Laporan Perpindahan Panas Cros Flow Heat Exchnger
Laporan Perpindahan Panas Cros Flow Heat Exchnger
Materi:
Perpindahan Panas Gas
Disusun Oleh:
KELOMPOK 13
2023
ABSTRAK
Kata Kunci: coefficient of heat transfer, cross flow, heated rod, rods, slope.
i
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1
1.2 Tujuan Percobaan ...........................................................................................2
1.3 Sasaran Percobaan ..........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
2.1 Perpindahan Panas .........................................................................................3
2.2 Perpindahan Panas Gas ..................................................................................3
2.3 Alat Penukar Panas ........................................................................................4
2.4 Tipe Aliran Perpindahan .................................................................................6
2.5 Macam-macam Perpindahan Panas................................................................7
2.6 Persamaan-Persamaan ....................................................................................7
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN................................................................8
3.1 Skema Alat Percobaan ...................................................................................9
3.2 Alat Pendukung Percobaan ............................................................................9
3.3 Bahan .............................................................................................................9
3.4 Kondisi Operasi / Parameter Percobaan .........................................................9
3.4 Diagram Alir Percobaan .................................................................................9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................12
4.1 Hasil .............................................................................................................12
4.2 Pembahasan ..................................................................................................14
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................21
5.1 Kesimpulan ..................................................................................................21
5.2 Saran .............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................22
LAMPIRAN A .......................................................................................................23
LAMPIRAN B .......................................................................................................32
LAMPIRAN C .......................................................................................................45
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Hubungan Antara Waktu (s) Terhadap Log 10 (T2-T1) Pada Kolom
1…………………………………………………………………………………..14
Gambar 4.2 Hubungan Antara Waktu (s) Terhadap Log 10 (T2-T1) Pada Kolom
2…………………………………………………………………………………..15
Gambar 4.3 Hubungan Antara Waktu (s) Terhadap Log 10 (T2-T1) Pada Kolom
3…………………………………………………………………………………..16
Gambar 4.4 Hubungan Antara Waktu (s) Terhadap Log 10 (T2-T1) Pada Kolom
4…………………………………………………………………………………..17
Gambar 4.5 Hubungan Antara Waktu (s) Terhadap Log Ke-4 Kolom………….18
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan Percobaan
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari peristiwa/fenomena perpindahan
panas melalui percobaan penukar panas jenis cross flow.
1.3 Sasaran Percobaan
Sasaran-sasaran yang hendak dicapai melalui percobaan ini adalah sebagai
berikut:
1. Praktikan mampu menentukan panas yang hilang pada batang (heatedrod).
2. Praktikan mampu mengetahui posisi penurunan panas pada batang (heatedrod)
yang paling cepat.
3. Praktikan menentukan nilai koefisien perpindahan panas.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
untuk praktikum kali ini adalah head exchanger jenis cross flow. Cross flow heat
exchanger digunakan dalam sistem pendingin dan ventilasi yang membutuhkan
panas untukdipindahkan dari satu aliran udara ke aliran udara lain. Charger terbuat
dari logam tipis biasanya aluminium, energi termal ditukar melalui panel. Cross
flow heat exchanger tradisional memiliki penampang persegi dan efisiensi termal
40-65%. Cross Flow atau dual cross low heat exchanger dapat digunakan jika
efisiensi termal yang lebih besar diperlukan, biasanya hingga 75-85%. Fluida yang
mengalir dari cross flow heat exchanger memiliki arahyang sangat tegak lurus atau
bersilangan. Perpindahan panas yang paling efisien terjadi padasudut-sudut aliran.
Tidak ada resiko arus pendek aliran udara dan pertukaran kelembaban. Hasil
praktikum diharapkan mampu menentukan koefisien perpindahan panas percobaan
(Tim Penyusun Modul Praktikum Laboratorium Instruksional Teknik Kimia II,
2021).
4
b) Shell and Tube
Jenis heat exchanger yang digunakan dalam industri perminyakan, jenis
ini terdiri darishell (tabung) dan didalamnya terdapat suhu bundle (berkas
atau tube) pipa dengan diameter relatif kecil. Satu jenis fluida mengalir di
dalam pipa-pipa sedangkan fluidalainnya mengalir pada bagian luar pipa
tetapi masih di dalam shell. (Utami, 2011)
c) Double Pipe
Jenis heat exchanger atau penukar panas ini terdiri dari dua pipa logam
standar yangkedua ujungnya di las menjadi satu atau dihubungkan dengan
kotak penyekat. Alat ini dapat digunakan secara searah maupun
berlawanan arah. proses perpindahan panasnya terjadi secara tidak
langsung (indirect contact) karena terdapat dinding pembatas antara fluida
panas dengan fluida dingin yang mengalir. (Utami, 2011)
5
2.4 Tipe Aliran Perpindahan
Panas fluida yang bergerak didalam heat exchanger membentuk suatau
aliran. Menurut (ZA, Tendra.2011), alat heat exchanger terdapat beberapa tipe
aliran dalam alat penukar panas, yaitu : (Sari, 2019)
a. Counter Current Flow (berlawanan arah)
Counter current flow atau counter flow adalah aliran berlawanan
arah, dimana fluidayang satu masuk pada satu ujung penukar kalor,
sedangkan fluida yang satu lagi masuk pada ujung penukar panas
yang lain, masingmasing fluida mengalir menurut arah yang
berlawanan. Untuk tipe counter current flow ini memberikan panas
yang lebih baik bila dibandingkan dengan aliran searah atau parallel.
Sedangkan banyaknya pass (lintasan) juga berpengaruh terhadap
efektifitas dari alat penukar panas yang digunakan.
6
c. Cross Counter Flow (silang berlawanan)
Cross counter flow, tipe aliran silang berlawanan yang merupakan
gabungan antara aliran lurus dan berlawanan dimana satu aliran
mengalir di aliran lurus sedangkan aliran lain mengikuti jalur
berlawanan arah aliran pertama, sehingga pola aliran dapat dilihat
counter flow dengan aliran lintas menyilang.
2.5 Macam-macam Perpindahan Panas
Ada tiga macam perpindahan panas, yaitu: (Utami, 2011)
1. Konduksi
Perpindahan panas yang terjadi antarmolekul yang saling berdekatan dan
tidak diikutioleh perpindahan molekul terswbut secara fisik. Contoh : Pada
saat pemanasan ujunglogam maka ujung logam lainnya akan ikut menjadi
panas.
2. Konveksi
Perpindahan panas antara bagian panas dan dingin dari suatu fluida
karena adanya proses pencampuran. Atau dapat dikatakan suatu
perpindahan panas yang disertai dengan molekul pembawa panasnya.
Contoh: Angin darat dan angin laut.
3. Radiasi
Perpindahan panas tanpa melalui media. Suatu energi dapat menghantarkan
dari suatutempat ke tempat lain (dari benda panas ke benda dingin) dengan
menggunakan gelombang elektromagnetik dimana tenaga ini akan diubah
menjadi panas jika tenaganya diserap oleh benda lain. Contoh : Panas
matahari yang sampai ke bumi tanpa adanya zat perantara atau contoh
sederhananya dalam kehidupan sehari-hari microwave.
2.6 Persamaan-Persamaan
Dalam Laporan Perpindahan Panas Gas Perhitungan-perhitungan dalam
laporan ini akan dibantu dengan menggunakan persamaan-persamaan berikut: (Tim
Penyusun ModulPraktikum Laboratorium Instruksional Teknik Kimia II, 2021)
1) Perhitungan T Logaritmik
Untuk penukar Cross Flow Heat Exchanger Beda temperatur yang
7
digunakan adalahlog mean temperature difference yang dihitung melalui
persamaan berikut:
∆𝑇 = 𝑇1 − 𝑇2.............................................................(2.1)
log(𝑇2−𝑇1)𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟−log(𝑇2−𝑇1)𝑎𝑤𝑎𝑙
𝑀= ……………..………(2.3)
𝑇2−𝑇1
Keterangan:
T1 = Suhu awal (K)
T2 = Suhu akhir (K)
M = Slope (Ks-1)
2) Penentuan koefisien perpindahan panas
Koefisien perpindahan panas konveksi ditentukan melalui persamaan
berikut:
𝑚.𝑐
𝑎 = 2,302 𝑥 𝑀……………………………...(2.4)
𝐴
Keterangan:
M = Slope (Ks-1)
C = Specific heat capacity at room temperature (J/KgK)
A = Effective area of heated rod (m2)
A = Coefficient of heat transfer (J/m2 s)
3) Penentuan panas yang dibuang ke udara
𝑄 = 𝑎 𝑥 𝐴 𝑥 ∆𝑇 𝑙𝑜𝑔𝑎𝑟𝑖𝑡𝑚𝑖𝑘...................................(2.5)
(Tim Penyusun Modul Praktikum Laboratorium Instruksional Teknik
Kimia II,2021)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
8
3.1 Skema Alat Percobaan
Mulai
9
Persiapkan Alat Percobaan
10
9150 sekon)
A
A
Mulai
11
Mana Nilai Q????
4.1 Hasil
Tabel A.1 Kolom 1 baris 3
12
80 313,1 12,3 1,089905111
90 311,8 11 1,041392685
100 310,1 9,3 0,968482949
110 308,7 7,9 0,897627091
120 307,6 6,8 0,832508913
130 306,7 5,9 0,770852012
140 305,9 5,1 0,707570176
150 305,1 4,3 0,633468456
13
Tabel A.4 Kolom 4 baris 3
4.2 Pembahasan
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Waktu (s)
14
Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa data yang diperoleh data hubungan antara
waktu dengan Log ΔT. Interval waktu yang digunakan pada saat percobaan yaitu
10detik selama 2,5 menit atau 150 detik. Hasil analisis menunjukkan bahwa
pada kolom pertama menghasilkan penurunan nilai Log ΔT yang cukup
signifikan.Dimana semakin lama waktupercobaan nilai Log ΔT yang dihasilkan
mengalami penurunan akibat dari nilai temperatur T2 yang semakin kecil. Pada
ΔT menit awalterjadi perpindahan panas yang cukup besar namun di menit
terakhir perpindah panas hanya sedikit, karena semakin lama waktu yangkita
tetapkan maka panas yang dipindahkan semakin besar karena pengaruh dari
temperaturpendingin yaitu berupafaktor udara lingkungan Penurunan nilai T2
disebabkan karena terjadinya peristiwa perpindahan panas yang terjadi pada
fluida gas (udara) dari sistem yang memiliki temperatur tinggi ke sistem yang
temperaturnya lebih rendah. Selain itu, dari perhitungan hasil data praktikum
didapat nilai slope (M) sebesar -0,00838/S. Nilai negatif slope menandakan
besaran waktu yang ditetapkan berbanding terbalik dengan nilai Log 10 (T2-
T1), dimana semakin lama waktu yang digunakan maka nilai Log 10 (T2-T1)
akan semakin kecil (Dr. Aqli Mursadin, 2016). Nilai Koefisien perpindahanpanas
(α)saat heated rod diletakkan pada kolom 1 didapat sebesar 207,9483 J/m2.sK.
Nilai negatife pada Q menunjukkan arah pelepasan panas secara eksotermis.
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Waktu (s)
15
Grafik pada gambar diatas menunjukkan bahwa pada kolom kedua
menghasilkan penurunan nilai Log ΔT yang cukup signifikan. Dimana semakin
lama waktu percobaan nilaiLog ΔT yang dihasilkan mengalami penurunan akibat
dari nilai temperatur T2 yang semakin kecil. Pada ΔT menit awal terjadi
perpindahan panas yang cukup besar namun di menitterakhir perpindahan
panas hanya sedikit, karena semakin lama waktu yang kita tetapkanmaka panas
yang dipindahkan semakin besar karena pengaruh dari temperatur pendingin
yaitu berupa faktor udara lingkungan.
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Waktu (s)
16
Pada grafik diatas dapat dilihat data yang diperoleh pada kolom ke 3.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kolom ketiga menghasilkan
penurunan nilai Log ΔT yang cukup signifikan. Dimana semakin lama waktu
percobaan nilai Log ΔT yang dihasilkan mengalamipenurunan akibat dari nilai
temperatur T2 yang semakin kecil. Pada ΔT menit awal terjadi perpindahan
panas yang cukup besar namun di menit terakhir perpindahan panas hanya
sedikit, karena semakin lama waktu yang kita tetapkan maka panas yang
dipindahkan semakin besar karena pengaruh dari temperatur pendingin yaitu
berupa faktor udara lingkungan.
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Waktu (s)
17
Pada grafik diatas dapat dilihat data yang diperoleh pada kolom ke 4. Hasil
analisis menunjukkan bahwa pada kolom kedua menghasilkan penurunan nilai Log
ΔT yang cukup signifikan. Dimana semakin lama waktu percobaan nilai Log ΔT
yang dihasilkan mengalamipenurunan akibat dari nilai temperatur T2 yang semakin
kecil. Pada ΔT menit awal terjadi perpindahan panas yang cukup besar namun di
menit terakhir perpindahan panas hanya sedikit, karena semakin lama waktu yang
kita tetapkan maka panas yang dipindahkan semakin besar karena pengaruh dari
temperatur pendingin yaitu berupa faktor udara lingkungan.
1
Kolom 1
0.8
Kolom 2
0.6
Kolom 3
0.4 Kolom 4
0.2
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Waktu (s)
Gambar 4.5 Hubungan Antara Waktu (s) Terhadap Log Ke-4 Kolom
18
Pada grafik 4.5 dapat dilihat representasi dari data percobaan untuk kolom
1,2,3,4 untuk hubungan waktu (s) dengan log 10(T2-T1) dimana dapat dilihat
jika waktu semakin lama maka temperatur juga akan semakin turun mengikuti
lamanya waktu percobaan. Pada grafik diamati bahwa pada setiap kolom
percobaan yang digunakan terjadi penurunan temperatur yang berbeda-beda. Hal
ini dapat terjadi nilai slope, koefisien perpindahan panasdan perpindahan yang
dilepas ke udara pada setiap kolom percobaan berbeda. Hal ini dikarena suhu
semakin mendekati temperatur suhu kamar seiring semakin lamanya waktu maka
suhu akan semakin turun. Temperatur heated rod pada kolom 4 lebih cepat turun
karenalaju alir udaranya. Pada saat heated rod berada pada kolom 4 udara yang
masuk sudah salingbersilangan dengan batang lain, sehingga di kolom 4 lebih
cepat turun. Hal ini dikarenakan pada percobaan ini jenis aliran yang digunakan
adalah cross flow. Sedangkan untuk panas yang dibuang ke udara (Q) itu
berbanding lurus dengan T Logaritmik. Pada percobaan ini, perpindahan panas
terjadi semakin lambat seiring berjalannya waktu semakin lama. Pada awal
proses perpindahan panas terjadi penurunan panas yang cepat dan cukup besar.
Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu perpindahan panas yang terjadi
semakin lama dan panas yang berpindah lebih sedikit dari awal. Hal ini
dikarenakan saat awal proses perpindahan panas suhu heated rod sangat tinggi
kemudian mengalami kontak dengan fluida gas yang dingin sehingga terjadi
perpindahan panas yang cukup besar. Seiring berjalannya waktu maka suhu
fluida gas tersebut akan meningkat sehingga efisiensi perpindahan panas juga
akan berkurang (Gawande, 2019). Terdapat perbedaan suhu yang besar di awal
dan di akhir akibat dari telah terjadi perpindahan panas secara cross flow pada
aliran permukaan alat.
19
Gambar 4.6 Ilustrasi pergerakan udara dalam heat exchanger
Hal ini dipengaruhi oleh bagaimana aliran udara bergerak diantara rod yang ada di
dalam heat exchanger. Dari gambar 4.6 dapat dilihat bagaimana udara melalui
celahcelah rod. Dapat dilihat kolom 3 mendapatkan suplai udara yang lebih banyak
akibat dari rod yangada di depannya membelah aliran udara menjadi dua. Hal yang
membuat kolom 4 mempunyai Log (T2-T1) yang lebih kecil dari kolom 3 adalah
karena rod di kolom 4 tidak memiliki rod di belakangnya. Hal ini menyebabkan
aliran udara yang melalui kolom 4 akanmembuat pusaran udara di belakang kolom
4. Pusaran udara ini mengandung panas yang telah berpindah dari heated rod kolom
4 dan membuat proses perpindahan panas jadi melambat karena kecilnya perbedaan
suhu diantara heated rod dan udara.
20
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil praktikum perpindahan panas gas kali ini adalah:
1. Peristiwa perpindahan panas yang terjadi pada penukar panas jenis cross flow
yaitu karena adanya kontak, baik antara fluida terdapat dinding yang
memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung begitu saja. Laju
perpindahan panas antara kedua fluida pada alat penukar kalor bergantung
pada besarnya perbedaan temperatur pada lokasi tersebut, dimana bervariasi
sepanjang alat penukar kalor.
2. Hal yang mempengaruhi percobaan perpindahan panas yaitu beda suhu antara
kedua permukaan (𝛥𝑇) dimana makin besar beda suhu maka akan semakin
cepat perpindahan kalor. Kemudian koefisien perpindahan kalor (α), dimana
semakin besar koefisien perpindahan kalor maka perpindahan kalor akan
semakin cepat. Dan ada luas permukaan (A), semakin luas permukaan maka
akan semakin cepat perpindahan kalor.
5.2 Saran
Saran dari hasil praktikum perpindahan panas gas kali ini adalah:
1. Memperhatikan temperature agar tidak terlewat saat memindahkan heated rod.
2. Diharapkan telah mengatur kolom yang akan digunakan, agar tepat waktu saat
memasukkan heated rod yang telah dipanaskan.
3. Praktikan memegang batang heated rod secara berhati-hati dengan cara
memegangbatang kayu agar tidak terkena panas dari heated rod.
21
DAFTAR PUSTAKA
Adimsyah. (2010). Perpindahan Panas. Jakarta: Gramedia.
Aslamawati. (2021). Hantaran Kalor Konduksi, Konveksi, dan Radiasi dan
Pengaruh Kalor Terhadap Benda. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Buchori, L. (2011). Buku Ajar Perpindahan Panas. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Gawande, B. (2019). Recent Advancement in Heat Transfer and Fluid Flow
Characteristic in Cross-Flow Heat Exchanger. Departement of Mechanical
Engineering, Visvesvaraya National Institute of Technology, Nagpur, India.
Mursadin, & Rachmat. (2016). Bahan Ajar Perpindahan Panas HMKK.
Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat.
Syaichurrozi. (2014). Study of Plate and Frame Heat Exchanger Performance: The
Effects of Mass Flow Rate, Inlate Temperature and Type of Againts the
Overall Heat Transfer Coefficient. Eksergi.
22
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
23
- ΔT = T2 – T1 = 333,1 – 300,8 = 32,3
- ΔT = T2 – T1 = 327,6 – 300,8 = 26,8
- ΔT = T2 – T1 = 322 – 300,8 = 21,2
- ΔT = T2 – T1 = 317,8 – 300,8 = 17
- ΔT = T2 – T1 = 314,2 – 300,8 = 13,4
- ΔT = T2 – T1 = 311,4 – 300,8 = 10,6
- ΔT = T2 – T1 = 309,9 – 300,8 = 9,1
- ΔT = T2 – T1 = 307,4 – 300,8 = 6,6
- ΔT = T2 – T1 = 306,9 – 300,8 = 6,1
- ΔT = T2 – T1 = 304,8 – 300,8 = 4
- ΔT = T2 – T1 = 304 – 300,8 = 3,2
- ΔT = T2 – T1 = 303,3 – 300,8 = 2,5
- ΔT = T2 – T1 = 302,7 – 300,8 = 1,9
- ΔT = T2 – T1 = 302,3 – 300,8 = 1,5
- ΔT = T2 – T1 = 301,9 – 300,8 = 1,1
d. Posisi heated rod di kolom 4
- ΔT = T2 – T1 = 333,2 – 300,8 = 32,4
- ΔT = T2 – T1 = 327 – 300,8 = 26,2
- ΔT = T2 – T1 = 321,5 – 300,8 = 20,7
- ΔT = T2 – T1 = 318,2 – 300,8 = 17,4
- ΔT = T2 – T1 = 312,8 – 300,8 = 12
- ΔT = T2 – T1 = 311 – 300,8 = 10,2
- ΔT = T2 – T1 = 309 – 300,8 = 8,2
- ΔT = T2 – T1 = 307,1 – 300,8 = 6,3
- ΔT = T2 – T1 = 305,8 – 300,8 = 5
- ΔT = T2 – T1 = 304,6 – 300,8 = 3,8
- ΔT = T2 – T1 = 303,8 – 300,8 = 3
- ΔT = T2 – T1 = 303,2 – 300,8 = 2,4
- ΔT = T2 – T1 = 302,7 – 300,8 = 1,9
- ΔT = T2 – T1 = 302,2 – 300,8 = 1,4
- ΔT = T2 – T1 = 301,9 – 300,8 = 1,1
2. Mencari Log Mean Temperature Difference
24
a. Posisi heated rod di kolom 1
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (34,3) = 1,535
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (28,5) = 1,454
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (23,3) = 1,367
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (19,7) = 1,2944
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (16,4) = 1,2148
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (13,5) = 1,1303
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (11,1) = 1,0453
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (9) = 0,9542
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (7,4) = 0,8692
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (6,2) = 0,7923
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (5,1) = 0,7075
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (4,1) = 0,6127
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (3,4) = 0,5314
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (2,8) = 0,4471
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (2,3) = 0,3617
b. Posisi heated rod di kolom 2
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (34,4) = 1,536
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (29,8) = 1,474
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (25,9) = 1,413
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (22,7) = 1,356
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (19,3) = 1,285
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (16,4) = 1,214
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (14,3) = 1,155
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (12,3) = 1,089
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (11) = 1,0413
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (9,3) = 0,968
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (7,9) = 0,897
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (6,8) = 0,832
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (5,9) = 0,770
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (5,1) = 0,707
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (4,3) = 0,633
25
c. Posisi heated rod di kolom 3
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (32,3) = 1,509
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (26,8) = 1,428
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (21,2) = 1,326
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (17) = 1,230
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (13,4) = 1,127
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (10,6) = 1,025
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (9,1) = 0,959
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (6,6) = 0,819
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (6,1) = 0,785
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (4) = 0,602
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (3,2) = 0,505
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (2,5) = 0,397
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (1,9) = 0,278
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (1,5) = 0,176
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (1,1) = 0,041
d. Posisi heated rod di kolom 4
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (32,4) = 1,510
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (26,2) = 1,418
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (20,7) = 1,315
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (17,4) = 1,240
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (12) = 1,079
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (10,2) = 1,008
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (8,2) = 0,913
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (6,3) = 0,799
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (5) = 0,698
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (3,8) = 0,579
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (3) = 0,477
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (2,4) = 0,380
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (1,9) = 0,278
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (1,4) = 0,146
- ΔT Logaritmik = Log 10 (ΔT) = Log 10 (1,1) = 0,041
26
3. Mencari slope (M)
a. Posisi heated rod di kolom 1
ΔT Logaritmik awal = 1,5352 K
ΔT Logaritmik akhir = 0,3167 K
t awal = 10 s
t akhir = 150 s
log(ΔT)Akhir − log(ΔT)Awal
- 𝑀=
t2 − t1
0,3167 K−1,5352 K
- M= 150 s − 10 s
- M = - 0,00838 /s
- M = - 0,00645 /s
c. Posisi heated rod di kolom 3
ΔT Logaritmik awal = 1,5092 K
ΔT Logaritmik akhir = 0,0413 K
t awal = 10 s
t akhir = 150 s
log(ΔT)Akhir − log(ΔT)Awal
- 𝑀= t2 − t1
0,0413 K−1,5092K
- M= 150 s −1 0 s
- M = -0,01048 /s
d. Posisi heated rod di kolom 4
ΔT Logaritmik awal = 1,5105 K
ΔT Logaritmik akhir = 0,0413 K
t awal = 10 s
t akhir = 150 s
27
log(ΔT)Akhir − log(ΔT)Awal
- 𝑀= t2 − t1
0,0413 K−1,510 K
- M= 150 −1 0
- M = - 0,01049 /s
4. Mencari koefisien perpindahan panas
a. Posisi heated rod di kolom 1
Diketahui:
m = 104.9 gr = 0.1049 kg
L = 95 mm = 0.095 m
d = 12.4 mm = 0.0124 m
cp = 380 J/kg.K
A1 = L1 x πd
= 0.095 m x 3.14 x 0.0124 m
= 0.0037 m
M = - 0,00838 /s
m.c
- α = -2,3026 x A1
xM
J
0,1049 kg x 380 .k
kg
- α = -2,3026 x 0,0037 m2
x (- 0,00838 /s)
- α = 207,9483 J/m2.s.K
b. Posisi heated rod di kolom 2
Diketahui:
m = 104.9 gr = 0.1049 kg
L = 95 mm = 0.095 m
d = 12.4 mm = 0.0124 m
cp = 380 J/kg.K
A1 = L1 x πd
= 0.095 m x 3.14 x 0.0124 m
= 0.0037 m
M = - 0,00645 /s
m.c
- α = -2,3026 x xM
A1
J
0,1049 kg x 380 .k
kg
- α = -2,3026 x 0,0037 m2
x ( - 0,00645 /s)
- α = 160,0216 J/m2.s.K
28
c. Posisi heated rod di kolom 3
Diketahui:
m = 104.9 gr = 0.1049 kg
L = 95 mm = 0.095 m
d = 12.4 mm = 0.0124 m
cp = 380 J/kg.K
A1 = L1 x πd
= 0.095 m x 3.14 x 0.0124 m
= 0.0037 m
M = - 0,01048 /s
m.c
- α = -2,3026 x A1
xM
J
0,1049 kg x 380 .k
kg
- α = -2,3026 x 0,0037 m2
x (- 0,01048 /s)
- α = 260,0863 J/m2.s.K
d. Posisi heated rod di kolom 4
Diketahui:
m = 104.9 gr = 0.1049 kg
L = 95 mm = 0.095 m
d = 12.4 mm = 0.0124 m
cp = 380 J/kg.K
A1 = L1 x πd
= 0.095 m x 3.14 x 0.0124 m
= 0.0037 m
M = - 0,01049 /s
m.c
- α = -2,3026 x A1
xM
J
0,1049 kg x 380 .k
kg
- α = -2,3026 x 0,0037 m2
x (= - 0,01049 /s)
- α = 260,3242 J/m2.s.K
5. Penentuan Panas yang dibuang ke udara
𝑄 = α. A. ΔT
29
α = 207,9483 J/m2.s.K
A1 = L1 x πd
= 0.095 m x 3.14 x 0.0124 m
= 0.0037 m2
ΔT awal = 34,3 K
ΔT akhir = 2,3 K
ΔT = ΔT akhir - ΔT awal = -32 K
𝑄 = α. A. ΔT
30
𝑄 = 260,0863 J/m2.s.K x 0.0037 m2 x (-31,2) = -30,0243 J
31
LAMPIRAN B
RA DAN MSDS
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
LAMPIRAN C
DOKUMENTASI
45
Gambar C.3 Pemasangan Heated Rod pada Area Kerja
46