Fiqih 9
Fiqih 9
SEPUTAR AQIQAH
Dosen Pengampu: Drs. M. RAFIQ, M.Ag.
Kelompok 2
Kelas 2 D PAI
1. Duta Anggoro (201220098)
2. Devi Oktafiana (201220121)
3. Rofilia Wati Harahap (201220126)
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Engkaulah Tuhan semesta alam yang akan
meninggikan derajat orang-orang yang diberikan pengetahuan. Tuhan yang Maha
mengetahui, membimbing kesadaran untuk berproses dan selalu berminat dalam
pembelajaran dengan dorongan menuntut ilmu (fiqih) dengan kecerdasan. Allah
SWT berfirman “waqul rabbi sini ilmaan warzuqni fahman”. Shalawat dan salam
selama tercurahkan kepada junjungan yang mulia nabi Muhammad SAW beserta
keluarganya, dan teman-temannya yang mengemban misi pendidikan - sabda
beliau “man yuridillahu bihi khairan yafaqqu fi-din. Dan selalu berdo’a Ya Allah
berikanlah pemahaman tentang agama (islam). Juga kepada mahasiswa-
mahasiswa dianugrahi makna ilmu dan pengamalan, serta pendaki jalan
keberhasilan mencapai cita-citanya. Dengan izin dan kehendak-Nya, presentasi
makalah Seputar Aqiqah lokal 2 D Pendidikan Agama Islam, merupakan bagian
dari rencana RPS Fiqih 1. Untuk diketahui disertai pahaman, agar berguna dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian ada semangat selama proses
pembelajaran 2 D PAI ini, dengan pendekatannya studen cente.
ii
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iv
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH...................................................................................1
1.3 TUJUAN............................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
2.1 Dasar Hukum Aqiqah.........................................................................................3
2.2 Waktu Melaksakan Aqiqah................................................................................5
2.3 Sunat-Sunat Aqiqah............................................................................................5
BAB III..............................................................................................................................8
PENUTUP.........................................................................................................................8
3.1 Kesimpulan........................................................................................................8
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ialah:
1. Untuk mengetahui bagaimana hukum aqiqah.
1
2. Untuk mengetahui kapan waktu untuk melaksankan aqiqah.
3. Untuk mengetahui apa saja sunat-sunat aqiqah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
“Dari Ibnu Abbas radhiyallahu‟anhu bahwa Nabi SAW, beraqiqah untuk Hasan
dan Husein masingmasing seekor kambing kibas”. (HR. Abu Dawud, hadis ini
shahih menurut Ibnu Khuzaimah, Ibnu Jarud, dan Abdul Haq, namun Abu Hatim
lebih menilainya hadis mursal).
Mayoritas ulama menyebutkan bahwa hadis di atas menunjukkan bahwa
aqiqah hukumnya sunnah muakkadah yang dikukuhkan oleh Nabi SAW melalui
sabda dan perbuatan beliau,yakni beliau mengaqiqahi Hasan dan Husain
radhiyallahu‟anhuma. Mereka juga mengatakan bahwa perintah dalam hadis
Aisyah radhiyallahu‟anha “Bahwa Rasulullah SAW memerintahkan mereka,” itu
berarti anjuran, bukan wajib.
Dalam hadis disebutkan dari „Amr bin Syu‟aib, dari bapaknya, dari
kakeknya radhiyallahu‟anhu yang Artinya: Nabi SAW, ditanya tentang aqiqah.
Beliau menjawab, “Aku tidak suka uquq ‟ (kedurhakaan).”sepertinya beliau tidak
suka istilah ini. Mereka katakan,” Wahai Rasulullah, yang kami tanyakan adalah
tentang salah satu dari kami yang baru mendapat anak.”
Beliau bersabda, “Barang siapa yang mendapatkan anak lalu ingin
melakukan ritual penyembelihan hewan untuk anaknya, silahkan melakukannya”,
untuk anak laki-laki dua ekor kambing dan anak perempuan satu ekor”.
Aqiqah hukumnya wajib. Ini adalah pendapat para ulama penganut paham
Zhahiriyah yang dipelopori oleh Dawud bin Ali al-Aslami dan Abu Zinad
3
radhiyallahu‟anhuma yang berasala dari kalangan sahabat. Ini juga merupakan
pendapat al-Hasan al-Basri dengan catatan bahwa kewajibannya hanya untuk anak
laki-laki, tanpa anak perempuan.35 Kewajiban aqiqah juga merupakan salah satu
riwayat dalam pendapat imam Ahmad dan diikuti oleh sekelompok ulama
penganut Mazhab Hanbali.
Para Ulama bermazhab Zhahiriyah menyatakan aqiqah hukumnya wajib
berdasarkan argumentasi sebagai berikut: berargumentasi pada hadis „Amr bin
Syu‟aib dari bapaknya, dari kakeknya radhiyallahu‟anhu: yang artinya:
“Bahwasanya Nabi SAW, memerintahkan untuk memberi nama bayi pada hari
ketujuh kelahirannya, membersihkan kotoran darinya dan menyembelih hewan”.
H.R Tirmidzi Penjelasan dari hadis di atas, bahwasanya di dalam hadis ini
terdapat perintah Rasulullah SAW, untuk melakukan aqiqah dan pada dasarnya
setiap perintah adalah wajib.
Pendapat para Ulama Mazhab Hanafi. Terdapat perbedaan pendapat
dalam mazhab mereka seputar hukum aqiqah. Namun apabila dikaji lebih
mendalam maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa dalam Mazhab mereka
tentang masalah terdapat tiga pendapat yang berbeda. Diantaranya:
a) Hukumnya sunnah, boleh dilakukan boleh ditinggalkan. Pendapat ini
secara umum sesuai dengan pendapat mayoritas ulama.
b) Hukumnya mubah, ini adalah pendapat al-Manbaji, dinukil oleh Ibnu
Abidin dari Jami‟ al-Mahbubi. Mereka berargumentasi dengan hadis
„Amr bin Syu‟aib dari bapaknya dari kakeknya, dalam hadis itu
disebutkan yang artinya: “Barang siapa yang mendapat anak lalu ingin
melakukan ritual penyembelihan hewan untuk anaknya, silahkan
melakukannya” Selain itu, pensyaratan qurban telah menghapuskan
seluruh syarat penyembelihan sebelumnya termasuk aqiqah.
c) Hukumnya makruh. Karena ritual ini mansukh. Pendapat ini dinukilkan
dari muhammad ibnu Hasan sejawat Abu Hanifah. Dia katakan, “Tentang
aqiqah, telah sampai berita kepadakami bahwa ritual tersebut dilakukan di
zaman jahiliyah. Di masa islam juga pernah dilakukan, kemudian ritual
qurban menasakh (menghapus) hukum setiap sembelihan sebelumnya”.
4
d) Aqiqah hukumnya wajib pada tujuh hari kelahiran.
e) Aqiqah dilaksanakan hanya untuk anak laki-laki, tidak untuk anak
perempuan.
5
َالَّلُهَّم َفِّقُّه ِفي الِّدْيِن َو َع ِّلْم ُه الَّتْأِو ْيَل
Allahumma faqqihhu fiddin wa a’llimhuttakwil.
Maksudnya: “Ya Allah, berilah kefahaman kepadanya dalam urusan agama dan
ajarkannya Takwil (tafsir al-Quran).”
2. Daging dimasak dahulu
Berbeda dengan ibadah korban yang mana agihan daging korban adalah secara
mentah, kita disunatkan untuk memasak daging aqiqah dahulu. Malah, sunat juga
memasak daging sembelihan berikut dalam masakan yang manis. Hal ini adalah
untuk bertafa’ul ataupun mengharapkan agar anak yang diaqihkan itu membesar
dengan perangai yang elok serta budi pekerti yang luhur.
3. Bersedekah
Sunat untuk kita menyedekahkan kaki kanan haiwan aqiqah kepada bidan
yang menyambut bayi. Malah, kita dituntut untuk bersedah daging aqiqah yang
dimasak tadi kepada golongan fakir miskin. Sama ada masakan tadi dihantar
kerumah mereka ataupun mereka dijemput hadir untuk menjamu selera di majlis
aqiqah anak.
4. Mengkhatankan bayi
Sekali gus ketika majlis aqiqah dilaksanakan, ianya juga sunat jika bayi itu
dikhatankan. Terdapat hadis yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dari pada Aisyah
RA: “Bahawasanya Nabi sallallahu ‘alayhi wasallam mengkhatankan Hassan dan
Hussain pada hari ketujuh dari hari kelahiran mereka.”
5. Cukur jambul
Menurut sunnah Rasulullah SAW, rambut bayi dicukur pada hari ketujuh.
Apabila dicukur, cukur sehingga habis terus rambut bayi. Kemudian, lumur
sedikit kepala bayi dengan air Za’faran agar rambut bayi dapat tumbuh sekata.
Timbanglah cukuran rambut bayi berikut dan sedekahlah mengikut harga semasa
emas atau perak.
6. Menamakan bayi
Pada saat aqiqah dilaksanakan keatas bayi yang dilahirkan ini, sunat untuk
menamakan bayi dengan nama yang baik dan indah.
Berdasarkan sabda Baginda SAW daripada Samurah RA:
6
اْلُغ َالُم ُم ْر َتَهٌن ِبَعِقيَقِتِه ُيْذ َبُح َع ْنُه َيْو َم الَّساِبِع َو ُيَسَّم ى َو ُيْح َلُق َر ْأُسُه
Maksudnya: “Bayi itu tertebus dengan akikahnya. Disembelih akikah pada hari
yang ketujuh kelahirannya, diberikan nama dan dicukur rambutnya”.
– Riwayat Abu Daud (1522)
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kita ambil dari penjelasan di atas adalah
Aqiqah adalah sebuah ritual dalam islam yan dilakukan untuk menyambut
kelahiran bayi. Hukumnya sunnah, boleh dilakukan boleh ditinggalkan. Pendapat
ini secara umum sesuai dengan pendapat mayoritas ulama. Pelaksanaan aqiqah
pendapat dari imam ahmad bin hanbal. Menurut beliau, pelaksanaan aqiqah terjadi
pada hari ke-7. Jika tidak bisa dilakukan pada hari itu, maka dilakukan pada hari
ke-14 usia bayi Jika tidak bisa dilakukan pada hari itu, maka dilakukan pada hari
ke-14 usia bayi. Jika tidak bisa juga di hari itu, dilakukan pada hari ke-21. Namun,
bagi Syayyid Sabiq, tanggal 20 diganti dengan tanggal 21. Bahkan ia juga
menambahkan jika tidak juga dilaksanakan pada hari itu karena faktor ekonomi,
maka boleh aqiqah dilakukan pada hari keberapapun tidak mesti hari itu.
8
DAFTAR PUSTAKA