Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemenuhan kebutuhan oksigen adalah salah satu kebutuhan dasar yang paling
vital dalam kehidupan. Oksigenisasi adalah proses mendapatkan O₂ dan
mengeluarkan CO₂ yang melibatkan sistem pernafasan dan sistem kardiovaskuler
melalui 3 tahap yaitu : ventilasi paru, difusi gas, dan transportasi gas.
Pada kondisi tertentu, seperti pada klien dengan penyakit paru obstruktif
kronis (PPOK) ketiga proses tersebut dapat mengalami hambatan yang
mengakibatkan proses pemenuhan kebutuhan oksigen terganggu. Gangguan ini bisa
bersifat ringan (hipoksia) namun bila tidak diatasi dengan baik dapat berakibat fatal
dan menyebabkan kematian.
Ada beberapa upaya penanganan yang bisa dijalankan oleh perawat guna
membantu klien dengan kondisi ini memenuhi kebutuhan O2nya, salah satu di
antaranya melalui fisioterapi dada. Fisioterapi dada (postural drainage, calpping, dan
vibrating) bermanfaat dalam membantu membersihkan jalan napas klien akibat
akumulasi sputum Mengingat fisioterapi dada ini adalah teknik yang efektif, murah
dan relative mudah dilakukan, maka menjadi penting bagi perawat untuk mengetahui
lebih jauh terkait teknik, prinsip, dan pengaplikasiannya dalam membantu klien
memenuhi kebutuhan O2nya.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk menambah pemahaman tentang
pemenuhan kebutuhan oksigenisasi khususnya melalui fisioterapi dada (postural
drainage, vibrating, clapping) pada pasien PPOK
2. Tujuan Khusus
Adapun Tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah, diharapkan
mahasiswa dapat :
a. Memahami definisi fisioterapi dada (postural drainage, vibrating & clapping)
b. Memahami tentang indikasi dan kontraindikasi fisioterapi dada (postural
drainage, dll)

1
c. Memahami prinsip dan teknik melakukan fisioterapi dada (Postural Drainase,
vibrasi dan perkusi/clapping)
[d.] Mampu mempraktekan teknik fisioterapi dada (postural drainage, dll)
sebagai salah satu upaya membantu klien dengan PPOK memenuhi
kebutuhan oksigen

C. Metoda Penulisan
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah metode
deskriptif dengan menggunakan pendekatan studi literatur dan simulasi melalui case
study.

D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan karya tulis ini dibagi 4 bab, yaitu :
BAB I PENDAHULUAN : memuat latar belakang, tujuan penulisan, metode
penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS :Definisi PPOK, Etiologi, Patofisiologi,
Dampak terhadap sistem yang lain,
Penatalaksanaan medis dan keperawatan,
konsep asuhan keperawatan pada pasien
PPOK, definisi postural drainase, tujuan
postural drainase, Indikasi dan kontra
indikasi, pengkajian pasien saat akan
dilakukan postural drainase, Posisi
Postural drainase, langkah-langkah
postural drainase, prinsip yang harus
diperhatikan saat melakukan postural
drainase, evaluasi.

BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN


BAB IV KESIMPULAN

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Ada beberapa definisi mengenai penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), di
antaranya adalah sebagai berikut:
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah sekelompok penyakit paru-
paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap
aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. (Sylvia Anderson Price,
loraine M. Wilson, 1985:689)
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah suatu penyakit yang
menimbulkan obstruksi saluran nafas, termasuk didalamnya adalah asma ,
bronchitis kronis, dan empisema pulmonal. (Long C. Barbara,1996:489)
PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai dengan keterbatasan aliran
udara di dalam saluran napas yang tidak sepenuhnya reversibel, bersifat progresif,
biasanya disebabkan oleh proses inflamasi paru yang disebabkan oleh pajanan gas
berbahaya yang dapat memberikan gambaran gangguan sistemik. (PDPI, 2003 : 2)
Dari beberapa pengertian diatas, dapat kita simpulkan bahwa yang dikatakan
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) adalah sekelompok penyakit paru
kronik yang ditandai oleh keterbatasan aliran udara karena obstruksi saluran nafas
akibat proses imflamasi yang dapat memberikan gangguan sistemik, termasuk
didalamnya asma bronkiale, bronchitis kronik, dan empisema.

2. Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui faktor penyebab secara langsung dari PPOK
ini, walaupun demikian, terdapat beberapa faktor resiko yang memiliki peranan
sangat penting dalam menunjang pada terjadinya penyakit PPOK, di antaranya :
a. Kebiasaan merokok
Kebiasan merokok merupakan satu-satunya penyebab kausal terpenting
melebihi faktor resiko yang lain.
b. Riwayat pajanan polusi, seperti batubara, karbon, kapas, dll.
c. Faktor genetika ( hipereaktivitas bronkus )
d. Riwayat infeksi saluran nafas bagian bawah berulang

3
3. Patofisiologi
PPOK adalah sekelompok penyakit paru dengan etiologi yang tak jelas, yang
ditandai dengan perlambatan aliran udara yang bersifat persisten pada waktu
ekspirasi paksa. Penyebab paling sering adalah bronkitis kronik, dan empisema
paru, tetapi dapat pula disebabkan penyakit-penyakit lain seperti asma bronkiale,
dan tuberkulosis lanjut.
PPOK diklasifikasikan dalam tiga kelompok penyakit, antara lain:
a. Bronchitis kronik
Klien bronchitis kronik rentan terhadap infeksi karena ketidak mampuan
mereka untuk membersihkan mukus yang berlebihan pada percabangan
bronkus. Bakteri berfloriferasi dalam secret mukus di lumen bronkus.
Serangan terjadi berulang-ulang sehingga menyebabkan hipertropi dan
hiperplasia mukosa sehingga mukus menjadi kental dan dinding menebal.
Pembentukan mukus yang meningkat mengakibatkan gejala khas, yaitu batuk
produktif, apalagi batuk kronik yang disertai penigkatan sekresi bronkus yang
akan mempengaruhi bronkiolus kecil sehingga menjadi rusak dan dindingnya
melebar. Organisme yang sering ditemukan adalah streptokokus pneumonia
dan haemophillus infuensa.
Kesulitan bernafas terjadi karena adnya hiperplasia paru, yang akan
menyebabkan diafragma terdorong, sehingga klien membutuhkan kerja otot-
otot pernafasan tambahan, seperti muskulus sternokloidomastoides, dan
muskulus intercostalis interna.
Kapasitas difusi paru menurun sehingga menyebabkan hypoksemia yang
selanjutnya menyebabkan hipoksia. Udara pernafsan yang tertahan
menyebabkan tekanan CO2 meningkat.
b. Empisema Paru
Empisema paru merupakan suatu perubahan anatomis parenkhim paru yang
ditandai dengan pembersaran alveolus dan duktus alveolus serta destruksi
dinding alveolus. Empisema dibagi menurut pola asinus yang terkekang.
Meskipun beberapa pola morfologik telah diperkenalkan. Ada dua bentuk
yang paling penting sehubungan dengan PPOK, empisema sentribular, tipe ini
secara selektif hanya menyerang bagian bronkiolus respiratoris. Dinding-
dinding mulai membesar, berlubang, bergabung, dan akhirnya cenderung

4
menjadi satu ruang sewaktu dinding-dinding mengalami integrasi. Empisema
pantobular atau panasinar, tipe ini merupakan bentuk morfologik yang lebih
jarang, dimana alveolus yang terletak disebelah distal dari bronkiolus terminal
mengalami pembesaran serta kerusakan secara merata.
c. Asma Bronkiale
Suatu serangan asma yang merupakan akibat dari adanya reaksi antigen
antibody yang menyebabkan dilepaskannya mediator-mediator kimia, meliputi
histamin,dll. Hal ini menyebabkan timbulnya tiga reaksi utama, yaitu :
1. Kontraksi oto-otot polos baik saluran nafas yang besar maupun yang kecil,
yang menimbulkan bronkospasme.
2. Peningkatan permeabilitas kapiler yang berperan dalam terjadinya edema
mukosa yang menambah sempitnya saluran nafas.
3. Peningkatan sekresi kelenjar mukosa dan peningkatan produksi mukus.
Secara normal, alergen yang dapat masuk ke rongga nafas akan dieliminir
oleh makrofag dan silia saluran nafas dan dipenetrasi oleh mukus. Bila
terjadi bronkospasme, maka lumen bronkus menyempit, oksigen yang
masuk berkurang dan CO2 akan tertahan sehingga klien sesak. Ekspirasi
memanjang, terdengar suara wheezing, batuk dan banyak sputum. Bila
spasme berat, maka akan terjadi retraksi otot sternal, penggunaan otot-otot
abdomen, pernafasan cuping hidung, dan menyebabkan hipoksia berat.
Jika berlanjut akan menyebabkan kematian.

4. Dampak Terhadap Sistem Yang Lain


a. Sistem pernafasan
Adanya peradangan pada bronkus merangsang tubuh untuk memproduksi
mukus yang banyak,akibatnya terjadi penumpukan dan penyempitan lumen.
Hal ini menyebabkan batuk produktif, pernafasan cepat dan dangkal, serta bisa
menimbulkan adanya dispneu atau hypoksia. Kesulitan nafas ini pula dapat
merangsang adanya kerja tambahan dari otot-otot pernafasan seperti
sternokloidomastoideus dan retraksi ineterkostalis. Pada auskultasi dapat
ditemukan suara ronchi. Namun apabila penyempitan jalan nafas yang
diakibatkan bronkospasme biasanya menimbulkan suiara wheezing.

5
b. Sistem cardiovaskuler
PPOK menyebabkan penurunan suplai O2 ke seluruh tubuh, sebagai
kompensasinya jantung akan memompa darah lebih cepat. Lama-kelamaan,
jantung akan mengalami kelelahan, sehingga daya pompanya menjadi tidak
efektif lagi. Sehingga terjadi sianosis dan penurunan kapilari refil time. Dalam
jangka panjang akan menimbulkan kegagalan jantung.
c. Sistem pencernaan
Penurunan suplai O2 pada saluran cerna akan merangsang nervus vagus dalam
menyampaikan reflek local ke nasovagal, impuls disampaikanke medula
oblongata melalui eferen vagus dan lambung, menyebabkan terjadinya
peningkatan produksi asam lambung sehingga menimbulkan mual. Bila terjadi
penahanan abdomen, spinkter cardiak esofagus melemah sehingga
menimbulkan terjadinya penurunan peristaltik. Hal ini akan merangsang
thalamus bagian medial sebagai pusat kenyang, sehingga menyebabkan
anoreksia.
d. Sistem perkemihan
Penurunan suplai O2 ke ginjal lama-kelamaan akan menyebabkan kerusakan
parenkhim ginjal, sehingga terjadi penurunan fungsi ginjal.
e. Sistem muskuloskeletal
Menurunnya suplai O2 akan menghambat pembentukan ATP yang akan
disintesa menjadi ADP sebagai sumber energi menurun, akibatnya tubuh
menjadi lemah, tonus otot menurun, dan akan menyebabkan kelemahan.
f. Sistem persarafan
Otak membutuhkan suplai O2 sekitar 33cc/gr/menit. Bila suplai kurang dari 2
cc/gr/menit, akan menimbulkan kematian dalam waktu 4-5 menit. Maka bila
beberapa saat saja suplai O2 ke otak berkurang mak akan menyebabkan
kantuk, sakit kepala sampai kehilangan kesadaran.
g. Sistem endokrin
Biasanya lebih dipengaruhi karena efek samping pengobatan, misalnya
kortikosteroid dapat menimbulkan hiperglikemia.
h. Sistem integumen
Suplai O2 yang menurun, serta adanya ganguan difusi dan ferfusi
menyebabkan kulit menjadi dingin dan sianosis.

6
i. Sistem reproduksi
Kelemahan otot-otot yang disebabkan menurunnya suplai O2, terjadi juga
pada organ reproduksi, akibatnya klien jadi tidak produktif selama sakit.

5. Penatalaksanaan
a. penatalaksanaan medik
Pengobatan farmakologik
1) Bronkodilator
a) Adrenalin
b) Golongan yatin (aminofilin, teofilin)
c) Kortikosteroid
2) Antibiotika diberikan untuk mengatasi infeksi
3) Expectoran,dan obat-obatan mukolitik
4) Pengobatan dengan humidifikasi dan nebulisasi menggunakan NaCl dan
bronkodilator
5) Fisiotherapi
b. penatalaksanaan keperawatan
1) Tindakan suportif
Pendidikan bagi klien dan keluarganya tentang bahaya rokok dan cara
menghindarinya, menghindari iritan yang lainnya yang dapat terhirup,
menghindari kontak dengan penderita infeksi saluran nafas, mengontrol
suhu dan kelembaban lingkungan, nutrisi yang baik dan hidrasi yang
adekuat.
2) Penyesuaian fisik
a) Mempermudah pernafasan
b) Lakukan fisiotherapi dada (postural drainase, perkusi, vibrasi, batuk
efektif dan nafas dalam)
c) Bantu kenyamanan dan aktivitas latihan
d) Bantu perbaikan pola tidur
e) Bantu mengurangi ansietas
f) Bantu perbaikan toleransi aktivitas.
3) Rehabilitasi
Program penyesuaian kembali otot-otot pernafasan klien

7
6. Masalah Keperawatan yang sering muncul
Masalah keperawatan yang biasanya muncul pada klien dengan gangguan
sistem pernafasan akibat PPOK menurut Doenges (alih bahasa I made Karyasa,
2001), Bruner & Suddarth (alih Bahasa Agung Waluyo, I Made Karyasa, 2002)
adalah sebagai berikut:
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif yang berhubungan dengan
bronkokonstriksi, peningkatan pembentukan mukus, batuk tidak efektif,
dan infeksi pulmonal.
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi
perfusi
3) Pola nafas tidak efektif yang berhubungan dengan nafas pendek dan cepat,
mukus, bronkokonstriksi dan iritan jalan nafas
4) Kurang perawatan diri berhubungan dengan keletihan sekunder akibat
peningkatan upaya pernafasan dan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi
5) Intoleransi aktivitas akibat keletihan, hipoksemia, dan pola pernafasan
tidak efektifkoping individu tidak efektif berhubung dengan kurang
sosialisasi, ansietas, depresi
6) Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan kurang sosialisasi,
ansietas, depresi, dan ketidakmampuan untuk bekerja.
7) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubung
dengan anoreksia,
8) Gangguan istirahat tidur berhubung dengan batuk, sesak.

7. Intervensi Keperawatan
Adapun intervensi keperawatan yang bisa dilakukan pada klien dengan PPOK
adalah:
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif yang berhubungan dengan bronkokonstriksi,
peningkatan pembentukan mukus, batuk tidak efektif, dan infeksi pulmonal
Tujuan : pencapaian klirens jalan nafas
Kriteria hasil :
1) Mengerti arti penting cairan
2) Dapat melakukan postural drainase dengan tepat
3) Batuk berkurang
4) Slem berkurang

8
No Intervensi Rasional

1 Anjurkan klien minum 6-8 Hidrasi sistemik menjaga sekresi


gelas per hari kecuali klien tetap lembab, dan memudahkan
terdapat cor pulmonal untuk pengeluaran mukus. Hati-
hati pada klien dengan gagal
jantung kanan.
2 Lakukan drainase postural Menggunakan gaya gravitasi
dengan perkusi dan vibrasi untuk membantu membangkitkan
pada pagi dan sore hari atau sekresi, sehingga sekresi dapat
sesuai kebutuhan lebih mudah dibatukan atau
dihisap.
3 Instruksikan klien untuk Iritan bronkial mnyebabkan
menghindari iritan seperti asap bronkokonstriksi dan
rokok, aerosol, asap dan suhu meningkatkan pembentukan
yang ekstrem lendir, yang kemudian akan
menganggu klirens jalan nafas.
4 Ajarkan tentang tanda-tanda Infeksi pernafsan minor yang
dini infeksi yang harus segera tidak memberikan konsekuensi
dilaporkan, seperti peningkatan pada individu dengan paru-paru
sputum, perubahan warna yang normal, dapat menyebabkan
sputum, peningkatan gangguan fatal bagi individu
kekentalan, dan peningkatan dengan empisema. Pengenalan
batuk dini amat penting
5 Berikan antibiotik sesuai Dapat mencegah atau mengobati
instruksi infeksi

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi


perfusi
Tujuan : Perbaikan dalam pertukaran gas
Kriteria hasil :
1) Mengungkapkan pentingnya bronkodilator dan penggunaannya sesuai
jadwal
2) Menunjukan efek samping minimal
3) Penurunan dispneu
4) Perbaikan dalam aliran ekspirasi
5) Dapat Memperagakan pernafasan diafragmatik
6) Menunjukan AGD yang normal
No Intervensi rasional
1 Berikan bronkodilator sesuai Bronkodilator dapat mendilatasi
dengan instruksi jalan nafas dan membantu
melawan edema mukosa bronkial
dan spasme muskular

9
2 Evaluasi efektivitas tindakan Kombinasi dengan bronkodilator
nebuliser, inhaler dosis terukur dapat mengendalikan
atau IPPB bronkokonstriksi. Aerolisasi
memudahkan klierns bronkial
membantu mengendalikan proses
inflamasi dan memperbaiki fungsi
ventilasi.
3 Instruksikan dan ajarkan klien Teknik ini memperbaiki ventilasi
teknik pernafasan diafragmatik dengan membuka jalan nafas dan
dan batuk efektif membersihkannya dari sputum
4 Berikan oksigen dengan cara Oksigen akan memperbaiki
yang tepat hipoksemia. Hati-hati, kelebihan
oksigen dapat menekan dorongan
hipoksik dan dapat menyebabkan
kematian
5 Lakukan oksimetri nadi Untuk memantau saturasi oksigen
6 Lakukan pemeriksaan AGD Untuk mengevaluasi keberhasilan
terapi.

c. Pola nafas tidak efektif yang berhubungan dengan nafas pendek dan cepat,
mukus, bronkokonstriksi dan iritan jalan nafas
Tujuan : Perbaikan dalam pola pernafasan
Kriteria Hasil :
1) Dapat mempraktekan teknik nafas diafragmatik
2) Penurunan upaya pernafasan
3) Dapat mempraktekan latihan penguatan otot-otot inspirasi

No Intervensi Rasional

1 Ajarkan klien pernafasan Membantu klien memperpanjang


diafragmatik dan pernapasan waktu ekspirasi, dengan teknik ini
bibir yang dirapatkan klien akan bernafas efektif dan
efisien
2 Beri dorongan untuk Memberikan jeda aktivitas akan
melakukan aktivitas diselingi memungkinkan klien untuk
periode istirahat melakukan aktivitas tanpa distres
berlebihan
3 Berikan latihan penggunaan Dapat menguatkan dan
otot-otot pernafasan jika mengkondisikan otot-otot
diperlukan pernafasan supaya dapat berfungsi
maksimal

10
d. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keletihan sekunder akibat
peningkatan upaya pernafasan dan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi
Tujuan : dapat melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri
Kriteria hasil :
1) Menggunakan pernafasan terkontrol ketika mandi, berjalan,dll
2) Mengerti cara penghematan energi
3) Melakukan aktivitas perawatan diri seperti saat klien sehat
No Intervensi Rasional

1 Ajarkan klien teknik Akan memungkinkan klien jadi


mengkoordinasikan pernafasan lebih aktif , serta dapat
diafragmatik dengan aktivitas, mengurangi keletihan yang
misal mandi, berjalan, dll berlebih akibat beraktivitas.
2 Berikan dorongan kepada klien Sejalan dengan teratasinya
untuk mulai mandi sendiri, kondisi, klien akan mampu
berpakaian sendiri, gosok gigi melakukan lebih banyak aktivitas
sendiri, dan pemenuhan secara mandiri. Selain itu
kebutuhan yang lain. kebersihan diri akan
meningkatkan rasa nyaman dan
rasa percaya diri klien.
3 Ajarkan klien teknik Dapat memaksimalkan energi
penghematan energi yang dimiliki dengan efektif untuk
melakukan segala aktivitas

e. Intoleransi aktivitas akibat keletihan, hipoksemia, dan pola pernafasan tidak


efektifkoping individu tidak efektif berhubung dengan kurang sosialisasi,
ansietas, depresi
Tujuan : perbaikan dalam toleransi aktivitas
Kriteria hasil :
1) dapat melakukan aktivitas dengan nafas pendek lebih sedikit
2) Mengerti akan pentingnya melakukan latihan aktivitas setiap hari
3) Secara bertahap dapat melakukan penambahan aktivitas
No Intervensi Rasional

1 Kaji tingkat kemampuan klien Untuk memberikan gambaran


dalam melakukan aktivitas dasar dalam menentukan program
terakhir latihan
2 Kolaborasi dengan ahli teapi Dapat memberikan program
fisik untuk menentukan latihan yang tepat sesuai
program latihan yang sesuai kemampuan klien
untuk klien

11
3 Dukung klien dalam membuat Akan meningkatkan rasa
jadwal latihan tanggunga jawab akan pentingnya
pemulihan kondisi

f. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan kurang sosialisasi,


ansietas, depresi, dan ketidakmampuan untuk bekerja.
Tujuan : Pencapaian tingkat koping yang optimal
Kriteria hasil :
1) Mengekspresikan minat dimas depan
2) Ikut serta dalam rencan pemulangan
3) Menggunakan teknik relaksasi dengan sesuai
4) Mendiskusikan metode untuk mengurangi sesak nafas
5) Mengekspresikan minat dalam program rehabilitasi paru.
No Intervensi Rasional

1 Mengadopsi sikp yang penuh Suatu perasan harapan akan


harapan dan berikan semangat memberikan klien sesuatu yang
yang ditujukan pada klien dapat dikerjakan, ketimbang sikap
yang merasa kalah dan tidak
berdaya
2 Dorong aktivitas sampai Aktivitas mengurangi ketegangan
tingkat toleransi gejala dan mengurangi tingkat dispneu
sejalan dengan itu pasien menjadi
terkondisikan.
3 Ajarkan klien teknik relaksasi Dapat mengurangistress dan
ansietas dan membantu klien
untuk dapat mengatasi ketidak
mampuannya.
4 Daftarkan klien pada program Dapat meningkatkan perbaikan
rehabilitasi pulmonal subjektif status dan harga diri
klien, juga meningkatkan toleransi
latihan, sehingga dapat
mengurangi hospitalisasi.

g. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubung


dengan anoreksia,
Tujuan : Peningkatan status nutrisi
Kriteria hasil :
1) Klien tidak mengalami kehilangan BB lebih lanjut
2) Intake makanan dan cairan meningkat
3) Membran mukosa lembab,kulit tidak kering

12
No Intervensi Rasional

1 Beri penjelasan tentang arti Wawasan yang bertambah dapat


penting makanan bagi memberikan motivasi untuk bisa
penyembuhan penyakit meningkatkan intake nutrisi sesuai
kebutuhan
2 Monitor tiap makanan yang Mengidentifikasi adanya
masuk kemajuan atau kemunduran dalam
program perbaikan nutrisi
3 Hindarkan klien dari makanan Dapat menyebabkan distensi perut
yang dapat menghasilkan gas sehingga menghambat gerakan
diafragma, akibatnya klien sulit
bernafas
4 Ciptakan suasana yang Dapat memicu kelenjar saliva
menyenangkan, penampilan yang dapat meningkatkan selera
yang menarik, dan sajikan makan.
makanan dalam keadaan
hangat.
5 Rujuk ke ahli gizi dalam Memberikan alternatif terbaik
program perbaikan nutrisi sehingga target perbaikan status
nutrisi dapat mudah tercapai

h. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan batuk, sesak.


Tujuan : kebutuhan istirahat tidur terpenuhi
Kriteria hasil :
1) Wajah tidak lesu
2) Klien menunjukan respon semangat
3) Durasi istirahat tidur berkisar 6-8 jam/hari
No Intervensi Rasional

1 Berikan lingkungan yang Dapat meningkatkan rasa


nyaman, meliputi posisi, nyamansehingga rangsang kantuk
suasana, dan pencahayaan mudah datang
2 Berikan susu hanagt sebelum Kandungan L-thypophan dalam
tidur susu dapat merangsang kantuk.

13
B. Konsep Fisioterapi Dada
1. Pengertian
Fisioterapi dada adalah salah satu tindakan keperawatan yang sangat berguna
bagi penderita penyakit dengan gangguan sistem respirasi baik yang bersifat akut
maupun kronis. Fisioterapi dada ini walaupun caranya kelihatan tidak istimewa
tetapi sangat efektif dalam upaya mengeluarkan sekret dan memperbaiki ventilasi
pada pasien dengan fungsi paru yang terganggu. Jadi tujuan pokok fisioterapi pada
penyakit paru adalah mengembalikan dan memelihara fungsi otot-otot pernafasan
dan membantu membersihkan sekret dari bronkus dan untuk mencegah
penumpukan sekret, memperbaiki pergerakan dan aliran sekret. Fisioterapi dada
ini dapat digunakan untuk pengobatan dan pencegahan pada penyakit paru
obstruktif menahun, penyakit pernafasan restriktif termasuk kelainan
neuromuskuler dan penyakit paru restriktif karena kelainan parenkim paru seperti
fibrosis dan pasien yang mendapat ventilasi mekanik. Fisioterapi dada ini meliputi
rangkaian tindakan : postural drainage, perkusi, dan vibrasi.
a. Postural Drainase
Postural drainase adalah komponen dari higiene pulmonal;terdiri atas
drainase, posisi, dan berbalik, serta terkadang disertai perkusi dada dan vibrasi
(AARC:1991) dalam (Fundamental of Nursing).
Definisi yang lain mengatakan bahwa portural drainase merupakan
pemberian posisi terapeutik pada pasien untuk memungkinkan sekresi paru-
paru mengalir berdasarkan gravitasi kedalam bronkus mayor dan trakhea.
(Irman Sumantri:2007)
Postural drainase merupakan suatu intervensi keperawatan untuk
mengatasi masalah bersihan jalan nafas yang biasanya tidak berdiri sendiri.
Pada pelaksanaannya postural drainase biasanya dikombinasikan dengan
Perkusi, Vibrasi dan Batuk efektif.
b. Perkusi/Clapping
Perkusi adalah tepukan yang dilakukan pada dinding dada atau punggung
diatas area yang didrainase dengan tangan dibentuk seperti kubah.
(Potter&Perry:2009). Tujuannya untuk melepaskan sekret yang tertahan atau
melekat pada bronkhus. Perkusi dada merupakan energi mekanik pada dada
yang diteruskan pada saluran nafas paru. Perkusi dapat dilakukan dengan
membentuk kedua tangan seperti mangkok.

14
c. Vibrasi
Vibrasi merupakan tekanan bergetar yang baik digunakan pada dinding
dada dan hanya pada saat ekspirasi. (Potter&Perry:2009). Teknik ini
meningkatkan kecepatan dan turbulensi udara yang dikeluarkan, serta
memfasilitasi pemindahan sekret. Vibrasi meningkatkan pengeluaran udara
yang terperangkap dan mempercepat pelepasan mukus dan menginduksi
batuk.

2. Tujuan
Postural drainase, Perkusi dan Vibrasi, merupakan suatu kelompok therapi
yang digunakan untuk memobilisasi seekret pulmonal. Terkadang kumpulan
therapi ini disebut sebagai Fisiotherapi dada(Chest Physiotherapy)
Adapun tujuan dari tindakan ini adalah :
a. Untuk membantu klien mengeluarkan sekret yang terdapat di paru-paru
b. Merangsang klien untuk batuk sehingga sekret mudah dikeluarkan.
c. Mencegah terjadinya ateletaksis.
d. Memperbaiki dan meningkatkan proses oksigenasi.

3. Indikasi dan kontra indikasi


Indikasi untuk postural drainase:
a. Profilaksis untuk mencegah penumpukan sekret yaitu pada:
1). Pasien yang memakai ventilasi
2). Pasien yang melakukan tirah baring yang lam
3). Pasien dengan produksi sputum meningkat.
4). Pasien dengan batuk yang tidak efektif
b. Mobilisasi sekret yang tertahan:
1). Pasien dengan ateletaksis yang disebabkan oleh sekret
2). Pasien dengan abses paru
3). Pasien dengan pneumonia
4). Pasien pre dan post operatif
Kontra indikasi untuk postural drainase
a. Tension pneumotoraks
b. Hemoptisis
c. Gangguan sistem kardiovaskular

15
d. Edema paru.
e. Efusi pleura yang luas

4. Posisi – posisi dalam postural drainase


Macam-macam posisi postural drainage
a.

Kedua lobus atas - segmen apikal


b.

Lobus atas kanan - segmen anterior

c.

Lobus atas kiri - segmen anterior

16
d.

Lobus atas kanan – segmen posterior ( dipandang dari depan )

e.

Lobus atas kanan – segmen posterior – dipandang dari belakang


f.

Lobus atas kiri – segmen posterior

g.

lobus atas kiri - segmen posterior ( posisi lain )

17
h.

Lobus tengah kanan


Perhatikan : pasien ¾ bagian badannya terlentang.
i.

Lingula ( dipandang dari belakang )


j.

Kedua lobus bawah – segmen anterior

18
k.

Lobus bawah kanan – segmen lateral


l.

Lobus bawah kiri–segmen lateral dan Lobus bawah kanan–segmen kardiak (medial )
m.

Kedua lobus bawah – segmen posterior


Perhatikan : bantal di bawah perut dan lutut, kepala tanpa bantal

19
n.

Lobus bawah kanan–segmen posterior ( Posisi dimodifikasi untuk penekanan khusus )


o.

Kedua lobus bawah– segmen posterior (Dengan beberapa bantal di bawah perut)

5. Alat-alat yang diperlukan


a. Bantal 2 atau 3 buah
b. Papan pengatur posisi
c. Handuk kecil 1 buah
d. Tisu wajah
e. Segelas air
f. Sputum pot

6. Langkah-langkah Postural Drainase


Langkah-langkah Rasional
1. Cuci tangan Mengurangi transmisi mikroorganisme

Untuk evektivitas tindakan maka harus


2. Pilih area yang tersumbat yang dibuat individual untuk mengatasi area
akan didrainase berdasarkan spesifikdariparu yang tersumbat
pengkaian semua bidang paru,
data klinis, dan gambaran foto
dada Posisi khusus dipilih untuk mendrainase
tiap area yang tersumbat. (lihat gambar)
3. Baringkan klien dalam posisi
untuk mendrainase area yang

20
tersumbat (area pertama pilih yang
dipilih bervariasi dari klien yang
satu dengan yang lain). Bantu
klien memilih posisi sesuai
kebutuhan. Ajarkan klien
memposisikan postur dan lengan
dan posisi kaki yang tepat.
Letakan bantal untuk menyangga
dn memberikan kenyamanan. Pada orang dewasa, pengaliran tiap area
memerlukan waktu. Pada anak-anak
4. Minta klien mempertahankan cukup 3-5 menit.
posisi selama 10-15 menit.
Memberikan dorongan mekanik yang
bertujuan memobilisasi sekret jalan nafas
5. Selama drainase, lakukan perkusi
dan vibrasi. Setiap sekret yang dimobilisasi kedalam
jalan nafas pusat harus dikeluarkan
melalui batuk dan atau penghisapan
6. Setelah drainase pada postur yang sebelum klien dibaringkan pada posisi
pertama minta klien duduk dan drainase selanjutnya. Batuk paling efektif
batuk. Tampung sekresi yang bila klien duduk dan bersandar kedepan.
dikeluarkan dalam wadah yang
bersih. Bila klien tidak dapat Perioda istirahat sebentar dapat
batuk, harus dilakukan mencegah klien kelelahan dan membantu
penghisapan. klien mentoleransi tindakan dengan baik.

7. Minta klien istirahat sebentar bila Menjaga mulut tetap basah sehingga
perlu. membantu dlam ekspektorasi sekret.

Drainase postural digunakan hanya


untuk mengalirkan area yang tersumbat
8. Minta klienuntuk dan berdasarkan pengkajian individual
menghisap/minum air hangat

9. Ulangi langkah 3-8 sampai semua Mengurangi transminsi mikroorganisme.


area tersumbat yang dipilih telah
didrainase. Setiap tindakan tidak
lebih ari 30-60 menit.

10. Cuci tangan

7. Prinsip yang harus diperhatikan saat melakukan postural drainase


Saat melakukan tindakan fisioterapi dada (postural drainase), perlu
diperhatikan tingkat toleransi klien terhadap berbagai posisi dari postural drainase,
karena untuk beberapa klien mereka merasa cepat lelah, karena teknik postural
darainase ini memerlukan waktu kerja yang cukup lama.

21
8. Evaluasi
Penilaian hasil tindakan :
 Pada auskultasi apakah suara pernafasan meningkat dan sama kiri dan kanan.
 Pada inspeksi apakah kedua sisi dada bergerak sama.
 Apakah batuk telah produktif, apakah sekret sangat encer atau kental.
 Bagaimana perasaan pasien tentang pengobatan apakah ia merasa lelah,
merasa enakan, sakit.
 Bagaimana efek yang nampak pada vital sign, adakah perubahan temperatur
dan nadi juga tekanan darah dan respirasi.
 Apakah foto toraks ada perbaikan.
Kriteria untuk tidak melanjutkan tindakan :
 Pasien tidak demam dalam 24 – 48 jam.
 Suara pernafasan normal atau relative jelas.
 Foto toraks relative jelas.Pasien mampu untuk bernafas dalam dan batuk.

22
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Kasus
Tn. A (56 tahun) datang ke RS dengan kondisi sesak nafas. Beliau adalah
lulusan SMA dan sekarang ia bekerja di sebuah pabrik pemintalan benang di
Bandung. Sejak SMP, Tn. A memiliki kebiasaan merokok, dari mulai coba-coba
hingga akhirnya setelah ia bekerja, ia mengkonsumsi rokok kurang lebih satu bungkus
per hari. Sejak usianya menginjak 40 tahun, Tn. A sering mengalami keluhan batuk
dan nafas terasa sesak, tetapi saat itu ia hanya berobat ke puskesmas atau dokter klinik
saja dan didiagnosa bronchitis. Sejak usianya mulai masuk 50 tahun, keluhannya ini
makin bertambah. Bahkan disaat ia batuk dan mengeluarkan banyak dahak, disaat itu
pula ia mengalami sesak nafas yang hebat, sehingga ia harus dirawat di rumah sakit.
Sejak itu ia sering dirawat dirumah sakit dengan keluhan yang sama. Menurut dokter
di rumah sakit, ia didiagnosa terkena PPOK.
Saat dilakukan pengkajian, ditemukan keluhan sesak, batuk dengan dahak
yang banyak dan terasa sulit untuk dikeluarkan. Kesadaran : Compos Menthis,
Tekanan Darah : 130/90 mmHg, Nadi : 88 x / menit, Respirasi Rate : 28 x / menit,
o
Suhu : 36.5 C, pada pemeriksaan fisik, ditemukan retraksi dada saat bernafas,
pergerakan dada simetris, pada taktil premitus teraba dinding paru kanan bawah lebih
lemah.terdengar suara ronchi pada paru-paru kanan bawah segmen anterior dan
posterior Klien terlihat batuk-batuk dan sesekali berusaha untuk mengeluarkan dahak.
Sputum yang keluar berwarna putih.
Hasil Rontgen:tidak terlihat tanda-tanda TB paru aktif, corakan paru bertambah. ,
Dahak : BTA negatif, Lab

B. Pembahasan
1. Pengkajian
Keluhan utama;
Klien mengeluh sesak nafas
Riwayat kesehatan sekarang:
Sejak 3 minggu sebelum masuk rumah sakit, klien mengeluh sesak yang
dirasakan terus menerus dan semakin bertambah. Sesak dirasakan klien terutama
saat klien batuk yang disertai dahak berwarna putih kental. Karena tidak kunjung

23
berkurang, maka klien memutuskan untuk berobat ke RS. Ujung Berung. Dari
RS Ujung Berung, klien dirujuk Ke RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Saat dilakukan pengkajian klien mengeluh sesak yang klien rasakan terus
menerus. Sesak klien rasakan seperti ditimpa beban berat, sehingga klien
kesulitan untuk bernafas. Sesak ini dirasakan oleh klien semakin bertambah
terutama ketika klien batuk dan beraktifitas, dan berkurang apabila klien banyak
istirahat.
Pemeriksaan penunjang;:
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Hb 11,2 gr% 13,5-17 gr%
Leukosit 5400 /mm3 4.800-10.800 /mm3
Trombosit 250.000/ mm3 150-450rb/mm3
Ureum 31 mg/dl 15-50 mg/dl
Kreatinin 0,81 mg/dl 0,7-1,2 mg/dl
GDS 142 mg/dl < 140 mg/dl

Rontgen Thorax : corakan paru bertambah, tidak tampak TB paru aktif


Analisa data
No Data etiologi Masalah

1 DS : Bronkospasme Pola nafas


Klien mengeluh Penyempitan saluran nafas atas tidak
sesak oksigen yang masuk ke paru-paru efektif
DO : sedikit
 Nafas cepat tidak dapat memenuhi kebutuhan
 RR 28 x / menit oksigen untuk aktivitas
 Memiliki riwayat Respon tubuh untuk
bronkhitis mengkompensasi kekurangan
 Ro Thorax : oksigen dengan meningkatkan
Terdapat respirasi rate
peningkatan Pola nafas tidak efektif
corakan paru

2 DS : Adanya peradangan pada parenkhim Tidak


 Klien mengatakan paru efektifnya
sesak. bersihan
 Klien mengatakan Menstimulus sel goblet untuk jalan nafas
batuk berdahak menghasilkan banyak mucus
putih kental
 Klien mengatakan
Produsi secret meningkat
batuk bertambah

24
terutama jika klien
beraktifitas Penyumbatan saluran nafas
 Klien mengatakan
batuk berkurang Bersihan jalan nafas tidak efektif
jika istirahat
DO :
 Dahak ada warna
putih dan kental
berbusa
 RR 28x/menit
 Klien terlihat
batuk terutama
setelah beraktifitas

2. Diagnosa Keperawatan
Dari masalah yang muncul di atas dapat dirumuskan diagnosa keperwatan:
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
pembentukan mukus, dan batuk tidak efektif.
b. Perubahan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan saluran
nafas.

3. Intervensi
Intervensi keperawatan bisa dilakukan pada klien tn. A adalah sebagai
berikut :
No Intervensi Rasional

1 Anjurkan klien minum 6-8 Hidrasi sistemik menjaga sekresi


gelas per hari tetap lembab, dan memudahkan
untuk pengeluaran mukus.
2 Berikan Nebulisasi 30 menit Untuk membantu mengencerkan
sebelum dilakukan postural mukus, sehingga pada saat
drainase tindakan postural drainase,
perkusi, vibrasi dan batuk efektifa,
mukus lebih mudah dikeluarkan.
3
Lakukan postural drainase Menggunakan gaya gravitasi
dengan posisi a). posisi untuk membantu membangkitkan
terlentang dengan kaki dan sekresi, sehingga sekresi dapat
bagian tubuh bawah diangkat lebih mudah dibatukan atau
kutang lebih 30o , b). Tidur dihisap.
miring kiri dengan bagian
tubuh bawah dan kaki diangkat
kurang lebih 30o c). Posisi
telungkup badan sedikit miring
kiri dengan posisi tubuh bawah
dab kaki diangkat kurang lebih
30o. diiringi dengan perkusi
dan vibrasi serta batuk efektif

25
pada pagi dan sore hari atau
sesuai kebutuhan

4.[3.] Implementasi
a. Meminta klien agar minum minimal dalam sehari 6-8 gelas,serta,meminta
bantuan keluarga untuk mengingatkan klien.
b. Memberikan nebulusasi dengan NaCl 0,9%,
c. Melakukan teknik postural drainase dikombinasikan dengan perkusi, vibrasi
dan mengajrkan klien untuk batuk efektif, dikarenakan pada saat pengkajian,
didapatkan data pada paru-paru kanan segmen bawah dan tengah terdengar
suara ronchi, maka tindakan postural drainase dilakukan dengan tujuan
memobilisasi sekret dari lobus bawah dan tengah paru-paru kanan, sehingga
posisi yang digunakan adalah :
1. Lobus kanan bawah segmen anterior

2. Lobus kanan bawah segmen lateral

3. Lobus kanan bawah segmen posterior

26
5.[4.] Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan fisiotherapi dada, didapatkan hasil:
 Terjadi penurunan RR, dari 28x/menit menjadi 25x/menit.
 Pada auskultasi suara ronchi pada lapang paru kanan segmen bawah anterior
dan posterior berkurang
 Tn. A dapat mengeluarkan dahak pada saat diajarkan batuk efektif, dahak yang
keluar berwarna putih encer.
 Setelah dilakukan fisiotherapi dada Tn. A mengatakan cukup lelah dengan
tindakan yang diberikan.
 TD 130/90 mmHg, Nadi : 90x/menit.
Perlu diperhatikan tingkat toleransi klien terhadap berbagai posisi dari postural
drainase, karena untuk beberapa klien mereka merasa cepat lelah, karena teknik
postural darainase ini memerlukan waktu kerja yang cukup lama.

27
BAB IV
KESIMPULAN

1. Gangguan Oksigenasi pd klien dg PPOK di antaranya; Bersihan jalan nafas


tidak efektif berhubungan dengan peningkatan pembentukan mukus, dan batuk
tidak efektif.
2. Fisioterpai dada merupakan salah satu tindakan yang bisa dilakukan oleh
perawat untuk membantu membebaskan jalan nafas klien, mengeluarkan
sekret dari dalam paru dan dapat meningkatkan oksigenasi klien. Tindakan
fisiotherapi dada ini jarang dilakukan secara berdiri sendiri, biasanya diiringi
dengan tindakan yang lain yaitu; perkusi(clapping) dan vibrasi. Sehingga
proses pengeluaran sekret menjadi lebih mudah dan cepat.
3. Dalam pelaksanaannya perawat harus memperhatikan beberapa hal yang
merupakan kontra indikasi dari tindakan ini. Yaitu:
a. Tension pneumotoraks
b. Hemoptisis
c. Gangguan sistem kardiovaskular
d. Edema paru.
e. Efusi pleura yang luas
4. Perlu diperhatikan tingkat toleransi klien terhadap berbagai posisi dari postural
drainase, karena untuk beberapa klien mereka merasa cepat lelah, karena
teknik postural darainase ini memerlukan waktu kerja yang cukup lama.

28

Anda mungkin juga menyukai