Kenal Pramuka Rosid
Kenal Pramuka Rosid
SIAGA-PENGGALANG
PENEGAK DAN PANDEGA
DI SUSUN OLEH
ABDUL ROSID, S.Pd.I
TAHUN 2022
Jangankan oleh orang-orang di luar kepramukaan, para anggota Gerakan Pramukasendiri masih sering kali
kebingungan dalam memberikan definisi yang tepat sehingga tidak jarang salah memberikan arti pada ketiga istilah
tersebut.
Marilah kita bahas pengertian masing-masing dari tiga istilah yang sangat familiar di telinga kita ini.
Berikut pengertian masing-masing menurut Undang-undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka:
Gerakan Pramuka adalah organisasi yang dibentuk oleh pramuka untuk menyelenggarakan
pendidikan kepramukaan.
Pramuka adalah warga negara Indonesia yang aktif dalam pendidikan kepramukaan serta
mengamalkan Satya Pramuka dan Darma Pramuka.
Kepramukaan adalah segala aspek yang berkaitan dengan pramuka.
Pendidikan Kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia
pramuka melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan.
Tugas Pokok, Tujuan, dan Fungsi Gerakan Pramuka
Gerakan Pramuka adalah organisasi yang menyelenggarakan pendidikan kepramukaan di Indonesia. Sebagai
sebuah organisasi, Gerakan Pramuka tentu memiliki tugas pokok, tujuan, dan fungsi. Tujuan dan fungsi Gerakan
Pramuka tersebut secara jelas telah diuraikan baik dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 2010 Tentang
Gerakan Pramuka maupun dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka.
Untuk tujuan dan fungsi Gerakan Pramuka diuraikan sebagai mana di bawah.
Pencapaian tujuan tersebut diharapkan berhasil membentuk kader bangsa sekaligus kader pembangunan di
Indonesia yang berkepribadian. Kepribadian tersebut diantaranya adalah beriman dan bertakwa serta berwawasan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Di samping tersebut, diharapkan mampu membentuk sikap dan perilaku yang
positif, dengan ditandai menguasai keterampilan dan kecakapan serta memiliki ketahanan mental, moral, spiritual,
emosional, sosial, intelektual dan fisik. Dengan sikap-sikap tersebut akan menjadikan manusia yang
berkepribadian Indonesia, yang percaya kepada kemampuan sendiri, sanggup dan mampu membangun dirinya
sendiri serta bersama-sama bertanggungjawab atas pembangunan masyarakat, bangsa dan negara.
Selain sebagai penyelenggara pendidikan nonformal, Gerakan pramuka juga berfungsi sebagai wadah untuk
mencapai tujuan Gerakan Pramuka. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan pelbagai usaha yang meliputi :
Itulah sekilas tentang tugas pokok, fungsi dan tujuan dari Gerakan Pramuka. Selayaknya setiap anggota Gerakan
Pramuka memahami hal-hal tersebut di atas.
Minat masyarakat terhadap buku Aids to Scouting yang tinggi membuat William Alexander Smith (Pimpinan Boys
Brigade Inggris) meminta Baden Powell untuk melatih 22 pemuda. Oleh Baden Powell, ke-22 pemuda ini diajak
berkemah di pulau Brownsea selama 8 hari pada tanggal 25 Juli - 2 Agustus 1907. Tercatat dalam sejarah,
perkemahan tersebut menginspirasi Baden Powell untuk menulis buku 'Scouting for Boys' (1908). Selain diilhami
buku-bukunya terdahulu, buku ini juga mendapatkan masukan dan dukungan dari Frederick Russell Burnham
(Chief of Scouts in British Africa), Ernest Thompson Seton dari Woodcraft Indians (Amerika), dan William
Alexander Smith dari Boys Brigade.
Tahun 1920 dibentuk WOSM atau World Organization of the Scout Movement (Organisasi Gerakan Pramuka
Sedunia). Sekretariat (kantor pusat WOSM) disebut World Scout Bureau (Biro Pramuka Dunia). Biro Pramuka
Dunia pertama kali berlokasi di London, Inggris. Pada tahun 1958 dipindah ke Ottawa Kanada dan tahun 1968
dipindahkan lagi ke Geneva, Swiss.
World Scout Bureau dipimpin oleh seorang Sekretaris Jenderal Biro Pramuka Dunia. Saat ini Sekretaris jenderal
WOSM dijabat oleh Scott Teare.
Robert Stephenson Smyth Baden Powell atau Baron Baden Powell I yang kemudian terkenal sebagai Baden
Powell, BP, atau Lord Baden Powell, lahir di Paddington, London pada 22 Februari 185. Nama kecilnya Robert
Stephenson Smyth Powell. Powell merupakan nama keluarga dari ayahnya, Baden Powell yang merupakan
seorang pendeta dan dosen Geometri di Universitas Oxford. Sedangkan Smyth diambil dari nama
ibunya, Henrietta Grace Smyth. Ayah Stephenson (Baden Powell) meninggal dunia saat Stephenson masih berusia
3 tahun.
Karena ditinggal mati oleh ayahnya sejak kecil, Robert Stephenson mendapatkan pendidikan watak dan aneka
keterampilan dari ibu kakak-kakaknya. Peran ibu bagi Baden Powell bahkan pernah diungkap langsung oleh beliau
dengan kalimat, “Rahasia keberhasilan saya adalah ibu saya.”
Sejak kecil Baden Powell dikenal anak yang cerdas, gembira, dan lucu sehingga banyak disukai oleh teman-
temannya. Di samping itu Baden Powell pun pandai bermain musik (piano dan biola), teater, berenang, berlayar,
berkemah, mengarang, dan menggambar
.
Setamat sekolah di Rose Hill School, Tunbridge Wells, Robert Stephenson (Baden Powel) mendapat beasiswa
untuk sekolah di Charterhouse. Dan setelah dewasa, Baden Powell bergabung dalam ketentaraan Inggris. Beliau
sering ditugaskan di luar Inggris seperti bergabung dengan 13th Hussars di India (1876), dinas khusus di Afrika
(1895), memimpin Pasukan Dragoon V (1897), pemimpin resimen di Zulu Afrika Selatan (1880), Kepala Staf
di Rhodesia Selatan (sekarang dikenal Zimbabwe) tahun 1896, memimpin The Mafeking Cadet Corps di Mafeking,
Afrika Selatan (1899-1900).
Selama menjadi tentara, banyak hal yang dialaminya. Pengalaman itu diantaranya:
1. Saat menjadi pembantu Letnan pada 13th Hussars yang berhasil mengikuti jejak kuda yang hilang di
puncak gunung serta melatih panca indera kepada Kimball O’Hara.
2. Bersama The Mafeking Cadet Corp, mempertahankan kota Mafeking, Afrika Selatan, meskipun dikepung
bangsa Boer selama 127 hari dalam kondisi kekurangan makan. Padahal The Mafeking Cadet Corp
hanyalah pasukan pembawa pesan yang tidak berpengalaman menghadapi musuh.
3. Mengadakan latihan bersama dan bertukar kemampuan survival dengan Raja Dinizulu di Afrika Selatan.
Berbagai pengalaman tersebut ditulis dalam buku berjudul 'Aids to Scouting' pada tahun 1899. Buku ini sebenarnya
merupakan panduan bagi tentara muda Inggris dalam melaksanakan tugas penyelidik. Buku ini kemudian terjual
Melihat banyaknya pengguna buku 'Aids to Scouting', dan atas saran William Alexander Smith (Pendiri Boys
Brigade; salah satu Organisasi Kepemudaan di Inggris) Baden Powell berniat menulis ulang buku tersebut untuk
menyesuaikan dengan pembaca remaja yang bukan dari ketentaraan. Untuk menguji ide-ide barunya, pada 25 Juli
- 2 Agustus 1907 Baden Powell menyelenggarakan perkemahan di Brownsea Island bersama dengan 22 anak
lelaki yang berlatar belakang berbeda. Hingga pada tahun 1908 terbitlah buku 'Scouting for Boys' yang kemudian
menjadi acuan kepramukaan di seluruh dunia.
Tahun 1910, atas saran Raja Edward VII, Baden Powell memutuskan pensiun dari ketentaraan dengan pangkat
terakhir Letnan Jenderal untuk fokus pada pengembangan pendidikan kepramukaan.
Pada Januari 1912 Baden Powell bertemu dengan Olave St Clair Soames saat di atas kapal dalam lawatan
kepramukaan ke New York. Mereka kemudian menikah pada tanggal 31 Oktober 1912. Mereka tinggal di
Hampshire, Inggris dan dianugerahi 3 orang anak (satu laki-laki dan dua perempuan), yaitu: Arthur Robert Peter
(Baron Baden-Powell II), Heather Grace (Heather Baden-Powell), dan Betty Clay (Betty Baden-Powell).
Semasa hidupnya Baden Powell mendapatkan berbagai gelar kehormatan, termasuk gelar Lord dari Raja George
pada tahun 1929. Pun Baden Powell aktif menulis berbagai buku baik tentang kepramukaan, ketentaraan, maupun
bidang lainnya. Beberapa buku tentang kepramukaan yang ditulisnya antara lain, Scouting for Boys (1908), The
Handbook for the Girl Guides or How Girls Can Help to Build Up the Empire (ditulis bersama Agnes Baden-Powell;
1912), The Wolf Cub's Handbook (1916), Aids To Scoutmastership (1919), Rovering to Success (1922), Scouting
Round the World (1935) dll.
Itulah kisah atau sejarah Baden Powell, Sang Bapak Pramuka Sedunia yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah
kepramukaan dunia maupun di Indonesia. Tentang Sejarah Perkambangan Pramuka Dunia, Sejarah
Perkembangan Pramuka di Indonesia, dan Daftar Lengkap Buku Karya Baden Powell akan ditulis dalam lain
kesempatan.
Badan-badan WOSM
Badan-badan dalam World Organization of the Scout Movement (Organisasi Gerakan Pramuka Sedunia) terdiri
atas World Scout Conference (Konferensi Pramuka Sedunia), World Scout Committee (Komite Pramuka Dunia),
dan World Scout Committee (Komite Pramuka Dunia).
Selain kedua belas anggota tersebut secara ex-officio anggota Komite Pramuka Sedunia ditambah dengan:
1. Ketua atau Wakil Ketua Komite Pramuka setiap Daerah yang terpilih
2. Sekretaris Jenderal WOSM (saat ini: Scott Teare dari USA)
3. Bendahara (dipilih oleh Komite Pramuka Sedunia. Untuk periode ini yang dipilih adalah Maurice
Machenbaum dari Swiss)
4. Seorang anggota Dewan Yayasan Pramuka Dunia
Oleh tokoh-tokoh pergerakan nasional Indonesia dibentuk organisasi kepanduan yang bertujuan membentuk
manusia Indonesia yang baik dan menjadi kader pergerakan nasional. Karenanya kemudian muncul organisasi-
organisasi kepramukaan pribumi yang kala itu jumlahnya mencapai lebih dari seratus organisasi. Organisasi itu
semisal; JPO (Javananse Padvinders Organizatie); JPP (Jong Java Padvinderij), SIAP (Sarekat Islam Afdeling
Padvinderij); HW (Hisbul Wathon) dll.
Sejarah terus berlanjut. Melihat maraknya organisasi kepramukaan milik pribumi yang bermunculan, Belanda
akhirnya membuat peraturan untuk melarang organisasi kepramukaan di luar milik Belanda menggunakan istilah
Padvinder. Karena itu kemudian KH. Agus Salim menggunakan istilah "Pandu" dan "Kepanduan".
Sejak tahun 1930 timbul kesadaran dari tokoh-tokoh Indonesia untuk mempersatukan organisasi kepramukaan.
Maka terbentuklah KBI (Kepanduan Republik Indonesia). KBI merupakan gabungan dari organisasi kepanduan
seperti IPO, PK (Pandu Kesultanan), PPS (Pandu Pemuda Sumatra).
Dan pada tahun 1931 terbentuk PAPI (Persatuan Antar Pandu-Pandu Indonesia), kemudian diubah menjadi BPPKI
(Badan Pusat Persatuan Kepanduan Indonesia) pada tahun 1938.
Pada waktu pendudukan Jepang, kepanduan di Indonesia dilarang sehingga tokoh Pandu banyak yang masuk
Keibondan, Seinendan dan PETA.
Setelah masa kemerdekaan dibentuklah organisasi kepanduan yang bersifat nasional yaitu Pandu Rakyat
Indonesia yang dideklarasikan di Solo pada tanggal 28 Desember 1945. Pandu Rakyat Indonesia menjadi satu-
satunya organisasi kepramukaan di Indonesia saat itu.
Namun pada masa leberalisme, kembali bermunculan berbagai organisasi kepanduan seperti; HW, SIAP, Pandu
Indonesia, Pandu Kristen, Pandu Ansor, KBI dll yang jumlahnya mencapai seratusan lebih. Sebagian organisasi
tersebut terhimpun dalam tiga federasi yaitu; IPINDO (Ikatan Pandu Indonesia, berdiri tanggal 13 September
1951), POPPINDO (Persatuan Organisasi Pandu Putri Indonesia, berdiri tahun 1954) dan PKPI (Persatuan
Kepanduan Putri Indonesia).
Menyadari kelemahan yang ada, ketiga federasi tersebut akhirnya meleburkan diri menjadi PERKINDO (Persatuan
Kepanduan Indonesia). Namun ternyata Perkindo sendiri kurang solid sehingga coba dimanfaatkan oleh pihak
komunis agar menjadi gerakan Pionir Muda seperti di negara komunis lainnya.
Mulai tahun 1960-an, berbagai pihak termasuk pemerintah dan MPRS melakukan berbagai upaya untuk
melakukan penertiban organisasi kepanduan termasuk upaya untuk mendirikan Gerakan Pramuka.
Pada hari Kamis malam tanggal 9 Maret 1961 Presiden mengumpulkan tokoh-tokoh dan pemimpin gerakan
kepramukaan Indonesia, bertempat di Istana Negara. Presiden mengungkapkan bahwa kepanduan yang ada
harus diperbaharui, metode dan aktivitas pendidikan harus diganti, seluruh organisasi kepanduan yang ada dilebur
menjadi satu yang disebut Pramuka.
Presiden juga menunjuk Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka yang terdiri atas Sri Sultan Hamengku Buwono
IX, Menteri P dan K Prof. Prijono, Menteri Pertanian Dr.A. Azis Saleh dan Menteri Transmigrasi, Koperasi dan
Pembangunan Masyarakat Desa, Achmadi. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI TUNAS GERAKAN
PRAMUKA
Panitia inilah yang kemudian mengolah Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, sebagai Lampiran Keputusan
Presiden R.I Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961 tentang Gerakan Pramuka. Kepres ini menetapkan
Gerakan Pramuka sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang ditugaskan menyelenggarakan pendidikan
kepanduan bagi anak-anak dan pemuda Indonesia. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI PERMULAAN
TAHUN KERJA.
Kepres Nomor 238 Tahun 1961 ini ditandatangi oleh Perdana Menteri Ir. Juanda sebagai Pejabat Presiden
Karena Presiden RI, Ir. Soekarno saat itu sedang berkunjung ke Jepang.
Pada tanggal 30 Juli 1961, bertempat di Istora Senayan (Sekarang Stadiun Gelora Bung Karno), tokoh-tokoh
organisasi kepanduan di Indonesia yang menyatakan dengan ikhlas meleburkan diri ke dalam organisasi Gerakan
Pramuka. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI IKRAR GERAKAN PRAMUKA.
Pada tanggal 14 Agustus 1961, dilakukan Pelantikan Mapinas (Majlis Pimpinan Nasional), Kwarnas dan Kwarnari
di Istana Negara, dilanjutkan penganugerahan Panji-panji Kepramukaan dan defile Pramuka untuk
memperkenalkan Pramuka kepada masyarakat yang diikuti oleh sekitar 10.000 Pramuka. Peristiwa ini kemudian
disebut sebagai HARI PRAMUKA yang diperingati hingga sekarang.
Mapinas saat itu diketuai oleh Dr. Ir. Soekarno (Presiden RI) dengan Wakil Ketua I, Sri Sultan Hamengku Buwono
IX dan Wakil Ketua II Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh. Sementara Kwarnas, diketuai oleh Sri Sultan Hamengku
Buwono IX dan Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh sebagai Wakil Ketua merangkap Ketua Kwarnari.
Tanggal ini merujuk pada tanggal kelahiran Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang dilahirkan di Yogyakarta pada
12 April 1912. Putra dari Sri Sultan Hamengkubuwana VIII dengan Raden Ajeng Kustilah.
Bapak Pramuka Indonesia adalah Sri Sultan Hamengku Buwono IX (HB IX). Raja Kesultanan Yogyakarta, Wakil
Presiden Republik Indonesia, dan Pahlawan Nasional Indonesia ini merupakan orang yang memiliki peran penting
menjelang dan saat berdirinya Gerakan Pramuka tanggal 14 Agustus 1961. Saat Presiden Sukarno membentuk
Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka pada tanggal 9 Maret 1961, Hamengku Buwono IX, adalah salah satu
anggotanya di samping Prof. Prijono (Menteri P dan K), Dr.A. Azis Saleh (Menteri Pertanian), dan Achmadi
(Menteri Transmigrasi, Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa).
Pada tanggal 14 Agustus 1961, yang kemudian dikenal sebagai Hari Pramuka, selain dilakukan penganugerahan
Panji Kepramukaan dan defile, juga dilakukan pelantikan Mapinas (Majelis Pimpinan Nasional), Kwarnas dan
Kwarnari Gerakan Pramuka. Sri Sultan Hamengku Buwono IX menjabat sebagai Ketua Kwarnas sekaligus Wakil
Ketua I Mapinas (Ketua Mapinas adalah Presiden RI).
Perjuangan Sri Sultan Hamengku Buwono IX tidak lantas berhenti setelah Gerakan Pramuka berdiri. Bahkan selain
menjabat sebagai Ketua Kwarnas yang pertama, beliau juga Ketua Kwarnas terlama kedua, yang menjabat
selama 13 tahun (4 periode) setelah Letjen. Mashudi yang menjabat sebagai Ketua Kwarnas selama 15 tahun (3
periode). Masa jabatannya sebagai Ketua Kwarnas meliputi masa bakti 1961-1963, 1963-1967, 1967-1970 dan
1970-1974.
Dengan segudang prestasi dan jasanya terhadap kelahiran dan perkembangan Gerakan Pramuka di Indonesia
maka wajar jika kemudian Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka Tahun 1988 di Dili (ibu kota Provinsi Timor
Timur; saat ini negara Timor Leste) mengukuhkannya sebagai Bapak Pramuka Indonesia. Dan 30 tahun kemudian,
melalui Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka Tahun 2018, tanggal kelahiran Sri Sultan Hamengku Buwono IX,
12 April, ditetapkan sebagai Hari Bapak Pramuka Indonesia atau Hari Sri Sultan Hamengku Buwono IX (HB IX
Day).
Sehingga kalau secara internasional kita mengenal dan memperingati 22 Februari (hari lahir Baden Powell)
sebagai B.-P. Day, Founders' Day, atau Hari Baden Powell, maka anggota Gerakan Pramuka di Indonesia juga
memperingati tanggal 12 April sebagai Hari Bapak Pramuka Indonesia, Hari Sri Sultan Hamengku Buwono IX
atau HB IX Day.
Sri Sultan Hamengku Buwono IX menjadi Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka yang pertama kali sekaligus
yang terbanyak periode (masa bakti) jabatan (empat periode) dan dengan masa terlama kedua (selama 13 tahun).
Sesuai yang tercatat dalam Sejarah Gerakan Pramuka di Indonesia, pada tanggal 14 Agustus 1961, Presiden RI Ir.
Soekarno mengangkat dan melantik Mapinas (Majlis Pimpinan Nasional), Kwarnas dan Kwarnari. Mapinas diketuai
oleh Ir. Soekarno, Kwarnari di ketuai oleh Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh, sedangkan Kwarnas di ketuai oleh Sri
Sultan Hamengku Buwono IX.
Sri Sultan Hamengku Buwono IX menjabat sebagai ketua Kwarnas Gerakan Pramuka selama 13 tahun yang terdiri
atas 4 masa bakti. Saat itu masa bakti ketua Kwarnas adalah 4 tahun. Masa bakti kepengurusan Hamengku
Buwono IX sebagai ketua Kwarnas adalah masa bakti 1961-1963, 1963-1967, 1967-1970 dan 1970-1974.
Letjen. M. Sarbini, Ketua Kwarnas Kedua (1974-1978)
Ketua Kwartir Nasional ketiga adalah Letjen. Mashudi. Terpilih dalam Munas II Gerakan Pramuka pada tanggal 29
Oktober - 5 November 1978 di Bukittinggi, Sumatera Barat dan terpilih kembali hingga untuk yang ketiga kalinya
(tiga masa bakti).
Letjen. Mashudi meskipun hanya tiga masa bakti, namun masa jabatannya lebih lama dibandingkan Hamengku
Buwono IX karena semenjak Munas II tersebut masa bakti Kwarnas diperlama menjadi lima tahun dari sebelumnya
yang hanya empat tahun. Sehingga Letjen. Mashudi secara total menjabat selama 15 tahun yang terdiri atas tiga
periode yakni masa bakti 1978-1983, 1983-1988, dan 1988-1993.
Letjen. Himawan Sutanto, Ketua Kwarnas Keempat (1993-1998)
Letjen. Himawan Sutanto terpilih menjadi Ketua Kwarnas yang keempat dalam Musyawarah Nasional (Munas) V
Gerakan Pramuka pada tanggal 2-8 November 1993 di Jayapura, Papua. Beliau menjabat hanya selama satu
periode.Letjen. Rivai Harahap, Ketua Kwarnas Kelima (1998-2003)
Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka saat ini adalah Dr. Adhyaksa Dault, S.H., M.Si. Beliau terpilih dalam Munas IX
pada 2-5 Desember 2013 di Kupang, NTT.
Secara singkat ketujuh Ketua Kwarnas tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Pengertian anggota Gerakan Pramuka di atas adalah pengertian sebagaimana tercantum dalam Anggaran Rumah
Tangga Gerakan Pramuka terbaru. Yaitu dalam Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka hasil Munas Luar
Biasa Tahun 2012. Dalam Bab V Tentang Organisasi Bagian Kesatu (Keanggotaan) Pasal 35.
ANGGOTA BIASA
1. Anggota Muda
Anggota Muda Gerakan Pramuka disebut juga sebagai peserta didik. Anggota Muda dikelompokkan
berdasarkan usia, yang terdiri atas:
1. Pramuka Siaga, yaitu anggota Gerakan Pramuka yang berusia antara 7-10 tahun.
2. Pramuka Penggalang, yaitu anggota Gerakan Pramuka yang berusia antara 11-15 tahun.
3. Pramuka Penegak, yaitu anggota Gerakan Pramuka yang berusia antara 16-20 tahun.
4. Pramuka Pandega, yaitu anggota Gerakan Pramuka yang berusia antara 21-25 tahun.
2. Anggota Dewasa
Anggota Dewasa Gerakan Pramuka adalah anggota Gerakan Pramuka yang berusia di atas 25 tahun,
atau belum berusia 25 tahun tetapi telah menikah. Anggota dewasa bagi dalam dua kelompok, yaitu:
a. Fungsionaris organisasi; yaitu anggota dewasa yang terlibat langsung dalam struktur organisasi Gerakan
Pramuka baik di tingkat gugusdepan maupun kwartir. Fungsionaris terdiri atas:
1. Pembina Pramuka dan Pembantu Pembina Pramuka
2. Pelatih Pembina Pramuka
3. Pelatih Profesional
4. Pamong Saka
5. Instruktur Saka
6. Pimpinan Saka
7. Pimpinan Satuan Komunitas (Sako)
8. Andalan dan Pembantu Andalan
9. Anggota Majelis Pembimbing
B. Kode kehormatan bagi pramuka penegak, pramuka pandega, dan anggota dewasa yang meliputi Trisatya
(janji dan komitmen diri) dan Dasadarma (ketentuan moral).
Trisatya
Demi kehormatanku aku berjanji akan bersungguh-sungguh:
1. menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
mengamalkan Pancasila,
2. menolong sesama hidup dan ikut serta membangun masyarakat,
3. menepati Dasadarma.
Dasadarma
1. Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia.
3. Patriot yang sopan dan kesatria.
4. Patuh dan suka bermusyawarah.
5. Rela menolong dan tabah.
6. Rajin, terampil, dan gembira.
7. Hemat, cermat, dan bersahaja.
8. Disiplin, berani, dan setia.
9. Bertanggung jawab dan dapat dipercaya.
10. Suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.
Kode kehormatan tersebut bukan sebuah hafalan yang cukup dihafalkan saja namun sebagaimana disebutkan di
atas, seorang pramuka sudah seharusnya menepati Satya Pramuka dan mengamalkan Darma Pramuka dalam
kehidupan sehari-hari. Nah, kalau ada pramuka tetapi tingkah lakunya tidak sesuai dengan kode kehormatan
tersebut bagaimana? Semua pasti sudah bisa menjawab!
Dasadarma atau Dasa Darma Pramuka adalah salah satu bagian dari kode kehormatan bagi anggota Gerakan
Pramuka sehingga sekaligus merupakan bagian tidak terpisahkan dari Prinsip Dasar Kepramukaan. Sebagaimana
telah diketahui, Kode Kehormatan Pramuka (kode etik anggota Gerakan Pramuka) terdiri atas janji (komitmen diri)
dan ketentuan moral pramuka. Ketentuan moral pramuka inilah yang kemudian disebut sebagai Darma Pramuka
yang terdiri atas Dwidarma (untuk pramuka siaga) dan Dasadarma (untuk pramuka penggalang, penegak,
pandega, dan anggota dewasa).
Dasadarma sering kali ditulis dan disebut dengan beberapa variasi yang berbeda. Ada yang menulis dan
menyebutnya sebagai:
Dasa Dharma Pramuka
Dasa Darma Pramuka
Dasadharma Pramuka
Dasadarma Pramuka
Dasadarma
Menilik pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka, penggunaan istilah yang benar
adalah "Dasadarma". Tanpa kata "pramuka", tanpa dipisah dengan spasi, dan tanpa menggunakan huruf "h" pada
bagian "darma". Penulisan dan penyebutan yang tanpa menggunakan huruf "h" dan dengan dirangkai lebih
didasarkan pada penggunaan kaedah berbahasa yang benar sesuai dengan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan).
Sedangkan "tanpa diikuti kata pramuka" karena dasadarma adalah bagian kode kehormatan yang dikhususkan
Berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka, dasadarma dapat diartikan
sebagai ketentuan moral bagi anggota Gerakan Pramukagolongan Penggalang, Penegak, Pandega, dan anggota
dewasa. Ketentuan moral (Darma Pramuka) bersama dengan janji atau komitmen diri (Satya Pramuka) sendiri
merupakan bagian dari kode kehormatan pramuka. Di samping Dasadarma, terdapat juga Dwidarma yaitu darma
atau ketentuan moral bagi anggota Gerakan Pramuka Siaga.
Bunyi Dasadarma
Dasadarma telah mengalami beberapa kali perubahan atau perkembangan. Sejak tahun 1961, Dasadarma ini telah
mengalami perkembangan hingga sebanyak 5 kali, yaitu:
1. Dasadarma sebagaimana lampiraan Keppres 238 Tahun 1961 yang digunakan pada tahun 1961-1966;
2. Dasadarma hasil Mukeranpuda (sekarang Munas) tahun 1966 yang digunakan pada tahun 1966 -1974
3. Dasadarma amanat MPP 1970 dan Munas 1974 yang digunakan pada tahun 1974-1978
4. Dasadarma hasil Munas 1978 yang digunakan pada tahun 1978-2009
5. Dasadarma hasil Munas 2009 yang digunakan pada tahun 2009-sekarang
Pembahasan perkembangan Dasadarma dari yang pertama kali hingga yang terakhir akan dibahas dalam artikel
tersendiri.
Adapun bunyi dasadarma yang digunakan saat ini adalah sebagaimana yang disusun dan tercantum dalam
Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka Tahun 2009 (Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor
203 Tahun 2009) yang kemudian ditegaskan lagi dalam Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka hasil
Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Tahun 2012.
Bunyi dasadarma tersebut adalah sebagai berikut:
Dasadarma
1. takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. cinta alam dan kasih-sayang sesama manusia
3. patriot yang sopan dan kesatria
4. patuh dan suka bermusyawarah
5. rela menolong dan tabah
6. rajin, terampil, dan gembira
7. hemat, cermat, dan bersahaja
8. disiplin, berani, dan setia
9. bertanggung jawab dan dapat dipercaya
Kiranya itulah pembahasan mengenai dasadarma (Dasa Dharma Pramuka) mulai dari cara penulisan dan
penyebutan yang benar, pengertian dasadarma, dan bunyi dasadarma. Semoga dengan mengenal itu semua
mampu memotivasi para pramuka untuk menerapkan kesepuluh poin dalam dasadarma tersebut dalam kehidupan
sehari-hari baik ketika mengenakan seragam pramuka maupun tidak.
Sebagaimana ditetapkan dalam Anggaran Dasar Gerakan Pramuka pasal 48 dan Anggaran Rumah Tangga
Gerakan Pramuka Bab VII Pasal 120, lambang Gerakan Pramuka adalah tunas kelapa. Penjabaran tentang
Lambang ini ditetapkan dalam SK Kwarnas Nomor 06/KN/72 tentang Lambang Gerakan Pramuka.
Pencipta lambang ini adalah Kak Sunardjo Atmodipuro, seorang Andalan Nasional dan Pembina Pramuka yang
juga pegawai di Departemen Pertanian. Kak Soenardjo Atmodipoero sendiri lahir pada tanggal 29 Pebruari 1909 di
Blora dan meninggal pada tanggal 31 Mei 1979.
Pertama kali lambang ciptaan Kak Sunardjo Atmodipuro ini dipergunakan sebagai lambang Gerakan Pramuka
pada tanggal 14 Agustus 1961 saat Presiden Republik Indonesia menganugerahkan Panji Kepramukaan kepada
Gerakan Pramuka.
Pengetahuan terkait lambang Gerakan Pramuka juga menjadi salah satu materi dalam SKU yaitu mulai SKU Siaga
Mula, SKU Siaga Bantu, Siaga Tata (masing-masing pada syarat nomor 6), serta SKU Penggalang Ramu (syarat
no. 14).
Motto Gerakan Pramuka merupakan bagian terpadu dalam proses pendidikan kepramukaan. Fungsi utama moto
Gerakan Pramuka adalah untuk mengingatkan setiap anggota Gerakan Pramuka dalam mengikuti setiap kegiatan
harus mempersiapkan diri untuk mengamalkan kode kehormatan Pramuka.
Sebagai bagian dari proses pendidikan kepramukaan, moto Gerakan Pramuka memberi pengaruh terhadap jiwa
peserta didik. Pengaruh tersebut diantaranya adalah :
Gudep dikelola oleh Pembina Gugusdepan yang terdiri atas Ketua Gudep dan dibantu oleh pembina satuan dan
pembantu pembina satuan. Pembina Gugusdepan dipilih dalam musyawarah gugusdepan dari para pembina
Struktur Organisasi Gugusdepan sebagaimana lampiran Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor 231
Tahun 2007 Tentang Petunjuk Penyelenggaraan Gugusdepan Gerakan Pramuka terdiri atas komponen-komponen
yang antara lain :
Khusus pada nomor gugusdepan, tiga digit angka pada kelompok kedua, dibedakan antara gudep putra dan putri.
Gudep putra menggunakan nomor ganjil sedangkan gudep putri menggunakan nomor genap.
Penggunaan tanda pengenal Gerakan Pramuka dimaksudkan untuk mengenal diri seorang Pramuka, satuan,
tempat, wilayah, tugas, jabatan dan kecakapannya. Sedangkan fungsi penggunaanya adalah sebagai:
Alat pendidikan untuk memberi dorongan, gairah dan semangat para Pramuka, agar mereka berusaha
meningkatkan kemampuan, karya, pribadi dan kehormatannya.
Alat Pengenal seorang Pramuka, satuan, tingkat kecakapan, jabatan, tempat atau wilayah tugasnya.
Tanda pengakuan dan pengesahan atas keanggotaan, tingkat kecakapan serta pemberian tanggung jawab,
hak dan kewajiban kepada seorang anggota Gerakan Pramuka.
Tanda penghargaan kepada seseorang atas prestasi dan tindakannya, agar yang bersangkutan selalu
menjaga dan memelihara nama baik pribadi dan organisasinya.
3. Tanda Jabatan
Tanda Jabatan adalah tanda yang menunjukkan jabatan dan tanggung jawab yang disandang dalam
lingkup Gerakan Pramuka. Tanda Pengenal yang termasuk Tanda Jabatan diantaranya adalah:
a. Tanda Pemimpin dan Wakil Pemimpin : Barung, Regu, Sangga, dan lain-lain.
b. Tanda Pemimpin dan Wakil Pemimpin Krida dan Satuan Karya.
c. Tanda Keanggotaan Dewan Kerja Penegak dan Pandega.
d. Tanda Pembina dan Pembantu Pembina : Siaga, Penggalang, Penegak dan Pandega, serta
Tanda Pembina Gugusdepan.
e. Tanda Pelatih Pembina Pramuka
f. Tanda Andalan dan Pembantu Andalan
4. Tanda Kecakapan
Tanda Kecakapan adalah tanda yang menunjukkan kecakapan, keterampilan, ketangkasan, kemampuan,
sikap dan usaha seorang Pramuka dalam bidang tertentu, sesuai dengan golongan usianya. Tanda
Pengenal yang termasuk Tanda Kecakapan diantaranya adalah:
a. Tanda Kecakapan Umum, meliputi:
i. Untuk Pramuka Siaga : Tingkat Mula, Bantu dan Tata
ii. Untuk Pramuka Penggalang : Tingkat Ramu, Rakit, dan Terap
iii. Untuk Pramuka Penegak : Tingkat Bantara dan Laksana
iv. Untuk Pramuka Pandega : Tingkat Pandega
v. Untuk Pembina Pramuka : Tingkat Mahir Dasar dan Lanjutan.
b. Tanda Kecakapan Khusus, meliputi:
i. Untuk Pramuka Siaga : Tidak ada tingkatan
ii. Untuk Pramuka Penggalang : Tingkat Purwa, Madya, dan Utama
iii. Untuk Pramuka Penegak : Tingkat Purwa, Madya, dan Utama
iv. Untuk Pramuka Pandega : Tingkat Purwa, Madya, dan Utama
v. Untuk Instruktur : Muda dan Dewasa
vi. Untuk Pembina Pramuka : Tingkat Dasar dan Lanjutan.
c. Tanda Pramuka Garuda, meliputi:
i. Untuk Pramuka Siaga
ii. Untuk Pramuka Penggalang
iii. Untuk Pramuka Penegak
iv. Untuk Pramuka Pandega
a. Tanda Pengenal yang termasuk Tanda Penghargaan Gerakan Pramuka untuk peserta didik, yaitu
:
i. Tanda Penghargaan (termasuk Tanda Ikut Serta Bakti Gotong Royong, Tanda Ikut Serta
Kegiatan dan lain-lainnya).
ii. Bintang Tahunan
iii. Lencana Wiratama
iv. Lencana Teladan
b. Tanda Pengenal yang termasuk Tanda Penghargaan Gerakan Pramuka untuk orang dewasa,
yaitu :
i. Bintang Tahunan
ii. Lencana Pancawarsa
iii. Lencana Wiratama
iv. Lencana Jasa :
1. Dharma Bakti
2. Melati
3. Tunas Kencana
c. Tanda Pengenal yang termasuk Tanda Penghargaan atau jasa dari badan di luar Gerakan
Pramuka, misalnya dari :
i. Organisasi Kepramukaan maupun badan lainnya, di dalam atau di luar negeri sepanjang
hal-hal tersebut tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga Gerakan Pramuka, serta peraturan perundang-undangan Negara Republik
Indonesia yang berlaku.
ii. Pemerintah Negara Lain
iii. Pemerintah Republik Indonesia.
Nah, itulah pengertian, pengelompokkan (penggolongan) dan macam-macam (contoh) tanda pengenal dalam
Gerakan Pramuka.
TERMAKTUB Keputusan Kwartir Nasional No. 055 Tahun 1982 Tentang Petunjuk Penyelelnggaraan Tanda
Pengenal Gerakan Pramuka.
Tanda Umum merupakan bagian dari Tanda Pengenal dalam Gerakan Pramuka di samping Tanda Satuan, Tanda
Jabatan, Tanda Kecakapan, dan Tanda Penghargaan. Pengadaan dan tata cara penggunaan Tanda Umum telah
diatur dalam Keputusan Kwartir Nasional Nomor 055 Tahun 1982 Tentang Petunjuk Penyelenggaraan Tanda
Pengenal Gerakan Pramuka dan Keputusan Kwartir Nasional Nomor 059 Tahun 1982 Tentang Petunjuk
Penyelenggaraan Tanda Umum Gerakan Pramuka.
Tanda-tanda umum ini dikenakan di seragam pramuka oleh setiap anggota Gerakan Pramuka baik putra maupun
putri. Di samping itu, pengenalan terhadap Tanda Umum Gerakan Pramuka menjadi salah satu syarat dalam SKU
Penggalang Ramu.
Macam, Bentuk, dan Pemakaian Tanda Umum
Macam, bentuk, dan tata cara pemakaian Tanda Umum Gerakan Pramuka adalah sebagai berikut:
B. Setangan Leher
Setangan leher adalah kain berbentuk segitiga sama kaki dengan salah satu sudut bersudut 90 derajat
dengan warna merah dan putih yang dilipat sedemikian rupa. Setangan leher dikenakan melingkar di leher
dengan kedua ujungnya menggantung di depan dada. Selengkapnya tentang setangan leher.
C. Tanda Pelantikan
Tanda pelantikan merupakan tanda yang diberikan kepada orang yang telah dilantik menjadi anggota
Gerakan Pramuka. Tanda ini dikenakan di saku atau dada sebelah kanan baju pramuka (putra) atau pada
kerah baju sebelah kanan seragam pramukaputri.
E. Tanda Harian
Tanda Harian adalah tanda yang dikenakan pada pakaian selain seragam harian yang menyatakan
sebagai anggota Gerakan Pramuka atau anggota Kepramukaan Sedunia.
Sebagai bagian dari tanda pengenal Gerakan Pramuka, sudah selayaknya, setiap anggota pramuka mengenali
dengan benar masing-masing tanda umum Gerakan Pramuka ini. Semoga artikel sederhana mengenai tanda
umum ini dapat mewujudkan itu.
1. Mayang terurai bertangkai tiga menggambarkan bunga yang sedang berkembang, indah dan menarik;
mengibaratkan Pramuka Penggalang yang riang, lincah dan bersikap menarik sebagai calon penerus bangsa
yang sedang berkembang mengladi dirinya dengan jiwa Pramuka berdasarkan Trisatya.
2. Mayang terurai mekar ke samping; mengibaratkan semakin terbukanya pan-dangan Penggalang dalam
menerima pengaruh yang baik dari lingkungan di sekitarnya.
3. Warna merah; melambangkan kemeriahan hidup sesuatu yang sedang berkembang.
Untuk memahami macam-macam tanda pengenal dalam Gerakan Pramuka, ada baiknya membaca artikel Macam-
Macam Tanda Pengenal dalam Gerakan Pramuka terlebih dahulu.
Berbagai atribut atau tanda pengenal yang dipasang di pakaian seorang pramuka penggalang (baik putra maupun
putri) antara lain adalah: tanda tutup kepala, tanda WOSM (pandu dunia), tanda pelantikan, dan papan nama. Juga
tanda lokasi, gudep, dan badge wilayah. Tanda regu, Tanda Kecakapan Umum Penggalang (manggar), Tanda
Kecakapan Khusus (TKK), dan tanda pratama, pemimpin regu, atau wakil pemimpin regu.
Tanda Pelantikan Pramuka adalah salah satu dari Tanda Umum Gerakan Pramukasehingga sekaligus menjadi
bagian dari sistem Tanda Pengenal dalam Gerakan Pramuka. Tanda Pelantikan disematkan kepada seseorang
saat pertama kali dilantik menjadi anggota pramuka dan dikenakan pada seragam pramukanya seumur hidup.
Sehingga penyematan tanda pelantikan hanya dilakukan satu kali yaitu saat seseorang tersebut untuk pertama
kalinya dilantik menjadi seorang pramuka.
Seumpama seorang pramuka siaga setelah berpindah golongan, kemudian menjadi tamu penggalang hingga
akhirnya dilantik menjadi penggalang tidak perlu dilakukan penyematan tanda pelantikan kembali. Berbeda
seumpama calon penggalang tersebut sebelumnya belum pernah menjadi pramuka siaga dan baru menjadi
anggota pramuka saat usia penggalang tersebut maka akan dilakukan penyematan tanda pelantikan. Pun sama
halnya bagi anggota pramuka penegak. Jika seorang calon penegak sebelumnya belum menjadi anggota
penggalang ataupun siaga maka akan dilakukan penyematan tanda pelantikan. Namun jika sebelumnya, calon
penegak tersebut telah menjadi pramuka penggalang maka tidak perlu dilakukan penyematan tanda pelantikan
Yang dimaksud sebagai pelantikan di sini adalah pelantikan seseorang menjadi anggota pramuka dan bukan
pelantikan kecakapan umum (SKU). Sehingga tanda pelantikan ini pun berbeda dengan tanda kecakapan umum
yang dikenakan di lengan baju sebelah kiri (pramuka siaga dan penggalang) atau di lidah baju (pundak)
bagi pramuka penegak dan pandega.
Pemasangan tanda pelantikan tersebut berbeda antara anggota pramuka putra dengan anggota putri. Pada
anggota pramuka putri, tanda pelantikan dipasang di kerah baju seragam pramuka sebelah kiri. Sedangkan pada
anggota pramuka putra, tanda pelantikan dipasang pada saku baju pramuka sebelah kiri.
Berbagai hal terkait Tiska (Tanda Ikut Serta Kegiatan) dan Tigor (Tanda Ikut Serta Bakti Gotong Royong) diatur
oleh SK Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor 175 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Penyelenggaraan Tanda
Penghargaan Gerakan Pramuka.
Contoh Gambar Tiska dan Tigor
Beberapa hal terkait Tanda Ikut Serta Kegiatan (Tiska) dan Tanda Ikut Serta Bakti Gotong Royong (Tigor) adalah
sebagai berikut:
1. Tiska dan Tigor diperuntukkan bagi anggota peserta didik Gerakan Pramuka mulai golongan pramuka
siaga, pramuka penggalang, pramuka penegak hingga pramuka pandega.
2. Bentuk, bahan, dan gambar Tiska dan Tigor:
a. Tanda penghargaan kegiatan yang dibuat dari logam dengan gambar timbul (relief) logo kegiatan,
digantungkan pada pita kain berukuran 3 cm x 2,5 cm, sesuai dengan ukuran tanda penghargaan itu.
Itulah berbagai ketentuan terkait Tanda Ikut Serta Kegiatan (Tiska) dan Tanda Ikut Serta Bakti Gotong Royong
(Tigor). Untuk lebih detail mengenai Tanda Penghargaan ini ada baiknya mempelajari SK Kwartir Nasional
Gerakan Pramuka Nomor 175 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Penyelenggaraan Tanda Penghargaan Gerakan
Pramuka.
Pertemuan pramuka terdiri atas berbagai macam kegiatan. Terdapat kegiatan yang melibatkan semua anggota
Gerakan Pramuka dari berbagai golongan dan ada pula pertemua khusus untuk golongan-golongan tertentu. Jenis
pertemua pramuka ini dapat dibedakan berdasarkan :
1. Pertemuan untuk semua golongan pramuka
2. Pertemuan untuk Pramuka Siaga
3. Pertemuan untuk Pramuka Penggalang
4. Pertemuan untuk Pramuka Penegak dan Pandega
5. Pertemuan untuk Pramuka Dewasa
JOTA adalah pertemuan Pramuka melalui udara, bekerjasama dengan Organisasi Amatir Radio
Indonesia (ORARI). Para pramuka dari berbagai golongan dapat berkomunikasi, berdiskusi, dan berbagai
pengalaman dengan memanfaatkan teknologi radio amatir. Pertemuan ini merupakan acara tahunan yang
dilangsungkan di tingkat Nasional, Regional, dan Internasional.
JOTI dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan JOTA. Jika JOTA menggunakan fasilitas radio amatir,
maka JOTI adalah pertemuan anggota pramuka dengan memanfaatkan media chating internet. Seperti
JOTA, JOTI pun merupakan acara tahunan yang dilangsungkan di tingkat Nasional, Regional, dan
Internasional.
7. Pertemuan lain;
Pertemuan lain seperti Sidang Paripurna (Siparcab) Dewan Kerja, Pengembaraan, Latihan Dasar
Kepemimpinan, Pelatihan Pengelola Dewan Kerja (PPDK), Pelantara, Kemah Bakti Saka (Pertika) dll.
Berikut ini berbagai jenis perkemahan pramuka ditinjau dari berbagai hal.
1) Jenis perkemahan berdasarkan waktu pelaksanaan
Berdasarkan waktu pelaksanaannya, perkemahan dalam Gerakan pramuka terdiri atas :
1. Perkemahan satu hari; dilaksanakan tanpa bermalam. Kemah jenis ini biasa dilakukan dalam
pesta siaga.
2. Perkemahan dua hari; contohnya adalah Perkemahan Sabtu Malam Minggu (Persami) dan
Perkemahan Kamis Malam Jumat (Perkaju)
3. Perkemahan tiga hari; contohnya adalah Perkemahan Jumat Sabtu Minggu (Perjusami)
4. Perkemahan lebih dari tiga hari
Tanda Pramuka Garuda merupakan tanda kecakapan tertinggi yang diberikan kepada seorang peserta didik
pramuka yang memenuhi syarat Pramuka Garuda. Dasar hukum dan panduan penyelenggaraan pramuka garuda
diatur berdasarkan SK Kwartir Nasional Nomor 101 tahun 1984 tentang Petunjuk Penyelenggaraan Pramuka
Garuda.
Pramuka Garuda dibedakan dalam empat golongan sesuai dengan jenjang pendidikan dalam gerakan Pramuka.
Keempat golongan tersebut adalah:
Pramuka Garuda untuk Pramuka Siaga
Pramuka Garuda untuk Pramuka Penggalang
Pramuka Garuda untuk Pramuka Penegak
Pramuka Garuda untuk Pramuka Pandega
Penggunaan dan pemakaian Tanda Pramuka Garuda dibedakan atas dua macam. Pertama adalah tanda yang
dikenakan saat upacara resmi yaitu terbuat dari logam berwarna emas yang digantungkan dengan selembar pita
merah putih, tanda ini disebut sebagai Tanda Pramuka Garuda Asli. Kedua adalah tanda yang dikenakan pada
kegiatan sehari-hari yang terbuat dari kain dan diletakkan di dada sebelah kanan pada seragam pramuka, tanda ini
disebut sebagai Tanda Pramuka Garuda Duplikat.
Arti dan kiasan gambar pada Tanda Pramuka Garuda akan dijelaskan dalam artikel tersendiri.
Syarat Pramuka Garuda
Seorang peserta didik yang telah menyelesaikan Syarat Kecakapan Umum tingkat terakhir dalam golongannya
(Siaga Tata, Penggalang Terap, Penegak Laksana, atau Pandega) berhak untuk mengajukan diri menjadi pramuka
garuda.
Adapun Syarat Pramuka Garuda tersebut untuk masing-masing golongan
Seorang Pramuka Siaga ditetapkan sebagai Pramuka Garuda jika telah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Menjadi contoh yang baik dalam Perindukan Siaga, di rumah, di sekolah atau di lingkungan pergaulannya,
sesuai dengan isi Dwisatya dan Dwidarma.
2. Telah menyelesaikan SKU tingkat Siaga Tata.
3. Telah memiliki Tanda Kecakapan Khusus untuk Pramuka Siaga, sedikit-dikitnya enam macam dari tiga bidang
Tanda Kecakapan Khusus.
4. Dapat menunjukkan hasta karya buatannya sendiri sedikit-dikitnya sembilan macam dengan menggunakan
sedikit-dikitnya tiga macam bahan.
5. Pernah mengikuti Pesta Siaga, sedikitnya dua kali.
6. Dapat membuktikan dirinya sebagai penabung yang rajin dan teratur.
7. Dapat mempertunjukkan kecakapannya di depan umum dalam salah satu bidang seni budaya.
1. Seorang Pramuka Penggalang ditetapkan sebagai Pramuka Garuda jika telah memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
1) Menjadi contoh yang baik dalam Pasukan Penggalang, di rumah, di sekolah atau di lingkungan
pergaulannya, sesuai dengan isi Trisatya dan Dasadarma.
2) Telah menyelesaikan SKU tingkat Penggalang Terap.
3) Telah memiliki Tanda Kecakapan Khusus untuk Pramuka Penggalang, sedikit-dikitnya sepuluh macam dari
tiga bidang Tanda Kecakapan Khusus, sedikitnya satu macam TKK tingkat Utama dan dua macam TKK
tingkat Madya, yaitu :
b. Lima buah TKK wajib yang dipilih di antara :
1. TKK Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan.
2. TKK Pengatur Rumah
3. TKK Juru Masak.
4. TKK Berkemah.
5. TKK Penabung.
6. TKK Penjahit.
7. TKK Juru Kebun
8. TKK Pengaman Kampung
9. TKK Pengamat
10. TKK Bidang Olah Raga, misalnya gerak jalan, berenang, dan lain-lain.
b. Lima buah TKK pilihan, yang dapat dipilih di antara TKK yang telah ditetapkan dengan Keputusan
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.
2. Dapat menunjukkan hasta karya buatannya sendiri sedikit-dikitnya sepuluh macam dengan menggunakan
sedikit-dikitnya lima macam bahan.
3. Pernah mengikuti Jambore, Perkemahan, Bakti dan Lomba Tingkat.
4. Dapat membuktikan dirinya sebagai penabung yang rajin dan teratur.
5. Dapat mempertunjukkan kecakapannya di depan umum dalam salah satu bidang seni budaya.
6. Dapat menjalankan salah satu cabang olah raga, misalnya atletik, renang, senam, bela diri, gerak jalan atau
cabang olah raga lainnya.
7. Telah mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat.
Sesuai dengan SK Kwartir Nasional Nomor 101 tahun 1984 tentang Petunjuk Penyelenggaraan Pramuka Garuda Bab III
point 7
Syarat-syarat Pramuka Garuda untuk Pramuka Penegak
Seorang Pramuka Penegak ditetapkan sebagai Pramuka Garuda jika telah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Menjadi contoh yang baik dalam gugusdepan, di rumah, di sekolah, di tempat kerja atau di dalam masyarakat,
sesuai dengan isi Trisatya dan Dasadarma.
2. Memahami Undang-undang Dasar 1945.
3. Telah menyelesaikan SKU tingkat Penegak Laksana.
4. Telah memiliki Tanda Kecakapan Khusus untuk Pramuka Penegak, sedikit-dikitnya sepuluh macam dari tiga
bidang Tanda Kecakapan Khusus, sedikitnya satu macam TKK tingkat Utama dan tiga macam TKK tingkat
Madya, yaitu :
a. Lima buah TKK wajib yang dipilih di antara :
1. TKK Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan.
2. TKK Pengatur Rumah
3. TKK Juru Masak.
4. TKK Berkemah.
5. TKK Penabung.
6. TKK Penjahit.
7. TKK Juru Kebun
8. TKK Pengaman Kampung
9. TKK Pengamat
10. TKK Bidang Olah Raga, misalnya gerak jalan, berenang, dan lain-lain.
b. Lima buah TKK pilihan, yang dapat dipilih di antara TKK yang telah ditetapkan dengan Keputusan
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.
Sesuai dengan SK Kwartir Nasional Nomor 101 tahun 1984 tentang Petunjuk Penyelenggaraan Pramuka Garuda Bab III
point 8.
Sesuai dengan SK Kwartir Nasional Nomor 101 tahun 1984 tentang Petunjuk Penyelenggaraan Pramuka Garuda Bab III
point 9.
Pengujian Syarat Pramuka Garuda dilakukan oleh sebuah tim penguji yang dibentuk oleh Kwartir berdasarkan
pengajuan pembina gudep pramuka yang bersangkutan. Tim penguji ini terdiri atas pelatih pembina, pembina
gugusdepan, andalan kwartir, orang tua, dan tokoh masyarakat. Tim penguji melakukan penilaian terhadap calon
pramuka garuda secara perorangan yang dilakukan dengan cara wawancara langsung, pengamatan langsung,
serta membaca dan mendengarkan dari pihak ketiga.
Pramuka Garuda di Negara Lain
Pramuka Garuda tidak hanya terdapat di Indonesia saja. Kepanduan di negara-negara lain juga memberlakukan
Pramuka Garuda dengan nama, tanda, syarat, dan ketentuan yang berbeda. Nama-nama Pramuka Garuda di
beberapa negara di dunia antara lain:
Malaysia: Pengakap Raja
Filipina: Eagle Scout
Brunei Darussalam: Pengakap Sultan
Korea: Tiger Scout
Amerika Serikat: Eagle Scout
Singapura: King Scout
Jepang: Fuji Scout
Australia: Queen's Scout dan Queen's Guide
Hongkong: Dragon Scout
India: Rashtrapati Scout dan Rashtrapati Guide
Daftar Satuan Karya Pramuka Tingkat Nasional adalah daftar berisikan nama Saka beserta lambang Saka
dan penjelasan singkat yang diselenggarakan secara Nasional. Satuan Karya Pramuka atau disingkat Saka,
di tingkat Nasional ini telah diakui dan disahkan oleh Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. Saat ini, terdapat 11
Satuan Karya Pramuka tingkat Nasional.
Sebelum tahun 2013, hanya dikenal delapan Satuan Karya Pramuka Tingkat Nasional. Kedelapan Saka
tersebut adalah Saka Bahari, Saka Bakti Husada, Saka Bhayangkara, Saka Dirgantara, Saka Kencana, Saka
Taruna Bumi, Saka Wanabakti, dan Saka Wira Kartika. Namun Munas Gerakan Pramuka Tahun 2013,
kemudian memutuskan tiga buah Saka baru yang diakui sebagai Saka Tingkat Nasional. Tiga saka baru
tersebut adalah Saka Kalpataru, Saka Pariwisata, dan Saka Widya Budaya Bakti.
Sebagaimana Keputusan Kwartir Nasional Nomor 170.A Tahun 2008 Tentang Petunjuk Penyelenggaraan
Satuan Karya Pramuka, Saka adalah wadah pendidikan dan pembinaan guna menyalurkan minat,
mengembangkan bakat, dan menambah pengalaman para pramuka Penegak dan Pramuka Pandega dalam
berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta keterampilan.
1. Saka Bahari
Saka Bahari adalah Saka yang memberikan keterampilan praktis di bidang kebaharian atau kelautan. Pembinaan
Saka bahari dilaksanakan bekerja sama dengan TNI AL, Profesional di bidang Olahraga Air, dan Kementerian
Kelautan. Saka Bahari memiliki 4 krida, yaitu :
1. Krida Sumberdaya Bahari
2. Krida Jasa Bahari
3. Krida Wisata Bahari
4. Krida Reksa Bahari
Saka Bakti Husada adalah Satuan Karya Pramuka yang memberikan pengetahuan dan ketrampilan praktis di
bidang kesehatan. Pembinaannya bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan. Saka Bakti Husada memiliki 5
(lima) krida, yaitu :
1. Krida Bina Lingkungan Sehat
2. Krida Bina Keluarga Sehat
3. Krida Penanggulangan Penyakit
4. Krida Bina Gizi
5. Krida Bina Obat
3. Saka Bhayangkara
4. Saka Dirgantara
Saka Dirgantara adalah Satuan Karya Pramuka yang memberikan pengetahuan dan keterampilan praktis di bidang
kedirgantaraan. Saka Dirgantara diselenggarakan bekerja sama dengan TNI AU, pihak perusahaan penerbangan
dan klub aeromodelling. Pelatihan biasanya diadakan di sebuah Pangkalan Udara tertentu. Saka Dirgantara terdiri
atas 3 (tiga) krida, yaitu :
1. Krida Olahraga Dirgantara
2. Krida Pengetahuan Dirgantara
3. Krida Jasa Kedirgantaraan
5. Saka Kencana
Saka Kencana adalah Saka yang memberikan pengetahuan dan ketrampilan khusus di bidang Keluarga
Berencana (KB), Keluarga Sejahtera dan Pengembangan Kependudukan. Pembinaannya dilaksanakan bekerja
sama dengan Badan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Saka Kencana meliputi 4 krida, yaitu:
Krida Bina Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KB dan KR)
Krida Bina Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KS dan PK)
Krida Advokasi dan Komunikasi Informasi Edukasi (Advokasi dan KIE)
Krida Bina Peran Serta Masyarakat (PSM)
Saka Taruna Bumi adalah saka yang memberikan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang pembangunan
pertanian. Pembinaannya bekerjasama dengan Kementerian Pertanian, LIPI, dan Lembaga Holtikultura. Saka
Tarunabumi memiliki 5 krida,yaitu:
7. Saka Wanabakti
Saka Wanabakti memberikan pengetahuan dan ketrampilan serta menanamkan rasa tanggung jawab di bidang
pelestarian sumberdaya alam, kehutanan dan lingkungan hidup. Saka Wanabakti diselenggarakan bekerja sama
dengan bekerjasama dengan Kementerian Kehutanan, Perhutani dan LSM Lingkungan Hidup/Lembaga
Profesional terkait. Saka Wanabhakti terdiri atas 4 (empat) krida, yaitu:
Saka Wira Kartika adalah Saka yang memberikan pengetahuan dan ketrampilan khusus di bidang kewilayahan dan
bela negara. Pembinaannya dilaksanakan bekerja sama dengan TNI Angkatan Darat. Saka Wira Kartika terdiri
atas 5 krida, yaitu:
1. Krida Survival
2. Krida Pioner
3. Krida Mountainering
4. Krida Navigasi Darat
5. Krida Bintal Juang.
9, Saka Kalpataru
Saka Kalpataru adalah Satuan Karya Pramuka yang memberikan pengetahuan dan ketrampilan khusus di bidang
kepedulian lingkungan hidup. Pembinaannya dilaksanakan bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup
(sekarang Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup). Saka Kalpataru memiliki 3 krida yaitu
Saka Pariwisata adalah Saka yang memberikan pengetahuan dan ketrampilan khusus di bidang kepariwisataan.
Saka Pariwisata memiliki 3 krida yaitu :
1. Krida Penyuluh Pariwisata
2. Krida Pemandu Pariwisata
3. Krida Kuliner
Saka Widya Budaya Bakti memberikan pengetahuan dan ketrampilan khusus di bidang pendidikan dan
kebudayaan. Saka Widya Budaya Bakti meliputi 7 krida, yaitu:
1. Krida Pendidikan Masyarakat
2. Krida Anak Usia Dini
3. Krida Pendidikan Kecakapan Hidup
4. Krida Bina Sejarah
5. Krida Bina Seni dan Film
6. Krida Bina Nilai Budaya
7. Krida Bina Cagar Budaya dan Museum
Di samping kesebelas Satuan Karya Pramuka tingkat Nasional tersebut dimungkinkan untuk membentuk saka-
Saka tingkat lokal.
Tongkat pramuka pun layaknya senjata bagi setiap pramuka. Sebagaimana lirik salah satu yel pramuka berjudul
"Yel Pramuka Bukan Tentara" di mana salah satu liriknya berbunyi : Bukan polisi dan bukan tentara // Tali dan
tongkat itulah senjatanya // Coklat tua coklat muda seragamnya // Merah dan putih tergantung di lehernya.
Sering kali dijumpai tongkat pramuka yang diwarnai menjadi tiga bagian, yaitu merah di kedua ujungnya dan putih
di bagian tengahnya. Bagian ujung yang berwarna merah berukuran masing-masing 30 cm, sedangkan bagian
tengah yang berwarna putih berukuran 100 cm. Aturan pewarnaan tongkat tersebut tidak salah namun juga tidak
wajib. Karena sekali lagi, masing-masing regu bebas untuk mewarnai tongkatnya sesuai dengan kreatifitasnya.
Sebagai alat serba guna, tongkat pramuka memiliki berbagai manfaat dan kegunaan. Penggunaan tongkat
pramuka tersebut antara lain untuk :
1. Tiang tenda
2. Pembuatan pionering, mulai dari pionering gapura, tiang bendera, rak sepatu, jemuran pakaian, dan lain
sebagainya.
3. Pembuatan tandu darurat (dragbar)
4. Alat pertahanan diri, termasuk terhadap hewan liar
5. Alat bantu menaksir tinggi, menaksir jarak, dan lain sebagainya.
6. Alat bantu pengepakan barang (membawa, mengangkut, dan memindahkan barang)
7. Baris Berbaris Menggunakan Tongkat
Mengingat pentingnya kegunaan tongkat pramuka perlu diperhtaikan dalam pemilihan bahan tongkat yang harus
mempertingbangkan kekuatan dan ukuran tongkat. Jika diperlukan, dapat ditambahkan tanda-tanda pada tongkat
yang menunjukkan ukuran-ukuran tertentu. Semisal panjang 1 meter, 30 cm, dll.
Yang tidak kalah pentingnya adalah perawatan tongkat. Dengan perawatan dan penyimpanan yang benar, akan
menjaga kualitas tongkat. Sehingga saat sewaktu-waktu tongkat dibutuhkan untuk membuat sesuatu (semisal
tandu darurat) dapat berfungsi dengan baik.
SKK dan TKK (Syarat Kecakapan Khusus dan Tanda Kecakapan Khusus)
SKK adalah singkatan dari Syarat Kecakapan Khusus, sedang TKK adalah singkatan dari Tanda Kecakapan
Khusus. Keduanya saling terkait. SKK (Syarat Kecakapan Khusus) merupakan serangkaian syarat untuk
Dalam Anggaran Dasar Gerakan Pramuka Pasal 9 ayat 3 disebutkan bahwa salah satu metoda pendidikan
kepramukaan adalah Sistem Tanda Kecakapan. Sistem tanda kecakapan ini terdiri atas dua golongan yaitu tanda
kecakapan umum dan tanda kecakapan khusus. Syarat tanda kecakapan umum (SKU) meliputi berbagai bidang
dan semua Pramuka pada waktunya harus mencapainya. Sedangkan SKK (syarat tanda kecakapan
khusus) meliputi hanya satu bidang saja. Pengertian lebih mendalam akan diulas di bawah.
SKK berlaku bagi anggota Pramuka Siaga, Pramuka Penggalang, Pramuka Penegak, dan Pramuka Pandega. TKK
bersifat opsional bagi peserta didik, sehingga seorang peserta didik dapat memiliki TKK yang berbeda dari peserta
didik lain. Dengan kata lain, seorang pramuka bebas memilih SKK apa saja yang diinginkannya sesuai dengan
kemampuan, keterampilan, dan minat yang dimiliki.
Ketentuan tentang kecakapan khusus diatur oleh Gerakan Pramuka dengan Surat Keputusan Kwartir Nasional
Gerakan Pramuka Nomor: 134/KN/76 Tahun 1976 tentang Petunjuk Penyelenggaraan Kecakapan Khusus.
Petunjuk Penyelenggaraan ini dapat diunduh di halaman Download SK dan PP Pramuka.
Tingkatan dan bentuk Tanda Kecakapan Khusus untuk masing-masing golongan peserta didik pramuka adalah
berbeda. Perbedaan tingkatan dan bentuknya adalah sebagai berikut:
Adik-adik dan Kakak-kakak pembaca pramukaria, itulah berbagai hal mengenai SKK dan TKK. Mulai dari
pengertian SKK dan TKK, penggolongan SKK dan TKK, tingkatan TKK, serta cara pemasangan TKK dan
ketentuan lainnya.
Penambahan jumlah jenis Tanda Kecakapan Khusus Wajib yang semula hanya 10 jenis menjadi 13 jenis ini
dituangkan dalam Surat Edaran Kwartir Nasional Nomor 0782-00-A tanggal 8 Juli 2013 tentang TKK Wajib.
Pencapaian Tanda Kecakapan Khusus Wajib ini biasanya terkait dengan salah satu syarat dalam SKU Pramuka
Garuda. Dalam salah satu syaratnya, seorang calon Pramuka Garuda harus memiliki sedikitnya 10 macam TKK
yang 5 diantaranya merupakan SKK Wajib.
Tetampan TKK, Ketentuan dan Tata Cara Pemakaian
Tetampan TKK, Ketentuan dan Tata Cara Pemakaian ini membahas tentang pengertian tetampan
serta ketentuan dan tata cara pemakaian tetampan. Di lapangan, masih saja sering kita temui penggunaan
tetampan TKK (Tanda Kecakapan Khusus) yang tidak sesuai dengan aturan. Padahal sudah jelas, hal ini diatur
dalam SK Kwarnas Gerakan Pramuka Nomor: 134/KN/76 Tahun 1976 tentang Petunjuk Penyelenggaraan
Kecakapan Khusus.
Ketentuan dan tata cara pemakaian tetampan TKK telah diatur dalam SK Kwarnas Gerakan Pramuka Nomor:
134/KN/76 Tahun 1976 tentang Petunjuk Penyelenggaraan Kecakapan Khusus. Pengaturan tersebut termuat di
Bab V tentang Ketentuan dan Tempat Pemakaian TKK, pasal 16 ayat b hingga h.
Seorang pramuka dapat menggunakan tetampan jika telah memiliki lebih dari 5 Tanda Kecakapan Khusus (TKK).
Lima buah TKK dipasang di lengan seragam pramuka sebelah kanan. Sedangkan TKK selebihnya dipasang di
tetampan. Sehingga jika seorang pramuka baru memperoleh lima atau kurang, maka pramuka tersebut belum bisa
Cara mengenakan tetampan adalah dengan diselempangkan di badan, melalui bahu sebelah kanan, menyilang
dada dan punggung menuju pinggang sebelah kiri. Bisa jadi, seorang pramuka memiliki banyak TKK sehingga
tidak muat dalam tetampan. Tata cara pemasangan TKK pada tetampan dan penggunaannya akan diuraikan di
bawah.
Tata cara memasang atau menempatkan Tanda Kecakapan Khusus (TKK) di tetampan TKK:
1. TKK yang dipasang di tetampan adalah selain 5 TKK yang telah dipasang di lengan kanan baju seragam
pramuka.
2. TKK yang dipasang adalah TKK dengan tingkatan tertinggi yang diperoleh. Jika telah mendapatkan sebuah
TKK tingkat madya, maka yang dipasang adalah TKK tingkat madya tersebut dan TKK tingkat purwa-nya
ditanggalkan.
3. TKK ditempatkan di bagian tetampan yang berada di depan dada. Pemasangannya disusun urut mulai dari
atas ke bawah, dimulai dengan bagian yang terdekat dengan bahu sebelah kanan.
4. Jika TKK yang diperoleh banyak sehingga tidak muat dipasang di bagian sebagaimana nomor dua di atas
(di depan dada), TKK selebihnya dipasang di bagian tetampan yang berada pada bagian punggung.
Pemasangannya disusun urut mulai dari atas ke bawah, dimulai dengan bagian yang terdekat dengan
bahu.
5. Jika TKK yang diperoleh lebih banyak sehingga tidak muat dipasang baik di tetampan bagian depan tubuh
maupun belakang punggung, maka dipergunakan tetampan kedua.
6. Tata cara pemasangan TKK pada tetampan kedua sama seperti pada tetampan pertama.
Pramuka yang memiliki hingga dua tetampan mengenakan kedua tetampannya. Tetampan pertama
diselempangkan di badan melalui bahu kanan hingga menyilang ke pinggang sebelah kiri. Sedangkan tetampan
kedua dikenakan dengan diselempangkan di badang melalui bahu sebelah kiri hingga pinggang sebelah kanan.
Pada persilangan antara dua tetampan, tetampan pertama (yang dari bahu kanan) berada di sebelah atas
(menindih) tetampan kedua (yang dari bahu kiri).
Tetampan tidak boleh dipasangi tanda gambar, lencana, tulisan, dan tanda lainnya yang bukan TKK sebagaimana
yang telah ditetapkan oleh Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.
Tetampan hanya dikenakan oleh pramuka saat mengikuti kegiatan upacara kepramukaan. Pada saat latihan atau
kegiatan lainnya (terutama yang memerlukan keleluasaan bergerak), tetampan TKK hendaknya ditanggalkan.
Kesalahan-Kesalahan dalam Memakai Tetampan
Beberapa kesalahan yang umum terjadi saat pemakaian tetampan TKK, antara lain:
1. TKK yang telah dipasang di lengan baju masih dipasang juga di tetampan
2. TKK yang dipasang di lengan baju belum lima buah tetapi sudah ada yang dipasang di tetampan.
3. TKK dipasang di bagian tengah tetampan, bukan mulai pada bagian atas (bagian yang dekat dengan
bahu).
4. Tetampan TKK dikenakan secara terbalik yakni dengan menyelempangkannya melalui bahu sebelah kiri
hingga pinggang sebelah kanan.
Dengan mengetahui pengertian, bentuk, dan tata cara pemasangan TKK di tetampan serta cara mengenakan
tetampan sebagaimana di atas diharapkan para pramuka dapat mengenakan tetampan dengan benar. Kakak-
kakak pembina pun dapat mengarahkan penggunaan tetampan bagi adik-adiknya sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
Adapun tentang SK Kwarnas Gerakan Pramuka Nomor: 134/KN/76 Tahun 1976 tentang Petunjuk
Penyelenggaraan Kecakapan Khusus, dapat diunduh di halaman SK dan PP Gerakan Pramuka.
Sistem Among dalam Kepramukaan
Sistem Among dalam kepramukaan. Dalam melaksanakan pendidikan kepramukaan di Indonesia, Gerakan
Pramuka menggunakan sistem among. Di mana dalam fungsinya sebagai penyelenggara pendidikan nonformal di
luar sekolah dan di luar keluarga kepramukaan berlandaskan Sistem Among di samping menerapkan Prinsip Dasar
Kepramukaan dan Metode Kepramukaan.
Sistem Among adalah proses pendidikan yang dilaksanakan dalam bentuk hubungan khas antara peserta didik
dengan pendidiknya. Sistem Among dalam Pramuka, menciptakan hubungan pendidik Ipembina pramuka) yang
memberikan kebebasan kepada peserta didik (anggota Gerakan Pramuka) untuk dapat bergerak dan bertindak
dengan leluasa dan menghidari paksaan, guna mengembangkan kemandirian, percaya diri, dan kreatifitas sesuai
aspirasi peserta didik. Kata "among" sendiri berasal dari bahasa Jawa yaitu "mong", "momong" atau "ngemong",
yang mempunyai arti mengasuh atau membimbing.
Sistem Among digagas pertama kali oleh Ki Hajar Dewantara dan kemudian diterapkan dalam sistem pendidikan di
Taman Siswa. Kini sistem Among tetap banyak dianut dan diterapkan dalam dunia pendidikan. Tidak terkecuali
pendidikan kepramukaan di Indonesia yang ikut menerapkan Sistem Among.
Penerapan Sistem Among dalam pendidikan kepramukaan yang dilakukan oleh Gerakan Pramuka ditegaskan
dalam Undng-undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka Bab III Pasal 10 Ayat (1), (2), dan (3). Pun
termuat dalam Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, pada bagian Pendahuluan, Pasal 5, Pasal 9, dan Pasal 11.
(Baca : AD ART Gerakan Pramuka Terbaru Hasil Munas 2013)
Sistem Among dilaksanakan dengan menerapkan prinsip kepemimpinan yang harus dipraktekkan oleh Pembina
Pramuka. Prinsip-prinsip kepemimpinan itu terdiri atas :
ing ngarsa sung tuladha yang memiliki maksud di depan menjadi teladan;
ing madya mangun karsa yang memiliki maksud di tengah membangun kemauan;
tut wuri handayani yang memiliki maksud di belakang memberi dorongan dan pengaruh yang baik ke arah
kemandirian.
Selain itu, seorang Pembina Pramuka, dalam melaksanakan tugasnya, dituntut bersikap dan berperilaku yang
antara lain :
1. Cinta kasih, kejujuran, keadilan, kepantasan, keprasahajaan/kesederhanaan, kesanggupan berkorban dan
kesetiakawanan sosial.
2. Disiplin disertai inisiatif.
3. Bertanggungjawab terhadap diri sendiri, sesama manusia, negara dan bangsa, alam dan lingkungan hidup,
serta bertanggungjawab kepada Tuhan yang Maha Esa.
Dalam gambar ilustrasi di atas, bisa dilihat bahwa proporsi pelaksanaan masing-masing prinsip dalam Sistem
Among akan berbeda di setiap golongan peserta didik. Pembimbingan langsung sebagai implementasi dari prinsip
"ing ngarsa sung tuladha" paling banyak diberikan kepada anggota Pramuka Siaga dan semakin menurun
proporsinya pada golongan anggota pramuka yang lebih tinggi. Sebaliknya, pembimbingan secara tidak langsung,
dalam bentuk motivasi, dorongan, dan pengaruh ke arah kemandirian (tut wuri handayani) pada anggota pramuka
Pandega cukup tinggi dan berkurang proporsinya pada tingkatan anggota di bawahnya.
Pelaksanaan Sistem Among dalam kepramukaan merupakan anak sistem Scouting Methode (Metode
Kepramukaan) yang perwujudannya akan terintergrasi dengan Prinsip Dasar Kepramukaan, Metode
Kepramukaan, Kode Kehormatan Pramuka, Motto Kepramukaan dan Kisan Dasar Kepramukaan.
Kiasan Dasar, digunakan sebagai salah satu unsur terpadu dalam pendidikan kepramukaan. Penggunaannya
dimaksudkan untuk mengembangkan imajinasi, sesuai dengan usia dan perkembangan peserta didik sehingga
sehingga akan mendorong kreatifitas dan keikutsertaan peserta didik dalam setiap kegiatan pendidikan
Penggolongan dan tingkatan Tanda Kecakapan Umum dalam Gerakan Pramuka pun dapat dilandasi dengan
kiasan dasar. Dengan berdasarkan masa perjuangan bangsa Indonesia itu, tingkatan Kecakapan Umum Pramuka
dapat dinyatakan:
1) Tingkatan SKU Pramuka Siaga terdiri atas Mula, Bantu, dan Tata; DIMULAI dengan pembangunan yang
membutuhkan BANTUAN dan kesadaran yang tinggi dan membutuhkan PENATAAN yang baik.
2) Tingkatan SKU Pramuka Penggalang terdiri atas Ramu, Rakit, dan Terap; pembangunan diawali dengan
MERAMU (bahan) yang ada, kemudian kita RAKIT (susun) setelah itu baru kita TERAPKAN (praktekan).
3) Tingkatan SKU Pramuka Penegak terdiri atas Bantara dan Laksana; pembangunan tersebut kemudian
membutuhkan BANTARA-bantara (ajudan, pengawas, kader) pembangunan yang kuat, baik, terampil dan
bermoral yang sanggup MELAKSANAKAN pembangunan bangsa.
Pengertian ikatan sebagai "pertautan antara tali dengan benda lain (semisal kayu)" tidak pernah diketahui
bersumber dari mana. Kalaupun kita buka Kamus Besar Bahasa Indonesia, baik kata "ikat" maupun "ikatan" tidak
ikatan /ikat·an/ n 1 yg diikat; 2 cara mengikat; 3 berkas; gabungan: kayu ini ~ nya kecil-kecil; 4 susunan
(hubungan) kata dsb; rangkaian; pertalian: arti kata hendaknya diterangkan dl ~ kalimat; 5 perserikatan;
perkumpulan; 6 Kim lambang untuk menyatakan jumlah serta ikatan valensi atom dl rumus struktur;~ dinas
perjanjian antara seseorang (pelajar dsb) dan instansi yg memberinya bantuan beasiswa; ~ homopolar Kim
ikatan dng distribusi muatan elektrik yg sama antara dua atom; ~ kimia Fis ikatan antaratom yg terjadi krn
fungsi gelombang elektron suatu atom tumpang tindih dng fungsi gelombang elektron atom yg lain atau
krn suatu elektron dapat menjadi milik bersama kedua inti atom;
Seharusnya ikatan tidak sekedar dimaknai sebagai "pertautan antara tali dengan benda lain (semisal kayu)" namun
sebagai "rangkaian tali dengan susunan tertentu yang digunakan untuk menautkan (menyatukan) dua atau lebih
benda lain". Jadi yang disatukan bukanlah tali dengan benda tetapi beberapa benda yang diikat dengan tali. Kalau
menggunakan definisi ikatan dari KBBI tersebut di atas akan kita dapati:
Ikatan palang; dapat diartikan : (1). Palang yang diikat (2). Cara mengikat palang atau kayu yang
berpalangan (3) berkas atau gabungan kayu berpalangan. Palang sendiri mempunyai arti "palang
/pa·lang/ n batang kayu (bambu, besi, dsb) yg dipasang melintang pd jalan, pintu, dsb;" (KBBI). Sehingga
dapat dikatakan palang adalah lebih dari satu benda.
Demikian juga pada ikatan silang, ikatan canggah, dan ikatan kaki tiga.
Ikatan pangkal; tidak bisa diartikan sebagai (1) pangkal yang diikat; (2) cara mengikat pangkal (3) berkas
atau gabungan pangkal.
Demikian juga dengan ikatan jangkar dan ikatan tambat.
Pun kalau kita memaksakan menggunakan pengertian ikatan sebagai "pertautan antara tali dengan benda
lain (semisal kayu)" akan kita dapatkan:
Ikatan palang : pertautan antara tali dengan kayu yang disusun berpalangan
Ikatan silang : pertautan antara tali dengan kayu yang disusun bersilangan
Ikatan kaki tiga : pertautan antara tali dengan kayu yang membentuk kaki tiga
Ikatan pangkal : pertautan antara tali dengan pangkal (Benda apakah, pangkal yang dimaksud?)
Ikatan jangkar : pertautan antara tali dengan jangkar (Bukankah yang diikat bukan jangkar?)
Ikatan tambat : pertautan antara tali dengan tambat (Benda apakah, tambat yang dimaksud?)
Sehingga ketika kita menggunakan definisi ikatan sebagai "pertautan antara tali dengan benda lain (semisal kayu)",
pangkal, jangkar, dan tambat yang tergolong sebagai ikatan akan memiliki definisi yang tidak jelas.
Namun jika kita menggunakan definisi ikatan sebagai "rangkaian tali dengan susunan tertentu yang digunakan
untuk menautkan (menyatukan) dua atau lebih benda lain" akan kita dapatkan pengertian sebagai berikut:
Ikatan palang : rangkaian tali dengan susunan tertentu yang digunakan untuk menautkan (menyatukan)
dua benda yang berpalangan. Sehingga yang ditautkan bukan tali dengan benda, tetapi tali tersebut untuk
menautkan dua benda atau lebih secara berpalangan.
Ikatan silang : rangkaian tali dengan susunan tertentu yang digunakan untuk menautkan (menyatukan)
dua bersilangan. Sehingga yang ditautkan bukan tali dengan benda, tetapi tali tersebut untuk menautkan
dua benda atau lebih secara bersilangan.
Membuat Simpul Anyam Berganda atau Double Sheet Bend sebenarnya akan sangat mudah bila sebelumnya
telah menguasai keterampilan kepramukaan membuat simpul anyam. Memang simpul anyam berganda
merupakan pengembangan dari simpul anyam terutama untuk meningkatkan daya ikat (kekuatan) tali dalam
menyimpul.
Simpul anyam berganda atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai double sheet bend, tidak hanya mempunyai
kemiripan bentuk dengan simpul anyam. Namun fungsi atau kegunaan simpul ini pun nyaris sama. Keduanya
berguna untuk menyambung dua buah utas tali kering yang ukurannya tidak sama besar. Bedanya, simpul anyam
berganda digunakan jika perbedaan ukuran antara dua utas tali yang disambung tersebut sangat besar.
Sehingga bisa dikatakan bahwa jika ingin menyambung dua utas tali kering yang ukurannya sama, gunakan simpul
mati. Jika kedua utas tali berbeda ukuran (yang satu besar dan satunya lagi kecil), gunakan simpul anyam. Dan
Simpul dan tali temali sendiri merupakan salah satu teknik kepramukaan yang harus dikuasai sejak dini oleh para
pramuka. Sejak usia pramuka siaga pun sudah dikenalkan dengan simpul dan tali temali.Selain berguna dalam
berbagai kegiatan di lapangan semacam mendirikan tenda, membuat pionering, membuat dragbar, hingga saat
survival di alam bebas, mempelajari tali temali pun mampu merangsang ketelitian, kecermatan, ketekunan, daya
daya kreatifitas pramuka. Termasuk ketika membuat simpul anyam berganda atau double sheet bend.
Simpul anyam berganda telah selesai dibuat. Jika dicermati, mulai langkah pertama hingga ketiga di atas sama
persis seperti membuat simpul anyam. Dan jika diakhir dilangkah tersebut (langkah ketiga; gambar 2), telah
tercipta simpul anyam. Dan jika ingin membuat simpul anyam berganda tinggal dilanjutkan dengan langkah
keempat dan kelima saja.
Nama simpul kembar merujuk kepada bentuk simpul ini yang sebenarnya merupakan gabungan dari dua buah
simpul hidup. Sedangkan penyebutan sebagai simpul nelayan (fisherman's knot) selain lantaran kerap digunakan
sebagai penyambung nilon (tali) pancingan juga sering digunakan untung menyambung dua utas tali yang dalam
kondisi basah.
Simpul tambat atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai timber hitch sebenarnya sebuah simpul yang sangat
sederhana dalam tali temali. Kegunaannya, selain untuk memulai ikatan silang juga untuk menautkan tali pada
benda-benda lain, terutama benda-benda yang berukuran besar.
Simpul tiang sebenarnya sama dengan simpul anyam, perbedaannya hanya pada posisi dan manfaatnya atau
kegunaannya. Jika simpul anyam dibuat dengan dua dua ujung dari dua utas tali (antara ujung dengan ujung tali)
berbeda dengan simpul tiang yang dibuat dengan satu utas tali dimana simpul dibuat antara ujung tali dengan
badan tali. Namun jika diperhatikan bentuk tautan talinya sama.
Manfaat dari simpul tiang adalah untuk membuat sebuah sosok (mata tali) yang kedudukannya tetap (tidak
bergeser) atau untuk mengikat sesuatu yang membutuhkan keleluasaan bergerak semisal leher binatang. Dengan
simpul tiang, sosok yang terbuat akan tetap dan tidak bergeser (menciut atau melonggar) sehingga leher binatang
tidak terjerat.
Cara Membuat Simpul Tiang
Untuk membuat simpul tiang caranya tidak sulit. Perhatikan terlebih dahulu gambar berikut:
Simpul jangkar (cow hitch) kerap digunakan untuk menautkan tali pada benda lain secara cepat, mengikat jangkar,
hingga membuat usungan darurat atau dragbarbersama dengan simpul pangkal dan ikatan palang.
Simpul jangkar
Bagi dua tali dan lingkarkan pada benda yang hendak ditali
Tarik kedua badan tali (lihat tanda panah), sehingga seluruh tali masuk ke dalam sosok
Cara kedua ini tampak lebih mudah dan cepat namun memiliki keterbatasan terutama jika badan tali terlalu
panjang akan sehingga memakan waktu ketika menarik badan tali hingga masuk ke dalam sosok. Karena itu cara
kedua hanya direkomendasikan jika tali tidak terlalu panjang.
1. Buatlah sosok pada ujung utas tali yang berukuran lebih besar (dalam gambar, tali berwarna biru)
2. Masukkan ujung tali yang lebih kecil (merah) ke dalam sosok tali besar (biru) dari arah bawah
3. Belitkan ujung tali kecil (merah) di bawah tali biru
4. Sisipkan ujung tali merah ke bawah badan tali itu sendiri (gambar 3)
Cara Kedua:
1) Buatlah dua ‘sosok’ tali seperti pada gambar “a”. Perhatikan posisi kedua ujung tali di mana ujung pertama
ada di atas tali (pada gambar, ‘sosok’ yang kiri) dan ujung kedua ada di bawah tali (pada gambar, sosok yang
kanan)
2) Rekatkan kedua sosok hingga bertumpukan dengan posisi sosok yang ujung talinya di bawah berada di atas
sosok yang ujung talinya di bawah (gambar “b”)
3) Masukkan sosok yang bertumpukan tadi melingkari tongkat atau kayu (gambar “c”)
4) Selesai.
Kedua cara membuat simpul pangkal di atas sama-sama mudahnya. Tinggal memilih mana yang disukai dengan
memperhatikan kondisi. Artinya simpul pangkal hendak di buat di tengah-tengah kayu lebih tepat menggunakan
cara pertama karena jika menggunakan cara kedua akan kesulitan saat menempatkan simpul ke tongkat.
Kegunaan simpul mati adalah untuk menyambung dua buah tali yang sama besar dan dalam keadaan kering. Ini
Untuk memudahkan instruksi, dalam tutorial membuat simpul mati ini kita ibaratkan sedang menyambung dua buah
tali yang satu berwarna biru dan satunya lagi berwarna putih. Langkah-langkah membuat simpul mati adalah
sebagai berikut:
1. Letakkan ujung tali putih di atas ujung tali biru.
2. Lingkarkan ujung tali putih ke bawah tali biru kemudian lingkarkan lagi ke atas.
3. Balik arah ujung tali biru yang tadinya ke arah kanan menjadi ke arah kiri . Demikian juga dengan ujung tali
putih, balik ke arah kanan dan letakkan ujungnya di atas ujung tali biru.
4. Ulangi langkah pada nomor dua.
5. Tarik masing-masing ujung tali sehingga simpul menjadi kencang.
6. Dan selesai, simpul mati atau reef knot atau square knot telah jadi.
Keempat jenis ikatan tersebut adalah ikatan palang, ikatan silang, ikatan canggah, dan ikatan kaki tiga. Dalam
kesempatan kali ini kita akan mencoba mempraktekkan membuat masing-masing dari jenis ikatan tersebut. Ikatan
dalam tali temali sendiri mempunyai arti sebagai rangkaian tali dengan susunan tertentu yang digunakan untuk
menautkan (mengikat) dua atau lebih benda lain.
Ikatan Canggah
Ikatan Canggah digunakan untuk menyambung dua buah tongkat secara lurus. Penggunaan ikatan canggah
seperti untuk membuat tiang bendera dengan sambungan tongkat. Terdapat beberapa versi ikatan canggah,
namun yang lebih sering digunakan adalah sebagaimana langkah-langkah berikut:
Buatlah sosok di antara dua tongkat yang disambung.
Utas tali yang panjang dililitkan mengitari kedua tongkat. Lilit hingga bagian akhir persambungan.
Masukkan utas tali ke dalam sosok yang dibuat pada langkah pertama tadi (gbr. 2)
Tarik ujung tali sehingga sosok masuk ke dalam lilitan (gambar 2)
Utas tali yang bawah simpul dengan simpul pangkal
Itulah cara membuat ikatan palang, ikatan silang, ikatan canggah, dan ikatan kaki tiga. Jika gambar kurang jelas
atau terlalu kecil, silakan klik kanan kemudian klik ‘buka tautan di tab baru’ untuk memperoleh gambar dengan
ukuran yang lebih besar. Semoga teknik kepramukaan mengenai ikatan dalam tali temali dan pionering yang biasa
digunakan pramuka ini membantu kita menguasai teknik kepramukaan.
Ikatan Silang (Cross Lashing)
Ikatan silang dalam bahasa Inggris dikenal sebagai cross lashing. Kegunaan dari ikatan ini adalah untuk
menautkan dua buah tongkat atau kayu yang posisinya bersilangan. Umumnya sudut yang terbentuk dari dua buah
tongkat tersebut tidak tegak lurus atau 90 derajat. Jika tegak lurus gunakanlah ikatan palang. Untuk membuat
ikatan silang ikutilah langkah-langkah berikut:
Ikatan Canggah
Ikatan Canggah digunakan untuk menyambung dua buah tongkat secara lurus. Penggunaan ikatan canggah
seperti untuk membuat tiang bendera dengan sambungan tongkat. Terdapat beberapa versi ikatan canggah,
namun yang lebih sering digunakan adalah sebagaimana langkah-langkah berikut:
Buatlah sosok di antara dua tongkat yang disambung.
Utas tali yang panjang dililitkan mengitari kedua tongkat. Lilit hingga bagian akhir persambungan.
Masukkan utas tali ke dalam sosok yang dibuat pada langkah pertama tadi (gbr. 2)
Tarik ujung tali sehingga sosok masuk ke dalam lilitan (gambar 2)
Utas tali yang bawah simpul dengan simpul pangkal
Itulah cara membuat ikatan palang, ikatan silang, ikatan canggah, dan ikatan kaki tiga. Jika gambar kurang jelas
atau terlalu kecil, silakan klik kanan kemudian klik ‘buka tautan di tab baru’ untuk memperoleh gambar dengan
ukuran yang lebih besar. Semoga teknik kepramukaan mengenai ikatan dalam tali temali dan pionering yang biasa
digunakan pramuka ini membantu kita menguasai teknik kepramukaan.
Model Pionering Menara Pandang
Pionering sendiri diambil dari kata pionir yang mempunyai arti “penganjur; pelopor; perintis jalan; pembuka jalan:”
(Kamus Besar Bahasa Indonesia). Atau diambil dari bahasa Inggris ‘pioneering’ yang berarti ‘kepeloporan’. Dalam
kepramukaan pionering merupakan keterampilan dalam pembuatan bangunan darurat dengan menggunakan
bahan-bahan seadanya. Jenis bangunan yang dibuat semisal menara pandang atau menara jaga, tiang bendera,
gapura atau pintu gerbang, jembatan, dan aneka perabotan perkemahan semacam meja makan, rak sepatu, dan
lain-lain. Bahan yang digunakan untuk membuatnya biasanya terbatas pada kayu dan tali. Karena itu dalam
pembuatan pionering sangat diperlukan penguasaan terhadap materi tali-temali termasuk aneka simpul dan ikatan.
Jembatan Derek
Jembatan Tali
Jembatan Monyet
Keterangan gambar:
1. Huruf “a”: ujung induk dragbar yang disisakan sebagai pegangan tandu. Jaraknya sekitar 25 cm.
2. Huruf “b”: ujung anak dragbar sepanjang 5 cm.
3. Huruf “c”: Ikatan palang.
4. Huruf “d”: Simpul pangkal untuk mengakhiri ikatan palang.
5. Huruf “f”: Tautan tali antara tali dari sebelah atas dan bawah.
6. Huruf “e”: Simpul jangkar.
7. Huruf “g”: Simpul mati.
Jika terdapat mitella dapat digunakan sebagai alas kepala korban dengan cara dililitkan melingkar antara dua induk
dragbar. Jika tidak ada bisa menggunakan bahan-bahan lain yang bisa memberikan rasa nyaman di kepala
korban. Apabila dalam evakuasi melalui medan yang cukup sulit, bisa ditambahkan pembalut gulung atau tali untuk
mengikat korban dengan induk dragbar. Ini untuk mengantisipasi agar korban tidak terjatuh dari atas tandu.
Terkadang terdapat pembuatan dragbar atau usungan tanpa menggunakan anak dragbar (tongkat ukuran 60 cm).
Pembuatan dragbar atau tandu darurat semacam itu memang lebih cepat tetapi kurang kuat dan kurang stabil
sehingga kurang aman digunakan dan kurang memberikan rasa nyaman pada korban.
Nah, itulah cara membuat dragbar darurat, sekilas memang rumit akan tetapi dengan banyak berlatih dan jika
dikerjakan bersama-sama dengan kompak tentu akan dapat terselesaikan dengan cepat dan mudah.
Untuk mempelajari cara membaca dan membuat sandi AND, perhatikan gambar berikut:
Cara membaca atau memecahkan sandi AND sangat gampang. Perhatikan bahwa setiap kata dalam soal sandi itu
selalu mengandung "AND" seperti ANDAN, ANDAK, PRANDA, dan seterusnya. Seperti disebutkan dalam kata
kunci pada contoh sandi di atas, "bikin runyam dan sebel aja" kalau ada membuat runyam dan sebel berarti
sebaliknya kalau tidak ada akan membuat jelas dan senang!. Maka dari itu huruf "AND" cukup dihilangkan atau
dihapuskan seperti pada gambar di bawah.
Dari kata pertama "ANDAN" dicoret AND-nya sehingga menyisakan "AN". Pada kata kedua, kata "ANDAK" dicoret
"AND"-nya sehingga menyisakan "AK". Demikian dilakukan hal yang sama pada kata-kata berikutnya sehingga
akan tersisa: "AN", "AK", "PRA", "MU", "KA", "HA", "RUS", dan "SE". Jika huruf-huruf itu dirangkai akan membentuk
sebuah kalimat, ANAK PRAMUKA SE....
Nah, dengan dua baris sandi AND di atas sudah terbaca beberapa kalimat. Tentunya sekarang tidak sulit bagi
adik-adik pramuka untuk meneruskan sehingga kesemua kata dalam soal sandi AND di atas terpecahkan dan
membentuk sebuah kalimat yang utuh.
Yang sering kali menyulitkan saat membaca sandi rumput adalah prasyarat utamanya yang harus dibaca dengan
menggunakan kode morse. Memang, untuk dapat memecahkan soal sandi rumput mutlak dibutuhkan keterampilan
dan penguasaan akan kode morse. Ini seperti ketika membaca sandi kimia yang mana juga membutuhkan kode
morse.
Garis pendek dan tinggi di atas melambangkan titik dan strip dalam kode morse. Dimana garis pendek merupakan
titik dan garis tinggi melambangkan strip. Titik dan strip ini nanti kemudian dibaca dengan menggunakan kode
morse. Untuk memisahkan antar huruf dipergunakan tanda tanda pemisah berupa garis mendatar.
Jika belum menguasai kode morse, silakan baca dan pelajari artikel "Cara Cepat dan Mudah Membaca Morse".
Dalam contoh sandi rumput di atas, sandi baris pertama terdiri atas 8 huruf. Masing-masing huruf dipisahkan
dengan garis mendatar. Mari coba kita pelajari satu persatu:
Huruf pertama terdiri atas dua garis yaitu 'garis pendek' + 'garis tinggi' yang jika ditulis dalam kode morse
menjadi . - (titik strip). Dalam kode morse . - berarti huruf "A"
Huruf kedua terdiri atas tiga garis yaitu 'garis panjang' + 'garis pendek' + 'garis panjang' yang jika ditulis dalam
kode morse menjadi - . - (strip titik strip). Dalam kode morse -.- berarti huruf "K".
Huruf ketiga terdiri atas tiga garis yaitu 'garis pendek' + 'garis pendek' + 'garis tinggi' yang jika ditulis dalam
kode morse menjadi ..- (titik titik strip). Dalam kode morse ..- berarti huruf "U"
Huruf keempat terdiri atas dua garis yaitu 'garis tinggi' + 'garis tinggi' atau -- (strip strip). Dalam kode morse --
= "M".
Huruf kelima sama seperti huruf pertama yaitu dua garis yaitu 'garis pendek' + 'garis tinggi' atau ,- (titik strip).
Dalam morse .- = "A".
Huruf keenam terdiri atas tiga garis yaitu 'garis pendek' + 'garis pendek' + 'garis pendek' atau ... (titik titik titik)
yang berarti huruf "S".
Huruf ketujuh terdiri atas tiga garis yaitu 'garis pendek + 'garis pendek' + 'garis tinggi' atau ..- (titik titik strip)
yang berarti huruf "U".
Huruf kedelapan terdiri atas tiga huruf yaitu 'garis tinggi' + 'garis pendek' + 'garis tinggi' atau -.- (strip titik strip)
yang berarti huruf K.
Setelah baris pertama terselesaikan, silakan dicoba untuk mengerjakan (memecahkan) baris kedua dan ketiga
contoh sandi rumput di atas. Di mana pada baris kedua contoh di atas terdiri atas tujuh huruf dan pada baris
ketiganya terdiri atas sepuluh huruf.
Kelima sandi tersebut selain bentuknya yang mirip dengan sandi rumput cara pengerjaannya (memecahkannya)
pun sama dengan sandi rumput yaitu sama-sama menggunakan kode morse.
Setelah mempelajari sandi rumput, cara membuat dan cara membacanya (termasuk beberapa sandi lain yang
mempunyai kemiripan dengan sandi rumput), sekarang tidak ada alasan lagi anggota pramuka untuk mengatakan
bahwa sandi rumput itu sulit.
Membaca dan Membuat Sandi Kotak
Cara membaca dan membuat sandi kotak teramat lah mudah. Saking mudahnya sandi kotak kerap, bersama sandi
angka dan sandi AND, sudah diajarkan dan diujikan kepada anggota pramuka siaga. Wajar karena selain mudah,
sandi kotak pun kerap dimuat dalam berbagai buku materi kepramukaan.
Namun sebagaimana halnya sandi-sandi lainnya dalam kepramukaan, sandi yang mudah sekalipun akan menjadi
sulit jika tidak mengetahui teknik dan cara membacanya. Pun demikian dengan sandi kotak ini. Karena itu, kali
ini Blog Pramukaria membahas salah satu teknik kepramukaan ini.
Sandi kotak sendiri membpunyai banyak variasi. Diantara variasi-variasi tersebut adalah Sandi Kotak I, Sandi
Kotak II, Sandi Kotak III, dan sejenisnya. Yang akan kita pelajari kalia ini adalah cara membaca dan membuat
Sandi Kotak I, sandi kotak yang paling mendasar, sederhana, dan mudah.
Dalam kata kunci biasanya disertakan gambar dari "Kunci Sandi Kotak", atau disebutkan jika sandi tersebut adalah
sandi kotak 1. Baru kemudian disusul dengan soal yang harus dipecahkan. Gambar "Kunci Sandi Kotak I" terdiri
atas dua kelompok yaitu kelompok pertama garis vertikal dan horizontal dengan hurug "A" sampai dengan "R".
Sedangkan kelompok kedua terdiri atas garis-garis diagonal yang berisikan huruf "S" hingga "Z".
Selengkapnya lihat gambar di bawah.
Masing-masing bidang, terisi dua huruf. Semisal kotak paling kiri atas terdiri atas huruf "A" dan "B". Pun kotak-
kotak lainnya. Huruf A dan B tersebut memiliki lambang yang sama (lihat gambar di bawah), namun huruf kedua
(B) dibedakan dengan penambahan "titik".
Sehingga dari "Kunci Sandi Kotak I" di atas jika diuraikan satu persatu, masing-masing lambang dan hurufnya
adalah sebagai berikut.
Nah, dari "Kunci Sandi Kotak I" itulah kita bisa langsung memecahkan (membaca) soal sandi yang ada. Jika pun
dalam soal tidak disertakan gambar "Kunci Sandi Kotak I", kita bisa membuat atau menggambar sendiri "Kunci
Sandi Kotak I" sebagai pedoman dalam membaca soal sandi.
Setelah terbaca maka akan didapati bahwa sandi sebagai mana tersebut di gambar paling atas artikel ini berbunyi
sebagai berikut.
Karena itu penguasaan sandi angka dirasa sangat penting bagi setiap anggota pramuka baik dari golongan peserta
didik seperti pramuka siaga, pramuka penggalang, pramuka penegak, pramuka pandega, hingga anggota pramuka
dewasa semisal pembina pramuka.
Pada contoh di atas sandi terdiri atas dua bagian yaitu kata kunci dan soal. Kata kunci (diilustrasikan dengan
gambar kunci) berbunyi "A + 1 = 2; 6 - 4 = B" dan soal sandi berbunyi "16 - 18 - 1 - 13 - 21 - 11 - 1 - 18 - 9 - 1 - 14 -
7".
Kita uraikan dulu kata kuncinya yaitu "A + 1 = 2; 6 - 4 = B". A + 1 = 2, berapakah A?, jawabnya A = 1 karena 1 + 1
= 2. Dan pada 6 - 4 = B, berapakah B?, jawabnya B = 2 karena 6 - 4 = 2. Dari hasil pengolahan kata kunci tersebut
kita dapatkan bahwa 1 = A dan 2 = B, berarti 3 = C, 4 = D dan seterusnya sehingga bisa kita susun menjadi
semacam tabel seperti ini:
Yang perlu diingat dan diperhatikan dalam sandi angka antara lain:
Kata kunci bisa sangat variatif sesuai dengan selera dan kreatifitas pembuat sandi, seperti:
Di sungai D ada 3 itik dan di sungai F ada 5 angsa.
Ingatlah bahwa angka 2181791 adalah angka BAHAGIA kamu!
Kunci sandi angka tidak selalu 1 = A, bisa jadi:
0 = A sehingga 1 = B, 2 = C dst
2 = A sehingga 3 = B, 4 = C dst
1 = A, 3 = B, 5 = C (meloncat satu angka)
Itulah sandi angka salah satu sandi dalam teknik kepramukaan yang sangat 'terkenal' dalam kepramukaan
khususnya di Indonesia. Tidak terlalu sulit, kan?.
Namun meskipun demikian, sebagaimana sandi-sandi lainnya, bagi anggota pramukayang kurang memahami cara
membacanya, bisa jadi sandi turba akan terasa membingungkan. Sehingga yang seharusnya bisa dipecahkan
hanya dalam hitungan menit, memerlukan waktu hingga bermenit-menit untuk bisa membaca pesan yang
disampaikan dalam sandi ini.
Kata kunci dan pengenal sandi ini sebagai sandi turba biasanya dilukiskan dengan kalimat yang di dalamnya
mengandung kata "turba", "turun", atau "bawah". Sebagai contoh misalnya:
1. "Bapak Bupati sedang Turba untuk meninjau korban tanah longsor"
2. "Semakin turun akan semakin nikmat, semakin turun akan semakin asoy"
3. "Adik-adik Pramuka, janganlah selalu melihat ke atas, sesekali lihatlah ke bawah, karena di sana akan
ditemukan kedamaian"
Cara Membaca Sandi Turba
Terdapat dua versi penulisan sandi Turba atau Turun. Kedua versi itu adalah:
Sesuai dengan namanya, Turba (Turun Bawah) atau Turun, cara memecahkan sandi ini pun dengan membacanya
dari huruf paling atas ke bawah pada masing-masing banjar (kolom) di mulai dari kolom paling kiri hingga yang
terakhir.
Sedangkan pada versi yang kedua, perhatikan bahwa sandi tersebut ditulis dalam tiga kelompok di mana pada
masing-masing kelompok terdiri atas dua kolom. Perbedaannya dengan versi pertama pada urutan banjar (kolom)
yang dibaca adalah yang paling kiri dari masing-masing kelompok. Setelah kolom pertama pada masing-masing
banjar telah dibaca baru dilanjutkan pada kolom yang kedua.
Sehingga pada soal sandi Tuirba atau Turun di atas setelah dipecahkan akan terbaca pesannya yang berbunyi
"Satyaku Kudharmakan Dharmaku Kubaktikan".
Untuk mempelajari cara membaca morse yang mudah baca: Cara Cepat Membaca Morse.
Untuk membaca sandi kimia, seperti hanya dengan sandi lainnya, yang harus dipahami terlebih dahulu adalah
Kata Kunci yang berisikan petunjuk atau perintah pengerjaan sandi. Kata Kunci dari contoh sandi di atas adalah
"Titik Hidup, Strip Mati".
Sebagai sebuah sandi dasar, tidak mengherankan jika sandi ini telah diajarkan kepada peserta didik usia siaga dan
penggalang. Dan sebagaimana sandi-sandi dasar lainnya semacam sandi AND, sandi Angka, dan Sandi Rumput,
sandi ini memiliki kekhasan tersendiri. Sehingga meskipun ditampilkan tanpa disertai dengan kata kunci sekalipun,
seorang pramuka yang terbiasa membaca sandi, akan dengan mudah dapat menebak jenis dan memecahkan
sandinya.
Meskipun demikian bukan berarti semua pramuka telah menguasai sandi ini. Karena itu, pada kesempatan kali
ini, Blog Materi Pramuka, Pramukaria, akan mencoba mengulas bagaimana cara membaca dan memecahkan
sandi AN ini sekaligus bagaimana cara membuatnya.
Untuk mengenal lebih lanjut tentang sandi AN, perhatikan gambar contoh sandi AN di bawah ini.
Dari penampakan soal sandinya, cukup mudah bagi kita untuk mengenalinya sebagai sandi AN. Namun tidak ada
salahnya kita telusuri lebih detail mengenai kata kunci yang disertakan. Dalam contoh sandi di atas, kata kuncinya
adalah : "Aneh, A bisa berubah menjadi N" Adanya huruf "A" dan "N" inilah yang menjadi indikasi utama jenis sandi
ini.
Cara memecahkan dan membaca (termasuk cara membuat) sandi AN sangat mudah. Sandi ini hanyalah saling
mengganti antara dua deret urutan abjad. Deret pertama terdiri atas huruf A s.d. M sedangkan deret kedua terdiri
atas huruf N s.d. Z. Sehingga akan terbentuk susunan atau deret huruf seperti berikut.
Sehingga pada contoh sandi AN di atas yang berbunyi JR YVXR FPBHGVAT bisa diganti masing-masing
hurufnya. Huruf J=W, R=E, Y=L, V=I, X=K, R=E, dan seterusnya sehingga dari kata-kata sandi tersebut akan
terbaca menjadi WE LIKE SCOUTING.
Itulah cara membaca dan membuat sandi AN yang ternyata sangat mudah. Silakan adik-adik pramuka
siaga, penggalang, penegak maupun pandega dan kakak-kakak pembina dan pembantu pembina untuk berkreasi
dengan sandi AN ini maupun sandi-sandi lainnya.
Itulah salah satu teknik kepramukaan (scouting skill) terkait dengan sandi katak. Kegiatan memecahkan sandi
Sedangkan kata kunci yang bisa digunakan dalam Sandi Arab ini, contohnya adalah :
Sandi Koordinat terinspirasi oleh salah satu materi dalam pelajaran matematika yaitu 'Sistem Koordinat Kartesius'.
Koordinat Kartesius sendiri merupakan sebuah sistem untuk menentukan posisi titik atau obyek pada sebuah
bidang dengan dua bilangan yang biasa disebut sebagai koordinat x dan koordinat y.
Prinsip yang sama berlaku pada sandi koordinat ini. Dengan memanfaatkan perpotongan sumbu x dan y serta
deret alfabet, sandi ini menjadi salah satu materi teknik kepramukaan yang asik untuk dipecahkan.
Pada sandi di atas, kata kunci sandinya adalah “Jika tidak ingin tersesat, jangan lupa melihat posisi regu adik
dengan kordinat x/y = KEMAH MESRA”. Sedangkan soal sandinya berbunyi: AR KM HR HA KM KS KA KS KA AM
KM MR MS KM KS KM AS.
Penggalan kata kunci, "x/y = KEMAH MESRA” inilah yang nantinya berguna dalam memecahkan sandi koordinat
ini. Kalimat tersebut mempunyai arti kata "KEMAH" menjadi sumbu X sedangkan kata "MESRA" menjadi sumbu Y.
Hingga kita bisa memecahkan sandi ini dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Buatlah sebuah sistem koordinat kartesius dengan menggunakan kata "KEMAH" sebagai sumbu X dan kata
"MESRA" sebagai sumbu Y.
2) Isikan deret abjat dari A hingga Z pada sistem koordinat tersebut. Lihat gambar:
3) Jika tidak mencukupi, gunakan cell terakhir untuk dua huruf sekaligus yaitu Y dan Z
4) Gunakan gambar tersebut untuk memecahkan soal sandi dengan cara:
a. Soal pertama: AR, tarik garis dari huruf "A" (dari kata KEMAH) secara vertikal (ke bawah) kemudian tarik
garis dari huruf R (dari kata MESRA) secara horisontal (ke samping). Garis akan bersilangan pada salah
satu dari deret abjad (A-Z) yaitu huruf "S". Berarti AR = S.
b. Lakukan hal sama dengan soal selanjutnya yaitu "KM". Tarik garis dari huruf "K" (dari kata KEMAH)
secara vertikal (ke bawah) kemudian tarik garis dari huruf M (dari kata MESRA) secara horisontal (ke
samping). Garis akan bersilangan pada salah satu dari deret abjad (A-Z) yaitu huruf "A". Berarti KM = A.
c. Lakukan hal yang sama hingga semua soal terbaca.
d. Setelah semua soal terpecahkan kita akan mendapatkan hasil sebagai berikut: AR = S; KM = A; HR = T;
HA = Y atau Z; KM = A. Sehingga jika disusun akan terbaca menjadi SATYA.
Dari gambar sandi di atas kita akan mengetahui sandi tersebut merupakan sandi jam dari uraian kata kunci
(dibantu dengan ilustrasi gambar gembok dan kunci) yang disertakannya. Kata kunci tersebut berbunyi “Perjalanan
akan dimulai tepat pukul 07.00. Dan agar tidak tersesat selama perjalanan, setiap lima menit, catat posisi regu
adik!” Kata kunci tersebut kita dapati beberapa keyword semisal pukul 07.00 dan 5 menit, keduanya menunjukkan
satuan waktu atau jam. Dari itulah kita dapat menarik kesimpulan bahwa sandi yang ditampilkan merupakan sandi
jam.
Kata ‘dimulai tepat pukul 07.00’ juga menunjukkan waktu awal atau waktu pertama kali. Ini nantinya menjadi
patokan huruf awal untuk mengonversi menjadi huruf normal (A, B, C, dll). Waktu awal = huruf pertama dalam
susunan alfabet yaitu huruf “A”. Sehingga pukul 07.00 sama dengan huruf A.
Sedangkan kata ‘setiap 5 menit’ menunjukkan interval waktu. Interval waktu ini nanti menjadi patokan pergantian
huruf secara berurutan. 5 menit setelah 07.00 adalah 07.05, lima menit kemudian adalah 07.10, lima menit
kemudian lagi adalah 07.15 demikian seterusnya sehingga akan kita dapatkan deret waktu dengan interval per 5
menit yaitu: 07.00; 07.05; 07.10; 07.15; 07.20; 07.25; 07.30 dan seterusnya.
Deret waktu yang disusun berdasarkan waktu awal dan interval waktu tersebut kemudian kita konversikan dengan
susunan alfabet secara berurutan sehingga tersusun menjadi 07.00 = A; 07.05 = B; 07.10 = C; 07.15 = D; dan
seterusnya. Atau selengkapnya tampak seperti tabel berikut:
Pramuka Penggalang
Penggalang yaitu sebuah golongan setelah pramuka Siaga . Anggota pramuka penggalang berusia
sekitar 11-15 tahun. Disebut Pramuka Penggalang karena sesuai dengan kiasan pada masa
penggalangan perjuangan bangsa Indonesia, yaitu saat rakyat Indonesia menggalang dan
mempersatukan dirinya untuk mencapai suatu kemerdekaan dengan adanya peristiwa bersejarah
saat konggres pemuda Indonesia yang dikenal dengan nama ” Soempah Pemoeda” tahun 1928
.
Satuan Satuan terkecil pada Pramuka Penggalang disebut Regu dan Kesatuan dari beberapa Regu
disebut Pasukan. Setiap Regu memiliki anggota 5 hingga 10 orang Pramuka Penggalang dan
dipimpin oleh seorang Pemimpin regu ( Pinru ) yang dipilih anggota regu itu sendiri. Masing-masing
Pemimpin Regu ini akan memilih satu orang dari mereka yang akan menjadi Pemimpin regu Utama
yang disebut Pratama. Pasukan yang terdiri atas beberapa regu itu dipimpin oleh seorang Pratama.
Pada Golongan Pramuka Penggalang ada tiga tingkatan, yaitu:
1. Penggalang Ramu
2. Penggalang Rakit
3. Penggalang Terap
Tiap anggota Penggalang yang sudah menyelesaikan SKU ( Syarat Kecakapan Umum ) berhak
mengenakan TKU ( Tanda Kecakapan Umum ) sesuai tingkatannya yang dikenakan pada lengan
baju bagian sebelah kiri dibawah tanda barung berwarna dasar Merah. TKU untuk Penggalang
memiliki bentuk sebuah janur yang terlipat dua dengan gambar Manggar yaitu nama bunga pohon
kelapa.
Kode Kehormatan bagi Pramuka penggalang, terdiri dari trisatya dan juga dasadarma
Trisatya
Demi kehormatanku aku berjanji bersungguh-sungguh:
– Menjalankan kewajibanku pada perintah Tuhan dan Negara Kesatuan Republik Indonesia serta
mengamalkan pancasila.
– Menolong sesama mahluk hidup dan mempersiapkan diri untuk membangun masyarakat.
– Menepati Dasadarma.
Dasadarma
1. Takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2. Cinta alam dan kasih sayang pada sesama manusia.
3. Patriot sopan dan kesatria.
4. Patuh dan suka bermusyawarah.
5. Rela menolong dan tabah.
1. Luka tutup menggunakan kain kasa kompres yang steril, kemudian kain kasa kompres tersebut
ditekan kuat-kuat dengan tangan sampai pendarahan berhenti. Untuk menutup luka biasa juga
memakai bahan yang bersih lainnya, misalnya kasa steril, sapu tangan bersih lainnya, handuk atau
sobekan sprei yang semuanya sudah dicuci dan disetrika. Kalau tidak tersedia peralatan yang steril,
jangan ragu-ragu lagi memakai baju kotor atau tangan telanjang untuk menekan bagian yang luka
agar darah tidak terus menerus mengucur karena kehilangan darah dari tubuh korban lebih
berbahaya daripada resiko infeksi.
2. Luka yang sudah berdarah tak boleh dibersihkan karena pendarahan akan membersihkan luka itu,
yang bisa dibersihkan adalah kulit di sekitar luka, dengan air sabun atau air ledeng biasa atau air
yang sudah dimasak dahulu.
3. Pada semua kasusa pendarahan serius, penderita selalu diancam shok, untuk itu diselimuti dan
letakkan penderita pada posisi yang palinga menyenangkan dan semua yang mengikat pada tubuh
harus dilepaskan termasuk ikat pinggang.
Permainan
1. BUAT BARISAN
Tujuan : Agar peserta bisa berkenalan lebih jauh dengan peserta lainya, fisik maupun sifat-sifat
mereka, sekaligus melatih mereka bekerja sama dalam kelompok.
Langkah-langkah :
Peserta dibagi kedalam dua kelompok yang sama banyak (jika jumlah peserta ganjil, seorang
pemandu bias masuk pada salah satu kelompok). Pemandu menjelaskan aturan permainan, sebagai
berikut;
1. Ketua kelompok berlomba menyusun barisan, barisan disusun berdasarkan aba-aba pemandu;
tinggi badan, panjang rambut, usia, dst.
2. Pemandu menghitung sampai 10, kemudian ke 2 kelompok, selesai atau belum harus jongkok.
3. Tiap kelompok bergantian harus memeriksa apakah kelompok lawan melaksanakan tugasnya
dengan baik dan benar.
4. Kelompok yang menang yaitu kelompok yang melaksanakan tugasnya dengan benar dan cepat
(jika kelompok bisa menyekesaikan tugasnya sebelum hitungan ke 10 mereka boleh langsung
jongkok untuk menunjukan bahwa mereka selesai melakukan tugas).
Sebelum pertandingan dimulai bisa dicoba terlebih dahulu untuk memastikan apakah aturan mainnya
telah dipahami dengan benar.
3. PETA KEHIDUPAN
Tujuan : Kesempatan bagi peserta untuk saling mengenal. Menghilangkan hambatan yang di
sebabkan perasaan malu dan membangun keterbukaan dan saling percaya antara peserta.
Langkah-langkah :
Menggambarkan pengalaman pribadi, pengalaman khusus yang amat mengesankan, yang ingin di
bagi kepada peserta lainya. Caranya, dengan menggambarkan garis kehidupan dari mulai lahir
hingga saat ini. Bila pada usia tertentu ada peristiwa yang amat membahagiakan, maka garis itu naik,
dan sebaliknya bila peristiwa itu menyedihkan.
Pada titik itu bias diberi gambar yang menunjukan peristiwanya, contoh : pada usia 28 tahun menikah,
maka pada titik itu bisa mnggambarkan pasangan pasangan pengantin atau lainnya yang di anggap
sesuai dengan peristiwa yang di maksud prestasi masing-masing.
BAB I
NAMA, STATUS, TEMPAT, DAN
HARI PRAMUKA
Pasal 1
(1) Organisasi ini bernama Gerakan Pramuka.
(2) Gerakan Pramuka merupakan organisasi pendidikan nonformal sebagaimana UU RI Nomor 12
Tahun 2010 tetang Gerakan Pramuka dan berstatus badan hukum.
(3) Gerakan Pramuka berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia.
(4) Hari Pramuka tanggal 14 Agustus
BAB II
ASAS, TUJUAN, TUGAS POKOK, DAN FUNGSI
Pasal 2
Asas
Gerakan Pramuka berasaskan Pancasila.
Pasal 3
Tujuan
Gerakan Pramuka bertujuan untuk membentuk setiap pramuka:
a. Memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum,
disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, berkecakapan hidup, sehat jasmani, dan rohani;
b. Menjadi warga negara yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia serta menjadi masyarakat yang baik dan berguna, yang dapat membangun
dirinya sendiri secara mandiri serta bersama-sama bertanggungjawab atas pembangunan bangsa
dan negara, memiliki kepedulian terhadap sesama hidup dan alam lingkungan.
Pasal 4
Tugas Pokok
Gerakan Pramuka mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pendidikan kepramukaan bagi
kaum muda guna menumbuhkan tunas bangsa yang berkarakter agar menjadi generasi yang lebih
baik, bertanggungjawab, mampu membina dan mengisi kemerdekaan serta membangun dunia
yang lebih baik
Pasal 5
Fungsi
Gerakan Pramuka berfungsi sebagai penyelenggara pendidikan nonformal di luar sekolah dan di
luar keluarga sebagai wadah pembinaan serta pengembangan kaum muda dilandasi Sistem
Among, Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan.
BAB III
SIFAT
Pasal 6
Sifat
(1) Gerakan Pramuka adalah organisasi pendidikan yang keanggotaannya bersifat sukarela,
mandiri, tidak membedakan suku, ras, golongan, dan agama.
(2) Gerakan Pramuka bukan organisasi sosial-politik, bukan bagian dari salah-satu organisasi
sosial-politik dan tidak menjalankan kegiatan politik praktis.
(3) Gerakan Pramuka menjamin kemerdekaan tiap-tiap anggotanya untuk memeluk agama dan
kepercayaan masing-masing serta beribadat menurut agama dan kepercayaannya.
BAB IV
PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN
Bagian Kesatu
Pendidikan, Nilai, Prinsip Dasar Kepramukaan, Metode Kepramukaan, dan
Kode Kehormatan serta Moto Pramuka
Pasal 8
Nilai
Nilai Kepramukaan mencakup:
(1) Keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa;
(2) Kecintaan pada alam dan sesama manusia;
(3) Kecintaan pada tanah air dan bangsa;
(4) Kedisiplinan, keberanian, dan kesetiaan;
(5) Tolong menolong;
(6) Bertanggung jawab dan dapat dipercaya;
(7) Jernih dalam berpikir, berkata dan berbuat;
(8) Hemat, cermat dan bersahaja;
(9) Rajin, terampil, dan gembira; dan
(10) Patuh dan suka bermusyawarah.
Pasal 9
Prinsip Dasar Kepramukaan
Prinsip Dasar Kepramukaan meliputi:
(1) Iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
(2) Peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam seisinya;
(3) Peduli terhadap diri pribadinya; dan
(4) Taat kepada Kode Kehormatan Pramuka.
Pasal 10
Metode Kepramukaan
(1) Metode Kepramukaan adalah metode belajar interaktif dan progresif yang dilaksanakan
melalui:
a. Pengamalan Kode Kehormatan Pramuka;
b. Belajar sambil melakukan;
c. Kegiatan berkelompok, bekerjasama, dan berkompetisi;
d. Kegiatan yang menarik dan menantang;
e. Kegiatan di alam terbuka;
f. Kehadiran orang dewasa yang memberikan bimbingan, dorongan, dan dukungan;
g. Penghargaan berupa tanda kecakapan; dan
h. Satuan terpisah antara putra dan putri
(2) Dalam menjalankan Metode Kepramukaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan
Sistem Among dan Kiasan Dasar
Pasal 11
Sistem Among
(1) Dalam melaksanakan pendidikan kepramukaan digunakan Sistem Among.
(2) Sistem Among merupakan proses pendidikan kepramukaan yang membentuk peserta didik
agar berjiwa merdeka, disiplin, dan mandiri dalam hubungan timbal balik antarmanusia.
(3) Sistem Among sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan dengan
menerapkan prinsip kepemimpinan:
a. Di depan menjadi teladan;
b. Di tengah membangun kemauan; dan
c. Di belakang mendorong dan memberikan motivasi kemandirian.
Pasal 12
Kiasan Dasar
Penyelenggaraan pendidikan kepramukaan dikemas dengan menggunakan Kiasan Dasar yang
bersumber dari sejarah perjuangan dan budaya bangsa.
Pasal 13
Kode Kehormatan Pramuka
(1) Kode Kehormatan Pramuka merupakan janji dan komitmen diri serta ketentuan moral pramuka
dalam pendidikan kepramukaan.
(2) Kode Kehormatan Pramuka terdiri dari Satya Pramuka dan Darma Pramuka.
Pasal 14
Moto
Moto Gerakan Pramuka adalah Satyaku Kudarmakan Darmaku Kubaktikan
Bagian Kedua
Jalur dan Jenjang
Pasal 15
Jalur
Pendidikan kepramukaan dalam sistem pendidikan nasional termasuk dalam jalur pendidikan
nonformal yang diperkaya dengan pendidikan nilai-nilai Gerakan Pramuka dalam pembentukan
kepribadian yang berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-
nilai luhur bangsa, dan memiliki kecakapan hidup
Pasal 16
Jenjang
Jenjang pendidikan kepramukaan terdiri atas golongan:
(1) Siaga;
(2) Penggalang;
(3) Penegak; dan
(4) Pandega.
Bagian Ketiga
Peserta Didik, Tenaga Pendidik, dan Kurikulum
Pasal 17
Peserta Didik
(1) Peserta didik adalah warga negara Indonesia yang berusia 7 sampai dengan 25 tahun yang
mengikuti pendidikan kepramukaan.
(2) Peserta didik terdiri dari:
a. Pramuka Siaga;
b. Pramuka Penggalang;
c. Pramuka Penegak; dan
d. Pramuka Pandega.
(3) Untuk anak-anak yang belum berusia 7 tahun dapat ditampung dalam kelompok prasiaga.
Pasal 19
Kurikulum
Kurikulum pendidikan kepramukaan terdiri atas kurikulum untuk peserta didik dan kurikulum untuk
anggota dewasa
a. Kurikulum untuk peserta didik terdiri atas Syarat Kecakapan Umum, Syarat Kecakapan Khusus,
dan Syarat Pramuka Garuda sesuai dengan jenjang pendidikan dan satuan karya
b. Kurikulum untuk anggota dewasa terdiri atas kursus, pelatihan, dan peningkatan keterampilan
Bagian Keempat
Satuan Pendidikan Kepramukaan
Pasal 20
Satuan Pendidikan
Satuan pendidikan kepramukaan terdiri dari:
a. Gugus depan: dan
b. Pusat pendidikan dan pelatihan
Pasal 21
Gugus Depan
(1) Gugus depan adalah satuan pendidikan dan satuan organisasi yang dikoordinasikan oleh
kwartir ranting dan kwartir cabang
(2) Gugus depan meliputi gugus depan berbasis satuan pendidikan dan gugus depan berbasis
komunitas.
(3) Gugus depan berbasis satuan pendidikan meliputi gugus depan yang berpangkalan di
pendidikan formal.
(4) Gugus depan berbasis komunitas meliputi gugus depan komunitas kewilayahan, agama,
profesi, organisasi kemasyarakatan, dan komunitas lain.
Pasal 22
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kepramukaan
(1) Pusat pendidikan dan pelatihan kepramukaan adalah satuan pendidikan untuk mendidik,
melatih, dan memberikan sertifikasi kompetensi bagi tenaga pendidik kepramukaan.
(2) Pusat pendidikan dan pelatihan kepramukaan merupakan bagian integral dari kwartir.
(3) Pusat pendidikan dan pelatihan kepramukaan berada di tingkat cabang, daerah, dan Nasional.
Bagian Kelima
Evaluasi, Akreditasi, dan Sertifikasi
Pasal 23
Evaluasi
(1) Evaluasi dilakukan dalam rangka pencapaian mutu pendidikan kepramukaan sebagai bentuk
akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan kepramukaan kepada pihak yang berkepentingan.
(2) Evaluasi untuk peserta didik sebagai mengetahui keberhasilan dalam rangka kegiatan
pendidikan kepramukaan.
(3) Evaluasi untuk pembina (gudep) sebagai pengukuran keberhasilan program pendidikan
kepramukaan.
(4) Evaluasi untuk kwartir sebagai pemetaan mutu pendidikan kepramukaan dalam rangka
pembinaan dan bantuan peningkatan mutu pendidikan kepramukaan
Pasal 24
Akreditasi
(1) Akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan kegiatan dan satuan pendidikan
kepramukaan pada setiap jenjang pendidikan kepramukaan.
Pasal 25
Sertifikasi
(1) Sertifikasi dilakukan terhadap peserta didik dan tenaga pendidik sebagai pengakuan
kompetensi yang dimilikinya.
(2) Sertifikasi bagi peserta didik berbentuk tanda kecakapan dan bagi tenaga pendidik berbentuk
sertifikat kompetensi.
(3) Tanda kecakapan diberikan sebagai pengakuan terhadap kompetensi peserta didik melalui
penilaian terhadap perilaku dalam pengamalan nilai serta uji kecakapan umum dan uji kecakapan
khusus sesuai dengan jenjang pendidikan kepramukaan oleh pembina.
(4) Sertifikat kompetensi diberikan sebagai pengakuan terhadap kompetensi tenaga pendidik
melalui penilaian yang dilaksanakan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kepramukaan tingkat
Nasional.
BAB V
ORGANISASI
Bagian Kesatu
Keanggotaan
Pasal 26
Keanggotaan
(1) Anggota Gerakan Pramuka adalah perseorangan warga negara Indonesia yang secara
sukarela dan aktif mendaftarkan diri sebagai anggota Gerakan Pramuka, telah memenuhi
persyaratan tertentu serta telah dilantik sebagai anggota.
(2) Anggota Gerakan Pramuka terdiri dari:
a. Anggota biasa; dan
b. Anggota kehormatan.
Pasal 27
Pramuka Utama
Kepala Negara Republik Indonesia adalah Pramuka Utama
Bagian Kedua
Kelembagaan
Pasal 28
Kelembagaan
Kelembagaan dalam Gerakan Pramuka terdiri atas:
a. Satuan Organisasi;
b. Majelis Pembimbing;
c. Organisasi Pendukung; dan
d. Lembaga Pemeriksa Keuangan
Pasal 29
Satuan Organisasi
Satuan organisasi Gerakan Pramuka terdiri atas:
a. Gugus depan; dan
b. Kwartir.
Pasal 30
Gugus Depan
(1) Gugus depan adalah satuan pendidikan dan satuan organisasi terdepan penyelenggara
pendidikan kepramukaan dan wadah berhimpun peserta didik.
(2) Gugus depan lengkap terdiri atas:
a. Perindukan siaga;
b. Pasukan penggalang;
c. Ambalan penegak; dan
d. Racana pandega.
Pasal 32
Kepengurusan Kwartir
(1) Kepengurusan kwartir ranting dipilih oleh pengurus gugus depan diwilayahnya secara
demokratis melalui musyawarah kwartir.
(2) Kepengurusan kwartir cabang, daerah, dan nasional dipilih oleh pengurus kwartir di wilayahnya
secara demokratis melalui musyawarah kwartir.
(3) Kepengurusan kwartir tidak terikat dengan jabatan publik secara ex-officio.
Pasal 33
Badan Kelengkapan
(1) Di setiap kwartir dibentuk badan kelengkapan kwartir.
(2) Badan kelengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, terdiri dari:
a. Dewan Kehormatan;
b. Satuan Pengawas Internal; dan
c. Dewan Kerja.
Pasal 34
Dewan Kehormatan
(1) Dewan kehormatan Gerakan Pramuka adalah badan yang dibentuk oleh kwartir dan gugus
depan serta bertanggung jawab kepada ketua kwartir atau ketua gugus depan.
(2) Dewan kehormatan Gerakan Pramuka berfungsi memberi pertimbangan kepada ketua kwartir
atau ketua gugus depan dalam pemberian anugerah, penghargaan, sanksi, dan rehabilitasi.
Pasal 35
Satuan Pengawas Internal
(1) Satuan pengawas internal adalah badan yang dibentuk oleh kwartir dan bertanggung jawab
kepada ketua kwartir
(2) Satuan pengawas internal berfungsi melakukan pengawasan manajemen kwartir dan
memberikan masukan untuk penyusunan pelaporan berdasarkan hasil pengawasan
Pasal 36
Dewan Kerja
(1) Dewan kerja adalah badan yang dibentuk oleh kwartir dan bertanggungjawab kepada kwartir.
(2) Dewan kerja terdiri dari perwakilan pramuka penegak dan pramuka pandega di wilayahnya.
(3) Dewan kerja berfungsi sebagai wadah kaderisasi kepemimpinan dan bertugas membantu
pimpinan kwartir dalam mengelola kegiatan pramuka penegak dan pramuka pandega.
Pasal 37
Majelis Pembimbing
(1) Pada setiap gugus depan dan kwartir dibentuk majelis pembimbing.
(2) Majelis pembimbing bertugas memberikan bimbingan moral dan organisatoris serta
memfasilitasi penyelenggaraan pendidikan kepramukaan
(3) Majelis pembimbing gugus depan berasal dari unsur:
a. Pimpinan satuan pendidikan atau komunitas
b. Tokoh masyarakat
c. Tokoh pramuka
d. Orang tua peserta didik
Pasal 38
Organisasi Pendukung
(1) Kwartir cabang, daerah, dan Nasional dapat membentuk organisasi pendukung.
(2) Organisasi pendukung terdiri dari:
a. Satuan Karya Pramuka;
b. Gugus Darma Pramuka;
c. Satuan Komunitas Pramuka;
d. Pusat Penelitian dan Pengembangan;
e. Pusat Informasi; dan
f. Badan Usaha.
(3) Kwartir dapat membentuk satuan tugas yang disesuaikan dengan keperluan masing-masing
Pasal 39
Satuan Karya Pramuka
(1) Satuan karya pramuka disingkat saka yang berfungsi sebagai organisasi pendukung
pendidikan kepramukaan bagi pramuka penegak dan pandega
(2) Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana tersebut pada ayat (1) satuan karya pramuka
mendirikan pangkalan di kwartir ranting
(3) Satuan karya pramuka di tingkat ranting dipimpin oleh pamong saka
(4) Satuan karya pramuka di tingkat kwartir dipimpin secara kolektif oleh suatu pengurus yang
disebut pimpinan saka
(5) Pimpinan saka bagian integral dari kwartir
Pasal 40
Gugus Darma Pramuka
(1) Gugus darma pramuka adalah wadah pengabdian bagi anggota dewasa Gerakan Pramuka
untuk memajukan Gerakan Pramuka dan berbakti pada bangsa dan negara
(2) Gugus darma pramuka berfungsi memberikan bantuan, dan memfasilitasi pelaksanaan
pendidikan kepramukaan melalui kwartir yang bersangkutan
Pasal 41
Satuan Komunitas Pramuka
(1) Satuan komunitas pramuka disingkat sako, adalah satuan organisasi penyelenggara
pendidikan kepramukaan yang berbasis komunitas antara lain: profesi, aspirasi, dan agama
(2) Sako merupakan himpunan dari gugus depan berbasis komunitas yang mempunyai
kekhususan dalam: profesi, aspirasi, dan agama.
(3) Sako melalui kwartir mengoordinasikan, memfasilitasi, dan mendukung pelaksanaan
pendidikan kepramukaan bagi gugus depan yang berbasis komunitas
(4) Pimpinan sako adalah bagian integral dari kwartir.
Pasal 42
Pusat Penelitian dan Pengembangan
(1) Pusat penelitian dan pengembangan Gerakan Pramuka merupakan bagian integral dari kwartir
(2) Pusat penelitian dan pengembangan Gerakan Pramuka berfungsi sebagai wadah penelitian
dan pengembang-an Gerakan Pramuka
(3) Pusat penelitian dan pengembangan Gerakan Pramuka bertanggung-jawab kepada ketua
kwartir
Pasal 43
Pusat Informasi
(1) Pusat informasi Gerakan Pramuka merupakan bagian integral dari kwartir
(2) Pusat informasi Gerakan Pramuka berfungsi sebagai wadah pelayanan informasi baik di dalam
maupun di luar lingkungan Gerakan Pramuka
(3) Pusat informasi Gerakan Pramuka bertanggungjawab kepada ketua kwartir
Pasal 45
Lembaga Pemeriksa Keuangan
(1) Lembaga pemeriksa keuangan Gerakan Pramuka adalah lembaga independen yang dibentuk
oleh musyawarah Gerakan Pramuka
(2) Lembaga pemeriksa keuangan berfungsi mengawasi dan memeriksa keuangan kwartir
(3) Lembaga pemeriksa keuangan Gerakan Pramuka bertanggungjawab kepada musyawarah
Gerakan Pramuka.
BAB VI
MUSYAWARAH
Pasal 46
Musyawarah
(1) Musyawarah Gerakan Pramuka adalah forum tertinggi dalam Geraka Pramuka, di tingkat
kwartir/gugus depan.
(2) Musyawarah Gerakan Pramuka di tingkat nasional diselenggarakan 5 (lima) tahun sekali.
(3) Musyawarah Gerakan Pramuka di tingkat daerah diselenggarakan 5 (lima) tahun sekali.
(4) Musyawarah Gerakan Pramuka di tingkat cabang diselenggarakan 5 (lima) tahun sekali.
(5) Musyawarah Gerakan Pramuka di tingkat ranting diselenggarakan 3 (tiga) tahun sekali
(6) Musyawarah Gerakan Pramuka di tingkat gugus depan diselenggarakan 2 (dua) tahun sekali
Pasal 47
Hal-hal Luar Biasa dan Mendesak
(1) Dalam menghadapi hal-hal yang luar biasa, kwartir Gerakan Pramuka dapat
menyelenggarakan musyawarah luar biasa.
(2) Dalam menghadapi hal-hal yang mendesak, kwartir Gerakan Pramuka dapat meminta
persetujuan secara tertulis kepada kwartir di bawahnya setelah berkonsultasi dengan majelis
pembimbing.
BAB VII
ATRIBUT
Pasal 48
Atribut
(1) Gerakan Pramuka memiliki atribut berupa:
a. Lambang;
b. Bendera;
c. Panji;
d. Himne;
e. Mars; dan
f. Pakaian seragam.
(2) Atribut Gerakan Pramuka dilindungi oleh HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual)
Pasal 49
Lambang
Lambang Gerakan Pramuka adalah tunas kelapa yang diciptakan oleh Soenardjo Admodipuro.
Pasal 50
Bendera
Bendera Gerakan Pramuka berbentuk empat persegi panjang, berukuran tiga banding dua, warna
dasar putih dengan lambang Gerakan Pramuka di tengah berwarna merah, di atas dan di bawah
lambang Gerakan Pramuka terdapat garis merah sepanjang “panjang bendera” dan di sisi tiang
terdapat garis merah sepanjang “lebar bendera”.
Pasal 52
Himne dan Mars.
(1) Himne Gerakan Pramuka adalah lagu Satya Darma Pramuka yang diciptakan oleh Husein
Mutahar.
(2) Mars Gerakan Pramuka adalah lagu Jayalah Pramuka yang diciptakan oleh Munatsir Amin.
Pasal 53
Pakaian Seragam
Anggota Gerakan Pramuka menggunakan pakaian seragam beserta tanda-tandanya.
BAB VIII
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 54
Hak Peserta Didik
Setiap peserta didik berhak:
a. Mengikuti pendidikan kepramukaan;
b. Menggunakan atribut pramuka;
c. Mendapatkan sertifikat dan/atau tanda kecakapan kepramukaan; dan
d. Mendapatkan perlindungan selama mengikuti kegiatan kepramukaan.
Pasal 55
Kewajiban Peserta Didik
Setiap peserta didik berkewajiban:
a. Melaksanakan kode kehormatan pramuka;
b. Menjunjung tinggi harkat dan martabat pramuka; dan
c. Mematuhi semua persyaratan dan ketentuan pendidikan kepramukaan.
Pasal 56
Hak Orangtua Peserta Didik
(1) Orangtua peserta didik berhak memperoleh informasi tentang perkembangan anaknya
(2) Orangtua peserta didik berhak memberikan dukungan sumber daya dalam kegiatan pendidikan
kepramukaan
(3) Orangtua peserta didik berhak mengawasi penyelenggaraan pendidikan kepramukaan
Pasal 57
Kewajiban Orangtua Peserta Didik
Orangtua peserta didik berkewajiban untuk:
a. Membimbing, mendukung, dan membantu anak dalam mengikuti pendidikan kepramukaan; dan
b. Membimbing, mendukung, dan membantu satuan pendidikan kepramukaan sesuai dengan
kemampuan.
Pasal 58
Hak Masyarakat
Masyarakat berhak untuk berperan serta dan memberikan dukungan sumber daya dalam kegiatan
pendidikan kepramukaan.
BAB IX
KEUANGAN DAN KEKAYAAN
Pasal 59
Keuangan
Keuangan Gerakan Pramuka diperoleh dari:
a. Iuran anggota;
b. Bantuan majelis pembimbing;
c. Sumbangan masyarakat yang tidak mengikat;
d. Bantuan Pemerintah/pemerintah daerah melalui APBN/APBD setiap tahunnya;
Pasal 60
Kekayaan
(1) Kekayaan Gerakan Pramuka terdiri atas barang bergerak dan tidak bergerak serta hak
kekayaan intelektual/hak paten.
(2) Pengelolaan kekayaan/aset yang tidak bergerak yang dikerjasamakan dengan pihak ketiga
harus diputuskan melalui rapat pleno pengurus kwartir dan mendapat persetujuan dari majelis
pembimbing.
(3) Pengalihan kekayaan/aset Gerakan Pramuka yang berupa barang tidak bergerak, harus
diputuskan melalui rapat pleno pengurus kwartir dengan persetujuan ketua majelis pembimbing
dan diinformasikan dalam rapat kerja.
BAB X
PEMBUBARAN
Pasal 61
Pembubaran
(1) a. Gerakan Pramuka hanya dapat dibubarkan oleh Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka
yang khusus diadakan untuk itu
b. Musyawarah nasional tersebut harus diusulkan oleh sekurang-kurangnya dua pertiga jumlah
kwartir daerah.
c. Musyawarah nasional untuk membicarakan usul pembubaran Gerakan Pramuka dinyatakan sah
jika dihadiri oleh utusan dari sekurangkurangnya dua pertiga jumlah kwartir daerah.
d. Usul pembubaran Gerakan Pramuka diterima oleh musyawarah nasional jika disetujui dengan
suara bulat.
(2) Jika Gerakan Pramuka dibubarkan, maka cara penyelesaian kekayaan milik Gerakan Pramuka
ditetapkan oleh musyawarah nasional yang memutuskan pembubaran itu.
BAB XI
ANGGARAN RUMAH TANGGA
Pasal 62
Anggaran Rumah Tangga
(1) Anggaran Dasar Gerakan Pramuka ini dijabarkan lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga
Gerakan Pramuka.
(2) Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka ditetapkan oleh Musyawarah Nasional Gerakan
Pramuka.
BAB XII
PENUTUP
Pasal 63
Penutup
Anggaran Dasar ini ditetapkan pada tanggal 28 September 2018 oleh Musyawarah Nasional
Gerakan Pramuka yang diselenggarakan di Kendari, Sulawesi Tenggara.
Pasal 2
Status
Gerakan Pramuka diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010
tentang Gerakan Pramuka dan berstatus badan hukum.
Pasal 3
Tempat
(1) Gerakan Pramuka berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia.
(2) Gerakan Pramuka menyelenggarakan kegiatan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri.
Pasal 4
Hari Pramuka
Hari Pramuka ditetapkan tanggal 14 Agustus, karena pada tanggal 14 Agustus 1961 pemerintah
Republik Indonesia menganugerahkan Panji Gerakan Pendidikan Kepanduan Nasional Indonesia
kepada Gerakan Pramuka
BAB II
ASAS, TUJUAN, TUGAS POKOK, DAN FUNGSI
Pasal 5
Asas
(1) Pancasila adalah satu-satunya asas Gerakan Pramuka untuk mencapai tujuan
(2) Pancasila diwujudkan dalam sikap dan perilaku setiap anggota Gerakan Pramuka.
Pasal 6
Tujuan
Gerakan Pramuka bertujuan untuk membentuk setiap pramuka agar menjadi:
a. Manusia yang memiliki:
1) Kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa;
2) Kecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam menjaga dan membangun Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
3) Jasmani yang sehat dan kuat; dan
4) Kepedulian terhadap lingkungan hidup.
b. Warga negara Republik Indonesia yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia serta menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, yang
dapat membangun dirinya sendiri secara mandiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas
pembangunan bangsa dan negara.
Pasal 7
Tugas Pokok
(1) Gerakan Pramuka mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pendidikan kepramukaan bagi
kaum muda guna menumbuhkan tunas bangsa yang berkarakter agar menjadi generasi yang lebih
baik, bertanggungjawab, mampu membina, dan mengisi kemerdekaan nasional serta membangun
dunia yang lebih baik.
(2) Penyelenggaraan pendidikan kepramukaan tersebut dilaksanakan dengan bimbingan anggota
dewasa
(3) Dalam pelaksanaan tugas pokok perlu dilakukan kerja sama yang baik dengan orang tua, guru,
dan unsur masyarakat agar terdapat keselarasan dan kesinambungan dalam pendidikan.
Pasal 8
Fungsi
BAB III
SIFAT
Pasal 9
Sifat
(1) Gerakan Pramuka bersifat terbuka, artinya dapat didirikan di seluruh wilayah Indonesia dan
diikuti oleh seluruh warga negara Indonesia tanpa membedakan suku, ras, golongan, dan agama.
(2) Gerakan Pramuka bersifat universal, artinya tidak terlepas dari idealisme nasional, prinsip
dasar, dan metode kepramukaan sedunia serta membina persahabatan, persaudaraan, dan
perdamaian dunia
(3) Gerakan Pramuka bersifat mandiri, artinya penyelenggaraan organisasi dilakukan secara
otonom dan bertanggung jawab.
(4) Gerakan Pramuka bersifat sukarela, artinya kesediaan anggota Gerakan Pramuka untuk
secara suka dan rela menaati ketentuan dan peraturan dilingkungan Gerakan Pramuka.
(5) Gerakan Pramuka bersifat patuh dan taat terhadap semua peraturan perundang-undangan
Negara Kesatuan Republik Indonesia
(6) Gerakan Pramuka bersifat nonpolitik, artinya:
a. Gerakan Pramuka bukan organisasi sosial-politik dan bukan bagian dari salah satu organisasi
sosial-politik;
b. Gerakan Pramuka tidak dibenarkan ikut serta dalam kegiatan politik praktis; dan
c. Secara pribadi anggota Gerakan Pramuka dapat menjadi anggota organisasi kekuatan sosial-
politik dengan ketentuan;
1) Tidak dibenarkan membawa paham dan aktivitas organisasi kekuatan sosial-politik dalam
bentuk apapun ke dalam Gerakan Pramuka;
2) Tidak dibenarkan memakai atribut pramuka pada kegiatan organisasi kekuatan sosial-politik
(7) Gerakan Pramuka bersifat religius, artinya:
a. Gerakan Pramuka wajib membina dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan anggotanya;
b. Gerakan Pramuka mampu mengembangkan kerukunan hidup antar umat beragama; dan
c. anggota Gerakan Pramuka wajib memeluk agama dan beribadah sesuai agama dan
keyakinannya masing-masing
(8) Gerakan Pramuka bersifat persaudaraan, artinya setiap anggota Gerakan Pramuka wajib
mengembangkan semangat persaudaraan antar sesama pramuka dan sesama umat manusia.
BAB IV
SISTEM PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN
Bagian Kesatu
Pendidikan Kepramukaan
Pasal 10
Pendidikan Kepramukaan
(1) Pendidikan kepramukaan dilaksanakan berdasarkan pada nilai kepramukaan dan prinsip dasar
kepramukaan dalam upaya membentuk karakter kebangsaan dan kecakapan hidup.
(2) Pendidikan kepramukaan merupakan pendidikan nonformal dalam sistem pendidikan sekolah
yang dilakukan di alam terbuka dalam bentuk kegiatan yang menarik, menantang, menyenangkan,
sehat, teratur, dan terarah, dengan menerapkan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode
Kepramukaan, agar terbentuk kepribadian dan watak yang berakhlak mulia, mandiri, peduli, cinta
tanah air, serta memiliki kecakapan hidup.
(3) Pendidikan kepramukaan merupakan proses belajar mandiri yang progresif bagi kaum muda
untuk mengembangkan diri pribadi seutuhnya, meliputi aspek spiritual, emosional, sosial,
intelektual, dan fisik, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
(4) Pendidikan kepramukaan merupakan proses pembinaan dan pengembangan potensi kaum
muda agar menjadi warganegara yang berkualitas serta mampu memberikan sumbangan positif
bagi kesejahteraan dan kedamaian masyarakat baik nasional maupun internasional.
(5) Pendidikan kepramukaan secara luas diartikan sebagai proses pembinaan yang
berkesinambungan bagi kaum muda, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
Pasal 12
Metode Kepramukaan
(1) Metode Kepramukaan merupakan cara belajar interaktif progresif melalui:
a. Pengamalan Kode Kehormatan Pramuka;
b. Belajar sambil melakukan;
c. Kegiatan berkelompok, bekerjasama, dan berkompetisi;
d. Kegiatan yang menarik dan menantang;
e. Kegiatan di alam terbuka;
f. Kehadiran orang dewasa yang memberikan bimbingan, dorongan, dan dukungan;
g. Penghargaan berupa tanda kecakapan; dan
h. Satuan terpisah antara putra dan putri.
(2) Metode Kepramukaan merupakan prosedur dan cara untuk mengimplementasikan nilai dan
Prinsip Dasar Kepramukaan.
(3) Setiap unsur dalam Metode Kepramukaan memiliki fungsi pendidikan spesifik, yang secara
bersama-sama dan keseluruhan saling memperkuat dan menunjang tercapainya tujuan pendidikan
kepramukaan.
Pasal 13
Pengamalan Kode Kehormatan Pramuka
Kode Kehormatan Pramuka diamalkan dalam bentuk:
a. Beribadah menurut keyakinan agama dan kepercayaan masing-masing;
b. Menjalankan hidup sehat secara rohani dan jasmani;
c. Memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara;
d. Melestarikan lingkungan beserta alam seisinya;
e. Membangun kebersamaan, kepedulian, baik dalam lingkungan keluarga maupun dalam
kehidupan bermasyarakat;
f. Membina persaudaraan dengan pramuka sedunia;
g. Mendengarkan, menghargai dan menerima pendapat atau gagasan orang lain, mengendalikan
diri, bersikap terbuka, mematuhi kesepakatan dan memperhatikan kepentingan bersama,
mengutamakan kesatuan dan persatuan serta bertutur kata dan bertingkah laku sopan santun,
ramah dan sabar;
h. Memberikan pertolongan dan berpartisipasi dalam kegiatan bakti maupun kegiatan sosial,
membina kesukarelaan dan kesetiakawanan, membina ketabahan dan kesabaran dalam
mengatasi rintangan dan tantangan tanpa mengenal sikap putus asa;
i. Menerima tugas dengan ikhlas, sebagai upaya persiapan pribadi menghadapi masa depan,
berupaya melatih keterampilan dan pengetahuan sesuai kemampuan, riang gembira dalam
menjalankan tugas dan menghadapi kesulitan maupun tantangan;
j. Membiasakan diri hidup hemat, cermat, dan bersahaja agar mampu mengatasi tantangan yang
dihadapi;
k. Mengendalikan diri dalam menghadapi tantangan dan kenyataan dengan berani dan setia;
Pasal 14
Belajar Sambil Melakukan
Belajar sambil melakukan dilaksanakan dengan:
a. Mengutamakan sebanyak-banyaknya kegiatan praktik pada setiap kegiatan kepramukaan
dalam bentuk pendidikan keterampilan dan berbagi pengalaman yang bermanfaat bagi peserta
didik;
b. Mengarahkan peserta didik untuk selalu berbuat hal-hal nyata dan memotivasi agar timbul
keingintahuan akan hal-hal baru, serta memacunya agar berpartisipasi aktif dalam segala
kegiatan.
Pasal 15
Kegiatan Berkelompok, Bekerjasama, dan Berkompetisi
(1) Peserta didik dikelompokkan dalam satuan gerak yang dipimpin oleh peserta didik sendiri.
(2) Kegiatan berkelompok memberikan kesempatan belajar memimpin dan dipimpin, mengatur dan
diatur, berorganisasi, memikul tanggungjawab, serta bekerja dan bekerjasama dalam kerukunan.
(3) Kegiatan berkelompok memberi kesempatan untuk saling berkompetisi dalam suasana
persaudaraan guna menumbuhkan keinginan untuk menjadi lebih baik.
Pasal 16
Kegiatan yang Menarik dan Menantang
(1) Kegiatan menarik dan menantang merupakan kegiatan yang kreatif, inovatif, rekreatif, dan
mengandung pendidikan, yang mampu mengubah sikap dan perilaku, menambah pengetahuan
dan pengalaman, serta meningkatkan kecakapan hidup setiap anggota Gerakan Pramuka.
(2) Diselenggarakan dengan memperhatikan tiga pilar pendidikan kepramukaan yakni modern,
manfaat, dan taat asas.
(3) Diselenggarakan dalam rangka menarik minat kaum muda agar bersedia dan mau bergabung
dalam Gerakan Pramuka, serta bagi anggota Gerakan Pramuka agar tetap terpikat, mengikuti
serta mengembangkan kegiatan kepramukaan.
(4) Diselenggarakan secara terpadu dan bertahap sejalan dengan perkembangan kemampuan
dan keterampilan peserta didik secara individu maupun berkelompok.
(5) Diselenggarakan sesuai dengan usia dan perkembangan rohani dan jasmani peserta didik,
sehingga mudah diterima oleh yang bersangkutan.
(6) Ditujukan kepada peserta didik yang dikelompokkan menurut jenis kelamin, usia dan
kemampuan dengan maksud untuk memudahkan penyesuaian kegiatan.
(7) Diutamakan pada kegiatan yang dapat mengembangkan bakat dan minat yang mencakup
ranah spiritual, emosional, sosial, intelektual, dan fisik peserta didik, serta bermanfaat bagi
perkembangan kepribadian.
Pasal 17
Kegiatan di Alam Terbuka
(1) Kegiatan di alam terbuka merupakan kegiatan rekreatif edukatif dengan mengutamakan
kesehatan, keselamatan, dan keamanan.
(2) Memberikan pengalaman saling ketergantungan antara unsur-unsur alam dan kebutuhan untuk
melestarikannya, serta mengembangkan suatu sikap bertanggungjawab akan masa depan
keseimbangan alam.
(3) Menanamkan pemahaman dan kesadaran kepada peserta didik bahwa menjaga lingkungan
adalah hal utama yang harus ditaati dan dikenali dalam setiap kegiatan.
(4) Mengembangkan kemampuan mengatasi tantangan, menyadari tidak ada sesuatu yang
berlebihan di dalam dirinya, menemukan kembali cara hidup yang menyenangkan dalam
kesederhanaan, dan mengembang kan rasa memiliki alam.
Pasal 18
Kehadiran Orang Dewasa
Kehadiran orang dewasa dalam setiap kegiatan kepramukaan dapat berperan sebagai:
a. perencana, organisator, pengendali, pengawas, dan penilai;
b. konsultan dan motivator untuk peserta didik dalam melaksanakan kegiatan;
Pasal 19
Tanda Kecakapan
(1) Penghargaan berupa tanda kecakapan bertujuan mendorong dan merangsang peserta didik
agar secara bersungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan nilai-nilai kepramukaan serta
memiliki berbagai kompetensi keterampilan.
(2) Tanda kecakapan merupakan pengakuan yang diberikan kepada peserta didik yang telah
menghayati dan mengamalkan nilai-nilai kepramukaan serta telah memiliki berbagai kompetensi
keterampilan.
(3) Setiap peserta didik wajib berupaya memiliki keterampilan yang berguna bagi kehidupan diri
dan baktinya kepada masyarakat.
Pasal 20
Satuan Terpisah
(1) Satuan terpisah pramuka putra dan pramuka putri diterapkan di gugus depan, satuan karya
pramuka, dan kegiatan bersama.
(2) Satuan pramuka putri dibina oleh pembina putri, satuan pramuka putra dibina oleh pembina
putra, kecuali perindukan siaga putra dapat dibina oleh pembina putri.
(3) Kegiatan yang diselenggarakan dalam bentuk perkemahan, harus dijamin dan dijaga agar
tempat perkemahan putri dan tempat perkemahan putra terpisah, perkemahan putri dipimpin oleh
pembina putri dan perkemahan putra dipimpin oleh pembina putra.
Pasal 21
Sistem Among
(1) Sistem Among merupakan proses pendidikan kepramukaan yang membentuk peserta didik
agar berjiwa merdeka, disiplin, dan mandiri dalam hubungan timbal balik antarmanusia.
(2) Sistem Among sebagai landasan pendidikan kepramukaan dilaksanakan dalam bentuk
hubungan antara pendidik dengan peserta didik dengan cara saling asah, saling asih, dan saling
asuh.
(3) Sistem Among memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan diri
dengan bimbingan orang dewasa melalui prinsip kepemimpinan sebagai berikut:
a. Ing ngarso sung tulodo maksudnya di depan menjadi teladan;
b. Ing madyo mangun karso maksudnya di tengah membangun kemauan; dan
c. Tutwuri handayani maksudnya di belakang memberi dorongan ke arah kemandirian yang lebih
baik
(4) Sistem Among dilaksanakan dalam bentuk hubungan pendidik dengan peserta didik
merupakan hubungan khas, yaitu setiap anggota dewasa wajib memperhatikan perkembangan
anggota muda secara pribadi agar pembinaan yang dilakukan sesuai dengan tujuan Gerakan
Pramuka
(5) Dalam melaksanakan tugasnya anggota dewasa wajib bersikap dan berperilaku berdasarkan:
a. Kasih-sayang, kejujuran, keadilan, kepatutan, kesederhanaan, kesanggupan berkorban, dan
rasa kesetiakawanan sosial;
b. Disiplin disertai inisiatif dan bertanggungjawab kepada Tuhan Yang Maha Esa, negara dan
bangsa, sesama manusia, diri sendiri, alam, dan lingkungan hidup.
(6) Anggota dewasa berupaya secara bertahap memberikan kesempatan kepada anggota muda
untuk mengembangkan kepemimpinan, memberikan semangat dan dorongan ke arah kemandirian
yang baik.
Pasal 22
Kiasan Dasar
(1) Kiasan dasar adalah simbol-simbol yang digunakan dalam penyelenggaraan pendidikan
kepramukaan.
(2) Penggunaan kiasan dasar, sebagai salah satu unsur terpadu dalam pendidikan kepramukaan,
dimaksudkan untuk mengembangkan imajinasi, sesuai dengan usia dan perkembangan, yang
mendorong kreatifitas, dan keikutsertaan peserta didik dalam setiap kegiatan pendidikan
kepramukaan.
(3) Kegiatan pendidikan kepramukaan harus dikemas dalam kiasan dasar yang disesuaikan
dengan minat, kebutuhan, situasi, dan kondisi peserta didik.
Pasal 23
Kode Kehormatan Pramuka
(1) Kode Kehormatan Pramuka terdiri atas janji dan komitmen diri yang disebut Satya Pramuka
serta ketentuan moral yang disebut Darma Pramuka.
(2) Satya Pramuka:
a. Diucapkan secara sukarela oleh seorang calon anggota atau calon pengurus Gerakan Pramuka
pada saat pelantikan menjadi anggota atau pengurus;
b. Dipergunakan sebagai pengikat diri pribadi demi kehormatannya untuk diamalkan; dan
c. Dipakai sebagai dasar pengembangan spiritual, emosional, sosial, intelektual, dan fisik, baik
sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
(3) Darma Pramuka merupakan:
a. Nilai dasar untuk membina dan mengembangkan akhlak mulia;
b. Sistem nilai yang harus dihayati, dimiliki, dan diamalkan dalam kehidupan anggota gerakan
pramuka di masyarakat;
c. Landasan gerak bagi gerakan pramuka untuk mencapai tujuan pendidikan kepramukaan yang
diwujudkan dalam kegiatan untuk mendorong peserta didik manunggal dengan masyarakat,
bersikap demokratis, saling menghormati, serta memiliki rasa kebersamaan dan gotong royong;
dan
d. Kode etik bagi organisasi dan anggota gerakan pramuka.
(4) Kode Kehormatan Pramuka adalah budaya organisasi yang melandasi sikap dan perilaku
setiap anggota Gerakan Pramuka.
(5) Kode Kehormatan Pramuka ditetapkan dan diterapkan sesuai dengan golongan usia dan
perkembangan rohani dan jasmani anggota Gerakan Pramuka, yaitu:
a. Kode Kehormatan bagi Pramuka Siaga, terdiri dari:
1) Janji dan komitmen diri yang disebut Dwisatya, selengkapnya berbunyi:
Dwisatya
Demi kehormatanku aku berjanji akan bersungguh-sungguh:
- Menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan menurut aturan keluarga.
- Setiap hari berbuat kebaikan.
2) Ketentuan moral yang disebut Dwidarma, selengkapnya berbunyi:
Dwidarma Pramuka
- Siaga berbakti pada ayah dan ibundanya.
- Siaga berani dan tidak putus asa.
b. Kode kehormatan bagi Pramuka Penggalang, terdiri dari:
1) Janji dan komitmen diri yang disebut Trisatya, selengkapnya berbunyi:
Trisatya
”Demi kehormatanku, aku berjanji akan bersungguh-sungguh menjalankan kewajibanku terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila,
menolong sesama hidup, mempersiapkan diri membangun masyarakat, serta menepati
Dasadarma Pramuka”.
2) Ketentuan moral yang disebut Dasadarma, selengkapnya berbunyi:
Dasadarma Pramuka
1. Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia.
3. Patriot yang sopan dan kesatria.
4. Patuh dan suka bermusyawarah.
5. Rela menolong dan tabah.
6. Rajin, terampil, dan gembira.
7. Hemat, cermat, dan bersahaja.
8. Disiplin, berani, dan setia.
9. Bertanggungjawab dan dapat dipercaya.
10. Suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan.
c. Kode kehormatan bagi Pramuka Penegak, Pramuka Pandega, dan anggota dewasa, terdiri dari:
Trisatya
”Demi kehormatanku aku berjanji akan bersungguh-sungguh menjalankan kewajibanku terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila,
menolong sesama hidup, ikut serta membangun masyarakat, serta menepati Dasadarma
Pramuka”.
2) Ketentuan moral yang disebut Dasadarma, selengkapnya berbunyi:
Dasadarma Pramuka
1. Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia.
3. Patriot yang sopan dan kesatria.
4. Patuh dan suka bermusyawarah.
5. Rela menolong dan tabah.
6. Rajin, terampil, dan gembira.
7. Hemat, cermat, dan bersahaja.
8. Disiplin, berani, dan setia.
9. Bertanggungjawab dan dapat dipercaya.
10. Suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan.
Pasal 24
Moto
(1) Moto Gerakan Pramuka bersifat tetap dan tunggal sebagai bagian terpadu dalam proses
pendidikan.
(2) Satyaku Kudarmakan Darmaku Kubaktikan artinya setiap janji dan komitmen diri yang telah
diucapkan dan atau dihayati menjadi ketetapan yang harus ditepati dan dilaksanakan dalam sikap
dan perilaku sehari-hari.
Bagian Kedua
Jalur dan Jenjang
Pasal 25
Jalur
(1) Pendidikan kepramukaan dalam sistem pendidikan nasional termasuk dalam jalur pendidikan
nonformal, berarti pendidikan yang dilaksanakan di luar sistem pendidikan sekolah (formal) dan di
luar sistem pendidikan keluarga (informal).
(2) Pendidikan nonformal yang dilaksanakan dalam pendidikan kepramukaan diperkaya dengan
pendidikan nilai-nilai kepramukaan dalam pembentukan kepribadian yang berakhlak mulia, berjiwa
patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki kecakapan
hidup.
Pasal 26
Jenjang
(1) Jenjang pendidikan kepramukaan:
a. Siaga yang terdiri atas siaga mula, bantu, dan tata.
b. Penggalang yang terdiri atas penggalang ramu, rakit, dan terap
c. Penegak yang terdiri atas penegak bantara dan laksana.
d. Pandega.
(2) Jenjang pendidikan kepramukaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
pengelompokkan satuan pendidikan kepramukaan berdasarkan usia peserta didik.
(3) Jenjang pendidikan siaga menekankan pada terbentuknya kepribadiandan keterampilan di
lingkungan keluarga melalui kegiatan bermain sambil belajar.
(4) Jenjang pendidikan penggalang menekankan pada terbentuknya kepribadian dan keterampilan
dalam rangka mempersiapkan diri untuk terjun dalam kegiatan masyarakat melalui kegiatan
belajar sambil melakukan.
(5) Jenjang pendidikan penegak menekankan pada terbentuknya kepribadian dan keterampilan
agar dapat ikut serta membangun masyarakat melalui kegiatan belajar, melakukan, bekerja
kelompok, berkompetisi, dan bakti kepada masyarakat.
(6) Jenjang pendidikan pandega menekankan pada terbentuknya kepribadian dan keterampilan
agar dapat ikut serta membangun masyarakat.
Pasal 28
Tenaga Pendidik
(1) Tenaga pendidik dalam pendidikan kepramukaan terdiri atas:
a. Pembina pramuka adalah anggota dewasa Gerakan Pramuka yang bertugas membina peserta
didik di gugus depan, sekurang-kurangnya lulusan Kursus Mahir Dasar (KMD)
b. Pelatih pembina pramuka adalah anggota dewasa Gerakan Pramuka yang bertugas melatih
pembina pramuka, sekurang-kurangnya lulusan Kursus Pelatih Dasar (KPD)
c. Pamong satuan karya pramuka adalah anggota dewasa Gerakan Pramuka yang bertugas
membina peserta didik pada satuan karya pramuka, sekurang-kurangnya lulusan KMD dan kursus
pamong saka
d. Instruktur adalah seseorang yang memiliki keahlian tertentu yang bertugas membantu gugus
depan dan atau satuan karya pramuka.
(2) Pramuka penegak dan pandega dapat diangkat sebagai pembina muda dan instruktur muda di
gugus depannya, dengan ketentuan:
a. Pembina muda atau instruktur muda pramuka siaga sekurang-kurangnya berusia 17 tahun;
b. Pembina muda atau instruktur muda pramuka penggalang sekurang-kurangnya berusia 21
tahun; dan
c. Pembina muda atau instruktur muda pramuka penegak sekurang-kurangnya berusia 23 tahun.
(3) Tenaga pendidik harus memenuhi persyaratan standar tenaga pendidik yang disusun oleh
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kepramukaan tingkat Nasional dan ditetapkan oleh Kwartir
Nasional Gerakan Pramuka.
Pasal 29
Kurikulum
(1) Kurikulum pendidikan kepramukaan disusun dan ditetapkan oleh Kwartir Nasional Gerakan
Pramuka dan mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Kurikulum pendidikan kepramukaan untuk peserta didik disusun sesuai jenjang yang ada
dalam pendidikan kepramukaan.
(3) Kurikulum pendidikan kepramukaan peserta didik terdiri atas:
a. Kurikulum umum yang disebut sebagai syarat kecakapan umum (SKU); dan
b. Kurikulum khusus yang disebut sebagai syarat kecakapan khusus (SKK).
c. Kurikulum garuda yang disebut sebagai syarat pramuka garuda (SPG).
(4) SKU merupakan kurikulum pendidikan untuk mencapai tingkat tertentu dalam setiap jenjang.
(5) SKK merupakan kurikulum pendidikan untuk memperoleh keterampilan tertentu yang berguna
bagi pribadi maupun dalam pengabdian masyarakat.
(6) SPG merupakan kurikulum pendidikan untuk mencapai tingkat Pramuka Garuda dalam setiap
jenjang.
(7) Kurikulum pendidikan kepramukaan untuk tenaga pendidik terdiri atas:
a. kurikulum pendidikan pembina pramuka, yaitu kurikulum kursus pembina tingkat dasar dan
kurikulum kursus pembina tingkat lanjutan;
b. kurikulum pendidikan pelatih pembina pramuka, yaitu kurikulum kursus pelatih pembina tingkat
dasar dan kurikulum kursus pelatih pembina tingkat lanjutan;
c. kurikulum pendidikan pamong satuan karya pramuka; dan
d. kurikulum pendidikan instruktur satuan karya pramuka.
(8) Kurikulum pendidikan kepramukaan bagi orang dewasa yang akan menjadi anggota dewasa
disebut kurikulum kursus orientasi kepramukaan.
Pasal 31
Gugus Depan
(1) Gugus depan merupakan satuan pendidikan dalam Gerakan Pramuka bagi anggota muda.
(2) Gugus depan meliputi gugus depan berbasis satuan pendidikan dan gugusdepan berbasis
komunitas.
(3) Gugus depan berbasis satuan pendidikan adalah gugus depan yang berpangkalan di
pendidikan formal baik umum maupun yang berkebutuhan khusus.
(4) Gugus depan berbasis komunitas adalah gugus depan komunitas kewilayahan, aspirasi,
agama, profesi, organisasi kemasyarakatan, dan komunitas lain.
(5) Gugus depan sebagai satuan pendidikan merupakan mitra dari pendidikan formal tempat
berpangkal.
(6) Gugus depan komunitas kewilayahan adalah gugus depan yang didirikan oleh sekelompok
orang yang berada dalam suatu wilayah tertentu.
(7) Gugus depan komunitas seaspirasi adalah gugus depan yang didirikan oleh sekelompok orang
yang memiliki aspirasi yang sama.
(8) Gugus depan komunitas profesi adalah gugus depan yang didirikan oleh sekelompok orang
yang berlatar belakang profesi tertentu.
(9) Gugus depan komunitas organisasi kemasyarakatan adalah gugus depan yang didirikan oleh
organisasi kemasyarakatan tertentu
Pasal 32
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kepramukaan
(1) Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kepramukaan adalah satuan pendidikan dan pelatihan
kepramukaan guna mengembangkan sumber daya manusia Gerakan Pramuka.
(2) Pendidikan dan pelatihan kepramukaan meliputi pendidikan nilai-nilai kepramukaan dan
pelatihan keterampilan.
(3) Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kepramukaan merupakan bagian integral dari kwartir.
(4) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan kepramukaan dilaksanakan di tingkat kwartir
cabang, kwartir daerah, dan Kwartir Nasional sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab
masing-masing.
(5) Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kepramukaan, terdiri atas:
a. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kepramukaan tingkat Nasional, disingkat Pusdiklatnas;
b. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kepramukaan tingkat Daerah, disingkat Pusdiklatda;
c. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kepramukaan tingkat Cabang, disingkat Pusdiklatcab.
(6) Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kepramukaan diusulkan oleh Kepala Pusat Pendidikan
dan Pelatihan Kepramukaan jajaran di bawahnya dan ditentukan oleh ketua kwartir.
(7) Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kepramukaan bertanggungjawab kepada ketua
kwartir.
(8) Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kepramukaan ex-officio andalan kwartir.
(9) Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kepramukaan adalah PelatihPembina Mahir, lulus KPL
atau yang setara.
Bagian Kelima
Evaluasi, Akreditasi, dan Sertifikasi
Pasal 33
Evaluasi
(1) Evaluasi mutu pendidikan kepramukaan dilakukan terhadap kompetensi tenaga pendidik,
peserta didik, dan standar kurikulum pada setiap jenjang pendidikan serta terhadap standar satuan
pendidikan kepramukaan.
(2) Kompetensi tenaga pendidik adalah kemampuan minimal yang wajib dicapai melalui jenjang
pendidikan dan pelatihan bagi tenaga pendidik.
(3) Kompetensi peserta didik adalah nilai-nilai dan kecakapan minimal yang harus dicapai melalui
syarat kecakapan umum dan syarat kecakapan khusus.
Pasal 34
Akreditasi
(1) Akreditasi terhadap satuan organisasi dan satuan pendidikan kepramukaan dilakukan untuk
menilai kelayakan sumber daya manusia, sarana dan prasarana, program, serta manajemen.
(2) Akreditasi dilakukan dengan menggunakan kriteria dan tata cara akreditasi yang bersifat
terbuka serta dilaksanakan oleh lembaga akreditasi mandiri (independen) sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
(3) Kriteria dan tata cara akreditasi serta pembentukan lembaga akreditasi mandiri ditetapkan oleh
Kwartir Nasional.
Pasal 35
Sertifikasi
(1) Sertifikasi peserta didik dan tenaga pendidik pada setiap jenjang dilakukan dengan
menggunakan standar kompetensi yang ditetapkan.
(2) Sertifikasi peserta didik dilakukan di satuan pendidikan gugus depan dan satuan karya
pramuka serta diberikan sertifikat dalam bentuk tanda kecakapan.
(3) Tanda kecakapan diberikan sebagai pengakuan terhadap kompetensi peserta didik melalui uji
kompetensi yang mencakup penilaian terhadap perilaku dalam pengamalan nilai kepramukaan
serta uji kecakapan umum dan uji kecakapan khusus sesuai dengan jenjang pendidikan
kepramukaan oleh pembina.
(4) Sertifikasi tenaga pendidik diberikan sebagai pengakuan terhadap kompetensi tenaga pendidik
yang penilaiannya dilakukan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kepramukaan tingkat Nasional,
yang secara terbatas dapat didelegasikan kepada pusat pendidikan dan pelatihan kwartir di
bawahnya.
(5) Tata cara sertifikasi terhadap peserta didik dan tenaga pendidik akan ditetapkan Kwartir
Nasional.
BAB V
ORGANISASI
Bagian Kesatu
Keanggotaan
Pasal 36
Keanggotaan
(1) Anggota Gerakan Pramuka adalah warga negara Republik Indonesia yang terdiri dari:
a. Anggota biasa:
1) Anggota muda adalah anggota gerakan pramuka yang berusia 7 sampai dengan 25 tahun
disebut peserta didik.
2) Anggota dewasa adalah anggota gerakan pramuka yang berusia di atas 26 tahun yang terdiri
dari tenaga pendidik, andalan, pimpinan satuan karya pramuka, pimpinan satuan komunitas
pramuka, anggota gugus darma pramuka, majelis pembimbing, dan staf kwartir,
b. Anggota kehormatan adalah anggota yang diangkat karena jasanya kepada gerakan pramuka.
(2) Warga negara asing dapat bergabung dalam suatu gugus depan sebagai anggota tamu
Pasal 37
Anggota Biasa
Anggota biasa Gerakan Pramuka terdiri dari anggota muda dan anggota dewasa.
Pasal 39
Anggota Dewasa
(1) Anggota dewasa adalah anggota biasa yang berusia di atas 26 tahun
(2) Anggota dewasa terdiri dari:
a. Fungsionaris organisasi; dan
b. Bukan fungsionaris organisasi.
(3) Anggota muda yang memiliki kualifikasi dapat diangkat menjadi fungsionaris organisasi
(4) Fungsionaris organisasi terdiri dari:
a. Pembina pramuka;
b. Pelatih pembina pramuka;
c. Pembina profesional;
d. Pamong saka;
e. Instruktur saka;
f. Pimpinan saka;
g. Pimpinan sako;
h. Andalan dan asisten andalan; dan
i. Anggota majelis pembimbing
(5) Anggota dewasa yang bukan fungsionaris organisasi dapat bergabung dalam gugus darma
pramuka.
Pasal 40
Anggota Kehormatan
(1) Anggota kehormatan adalah perorangan yang berjasa luar biasa terhadap Gerakan Pramuka.
(2) Anggota kehormatan diangkat dan dilantik oleh kwartir cabang/ kwartir daerah/Kwartir
Nasional.
Pasal 41
Hak dan Kewajiban
(1) Setiap anggota Gerakan Pramuka, berhak:
a. Mengikuti pendidikan kepramukaan;
b. Mendapatkan sertifikat dan/atau tanda kecakapan kepramukaan;
c. Mendapatkan tanda penghargaan;
d. Mendapat kartu tanda anggota;
e. Mengenakan atribut gerakan pramuka;
f. Memilih dan dipilih dalam jabatan organisasi;
g. Melakukan pembelaan dan memperoleh perlindungan.
(2) Setiap anggota Gerakan Pramuka, berkewajiban:
a. Melaksanakan Kode Kehormatan Pramuka dan menaati segala ketentuan yang berlaku di
lingkungan Gerakan Pramuka;
b. Menjunjung tinggi harkat dan martabat Gerakan Pramuka;
c. Membayar iuran anggota Gerakan Pramuka.
Pasal 43
Pembelaan Anggota
(1) Anggota Gerakan Pramuka yang diberhentikan karena dinilai melanggar Kode Kehormatan
Pramuka atau merugikan nama baik Gerakan Pramuka, berhak membela dirinya dalam sidang
dewan kehormatan di kwartir yang bersangkutan.
(2) Apabila anggota Gerakan Pramuka yang bersangkutan tidak menerima keputusan dewan
kehormatan di kwartir yang bersangkutan dapat mengajukan banding ke dewan kehormatan
kwartir satu tingkat di atasnya secara berjenjang.
Pasal 44
Rehabilitasi Anggota
(1) Anggota Gerakan Pramuka yang diberhentikan dapat mengajukan permohonan menjadi
anggota Gerakan Pramuka kembali setelah memperbaiki kesalahannya.
(2) Penerimaan kembali anggota Gerakan Pramuka dilakukan dengan persetujuan dewan
kehormatan kwartir yang bersangkutan.
Pasal 45
Perlindungan Anggota
(1) Anggota Gerakan Pramuka dalam melaksanakan kegiatan berhak mendapat perlindungan
asuransi dan bantuan hukum.
(2) Premi asuransi ditanggung oleh masing-masing anggota.
(3) Bantuan hukum diupayakan oleh kwartir yang bersangkutan.
Bagian Kedua
Gugus Depan
Pasal 46
Satuan Organisasi Gugus Depan
(1) Gugus depan sebagai satuan organisasi merupakan bagian dari kwartir ranting.
(2) Gugus depan merupakan satuan organisasi terdepan penyelenggara pendidikan kepramukaan
dan wadah berhimpun anggota muda.
(3) Dalam gugus depan anggota muda berhimpun dalam satuan gerak berupa:
a. Perindukan siaga;
b. Pasukan penggalang;
c. Ambalan penegak; dan
d. Racana pandega.
(4) Apabila dalam satu gugus depan terdapat keempat satuan gerak tersebut dinamakan gugus
depan lengkap.
(5) Perindukan siaga adalah satuan gerak untuk golongan pramuka siaga yang menghimpun
barung dan dipimpin oleh pembina perindukan.
(6) Pasukan penggalang adalah satuan gerak untuk golongan pramuka penggalang yang
menghimpun regu dan dipimpin oleh pembina pasukan.
(7) Ambalan penegak adalah satuan gerak untuk golongan pramuka penegak, yang menghimpun
sangga dan dipimpin oleh pradana dengan pendamping pembina ambalan.
(8) Racana pandega adalah satuan gerak untuk golongan pramuka pandega, yang menghimpun
reka dan dipimpin oleh ketua dewan racana pandega dengan pendamping pembina racana.
Pasal 48
Keanggotaan Gugus Depan
Keanggotaan gugus depan bersifat terbuka dalam arti:
(1) Keanggotaan gugus depan berbasis satuan pendidikan dapat berasal dari luar satuan
pendidikan dimaksud.
(2) Keanggotaan gugus depan berbasis komunitas dapat berasal dari luar komunitas dimaksud.
Bagian Ketiga
Kwartir
Pasal 49
Satuan Organisasi Kwartir
(1) Kwartir adalah satuan organisasi pengelola Gerakan Pramuka yang dipimpin secara kolektif
dan kolegial oleh pengurus kwartir yang terdiri dari para andalan, dengan susunan sebagai berikut:
a. Seorang ketua;
b. Ketua Harian (sesuai kebutuhan)
c. Beberapa orang wakil ketua;
d. Seorang Sekretaris Jenderal untuk Kwartir Nasional atau seorang sekretaris untuk jajaran
kwartir yang lain;
e. Seorang wakil sekretaris (bila diperlukan);
f. Seorang bendahara; dan
g. Beberapa orang anggota.
(2) Kwartir menetapkan andalan urusan yang dikelompokkan dalam bidangbidang yang bertugas
memperlancar dan mengkoordinasikan pelaksanaan kebijakan kwartir.
(3) Kwartir mendayagunakan staf yang terdiri dari karyawan sebagai pelaksana teknis dan
administrasi yang dipimpin oleh sekretaris pelaksana untuk Kwartir Nasional dan kepala sekretariat
untuk jajaran lainnya.
(4) Sekretaris pelaksana bertanggungjawab kepada Sekretaris Jenderal Kwarnas dan kepala
kantor bertanggungjawab kepada sekretaris kwartir jajarannya.
(5) Di setiap kwartir dibentuk pimpinan satuan karya pramuka (pinsaka) yang ketuanya secara ex-
officio sebagai andalan kwartir.
(6) Di setiap kwartir dibentuk pimpinan satuan komunitas pramuka (pinsako) yang ketuanya secara
ex-officio sebagai andalan kwartir.
(7) Pengurus kwartir terdiri dari unsur pengurus lama dan pengurus baru.
(8) Pengurus kwartir yang merupakan andalan pernah aktif dalam Gerakan Pramuka.
Pasal 50
Ketua Harian Kwartir
a. Formatur hasil musyawarah dapat menunjuk ketua harian sesuai dengan kondisi daerah.
b. Dalam melaksanakan tugasnya ketua harian kwartir bertanggungjawab kepada ketua kwartir.
Pasal 52
Asisten Andalan
(1) Ketua kwartir dapat mengangkat asisten andalan yang bertugas untuk melaksanakan hal-hal
yang memerlukan keahlian khusus.
(2) Masa bakti asisten andalan sama dengan masa bakti kwartir.
Pasal 53
Pengesahan, Pengukuhan, dan Pelantikan
(1) Pengesahan:
a. Ketua kwartir dipilih oleh musyawarah, diangkat oleh presidium dan disahkan dengan surat
keputusan presidium;
b. Pengurus kwartir disusun dan disahkan oleh ketua dan anggota tim formatur dalam berita acara
yang ditandatangani oleh anggota tim formatur;
c. Ketua dan anggota lembaga pemeriksa keuangan kwartir dipilih oleh musyawarah, diangkat
oleh presidium dan disahkan dengan surat keputusan presidium.
(2) Pengukuhan:
a. Pengurus gugus depan yang terdiri dari ketua gugus depan, pembina satuan, pembantu
pembina satuan, ketua dan wakil ketua dewan ambalan penegak, ketua dan wakil ketua dewan
racana pandega ditetapkan dengan surat keputusan ketua majelis pembimbing gugus depan dan
dikukuhkan dengan surat keputusan ketua kwartir ranting, kecuali gugus depan perguruan tinggi
dikukuhkan dengan surat keputusan ketua kwartir cabang serta gugus depan perwakilan Republik
Indonesia di luar negeri dikukuhkan dengan surat keputusan Ketua Kwartir Nasional.
b. Pengurus pimpinan satuan karya pramuka (saka) yang terdiri atas ketua, wakil ketua, sekretaris,
bendahara, dan anggota ditetapkan dengan surat keputusan atau rekomendasi ketua majelis
pembimbing saka dan dikukuhkan dengan surat keputusan ketua kwartir yang bersangkutan.
c. Pengurus pimpinan satuan komunitas pramuka (sako) yang terdiri atas ketua, wakil ketua,
sekretaris, bendahara, dan anggota ditetapkan dengan surat keputusan atau rekomendasi ketua
majelis pembimbing sako dan dikukuhkan dengan surat keputusan ketua kwartir yang
bersangkutan
d. Pengurus kwartir ranting yang terdiri atas ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara, andalan
ditetapkan dengan surat keputusan atau rekomendasi ketua majelis pembimbing ranting dan
dikukuhkan dengan surat keputusan ketua kwartir cabang
e. Pengurus kwartir cabang yang terdiri atas ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara, dan
andalan ditetapkan dengan surat keputusan atau rekomenadasi ketua majelis pembimbing cabang
dan dikukuhkan dengan surat keputusan ketua kwartir daerah
f. Pengurus kwartir daerah yang terdiri atas ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara, dan andalan
ditetapkan dengan surat keputusan ketua atau rekomendasi dari majelis pembimbing daerah dan
dikukuhkan dengan surat keputusan Ketua Kwartir Nasional.
g. Pengurus kwartir nasional gerakan pramuka yang terdiri atas ketua, wakil ketua, sekretaris
jenderal, bendahara, dan andalan dikukuhkan dengan surat keputusan Presiden Republik
Indonesia selaku ketua majelis pembimbing nasional.
h. Ketua dan anggota lembaga pemeriksa keuangan kwartir, dikukuhkan dengan surat keputusan
kwartir di atasnya
i. Ketua dan anggota lembaga pemeriksa keuangan kwartir nasional gerakan pramuka, dikukuhkan
dengan surat keputusan presiden republik indonesia selaku ketua majelis pembimbing nasional
Bagian Keempat
Majelis Pembimbing
Pasal 54
Majelis Pembimbing
(1) Majelis pembimbing (mabi) adalah majelis yang memberikan bimbingan, dukungan dan
memfasilitasi penyelenggaraan pendidikan kepramukaan secara berkelanjutan dan
berkesinambungan.
(2) Majelis Pembimbing memberikan bantuan ketersediaan tenaga, dana, dan fasilitas yang
diperlukan untuk pendidikan kepramukaan.
(3) Mabi dapat terdiri atas unsur:
a. Pemerintah;
b. Pemerintah daerah;
c. Tokoh masyarakat; dan
d. Orangtua peserta didik.
(4) Majelis Pembimbing Nasional (Mabinas) diketuai oleh Presiden Republik Indonesia
(5) Majelis pembimbing daerah (mabida) diketuai oleh gubernur.
(6) Majelis pembimbing cabang (mabicab) diketuai oleh bupati/walikota
(7) Majelis pembimbing ranting (mabiran) diketuai oleh camat/kepala distrik.
(8) Majelis pembimbing satuan karya pramuka (mabisaka) dan gugus depan (mabigus) diketuai
seorang ketua yang dipilih oleh dan dari antara anggota mabi yang bersangkutan, atau dijabat oleh
pimpinan tertinggi dari institusi/ lembaga tempat gugusdepan dan satuan karya pramuka
berpangkalan.
(9) Majelis pembimbing satuan komunitas pramuka (mabisako) diketuai tokoh yang dipilih oleh dan
dari komunitas yang bersangkutan.
Bagian Kelima
Organisasi Pendukung
Pasal 55
Satuan Karya Pramuka
(1) Satuan Karya Pramuka (Saka) merupakan satuan organisasi bagi peserta didik untuk
pembinaan, peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang tertentu serta melakukan
kegiatan nyata sebagai pengabdian kepada masyarakat.
(2) Pengetahuan dan keterampilan saka diwadahi dalam krida-krida.
(3) Pengesahan saka dilakukan oleh kwartir yang bersangkutan.
(4) Pembinaan saka dilakukan oleh kwartir ranting atau kwartir cabang.
(5) Anggota saka adalah pramuka penegak dan pramuka pandega putra dan putri dari gugus
depan di wilayah yang bersangkutan, tanpa melepaskan diri dari keanggotaan gugus depannya.
(6) Anggota saka putra dan putri dihimpun dalam satuan yang terpisah.
(7) Saka dikelola oleh pimpinan saka dan pamong saka dibantu oleh instruktur saka.
(8) Pamong saka ditetapkan dan dilantik oleh kwartir cabang dan secara exofficio menjadi anggota
pimpinan satuan karya di kwartir cabangnya.
(9) Ketua Pimpinan Saka secara exofficio sebagai andalan kwartir
Pasal 56
Gugus Darma Pramuka
(1) Gugus darma pramuka adalah satuan organisasi bagi anggota dewasa Gerakan Pramuka
sebagai wadah pengabdian untuk memajukan Gerakan Pramuka dan berbakti pada masyarakat,
bangsa, dan negara.
(2) Gugus darma pramuka mewadahi anggota dewasa Gerakan Pramuka yang tidak bisa aktif
sebagai pengurus atau tenaga pendidik.
(3) Pembentukan gugus darma pramuka dapat dilakukan dari bawah dan dari atas:
a. Dari bawah yaitu sedikitnya oleh 20 (dua puluh) orang dewasa yang saling bersepakat untuk
membentuk gugus darma pramuka dan melaporkan kepada kwartir yang bersangkutan untuk
dapat pengesahan.
b. Dari atas yaitu kwartir mengumpulkan orang dewasa yang berminat untuk membentuk gugus
darma pramuka di wilayahnya.
(4) Gugus darma pramuka dikelola oleh pengurus yang sedikitnya terdiri atas:
a. Ketua;
b. Sekretaris; dan
c. Bendahara.
(5) Gugus darma pramuka secara administratif berada di kwartir yang bersangkutan.
(6) Pelaksanaan kegiatan dan pendidikan kepramukaan dilaksanakan bersama kwartir yang
bersangkutan
(7) Gugus darma pramuka dapat dibentuk di tingkat cabang, daerah, dan nasional.
Pasal 57
Satuan Komunitas Pramuka
(1) Satuan komunitas pramuka (Sako), adalah satuan organisasi penyelenggara pendidikan ke-
pramukaan yang berbasis, antara lain profesi, aspirasi, dan agama.
(2) Satuan komunitas pramuka merupakan himpunan dari gugus depan berbasis komunitas dan
berbasis satuan pendidikan yang mempunyai kekhususan dalam aspirasi.
(3) Pembentukan satuan komunitas pramuka dapat dilakukan dari bawah:Dari bawah yaitu kwartir
cabang membentuk satuan komunitas pramuka yang menghimpun gugus depan komunitas di
wilayahnya, selanjutnya secara berjenjang dibentuk pimpinan satuan komunitas dan majelis
pembimbing satuan komunitas pramuka tingkat daerah yang merupakan koordinator satuan
komunitas pramuka kwarcab di wilayahnya. Apabila syarat-syarat terpenuhi dapat dibentuk satuan
komunitas pramuka tingkat nasional.
Pasal 58
Pusat Penelitian dan Pengembangan
(1) Pusat penelitian dan pengembang-an (Puslitbang) Gerakan Pramuka merupakan bagian
integral dari kwartir dan berfungsi sebagai wadah pelaksana penelitian dan pengembangan
Gerakan Pramuka.
(2) Puslitbang Gerakan Pramuka dapat berada di tingkat nasional, daerah, dan cabang sesuai
dengan kemampuan.
(3) Kepala Puslitbang Gerakan Pramuka adalah anggota dewasa Gerakan Pramuka yang diangkat
dan diberhentikan oleh ketua kwartir.
(4) Kepala Puslitbang Gerakan Pramuka bertanggungjawab kepada ketua kwartir.
Pasal 59
Pusat Informasi
(1) Pusat informasi (Pusinfo) Gerakan Pramuka merupakan bagian integral dari kwartir dan
berfungsi sebagai wadah pelayanan informasi baik di dalam maupun di luar lingkungan Gerakan
Pramuka.
(2) Pusinfo Gerakan Pramuka dapat berada di tingkat Nasional, daerah, dan cabang sesuai
kemampuan.
(3) Kepala Pusinfo Gerakan Pramuka adalah anggota dewasa Gerakan Pramuka yang diangkat
dan diberhentikan oleh ketua kwartir.
(4) Kepala Pusinfo Gerakan Pramuka bertanggungjawab kepada ketua kwartir.
Pasal 60
Badan Usaha
(1) Badan usaha Gerakan Pramuka merupakan bagian integral dari kwartir dan berfungsi sebagai
wadah pengembangan usaha dalam rangka mendukung pendanaan Gerakan Pramuka.
(2) Badan usaha Gerakan Pramuka dapat berada di tingkat nasional, daerah, dan cabang sesuai
dengan kebutuhan.
(3) Kepala badan usaha Gerakan Pramuka adalah anggota dewasa Gerakan Pramuka atau dari
kalangan profesional yang diangkat dan diberhentikan oleh ketua kwartir.
(4) Kepala badan usaha Gerakan Pramuka bertanggungjawab kepada ketua kwartir.
(5) Badan usaha Gerakan Pramuka terdiri dari unit-unit usaha yang bersifat otonom.
Bagian Keenam
Lembaga Pemeriksa Keuangan
Pasal 61
Lembaga Pemeriksa Keuangan
(1) Lembaga Pemeriksa Keuangan Gerakan Pramuka adalah badan independen yang dibentuk
oleh musyawarah Gerakan Pramuka dan berfungsi mengawasi dan memeriksa keuangan kwartir.
(2) Lembaga Pemeriksaan Keuangan Gerakan Pramuka dipimpin oleh pengurus yang berjumlah
lima orang, dipilih serta bertanggungjawab kepada musyawarah Gerakan Pramuka.
(3) Pengurus Lembaga Pemeriksa Keuangan Gerakan Pramuka terdiri atas:
a. Ketua.
b. Wakil ketua.
Bagian Ketujuh
Badan Kelengkapan Kwartir
Pasal 62
Badan Kelengkapan Kwartir
(1) Badan kelengkapan kwartir adalah satuan organisasi yang dibentuk oleh kwartir untuk
melengkapi satuan organisasi yang sudah ada dengan tugas khusus.
(2) Badan kelengkapan kwartir terdiri atas:
a. Dewan Kehormatan.
b. Satuan Pengawas Internal.
c. Dewan Kerja Pramuka Penegak dan Pandega.
Pasal 63
Dewan Kehormatan
(1) Dewan kehormatan Gerakan Pramuka merupakan badan tetap yang dibentuk oleh kwartir atau
gugus depan sebagai badan yang menetapkan pemberian anugerah, penghargaan, dan sanksi,
dengan tugas:
a. Menilai sikap, perilaku, dan jasa seseorang untuk mendapatkan anugerah, penghargaan berupa
tanda jasa.
b. Menilai sikap dan perilaku anggota Gerakan Pramuka yang melanggar Kode Kehormatan
Pramuka atau merugikan nama baik Gerakan Pramuka.
(2) Penilaian dewan kehormatan menjadi masukan bagi kebijakan dan pengambilan keputusan
ketua kwartir
(3) Dewan kehormatan kwartir beranggotakan lima orang yang terdiri dari unsur-unsur sebagai
berikut:
a. Tokoh Gerakan Pramuka.
b. Andalan.
(4) Dewan kehormatan gugus depan beranggotakan tiga orang yang terdiri dari unsur-unsur
sebagai berikut:
a. Tokoh Gerakan Pramuka.
b. Pengurus gugus depan.
c. Pembina pramuka.
Pasal 64
Satuan Pengawas Internal
(1) Satuan pengawas internal melakukan pengawasan dalam bidang:
a. Pelaksanaan kegiatan atau program sesuai rencana yang telah ditetapkan;
b. Pelaksanaan prosedur tetap (protap) dan peraturan-peraturan lainnya dilingkungan kwartir
Gerakan Pramuka;
c. Pengadaan dan pengelolaan barang dan jasa;
(2) Satuan pengawas internal dibentuk di tingkat Nasional, daerah, dan cabang.
(3) Satuan pengawas internal dipimpin oleh seorang kepala dibantu oleh sekurang-kurangnya dua
orang anggota serta didukung oleh staf pelaksana.
(4) Kepala dan anggota satuan pengawas internal tidak boleh dijabat oleh pejabat struktural
kwartir.
(5) Kepala satuan pengawas internal bertanggungjawab kepada ketua kwartir.
(6) Kepala dan anggota satuan pengawas internal diangkat dan diberhentikan oleh ketua kwartir.
Pasal 65
Dewan Kerja
(1) Dewan kerja pramuka penegak dan pandega adalah wadah pembinaan dan pengembangan
kaderisasi kepemimpinan masa depan Gerakan Pramuka dan bangsa.
Bagian Kedelapan
Tugas dan Tanggungjawab Kwartir
Pasal 66
Tugas dan Tanggungjawab
Kwartir Nasional
(1) Mengelola Gerakan Pramuka di tingkat nasional
(2) Menetapkan kebijakan pelaksanaan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan
Pramuka, dan melaksanakan Keputusan Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka
(3) Menetapkan hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga sepanjang tidak
bertentangan dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 tentang
Gerakan Pramuka, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka, dan
Keputusan Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka
(4) Melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan
Pramuka, Keputusan Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka, dan Keputusan Kwartir Nasional
Gerakan Pramuka
(5) Melaksanakan pembinaan organisasi kepada kwartir daerah dan organisasi pendukung
Gerakan Pramuka di wilayahnya.
(6) Melakukan hubungan dan konsultasi dengan Majelis Pembimbing Nasional
(7) Melakukan hubungan dan kerjasama dengan instansi pemerintah, swasta dan organisasi
masyarakat tingkat nasional yang sesuai dengan tujuan Gerakan Pramuka
(8) Melakukan kerjasama dengan badan/organisasi kepramukaan di luar negeri
(9) Membina dan membantu kwartir daerah dan gugus depan perwakilan Republik Indonesia di
luar negeri
(10) Melaksanakan koordinasi, membantu, dan memastikan terselenggaranya musyawarah
daerah;
a. Memberikan peringatan tertulis kepada kwartir daerah untuk segera melaksanakan musyawarah
minimal 6 (enam) bulan sebelum berakhir masa bakti kepengurusan.
b. Apabila musyawarah tidak dapat dilaksanakan tepat waktu, maka 3 (tiga) bulan setelah
berakhirnya masa bakti kepengurusan, Kwartir Nasional berkoordinasi dengan Ketua Majelis
Pembimbing Daerah untuk segera membentuk tim persiapan musyawarah daerah
c. Tim persiapan musyawarah daerah ditetapkan dengan surat keputusan Kwartir Nasional dan
bertugas melaksanakan musyawarah
(11) Menyampaikan laporan pertanggungjawaban Kwartir Nasional Gerakan Pramuka kepada
Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka;
(12) Membuat laporan tahunan termasuk laporan keuangan untuk disampaikan kepada Rapat
Kerja Nasional Gerakan Pramuka.
(13) Dalam melaksanakan tugasnya Kwartir Nasional Gerakan Pramuka bertanggungjawab
kepada Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka.
Pasal 67
Tugas dan Tanggungjawab
Kwartir Daerah
(1) Mengelola Gerakan Pramuka di tingkat daerah;
(2) Melaksanakan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan
Pramuka, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka, Keputusan
Musyawarah Nasional dan Musyawarah Daerah Gerakan Pramuka, serta Keputusan Kwartir
Nasional Gerakan Pramuka;
Pasal 68
Tugas dan Tanggungjawab
Kwartir Cabang
(1) Mengelola Gerakan Pramuka di tingkat cabang;
(2) Melaksanakan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan
Pramuka, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka, Keputusan
Musyawarah Nasional, Musyawarah Daerah, dan Musyawarah Cabang Gerakan Pramuka, serta
Keputusan Kwartir Nasional dan Kwartir Daerah Gerakan Pramuka;
(3) Melaksanakan pembinaan organisasi kepada kwartir ranting, gugus depan, dan organisasi
pendukung Gerakan Pramuka di wilayahnya.
(4) melakukan hubungan dan konsultasi dengan Majelis Pembimbing Cabang;
(5) melakukan hubungan dan kerjasama dengan instansi pemerintah, swasta, dan organisasi
masyarakat tingkat kabupaten/kota, yang sesuai dengan tujuan Gerakan Pramuka;
(6) menyampaikan laporan kepada kwartir daerah dan tembusan kepada Kwartir Nasional
Gerakan Pramuka mengenai perkembangan Gerakan Pramuka di cabang;
(7) Malaksanakan koordinasi, membantu, dan memastikan terselenggaranya musyawarah ranting;
a. Memberikan peringatan tertulis kepada kwartir ranting untuk segera melaksanakan musyawarah
minimal 6 (enam) bulan sebelum berakhir masa bakti kepengurusan
b. Apabila musyawarah tidak dapat dilaksanakan tepat waktu maka 3 (tiga) bulan setelah
berakhirnya masa bakti kepengurusan, kwartir cabang berkoordinasi dengan ketua majelis
pembimbing ranting untuk segera membentuk tim persiapan musyawarah ranting
c. Tim persiapan musyawarah ranting ditetapkan dengan surat keputusan kwartir cabang dan
bertugas melaksanakan musyawarah
(8) Menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban Kwartir Cabang Gerakan Pramuka kepada
Musyawarah Cabang Gerakan Pramuka;
(9) Membuat laporan tahunan termasuk laporan keuangan untuk disampaikan kepada Rapat Kerja
Cabang Gerakan Pramuka.
(10) Dalam melaksanakan tugasnya, Kwartir Cabang Gerakan Pramuka bertanggung-jawab
kepada Musyawarah Cabang Gerakan Pramuka.
Pasal 69
Tugas dan Tanggungjawab
Kwartir Ranting
(1) mengelola Gerakan Pramuka di tingkat ranting.
(2) melaksanakan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan
Pramuka, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka, Keputusan
Musyawarah Nasional, Musyawarah Daerah, Musyawarah Cabang, dan Musyawarah Ranting
Gerakan Pramuka, serta Keputusan Kwartir Nasional, Kwartir Daerah, dan Kwartir Cabang
Gerakan Pramuka;
(3) Melaksanakan pembinaan organisasi kepada gugus depan di wilayahnya.
BAB VI
MUSYAWARAH, RAPAT KERJA, RAPAT KOORDINASI, DAN
HAL-HAL YANG MENDESAK
Bagian Pertama
Musyawarah
Pasal 70
Musyawarah Nasional
(1) Musyawarah nasional adalah forum tertinggi Gerakan Pramuka.
(2) Musyawarah nasional diadakan sekali dalam lima tahun.
(3) Musyawarah nasional dinyatakan sah jika dihadiri sekurang-kurangnya oleh dua pertiga jumlah
kwartir daerah.
Pasal 71
Peserta Musyawarah Nasional
(1) Peserta musyawarah nasional terdiri atas utusan pusat dan daerah.
(2) Utusan pusat terdiri dari sebanyak-banyaknya sepuluh orang yang diberi kuasa oleh Ketua
Kwartir Nasional, di antaranya unsur pimpinan, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kepramukaan
tingkat Nasional, dan Dewan Kerja Nasional.
(3) Utusan daerah terdiri dari sebanyak-banyaknya sepuluh orang yang diberi kuasa oleh ketua
kwartir daerah, di antaranya unsur pimpinan, pusat pendidikan dan pelatihan kepramukaan tingkat
daerah, dan dewan kerja daerah.
(4) Kwartir Nasional dan kwartir daerah harus berupaya agar perutusannya terdiri dari putra dan
putri.
(5) Kwartir Nasional dan kwartir daerah masing-masing mempunyai satu hak suara.
Pasal 72
Peninjau Musyawarah Nasional
(1) Musyawarah nasional dapat dihadiri oleh peninjau yang terdiri dari:
a. Unsur majelis pembimbing;
b. Unsur andalan;
c. Unsur dewan kerja;
d. Anggota kehormatan.
(2) Peninjau mendapat persetujuan tertulis dari kwartir yang bersangkutan.
(3) Jumlah peninjau ditetapkan oleh penyelenggara musyawarah nasional.
Pasal 73
Acara Musyawarah Nasional
(1) Acara musyawarah nasional terdiri atas acara pendahuluan dan acara pokok.
(2) Acara pendahuluan musyawarah nasional terdiri dari:
a. Pembahasan dan pengesahan tata tertib dan agenda musyawarah nasional;
b. Pemilihan presidium musyawarah nasional;
Pasal 74
Pemilihan Ketua Kwartir Nasional
(1) Musyawarah nasional memilih dan menetapkan Ketua Kwartir Nasional untuk masa bakti
berikutnya.
(2) Calon Ketua Kwartir Nasional diusulkan oleh Kwartir Nasional dan kwartir daerah selambat-
lambatnya dua bulan sebelum pelaksanaan musyawarah nasional.
(3) Calon Ketua Kwartir Nasional yang diusulkan harus memenuhi syarat sesuai dengan
ketentuan.
(4) Kwartir Nasional menyampaikan nama-nama calon Ketua Kwartir Nasional yang diusulkan oleh
kwartir daerah dan yang diusulkan oleh Kwartir Nasional kepada seluruh kwartir daerah selambat-
lambatnya satu bulan sebelum pelaksanaan musyawarah nasional.
(5) Calon Ketua Kwartir Nasional yang bersedia dicalonkan harus menyatakan kesediaannya
secara tertulis dan disampaikan pada saat musyawarah nasional dimulai, dan setelah itu tidak ada
pencalonan lagi.
(6) Calon Ketua Kwartir Nasional harus hadir pada saat pemilihan Ketua Kwartir Nasional
berlangsung.
(7) Calon Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dalam 5 (lima) tahun terakhir aktif dalam
Gerakan Pramuka
(8) Ketua Kwartir Nasional hanya dibenarkan menjabat sebanyak dua kali masa bakti secara
berturut-turut.
(9) Selama pengurus Kwartir Nasional yang baru hasil musyawarah belum dilantik, maka pengurus
kwartir lama tetap melaksanakan tugasnya, dengan ketentuan tidak dibenarkan mengambil
keputusan mengenai hal-hal yang prinsip, seperti:
a. Mengadakan kerjasama dengan pihak ketiga;
b. Menandatangani pengeluaran uang di luar program kerja;
c. Mengubah struktur organisasi kwartir dan/atau mengada-kan alih tugas staf.
Pasal 75
Tim Formatur Musyawarah Nasional
(1) Tim formatur pembentukan pengurus terdiri dari Ketua Kwartir Nasional terpilih sebagai ketua
tim dan enam orang anggota.
(2) Anggota formatur terdiri dari:
a. Satu orang wakil pengurus lama yang ditunjuk oleh Ketua Kwartir Nasional terpilih;
b. Satu orang wakil Majelis Pembimbing Nasional;
c. Empat orang wakil kwartir daerah dari wilayah yang berbeda dan dipilih oleh peserta.
(3) Anggota formatur dipilih secara langsung dalam musyawarah nasional.
(4) Apabila antara ketua dengan anggota dan/atau antar sesama anggota tim formatur tidak
terdapat kesepahaman, keputusan terakhir ditentukan oleh ketua tim.
(5) Tim formatur dalam waktu selambat-lambatnya tiga bulan menyusun pengurus Kwartir
Nasional baru, yang selanjutnya diajukan kepada Presiden Republik Indonesia selaku Ketua
Majelis Pembimbing Nasional untuk dikukuhkan dan dilantik.
Pasal 76
Usulan Materi Musyawarah Nasional
(1) Penyampaian usul materi musyawarah nasional oleh kwartir daerah dilakukan secara tertulis
kepada Kwartir Nasional selambat-lambatnya tiga bulan sebelum pelaksanaan musyawarah
nasional.
Pasal 77
Pimpinan Musyawarah Nasional
(1) Musyawarah nasional dipimpin oleh suatu presidium yang dipilih oleh dan dari peserta
musyawarah nasional.
(2) Presidium musyawarah nasional sebanyak lima orang, terdiri atas satu orang unsur Kwartir
Nasional dan empat orang unsur kwartir daerah dari wilayah yang berbeda dan dipilih oleh peserta
Pasal 78
Pengambilan Keputusan Musyawarah Nasional
(1) Pengambilan keputusan musyawarah nasional dicapai atas dasar musyawarah untuk mufakat.
(2) Apabila mufakat tidak tercapai keputusan diambil dengan cara pemungutan suara dan
keputusan adalah sah apabila didukung oleh lebih dari setengah jumlah suara yang hadir.
(3) Pemungutan suara dilaksanakan secara langsung kecuali jika sidang menganggap perlu,
pemungutan suara dapat dilaksanakan secara tidak langsung dan bersifat rahasia.
Pasal 79
Musyawarah Daerah
(1) Musyawarah daerah adalah forum tertinggi Gerakan Pramuka di tingkat daerah.
(2) Musyawarah daerah diadakan sekali dalam lima tahun.
(3) Musyawarah daerah dinyatakan sah jika dihadiri sekurang-kurangnya oleh dua pertiga jumlah
kwartir cabang.
Pasal 80
Peserta Musyawarah Daerah
(1) Peserta musyawarah daerah terdiri dari utusan daerah dan utusan cabang.
(2) Utusan daerah terdiri dari sebanyak-banyaknya delapan orang yang diberi kuasa oleh ketua
kwartir daerah, di antaranya adalah unsur pimpinan, pusat pendidikan dan pelatihan kepramukaan
tingkat daerah, dan dewan kerja daerah.
(3) Utusan cabang terdiri dari sebanyak-banyaknya delapan orang yang diberi kuasa oleh ketua
kwartir cabang, di antaranya adalah unsur pimpinan, pusat pendidikan dan pelatihan kepramukaan
tingkat cabang, dan dewan kerja cabang.
(4) Kwartir daerah dan kwartir cabang harus berupaya agar perutusannya terdiri dari putra dan
putri.
(5) Kwartir daerah dan kwartir cabang masing-masing mempunyai satu hak suara.
Pasal 81
Peninjau Musyawarah Daerah
(1) Musyawarah daerah dapat dihadiri oleh peninjau yang terdiri dari:
a. Unsur majelis pembimbing;
b. Unsur andalan;
c. Unsur dewan kerja;
d. Anggota kehormatan.
(2) Peninjau mendapat persetujuan tertulis dari kwartir yang bersangkutan.
(3) Jumlah peninjau ditetapkan oleh penyelenggara musyawarah daerah.
Pasal 82
Acara Musyawarah Daerah
(1) Acara musyawarah daerah terdiri atas acara pendahuluan dan acara pokok.
(2) Acara pendahuluan musyawarah daerah terdiri dari:
a. Pembahasan dan pengesahan tata tertib dan agenda musyawarah daerah;
b. Pemilihan presidium musyawarah daerah;
c. Penyerahan kepemimpinan musyawarah daerah dari ketua kwartir daerah kepada presidium
musyawarah daerah terpilih.
(3) Acara pokok musyawarah daerah terdiri dari:
a. Penyampaian, pembahasan, dan pengesahan pertanggung-jawaban kwartir daerah selama
masa bakti termasuk pertanggungjawaban keuangan;
b. Penyampaian hasil pemeriksaan keuangan kwartir oleh lembaga pemeriksa keuangan kwartir
daerah;
Pasal 83
Pemilihan Ketua Kwartir Daerah
(1) Musyawarah daerah memilih dan menetapkan ketua kwartir daerah untuk masa bakti
berikutnya.
(2) Calon ketua kwartir daerah diusulkan oleh kwartir daerah dan kwartir cabang selambat-
lambatnya dua bulan sebelum pelaksanaan musyawarah daerah.
(3) Calon ketua kwartir daerah yang diusulkan harus memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan.
(4) Kwartir daerah menyampaikan nama-nama calon ketua kwartir daerah yang diusulkan oleh
kwartir cabang dan yang diusulkan oleh kwartir daerah kepada seluruh kwartir cabang selambat-
lambatnya satu bulan sebelum pelaksanaan musyawarah daerah.
(5) Calon ketua kwartir daerah yang bersedia dicalonkan harus menyatakan kesediaannya secara
tertulis dan disampaikan pada saat musyawarah daerah dimulai, dan setelah itu tidak ada
pencalonan lagi.
(6) Calon ketua kwartir daerah harus hadir pada saat pemilihan ketua kwartir daerah berlangsung.
(7) Calon ketua kwartir daerah Gerakan Pramuka dalam 5 (lima) tahun terakhir aktif dalam
Gerakan Pramuka.
(8) Ketua kwartir daerah hanya dibenarkan menjabat sebanyak dua kali masa bakti secara
berturut-turut.
(9) Selama pengurus kwartir daerah yang baru hasil musyawarah belum dilantik, maka pengurus
kwartir lama tetap melaksanakan tugasnya, dengan ketentuan tidak dibenarkan mengambil
keputusan mengenai hal-hal yang prinsip, seperti:
a. Mengadakan kerjasama dengan pihak ketiga;
b. Menandatangani pengeluaran uang di luar program kerja;
c. Mengubah struktur organisasi kwartir dan/atau mengadakan alih tugas staf.
Pasal 84
Tim Formatur Musyawarah Daerah
(1) Tim formatur pembentukan pengurus terdiri dari ketua kwartir daerah terpilih sebagai ketua tim
dan empat orang anggota.
(2) Anggota formatur terdiri dari:
a. Satu orang wakil pengurus lama yang ditunjuk oleh ketua kwartir daerah terpilih;
b. Satu orang wakil majelis pembimbing daerah;
c. Dua orang wakil kwartir cabang yang berbeda dan dipilih oleh peserta.
(3) Anggota formatur dipilih secara langsung dalam musyawarah daerah.
(4) Apabila antara ketua dengan anggota dan/atau antar sesama anggota tim formatur tidak
terdapat kesepahaman, keputusan terakhir ditentukan oleh ketua tim.
(5) Tim formatur dalam waktu selambatnya dua bulan menyusun pengurus kwartir daerah baru
yang kemudian ditetapkan dengan Surat Keputusan atau Rekomendasi Ketua Majelis Pembimbing
Daerah, selanjutnya diajukan kepada Ketua Kwartir Nasional untuk dikukuhkan.
Pasal 85
Usulan Materi Musyawarah Daerah
(1) Penyampaian usul materi musyawarah daerah oleh kwartir cabang dilakukan secara tertulis
kepada kwartir daerah selambat-lambatnya tiga bulan sebelum pelaksanaan musyawarah daerah.
(2) Kwartir daerah, selambat-lambatnya satu bulan sebelum musyawarah daerah, harus sudah
menyiapkan bahan musyawarah daerah secara tertulis dan menyampaikannya kepada semua
kwartir cabang.
Pasal 86
Pimpinan Musyawarah Daerah
(1) Musyawarah daerah dipimpin oleh suatu presidium yang dipilih oleh dan dari peserta
musyawarah daerah.
(2) Presidium musyawarah daerah sebanyak lima orang, terdiri atas satu orang unsur kwartir
daerah dan empat orang unsur kwartir cabang yang berbeda dan dipilih oleh peserta
Pasal 87
Pasal 88
Musyawarah Cabang
(1) Musyawarah cabang adalah forum tertinggi Gerakan Pramuka di tingkat cabang.
(2) Musyawarah cabang diadakan sekali dalam lima tahun.
(3) Musyawarah cabang dinyatakan sah jika dihadiri sekurang-kurangnya oleh dua pertiga jumlah
kwartir ranting.
Pasal 89
Peserta Musyawarah Cabang
(1) Peserta musyawarah cabang terdiri atas utusan cabang dan ranting.
(2) Utusan cabang terdiri dari sebanyak-banyaknya tujuh orang yang diberi kuasa oleh ketua
kwartir cabang, di antaranya adalah unsur pimpinan, pusat pendidikan dan pelatihan kepramukaan
tingkat cabang, dan dewan kerja cabang.
(3) Utusan ranting terdiri dari sebanyak-banyaknya tujuh orang yang diberi kuasa oleh ketua
kwartir ranting, di antaranya adalah unsur pimpinan dan dewan kerja ranting.
(4) Kwartir cabang dan kwartir ranting harus berupaya agar perutusan-nya terdiri dari putra dan
putri.
(5) Kwartir cabang dan kwartir ranting masing-masing mempunyai satu hak suara.
Pasal 90
Peninjau Musyawarah Cabang
(1) Musyawarah cabang dapat dihadiri oleh peninjau yang terdiri dari:
a. Unsur majelis pembimbing;
b. Unsur andalan;
c. Unsur dewan kerja;
d. Anggota kehormatan.
(2) Peninjau mendapat persetujuan tertulis dari kwartir yang bersangkutan.
(3) Jumlah peninjau ditetapkan oleh penyelenggara musyawarah cabang.
Pasal 91
Acara Musyawarah Cabang
(1) Acara musyawarah cabang terdiri atas acara pendahuluan dan acara pokok.
(2) Acara pendahuluan musyawarah cabang terdiri dari:
a. Pembahasan dan pengesahan tata tertib dan agenda musyawarah cabang;
b. Pemilihan presidium musyawarah cabang;
c. Penyerahan kepemimpinan musyawarah cabang dari ketua kwartir cabang kepada presidium
musyawarah cabang terpilih.
(3) Acara pokok musyawarah cabang terdiri dari:
a. Penyampaian, pembahasan, dan pengesahan pertanggungjawaban kwartir cabang selama
masa bakti termasuk pertanggungjawaban keuangan;
b. Penyampaian hasil pemeriksaan keuangan kwartir oleh lembaga pemeriksa keuangan kwartir
cabang;
c. Penyampaian, pembahasan, dan pengesahan rencana kerja kwartir cabang untuk masa bakti
berikutnya;
d. Pemilihan ketua kwartir cabang untuk masa bakti berikutnya;
e. Pemilihan anggota formatur untuk menyusun pengurus baru;
f. Pemilihan ketua dan anggota lembaga pemeriksa keuangan, masa bakti berikutnya.
Pasal 92
Pemilihan Ketua Kwartir Cabang
(1) Musyawarah cabang memilih dan menetapkan ketua kwartir cabang untuk bmasa bakti
berikutnya.
(2) Calon ketua kwartir cabang diusulkan oleh kwartir cabang dan kwartir ranting selambat-
lambatnya dua bulan sebelum pelaksanaan musyawarah cabang.
Pasal 93
Tim Formatur Musyawarah Cabang
(1) Tim formatur pembentukan pengurus terdiri dari ketua kwartir cabang terpilih sebagai ketua tim
dan empat orang anggota.
(2) Anggota formatur terdiri dari:
a. Satu orang wakil pengurus lama yang ditunjuk oleh ketua kwartir cabang terpilih;
b. Satu orang wakil majelis pembimbing cabang;
c. Dua orang wakil kwartir ranting yang berbeda dan dipilih oleh peserta.
(3) Anggota formatur dipilih secara langsung dalam musyawarah cabang.
(4) Apabila antara ketua dengan anggota dan/atau antar sesama anggota tim formatur tidak
terdapat kesepahaman, keputusan terakhir ditentukan oleh ketua tim.
(5) Tim formatur dalam waktu selambat-lambatnya satu bulan menyusun pengurus kwartir cabang
baru, yang kemudian ditetapkan dengan surat keputusan atau rekomendasi ketua majelis
pembimbing cabang, dan selanjutnya diajukan kepada ketua kwartir daerah untuk dikukuhkan.
Pasal 94
Usulan Materi Musyawarah Cabang
(1) Penyampaian usul materi musyawarah cabang oleh kwartir ranting diajukan secara tertulis
kepada kwartir cabang selambat-lambatnya dua bulan sebelum pelaksanaan musyawarah cabang.
(2) Kwartir cabang, selambat-lambatnya satu bulan sebelum musyawarah cabang, harus sudah
menyiapkan bahan musyawarah cabang secara tertulis dan menyampaikannya kepada semua
kwartir ranting.
Pasal 95
Pimpinan Musyawarah Cabang
(1) Musyawarah cabang dipimpin oleh suatu presidium yang dipilih oleh dan dari peserta
musyawarah cabang.
(2) Presidium musyawarah cabang sebanyak lima orang, terdiri atas satu orang unsur kwartir
cabang dan empat orang unsur kwartir ranting yang berbeda dan dipilih oleh peserta
Pasal 96
Pengambilan Keputusan
Musyawarah Cabang
(1) Pengambilan keputusan musyawarah cabang dicapai atas dasar musyawarah untuk mufakat.
(2) Apabila mufakat tidak tercapai keputusan diambil dengan cara pemungutan suara dan
keputusan adalah sah apabila didukung oleh lebih dari setengah jumlah suara yang hadir
(3) Pemungutan suara dilaksanakan secara langsung kecuali jika sidangmenganggap perlu,
pemungutan suara dapat dilaksanakan secara tidak langsung dan bersifat rahasia.
Pasal 97
Musyawarah Ranting
(1) Musyawarah ranting adalah forum tertinggi Gerakan Pramuka di tingkat ranting.
(2) Musyawarah ranting diadakan sekali dalam tiga tahun.
Pasal 98
Peserta Musyawarah Ranting
(1) Peserta musyawarah ranting terdiri atas utusan ranting dan gugus depan.
(2) Utusan ranting terdiri dari sebanyak-banyaknya enam orang yang diberi kuasa oleh ketua
kwartir ranting, di antaranya adalah ketua dewan kerja ranting.
(3) Utusan gugus depan terdiri dari sebanyak-banyaknya empat orang yang diberi kuasa oleh
ketua gugus depan, di antaranya adalah seorang wakil pramuka penegak dan pramuka pandega.
(4) Kwartir ranting dan gugus depan harus berupaya agar utusannya terdiri dari putra dan putri.
(5) Kwartir ranting dan gugus depan masing-masing memiliki satu hak suara.
Pasal 99
Peninjau Musyawarah Ranting
(1) Musyawarah ranting dapat dihadiri oleh peninjau yang terdiri dari:
a. Unsur majelis pembimbing;
b. Unsur andalan;
c. Unsur dewan kerja;
d. Anggota kehormatan.
(2) Peninjau mendapat persetujuan tertulis dari gugus depan yang bersangkutan.
Pasal 100
Acara Musyawarah Ranting
(1) Acara musyawarah ranting terdiri atas acara pendahuluan dan acara pokok.
(2) Acara pendahuluan musyawarah ranting terdiri dari:
a. Pembahasan dan pengesahan tata tertib dan agenda musyawarah ranting;
b. Pemilihan presidium musyawarah ranting;
c. Penyerahan kepemimpinan musyawarah ranting dari ketua kwartir ranting kepada presidium
musyawarah ranting terpilih.
(3) Acara pokok musyawarah ranting terdiri dari:
a. Penyampaian, pembahasan, dan pengesahan pertanggungjawaban kwartir ranting selama
masa bakti termasuk pertanggungjawaban keuangan;
b. Penyampaian pertanggungjawaban lembaga pemeriksa keuangan kwartir ranting;
c. Penyampaian, pembahasan, dan pengesahan rencana kerja kwartir ranting untuk masa bakti
berikutnya;
d. Pemilihan ketua kwartir ranting untuk masa bakti berikutnya;
e. Pemilihan anggota formatur untuk menyusun pengurus baru yang dipimpin oleh ketua kwartir
ranting terpilih;
f. Pemilihan ketua dan anggota lembaga pemeriksa keuangan, masa bakti berikutnya.
Pasal 101
Pemilihan Ketua Kwartir Ranting
(1) Musyawarah ranting memilih dan menetapkan ketua kwartir ranting untuk masa bakti
berikutnya.
(2) Calon ketua kwartir ranting diusulkan oleh gugus depan selambat-lambatnya dua bulan
sebelum pelaksanaan musyawarah ranting.
(3) Calon ketua kwartir ranting yang diusulkan harus memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan.
(4) Kwartir ranting menyampaikan nama-nama calon ketua kwartir ranting yang diusulkan oleh
gugus depan dan yang diusulkan oleh kwartir ranting kepada seluruh gugus depan selambat-
lambatnya satu bulan sebelum pelaksanaan musyawarah ranting.
(5) Calon ketua kwartir ranting yang bersedia dicalonkan harus menyatakan kesediaannya secara
tertulis dan disampaikan pada saat musyawarah ranting dimulai, dan setelah itu tidak ada
pencalonan lagi.
(6) Calon ketua kwartir ranting harus hadir pada saat pemilihan ketua kwartir ranting berlangsung.
(7) Calon ketua kwartir ranting Gerakan Pramuka dalam 5 (lima) tahun terakhir aktif dalam
Gerakan Pramuka.
(8) Ketua kwartir ranting hanya dibenarkan menjabat sebanyak dua kali masa bakti secara
berturut-turut.
(9) Selama pengurus kwartir ranting yang baru hasil musyawarah belum dilantik, maka pengurus
kwartir lama tetap melaksanakan tugasnya, dengan ketentuan tidak dibenarkan mengambil
keputusan mengenai hal-hal yang prinsip, seperti:
Pasal 102
Tim Formatur Musyawarah Ranting
(1) Tim formatur pembentukan pengurus terdiri dari ketua kwartir ranting terpilih sebagai ketua tim
dan empat orang anggota.
(2) Anggota formatur terdiri dari:
a. Satu orang wakil pengurus lama yang ditunjuk oleh ketua kwartir ranting terpilih;
b. Satu orang wakil majelis pembimbing ranting;
c. Dua orang wakil gugus depan yang berbeda dan dipilih oleh peserta.
(3) Anggota formatur dipilih secara langsung dalam musyawarah ranting.
(4) Apabila antara ketua dengan anggota dan/atau antar sesama anggota tim formatur tidak
terdapat kesepahaman, keputusan terakhir ditentukan oleh ketua tim.
(5) Tim formatur dalam waktu selambat-lambatnya satu bulan menyusun pengurus kwartir ranting
baru, yang kemudian ditetapkan dengan surat keputusan atau rekomendasi Ketua Majelis
Pembimbing Ranting, dan selanjutnya diajukan kepada Ketua Kwartir Cabang untuk dikukuhkan.
Pasal 103
Usulan Materi Musyawarah Ranting
(1) Penyampaian usul dan materi musyawarah ranting oleh pengurus gugus depan harus
dilakukan secara tertulis kepada kwartir ranting selambatlambatnya dua bulan sebelum
pelaksanaan musyawarah ranting
(2) Kwartir ranting, selambat-lambatnya satu bulan sebelum musyawarah ranting, harus sudah
menyiapkan bahan musyawarah ranting secara tertulis dan menyampaikannya kepada semua
gugus depan.
(3) Penyampaian usul dan materi musyawarah ranting diatur oleh kwartir ranting.
Pasal 104
Pimpinan Musyawarah Ranting
(1) Musyawarah ranting dipimpin oleh suatu presidium yang dipilih oleh dan dari peserta
musyawarah ranting.
(2) Presidium musyawarah ranting sebanyaknya tiga orang, terdiri atas satu orang unsur ranting
dan dua orang unsur gugus depan yang berbeda dan dipilih oleh peserta
Pasal 105
Pengambilan Keputusan
Musyawarah Ranting
(1) Keputusan musyawarah ranting dicapai atas dasar musyawarah untuk mufakat.
(2) Apabila mufakat tidak tercapai keputusan diambil dengan cara pemungutan suara dan
keputusan adalah sah apabila didukung oleh lebih dari setengah jumlah suara yang hadir.
(3) Pemungutan suara dilaksanakan secara langsung kecuali jika sidang menganggap perlu,
pemungutan suara dapat dilaksanakan secara tidak langsung dan bersifat rahasia.
Pasal 106
Musyawarah Gugus Depan
(1) Musyawarah gugus depan adalah forum tertinggi Gerakan Pramuka di gugus depan.
(2) Musyawarah gugus depan diadakan sekali dalam dua tahun.
(3) Musyawarah gugus depan dinyatakan sah jika dihadiri sekurang-kurangnya oleh dua pertiga
jumlah yang berhak hadir dalam musyawarah gugus depan.
Pasal 107
Peserta Musyawarah Gugus Depan
(1) Peserta musyawarah gugus depan terdiri dari para pembina gugus depan, para pembantu
pembina gugus depan, perwakilan dewan ambalan, perwakilan dewan racana, dan perwakilan
majelis pembimbing gugus depan.
(2) Setiap peserta yang hadir pada musyawarah gugus depan memiliki satu hak suara.
Pasal 108
Acara Musyawarah Gugus Depan
(1) Acara musyawarah gugus depan terdiri atas acara pendahuluan dan acara pokok.
Pasal 109
Pemilihan Ketua Gugus Depan
(1) Musyawarah gugus depan memilih dan menetapkan ketua gugus depan untuk masa bakti
berikutnya.
(2) Ketua gugus depan menyampaikan nama-nama calon yang akan ikut dalam pemilihan ketua
gugus depan kepada semua yang berhak hadir dalam musyawarah gugus depan.
(3) Ketua gugus depan yang lama dapat dipilih kembali.
(4) Ketua gugus depan lama berstatus demisioner sejak terpilihnya ketua gugus depan yang baru
sampai dengan pengesahan ketua gugus depan yang baru tersebut. Selama berstatus demisioner
bertugas menyelesaikan hal-hal rutin.
Pasal 110
Usulan Materi Musyawarah
Gugus Depan
(1) Penyampaian usul dan materi musyawarah gugus depan dari peserta harus diajukan secara
tertulis kepada ketua gugus depan selambat-lambatnya satu bulan sebelum waktu pelaksanaan
musyawarah gugus depan.
(2) Selambat-lambatnya dua minggu sebelum pelaksanaan musyawarah gugus depan ketua
gugus depan harus sudah menyiapkan secara tertulis bahan musyawarah gugus depan dan
menyampaikan kepada semua orang yang berhak hadir dalam musyawarah gugus depan.
(3) Penyampaian usul dan materi musyawarah gugus depan diatur oleh ketua gugus depan.
Pasal 111
Pimpinan Musyawarah Gugus Depan
(1) Musyawarah gugus depan dipimpin oleh pimpinan sidang yang dipilih oleh musyawarah gugus
depan.
(2) Pimpinan sidang musyawarah gugus depan sebanyak-banyaknya tiga orang terdiri dari unsur
Majelis Pembimbing dan Pembina Gugus Depan
Pasal 112
Pengambilan Keputusan
Musyawarah Gugus Depan
(1) Keputusan musyawarah gugus depan dicapai atas dasar musyawarah untuk mufakat.
(2) Apabila mufakat tidak tercapai keputusan diambil dengan cara pemungutan suara dan
keputusan adalah sah apabila didukung oleh lebih dari setengah jumlah suara yang hadir.
(3) Pemungutan suara dilaksanakan secara langsung kecuali jika sidang menganggap perlu,
pemungutan suara dapat dilaksanakan secara tidak langsung dan rahasia.
Pasal 113
Musyawarah Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega
(1) Musyawarah pramuka penegak dan pramuka pandega putri putra (Musppanitra)
diselenggarakan sebagai wahana permusyawaratan untuk menampung aspirasi pramuka penegak
dan pramuka pandega dalam penyelenggaraan kegiatan pembinaan pramuka penegak dan
pramuka pandega.
(2) Musppanitra diselenggarakan sebelum musyawarah kwartir.
(3) a. Hasil musppanitra nasional merupakan bahan acuan bagi penyusunan rencana strategik
gerakan pramuka;
b. Hasil musppanitra daerah, cabang, dan ranting merupakan bahan acuan bagi penyusunan
rencana kerja daerah, cabang, dan ranting.
(4) Peserta Musppanitra terdiri dari:
Pasal 114
Acara Musppanitra
(1) Acara Musppanitra terdiri atas acara pendahuluan dan acara pokok.
(2) Acara pendahuluan Musppanitra terdiri dari:
a. Pembahasan dan pengesahan tata tertib dan agenda Musppanitra;
b. Pemilihan pimpinan sidang Musppanitra;
c. Penyerahan kepemimpinan Musppanitra dari kertua dewan kerja kepada pimpinan sidang
Musppanitra terpilih.
(3) Acara pokok Musppanitra terdiri dari:
a. Penyampaian, pembahasan, dan pengesahan pertanggung jawaban dewan kerja selama masa
bakti;
b. Menetapkan rencana kerja masa bakti berikutnya;
c. Membahas materi sebagai masukan untuk kebijakan kwartir dalam pembinaan pramuka
penegak dan pramuka pandega;
d. Memilih ketua dewan kerja masa bakti berikutnya;
e. Memilih anggota formatur untuk bersama ketua dewan kerja terpilih menyusun pengurus dewan
kerja masa bakti berikutnya.
Pasal 115
Pengambilan Keputusan Musppanitra
(1) Keputusan Musppanitra dicapai atas dasar musyawarah untuk mufakat.
(2) Apabila mufakat tidak tercapai keputusan diambil dengan cara pemungutan suara dan
keputusan adalah sah apabila didukung oleh lebih dari setengah jumlah suara yang hadir.
(3) Pemungutan suara dilaksanakan secara langsung kecuali jika sidang menganggap perlu,
pemungutan suara dapat dilaksanakan secara tidak langsung dan bersifat rahasia.
Bagian Kedua
Musyawarah Luar Biasa
Pasal 116
(1) Musyawarah luar biasa diselenggarakan apabila ada hal-hal yang bersifat mendesak di luar
waktu penyelenggaraan musyawarah.
(2) Musyawarah luar biasa diselenggarakan atas prakarsa kwartir atau atas usul dari sekurang-
kurangnya dua pertiga jumlah kwartir jajaran di bawahnya/gugus depan, yang diajukan secara
tertulis kepada kwartir yang bersangkutan dengan disertai alasan yang jelas.
(3) Musyawarah luar biasa diselenggarakan selambat-lambatnya enam bulan setelah usul tertulis
diterima kwartir yang bersangkutan.
(4) Musyawarah gugus depan luar biasa diselenggarakan atas prakarsa pengurus gugus depan
atau atas usul dari sekurang-kurangnya dua pertiga jumlah yang berhak menghadiri musyawarah
gugus depan, yang harus diajukan secara tertulis kepada pengurus gugus depan dengan disertai
alasan yang jelas.
(5) Selambatnya satu bulan setelah usul tertulis diterima, pengurus gugus depan wajib
mengadakan musyawarah gugus depan luar biasa.
(6) Musyawarah luar biasa dinyatakan sah jika dihadiri sekurang-kurangnya oleh dua pertiga
jumlah kwartir jajaran di bawahnya/gugus depan/yang berhak hadir.
Pasal 117
Peserta Musyawarah Luar Biasa
Peserta musyawarah luar biasa terdiri atas kwartir penyelenggara dan kwartir jajaran di bawahnya
/gugus depan yang jumlah pesertanya disepakati bersama berdasarkan kebutuhan.
Pasal 118
Acara Musyawarah Luar Biasa
Acara musyawarah luar biasa disesuaikan dengan kebutuhan mendesak yang menjadi dasar
diselenggarakannya musyawarah.
Bagian Ketiga
Pasal 119
Rapat Kerja
(1) Rapat kerja diselenggarakan sebagai langkah pengendalian operasional.
(2) Rapat kerja diselenggarakan setiap tahun sekali di awal tahun program.
(3) Peserta rapat kerja kwartir sedikitnya terdiri atas:
a. Pengurus kwartir yang bersangkutan;
b. Ketua dan sekretaris kwartir di tingkat bawahnya atau pengurus gugus depan untuk kwartir
ranting;
c. Unsur dewan kerja atau unsur dewan ambalan dan dewan racana untuk kwartir ranting.
(4) Peserta rapat kerja gugus depan terdiri dari:
a. Pengurus gugus depan
b. Unsur anggota muda.
(5) Rapat kerja yang diselenggarakan oleh dewan kerja disebut sidang paripurna pramuka
penegak dan pramuka pandega.
(6) Peserta sidang paripurna pramuka penegak dan pramuka pandega terdiri atas:
a. Dewan kerja yang bersangkutan;
b. Dewan kerja pada kwartir setingkat di bawahnya atau dewan ambalan dan dewan racana untuk
tingkat ranting.
(7) Sidang paripurna dihadiri pula oleh:
a. Andalan sebagai penasihat;
b. Dewan kerja pada kwartir setingkat di atasnya sebagai narasumber, kecuali sidang paripurna
nasional.
Pasal 120
Rapat Koordinasi
(1) Rapat Koordinasi diselenggarakan sebagai langkah pengendalian organisasi guna
mendapatkan rekomendasi dan kesepakatan yang diperlukan.
(2) Rapat Koordinasi dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan mendesak kwartir pelaksana..
(3) Peserta Rapat Koordinasi adalah Unsur Pimpinan Kwartir pelaksana bersama dengan ketua
kwartir jajaran di bawahnya.
(4) Rapat Koordinasi dapat dilaksanakan di tingkat Nasional, daerah, dan cabang.
Pasal 121
Pengambilan Keputusan
(1) Pengambilan keputusan dalam menghadapi hal-hal yang luar biasa dan segera diputuskan
sementara penyelenggaraan musyawarah Gerakan Pramuka tidak mungkin dilakukan,
diselesaikan dengan cara meminta pendapat tertulis.
(2) Penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan disetiap tingkat kwartir.
(3) Penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan setelah
dikonsultasikan dengan majelis pembimbing.
(4) Permintaan pendapat secara tertulis disampaikan secara jelas dan disusun sedemikian rupa
sehingga jawaban atas hal-hal yang mendesak itu cukup dengan setuju atau tidak setuju.
(5) Batas waktu memberi jawaban ditentukan dan diberitahukan kepada yang bersangkutan.
(6) Pendapat yang diterima adalah pendapat yang disetujui oleh lebih dari setengah jumlah pihak
yang mempunyai hak suara, yaitu jumlah kwartir atau gugus depan yang ada di wilayahnya.
(7) Pendapat yang diterima diumumkan oleh kwartir yang bersangkutan kepada semua jajaran
Gerakan Pramuka di wilayahnya, selambat-lambatnya satu bulan setelah dilaksanakan.
BAB VII
ATRIBUT
Pasal 122
Lambang
(1) Lambang Gerakan Pramuka adalah tunas kelapa, yang bermakna bahwa setiap anggota
Gerakan Pramuka hendaknya berguna, seperti kegunaan seluruh bagian pohon kelapa.
(2) Lambang Gerakan Pramuka digunakan pada berbagai alat dan tanda pengenal Gerakan
Pramuka, yang warnanya disesuaikan.
Pasal 124
Panji
(1) Gerakan Pramuka memiliki panji yang dianugerahkan oleh Presiden Republik Indonesia
dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 448 Tahun 1961, tanggal 14 Agustus
1961.
(2) Panji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disebut Panji Gerakan Pramuka yang disimpan di
kantor Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.
Pasal 125
Himne dan Mars
(1) Himne Gerakan Pramuka adalah lagu Satyadarma Pramuka ciptaan Husein Mutahar yang
syair lagunya berbunyi:
Pasal 126
Pakaian Seragam
(1) Pakaian seragam pramuka dimaksudkan untuk menimbulkan daya tarik, mendidik disiplin dan
kerapian, menumbuhkan persatuan dan persaudaraan serta rasa bangga anggota Gerakan
Pramuka.
(2) Warna pakaian seragam pramuka adalah coklat muda untuk bagian atas dan coklat tua untuk
bagian bawah.
(3) Warna coklat muda dan coklat tua dimaksudkan untuk mengingatkan kaum muda akan warna
pakaian para pahlawan pejuang bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
(4) Jenis, model, warna, dan peruntukan diatur lebih lanjut dengan petunjuk penyelenggaraan
Gerakan Pramuka.
(5) Pada Pakaian seragam Pramuka selain mengenakan atribut Gerakan Pramuka, juga
mengenakan lencana World Organization of the Scout Movement (WOSM).
BAB VIII
PENDAPATAN DAN KEKAYAAN
Bagian Pertama
Pendapatan
Pasal 127
Pasal 128
Iuran dan Usaha Dana
(1) Iuran anggota diatur oleh Kwartir Nasional dan pelaksanaannya dilakukan oleh jajaran Gerakan
Pramuka.
(2) Usaha dana dapat dilakukan dengan membentuk badan usaha atau dengan memberdayakan
fasilitas yang dimiliki kwartir atau dengan melakukan kegiatan tertentu.
Bagian Kedua
Kekayaan
Pasal 129
Kekayaan
(1) Kekayaan Gerakan Pramuka terdiri dari:
a. Barang tak bergerak;
b. Barang bergerak;
c. Hak atas kekayaan intelektual.
(2) Barang tak bergerak meliputi tanah dan bangunan.
(3) Barang bergerak meliputi hasil usaha tetap, kendaraan, perlengkapan kantor, surat berharga,
dan uang tunai.
(4) Hak atas kekayaan intelektual yaitu hak atas merek, patent, dan hak cipta Gerakan Pramuka
baik yang sudah ada maupun yang akan dimintakan dikemudian hari, antara lain:
a. Atribut Gerakan Pramuka.
b. Buku-buku terbitan Gerakan Pramuka.
Pasal 130
Pengelolaan dan Pengalihan
(1) Pengelolaan kekayaan/aset yang tidak bergerak yang dikerjasamakan dengan pihak
kedua/ketiga harus diputuskan melalui rapat pengurus kwartir dan dilaporkan kepada ketua majelis
pembimbing.
(2) Pengalihan kekayaan/aset Gerakan Pramuka yang berupa barang tidak bergerak, harus
diputuskan melalui rapat pleno pengurus kwartir dengan persetujuan Ketua Majelis Pembimbing
dan diinformasikan dalam rapat kerja.
BAB IX
PEMBUBARAN
Pasal 131
Pembubaran
Apabila terjadi pembubaran Gerakan Pramuka, penyelesaian seluruh kekayaan milik Gerakan
Pramuka dilakukan oleh panitia penyelesaian harta benda yang dibentuk oleh musyawarah
nasional yang diadakan khusus untuk itu.
BAB X
LAIN-LAIN
Pasal 132
Lain-lain
(1) Ketentuan-ketentuan dalam Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka yang memerlukan
pengaturan lebih lanjut akan diatur dalam petunjuk penyelenggaraan atau panduan lain.
(2) Petunjuk penyelenggaraan atau panduan itu tidak boleh bertentangan dengan Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka.
(3) Petunjuk penyelenggaraan atau panduan lain disusun dan ditetapkan oleh Kwartir Nasional
Gerakan Pramuka.