Anda di halaman 1dari 7

Sejarah PLS Di Indonesia

Pendidikan luar sekolah sebenarnya bukanlah barang baru dalam khasanah budaya dan
peradaban manusia. Pendidikan luar sekolah telah hidup dan menyatu di dalam kehidupan setiap
masyarakat jauh sebelum muncul dan memasyarakatnya sistem persekolahan. PLS mempunyai
bentuk dan pelaksanaan yang berbeda dengan sistem yang sudah ada di pendidikan
persekolahan. PLS timbul dari konsep pendidikan seumur hidup dimana kebutuhan akan
pendidikan tidak hanya pada pendidikan persekolahan / pendidikan formal saja. PLS
pelaksanaannya lebih ditekankan kepada pemberian keahlian dan keterampilan dalam suatu
bidang tertentu. Berbagai kelemahan sistem persekolahan dimuntahkan, terutama pada aspek-
aspek prosedural yang dinilai mengeras, kaku, serba ketat dan formalistis. Pada intinya,
walaupun sistem persekolahan masih tetap dipandang penting, pijakan pemikiran sudah mulai
realistis yaitu tidak semata-mata mengandalkan sistem persekolahan untuk melayani aneka
ragam kebutuhan pendidikan yang kian hari semakin mekar dan beragam. Pembinaan dan
pengembangan PLS dipandang relevan untuk bisa saling isi-mengisi atau topang menopang
dengan sistem persekolahan, agar setiap insan bisa menyesuaikan hidupnya sesuai dengan
perkembangan zaman. Dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk membuat makalah tentang
pendidikan luar sekolah yang kita kenal dengan pendidikan informal atau nonformal.

B. Pembahasan

1. Sejarah Pendidikan luar Sekolah Sejarah terbentuknya pendidikan luar sekolah (PLS) tidak
bisa lepas dari lima aspek yaitu:

a. Aspek pelestarian budaya Pendidikan yang pertama dan utama adalah pendidikan yang terjadi
dan berlangsung di lingkungan keluarga dimana (melalui berbagai perintah, tindakan dan
perkataan) ayah dan ibunya bertindak sebagai pendidik. Dengan demikian pendidikan luar
sekolah pada permulaan kehadirannya sangat dipengaruhi oleh pendidikan atau kegiatan yang
berlangsung di dalam keluarga. Di dalam keluarga terjadi interaksi antara orang tua dengan anak,
atau antar anak dengan anak. Pola-pola transmisi pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai dan
kebiasaan melalui asuhan, suruhan, larangan dan pembimbingan. Pada dasarnya semua bentuk
kegiatan ini menjadi akar untuk tumbuhnya perbuatan mendidik. Semua bentuk kegiatan yang
berlangsung di lingkungan keluarga dilakukan untuk melestarikan dan mewariskan kebudayaan
secara turun temurun. Tujuan kegiatan ini adalah untuk memenuhi kebutuhan praktis di
masyarakat dan untuk meneruskan warisan budaya yang meliputi kemampuan, cara kerja dan
Teknologi yang dimiliki oleh masyarakat dari satu generasi kepada generasi berikutnya. Jadi
dalam keluarga pun sebenarnya telah terjadi proses-proses pendidikan, walaupun sistem yang
berlaku berbeda dengan sistem pendidikan sekolah. Kegiatan belajar-membelajarkan yang asli
inilah yang termasuk ke dalam kategori pendidikan tradisional yang kemudian menjadi
pendidikan luar sekolah.

b. Aspek teoritis Salah satu dasar pijakan teoritis keberadaan PLS adalah teori yang
diketengahkan Philip H. Cooms (1973:10), tidak satupun lembaga pendidikan: formal, informal
maupun nonformal yang mampu secara sendiri-sendiri memenuhi semua kebutuhan belajar
minimum yang esensial. Atas dasar teori di atas dapat dikemukakan bahwa, keberadaan
pendidikan tidak hanya penting bagi segelintir masyarakat tapi mutlak diperlukan keberadaannya
bagi masyarakat lemah (yang tidak mampu memasukan anak-anaknya ke lembaga pendidikan
sekolah) dalam upaya pemerataan kesempatan belajar, meningkatkan kualitas hasil belajar dan
mencapai tujuan pembelajaran yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

c. Dasar Pijakan Ada tiga dasar pijakan bagi PLS sehingga memperoleh legitimasi dan
berkembang di tengah-tengah masyarakat yaitu: UUD 1945, Undang-Undang RI Nomor 2 tahun
1989 dan peraturan pemerintah RI No.73 tahun1991tentang pendidikan luar sekolah. Melalui
ketiga dasar di atas dapat dikemukakan bahwa, PLS adalah kumpulan individu yang
menghimpun dari dalam kelompok dan memiliki ikatan satu sama lain untuk mengikuti program
pendidikan yang diselenggarkan di luar sekolah dalam rangka mencapai tujuan belajar. Adapun
bentuk-bentuk satuan PLS., sebagaimana diundangkan di dalam UUSPN tahun 1989 pasal 9:3
meliputi: pendidikan keluarga, kelompok belajar, kursus dan satuan pendidikan sejenis. Satuan
PLS sejenis dapat dibentuk kelompok bermain, penitipan anak, padepokan persilatan dan pondok
pesantren tradisional.

d. Aspek kebutuhan terhadap pendidikan Kesadaran masyarakat terhadap pendidikan tidak hanya
pada masyarakat daerah perkotaan, melainkan masyarakat daerah pedesaan juga semakin meluas.
Kesadaran ini timbul terutama karena perkembangan ekonomi, kemajuan iptek dan
perkembangan politik. Kesadaran juga tumbuh pada seseorang yang merasa tertekan akibat
kebodohan, keterbelakangan atau kekalahan dari kompetisi pergaulan dunia yang menghendaki
suatu keterampilan dan keahlian tertentu. Atas dasar kesadaran dan kebutuhan inilah sehingga
terwujudlah bentuk-bentuk kegiatan kependidikan baik yang bersifat persekolahan ataupun di
luar persekolahan.

e. Keterbatasan lembaga pendidikan sekolah Lembaga pendidikan sekolah yang jumlahnya


semakin banyak bersifat formal atau resmi yang dibatasi oleh ruang dan waktu serta kurikulum
yang baku dan kaku serta berbagai keterbatasan lainnya. Sehingga tidak semua lembaga
pendidikan sekolah yang ada di daerah terpencilpun yang mampu memenuhi semua harapan
masyarakat setempat, apalagi memenuhi semua harapan masyarakat daerah lain. Akibat dari
kekurangan atau keterbatasan itulah yang memungkinkan suatu kegiatan kependidikan yang
bersifat informal atau nonformal diselenggarakan, sehingga melalui kedua bentuk pendidikan itu
kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi. 2. Pengertian Pendidikan luar Sekolah Pendidikan luar
sekolah adalah setiap kesempatan dimana terdapat komunikasi yang teratur dan terarah di luar
sekolah dan seseorang memperoleh informasi, pengetahuan, latihan maupun bimbingan sesuai
dengan usia dan kebutuhan kehidupan, dengan tujuan mengembangkan tingkat keterampilan,
sikap dan nilai-nilai yang memungkinkan baginya menjadi peserta-peserta yang efisien dan
efektif dalam lingkungan keluarga, pekerjaan bahkan lingkungan masyarakat dan negaranya.
(http://anakciremai.wordpress.com/category/makalah-ilmu-pendidikan/page/22/) Pendidikan luar
sekolah adalah pendidikan yang dilaksanakan diluar pendidikan formal untuk warga belajar agar
mereka memperoleh suatu keterampilan dalam hidupnya.
(http://kurtekdik06.blogspot.com/2008/05/pengertian-pendidikan-luar-sekolah.html).

Philip H. Combs mengungkapkan bahwa pendidikan luar sekolah adalah setiap kegiatan
pendidikan yang terorganisir yang di selenggarakan di luar system formal, baik tersendiri
maupun merupakan bagian dari suatu kegiatan yang luas, yang dimaksudkan untuk memberikan
layanan pada sasaran didik tertentu dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
(http://fidanurlaili.wordpress.com/2010/11/28/pendidikan-luar -sekolah/ Jadi pendidikan luar
sekolah adalah setiap kesempatan dimana terdapat komunikasi yang teratur dan terarah diluar
sekolah, dan seseorang memperoleh informasi, pengetahuan, latihan, maupun bimbingan sesuai
dengan usia dan kebutuhan kehidupan, dengan tujuan mengembangkan tingkat keterampilan,
sikap, dan nilai-nilai yang memungkinkan baginya menjadi peserta-peserta yang efisien dan
efektif dalam lingkungan keluarga, pekerjaan bahkan lingkungan masyarakat dan negaranya.

3. Alasan Munculnya Pendidikan Luar Sekolah Alasan-alasan Timbulnya Sistem Pendidikan


Luar Sekolah Secara terperinci dapat diungkapkan bahwa alasan-alasan timbulnya pendidikan
luar sekolah adalah:

a. Alasan dari Segi Faktual-Historis

1). Kesejarahan Pada umumnya sementara orang beranggapan bahwa bila memperbincangkan
masalah pendidikan maka orentasinya ke dunia sekolah dan menghubungkan guru dengan murid.
Mereka kurang menyadari bahwa sebelum seseorang anak menjadi murid, anak-anak telah
memperoleh pendidikan yang telah diberikan oleh keluarganya terutama ayah dan ibunya. Anak-
anak bayak belajar di rumah dari ibunya atau orang tuanya di mana dan kapan saja serta
menyangkut berbagai hal yang mereka perlukan di dalam pertumbuhannya ke arah sempurna.
Hal ini seperti diungkapkan oleh Drs. SWARNO bahwa: “Di dalam keluargalah anak pertama-
tama menerima pendidikan, dan pendidikan yang diperoleh dalam keluarga ini merupakan
pendidikan yang terpenting atau utama terhadap perkembangan pribadi anak”. Jadi jelas,
anggapan sementara orang seperti tersebut di atas merupakan pengingkaran terhadap kenyataan
yang ada. Di samping itu, sudah selayaknya orang tua mempunyai tanggung jawab moral
terhadap pendidikan anak-anaknya agar mereka kelak menjadi orang desa yang tidak tercela.
Kebutuhan pendidikan dari masyarakat semakin meluas seiring dengan munculnya Negara-
negara yang baru merdeka dengan segala kekurangannya akibat penjajahan di masa lampau yang
berlangsung berpuluh-puluh tahun atau bahkan berates-ratus tahun.

b. perubahan zaman Sisi lain yang berpengaruh akan kesadaran kebutuhan pendidikan ini adalah
kemajuan ilmu dan teknologi, perkembangan ekonomi, perkembangan politik, yang melanda
hampir di semua belahan dunia. Realitas lain adalah makin dibutuhkannya berbagai macam
keahlian dalam menyongsong kehidupan yang semakin kompleks dan penuh tuntutan, maka
wajar masyarakat menghendaki berbagai penyelenggaraan pendidikan dengan program-program
keahlian. Hal ini berimplikasi pada system dan bentuk-bentuk pendidikan yang dilaksanakan
seterusnya dikenal adanya system pendidikan sekolah dan system pendidikan luar sekolah serta
ada bentuk pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan non formal

c. Keterbatasan Sistem Persekolahan Di sisi lain system persekolahan, mengharuskan siswa


berada dalam bentuk menyeluruh dan kahlian yang sejenis sehingga mereka terasing dari
pengetahuan dan keahlian lain, Kekurangan / kelemahan sistem persekolahan inilah yang
memungkinkan kegiatan pendidikan luar sekolah menerobosnya sehingga terungkaplah
pengetahuan dan keahlian yang selama ini dirasakan sebagai kekurangan.

d. Potensi Sumber Belajar Di masyarakat teryata tersebar berbagai sumber belajar yang tidak
terbilang banyaknya dan sumber belajar demikian dapat bersifat makhluk hidup maupun benda-
benda mati Orang-orang yang ahli, orang-orang yang pintar, orang-orang yang terampil penuh
pengalaman merupakan sumber belajar yang bersifat manusiawi sedangkan kepustakaan desa,
Koran, Majalah, Kaset, Film, dan bengkel kerja yang ada, merupakan sumber belajar yang bisa
memperoleh ilham untuk menemukan kebutuhan yang berguna bagi seseorang. Sumber-sumber
belajar tersebut, memberi lapangan bagi penyelenggaraan pendidikan luar sekolah baik berupa
kursus dan latihan yang selama ini belum mereka dapatkan dan alami.

e. Keterlantaran Pendidikan Luar Sekolah Pada mulanya orang telah menyelenggarakan berbagai
kegiatan pendidikan yang pada hakikatnya menggunakan system di luar dunia sekolah dan
dilaksanakan bersamaan dengan pendidikan sekolah biasa, namun kegiatan-kegiatan banyak
yang telah ditinggalkan orang seperti : 1) Masseducation pendidikan yang memberikan
kecakapan 2) Adult Enducation a. Pendidikan Lanjutan b. Pendidikan Pembaruan c. Pendidikan
Kader Organisasi d. Pendidikan Populer 3) Fundamental Education adalah Kecakapan berfikir
dan bergaul dan berumah tangga, Kecakapan kerajinan dan kesenian, Kecakapan kejujuran,
Pengetahuan tentang Lingkungan alam, Pendidikan jiwa, akhlak dan kesehatan. 4) Pendidikan
Masyarakat, Kursus dan Latihan, Kumpulan Belajar, Kelas Bebas. 5) Pendidikan
kemasyarakatan dapat dicontohkan Balai Pengetahuan Rakyat

f. Alasan dari segi Analisa-Perspektif Palestarian Indentitas Bangsa Perubahan-perubahan yang


bermakna ditekankan pada adanya isi perubahan yang berhubunhan dengan identitas bangsa
yakni penerusan kebudayaan nasional dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Tujuan
perubahan ini menyangkut keselarasan dan keseniam perkembangan bangsa yang bersangkutan
di tengah-tengah kemajuan zaman sekarang ini sehingga bangsa tersebut dapat hidup dan
berperan aktif di dunia. Perubahan secara sistemtis dimaksudkan bahwa perubahan tersebut
melalui langkahlangkah dan saluran-saluran sehingga perubahan dapat diarahkan dan
dipertanggung jawabkan tercapainya tujuan yang diinginkan.

g. Kecenderungan Belajar Individual-Madiri Kecenderungan belajar seseorang tidak bisa


dihalangi oleh siapapun dan keinginan untuk belajar ini dapat timbul kapan saja dengan tidak
memendang Jenis Kelamin, Usia, Latar belakang pendidikan, tempat tinggal dan kecenderungan
ini juga diperkuat oleh kemajuan ilmu dan teknologi seperti: Radio, Televisi, Mass media cetak
dan kemudahan komunikasi antar daerah. Tersebarnya ahli pengetahuan yang lebih propesional
semakin dapat memenuhi keinginan belajar mendiri.

h. Alasan dari Segi Formal-Kebijakan 1) Undang-undang Dasar 1945 a) Pembukaan UUD 1945
menyebutkan Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social. b)
Batang tubuh UUD 1945 menyebutkan pula: Pasal 31, ayat (1) : Tiap-tiap warga negara berhak
mendapatkan pengajaran”. Pasal 31, ayat (2) : Pemerintah mengusahakan dan menyelengarakan
satu system pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang”. c) Garis-garis Besar
Haluan Negara 1a. Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan
rumah tangga, sekolah, dan masyarakat 2b. Pendidikan juga menjangkau program-program luar
sekolah yaitu pendidikan yang bersifat kemasyarakatan, termasuk kepramukaan, latihan-latihan
keterampilan dan pemberantasan buta huruf dengan mendaya gunakan sarana dan prasarana yang
ada 2) Pelita Ketiga PLS merupakan salah satu subsistem dari satu sistem pendidikan nasional,
yang turut membentuk manusia seutuhnya dan membina pelaksanaan konsep pendidikan seumur
hidup. Kedua subsistem pendidikan sekolah dan luar sekolah, yang saling menunjang dan saling
melengkapi Penbahasan tentang pendidikan luar sekolah memang merupakan hal yang menarik,
karena: 1. Pendidikan luar sekolah merupakan sistem baru dalam dunia pendidikan yang bentuk
dan pelaksanaanya berbeda dengan system sekolah yang sudah ada 2. Dalam pendidikan luar
sekolah terdapat hal-hal yang sama-sama pentingnya bila dibandingkan dengan pendidikan luar
sekolah, seperti: bentuk pendidikan, tujuannya, sasarannya, pelaksanaannya dan sebagainya. 3.
Jadi dengan pendidikan luar sekolah telah terkandung semua unsur yang disyaratkan oleh sesuatu
sistem seperti anak didik, pendidik, waktu, materi dan tujuan. Dengan system pendidikan luar
sekolah berarti adanya suatu pola tertentu untuk melakukan pekerjaan / fungsi yakni mendidik,
pekerjaan / fungsi mana berbeda dengan pekerjaan / fungsi system pendidikan formal. 4.
Mengajar bagaimana caranya belajar 5. Peranan guru makin sebagai partner anak didik dalam hal
belajar 6. Ada jalinan hubungan antara sekolah dengan masyarakat dan agar anak-anak tidak
terasing dari masyarakat. Sekolah harus merupakan system nyang terbuka, bagi anak-anak.
Sebab dalam asas pendidikan seumur hidup ini semua orang dapat saja disebutkan sebagai anak
didik. Sehingga pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah dapat dipandang sebagai makro
maupun mikro dalam hubungannya dengan sistem pendidikan.

C. Penutup Kesimpulan Pendidikan luar sekolah mempunyai bentuk dan pelaksanaan yang
berbeda dengan sistem yang sudah ada di pendidikan sekolah. Pendidikan luar sekolah timbul
dari konsep pendidikan seumur hidup dimana kebutuhan akan pendidikan tidak hanya pada
pendidikan persekolahan/pendidikan formal saja. Pendidikan luar sekolah pelaksanaannya lebih
ditekankan kepada pemberian keahlian dan keterampilan dalam suatu bidang tertentu.
Pembinaan dan pengembangan PLS dipandang relevan untuk bisa saling mengisi atau topang
menopang dengan sistem persekolahan. Agar setiap lulusan bisa hidup mengikuti perkembangan
zaman dan selalu dibutuhkan oleh masyarakat seiring dengan perkembangan IPTEK yang
semakin maju.

Anda mungkin juga menyukai