Issue Etik Moral Dan Pengambilan Keputusan Dalam Pelayanan Kebidanan P
Issue Etik Moral Dan Pengambilan Keputusan Dalam Pelayanan Kebidanan P
Oleh:
•frada selvia
•syaidatul faizah
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat, taufik serta hidayah-NYA
kepada semua makhluk-NYA. Tidak lupa pula sholawat serta salam penulis haturkan kepada
junjungan kita semua yakni nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya dari
zaman yang buta akan pengetahuan menuju zaman yang penuh dengan segala macam dan bentuk
penetahuan.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen Pengajar yang telah membimbing
dalam menyelesaikan makalah ini dan semua pihak yang telah membantu baik secara langsung
maupun tidak langsung, sehingga penyusunan makalah ini dapat selesai pada waktunya. Semoga
Allah SWT memberikan balasan yang setimpal. Amin.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu
kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Penulis berharap, makalah ini bisa memberi dampak yang positif, dan memberikan pelajaran
yang bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan pembaca pada umumnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Pemahaman mengenai etika dan kode etik kebidanan sangat penting diketahui
oleh para bidan maupun calon bidan. Hal ini sangat penting disadari karena masyarakat
semakin kritis dalam memandang kualitas pelayanan kebidanan, termasuk pula
ketidakpuasan dalam pelayanan. Perkembangan teknologi informasi juga memunculkan
situasi yang membutuhkan respon etik. Oleh karena itu pemahaman mengenai etika dan
kode etik dibutuhkan agar dapat membentuk sikap dan prilaku professional bidan dalam
melakukan profesi kebidanan. Demikian juga dalam berkarya di tempat pelayanan
kebidanan, baik kepada individu, keluarga dan masyarakat.
Sekarang ini tuntutan professional terhadap profesi ini makin tinggi. Berita yang
menyudutkan serta tudingan bahwa dokter telah melakukan kesalahan dibidang medis
bermunculan. Di Negara-negara maju yang lebih dulu mengenal istilah makpraktek
medis ini ternyata tuntutan terhadap tenaga medis yang melakukan ketidaklayakan dalam
praktek juga tidak surut. Biasanya yang menjadi sasaran terbesar adalah dokter spesialis
bedah (ortopedi, plastic dan syaraf), spesialis anestesi serta spesialis kebidanan dan
penyakit kandungan.
Tuntutan yang demikian dari masyarakat dapat dipahami mengingat sangat sedikit
jumlah kasus malpraktik medik yang diselesaikan di pengadilan. Apakah secara hukum
perdata, hukum pidana atau dengan hukum administrasi. Padahal media massa nasional
juga daerah berkali-kali melaporkan adanya dugaan malpraktik medik yang dilakukan
tenaga kesehatan tapi sering tidak berujung pada peyelesaian melalui sistem peradilan.
B. TUJUAN
BAB II
A. PENGERTIAN
Issue adalah masalah pokok yang berkembang di masyarakat atau suatu
lingkungan yang belum tentu benar, serta membutuhkan pembuktian.
Issue adalah topic yang menarik untuk didiskusikan dan sesuatu yang
memungkinkan setiap orang mempunyai pendapat. Pendapat yang timbul akan bervariasi,
isu muncul dikarenakan adanya perbedaan nilai–nilai dan kepercayaan.
Etik adalah kumpulan azaz atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, nilai benar
dan salah yang dianut oleh suatu golongan atau masyarakat. Etik merupakan bagian dari
filosofi yang berhubungan erat dengan nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan,
apakah benar atau salah dan apakah penyelesaiannya baik atau buruk (Jones, 1994).
K.Bertens (2002) merumuskan arti etika. Kata etika dapat digunakan dalam arti
nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya. Arti ini bisa dirumuskan sebagai system nilai. System ini
dapat berfungsi dalam hidup manusia baik secara individu maupun social. Etika berarti
kumpulan asas atau nilai moral, yang dimaksud disini adalah kode etik. Etika mempunyai
arti ilmu tentang apa yang baik dan buruk.
Menurut Shirley R. Jones (2000), “Ethics is the application of the processs and
theories of moral philosophy to a real situation. It is concerned with the basic principles
and concepts that guide human being in thought and action, and which underlie their
values.”
Etika merupakan penerapan teori dan proses filsafat moral dalam kehidupan
nyata, etika mencakup prinsip, konsep dasar, dan nilai-nilai yang membimbing makhluk
hidup dalam berfikir dan bertindak. Menurut Shirley R. Jones (2000) etika terbagi dalam
3 bagian :
1. Meta-Ethics (Ethics). Merupakan bentuk filsafat moral yang paling
abstrak, mencakup pemikiran moral manusia mengenai suatu kejadian.
Dalam tahap ini, manusia memandang etika hanya sebatas analisis pemiki
ran (konsep, bahasa), untuk menentukan suatu kejadian dianggap “baik”,
“buruk” atau lainnya.
2. Ethical/ Moral Theory, dalam tahap ini, manusia mencoba
memformulasikan mekanisme untuk menyelesaikan masalah etika. Setiap
manusia akan mengalami masalah etika sepanjang kehidupannya dalam
bentuk yang berbeda-beda, sehingga dibutuhkan mekanisme atau formula
pengambilan keputusan yang cepat dan tepat untuk menghadapi
konsekuensi dari keputusan tersebut. Pendekatan tersebut biasa disebut
dengan etika normative.
3. Practical Ethics, dalam tahap ini, manusia berupaya mengaplikasikan
bentuk etika dalam mewujudkan sikap atau prilaku untuk menghadapi
masalah etika yang dihadapi sehari-hari. Wujud practical ethics ini bisa
berupa etika bisnis.
Dalam suatu masyarakat yang terdiri atas individu yang memiliki karakteristik
beragam, sebuah kejadian akan dipandang dengan pendapat yang berbeda pula, sesuai
dengan nilai dan keyakinan mereka masing-masing.
Moral merupakan pengetahuan atau keyakinan tentang adanya hal yang baik atau
burukserta mempengaruhi sikap seseorang. Kesadaran tentang adanya baik dan buruk
berkembang pada diri seseorang seiring dengan pengaruh lingkungan, pendidikan, social
budaya, agama dan lain-lain, hal inilah yang disebut kesadaran moral atau kesadaran etik.
Moral juga merupakan keyakinan individu bahwa sesuatu adalah mutlak baik atau buruk
walaupun situasi berbeda.
Issue moral adalah merupakan topic yang penting berhubungan dengan benar dan
salah dalam kehidupan sehari-hari, sebagai contoh nilai-nilai yang berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari menyangkut kasus abortus, euthanasia, keputusan untuk terminasi
kehamilan dan lain-lain. Issue moral juga berhubungan dengan kejadian yang luar biasa
dalam kehidupan sehari-hari, seperti menyangkut konflik, malpraktik, perang dan lain-
lain.
Menurut Oxford Dictionary of English (2002), “ issue is an important topic for
discussion”. Ukuran yang penting adalah bahwa masalah tersebut merupakan topic yang
cukup penting sehingga mayoritas individu akan mengeluarkan opini terhadap masalah
tersebut. Isu moral mencakup hal-hal penting mengenai “baik” dan “buruk” dalam
kehidupan sehari-hari, tetapi juga bisa berupa kejadian/ peristiwa luar biasa seperti
terjadiperang atau konflik bersenjata. Opini tersebut akan beragam berdasarkan pada nilai
dan kepercayaan yang mereka miliki, dan keberagaman inilah yang menimbulkan dilema.
Contoh isu moral dalam bidang kesehatan diantaranya masalah aborsi, bayi tabung, sewa
rahim, bank sperma, cloning dan terbaru saat ini adalah masalah ATM kondom yang
menjadi polemic berkepanjangan dalam masyarakat.
Konflik moral menurut Johnson adalah bahwa konflik atau dilema pada dasarnya
sama, kenyataannya konflik berda diantara prinsip moral dan tugas yang mana sering
menyebabkan dilema, ada dua tipe konflik, yang pertama konflik yang berhubungan
dengan prinsip, dan yang kedua adalah konflik yang berhubungan dengan otonomi. Dua
tipe konflik inin adalah merupakan dua bagian yang tidak terpisahkan.
Terkadang kita menganggap bahwa dilemma dan konflik moral adalah hal yang
sama, padahal keduanya berbeda. Konflik moral terjadi karena adanya perbedaan antara
prinsip moral antar individu. Konflik moral menyebabkan dilemma moral. Menurut
Johnson (1990), terdapat dua tipe konflik moral, yaitu :
1. Konflik dalam prinsip yang sama. Contoh, bila seorang bidan berprinsip
untuk menjunjung tinggi autonomi, autonomi siapa yang ia perjuangkan?
Autonomi bidan atau autonomi kliennya? Keduanya memiliki kedudukan
dan kepentingan yang sama, sehingga sering kali menimbulkan konflik
bagi bidan.
2. Konflik dalam prinsip yang berbeda. Contoh, dalam kasus ibu yang
menolak episiotomy, bidan memiliki konflik antara kewajiban untuk
menghargai hak hidup janin sekaligus menghargai autonomi dan
keinginan ibu.
Dilema moral menurut Campbell adalah suatu keadaan dimana dihadapkan pada
dua alternative pilihan, yang kelihatannya sama atau hamper sama dan membutuhkan
pemecahan masalah. Ketika mencari solusi atau pemecahan masalah harus mengingat
akan tanggung jawab professional, yaitu :
1. Tindakan selalu ditujukan untuk peningkatan kenyamanan, kesejahteraan,
pasien atau klien.
2. Menjamin bahwa tidak ada tindakan yang menghilangkan sesuatu bagian
(omission), disertai rasa tanggung jawab memperhatikan kondisi dan
keamanan pasien atau klien.
Menurut Beauchamp dan Childresss (1994) ada dua bentuk dilemma moral, yaitu:
1. Bila alternative tindakan sama kuat. Terdapat alasan yang sama kuat untuk
melakukan tindakan atau tidak melakukan tindakan (contoh, kasus ibu
yang menolak episiotomy). Pada kasus tersebut, jika bidan mengikuti
keinginan ibu, berarti bidan sudah menghormati autonomi ibu. Akan
tetapi, jika bidan tetap melakukan episiotomy, berarti bidan telah
menyelamatkan bayi. Kedua alas an yang ada sama kaut.
2. Bila alternative tindakan tidak sama kuat. Satu tindakan diangap “benar”
sedangkan tindakan lainnya dianggap “salah” (contoh, seorang remaja
yang hamil karena pergaulan bebas ingin menggugurkan kandungannya).
Pada kasus tersebut, jika bidan mengikuti keinginan remaja tersebut, maka
bidan dianggap malpraktik karena melakukan aborsi tanpa indikasi medis
yang jelas.
Sebuah dilema etis adalah masalah moral dengan pilihan antara potensi benar dan
salah. Dalam praktik kebidanan seringkali bidan dihadapkan pada beberapa permasalahan
yang dilematis, artinya pengambilan keputusan yang sulit berkaitan dengan etik. Dilema
muncul karena terbentur pada konflik moral, pertentangan batin atau pertentangan antara
nilai-nilai yang diyakini bidan dengan kenyataan yang ada. Dalam segala macam
permasalahan yang dihadapi oleh manusia Al-Qur’an adalah petunjuk yang sudah tidak
bisa diragukan lagi kebenarannya.
Sebagaimana tertera dalam Al Qur’an Al Baqarah ayat 2:
“Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang
bertakwa”.
Maksud dari ayat di atas bahwa sebagai manusia tidak sepantasnya meragukan
kebenaran Al – Qur’an karena Al – Qur’an adalah wahyu Allah SWT. Dan sepatutnya
manusia menjadikan Al –Qur’an itu sebagai pedoman dan petunjuk dalam hidupnya.
BAB III
CONTOH KASUS DAN PEMBAHASAN
A. CONTOH KASUS
Informasi dari Pustu itu, Jumat, menyebutkan, dugaan telah terjadi malpraktik
dilakukan bidan Yt, karena setelah memberi obat pasiennya, Paris (27 hari), justru
mengalami kejang-kejang dan tubuhnya membiru.
Kondisi tersebut terjadi sekitar setengah jam, usai Paris diberi dua macam obat
oleh bidan tersebut.
Kendati bayi itu sempat dibawa ke RSUD Bari Kota Palembang untuk
mendapatkan pertolongan, namun tidak lama kemudian ia meninggal dunia.
Orang tua bayi itu, Santi (45), membenarkan kejadian yang dialami anaknya
tersebut.
Namun menurut Kepada Dinas Kesehatan Kota Palembang, Gema Asiani, obat
yang diberikan kepada Paris oleh bidan Yt sesuai standar.
Menurut Gema, dengan penyakit panas yang diderita pasien itu, bidan
bersangkutan memberikan obat yang sesuai, yaitu pil CTM, Paracetamol.
Belum diketahui kemungkinan kasus ini akan dituntut keluarga pasien atau tidak,
sehingga dapat diproses lebih lanjut atau kedua orang tuanya telah menerima keadaan
tersebut.
Dari segi hukum, di dalam definisi di atas dapat ditarik pemahaman bahwa
malpraktik dapat terjadi karena suatu tindakan yang disengaja (intentional) seperti pada
misconduct tertentu, tindakan kelalaian (negligence), ataupun suatu
kekurang-mahiran/ketidakkompetenan yang tidak beralasan ( Sampurna, Budi, ).
Kelalaian medis adalah salah satu bentuk dari malpraktik medis, sekaligus
merupakan bentuk malpraktik medis yang paling sering terjadi. Pada dasarnya kelalaian
terjadi apabila seseorang dengan tidak sengaja, melakukan sesuatu (komisi) yang
seharusnya tidak dilakukan atau tidak melakukan sesuatu (omisi) yang seharusnya
dilakukan oleh orang lain yang memiliki kualifikasi yang sama pada suatu keadaan dan
situasi yang sama. Perlu diingat bahwa pada umumnya kelalaian yang dilakukan orang
per-orang bukanlah merupakan perbuatan yang dapat dihukum, kecuali apabila dilakukan
oleh orang yang seharusnya berdasarkan sifat profesinya bertindak hati-hati dan telah
mengakibatkan kerugian atau cedera bagi orang lain.
Melihat kembali pada kasus di atas, hal yang wajib di lakukan bidan sebelum
melakukan tindakan adalah Informed Consent. Hal ini sangat penting di lakukan
mengingat kembali resiko yang mungkin terjadi kepada bidan. Informed Consent
merupakan salah satu cara pencegahan konflik etik. Pencegahan konflik etik, meliputi 4
hal, yaitu :
1. Informed Consent
2. Negoisasi
3. Persuasi
4. Komite etik.
Persetujuan pasien bagi setiap tindakan medic menjadi mutlak diperlukan, kecuali
dalam keadaan emergency. Persetujuan tersebut dikenal dengan informed consent.
Kesadaran hokum pasien semakin meningkat, pasien sadar akan hak dan kewajibannya
dalam arti bahwa pemberian persetujuan tanpa mengetahui tentang apa yang akan
dilakukan atas dirinya adalah bertentangan dengan prosedur pelayanan kebidanan.
Menurut Culver and Gert, ada 4 komponen yang harus dipahami pada suatu
consent atau persetujuan, yaitu:
1. Sukarela (voluntariness)
2. Informasi (information)
3. Kompetensi (competence)
4. Keputusan (decision).
a. Menyebabkan mati atau luka karena kelalaian ( Pasal 359 KUHP, Pasal
360 KUHP, Pasal 361 KUHP);
b. Penganiayaan ( Pasal 351 KUHP ), untuk tindakan medis tanpa
persetujuan dari pasien ( informed consent );
c. Aborsi ( Pasal 341 KUHP, Pasal 342 KUHP, Pasal 346 KUHP, Pasal 347
KUHP, Pasal 348 KUHP , Pasal 349 KUHP );
d. Euthanasia ( Pasal 344 KUHP, , Pasal 345 KUHP);
e. Keterangan palsu (Pasal 267-268 KUHP);
PANDANGAN ISLAM TERHADAP KASUS
“Dan tidak layak bagi seorang mu`min membunuh seorang mu`min (yang lain),
kecuali karena tersalah (tidak sengaja).(QS An-Nisaa` : 92)”
Bidan yang melakukan tindak pembunuhan, menurut hokum pidana islam akan
dijatuhi qishash (hukuman mati karena membunuh), oleh pemerintahan Islam (Khilafah),
sesuai firman Allah :
“Jika dibayar dalam bentuk dinar (uang emas) atau dirham (uang perak), maka
diyatnya adalah 1000 dinar, atau senilai 4250 gram emas (1 dinar = 4,25 gram emas),
atau 12.000 dirham, atau senilai 35.700 gram perak (1 dirham = 2,975 gram perak) (Al-
Maliki, 1990: 113).”
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kelalaian dari seorang tenaga kesehatan atau bidan untuk menerapkan tingkat
keterampilan dan pengetahuannya di dalam memberikan pelayanan pengobatan dan
perawatan terhadap seorang pasien yang lazimnya diterapkan dalam mengobati dan
merawat orang sakit atau terluka di lingkungan wilayah yang sama menyebabkan
timbulnya issue etik dan pelanggaran terhadap standar pelayanan.
B. SARAN
Hak pasien adalah mendapatkan pelayanan yang baik dari tenaga kesehatan, akan
tetapi bila terjadi masalah dalam mendapatkan pelayanan pasien berhak melaporkan
tenaga kesehatan kepada pihak yang berwenang ataupun membawa masalah tersebut ke
meja hijau.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Kebidanan
http://kamuskesehatan.com/arti/neonatus/
http://etika.lecture.ub.ac.id/2012/04/
http://muslimpinang.wordpress.com/2009/11/28/penanganan-kasus-malpraktik-medis/