvisation and Reflection),
problem solving skills.

1. PENDAHULUAN

Pendidikan pada dasarnya suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,


keterampilan dan keahlian tertentu kepada individu untuk mengembangkan bakat dan
kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dimasyarakat dan kebudayaan. Pendidikan
menunjukkan suatu proses bimbingan yang didalamnya melibatkan pendidik, anak didik,
tujuan dan sebagainya. Oleh karenanya sudah sepatutnya pendidikan mendapat perhatian
secara terus menerus dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan.
Dalam proses pembelajaran matematika, guru mempunyai peranan yang sangat
menentukan dalam kegitan belajar mengajar. Hal ini disebabkan karena gurulah yang secara
langsung membimbing dan mengarahkan siswa untuk belajar. Untuk menyelesaikan masalah
setiap guru mengajarkannya dengan cara yang berbeda-beda, dalam pembelajaran, biasanya
guru mengarahkan siswa untuk menentukan cara penyelesaian dengan menggunakan contoh-
contoh yang telah ada. Hal tesebut menjadikan siswa kurang inovatif dalam mencari solusi
dari permasalahan. Jika hal ini dilakukan secara terus menerus maka tingkat kreatifitas siswa
untuk berfikir secara mandiri dalam penyelesaikan masalah yang diberikan menjadi rendah.
Berdasarkan observasi, pada saat mengajar di SMP Buq’atun Mubarakah Makassar
mulai tanggal 31 Juni - 8 Agustus , khususnya kelas VII dijumpai ada empat siswa yang
mempunyai kemampuan pemecahan masalah dibawah rata-rata dibandingkan dengan
temannya yang lain sehingga mereka kesulitan dalam menyelesaikan masalah matematika,
empat siswa tersebut mampu mengerjakan soal matematika dengan benar tetapi, jika soal
yang diberikan berbeda dengan contoh yang sudah ada sering sekali merasa kebingungan
untuk menyelesaikan soal yang diberikan. Siswa tersebut merasa lebih sering menghafal
rumus-rumus yang diberikan karena siswa tersebut merasa bahwa dengan menghafal ia
mampu menyelesaikan soal, akan tetapi siswa tersebut tidak memahami masalah dari soal hal
tersebut, membuat kemampuan pemecahan masalah siswa rendah. Selain itu, guru hanya
menuntut bagaimana siswa menggunakan rumus yang tepat meskipun siswa tidak memahami
masalah yang diberikan, hingga dapat disimpulkan siswa terbiasa menunggu informasi yang
diberikan dan masih tergatung pada guru siswa tidak dibasakan membentuk pengetahuannya
sendiri. Pembelajaran disekolah juga lebih di dominasi pada guru dengan menggunakan
model konvensional sehingga mereka tidak dilatih untuk memahami masalah melainkan
hanya meniru apa yang dikerjakan oleh guru meskipun di menit terakhir diberikan beberapa
pertanyaan terkait materi yang di sampaikan.
Menurut Sukandi, (2010:31) mendeskripsikan bahwa “Pembelajaran dengan
menggunakan model konvensional ditandai dengan guru lebih banyak mengajarkan tentang
konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu bukan mampu untuk
melakukan sesuatu dan pada saat pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan”.
Salah satu alternative pembelajaran yang memungkinkan yaitu model pembelajaran
KADIR (Koneksi, Aplikasi, Diskursus, Improvisasi dan Refleksi). Menurut Kadir (Purnomo,
dkk 2019:9) pembelajaran KADIR memberikan kesempatan untuk memahami dan
mempelajari konsep matematika secara rinci, memfokuskan kemampuan siswa dalam
mengaitkan pengetahuan matematika dengan materi-materi yang baru, menerapkan dan
menyusun model pemecahan masalah, menggali pengetahuan matematika serta
mempersiapkan dan menemukan inovasi ataupun ide baru serta mempersiapkan ide-ide
tersebut dalam bentuk presentase.

2
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk membandingkan kemampuan
pemecahan masalah dengan menggunakan dua model pembelajaran yaitu model pembelajaran
KADIR (Koneksi, Aplikasi, Diskursus, Improvisasi dan Refleksi) dan model pembelajaran
konvensional. Oleh karena itu, penulis bermaksud untuk melakukan suatu penelitian dalam
bentuk penelitian eksperimen dengan judul “Perbandingan Kemamapuan Pemecahan
Masalah Melalui Model Pembelajaran KADIR (Koneksi, Aplikasi, Diskursus,
Improvisasi, dan Refleksi) dan Model Pembelajaran Konvensional Pada Siswa Kelas
VII SMP Buq’atun Mubarakah Makassar”

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini termasuk experimental research yang dimana termasuk Single Subject
Research. Menurut Sunanto, dkk. (2006: 41), penelitian eksperimen dibedakan menjadi dua
yaitu single subject design dan group design, desain subjek tunggal memfokuskan pada data
individu sedangkan desain kelompok berasal dari data kelompok individu. Lokasi pada
penelitian ini adalah SMP Buq’atun Mubarak Makassar, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Metode dalam mengumpulkan data untuk penelitian ini digunakan berupa tes kemampuan
pemecahan masalah subjek sebelum dilakukan perlakuan atau intervensi dengan penerapan
model pembelajaran KADIR dan model pembelajaran konvensional.
Teknik analisis data yang digunakan Pengolahan serta analisis data merupakan tahapan
terakhir sebelum melakukan penarikan kesimpulan dalam penelitian. Menurut Sunanto, dkk.
(2005: 21) mengatakan “bahwa penelitian dengan Single Subject Research (SSR) yaitu
penelitian dengan subjek tunggal dengan prosedur penelitian menggunakan desain eksperimen
untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap perubahan tingkah laku”. Penelitian dengan
subjek tunggal dapat dianalisis dengan menggunakan statistika deskriptif. (1) Analisis dalam
kondisi terdiri dari yaitu: panjang kondisi, kecenderungan arah, level stability, tingkat
perubahan (level change), data path, dan rentan. (2) Analisis antar kondisi terdiri dari yaitu:
variabel yang di ubah, perubahan kecenderungan arah dan efeknya, perubahan stabilitas dan
efeknya, perubahan level data, dan data overlap

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis dalam kondisi maupun antar kondisi yang diperoleh bahwa,
kemampuan pemecahan masalah melalui model Pembelajaran KADIR tergolong sedang pada
fase intervensi dan pada fase baseline-2 tergolong sangat tinggi, ini dapat dilihat dari
frekuensi kesalahan subjek penelitian berkurang pada setiap fasenya. Pada fase intervensi
subjek penelitian mampu menjawab 2 soal dengan dan terjadi peningkatan pada fase
baseline-2 yaitu subjek ke-1 mampu menjawab 3 soal dengan benar dari 4 soal yang diberikan
pada setiap sesinya sehingga memperoleh skor 75. sedangkan subjek penelitian yang lain
mampu menjawab semua soal dengan benar sehingga memperoleh skor 100 pada setiap sesi.
Kemampuan pemecahan masalah subjek penelitian dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional masih tergolong sedang pada fase intervensi sedangkan pada fase
baseline-2 tergolong tinggi, ini dapat dilihat dari frekuensi kesalahan subjek penelitian
berkurang pada setiap fasenya, pada fase intervensi subjek penelitian mampu menjawab 2 soal
dengan benar hal ini terjadi peningkatan pada fase baseline-2 yaitu subjek penelitian mampu
menjawab 3 soal dengan benar dari 4 soal yang diberikan pada setiap sesinya sehingga
memperoleh skor 75.

3
Untuk mengetahui perbandingan intervensi (perlakuan) dengan menggunakan model
pembelajaran KADIR dan model pembelajaran konvensional maka diperoleh bahwa,
frekuensi kesalahan dengan menggunakan model pembelajaran KADIR diperoleh setiap
subjek penelitian mampu menjawab 2 soal benar dan 2 soal salah pada setiap sesinya yang
dilakukan sebanyak 3 kali sehingga memperoleh skor 50. Sedangkan frekuensi kesalahan
pada intervensi model pembelajaran konvensional cenderung menetap pada setiap sesinya
yaitu setiap subjek penelitian mampu menjawab 2 butir soal dengan benar dan 2 butir soal
sehingga skor yang diperoleh 50. Sedangkan Hal ini menunjukkan bahwa adanya perubahan
frekuensi kesalahan yang terjadi pada fase baseline-1 dan fase intervensi pada setiap model
pembelajaran yang diterapkan.
Setelah pemberian intervensi maka dilakukan baseline-2 pada model pembelajaran
KADIR dan model pembelajaran konvensional masing-masing 3 sesi, pada penggunaan
model pembelajaran KADIR mengalami penurunan pada sesi ke dua yaitu frekuensi
kesalahan setiap subjek penelitian masing-masing 1 soal yang yang dijawab dengan salah, dan
untuk sesi selanjutnya subjek penelitian mampu menjawab semua soal dengan benar
sedangkan pada penggunaan model pembelajaran konvensional diperoleh frekuensi kesalahan
setiap subjek penelitian masing-masing 1 sehingga memperoleh skor 75 pada setiap sesinya.
Hal ini menunjukkan bahwa terjadi perbandingan frekuensi kesalahan subjek penelitian
dengan menggunakan model pembelajaran dan model pembelajaran konvensional.
Hasil analisis dalam kondisi setiap subjek penelitian menunjukkan bahwa, terjadi
perubahan level pada fase baseline-2 setelah menggunakan model pembelajaran KADIR.
Sedangkan pada penggunaan model konvensional tidak terjadi perubahan level pada fase
baseline-2 hal ini menunjukkan bahwa adanya perubahan frekuensi kesalahan setiap subjek
penelitian dengan menggunakan model pembelajaran KADIR.
Hasil analisis antar kondisi juga menunjukkan bahwa presentase overlap pada
penggunaan model pembelajaran KADIR cukup rendah yaitu 0% yang artinya semakin kecil
presentase overlap maka semakin berpengaruh intervensi terhadap target behavior, sedangkan
pada penggunaan model pembelajaran konvensional presentase overlap mencapai 100%, yang
artinya penggunaan model pembelajaran konvensional kurang berpengaruh terhadap target
behavior.
Berdasarkan hasil dan data yang diperoleh, dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan
kemampuan pemecahan masalah pada subjek penelitian melalui model pembelajaran KADIR
dan model pembelajaran konvensional.
4. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Kemampuan pemecahan masalah dengan menggunakan model pembelajaran
KADIR pada kelas VII SMP Buq’atun Mubarakah Makassar, masih tergolong
sedang, yang ditandai dengan berkurangnya frekuensi kesalahan subjek penelitian di
fase intervensi (perlakuan) dan tergolong sangat tinggi pada fase baseline-2
(kemampuan akhir).
2. Kemampuan pemecahan masalah melalui model pembelajaran konvensional pada
kelas VII SMP Buq’atun Mubarakah Makassar, masih tergolong sedang, yang
ditandai dengan tetapnya frekuensi kesalahan subjek penelitian pada di intervensi
(perlakuan) dan tergolong tinggi pada fase baseline-2 (kemampuan akhir).
Adanya perbedaan kemampuan pemecahan masalah pada subjek penelitian yang di
tandai dengan menurunnya jumlah kesalahan pada baseline-1 (tes kemampuan awal), dengan

4
hasil kemampuan akhir (baseline-2) atau setelah model pembelajaran KADIR dan model
pembelajaran konvensional. Pada baseline-1 (tes kemampuan awal) subjek penelitian ke-1
mengalami kesalahan 3 dari 4 soal di setiap sesinya sehingga memperoleh skor 25. Subjek
penelitian ke-2 mengalami kesalahan 3 dari 4 soal di setiap sesi sehingga memperoleh skor
25. Subjek penelitian ke-3 mengalami kesalahan 4 dari 4 soal di setiap sesi sehingga
memperoleh skor 0. dan subjek penelitian ke-4 mengalami kesalahan 3 dari 4 soal di setiap
sesi sehingga memperoleh skor 25. Pada fase baseline-2 dengan penerapan model
pembelajaran KADIR hanya subjek penelitian ke-1 mengalami kesalahan sebanyak 1 dari 4
soal pada setiap sesinya sehingga memperoleh skor 75, sedangkan subjek penelitian yang
kedua, ketiga, dan keempat tidak mengalami kesalahan sehingga memperoleh skor 100.
Sedangkan model Pembelajaran Konvensional setiap subjek penelitian masing-masing
mengalami 1 kesalahan dari 4 soal pada setiap sesinya sehingga memperoleh skor 75.

5. DAFTAR PUSTAKA

Purnomo, Arif Budi. Zainal Abidin. Siti Hasana. 2019. Kemampuan Koneksi Dan Pemecahan
Masalah Matematis Menggunakan Model Pembelajaran Kadir Pada Materi Persegi
Panjang Dan Persegi Kelas Vii Mtsn Batu. Jurnal Pendidikan (Online). Vo, 2. No, 16
(Http://Www.Riset.Unisma.Ac.Id/Index.Php/Jp3/Article/View/3636, Diakses 16
Januari 2020)
Sukandi. 2010. Pakematik Strategi Pembelajaran Inovatif Berbasis Tik. Bandung: Elex Media
Komputindo.
Sunanto, Juang. Koci Taketauchi. Hidio Nakata. 2006. Penelitian dengan Subyek Tunggal.
Bandung : UPI Press.
Sunanto, Juang. Koci Taketauchi. Hidio Nakata. 2005. Pengantar Penelitian dengan Subyek
Tunggal. Bandung : UPI Press.

Anda mungkin juga menyukai