Aliran Kalam
Aliran Kalam
DUNIA ISLAM
Makalah
oleh :
2023/2024
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI 1
KATA PENGANTAR........................................................................................................2
BAB I : PENDAHULUAN................................................................................................3
BAB II : PEMBAHASAN..................................................................................................4
A. PENGERTIAN ILMU KALAM.............................................................................4
B. SEJARAH ALIRAN ILMU KALAM....................................................................7
C. TIMBULNYA ALIRAN-ALIRAN ILMU KALAM.............................................8
D. ALIRAN-ALIRAN DALAM ILMU KALAM.......................................................9
a. Aliran Khawarij...........................................................................................9
b. Aliran Syiah................................................................................................12
c. Aliran Jabbariyah.....................................................................................14
d. Aliran Qaddariyah...................................................................................16
e. Aliran Mu’tazillah....................................................................................17
f. Aliran Asy’riyyah.....................................................................................18
g. Aliran Maturidiyyah...............................................................................19
h. Aliran Murji’ah.........................................................................................20
i. Aliran Salawiyah.......................................................................................21
j. Aliran Wahabiyah.....................................................................................23
E. VALIDITAS KEBENARAN DALAM ILMU KALAM......................................25
BAB III : KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................29
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................30
1
KATA PENGANTAR
Pertama-tama penulis panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang
dengan rahmat dan hidayahNya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga
makalah ini dapat di selesaikan. Selanjutnya, Sholawat dan Salam penulis kepada
junjungan alam Rasulullah SAW yang telah membimbing manusia menuju jalan
kebenaran, Rahmatan lil ‘Alamin.
2
BAB I
PENDAHULUAN
Mempelajari mata kuliah ilmu kalam merupakan salah satu dari tiga
komponen utama rukun iman. Ketiga komponen itu yaitu, nuthqun bi al-lisani
(mengucapkan dengan lisan), amalun bi al-arkani (melaksanakan sesuai dengan
rukun-rukun), dan tashiqun bi al-qalbi (membenarkan dengan hati).
Mengkaji aliran-aliran ilmu kalam pada dasarnya merupakan upaya
memahami kerangka berpikir dan proses pengambilan keputusan para ulama aliran
teologi dalam menyelesaikan persoalan-persoalan kalam. Pada dasarnya, potensi
yang dimiliki setiap manusia, baik berupa potensi biologis maupun potensi
psikologis secara natural adalah sangat distingtif. Oleh sebab itu, perbedaan
kesimpulan antara satu pemikiran dan pemikiran lainnya dalam mengkaji suatu
objek tertentu merupakan suatu hal yang bersifat natural pula.
Aliran kalam lebih merupakan bentuk segregasi komitas dalam tubuh umat
Islam yang terbentuk karena adanya perbedaan pandangan dalam beberapa
persoalan teologi Islam. Perbedaan pandangan dalam beberapa persoalan teologi
Islam. Perbedaan ini juga terjadi dalam satu komunitas yang mengklaim menganut
aliran kalam tertentu. Fenomena inilah yang lazim terjadi dalam tradisi pemikiran
kalam, hingga setiap aliran kalam masih memiliki golongan-golongan yang
berbeda satu sama lain. Hal itu disebabkan oleh adanya kecenderungan
berpandangan ekstrem pada satu sisi dan ada juga yang moderat dalam satu aliran
pemikiran kalam yang sama. Melihat ilmu dari sisi epistemology, secara umum
akan ditemukan tiga persoalan pokok, yaitu tentang sumber-sumber ilmu kalam
itu, bagaimana pengetahuan itu dapat diketahui dan apa ukuran suatu pengetahuan
itu disebut benar atau valid. Berkaitan dengan pertanyaan ketiga, sejarah telah
mencatat bahwa di antara para penganut aliran-aliran kalam yang ada selalu meng-
klaim bahwa aliran yang dianutnya adalah benar sementara aliran yang lain adalah
salah. Maka dalam Makalah ini penulis akan mencoba melihat kembali aliran-
aliran kalam yang ada.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Ilmu kalam adalah ilmu yang tergolong eksklisif di kalangan umat Islam,
itupun hanya terbatas pada perguruang tinggi keagamaan Islam (PTKI) saja, yang
merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa. Tidak banyak orang yang tau
mengenai seluk beluk ilmu yang langka ini. Kebanyakan para intelektual Muslim,
lebih memilih filsafat sebagai pembentuk pola pikir, yang dijadikan sebagai dasar
sebagai penentuan segala sesuatu dalam bidang keilmuan. Padahal dalam Islam,
kerangka berfikir yang mirip, bahkan lebih kokoh sandarannya, telah tercipta jauh
sebelum keilmuan lain dalam Islam itu terbentuk, yaitu ilmu kalam.
1. Berbicara.
Kalam dalam arti berbicara ini juga terdapat dalah Surat anNisa’
ayat 164: Artinya: ”Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh
telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak
Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada
Musa dengan langsung.”
2. Hukum.
4
mendengar hukum Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka
memahaminya, sedang mereka mengetahuinya.”
3. Din Islam
Secara tata bahasa, kalam adalah kata benda umum tentang perkataan,
sedikit atau banyak, yang dapat digunakan untuk setiap bentuk pembicaraan; atau
ekspresi suara berturut-turut hingga pesan pesan suara itu jelas maksudnya.
Meskipun secara bahasa kalam berarti perkataan atau pembicaraan, namun sebagai
istilah, kalam tidaklah dimaksudkan ”perkataan” atau ”pembicaraan” dalam
pengertian sehari-hari, melainkan dalam pengertian pembicaraan yang bernalar
dengan menggunakan logika. Oleh karena itu, kalam berarti alasan atau argumen
rasional untuk memperkuat pernyataan (Nurcholish Madjid, 1995: 203). Istilah ini
merujuk pada sistem pemikiran spekulatif yang berfungsi untuk mempertahankan
Islam dan tradisi keislaman dari ancaman maupun tantangan dari luar. Para
pendukungnya, yang disebut dengan istilah mutakallimin, adalah orang-orang yang
menjadikan dogma atau persoalan-persoalan teologis kontroversial sebagai topik
diskusi dan wacana dialektik, dengan menawarkan bukti-bukti spekulatif untuk
mempertahankan pendirian mereka (Ensiklopedi Tematis Dunia Islam IV, t.t :
117).
Dengan demikian, Ilmu Kalam dapat didefinisikan sebagai ilmu yang berisi
alasan-alasan untuk mempertahankan kepercayaankepercayaan iman dengan
menggunakan dalil-dalil pikiran dan berisi bantahan terhadap orang-orang yang
menyeleweng.
5
Ada pula yang mengatakan bahwa Ilmu Kalam ialah ilmu yang
membicarakan bagaimana menetapkan kepercayaan-kepercayaan keagamaan
(agama Islam) dengan bukti-bukti yang meyakinkan (A. Hanafi, 1990: 3).
Dalam perkembangan selanjutnya Ilmu Kalam juga berbicara tentang berbagai
masalah yang berkaitan dengan keimanan serta akibat-akibatnya, seperti masalah
iman, kufur, musyrik, murtad; masalah kehidupan akhirat dengan berbagai
kenikmatan dan penderitaannya; hal-hal yang membawa kepada semakin tebal dan
tipisnya iman; hal-hal yang berkaitan dengan kalamullah yakni alQur’an;
status orang-orang yang tidak beriman dan sebagainya (Abuddin Nata, 2002: 222).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Ilmu Kalam adalah ilmu yang
secara khusus membahas tentang masalah ketuhanan serta berbagai masalah yang
berkaitan dengannya berdasarkan dalil-dalil yang meyakinkan. Dengan demikian
seseorang yang mempelajarinya dapat mengetahui bagaimana cara-cara untuk
memiliki keimanan dan bagaimana pula cara menjaga keimanan tersebut agar tidak
hilang atau rusak (Abuddin Nata, 2002: 222).
Ilmu kalam sebagai disiplin ilmu yang berdiri sendiri disebutkan untuk
pertama kali pada masa al-Makmun, setelah ulama-ulama Mu’tazilah mempelajari
buku-buku filsafat yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab (Ensiklopedi
Islam, 2002: 346). Mereka inilah sebenarnya kelompok Islam yang paling banyak
mengembangkan Ilmu kalam seperti yang kita kenal sekarang. Berkenaan dengan
hal ini, Ibnu Taimiyyah, sebagaimana yang dikutip oleh Nurchalish Madjid,
mempunyai kutipan yang menarik dari keterangan salah seorang ulama’ yang
disebutnya Imam Abdullah ibn al-Mubarak. Menurut ibnu Taimiyyah ulama’
tersebut menyatakan demikian: ”Agama adalah kepunyaan ahli (pengikut) Hadits,
kebohongan kepunyaan kaum Rafidlah, (ilmu) Kalam kepunyaan kaum
Mu’tazilah...”Karena itu ditegaskan oleh Ibnu Taimiyyah bahwa Ilmu Kalam
adalah keahlian Khusus kaum Mu’tazilah. Maka salah satu ciri pemikiran
Mu’tazilah adalah rasionalitas dan paham Qadariyah (Nurcholish Madjid, 1995:
206).
6
Adapun alasan mengapa disiplin ilmu ini disebut dengan Ilmu Kalam
adalah:
2. Dasar ilmu kalam ialah dalil-dalil pikiran dan pengaruh dalil-dalil ini
nampak jelas dalam pembicaraan-pembicaraan para mutakallimin. Dalil al-Quran
dan Sunnah baru dipakai setelah mereka menetapkan kebenaran suatu persoalan
dari segi akal pikiran.
Ilmu kalam berasal dari dua kata yaitu, Ilmu dan Kalam. Prasa ini ingin
menunjukkan bahwa yang dimaksud adalah ilmu tentang kalam. Ilmu kalam
merupakan suatu cabang ilmu yang merupakan bagian dari displin ilmu-ilmu
berlatar Islam sebelum terlampau jauh membicarakan tentang ilmu ini.
Kata Ilmu merupakan kata yang salah satu nama-Nya. Al-Ilmu juga berarti
maha mengetahui. Kata ilmu berakar dari 3 huruf. Sedangkan kata kalam
merupakan kata yang penuh makna. Kalam berarti pengucapan atau ucapan.
Utsman bin Affan adalah khalifah ketiga setelah Umar bin Khattab.
Sepeninggal Utsman bin Affan, tampuk kepemimpinan umat Islam beralih kepada
Imam Ali bin Abi Thalib. Seperti yang termaktub dalam buku-buku sejarah bahwa
7
meninggalnya Khalifah Utsman bin Affan dikarenakan ketidakpuasan sebagian
umat Islam pada waktu itu sehingga menyebabkan terjadinya pemberontakan
terhadap pemerintahannya. Pada masa Khalifah Ali pun terjadi Perang Unta dan
Shiffin. Perang Shiffin yang diakhiri dengan tahkim atau arbitrase telah
menyebabkan munculnya berbagai golongan, yaitu Muawiyah, Syiah (Pengikut)
Ali, Khawarij dan sahabat-sahabat yang netral.
Dari peristiwa yang diakibatkan oleh perseteruan dalam bidang politik
akhirnya bergeser ke permasalahan teks-teks agama tepatnya masalah teologi atau
ilmu kalam.
Aliran Khawarij yang mengatakan bahwa orang yang berdosa besar adalah
kafir, dalam arti keluar dari Islam.
Aliran Murjiah yang menegaskan bahwa orang yang berbuat dosa besar
tetap mukmin dan bukan kafir.
Aliran Mu’tazilah yang tidak menerima pendapat-pendapat di atas.Orang
yang serupa ini mengambil posisi di antara ke dua posisi mukmin dan kafir (al-
manzilah bain al-manzilatain).
Lalu muncul pula dua aliran Ilmu Kalam yang terkenal dengan nama
Qadariyah dan Jabariah. Qadariyah berpendapat bawah manusia memiliki
kemerdekaan dalam kehendak dan perbuatannya.Sedang Jabariyah sebaliknya
berpendapat bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam kehendak dan
perbuatannya.
1. Aliran Khawarij yang mengatakan bahwa orang yang berdosa besar adalah
kafir, dalam arti keluar dari Islam, atau tegasnya murtad dan wajib dibunuh.
2. Aliran Murjiah yang menegaskan bahwa orang yang berbuat dosa besar
tetap mukmin dan bukan kafir. Adapun soal dosa yang dilakukannya
terserah kepada Allah untuk mengampuni atau tidak mengampuninya.
3. Aliran Mu’tazilah yang tidak menerima pendapat-pendapat di atas. Bagi
mereka, orang yang berdosa besar bukan kafir, tetapi bukan pula mukmin.
Orang yang serupa ini mengambil posisi di antara ke dua posisi mukmin dan
kafir, yang dalam bahasa Arab terkenal dengan istilah al-manzilah bain al-
manzilatain (posisi di antara dua posisi).
Setelah ketiga aliran di atas, lalu muncul pula dua aliran Ilmu Kalam yang
terkenal dengan nama Qadariyah dan Jabariah. Menurut Qadariyah manusia
memiliki kemerdekaan dalam kehendak dan perbuatannya.Sebaliknya, Jabariyah
berpendapat bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam kehendak
dan perbuatannya.
Dari paparan sekilas ini, secara jelas dapat diketahui bahwa peristiwa tahkim
berdampak dan berimplikasi kepada tumbuhnya aliran-aliran dalam Ilmu
Kalam.Khawarij, Murjiah dan Mu’tazilah merupakan aliran yang pertama sekali
muncul dalam sejarah peradaban Islam.Kemudian muncul aliran Qadariyah dan
Jabariyah.Kedua aliran ini kendatipun pada awalnya muncul dengan membentuk
aliran tersendiri, tetapi dalam perkembangannya tidak lagi dapat disebut sebagai
aliran. Paham Qadariyah dan Jabariyah kemudian memasuki aliran-aliran
Ilmu Kalam yang ada.
a. Aliran Khawarij
Bila di masa Rasulullah kafir hanya untuk mereka yang tidak memeluk
Islam tapi kaum Khawarij memperluas pengertiannya dengan memasukkan
orang-orang yang telah masuk Islam. Yakni orang Islam yang bila ia
menghukum, maka yang digunakan bukanlah hukum Allah.
Bila pada masa Rasulullah term kafir hanya dipakai untuk mereka yang
belum memeluk Islam, kaum Khawarij memperluas makna kafir dengan
memasukkan orang yang telah beragama Islam ke dalamnya. Yakni orang
Islam yang bila ia menghukum, maka yang digunakannya bukanlah hukum
Allah. Secara umum, konsep mereka tentang iman bukan pembenaran dalam hati
semata-mata. Pembenaran hati (al-tasdiq bi al-qabl) menurut mereka, mestilah
disempurnakan dengan menjalankan perintah agama. Seseorang yang telah
memercayai bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad itu utusan Allah,
tapi ia tidak melakukan kewajiban agama, berarti imannya tidak benar,
maka ia akan menjadi kafir.
Pengikut Khawarij terdiri dari suku Arab Badui yang masih sederhana cara
berpikirnya. Jadi sikap keagamaan mereka sangat ekstrem dan sulit menerima
perbedaan pendapat. Mereka menganggap orang yang berada di luar
kelompoknya adalah kafir dan halal dibunuh. Sikap picik dan ekstrem ini pula
yang membuat mereka terpecah menjadi beberapa sekte. Berbeda dengan
kelompok Sunni dan Syi‟ah, mereka tidak mengakui hakhak istimewa orang atau
kelompok tertentu untuk menduduki jabatan khalifah.
10
Khawarij tidak memandang kepala negara sebagai orang yang sempurna. Ia
adalah manusia biasa juga yang tidak luput dari kesalahan dan dosa. Karenanya,
mereka menggunakan mekanisme syura untuk mengontrol pelaksanaan tugas-tugas
pemerintahan. Kalau ternyata kepala Negara menyimpang dari semestinya, dia
dapat diberhentikan atau dibunuh.
Al-Muhakkimah
Al-Azariqah
Al-Najdat
Al-Baihasyiah
Al-Ajaridah
Al-Sa’Alibah
Al-Ibadiah
Al-Sufriyah
Doktrin-Doktrin Khawarij
Khalifah harus dipilih bebas seluruh umat Islam
Khalifah tidak harus berasal dari keturunan Arab
Dapat dipilih secara permanen selama yang bersangkutan bersikap adil dan
menjalankan syariat Islam. Ia dijatuhkan bahkan dibunuh apabila
melakukan kedzaliman.
11
Khalifah sebelum Ali adalah sah, tetapi setelah tahun ke tujuh Ustman
dianggap menyeleweng. Dan khalifah Ali adalah sah tetapi setelah terjadi
arbitrase (tahkim), ia dianggap menyeleweng.
Muawiyah dan Amr bin Ash serta Abu Musa Al-Asy‟ari juga dianggap
menyeleweng dan telah menjadi kafir. Pasukan perang jamal yang melawan
Ali kafir.
Seseorang yang berdosa besar tidak lagi disebut muslim sehingga harus
dibunuh dan seseorang muslim dianggap kafir apabila ia tidak mau
membunuh muslim lainnya yang telah dianggap kafir.
Setiap Muslim harus berhijrah dan bergabung dengan golongan mereka.
Seseorang harus menghindar dari pemimpin yang menyeleweng.
Orang yang baik harus masuk surge dan orang yang jahat masuk ke neraka.
Qur‟an adalah makhluk
Manusia bebas memutuskan perbuatannya bukan dari tuhan
b. Aliran Syiah
Syiah dalam bahasa Arab artinya ialah pihak, puak, golongan, kelompok
atau pengikut sahabat atau penolong. Pengertian itu kemudian bergeser
mempunyai pengertian tertentu. Setiap kali orang menyebut syiah, maka
asosiasi pikiran orang tertuju kepada syiah-ali, yaitu kelompok masyarakat
yang amat memihak Ali dan dan memuliakannya beserta keturunannya.
Kelompok tersebut lambat laun membangun dirinya sebagai aliran dalam
Islam. Adapun ahl al-bait adalah “family rumah nabi”. Menurut syiah yang
dinamakan ahl bait itu adalah Fatimah, suaminya Ali, Hasan dan Husein anak
kandungnya, menantu dan cucu-cucu Nabi, sedang isteri-isteri nabi tidak
termasuk Ahl alBait.
Sejak jaman Rasulullah serta khalifah Abu Bakar dan Umar bin Khatab,
belum pernah ditemukan adanya satu golongan politik atau golongan agama
yang memiliki banyak pengikut, memiliki karakter dan identitas khusus dan
memiliki target yang jelas. Golongan itu baru muncul pada masa Khalifah
Utsman. Mereka adalah orang-orang yang setia pada Ali, yang menganggap
bahwa kekhalifahan Ali berdasarkan Nash Al-quran dan wasiat dari Rasulullah
SAW, baik yang disampaikan secara jelas maupun samar. Menurut mereka
12
seharusnya tampuk kepemimpinan diduduki oleh Ali dan keturunannya, serta tidak
boleh lepas darinya. Para ulama masih berbeda pendapat mengenai asal-usul Syiah
dan perkembangannya.
- Jalaludin Rakhmat
- Haidar Bagir
- Haddad Alwi
- Nashr bin Muzahim
- Ahmad bin Muhammad bin Isa Al-Asyari
- Abu Dzar al Ghiffari
- Miqad bin al Aswad
- Ammar bin Yasir
1. al Tauhid
2. al ‘Adl
3. al Nubuwwah
4. al Imamah
5. al ma’ad
13
Doktrin-doktrin Syiah
Kepala negara diangkat dengan persetujuan rakyat melalui lembaga ahl al-
hall wa al-‘aqd.
Kepala negara atau imam berkuasa seumur hidup, bahkan mereka meyakini
kekuasaan imam mereka ketika ghaibdan baru pada akhir jaman kembali
kepada mereka.
Kepala negara (imam) sebagai pemegang kekuasaan agama dan politik
berdasarkan petunjuk Allah dan wasiat Nabi.
Kepala negara memegang otoritas sangat tinggi
c. Aliran Jabbariyah
Kata Jabariyah berasal dari kata jabara yang berarti memaksa dan
mengharuskannya melaksanakan sesuatu atau secara harfiah dari lafadz aljabr
yang berarti paksaan. Kalau dikatakan Allah mempunyai sifat Aljabbar (dalam
bentuk mubalaghah), itu artinya Allah Maha Memaksa. Selanjutnya kata jabara
setelah ditarik menjadi jabariyah memiliki arti suatu aliran. Lebih lanjut Asy-
Syahratsan menegaskan bahwa paham Al jabr berarti menghilangkan perbuatan
manusia dalam arti yang sesungguhnya dan menyandarkannya kepada Allah,
Dengan kata lain manusia mengerjakan perbuatannya dalam keadaan terpaksa.
Secara istilah, jabbariyah berarti menyandarkan perbuatan manusia kepada Allah
SWT. Jabariyyah menurut mutakallimin adalah sebutan untuk mahzab al-kalam
yang menafikkan perbuatan manusia secara hakiki dan menisbatkan kepada Allah
SWT semata.
Asal-usul Jabariyah
14
Dirham. Pandangan-pandangan Ja'ad bin Dirham ini kemudian disebar
luaskan oleh pengikutnya, seperti Jahm bin Shafwan dari Khurasan. Dalam
sejarah teologi Islam, Jahm tercatat sebagai tokoh yang mendirikan aliran
jahmiyyah dalam kalangan Murji’ah. Ia adalah sekretaris Surai bin Al hariz
dan selalu menemaninya dalam gerakan melawan kekuasaan bani Umayyah.
Namun dalam perkembangannya paham Jabariyyah juga dikembangkan
oleh tokoh lainnya diantaranya Al Husain bin Muhammad An-Najjar dan
Ja‟ad bin Dirrar. Paham Jabariyah ini diduga telah ada sejak sebelum agama
Islam datang kemasyarakat Arab.
Kehidupan bangsa Arab yang diliputi oleh Gurun Pasir Sahara telah
memberi pengaruh besar dalam ke dalam cara hidup mereka. Dan
dihadapkan alam yang begitu ganas, alam yang indah tetapi kejam,
menyebabkan jiwa merasa dekat dengan Dzat Yang Maha Pengasih dan
Penyayang. Dengan suasana alam yanga demikian menyebabkan mereka
tidak punya daya dan kesanggupan apa-apa, melainkan semata-mata patuh,
tunduk dan pasrah kepada kehendak Tuhan, dan dalam al-Qur'an sendiri
banyak memuat ayat-ayat yang membawa kepada timbulnya paham
Jabariyah. "Allah menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat" {QS
AshShaffat: 96}.Selain ayat-ayat Al Quran diatas, benih-benih paham al-jabar
juga dapat dilihat dalam beberapa peristiwa sejarah: Suatu ketika Nabi
menjumpai sahabatnya yang sedang bertengkar dalam masalah takdir
Tuhan, Nabi melarang mereka memperdebatkan persoalan tersebut, agar
terhindar dari kekeliruan penafsiran tentang ayat-ayat tuhan mengenai
takdir.
Adanya paham jabar telah mengemukakan ke permukaan pada masa bani umayyah
yang tumbuh berkembang di Syria.
Di samping adanya bibit pengaruh faham jabar yang telah muncul dari
pemahaman terhadap ajaran Islam itu sendiri, ada sebuah pandangan mengatakan
bahwa aliran jabar muncul karena adanya pengaruh dari pemikiran asing, yaitu
pengaruh agama yahudi bermadzhab Qurra dan agama Kristen bermadzhab
Yacobit.
15
Doktrin-doktrin jabbariyah
Manusia mengerjakan perbuatan dalam keadaan terpaksa
Kalam Tuhan adalah makhluk
Tuhan tidak dapat dilihat di akhirat
Surga Neraka tidak kekal
d. Aliran Qaddariyah
Sekilas pemahaman Qadariyah ini sangat ideal dan sesuai dengan ajaran
Islam. Di samping benar menurut logika, juga didasarkan pada ayat-ayat alqur‟an
Dan hadis yang memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih dan
menentukan perbuatannya sendiri. Akan tetapi jika kita mendalami ajaran
Al-quran dan Hadis secara komprehensif serta memerhatikan realitas
kehidupan sehari-hari, maka akan tampak jelas bahwa paham Qadariyah yang
16
tidak mempercayai adanya takdir adalah mengandung berbagai kelemahan dan
telah menyimpang dari ajaran Islam yang benar.
Tokoh-tokoh Aliran Qadariyah;
e. Aliran Mu’tazillah
Kata mu’tazilah berasal dari kata I’tazala dengan makna yang berarti
menjauhkan atau memisahkan diri dari sesuatu. Kata ini kemudian menjadi
nama sebuah aliran di dalam ilmu kalam yang para sarjana menyebutnya
sebagai Mu’tazillah berdasarkan peristiwa yang terjadi pada Washil ibn Atha
(80 H/699 M- 131 H/748 M) dan Amr ibn Ubayd dengan al-Hasan al-Bashri.
Dalam majlis pengajian al-Hasan al-Bashri muncul pertanyaan tentang orang
yang berdosa besar bukanlah mu‟min dan juga bukanlah orang kafir, tetapi
berada diantara dua posisi yang istilahnya al Manzillah bayn al-manzilatayn.
17
Al-Mu‟tazilah wa qadimuha, yaitu kepala Mu‟tazilah yang tertua. Ia dilahirkan
di Madinah pada tahun 81 H dan meninggal di Basrah pada tahun 131 H. Di
Madinah ia berguru pada Hasyim, Abd bin Muhammad bin Hanafiyah
kemudian pindah ke Basrah dan belajar pada Hasan Al-Basri.
Kemunculan aliran Mu‟tazilah untuk pertama kalinya pada masa dinasti
Umayyah berada diambang kehancuran, yakni dimasa pemerintahan Abd AlMalik
bin Marwan dan Hisyam bin Abd Al-Malik. Dan ketika Dinasti Umayyah jatuh ke
tangan abbasiyah, golongan Mu‟tazillah mendapatkan tempat yang amat baik di
dalam pemerintahan. Bahkan di masa peerintahan AlMa‟mun teologi Mu‟tazillah
secara resmi dijadikan ideology bangsa.
1. al Tauhid
2. al ‘adl
3. al Wa’d wa al Wa’id
4. al Manzilah bain al Manzilatain
5. amar mauruf dan Nahi mungkar
f. Aliran Asy’riyyah
Asy’riyah adalah nama aliran di dalam islam, nama lain dari aliran ini
adalah Ahlu Sunnah wal Jamaah. Aliran Asy’riyyah adalah aliran teologi
yang dinisbahkan kepada pendirinya, yaitu Abu al-Hasan Ali ibn Islmail alAsy’ari.
Ia dilahirkan di Bashrah, besar dan wafat di Baghdad (260-324H). Ia berguru pada
Abu Ali al-Jubbai, salah seorang tokoh Mu’tazillah yang setia selama 40 tahun.
Setelah itu ia keluar dari Mu’tazillah dan menyusun teologi baru yang berbeda
dengan Mu’tazillah yang kemudian dikenal dengan sebutan Asy’ariyyah, yakni
18
aliran atau paham Asy’ari. Kasus keluarnya Asy’ari ini menurut suatu pendapat
karena ia bermimpi bertemu dengan Rasulullah yang berkata kepadaya, bahwa
Mu’tazillah itu salah dan yang benar adalah pendirian al-Hadis.
- Al-Baqillani
- Al-Juwaini
- Al-Ghazali
g. Aliran Maturidiyyah
h. Aliran Murji’ah
i. Aliran Salawiyah
Istilah salaf mulai dikenal dan muncul beberapa abad abad sesudah Rasul
SAW wafat, yaitu sejak ada orang atau golongan yang tidak puas memahami al
Qur’an dan hadits tanpa ta’wil, terutama untuk menjelaskan maksud-maksud
tersirat dari ayat-ayat al-Qur’an sehingga tidak menimbulkan hal-hal yang tidak
layak bagi Allah SWT.
Orang yang termasuk dalam kategori salaf adalah orang yang hidup sebelum
tahun 300 hijriah, orang yang hidup sesudah tahun 300 H termasuk dalam kategori
khalaf.
21
Tokoh-tokoh ulama salaf dan perkembangan Aliran salafiyah;
- Tokoh terkenal ulama salaf adalah Ahmad bin Hambal. Nama lengkapnya,
Ahmad, bin Muhammad bin Hambal, beliau juga di kenal sebgai pendiri dan
tokoh mazhab Hambali. .
- Tokoh salafiyah yang terkenal lainnya adalah Taqiyuddin Abu al Abbas
Ahmad bin Abdul Halim bin Abd al salam bin Abdullah bin Muhammad bin
Taimiyah al Hambali, atau yang lebih di kenal dengan nama Ibnu Taimiyah.
Beliau merupakan seorang teolog dan ahli Hukum yang banyak
menghasilkan karya tulis.beliau juga ahli di bidang tafsir dan hadist.
Dalam perkembangannya, ajaran yang bermula pada Imam Ahmad bin Hanbal ini,
selanjutnya di kembangkan oleh Ibnu Taimiyah, kemudian di suburkan oleh Imam
Muhammad bin Abdul Wahab.dan akhirnya berkembang di dunia Islam secara
Spodaris.
Keyakinan bahwa kemajuan dan kejayaan umat Islam hanya mungkin di wujudkan
jika mereka kembali kepada ajaran Islam yang masih murni dan kembali pada
ajaran Islam yang masih murni, dan meneladani pokok hidup sahabat Nabi.
Komponen pertama ini merupakan satu unsur yang di miliki oleh salfiyah
sebelumnya. Perlawanan terhadap kolonialisme dan mominasi barat, baik politik,
ekonomi, maupun kebudayaan. Pengakuan terhadap keunggulan barat dalam
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
22
Syekh Muhammad Abduh adalah murid Al afgani dan Muhammad Rasyid Ridaha
adalah murid dari Muhammad Abduh, meskipun dalam beberapa hal antara dengan
guru berbeda dalam banyak hal mereka sama.
j. Aliran Wahabiyah
Ciri-Ciri Wahabi ;
23
3. Siapa Saja yang Mengkafirkan Umat Islam Bertawassul dengan Rasulullah
SAW Bukan semua individu yang tidak mengumandangkan azan sebanyak 2
kali pada hari Jumat itu dikira sebagai Wahabi, tetapi siapa saja yang
mengkafirkan umat Islam yang bertawassul dengan Rasulullah SAW dan
menghalalkan darah serta harta mereka maka tidak diragukan lagi ia adalah
Wahabi.
4. Menganggap Taqlid Kepada Imam-Imam Mazhab adalah Syirik Bukan
semua individu yang mendakwa dan mendengungkan dia mengikut Alquran
dan as-Sunnah itu dikira sebagai Wahabi. Namun, siapa saja yang
mengkafirkan orang yang mengikut mazhab-mazhab yang muktabar (seperti
madzhab Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’I dan Imam
Hanbali), menghalalkan darah mereka serta menganggap taqlid kepada
imam-imam mazhab itu adalah syirik maka tidak diragukan lagi ia adalah
Wahabi.
5. Siapa Saja yang Mengharamkan Bacaan Alquran Kepada Orang yang Telah
Meninggal Tidak semua individu yang tidak mengamalkan membaca
Alquran Surah Yasin (Yasinan) pada malam Jumat adalah Wahabi. Namun,
siapa saja yang mengharamkan bacaan Alquran kepada orang yang telah
meninggal dunia maka tidak diragukan lagi dia adalah Wahabi.
6. Siapa Saja yang Mengharamkan Maulid Nabi Ciri-ciri aliran wahabi lainnya
adalah mereka yang mengharamkan majelis Maulid Nabi dan mengkafirkan
pelakunya maka tidak diragukan lagi ia adalah Wahabi.
7. Siapa Saja yang Mengharamkan Ziarah Ciri-ciri aliran wahabi berikutnya
adalah mereka melarang atau mengharamkan perjalanan dengan tujuan
untuk menziarahi makam Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa
Shohbihi wa Sallam itu, maka tidak diragukan lagi ia adalah Wahabi.
8. Siapa saja yang mensifati Allah SWT dengan duduk bersemayam, menetap,
bergerak, dan berpindah-randah Ciri-ciri aliran wahabi selanjutnya yang
mudah dikenali adalah kerap meninggalkan majelis Tahlil kepada mayyit.
Namun, bukan berarti bahwa semua individu yang meninggalkan majelis
Tahlil (Tahlilan) kepada si mayyit itu dikira sebagai Wahabi, tetapi siapa
saja yang mensifati Allah SWT dengan duduk bersemayam, menetap,
bergerak, dan berpindah-randah maka tidak diragukan lagi ia adalah Wahabi.
Tokoh-tokoh Aliran Wahabiyah;
- Muhammad bin Abdul Wahab
- Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
24
- Muhammad bin Shalih Al-utsmainin
- Muhammad Nashiruddin Al-Bani
- Shalih bin Fauzan bin Abdullah
- Abdullah bin Abdurrahman bin Jibrin
Ada perbedaan mendasar dan bersifat umum antara epistemologi dalam wacana
filsafat dan wacana kalam adalah mengenai penggunaan istilah pengetahuan
dharuri di kalangan para teolog. Term dharuri di kalangan filosof bertolak dari
prinsip kausalitas tentang hubungan sebab-akibat, serta keterkaitan premis-
konklusif dalam logika. Atas dasar ini, menurut al-Jabiri ada empat prinsip dalam
kepastian logika dalam pandangan filosof yaitu prinsip kediaan (huwiyyah) yang
memperlakukan fakta sebagaimana adanya dan hal yang fundamental yang
terdapat padanya, prinsip tidak adanya kontradiksi, prinsip ketidakmungkinan
menyimpulkan dari dua hal yang kontradiktif, dan prinsip kausalitas (M. Abid
AlJabiri, 1991: 217-218).
Secara umum, dalam kajian filsafat ilmu dikenal tiga teori klasik tentang
kebenaran.
25
Ketiga adalah teori kebenaran pragmatisme (Louis O. Kattsoff, 2004: 176-
183). Teori ini dikembangkan dan dianut oleh filsuf-filsuf pragmatisme dari
Amerika, seperti Charles S. Peirce dan William James. Bagi mereka, kebenaran
sama artinya dengan kegunaan. Jadi, ide, konsep, pernyataan, atau hipotesis yang
benar adalah ide yang berguna. Ide yang benar adalah ide yang paling mampu
memungkinkan seseorang berdasarkan ide itu melakukan sesuatu secara paling
berhasil atau tepat guna. Dengan kata lain pengetahuan dianggap benar jika
bernilai praktis.
Dari tiga macam teori klasik tentang kebenaran di atas, Ilmu Kalam sering
menggunakan teori kebenaran koherensi. Sebagian besar ulama ahli kalam
berpendapat bahwa akidah dan hukum akal harus meyakinkan dan bersifat qath’i.
Bagi kalangan rasionalis, dalam hukum akal tidak boleh ada perbedaan pendapat,
nafi dan itsbat, dengan kontradiksinya sekiranya dipertentangkan dengan
yang lainnya melalui dalil yang berbeda pada saat ditetapkan. Jika tidak dilakukan
demikian maka akan terjadi keseimbangan antara kebenaran dan kesalahan, yang
benar dan yang salah sama.
Contohnya:
(a) Berbuat dzalim adalah jahat (premis mayor);
(b) Perbuatan ini adalah dzalim (premis minor);
(c) Jadi perbuatan ini adalah jahat (konklusi).
Menurut teori ini kebenaran suatu proposisi hanya dapat diterima jika sesuai
dengan proposisi sebelumnya yang sudah diterima kebenarannya. Sebagai contoh,
problematika kebebasan kehendak menurut aliran Mu’tazilah berkaitan erat dengan
prinsip keadilan Tuhan yang mereka kembangkan. Mereka memandang bahwa
keadilan Tuhan menjadi hilang jika seseorang dituntut harus
26
mempertanggungjawabkan perbuatan yang tidak ia kerjakan, atau ia dihisab
tentang perbuatan yang tidak ia kehendaki. Keadilan Allah menuntut bahwa
manusia harus bebas berkehendak. Karena tanpa adanya kebebasan ini, kenabian
dan risalahnya tidak ada artinya, tidak ada dasar bagi syari’ah atau taklif bahkan
untuk apa pengutusan para Rasul kepada orang yang tidak mempunyai kebebasan
dalam mengikuti dan mendengarkan dakwah mereka. Masalahnya berbeda ketika
kalangan Asy’ariyah yang menekankan kekuasaan mutlak Tuhan, di mana ruang
untuk koherensi menjadi “tertutup” karena adanya keserbabolehan (sultah
al-tajwiz). Kaitannya dengan hal ini, al-Asy’ari menulis dalam alIbanah-
sebagaimana dikutip Harun Nasution, bahwa Tuhan tidak tunduk kepada siapapun,
di atas Tuhan tiada suatu Zat yang lain yang dapat membuat hokum dan dapat
menentukan apa yang tidak boleh diperbuat oleh Tuhan. Al-Ghazali, salah seorang
teolog kenamaan Asy’ariyah menyatakan bahwa Tuhan dapat berbuat apa saja
yang dikehendaki-Nya, dapat memberikan hokum menurut kehendak-Nya, dapat
menyiksa orang yang berbuat baik jika itu yang dikendaki-Nya, dan dapat memberi
upah kepada orang kafir jika itu yang dikehendaki-Nya juga (Harun Nasution,
1985: 118119). Ini semua berdasar dari kekuasaan mutlak Tuhan.
Pada faktanya Semua aliran dalam pemikiran kalam berpegang kepada
wahyu sebagai sumber pokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Secara langsung artinya memahami wahyu sebagai pengetahuan jadi dan langsung
mengaplikasikannya tanpa perlu pemikiran; secara tidak langsung berarti
memahami wahyu sebagai pengetahuan mentah sehingga perlu tafsir dan penalaran
dengan merujuk kepada ayat-ayat yang lain. Untuk kasus pertama sering
diistilahkan dengan muhkam sedang yang kedua dinamakan dengan mutasyabih.
Contoh untuk yang muhkam adalah ayat-ayat tentang halal, haram, hudud,
kewajiban, janji dan ancaman. Sementara untuk yang mutasyabih contohnya
adalah ayat-ayat tentang Asma’ Allah dan sifat-sifatnya. Kenyataan adanya ayat
muhkam dan mutasyabih ini memberikan pengertian bahwa meski al-Qur’an
sebagai sumber utama, tetapi ia tidak selalu dapat memberikan ketentuan hukum
pasti.
28
BAB III
Ilmu kalam berasal dari dua kata yaitu, Ilmu dan Kalam. Prasa ini ingin
menunjukkan bahwa yang dimaksud adalah ilmu tentang kalam. Ilmu kalam
membahas ajaran-ajaran dasar di dalam agama Islam. Ajaran-ajaran dasar itu
menyangkut wujud Allah, Kerasulan Muhammad, dan Al-Quran, serta orang yang
percaya dengan tiga hal itu, yakni orang muslim dan mukmin, serta orang yang
tidak percaya, yakni kafir dan musyrik, soal surga dan neraka, dll.
Dari uraian diatas, dapat kita pahami bahwa Islam telah hadir sebagai
pelopor lahirnya pemikiran-pemikiran yang hingga sekarang semuanya itu dapat
kita jumpai hamper di seluruh dunia. Hal ini juga dapat dijadikan alas an bahwa
Islam sebagaimana di jumpai dalam sejarah, bukanlah sesempit yang dipahami
pada umumnya, karena Islam dengan bersumber pada Al-Quran dan As-Sunnah
dapat berhubungan dengan pertumbuhan masyarakat luas.
29
DAFTAR PUSTAKA
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Aliran+aliran+ilmu+kalam&oq=#d=gs_qabs&t=169191
6674937&u=%23p%3DSz7T9ajVGXcJ.
https://mufdil.wordpress.com/2009/08/03/aliaran-aliran-dalam-ilmu-kalam/.
https://www.merdeka.com/jabar/wahabi-adalah-salah-satu-aliran-islam-kenali-ciri-
ciri-dan-penjelasannya-kln.html.
https://www.studocu.com/id/document/institut-agama-islam-negeri-pekalongan/
ilmu-kalam/aliran-wahabi-bismillah-semoga-berkah/47250083.
30