Anda di halaman 1dari 9

GURINDAM 12 KARYA RAJA ALI HAJI PASAL 1 (BAIT 1-2)

“Barang siapa tiada memegang agama

Sekali-kali tiada dibilangkan nama”

Oleh: Zainul Barry

Email: zainulbarry9@gmail.com

Abstrak

Raja Ali Haji (1809-1870) adalah seorang penyair Melayu kelahiran Pulau
Penyengat, Riau. Karyanya yang paling populer di kalangan penyair nusantara adalah
Gurindam Dua Belas yang diadopsi dari teks ajaran Islam: Al-Qur'an dan Hadis.
Gurindam Dua Belas berisi ajaran hakiki Islam seperti Iman, Islam, dan Ihsan yang
menurutnya sama dengan Akhlak dan Mu'amalah Duniawiyah.

Kata kunci

Gurindam, Raja Ali Haji, tiada memegang agama, tiada dibilangkan nama.
A. Pendahuluan

Raja Ali Haji merupakan seorang sastrawan dan Pahlawan Nasional dari
Pulau Penyengat, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Gurindam ini ditulis dan
diselesaikan di Pulau Penyengat, pada tanggal 23 Rajab 1264 Hijriyah atau 1847
Masehi, pada saat Raja Ali Haji berusia 38 tahun.

Gurindam 12 tersebut diterbitkan pada tahun 1854, dalam Tijdschrft van het
Bataviaasch Genootschap No. II, Batavia, dengan huruf Arab dan diterjemahkan
dalam Bahasa Belanda oleh Elisa Netscher.

Karya ini terdiri dari 12 pasal dan dikategorikan sebagai Syi'r al-Irsyadi atau
puisi didaktik, karena berisikan nasihat dan petunjuk menuju hidup yang diridai
oleh Allah subhanahu wata’ala. Selain itu,ada juga pelajaran dasar Ilmu Tasawuf
tentang mengenal ‘yang empat’, yaitu syari'at, tarekat, hakikat, dan makrifat.

Namun pada tulisan ini penulis hanya ingin mencoba menjelaskan bait satu
dan dua yang ada pada pasal satu dari gurindam 12.
B. Pembahasan
“Barang siapa tiada memegang agama
Sekali-kali tiada dibilangkan nama”

Setiap manusia harus memiliki agama karena agama sangat penting bagi
kehidupan manusia, orang yang tidak mempunyai agama akan buta arah
menjalankan hidupnya.

Agama adalah nasihat yang akan mengarahkan ke jalan mana kaki


kehidupan ini dilangkahkan. Agama adalah kekuatan spiritual yang diyakini para
pemeluknya akan dapat memenuhi kebutuhan rohani umat manusia. Agama, bila
diyakini dan dihayati sepenuh hati dengan mengedepankan kepasrahan kepada
Tuhan sebagai inti keberagaman tanpa harus terpaku pada bentuk formalnya akan
membuat selamat pemeluknya dan menyelamatkan orang lain. Agama dalam hal
ini bisa saja berarti spiritualitas, dimana dengannya akan membuat orang lebih kuat
bertahan hidup, kuat menghadapi berbagai cobaan karena ada sangkaan kuat
(keyakinan) bahwa bagi orang yang beriman, Tuhan selalu bersamanya. Agama
memang selalu diterima dan dialami secara subjektif oleh masing-masing
penganutnya. Oleh karena itu, definisi agama oleh setiap orang tentunya sesuai
dengan pengalaman dan penghayatannya terhadap keyakinan yang dianut tersebut.

Kita sebagai umat muslim harus meyakini bahwasanya islam adalah satu
satunya agama yang di terima dan di ridhoi oleh Allah Subhanahu wata’ala, karena
Allah berfirman sebagaimana dalam surat Ali Imran ayat 19:

ِ ‫إِ َّن ٱ‬
‫لدين ِعند ٱ َّّللِ ٱإِْل إس َٰلم‬

Artinya: Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.

Dalam surat Ali imran juga ayat 85 Allah berfirman

ِ ‫ومن ي ب ت ِغ غْي ٱإِْلس َٰل ِم ِدينًا ف لن ي إقبل ِمإنه وهو ِِف ٱ إلء‬
‫اخرِة ِمن ٱ إلَٰ ِس ِرين‬ ‫إ إ إ‬
Artinya: Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah
akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang
yang rugi.

C. Hadits terkait
Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

‫حدَّث نا ُم َّمد بإن عبَّ ٍاد الإم ِك ُّي حدَّث نا س إفيان قال ق إلت لِسهإي ٍل إِ َّن ع إمًرا حدَّث نا ع إن الإق إعق ِاع‬

‫ع إن أبِيك قال ورج إوت أ إن ي إس ِقط ع ِّن رج ًًل قال ف قال َِس إعته ِم إن الَّ ِذي َِسعه ِمإنه أِِب كان‬

‫َّام ُثَّ حدَّث نا س إفيان ع إن سهإي ٍل ع إن عط ِاء بإ ِن ي ِزيد ع إن َتِي ٍم الدَّا ِر ِي‬
ِ ‫ص ِدي ًقا له ِِبلش‬

‫ّلل ولِ ِكتابِِه ولِرسولِِه وِِلئِ َّم ِة‬


َِِّ ‫َّصيحة ق إلنا لِمن قال‬
‫إ‬
ِ ‫اّلل علي ِه وسلَّم قال‬
ِ ‫الدين الن‬
‫َِّب صلَّى َّ إ‬
َّ ِ‫أ َّن الن‬
‫الإم إسلِ ِمني وع َّامتِ ِه إم‬

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abbad al-Makki, telah
menceritakan kepada kami Sufyan -dia berkata, saya berkata kepada Suhail- bahwa
Amru menceritakan kepada kami dari al-Qa'qa' dari bapakmu dia berkata, dan aku
berharap agar satu perawi jatuh dariku, Amru berkata, "Lalu al Qa'qa' berkata,
"Saya mendengarnya dari orang yang yang bapakku pernah mendengar darinya -
dia adalah temannya di Syam-. Kemudian telah menceritakan kepada kami Sufyan
dari Suhail dari Atha' bin Yazid dari Tamim ad-Dari bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam pbersabda, "Agama itu adalah nasihat." Kami bertanya, "Nasihat untuk
siapa?" Beliau menjawab, "Untuk Allah, kitab-Nya, rasul-Nya, dan para pemimpin
kaum muslimin, serta kaum muslimin seluruhnya."
Faedah hadits:
1. Nasihat bagi Allah mencakup 2 hal, yaitu:
• Mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah.
• Bersaksi bahwa Allah itu Esa dalam rububiyah, uluhiyyah, juga dalam
nama dan sifat-Nya.
2. Nasihat bagi kitab Allah mencakup:
• Membela Al-Qur’an dari yang menyelewengkan dan mengubah
maknanya.
• Membenarkan setiap yang dikabarkan tanpa ada keraguan.
• Menjalankan setiap perintah dalam Al-Qur’an.
• Menjauhi setiap larangan dalam Al-Qur’an.
• Mengimani bahwa hukum yang ada adalah sebaik-baik hukum, tidak
ada hukum yang sebaik Al-Qur’an.
• Mengimani bahwa Al-Qur’an itu kalamullah (firman Allah) secara
huruf dan makna, bukan makhluk.
3. Nasihat bagi rasul-Nya mencakup:
• Ittiba’ kepada beliau, mengikuti setiap tuntunan-Nya.
• Mengimani bahwa beliau adalah utusan Allah, tidak mendustakannya,
beliau adalah utusan yang jujur dan dibenarkan.
• Menjalankan setiap perintah beliau.
• Menjauhi setiap larangan beliau.
• Membela syari’atnya.
• Mengimani bahwa segala sesuatu yang datang dari beliau sama seperti
yang datang dari Allah dalam hal mengamalkannya.
• Membela Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika hidup dan ketika
beliau telah tiada, termasuk pula membela ajaran beliau.
4. Nasihat kepada ulama kaum muslimin mencakup:
• Mencintai mereka.
• Menolong mereka dalam menjelaskan kebenaran seperti dengan
menyebarkan tulisan dan karya para ulama.
• Membela kehormatan mereka.
• Meluruskan kesalahan mereka dengan cara yang baik.
• Mengingatkan mereka dalam kebaikan dengan mengarahkan cara yang
pas ketika menyampaikan dakwah kepada yang lain.
5. Nasihat kepada penguasa mencakup:
• Meyakini mereka adalah pemimpin.
• Menyebarkan kebaikan-kebaikan mereka kepada rakyat sehingga
membuat rakyat mencintainya dan ia bisa menjalankan kepemimpinan
dengan baik. Hal ini jauh berbeda jika yang disebar adalah aib-aib
penguasa.
• Menjalankan perintah dan menjauhi setiap hal yang dilarang dari
penguasa selama bukan dalam rangka bermaksiat kepada Allah karena
tidak boleh ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada
Allah. Sedangkan kalau maksiat itu dilakukan oleh diri penguasa itu
sendiri (mereka zalim), tetaplah mereka ditaati dalam perintahnya,
bukan dalam mengikuti maksiat yang mereka lakukan.
• Menutup aib mereka sebisa mungkin, bukan mudah-mudahan
menyebarnya. Namun tetap ada nasihat langsung kepada mereka atau
lewat orang-orang yang dekat dengan mereka, tanpa mesti diketahui
orang banyak.
• Tidak boleh memberontak kepada mereka kecuali melihat ada
kekufuran yang nyata dengan dalil pasti dan ada kemaslahatan yang
besar.
6. Nasihat bagi sesama muslim
Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Menasihati sesama muslim (selain
ulil amri) berarti adalah menunjuki berbagai maslahat untuk mereka yaitu
dalam urusan dunia dan akhirat mereka, tidak menyakiti mereka, mengajarkan
perkara yang mereka tidak tahu, menolong mereka dengan perkataan dan
perbuatan, menutupi aib mereka, menghilangkan mereka dari bahaya dan
memberikan mereka manfaat serta melakukan amar ma’ruf nahi mungkar.” (Al-
Minhaj Syarh Shahih Muslim, 2:35).
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata
bagaimanakah cara menasihati sesama muslim, maka beliau katakan hal itu
sudah dijelaskan dalam hadits Anas, “Tidaklah sempurna iman seseorang di
antara kalian sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya
sendiri.” Kata Syaikh Ibnu ‘Utsaimin, “Nasihat adalah engkau suka jika
saudaramu memiliki apa yang kau miliki. Engkau bahagia sebagaimana engkau
ingin yang lain pun bahagia. Engkau juga merasa sakit ketika mereka disakiti.
Engkau bermuamalah (bersikap baik) dengan mereka sebagaimana engkau pun
suka diperlakukan seperti itu.” (Syarh Riyadh Ash-Shalihin, 2:400)
D. Kesimpulan

Setiap manusia harus memiliki agama karena Agama adalah nasihat yang akan
mengarahkan seseorang ke jalan yang benar dan mencapai tujuan hidup, orang yang
tidak mempunyai agama akan buta arah menjalankan hidupnya. Agama dalam hal ini
bisa saja berarti spiritualitas, dimana dengannya akan membuat orang lebih kuat
bertahan hidup, kuat menghadapi berbagai cobaan karena ada sangkaan kuat
(keyakinan) bahwa bagi orang yang beriman, Tuhan selalu bersamanya.
DAFTAR PUSTAKA

https://journal.uinjkt.ac.id/index.php/al-turats/article/download/4198/2959

http://etheses.uin-malang.ac.id/5072/1/11110034.pdf

https://rumaysho.com/17481-hadits-arbain-07-agama-adalah-nasihat.html

Anda mungkin juga menyukai