Anda di halaman 1dari 16

JERITAN KESEPIAN

Betapa mengharukannya ketika harus


mendengar jeritan kesepian yang paling
menyayat hati terucap dari mulut Pribadi
yang menanggung penderitaan. Jeritan
kesepian paling mengerikan yang pernah
terucap di dunia ini. Bukan oleh seorang
narapidana yang menghabiskan sisa
hidupnya dalam jeruji penjara; bukan oleh
seorang janda yang tidak lagi memiliki
siapa pun dalam hidupnya; bukan juga
oleh seorang pasien yang terbaring tak
berdaya di rumah sakit.

Jeritan ini terdengar dari sebuah bukit,


dari atas kayu salib, dari mulut Sang
Mesias yang berkata lirih, “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan
Aku?” (ayat 46). Jeritan lirih, tetapi mewakili kesepian yang luar biasa. Jeritan
yang lebih pekat daripada gelapnya langit waktu itu. Yesus yang telah
bersama-sama dengan Allah di sepanjang kekekalan, sekarang terpaku
seorang diri di kayu salib. Anak Manusia menanggung begitu banyak dosa
dunia, sampai-sampai Allah Bapa pun memalingkan muka.

Inilah ketakutan Yesus. Bukan karena Dia harus menanggung siksaan,


pukulan, hajaran, atau cambukan. Bukan karena olok-olok yang akan diterima-
Nya di pengadilan. Bukan karena Dia harus menanggung rasa sakit ketika
disesah atau ketika kedua tangan dan kaki-Nya dipaku. Ketakutannya adalah
saat Dia mengetahui bahwa Bapa di surga akan memalingkan wajah dari-Nya
untuk sesaat, karena dosa manusia yang Dia pikul.

Jeritan kesepian Yesus di kayu salib itu kiranya lebih dari cukup untuk mewakili
kasih-Nya kepada kita.

CAWAN YANG PALING MENAKUTKAN BAGI YESUS


ADALAH KETIKA BAPA MENINGGALKAN-NYA SEORANG DIRI

Makna :
Jangan lagi kita menyia-nyiakan kasih Yesus yang telah menanggung hukuman
dosa kita. Jangan.
TELUR DADAR BUSUK

C.S. Lewis, penulis yang terkenal dengan


karyanya, The Chronicles of Narnia, suatu ketika
didatangi seseorang yang ingin berkompromi
dalam kehidupan kristianinya. Ia merasa tidak
bermasalah kalau sesekali melakukan dosa dan
pelanggaran kecil-kecilan. Tuhan pasti akan
melupakan dosa-dosa kecil itu sepanjang ia
menjadi orang kristiani yang baik. Tidak apa-apa
kan berdosa sedikit, selama hal-hal yang lain baik-baik saja? Begitu pikirnya.
C.S. Lewis menjawab, ”Kalau kita mencampurkan telur yang segar dengan
telur yang busuk, kita tidak akan dapat membuat telur dadar yang enak.”
Yesus Kristus mati untuk menebus dosa, satu kali dan untuk selamanya. Dia
menebus dosa seluruh umat manusia dari abad ke abad. Dia menebus dosa—
semua dosa, baik dosa yang kita anggap besar maupun dosa yang kita anggap
kecil.

Dalam konteks ini, pembedaan antara dosa besar dan dosa kecil menjadi tidak
relevan lagi. Tidak ada dosa yang remeh. Setiap dosa adalah ”telur busuk”
yang merusakkan kehidupan manusia. Dan, Allah menghadapi dosa secara
sungguh-sungguh dan radikal. Dia mengatasi persoalan dosa dengan harga
yang sangat mahal: dengan menyerahkan nyawa Anak-Nya yang tunggal
sebagai tebusan.

Ketika kita tergoda untuk berkompromi melakukan perkara yang kita anggap
sebagai “hanya dosa kecil”, ada baiknya kita berhenti sejenak dan
merenungkan kembali penebusan Kristus. Untuk dosa yang kecil sekalipun,
Dia harus menebusnya dengan meregang nyawa di kayu salib. Akankah kita
menganggap enteng pengurbanan-Nya itu dengan terus menyimpan ”telur
busuk”?

Makna :

BAGI ORANG YANG MENGHARGAI PENEBUSAN KRISTUS


DOSA KECIL SAMA MENGERIKANNYA DENGAN DOSA BESAR
PENIUP PELUIT

Seorang whistle blower (peniup peluit) adalah


seseorang yang berani membongkar
ketidakbenaran yang sedang berkembang di
suatu organisasi. Orang ini biasanya adalah
orang dalam, bagian dari organisasi itu. Pada
konferensi tentang isu iklim global di
Kopenhagen, Denmark, bulan Desember 2009
lalu, sempat muncul seorang yang demikian. Ia
membocorkan isi proposal sebuah surat keputusan yang kabarnya akan
dilegalkan di sana. Isinya kontroversial. Cenderung menguntungkan negara-
negara maju dan merugikan negara-negara berkembang atau miskin. Sontak,
berbagai pihak mengecam proposal tersebut.
Fungsi sebagai “peniup peluit” ini mirip dengan peran para nabi di Alkitab.
Yeremia adalah salah satunya. Ia hidup ketika bangsa Yehuda, secara khusus
para pemimpinnya, hidup dalam dosa. Mereka tidak taat pada perintah Tuhan.
Menindas keadilan dan kebenaran, membiarkan pemeras merajalela,
memperlakukan orang asing, yatim dan janda dengan keras, serta menganiaya
orang-orang yang tak bersalah. Yeremia menyuarakan protesnya atas tindakan
mereka. Menjadi penyambung lidah Allah bagi mereka. Ia tahu ini
membahayakan hidupnya. Namun, ia memberi dirinya untuk menjadi alat Allah.

Kita pun dipanggil Tuhan untuk melanjutkan peran kenabian ini. Ketika
berkembang sesuatu yang tidak benar di keluarga, gereja, kantor, organisasi,
atau masyarakat kita, Tidak mudah, bahkan kerap membuat kita terancam.
Kalau bukan kita, umat-Nya, siapa lagi yang bisa Dia utus?

Makna :
Tuhan memanggil kita untuk menyuarakan kebenaran. Untuk membongkar
ketidakbenaran yang sedang berkembang, bahkan kalau bisa untuk
memperbaikinya.
RAHASIA PAPA

Bagi seorang yang sudah dewasa,


yang sudah jauh dari orangtua,
akan sering merasa kangen dengan
mamanya. Bagaimana dengan
papa?

Mungkin karena mama lebih sering


menelepon untuk menanyakan
keadaan setiap hari.
Namun, tahukah Anda, jika ternyata
papalah yang mengingatkan mama
untuk meneleponmu?

Saat kecil, mamalah yang lebih


sering mendongeng.
Namun, tahukah Anda bahwa
sepulang papa bekerja dengan
wajah lelah beliau selalu
menanyakan apa yang Anda
lakukan seharian.Saat Anda sakit batuk/pilek, papa kadang membentak "Sudah
dibilang! Jangan minum es!".
Namun, tahukah Anda bahwa papa khawatir?

Ketika Anda remaja, Anda menuntut untuk mendapat ijin keluar malam. Papa dengan
tegas berkata "tidak boleh!" Sadarkah Anda bahwa papa hanya ingin menjagamu?
Karena bagi papa, Anda adalah sesuatu yang sangat berharga.

Saat Anda bisa lebih dipercaya, papapun melonggarkan peraturannya. Anda akan
memaksa untuk melanggar jam malamnya. Maka yang dilakukan papa adalah
menunggu di ruang tamu dgn sangat khawatir.
Ketika Anda dewasa dan harus kuliah di kota lain. Papa harus melepasmu.
Tahukah Anda bahwa badan papa terasa kaku untuk memelukmu? Dan papa sangat
ingin menangis.Di saat Anda memerlukan ini-itu, untuk keperluan kuliahmu, papa
hanya mengernyitkan dahi, tetapi tanpa menolak, beliau memenuhinya.

Saat Anda diwisuda. Papa adalah orang pertama yang berdiri dan bertepuk tangan
untukmu. Papa akan tersenyum dan bangga.Sampai ketika pasangan hidupmu datang
untuk meminta ijin mengambilmu dari papa.
Papa akan sangat berhati-hati dalam memberi ijin. Dan akhirnya..Saat papa
melihatmu duduk di pelaminan bersama seseorang yang dianggapnya pantas,
papapun tersenyum bahagia.
Apa Anda tahu,bahwa papa sempat pergi ke belakang dan menangis? Papa
menangis karena papa sangat bahagia. Dan iapun berdoa "Ya Tuhan, tugasku telah
selesai dgn baik.
Bahagiakan putra/i kecilku yang manis bersama pasangannya".

Setelah itu papa hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang
sesekali dtg untuk menjenguk Dengan rambut yang memutih dan badan yang tak lagi
kuat untuk menjagamu.

Makna :
Bagi orang tua, kita adalah sesuatu yang sangat berharga.
BISA KARENA KUASA

Apa yang kita pikirkan ketika


membaca kisah tokoh-tokoh
Alkitab seperti Musa, Petrus,
Elia, dan Gideon? Pastilah kita
terkagum-kagum pada mereka.
Mereka adalah orang-orang
yang melakukan hal-hal luar
biasa untuk Tuhan. Biasanya
kisah mereka kerap diangkat
oleh guru-guru Sekolah Minggu untuk menggambarkan betapa hebatnya kuasa
Tuhan lewat orang yang dipakai oleh-Nya. Padahal jika kita membaca lagi di
dalam Alkitab, kita akan menemukan bahwa sesungguhnya mereka ini adalah
orang-orang biasa; seperti kita. Lalu apa yang membuat mereka tampak
berbeda? Salah satunya karena mereka mengandalkan kuasa Tuhan.
Paulus menegur jemaat di Korintus supaya mereka tahu bahwa pekerjaan
Tuhan tidak bergantung pada hebatnya sebuah pelayanan dilakukan, tetapi
pada kuasa yang menyertai pelayanan itu. Ini berkaitan dengan dikirimnya
Timotius, sang hamba Tuhan yang masih muda. Dibandingkan para
pendahulunya, seperti Kefas dan Apolos—bahkan dibanding beberapa jemaat
Korintus yang memiliki berbagai karunia, mungkin Timotius bukanlah siapa-
siapa. Itulah yang membuat mereka menjadi sombong serta meremehkan
Timo*tius. Dan, Paulus mengingatkan mereka supaya tetap menghormati
Timotius, karena pelayanannya pun berdasarkan kuasa Tuhan.

Ketika kita terjun ke dalam pelayanan, janganlah merasa rendah diri karena
kita tidak dapat melakukan hal yang hebat seperti orang-orang yang memiliki
kemampuan khusus. Lakukanlah pelayanan sesuai dengan kemampuan unik
kita. Penting juga untuk melatih diri—mengembangkan diri di bidang masing-
masing, dengan tetap bersandar pada Tuhan, agar kuasa Tuhan bekerja
melalui kita.

Makna :
Melayani dengan mengandalkan kuasa Tuhan akan memberi dampak luar
biasa
BATU LEBIH DULU

Pernah Anda mencoba memadati ember plastik


dengan batu dan pasir? Mana yang akan Anda
masukkan dulu? Jika Anda memulai dengan
mengisikan pasir, Anda akan segera kekurangan
ruangan untuk memasukkan batu. Jika Anda
memulai dengan mengisikan batu, Anda dapat
memenuhi celah-celah di antaranya dengan pasir.
Semacam itulah penyusunan prioritas hidup. Jika
kita mendahulukan hal-hal yang utama, kemungkinan besar kita masih memiliki
waktu untuk hal-hal yang sekunder. Sebaliknya, jika waktu kita sudah tersita
untuk hal-hal yang sekunder, tidak jarang hal yang utama malah tersisih.

Tuhan memberi Salomo kesempatan untuk mengajukan permintaan khusus.


Sebagai raja Israel, apa kiranya yang ia inginkan? Secara bijaksana ia memilih
meminta hikmat dan pengertian untuk memimpin bangsa yang besar itu. Tuhan
berkenan atas permohonannya. Selain mengaruniakan hikmat dan pengertian,
Tuhan masih memberinya bonus berupa kekayaan, harta benda, dan
kemuliaan. Karena ia memilih yang utama, hal yang sekunder pun
ditambahkan baginya. Coba bayangkan seandainya Salomo meminta
kekayaan. Rasanya Tuhan tetap akan mengabulkan permintaan itu, tetapi
belum tentu Dia memberikan bonus berupa hikmat dan pengertian.

Apakah hal yang utama dalam kehidupan Anda? Apakah Anda sudah
menyusun prioritas secara benar dengan mendahulukan hal yang utama? Jika
hidup Anda ternyata lebih banyak disibukkan oleh hal-hal sekunder, Anda perlu
mengevaluasi dan menyusun ulang prioritas sebelum Anda menyesal karena
kehilangan hal-hal yang penting dan berharga.

Makna :
MENGUTAMAKAN HAL YANG UTAMA ADALAH KUNCI MENUJU
KEHIDUPAN YANG BERMAKNA
MEMILIKI YESUS

Ketika kecil, kita cenderung sangat posesif. Sulit


bagi kita untuk berbagi. Kita terganggu kalau
mainan kita dipinjam teman dalam waktu cukup
lama, apalagi kalau sampai dibawa pulang. Bagi
seorang anak, memiliki berarti menguasai dan
memonopoli secara absolut.

Surat Yohanes menyatakan bahwa Allah


mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita,
dan hidup itu berada di dalam Anak-Nya, Yesus Kristus. “Siapa yang memiliki
Anak, ia memiliki hidup” (ayat 12). Apakah itu berarti, seperti pemaknaan anak
kecil, kita menguasai dan memonopoli Yesus Kristus? Bukan! Yohanes justru
ingin menekankan pentingnya umat percaya untuk hidup dalam respons yang
tepat terhadap rahmat Allah (1 Yohanes 4:8, 11). Maksudnya, rahmat Allah
perlu disambut oleh iman dan sikap hidup beriman dari pihak kita. Gayung pun
bersambut, ketika kita merespons rahmat Allah yang mendatangi kita di dalam
Yesus.

Tidak semua orang yang mengaku percaya terhitung sebagai mereka yang
memiliki Yesus. Yesus bukan barang yang bisa kita kuasai dan kita monopoli.
Memiliki Yesus berarti beriman di dalam dan hidup menurut teladan Yesus
Kristus. Memiliki Yesus bukan hanya soal memiliki ajaran yang benar,
melainkan soal menjalankan tindakan yang benar, sesuai dengan iman (ayat
2).

Anda mau membuktikan bahwa Anda memiliki Yesus? Bukan seperti anak
kecil yang ingin menguasai dan memonopoli mainan miliknya, kita yang
sungguh-sungguh memiliki Yesus malah tergerak untuk membagikan kasih
Yesus kepada sesama melalui tindakan nyata. Dan kita tidak akan merasa
berat menjalankan perintah-Nya.

Makna :
Kasih Allah tidak dapat dimiliki secara eksklusif, melainkan merengkuh orang
lain untuk turut mengecapnya
KEBEBASAN FINANSIAL

Suatu hari, saya berkesempatan berbincang-


bincang dengan seorang agen keuangan. Ia
menjelaskan tentang konsep kebebasan finansial
dan tahap-tahap yang perlu saya ikuti agar dapat
mencapainya. Konsep ini sendiri merujuk kepada
keadaan ketika kita tidak lagi perlu bekerja
mencari uang, karena jumlah harta yang kita miliki
sudah lebih dari cukup untuk menafkahi kita seumur hidup. Tentu ini suatu
keadaan yang diidam-idamkan oleh banyak orang. Namun, sebagai anak
Tuhan kita mesti selalu ingat bahwa tiada sesuatu pun yang pasti di dunia ini,
termasuk kekayaan. Jadi, kita perlu memegang perintah yang Yesus
sampaikan dalam perikop hari ini.
Ada seorang yang kaya raya dan memiliki hasil panen yang berlimpah. Suatu
saat ia mengamat-amati segala kekayaannya tersebut. Lalu ia merasa bahwa
hidupnya sudah terjamin untuk bertahun-tahun ke depan. Ia sudah berhasil
meraih kebebasan finansial! Tak perlu lagi bekerja keras; tinggal menikmati
hidup. Namun, Tuhan menghardik orang ini dan mengingatkan bahwa rasa
aman semacam itu tidak tepat. Sebab, tiada materi apa pun dapat menjamin
masa depan.

Merencanakan masa depan secara finansial, baik dengan agen keuangan atau
dilakukan sendiri, memang baik dan perlu. Namun, ingatlah bahwa banyak hal
bisa terjadi dan menghancurkan segala rencana tersebut. Mungkin kecelakaan
atau penyakit, bencana alam, krisis finansial, dan sebagainya. Karena itu,
jangan sampai perencanaan tersebut kita jadikan sandaran hidup;
menggantikan posisi Tuhan. Sebab hidup kita tidak bergantung pada kekayaan
(ayat 15).

Makna :
Rencana finansial tidak bisa menjamin masa depan hanya Tuhan yang bisa.
TIDAK BISA MEMILIH

Seorang teman pendeta bercerita, ia tidak pernah


punya keinginan menjadi pendeta. Waktu remaja
sebetulnya ia ingin menjadi tentara, tetapi
berbagai pengalaman hidup yang ia alami malah
menggiringnya untuk masuk ke sekolah teologi.
Ketika menempuh studi teologia pun berulang kali
ia berniat mundur. Namun entah bagaimana, selalu saja ada hal-hal yang
membuat ia tidak bisa mundur. Sampai akhirnya, ia selesai studi. Lalu terjun
dalam pelayanan jemaat dan menjadi pendeta.
Hidup ini terdiri dari pilihan-pilihan. Kita memilih untuk begini dan begitu, ke
sana dan ke sini. Akan tetapi, terkadang dalam hal-hal tertentu kita tidak bisa
memilih. Tuhan seakan-akan sudah memilihkan untuk kita, dan kita tidak bisa
tidak harus menjalani pilihan yang sudah Tuhan tentukan itu. Contohnya
Yunus. Tuhan sudah menetapkannya untuk pergi ke Niniwe. Yunus tidak ingin
pergi ke kota itu, sampai ia mencoba melarikan diri, tetapi toh ia tidak bisa
menghindar (Yunus 1-3).

Juga sama dengan Yeremia. Ia tidak ingin menjadi nabi, status yang banyak
membuatnya menderita lahir dan batin. Namun, setiap kali ia mencoba
menghindar, dalam hatinya selalu muncul sesuatu yang menyala-nyala seperti
api, dan ia tidak sanggup menahannya (ayat 9).

Kita pun mungkin pernah, atau bahkan tengah, mengalami hal serupa; ingin lari
dari suatu tugas panggilan, tetapi tidak kunjung bisa. Ada saja yang
menghalangi. Dalam situasi demikian, tidak ada jalan lain, terima dan jalani
tugas panggilan itu dengan rela. Jangan memberontak. Sebab hanya akan
melelahkan diri sendiri

Makna :
Jangan menghindari tugas panggilan Tuhan seberat apa pun, jalani dengan
iman
SENTUHAN KASIH

Dulu, setiap Natal tiba, orang Inggris suka


mengirim surat pendek berisi ucapan Natal di atas
kartu kosong. Lama-kelamaan cara ini dianggap
tidak praktis. Tahun 1843, Sir Henry Cole
mencetak kartu bergambar disertai ucapan
selamat, sehingga ia tinggal membubuhkan tanda
tangan di atasnya. Sejak itulah kartu ucapan mulai populer. Kini cara itu pun
dipandang kurang praktis. Banyak orang mengirim ucapan Natal lewat SMS.
Sekali tekan tombol “Kirim”, ratusan orang menerima ucapan Natal. Praktis
memang, tetapi sentuhan kasihnya kurang terasa.
Untuk menunjukkan cinta kasih, orang harus bersedia repot. Ketika Rasul
Paulus mengakhiri tulisannya bagi jemaat Kolose, ia mengucapkan salam yang
panjang. Salam dari rekan sepelayanannya disebut satu per satu: dari
Aristarkus, Markus, Yustus, Epafras, tabib Lukas, dan Demas. Selain itu
Paulus juga menulis bagian salam ini dengan tulisan tangannya sendiri.
Padahal isi suratnya ditulis dengan bantuan seorang sekretaris. Sungguh tidak
praktis! Namun, lewat semua ini Paulus ingin menunjukkan sentuhan kasihnya
yang bersifat pribadi pada jemaat Kolose.

Kesibukan dan kemajuan teknologi kadang membuat kita menyukai segala


sesuatu yang serbapraktis dan otomatis. Sentuhan kasih pun diabaikan. Ketika
seorang sahabat berduka, kita merasa cukup menelepon atau menyatakan
rasa duka lewat SMS, ketimbang membesuk dan memeluknya. Saat ia
menikah, kita hanya menghadiri pestanya. Enggan menghadiri pemberkatan
pernikahannya. Banyak orang merindukan sentuhan kasih Anda. Maukah Anda
sedikit repot untuk mewujudkannya?

Makna :
Orang lebih membutuhkan sentuhan kasih Anda daripada semua talenta dan
harta milik Anda
PIMPINAN TUHAN

Pada 2006, saat menjadi ketua Komisi Pemuda, saya


merasa kelelahan dengan jadwal pelayanan yang
begitu padat. Maka, saya hendak menguranginya
dengan mengundurkan diri dari paduan suara.
Namun, niat saya itu berkali-kali tertahan. Saya
merasa Tuhan ingin saya bertahan di paduan suara.
Pada akhirnya saya mengerti mengapa Tuhan
menginginkan saya bertahan. Sebab, lewat pelayanan
itulah Papa dan Mama mau ke gereja setelah sepuluh
tahun saya doakan. Untuk pertama kalinya, mereka
datang ke Kebaktian Natal hanya untuk melihat saya bernyanyi.
Ketika Tuhan memimpin langkah kita, kerap kali Tuhan tidak memberitahukan
kepada kita rencana-Nya dari awal sampai akhir. Tuhan memimpin kita
selangkah demi selangkah. Seperti halnya ketika Tuhan memimpin bangsa
Israel menuju tanah Kanaan. Tuhan memimpin mereka melalui keberadaan
tiang awan. Jika awan naik dari atas kemah suci, bangsa Israel berangkat;
sebaliknya, jika awan itu tidak naik, mereka tidak berangkat (ayat 36,37).
Tuhan sama sekali tidak menjelaskan, mengapa mereka mesti berangkat pada
saat itu dan mengapa mereka harus menetap untuk beberapa waktu.

Rencana dan pemikiran Tuhan melampaui apa yang dapat kita pikirkan.
Karena itu, kita mesti percaya; percaya kepada Allah dan tidak bersandar pada
pengertian kita sendiri (Amsal 3:5). Jika Tuhan memimpin kita melangkah ke
tempat baru atau meminta kita bertahan pada situasi yang tidak mengenakkan
sekalipun, percayalah Tuhan punya rencana indah. Yang Tuhan minta dari kita
adalah ketaatan dan kepercayaan total akan pimpinan-Nya.

Makna :
Pimpinan Tuhan bagai pelita yang menerangi kegelapan Jika kita mau
melangkah, kelak kita akan sampai di tujuan
PENJAWAB DOA

Alkisah pada suatu saat Tuhan sedang bersantai-santai di ruang


kerja-Nya di sorga. Terbesit di pikiran-Nya bahwa Dia ingin
mendirikan suatu perusahaan baru di Sorga untuk memantau dan
menjawab doa orang-orang yang selalu setia kepada-Nya dalam doa.
Salah satu malaikat-Nya yang memiliki gelar doctor di bidang sistem
infomasi lulusan salah satu universitas terkemuka di sorga, dipanggil dan diangkat-Nya sebagai
assisten direktur perusahaan tsb, dan Tuhan sendiri yang adalah direkturnya.
"Bozz kerja aku apa aja nih ?" Tanya sang malaikat.
"Selesaikan semua misi-Ku di bumi untuk orang-orang benar yang tidak jemu-jemu dan yang
selalu berdoa kepada-Ku dalam kesetiaannya. Aku akan menyediakan bagimu sebuah ruangan
khusus yang dilengkapi dengan 1 buah komputer canggih yang mana engkau hanya bs
memberi laporan kepada-Ku setiap saat, karena dari komputer itu engkau dapat melihat secara
live semua aktivitas orang-orang yang Aku kasihi di bumi, Karena Aku telah memasang suatu
alat yang sangat canggih berupa Hidden Kamera di seluruh bumi dan di seluruh ruangan tempat
tinggal orang-orang yang Aku kasihi" jawab sang bozz sambil chating-chatingan dengan sang
malaikat.

"Bozz-bozz........!!!! Aku melihat seorang anak-Mu rajin banget berdoa dengan tidak jemu-jemu.
Setiap saat dia bergumul untuk salah satu pergumulan hidupnya yang di butuhkannya, tapi aku
tidak pernah bisa mendengar apa yang dikatakannya, kata bozz komputer ini canggih" kata
sang malaikat dengan sedikit kebingungan, saat bekerja selama ±75 hari di perusahan itu.
"Yup.... engkau hanya bisa melihat dan memantau semua aktivitas mereka karena itu tugasmu,
namun yang Mendengar dan Menjawab Doa/pergumulan hidup Dia adalah Aku sebagai
pemimpin perusahaan yang jg memberi yang terbaik buat dia, karena Aku memiliki segala-
galanya" jawab Tuhan.

"Bozz...!! sampe berapa lama doa-doanya dijawab, bukannya dia cukup setia dan dengan tidak
jemu-jemu dia selalu datang meminta pertolongan-Mu bozz" tanya sang malaikat. "Aku tidak
akan pernah terlambat dan tidak akan mengulur-ulur waktuku untuk menjawab dia" jawab
Tuhan dengan lembut."Tapi sampe kapan bozz, dia seperti agak kesal menunggu doanya di
kabulkan" jawab sang malaikat dengan sedikit kesal.

"Pada saatnya akan tiba bahwa aku akan menjawab dia dan akan memberikan kejutan-kejutan
yang sangat istimewa yang pasti menyenangkan hatinya. Aku sedang mendidik dia supaya
tidak menjadi anak-anak yang gampangan, tetap menjadi anak-anak yang dewasa, rendah hati
dan makin mengasihi-Ku. Aku mau dia menyerahkan pergumulan hidupnya kepada-Ku, karena
bukan soal berat atau ringannya masalah/pergumalan itu, tp seberapa lama dia memikulnya
sendiri, itulah yang membuat dia semakin capek dan tidak pernah mengandalkan Aku" kata
Tuhan dengan penuh bijaksana.
"Okeh deh bozz, bozzku emang bae banget. Aku cau dulu ya bozz, capek juga nih kerja
seharian nanti kita lanjut lagi ya. See u bsk" jawab sang malaikat sambil memasang alat
pemantau otomatis di komputernya.

Makna :
Jadi bukan soal berat atau ringannya masalah/pergumalan itu yang kita hadapi tetapi seberapa
lama kita memikul masalah itu dan mau meletakkannya dan menyerahkan pada Tuhan
sehingga bebannya akan semakin ringan:-)...
PILIHAN KARTINI

Kartini pernah ditawari beasiswa untuk bersekolah di


negeri Belanda, tetapi batal demi menaati orangtuanya,
yang menyuruhnya menikah dengan Bupati Rembang.
Ia bisa saja meratapi nasib malangnya, tetapi ia
mencoba melihat kepentingan yang lebih besar.

Ia pun mengusulkan agar beasiswa itu dialihkan kepada


Agus Salim, seorang pemuda Sumatra Barat. Sebuah
pilihan menarik yang menunjukkan bahwa ia tidak lagi
berpikir dalam lingkup Jawa, tetapi sudah dalam lingkup
Indonesia. Ia memilih Agus Salim bukan berdasarkan latar sukunya, melainkan
karena melihat potensi menjanjikan dalam diri pemuda itu. Dan, ia
melakukannya jauh sebelum Boedi Oetomo berdiri!

Dalam konteks yang agak berbeda, sikap Kartini mirip dengan kebesaran hati
Daud. Ia rindu membangun Bait Allah, tetapi Tuhan tidak berkenan karena
tangannya telah menumpahkan darah. Anaknyalah yang akan membangun
bait itu. Daud juga bisa kecewa dan tidak lagi peduli pada pembangunan Bait
Allah. Namun, oleh kasihnya kepada Allah, ia memikirkan jalan untuk
mendukung pembangunan rumah Allah. Ia merancang bangunan Bait Allah itu
dan mempersiapkan sebanyak mungkin bahan-bahan yang diperlukan. Sikap
Daud ini mendorong bangsa Israel untuk turut memberikan persembahan
sukarela. Sumbangsih mereka tentu sangat meringankan beban Salomo dalam
memenuhi panggilannya.

Impian pribadi kita bisa jadi kandas. Apakah kita akan terpuruk berputus asa?
Ataukah kita tertantang untuk menemukan jalur alternatif guna tetap
memberkati keluarga, gereja, masyarakat, dan bahkan bangsa kita?

Makna :
Sebuah pintu yang tertutup bukan berarti jalan buntu tetapi kesempatan untuk
melihat pintu lain terbuka

.
KUALITAS RENCANA, KUALITAS HIDUP

Cinderella bersepatu kaca? Ya, begitulah dongeng yang kita baca dan
dengar berulang kali. Padahal sebenarnya Cinderella bersepatu kaca adalah
contoh sebuah kesalahan yang lestari. Pada 1697, Charles Perrault menulis
kisah Cinderella dalam bahasa Prancis. Ia menggunakan frasa pantoufle en
vair untuk sepatu Cinderella. Dalam penerjemahan ke dalam Bahasa
Inggris, kata vair (bulu tupai) salah dibaca sebagai verre yang berarti kaca.
Akibat kesalahan tak sengaja ini akhirnya jadilah Cinderella bersepatu kaca.
Ada kesalahan yang terjadi secara tidak sengaja, tetapi ada orang yang
memang berencana untuk melakukan hal yang salah. Yesaya menuturkan
bahwa salah satu ciri orang bebal adalah hatinya merencanakan yang jahat,
dan bibirnya mengucapkan kata-kata yang menyesatkan (ayat 6). Orang
bebal merancangkan perbuatan-perbuatan keji terhadap orang lain. Orang
bebal bukan berarti bodoh. Bebal berarti tahu yang benar, tetapi
merencanakan dan melakukan yang sebaliknya. Bertolak belakang dengan
tindakan orang bebal, orang berbudi luhur merencanakan hal yang baik bagi
orang lain (ayat 8). Kualitas manusia terlihat dari apa yang direncanakan
dalam hati dan pikirannya. Khususnya apa yang direncanakannya bagi
hidup orang lain.

Hari ini, apa yang kita rencanakan dalam hati dan pikiran? Rencana untuk
memfitnah atau melakukan kejahatan terhadap orang lain menunjukkan
kebebalan kita, sebab kita sudah tahu apa yang benar. Sebaliknya,
keluhuran hati dan pikiran kita terlihat dari rencana untuk melakukan hal
yang baik kepada orang lain, bahkan yang membenci kita sekalipun.

Makna :
Kualitas hidup manusia terlihat dari rencana-rencananya
BUAH SEJATI

Christian A. Schwarz, peneliti pertumbuhan


gereja alamiah, mendapat pertanyaan yang
mengubah pemikirannya tentang kehidupan
yang berbuah. Donald McGravan, yang
dihormatinya sebagai bapak pertumbuhan
gereja, suatu ketika menanyainya, “Apakah
buah sejati sebatang pohon apel?” Dengan naif
Schwarz menjawab, “Tentu saja buah apel.”
McGravan tampaknya sudah menduga jawaban itu. “Salah,” katanya,
kemudian terdiam sejenak penuh arti. “Buah sejati pohon apel bukan buah
apel, melainkan pohon apel lainnya.” Berbuah, dengan demikian,
sebenarnya bukan sekadar menghasilkan buah, melainkan melipatgandakan
kehidupan yang serupa.
Paulus pun mengemukakan prinsip pelipatgandaan tersebut dalam hal
pemuridan orang percaya. Ia mendorong Timotius agar tidak berpuas diri
hanya dengan mengajarkan kebenaran firman Tuhan kepada jemaat yang
dipimpinnya. Anggota jemaat harus diperlengkapi sedemikian rupa,
sehingga mereka bukan hanya memahami dengan baik dan menerapkan
kebenaran yang diajarkan, melainkan mampu pula mengajarkan lagi
kebenaran itu kepada orang lain. Estafet pengajaran ini merupakan salah
satu faktor yang menunjang pertumbuhan gereja.

Ketika kita menerima pengajaran firman Tuhan, ibaratnya kita sedang


mengalami pembuahan. Ketika kita memahami dan menerapkan firman itu,
berarti kita sedang menghasilkan buah. Ketika kita mengajari orang lain
sampai orang itu memahami, menerapkan, dan mampu mengajarkan lagi
kebenaran tersebut, barulah kita sungguh-sungguh berbuah. Jadi, sudah
sejauh mana kehidupan kita berbuah?

Makna :
Berbuah tidak lain berarti melipatgandakan kehidupan

Anda mungkin juga menyukai