Kajian Muwatta' Imam Malik
Kajian Muwatta' Imam Malik
DOSEN PENGAMPU :
Dr. H. Zailani, M.Ag
DI SUSUN OLEH :
Ardi Mardiansyah
12130412587
Zainul Barry
12130412607
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur, mari kita ucapkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala, yang
mana Ia telah melimpahkan rahmat dan nikmatnya,baik nikmat umur,nikmat
kesehatan,sehingga dengan senantiasa kami menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“KAJIAN KITAB MUTTA’ IMAM MALIK”
Selanjutnya, mari kita hadiahkan sholawat beserta salam kepada Nabi junjungan
alam, yakni Nabi besar kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, semoga
dengan memperbanyak sholawat, kita bisa di beri syafaatnya di hari akhir kelak,
aamiin.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN........................................................................................................................4
Latar Belakang......................................................................................................................4
Rumusan Masalah................................................................................................................4
Tujuan Penulisan..................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..........................................................................................................................5
Biografi Dan Latar Intelektual Imam Malik...........................................................................5
B. Guru dan Murid Imam Malik............................................................................................6
C. Karya Imam Malik............................................................................................................9
D. Latar Belakang Penulisan Kitab al-Muwatta’.....................................................................9
E. Sistematika penyusunan kitab Al-Muwatta’....................................................................11
F. Pandangan Ulama Terhadap Kitab al-Muwatta’..............................................................17
BAB III.....................................................................................................................................20
PENUTUP................................................................................................................................20
Kesimpulan.........................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................21
3
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan
4
BAB II
PEMBAHASAN
Nama lengkapnya adalah al-Imam Abu Abdillah Malik bin Anas bin
Malik bin Abi ‘Amir bin Umar bin al-Ḥadith bin Ghaylan bin Hasyd bin Umar
bin al- Harith al-Ashbahi al-Himyari. Ia lahir di Madinah tahun 93 H./712 M,
berasal dari keturunan bangsa Arab dari desa Dzu Ashbah, sebuah desa di
pinggiran kota Himyar (daerah Yaman), dan beliau wafat pada tahun 179 H.1
Perlu dijelaskan bahwa, nama Anas bin Malik (ayah Imam Malik) itu
bukannya Anas bin Malik yang pernah menjadi sahabat dan pelayan Nabi kita
Muhammad saw. yang terkenal itu; karena Anas bin Malik ini (sahabat Nabi)
adalah bin Nadar bin Damdan bin Zaid al-Ansari al-Khazraji. Adapun Anas bin
Malik (ayah bagi Imam Malik) itu adalah bin Abi Amir bin Amr bin al-Haris| bin
Sa‘ad bin Auf bin Adi bin Malik bin Yazid. Ia (Anas) termasuk seorang tabi’in
(seorang Muslim yang hidup setelah sahabat Nabi), dan termasuk daripada
sahabat Nabi ialah Abu Amir (ayah bagi kakek beliau).2
Imam Malik merupakan Imam kedua dari keempat Imam fiqih yang
terkenal dalam Islam. Di antara keempat Imam fiqih ini dia paling terkenal.
Karena, kota Madinah al-Munawwarah tempat dimana beliau tinggal menjadi
faktor paling dominan dalam mempromosikan dirinya dan mazhabnya. 3
Imam Malik termasuk ulama dua zaman, ia lahir pada zaman Bani
Umayyah, tepatnya pada zaman pemerintahan al-Walid ‘Abdul Malik dan
1
Umi Sumbulah, Study Sembilan Kitab Hadis Sunni, (Malang, Uin Malang, 2013) h. 141.
2
Moenawar Chalil, Biografi Empat Serangkai Imam Mazhab (Cet. IX; Jakarta: Bulan Bintang,
1994), h. 84.
3
M. Hasan al-Jamal, Hayah al-A’immah, diterjemahkan oleh M. Khaled Muslim dengan judul
Biografi 10 Imam Besar (Cet. IV; Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2008), h. 31.
5
meninggal pada zaman Bani Abbas, tepatnya pada zaman Harun al-Rasyid. Ia
sempat merasakan masa pemerintahan Umayyah selama 40 tahun, dan masa
pemerintahan Bani Abbas selama 46 tahun.4
Semasa hidupnya, Imam Malik dapat mengalami dua corak pemerintahan,
Umayyah dan Abbasiyah di mana terjadi perselisihan hebat di antara dua
pemerintahan tersebut. Di masa itu pengaruh ilmu pengetahuan Arab, Persi, dan
Hindi (India) tumbuh dengan subur di kalangan masyarakat di saat itu. Ia dapat
juga melihat perselisihan antara pro-Abbasiyah dan pro-‘Alawiyyin dan juga
orang Khawarij, juga perselisihan antara golongan Syi‘ah dan golongan Ahlus-
Sunnah dan orang Khawarij.5
Imam Malik merupakan orang yang maju dalam masalah ilmu karena ia
sudah mulai menuntut ilmu dari sejak kecil ditambah dengan kemampuan
intelektualnya yang luar biasa, ia memiliki daya hafalan yang sangat kuat,
memiliki kecakapan akademik, cerdas daya pikirannya, tepat pandangannya,
analitis dan teliti dalam menggali hukum dari al-Qur’an dan Hadis, interpretasi
fiqihnya indah, relefantif dalam mengkorelasikan dalil-dalil nash terhadap tujuan-
tujuan syara’ dengan tetap menjaga kemaslahatan umum dan menghindari
timbulnya fitnah dan kerusakan. Dia seorang yang cerdik dalam memerinci dan
menginterpretasikan hukum yang dikeluarkan dari dalil-dalil pokok dan kulli,
yang ditunjukkan oleh dalildalil tersebut, berdasarkan illat-illat yang dinukil, atau
yang bisa diterima, yang akurasi kevaliditasannya benar-benar tak terbantah6
a. Guru-gurunya
4
Jaih Mubarok, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2000), h. 79.
5
Ahmad al-Syurbasi, Sejarah dan Biografi Imam Empat Mazhab terj. Sabil Huda ( Cet. II;
Jakarta: Bumi Aksara, 1993), h. 71-138.
6
Muhammad Alawi al-Maliki, Ilmu Ushul Hadis, terj. Adnan Qohar (Cet. II; Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2009), h. 251.
6
Sejak kecil atas dukungan orang tuanya, khususnya ibunya, Imam Malik
berguru kepada para ulama di Madinah. Ia tidak pernah berkelana keluar dari
Madinah kecuali ke Mekkah untuk menunaikan ibadah Haji. Karena, kota
Madinah pada masa itu adalah pusat Ilmu Pengetahuan Agama Islam, dan karena
di tempat inilah banyak tabi’in yang berguru dari sahabat-sahabat Nabi dan banyak
ulama dari berbagai penjuru dunia berdatangan untuk berguru dan bertukar
pikiran. Imam Malik pernah belajar kepada 700 orang guru, dan ada yang
menyatakan 900 orang guru, 300 di antaranya dari golongan tabi’in dan yang
lainnya dari kalangan tabi’ut tabi’in. Menurut Amin al-Khulli, di antara guru-guru
Imam Malik yang terkenal adalah:
1) Rabi‘ah al-Ra’yi bin Abi ‘Abdurrahman Furuh al-Madani (w. 136 H). Rabi’ah
al-Ra’yi adalah guru Imam Malik pada waktu kecil, Imam Malik banyak belajar
tentang ilmu akhlak, ilmu fiqih dan ilmu hadis padanya. Ada 12 riwayat hadis
yang diriwayatkan Imam Malik dari Rabi’ah al-Ra’yi, dengan perincian lima
musnad dan satu mursal.7
2) Ibnu Hurmuz Abu Bakar bin Yazid (w. 147 H). Imam Malik berguru padanya
selama 8 tahun dalam ilmu kalam, ilmu I‘tiqad dan ilmu fiqih. Ia mendapatkan 54-
57 hadis darinya.
3) Ibnu Syihab al-Zuhri (w. 147 H). Imam Malik meriwayatkan 132 hadis
darinya, dengan rincian 92 hadis musnad dan yang lainnya mursal.
4) Nafi’ ibn Surajis ‘Abdullah al-Jailani (w. 120 H). Dia adalah pembantu keluarga
‘Abdullah ibn Umar dan hidup sampai pada masa Khalifah Umar Ibn ‘Abdul
‘Aziz. Riwayat Imam Malik darinya adalah riwayat yang paling sahih sanadnya.
Imam Malik mendapat 80 hadis lebih dari Nafi’.
7
Amin al-Khulli, Malik bin Anas (Beirut: Dar al-Fikr, t.th), h. 65.
7
5) Ja‘far Sadiq ibn Muhammad ibn ‘Ali al-Husain ibn Abu Talib al-Madani (w.
148 H). Beliau adalah salah seorang imam, ahlul bait, dan ulama besar. Imam
Malik berguru fiqih dan hadis kepadanya dan mengambil sembilan hadis darinya
dalam bab manasik.8
6) Muhammad ibn al-Munkadir ibn al-Hadiri al-Taimy al-Quraisyi (w. 131 H).
Beliau adalah saudara dari Rabi‘ah al-Ra’yi, ahli fiqih Hijaz dan Madinah, ahli
hadis dan seorang qari’ yang tergolong sayyidat al-qura’.
Para guru Imam Malik, selain daripada enam orang yang tersebut di atas, ada juga
yang lain diantaranya: Ibrahim bin Abi Ablah al-Uqaili (w. 152 H), Ja’far bin
Muhammad bin ‘Ali (w. 148 H), Isma‘il bin Abi Hakim al-Madani (w. 130 H),
Saur bin Zaid al-Daili (w. 135 H), Humaid bin Abi Humaid al-Ta’wil (w. 143 H),
Daud al-Hasin al-Amawi (w. 135 H), Hamid bin Qais al-A‘raj (w. 139 H), Zaid
bin Aslam al-Madani (w. 136 H), Zaid bin Abi Anisah (w. 135 H), Salim bin Abi
Umayyah al-Quraisi (w. 129). Inilah diantara para guru Imam Malik, yang dari
antara mereka itu hingga kini masih tercatat dalam kitab-kitab hadis sebagai
perawi hadis.
b. Murid-muridnya
8
Muhammad Hamid Husain, Kitab al-Muwatta’, ‚Muqaddimah, (Dar Kutub al-Islamiyyah,
t.th), h. ba’-jim
8
2) Dari kalangan Tabi’it-tabi’in adalah al-Zuhri, Ayyub al-Syakhtiyani, Abul
Aswad, Rabi‘ah ibn ‘Abd al-Rahman, Yahya ibn Said al-Ansari, Musa ibn
‘Uqbah, dan Hisyam ibn ‘Urwah.
3) Bukan Tabi’in: Nafi’ ibn Abi Nu‘aim, Muhammad ibn Aljan, Salim ibn Abi
‘Umayyah, Abu al-Nadri, Maula Umar ibn Abdullah, al-Syafi‘i, dan ibn
Mubarak.9
9
Ibn Hajar al-Asqalani, Tahzib al-Tahzib, Juz x (Beirut: Dar al-Fikr, 1994), h. 5-6.
9
metode nash di satu sisi dan rasio di sisi yang lain, telah melahirkan pluralis yang
penuh konflik.
Dan alasan kenapa kitab ini dinamakan dengan nama muwatta’ adalah
sebelum kitab itu disebarluaskan kepada umat, Imam Malik terlebih dahulu
menyodorkan karyanya ini dihadapan 70 orang para ulama fiqih Madinah dan
mereka menyepakatinya. Dalam sebuah riwayat al-Suyuti menyatakan: ‚Imam
Malik berkata: Aku mengajukan kitabku ini kepada 70 ahli fiqh madinah, mereka
semua setuju denganku atas kitab tersebut dan berkata: ‚Fawatauni ‘alaih (mereka
sependapat denganku), maka aku namai dengan Muwatta’ (yang disepakati)10
Kitab ini disusun selama hampir dari 40 tahun pada abad kedua, tepatnya
137 H – 170 H, dan Imam Malik selalu merevisi kitabnya sehingga jumlah
hadisnya
10
Muhammad Muhammad Abu Zahwu, al-Hadis wa al-Muhaddis|un,(Kairo: al-Maktabah al-
10
Salafiyah, t. th.), h. 246. Lihat juga Mahmud al-Tahan, h 137.
11
juga ikut berkurang yang semula berjumlah 10.000 hadis tinggal 1000 lebih hadis
saja, dan itupun termasuk yang musnad dan tidak musnad11
1. Deskripsi Kitab
11
Moenawar Chalil, Biografi Empat Serangkai Imam Mazhab (Cet. IX; Jakarta: Bulan Bintang,
1994), h. 142
12
Muhammad Muhammad Abu Zahwu, al-Hadis wa al-Muhaddis|un,(Kairo: al-Maktabah al-
Salafiyah, t. th.), h. 246. Lihat juga Mahmud al-Tahan, h 137.
12
terbit.Jilid pertama terdiri dari 439 halaman, pada awal penulisan belum masuk ke
pokok pembahasan tapi muqaddimah dari pentahqiqnya. Di dalam Muqaddimah
itu berisi bioografi Imam Malik secara singkat yang dilanjutkan dengan
pembahasan tentang kitabnya. Pembahasan pokok tentang hadis-hadisnya dimulai
dari halaman 3 sampai halaman 426 dan diakhiri dengan daftar isi untuk jilid satu.
Jilid kedua terdiri dari 651 halaman, pokok pembahasan hadis dimulai dari
halaman 443 sampai halaman 1004, pada akhir pembahasan berisi miftah al-
muwatta’ dan daftar isi untuk jilid dua.
2. Sistematika Kitab
13
Selanjutnya akhir dari pembahasan dalam pembukaan al-Muwatta’ adalah
sejarah kehidupan Imam Malik yang mencakup guru dan muridnya,
kecintaannya kepada hadis serta pemeliharaannya, Tentang kitabnya yang
mencakup riwayat hadis yang diterima dan periwayatan al-Muwatta’ sampai
keluar daerah Madinah.
3. Isi Kitab
a. Ibn Habbab yang dikutip Abu Bakar al-A‘rabi dalam Syarah al-Tirmizi
menyatakan ada 500 hadis yang disaring dari 100.000 hadis.
d. Abu al-Hasan bin Fahr dalam ‚Fadail‛ mengatakan ada 10.000 hadis dalam
kitab al-Muwatta’.
13
1Lihat Jalaluddin ‘Abdurrahman ibn Abi Bakar al-Suyuti, Tanwir al-Hawalik Syarah ‘ala
Muwatta’ Malik, Juz I (Beirut: Dar Ihya Kutub al-‘Arabiyyah, t. th.), h. 9.
14
e. Arnold John Wensinck menyatakan dalam al-Muwatta’ ada 1612 hadis.14
hadis musnad, 300 lebih hadis mursal, 70 hadis lebih yang tidak diamalkan
Imam
1) Naskah Yahya bin Yahya al-Masmudi al-Andalusi (w. 204 H). Beliaulah
yang pertama kali mengambil al-Muwatta’ dari Yazid bin ‘Abdurrahman bin
Ziyad al-Lahmi (al-Busykatun) dan pembawa mazhab Maliki di Andalusia.
14
2Lihat Arnold John Wensinck, Miftah Kunuz al-Sunnah, terj. Muhammad Fu’ad ‘Abdul Baqi
(Lahore: Suhail, 1981), h. lam-mim
15
Lihat M. Syuhudi Ismail, Cara Praktis Mencari Hadis (Jakarta: Bulan Bintang, 1991), h.
82-83.
15
2) Naskah Ibn Wahb (w. 197 H).
3) Naskah Abu ‘Ubaidillah Abd al-Rahman bin al-Qasim ibn Khalid al-Misri
(w. 191 H).
9) Naskah Abu Mas‘ab Ahmad bin Abu Bakar al-Qasim al-Zuhri (w. 242 H)
12) Naskah Suwaid ibn Zaid Abi Muhammad al-Harawi (w. 240 H).
16
ketika dihadapkan pada pertanyaan apakah kitab al-Muwatta’ ini kitab fiqih
saja, kitab hadis saja atau kitab fiqih dan hadis sekaligus.
4. Kitab Syarahnya
a. Abu Marwan bin ‘Abdul Malik bin Habib al-Maliki (w. 239 H).
16
Abu Zahwu,. Lihat juga al-Zahabi, Siyar Alam al-Nubala, juz VIII (Beirut: Muassasah al-
Risa>lah, 1990), h. 48.
17
d. Kasyf al-Mugti fi Syarh al-Muwatta’ karya Jalaluddin al-Suyuti (w. 911 H).
f. Al-Muntaqa karya Abu al-Walid Sulaiman bin Khalaf al-Baji (w. 474).
1. Pandangan Ulama
Kata ulama berasal dari bahasa Arab yang berbentuk isim fa‘il dari kata
‘alima17 berarti mengetahui. Jadi, ‘ulama’ adalah orang mempunyai
pengetahuan.Ulama hadis yang di maksud di sini juga berarti Muhaddis artinya
menceritakan, yang mengabarkan. Muhaddis| yang dimaksud adalah:
a. Orang yang mengetahui sanad, ‘illat hadis, nama-nama rawi dan hafal
banyak matan, menguasai kitab yang enam serta kitab-kitab hadis yang lain
baik kitab hadis Riwayah maupun kitab hadis Dirayah.
b. Orang yang bekerja dalam urusan hadis yang berhubungan dengan riwayat
dan dirayat serta mengetahui banyak tentang keadaan dan kualitas rawi.
c. Orang yang hafal banyak hadis serta mengetahui pujian dan celaan bagi
rawi- rawi.
d. Bisa juga disebut Asari, dalam pandangan Salaf sama dengan hafiz.
17
Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir (Surabaya: Pustaka Progresif, 1999), h.
965.
1
Ulama hadis yang menilai Imam Malik diantaranya ialah:
1) Al-Syaf‘i berkata ‚Di dunia ini tidak ada kitab setelah al-Qur’an yang lebih
sahih daripada kitab Malik.
2) Al-Hafiz al-Muglayati al-Hanafi: ‚Buah karya Malik adalah kitab sahih yang
pertama kali.
3) Ibnu Hajar berkata: ‚Kitab Malik sahih menurut Malik dan pengikutnya’.
7) Menurut Sa‘id Ilham18: ‛kitab al-Muwatta’ Imam Malik merupakan kitab yang
mempunyai kekuatan dari segi hadis-hadisnya karena berasal dari ahli hadis Hijaz
yang merupakan pusat perkembangan hadis dan terkenal kuat dari segi sanad dan
matan.
8) Menurut Abu Zahwu19 ‛Kitab al-Muwatta’ merupakan kitab hadis yang sahih
pada zamannya dan bagi para pengikutnya, walaupun isinya banyak yang mursal,
munqati’ dan mu‘dal, tapi ada yang ditemukan sanadnya di luar Muwatta’
sehingga hadis-hadisnya menjadi muttasil‛.
18
Yang menta’liq al-Muwatta’ .Lihat Sa‘id Ilham, al-Muwatta’ ,(Beirut: Dar al-Fikr, 1989),
h. 6.
19
Muhammad Muhammad Abu Zahwu, Al-Hadis wa al-Muhaddisun, (Kairo: al-Maktabah al-
Salafiyah, t.t.h), h. 258
1
Para ulama yang menganggap kitab al-Muwatta’ merupakan kitab hadis
paling sahih adalah ulama yang hidup antara abad II dan III Hijriah, yang mana pada
saat itu belum ada kitab Sahih al-Bukhari. Sedangkan ulama yang hidup abad IV
Hijriah dan seterusnya mengatakan bahwa Sahih al-Bukharilah kitab hadis paling
sahih setelah al- Qur’an menurut kesepakatan mereka.
2
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kitab al- Muwaṭṭa’ Imām Mālik disusun atas dasar bab-bab fiqih. Namun
demikian, kitab ini juga memuat hadis hadis yang membahas persoalan di luar fiqih,
namun dengan komposiusi yang sangat sedikit. Hal ini memberi kemudahan bagi
para pembaca dan pencari hadis yang berkaitan dengan masalah-masalah tertentu. Di
dalam al- Muwaṭṭa’ Imām Mālik terdapat hadis-hadis yang mursal, munqaṭi’ dan
mu’ḍal namun bukan berarti hadis-hadis tersebut ḍa’īf semuanya karena lewat jalur
lain hadis-hadis itu muttashil. Hal itu dapat dipahami karena Imām Mālik masih dekat
zamannya dengan nabi Muhammad SAW dan kebutuhan kepada sanad tidak seperti
zaman berikutnya. Kitab al- Muwaṭṭa’ yang berisikan.
riwayat hadis dari ashḥāb al-Madīnah dan berorientasi kepada hukum fiqih,
sangat baik kita gunakan untuk melihat hukum fiqih dan perkembangannya di
kalangan para sahabat dan tābi’īn. Kelebihan al-Muwaṭṭa’ terletak pada susunan
tematiknya, sehingga menjadi model bagi himpunan hadis sesudahnya, seperti Shaḥīh
Bukhārī dan Muslim. Adapu di antara kelemahan al- Muwaṭṭa’ adalah terbatasnya
secara kuantitas hadis-hadis yang terhimpun di dalamnya, jika dibandingkan dengan
kebutuhan umat akan petunjuk hidup beragama, sehinggta kehadiran al-Kutub al-
Sittah dan kitab hadis lainnya sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya, menjadi
penting adanya demi memenuhi referensi keberagamaan umat Islam
2
DAFTAR PUSTAKA
2
Muhammad Abu Zahwu, Al-Hadis wa al-Muhaddisun, (Kairo: al-Maktabah
al-Salafiyah, t.t.h), h
Sa‘id Ilham, al-Muwatta’ ,(Beirut: Dar al-Fikr, 1989),
Umi Sumbulah, Study Sembilan Kitab Hadis Sunni, (Malang, Uin Malang, 2013)