Anda di halaman 1dari 13

PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN

DINAS KESEHATAN
UPTPUSKESMASPONDOKPUCUNG
Jalan Santunan Jaya RT 001 RW 003 Kelurahan Pondok Pucung Kecamatan Pondok Aren 15429
Telepon 08119927976 email:puskes.pucung@gmail.com

KEPUTUSAN
KEPALA UPT PUKESMAS PONDOK PUCUNG
NOMOR : 445.4/012 / TU

TENTANG
PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO
DI UPT PUSKESMAS PONDOK PUCUNG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


KEPALA UPT PUSKESMAS PONDOK PUCUNG,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka pembinaan peningkatan mutu dan kinerja
melalui perbaikan yang berkesinambungan terhadap sistem
manajemen mutu, penyelenggaraan pelayanan dan program
maka perlu penerapan manajemen resiko terintegrasi;
b. bahwa untuk menjamin terselenggaranya penerapan
manajemen risiko puskesmas terintegrasi sesuai dengan standar
mutu, maka diperlukan Pedoman Manajemen Risiko;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan a dan b, maka dipandang
perlu menetapkan Penerapan Manajemen Risiko melalui
Keputusan Kepala UPT Puskesmas Pondok Pucung;

Mengingat :
1. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik;

2. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;

3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44


Tahun 2016 tentang Manajemen Puskesmas;

4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11


Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien;

5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27


Tahun 2017 tentang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan;

6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 52


Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3);

7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25


Tahun 2019 tentang Penerapan Manajemen Resiko
Terintegrasi di Lingkungan Kementrian Kesehatan;

MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS TENTANG
PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO UPT PUSKESMAS
PONDOK PUCUNG
Kesatu : Menetapkan Penerapan Manajemen Resiko tingkat Puskesmas
sebagaimana tercantum dalam lampiran merupakan bagian tidak
terpisahkan dari keputusan ini;
Kedua : Menyusun program kerja manajemen resiko untuk dilaksanakan
oleh tim Manajemen Resiko
Ketiga : Menyusun prosedur dan kerangka acuan kegiatan penyusunan
register resiko
Keempat : Dengan berlakunya Keputusan ini maka Surat Keputusan Kepala
UPT Puskesmas Pondok Pucung Nomor
45.4/043/PKMPDPC/2018 Tentang Manajemen Resiko tahun 2018
dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi;
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan
apabila dikemudian hari ada kekeliruan akan diadakan
perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Tangerang Selatan


Pada tanggal : 10 Januari 2022

KEPALA UPT PUSKESMAS PONDOK PUCUNG,

SUMINAH, SKM, M.Kes

NIP. 19650104198412 2 004


LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA
UPTPUSKESMAS PONDOK PUCUNG
NOMOR : 445.4/ 012 / TU
TENTANG : PENERAPAN MANAJEMEN
RESIKO DI UPT PUSKESMAS PONDOK
PUCUNG
PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATARBELAKANG
Manajemen risiko adalah proses untuk menciptakan dan menginmplementasikan
strategi untuk meminimalkan kerugian akibat kecelakaan pada manusia, sarana
prasaranafasilitas dan keuangan puskesmas melalui identifikasi dan penilaian potensi
kehilangan asset puskesmas, dan melakukan seleksi sesuai asumsi kerugian, transfer,
mekanisme pengendalian dan pencegahan.
Pendekatan manajemen risiko difokuskan pada kejadian yang telah terjadi (reaktif) dan
potensial terjadi (proaktif) dengan menerapkan manajemen risiko terintegrasi yang
memprioritaskan keselamatn pasien melalui revisi pengembangan proses, fungsi dan layanan.

A. TUJUAN A.1. Tujuan Umum


Sebagai acuan dalam melaksanakan program manajemen risiko di UPT Puskesmas
Pondok Pucung
A.2. Tujuan Khusus
1. Tersedianya pedoman manajemen risiko
2. Tersedianya bukti sosialisasi pedoman manajemen risiko kepada pegawai UPT
Puskesmas Pondok pucung
3. Terlaksananya program manajemen resiko
B. SASARAN
Seluruh unit pelayanan dan program di UPT Puskesmas Pondok Pucung

C. RUANG LINGKUP

1. Terkait dengan pelayanan pasien


a. Berhubungan langsung dengan pelayanan pasien.
b. Konsekuensi hasil pengobatan yang tidak sesuai denganyang diharapkan.
c. Kerahasiaan dan pemberian informasi yang sesuai.
d. Perlindungan dari pelecehan, kelalaian dan serangan
e. Pasien diberitahu tentang risiko
f. Pengobatan yang nondiskriminatif.
g. Perlindungan barang berharga pasien dari kerugian ataukerusakan
2. Terkait dengan staf medis
a. Apakah telah dilakukan kredensial terhadap staf medis ?
b. Apakah tindakan medis dilakukan sesuai kompetensi danprosedur baku ?
c. Apakah pasien dikelola dengan benar?
d. Apakah staf yang kita miliki telah cukup dilatih?
e. Terkait dengan karyawan / pegawai
f. Menjaga lingkungan yang aman.
g. Kebijakan kesehatan pegawai

3. Terkait dengan properti dan keuangan


a. Melindungi aset dari kerugian akibat kebakaran, banjir, dll
b. Catatan rekam medik pasien non-elektronik, dan catatankeuangan,dilindungi dari
kerusakan atau perusakan.
c. Ikatan kerja sama dan asuransi untuk melindungi fasilitasdari kerugian
4. Risiko lain - lain
Manajemen bahan berbahaya lainnya seperti kimia,radioaktif, bahanbiologis menular,
manajemen limbah.
5.Risiko terkait hukum dan peraturan

BAB II
KOORDINASI DAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RISIKO

A. KEWENANGAN
1. Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan selaku pemilik puskesmas, memiliki
tanggung jawab utama menjaminpenyediaan lingkungan yang aman untuk memberikan
pelayanan kesehatan. Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan mendelegasikan
kewenangan kepada Kepala UPT Puskesmas Pondok Pucung untuk membentuk
organisasi manajemen risiko yang komprehensif dan berperan secara luas.
2. Tim manajemen resiko bertanggung jawab mengkoordinasikan kegiatan manajemen
risiko dengan Kepala Puskesmas, semua anggota staf medis, semua pegawai dan
dengan pihak luar Puskesmas.

B. KOORDINASI
Karena fungsi manajemen risiko sangat luas dan kegiatanPuskesmas yang sangat
beragam, maka untuk keberhasilan program manajemen risiko, Puskesmas harus
menetapkan mekanisme koordinasi baik secara formal maupun informal antara manajemen
risiko profesional dengan semua unit layanan struktural dan fungsional Puskesmas serta
fungsi lain di dalam dan di luar Puskesmas. Manajemen risiko profesional perlu menetapkan
mekanisme komunikasi dengan orang - orang kunci dalam organisasi.
1.Kepala dan para pimpinan unit layanan di Puskesmas berfungsi sebagai pembuat
keputusan untuk berbagai kegiatan penting dalam program manajemen risiko.
2.Penanggung jawab Unit pelayanan/ program sebagai pemilik resiko.
3.Bagian Keuangan bertanggung jawab dalam pembiayaan dan memberikan informasi yang
berharga untuk program manajemen risiko, mengawasi operasi keuangan sesuai dengan
dana yang ada dan mengawasi kinerja analisis keuangan Puskesmas.
4.Bagian Umum dan Kepegawaian, bertanggung jawab untuk mengembangkan efektifitas
uraian tugas dan proses penilaian kinerja, pemeriksaan latar belakang pegawai dan uji
kompetensi, verifikasi izin dan sertifikasi,pemberian cuti pegawai dan pemeriksaan
kesehatanpegawai secara berkala yang semuanya penting untuk mencegah serta
melindungi staf medis yang melakukan tindakan/pelayanan.
5.Koordinator K3 Puskesmas memiliki tanggung jawab utamamembantu manajemen risiko
dalam melakukan fire safety, manajemen bahan berbahaya, kesiap siagaan darurat dan
keselamatan staf.
6.Koordinator Keselamatan Pasien memiliki tanggung jawab utama membantu manajemen
risiko dalam upaya keselamatan pasien.

C. TANGGUNG JAWAB

Satuan tugas manajemen resiko adalah bagian dari struktur manajemen puncak di
bawah Kepala UPT Puskesmas Pondok Pucung. Tugas satuan tugas manajemen risiko
adalah mencegah kerugian misalnya dengan inspeksi keamanan, pendidikan karyawan,
analisa statistik tentang sumber potensial klaim dan mengendalikan kerugian (loss control),
dengan cara mengidentifikasi, investigasi, mengevaluasi, memonitor, mengukur, menangani
klaim dan mengatasi risiko yang terkait dengan sumber daya manusia, sistem prosedur,
pengawasan internal maupun gabungannya.
Mencegah dan mengurangi kerugian dilakukan dengan cara :
1. Mengembangkan mekanisme identifikasi risiko seperti laporan insiden,
rujukan staf, tinjauan rekam medik, tinjauan keluhan pasien.
2. Mengembangkan dan memelihara hubungan kolaborasi dengan unit
layanan terkait seperti manajemen mutu, kepelayanan, staf medis dan
kontrol infeksi.
3. Mengembangkan statistik dan laporan kualitatif, trend dan pola
manajemen risiko.
4. Mengembangkan aturan dan prosedur di area yang rentan terjadi risiko
seperti informed consent, kerahasiaan dan penanganan kejadian sentinel.
5. Tanggung jawab satuan tugas manajemen risiko dibagi dalam enam
bagian :
6. Pengurangan dan pencegahan kehilangan
7. Manajemen
8. Pembiayaan risiko
9. Pelaksanaan akreditasi dan kebijakan
10. Pelaksanaan manajemen risiko
11. Etika

Pelaporan kinerja tahunan menilai pencapaian dan pengembangan manajemen risiko,


mengukur tujuan dan sasaran manajemen risiko secara spesifik. Manajemen risiko harus
menyiapkan laporan tahunan untuk menentukan kegiatan selanjutnya,melaporkan kemajuan
untuk menetapkan tujuan Puskesmas .

Tujuan dari manajemen risiko adalah untuk melestarikan aset, meningkatkan


mutu pelayanan dan memanfaatkan proses untuk mengidentifikasi, mengurangi
atau menghilangkan risiko kerugian. Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk
mencapai tujuan:

1. Mengidentifikasi semua risiko dan bahaya untuk mencegah dan


memperbaiki kondisi berbahaya yang dapat menimbulkan risiko yang
tidak perlu untuk pegawai, pasien dan lain - lain.

2. Review kinerja semua pegawai yang melaksanakan pelayanan pasien untuk


mengidentifikasi dan memperbaiki praktek - praktek yang dapat menimbulkan
risiko yang tidak perlu untuk pegawai, pasien dan lain - lain.
3. Meninjau kebijakan dan prosedur untuk direvisi agar dihasilkan pelayanan
yang sesuai, dan dilakukan monitoring agar tidak terjadi hal - hal yang
merugikan.
4. Investigasi kejadian tidak diharapkan untuk menilai dan menentukan
bagaimana agar kejadian serupa dapat dihindari untuk mengontrol
kerugian.
5. Menangani keluhan, menyelesaikan sengketa dan meningkatkan mutu
pelayanan pasien dan layanan yang terkait.

D. KEBIJAKAN

1. Manajemen risiko harus diterapkan secara terintegrasi di UPT Puskesmas


Pondok Pucung pada seluruh area program dan kegiatan.
2. Dalam rangka pencapaian tujuan penyelenggaraan manajemen risiko di UPT
Puskesmas Pondok Pucung dibentuk Tim Manajemen Risiko terdiri atas Kepala
UPT Puskesmas Pondok Pucung sebagai pengarah, Koordinator Tim Manajemen
Risiko sebagai penanggungjawab pelaksanaan Manajemen Resiko tingkat
puskesmas, Penanggungjawab unit pelayanan sebagai penanggung jawab pada
unit pelayanan masing-masing.

3. Setiap unit pelayanan di UPT Puskesmas Pondok Pucung harus membuat dan
menetapkan daftar risiko dan menyusun rencana perlakuan risiko.

4. Daftar risiko yang telah ditetapkan harus disampaikan kepada Koordinator Tim
Manajemen Risiko.

5. Koordinator Tim Manajemen Risiko wajib melaksanakan evaluasi terhadap


penerapan manajemen risiko terintegrasi setiap unit pelayanan/program minimal
6 (enam) bulan sekali

BAB III
PROSES MANAJEMEN RESIKO

Manajemen risiko adalah proses yang berkesinambungan dan berkelanjutan. Risiko


mungkin terpapar kepada pasien, staf, pengunjung dan organisasi yang terus - menerus
berubah dan harus diidentifikasi.

Program manajemen risiko menggunakan 5 tahapan proses yaitu:

1. Tetapkan konteks

a. Identifikasi dan pahami kegiatan operasional di lingkungan Puskesmas dan strategi


program manajemen risiko layanan kesehatan yang efektif.

b. Tetapkan parameter organisasi dan lingkungan di mana proses manajemen risiko harus
ditempatkan, tujuan dari aktivitas risiko dan konsekuensi potensial yang dapat timbul
dari pengaruh internal dan eksternal.

c. Tujuan, sasaran, strategi, ruang lingkup, dan parameter kegiatan, atau bagian dari
organisasi Puskesmas dimana proses manajemen risiko sedang diterapkan, harus
ditetapkan.

d. Proses harus dipertimbangkan dengan seksama sesuai kebutuhan untuk


menyeimbangkan biaya, manfaat dan peluang.
e. Perlu ditentukan pula kebutuhan sumber daya dan catatan yang harus
didokumentasikan dan dipelihara. Ketika menentukan ruang lingkup program
manajemen resiko secara mendalam, harus dipertimbangkan apakah proses

f. manajemen risiko mencakup pelayanan yang banyak masalah, atau terbatas pada area
praktik klinis spesifik, unit pelayanan, fungsi, atau area proyek.

2. Identifikasi risiko

a. Identifikasi risiko internal dan eksternal yang dapat menimbulkan ancaman sistem
kesehatan, organisasi Puskesmas , unit pelayanan Puskesmas , atau pasien.

b. dentifikasi risiko komprehensif sangat penting dan harus dikelola menggunakan proses
sistematis yang terstruktur dengan baik, karena potensi risiko yang tidak diidentifikasi
pada tahap ini akan dikecualikan dari analisis dan pelayanan lebih lanjut.

c. Semua materi risiko harus diidentifikasi, apakah mereka berada di bawah kontrol
organisasi manajemen risiko.Dari waktu ke waktu, semua risiko yang signifikan di
tingkat nasional (sistem kesehatan), tingkat Puskesmas , unit pelayanan atau tingkat tim
harus diidentifikasi, dinilai, dikelola dan dipantau.

d. Untuk memulai proses, perludilakukan identifikasi dan penentuan prioritas risiko


pelayanan kesehatan internal dan eksternal yang dapat menimbulkan ancaman.

e. Identifikasi risiko memerlukan pemahaman yang mendalam dari para eksekutif layanan
kesehatan terhadap komponen- komponen berikut:

1. Sumber risiko atau bahaya yang berpotensi menimbulkan kerugian;

2. Insiden yang terjadi dan dampaknya pada Puskesmas atau stakeholderinternal /


eksternal;

3. Identifikasi konsekuensi, hasil dan dampak klinis risikoatau insiden di Puskesmas


atau pihak-pihak yang berkepentingan dengan pelayananPuskesmas

4. Faktor kontributor (apa dan mengapa) terhadap terjadinya risiko klinis atau bahaya
daninsiden yang terjadi;

5. Kapan dan di mana risiko klinis atau bahaya dapat terjadi


6. Identifikasi adalah elemen yang penting dalam manajemen risiko karena risiko
tidak akan efektif ditanganibila tidak dilakukan identifikasi.
7. Satuan tugas manajemen resikodapat menggunakan berbagai informasi untuk
mengidentifikasi potensi risiko.Identifikasi risiko dapat dilakukan secara reaktif dan
proaktif.Beberapa sumber informasi untuk identifikasirisiko yang dapat dipakai
seperti:
1. Daftar keluhan pasien
2. Hasil survei kepuasan
3. Diskusi dengan pimpinan unit layanan serta stafdan mitra kerja
4. Laporan insiden

3. Analisis risiko

Tahap analisis dilakukan setelah tahap identifikasi. Organisasi manajemen risiko


harus melakukan analisa secara sistematis terhadap system kesehatan, organisasi
Puskesmas, unit pelayanan dan semua unit layanan, untuk memahami risiko,
mengidentifikasi tugas agar dapat menentukan tindakan lebih lanjut.Perlu proses
sistematis untuk memahami sifat risiko dan menyimpulkan tingkat risiko, memisahkan
risiko kecil yang dapat diterima serta risiko besar, serta menyediakan data untukmembantu
evaluasi dan pelayanan.
Pada umumnya risiko yang berpotensi menyebabkan kerugian keuangan akan menjadi
prioritas intervensi. Makin besar kerugian yang akan terjadi, makin segera tindakanharus
dilakukan.
Analisis dilakukan dengan melakukan riskgrading / tingkatan risiko untuk
menentukan keparahan dari tiap risiko dengan cara memeriksa kecenderungan terjadinya
risiko dan akibatnya bila hal ini terjadi. Analisis risiko harus mempertimbangkan bahwa
telah ada kontrol atasrisiko saat ini, termasuk kemungkinan keparahan apabila risiko
tersebut muncul menjadi sebuah insiden (risiko yang potensial menjadi insiden) dan
kemungkinan terjadinya insiden.Penilaian dan rangking risiko dilakukan menggunakan
kategori kemungkinan dan konsekuensi.

F. Matriks Grading Resiko


1. Probabilitas/ Frekuensi Kejadian
a. Level Frekuensi Kejadian Aktual
1. Sangat jarang : dapat terjadi dalam lebih dari 5 tahun
2. Jarang : dapat terjadi dalam 2-5 tahun
3. Mungkin : dapat terjadi tiap 1-2 tahun
4. Sering : dapat terjadi beberapa kali dalam setahun
5. Sangat sering : terjadi dalam minggu/bulan
b. Keterangan warna (tindak lanjut yang dilakukan)
1. Pita biru : diatasi dengan prosedur rutin, dilakukan investigasi sederhana oleh pemilik
unit resiko
2. Pita hijau : koordinator manajemen resiko harus menilai dan mengatasi risiko dengan
supervisi dan dilakukan investigasi sederhana.
3. Pita kuning: dilakukan RCA dan dimonitoring oleh PJ Mutu.
4. Pita merah: dilaporkan segera ke Kepala Puskesmas dandilakukan RCA.
c. Dampak resiko
1. Tidak signifikan
2. Ringan yaitu dapat diatasi dengan pertolonganpertama kerugian keuangan sedang
3. Sedang yaitu berkurangnya fungsi motorik/sensorik/psikologis atau intelektual secara
semi permanen/ reversible/tidak berhubungan dengan penyakit.Setiap kasus yang
memperpanjang perawatan.

4. Berat yaitu cedera luas, kehilangan fungsi utama permanen (motorik, sensorik,
psikologis, intelektual), permanen /irreversible/ tidak berhubungan dengan penyakit,
kerugian besar.

5. Katastropik yaitu kematian yang tidak berhubungandengan perjalanan penyakit.


Kerugian keuangan sangat besar.
d. Matriks gading dapat digambarkan sebagai berikut :

Frekuensi Dampak
1 2 3 4 5
Tidak Signifikan Ringan Sedang Berat Katastropik
Sangat sering Sedang Sedang Tinggi Ekstrim Ekstrim
(Tiapminggu)
5

Sering Sedang Sedang Tinggi Ekstrim Ekstrim


(beberapa
kali/Tahun)
4

Mungkin Rendah Sedang Tinggi Ekstrim Ekstrim


(1-2
tahun/kali)
3
Jarang (3-5 Rendah Rendah Sedang Tinggi Ekstrim
tahun/kali)
2
Sangat Jarang Rendah Rendah Sedang Tinggi Ekstrim
(>5 tahun/kali)
1

2. Evaluasi risiko dan rangking risiko


a. Mengevaluasi risiko dan membandingkan kriteria risiko yang diterima
untuk dikembangkan dalam daftar prioritas risikoyang akan ditindak
lanjuti.
b. Melakukan evaluasi risiko dan prioritas risiko dengan cara
membandingkan tingkat risiko yang ditemukan selama analisis dengan
kriteria risiko yang ditentukan sebelumnya, dan mengembangkan
daftar prioritas risiko untuk menentukan tindak lanjut.
c. Saat menyusun evaluasi kriteria layanan kesehatan, harus dilakukan
identifikasi untuk menentukan tingkat risiko secara internal maupun
eksternal yang siap diterima puskesmas
d. Kriteria risiko digunakan untuk menilai dan menentukan peringkat
risiko, yang menunjukkan bahwa bila risiko diterima puskesmas, maka
harus berhasil dilaksanakan.
e. Dalam mengevaluasi kriteria risiko mungkin dipengaruhi olehpersepsi
internal, eksternal dan persyaratan hukum.

Penentuan kriteria sejak awal merupakan hal yang sangat penting.

3. Kelola risiko.
a. Bila memungkinkan paparan risiko perlu dieliminasi. Contohnya
memperbaiki alat yang rusak, memberikan pendidikan pada staf medis
yang belum mendapatkanedukasi pengoperasian alat.
b. Bila risiko tidak dapat dieliminasi, maka perlu dicari teknik lain untuk
menurunkan risiko kerugian.
c. Setelah dilakukan identifikasi dan analisa risiko, maka satuantugas
manajemen resiko harus menangani dan mengendalikan risiko tersebut.

d. Ada dua pendekatan dasar


1. Mengendalikan risiko (risk control).
Risiko sedapat mungkin dihindari karena puskesmas tidakberani mengambil
risiko dengan metode berikut :

a) Menghindari risiko (risk avoidance), adalah menghindarkan


harta, orang atau kegiatan dari pajanan terhadap risiko dengan
cara menolak risiko atau menerima dan melaksanakan suatu
kegiatan walaupun hanya untuk sementara.

b) Meninjau kembali risiko yang telanjur diterima atau segera


menghentikan kegiatan itubegitu diketahui mengandung risiko.

c) Mengendalikan kerugian dengan mencegah dan mengurangi


kemungkinan terjadinyainsiden yang menimbulkan kerugian
dengan cara mengurangi kemungkinan terjadinya kerugian
2. Menanggung risiko (riskretention)
Risiko diterima dan ditangani sendiri oleh puskesmas. Artinya
puskesmas mentolerirterjadinya kerugian untuk mencegah
terganggunya kegiatan operasional puskesmasdengan
menyediakan sejumlah dana untuk menanggulanginya.

G.Pemantauan dan Tinjauan


Memantau dan meninjau risiko yang sedang berjalan, penting untuk
memastikan bahwa rencana organisasi manajemen risiko puskesmas tetap
relevan. Mengingat bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi
perubahan “kemungkinan dan dampak risiko” setiap saat, maka
manajemen risiko harus melakukan pemantauan berulang kali, serta
meninjaukembali setiap langkah dalam proses manajemen risiko.

Penentuan prioritas risiko dan perencanaan kegiatan,


memperhitungkan laporan insiden internal, informasi audit, keluhan dan
isu - isu perorangan, serta persyaratan dan panduan tingkat nasional.

Pimpinan unit layanan secara sistematis harus menyusunprioritas


risiko menurut keparahan risiko (sesuai warna/ bands risiko), dan
melakukan kontrol di tingkat unit layanan. Tindak lanjut dilakukan oleh
manajer level tertentu tergantung tingkat keparahan risiko (sesuai
warna/bands risiko). Tujuan utama pemantauanadalah:

a. Mengembangkan sebuah daftar risiko (risk register) secara


komprehensif yang diprioritaskan untuk membuat rencana tindakan
terhadap risiko yang signifikan dan moderat.

b. Mengembangkan daftar risiko internal dan rencana kegiatanuntuk


semua unit layanan.
c. Mengembangkan profil utama risiko dan risiko signifikan yang
mungkin timbul dari kegiatan puskesmas serta untukmenganalisis
risiko yang berdampakterhadap keuangan, kemungkinan risiko yang
mungkin muncul menjadi insidendan kemungkinan untuk
mengontrol.

H. Sistem Pelaporan Insiden


Insiden pada manajemen resiko dicatat oleh pemilik unit resiko dan dimasukkan
dalam register resiko
J.Evaluasi Program Manajemen Risiko

Program manajemen risiko dan kemajuan untuk mencapai tujuan yang telah
disusun dalam rencana, ditinjau minimal setiap tahun oleh Dinas Kesehatan Kota
Tangerang selatan.

BAB III
PENUTUP

Manajemen resiko dalam struktur organisasi institusi pelayanan kesehatan terletak


bersama dengan manajemen mutu. Kebijakan manajemen resiko harus menjadi satu kesatuan
dengan kegiatan sehari-hari dan bagian dari rancangan bisnis secara keseluruhan. Manajemen
resiko merupakan bagian dari kerangka kerja clinical governance untuk mencapai kualitas
pelayanan prima.

Ditetapkan di : Tangerang Selatan


Pada tanggal : 10 Januari 2022

KEPALA UPT PUSKESMAS PONDOK PUCUNG,

SUMINAH, SKM, M.Kes

NIP. 19650104198412 2 004

Anda mungkin juga menyukai