Laporan Umum - Putri Noviayu
Laporan Umum - Putri Noviayu
LAPORAN UMUM
Oleh:
Pembimbing:
Chairul, ST., MT
Benny Dwisaputra, ST
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat melaksanakan Kerja Praktek di PT. Perkebunan Nusantara V
PKS Sei Pagar pada tanggal 10 Juli s/d 12 Agustus 2023 serta menyelesaikan
penulisan Laporan Umum Kerja Praktek dengan tepat waktu. Penulisan Laporan
Umum Kerja Praktek ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada
Program Sarjana Teknik Universitas Riau.
Selama melaksanakan kerja praktek dan menyusun laporan, penulis mendapat
bimbingan, motivasi, serta dukungan dari berbagai pihak. Penulis menyadari tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, laporan ini tidak mungkin dapat
terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu selama menjalani kerja praktek di PT. Perkebunan Nusantara V PKS Sei
Pagar, antara lain :
1. Kepada orang tua dan keluarga penulis yang selalu memberi nasehat,
dukungan, serta doayang tiada henti untuk penulis.
2. Bapak Dr. Semuel Pati Senda, M.Sc.ES selaku Pembimbing dalam
menyelesaikan laporan ini.
3. Bapak Idral Amri, ST., MT, Ph.D selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia
Universitas Riau.
4. Bapak Zulfansyah, ST, MT selaku Ketua Program Studi Sarjana Teknik Kimia
Universitas Riau.
5. Ibu Dr. Maria Peratenta S, S.T., M.T selaku Koordinator Kerja Praktek
Program Studi Teknik Kimia Universitas Riau.
6. Bapak Taufik selaku Manajer PT. Perkebunan Nusantara V PKS Sei Pagar.
7. Bapak Benny Dwisaputra, ST selaku Pembimbing Lapangan dan Asisten
Teknik di PT. Perkebunan Nusantara V PKS Sei Pagar.
8. Bapak Ilham Syaputra selaku Pengawas Lapangan dan Operator Pilot Co-
Firing Plant POME to Biogas di PT. Perkebunan Nusantara V PKS Sei
Pagar.
ii
9. Bang Bayu, Bang Hasbu, Kak Sari, dan Bang Riki, serta seluruh
karyawan/karyawati di PT. Perkebunan Nusantara V PKS Sei Pagar khusus
nya di Plant Biogas yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah
banyak membimbing dan memberi arahan kepada kami selama melaksanakan
Kerja Praktek.
10. Bang Andri yang banyak membantu selama kerja praktek berlangsung.
11. Teman-teman yang telah membantu dalam pelaksanaan kerja praktek di PT.
Perkebunan Nusantara V PKS Sei Pagar.
12. Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu yang telah
membantu penulis selama pelaksanaan dan penyusunan laporan kerja praktek.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam laporan ini. Maka penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna melengkapi laporan kerja
praktek ini. Semoga laporan ini bermanfaat untuk kita semua.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. vii
IDENTITAS TEMPAT KERJA PRAKTEK ........................................................ viii
BAB I BAHAN BAKU .............................................................................................. 1
BAB II PRODUK UTAMA DAN PRODUK SAMPING ....................................... 4
2.1 Produk Utama ................................................................................................. 4
2.2 Produk Samping .............................................................................................. 5
2.2.1 Air .................................................................................................... 5
2.2.2 Karbon Dioksida .............................................................................. 5
2.2.3 Oksigen dan Nitrogen ...................................................................... 6
2.2.4 Hidrogen Sulfida .............................................................................. 6
2.2.5 Volatile Organic Compound ............................................................ 7
iv
5.2 Ketel Uap ...................................................................................................... 29
5.2.1 Ruang Pembakaran ........................................................................ 29
5.2.2 Drum Boiler ................................................................................... 29
5.2.3 Pipa Water Wall ............................................................................. 30
5.2.4 Pipa Down Comer .......................................................................... 30
5.2.5 Pipa Super Heater .......................................................................... 30
5.2.6 Pembuang abu (Ash Hopper) ......................................................... 30
5.2.7 Cerobong Asap (Chimney)............................................................. 30
5.3 Pengolahan Air (Water Treatment Station) .................................................. 31
5.3.1 Unit Pemurnian Air Proses (Water Treatment) ............................. 31
5.3.2 Unit Pengolahan Air Umpan Boiler............................................... 33
5.4 Pengolahan Limbah Cair ............................................................................... 34
5.4.1 Deoiling Pond ................................................................................ 35
5.4.2 Anaerobic Pond I ........................................................................... 35
5.4.3 Anaerobic Pond II.......................................................................... 35
5.4.4 Maturation Pond ............................................................................ 35
5.5 Pengolahan Limbah Padat ............................................................................. 36
5.6 Pengolahan Limbah Gas ............................................................................... 36
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
viii
IDENTITAS TEMPAT KERJA PRAKTEK
viii
BAB I
BAHAN BAKU
Bahan baku yang digunakan dalam produksi biogas adalah Palm Oil Mill
Effluent (POME). Limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan sawit ini memiliki
karakteristik seperti berwarna coklat, berbau tajam, dan mengandung padatan terlarut
dan tersuspensi berupa koloid dan residu minyak dengan kandungan senyawa organik
yang tinggi (Musfa dkk, 2015). Limbah POME yang dihasilkan oleh pabrik sawit dapat
dilihat pada Gambar 1.1.
Pengolahan tandan buah segar (TBS) sawit untuk produksi minyak sawit menghasilkan
beberapa jenis limbah, yang secara umum terbagi menjadi limbah padat, limbah cair
(POME), dan limbah udara (asap pembakaran tandan kosong di incinerator serta
pembakaran serabut dan cangkang di boiler). Dalam ekstraksi minyak sawit, terdapat 3
proses utama yang menghasilkan POME, yaitu proses strelisisasi tandan buah segar,
proses penjernihan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) yang diantaranya
proses pemisahan, dan penjernihan minyak yang dihasilkan, serta pada proses
pemerasan tandan kosong (Rahayu dkk, 2015). POME mengandung sejumlah residu
dari hasil pengolahan sawit sehingga limbah tidak boleh dibuang langsung ke
sumber air. Gambar 1.2 menunjukkan diagram alir pembentukan POME.
1
2
Gambar 1.2 Diagram Alir Proses Pembentukan POME pada Industri Pengolahan
Sawit (Lam dan Lee, 2011)
PKS Sei Pagar menghasilkan sekitar 18 m3 POME pada setiap 30 ton tandan
buah segar yang diolah atau sebesar 0,6 m3 POME pada setiap ton TBS POME,
memiliki pH 4,15-4,7 dengan kadar COD dan BOD yang tinggi (Kamarudin dkk,
2015). Limbah yang dihasilkan dari industri pengolahan sawit di Indonesia
diperkirakan masih mengandung kadar COD dan BOD yang tinggi. Tabel 1.1
menunjukkan karakteristik dari POME yang dihasilkan dari proses pengolahan sawit.
4
5
Hidrogen sulfida (H2S) dibentuk oleh bakteri yang memiliki kemampuan untuk
mengurangi kadar sulfat dalam digester menjadi hidrogen sulfida. Bakteri ini hadir
6
dalam digester dan bersaing dengan bakteri pembentuk metana untuk substrat yang
sama tetapi membentuk hidrogen sulfida. Hidrogen sulfida terbentuk selama proses di
dalam digester ketika protein yang mengandung belerang, seperti sistein dan metionin,
dicerna oleh bakteri. Pembakaran biogas yang mengandung hidrogen sulfida akan
menyebabkan emisi asam sulfat yang terbentuk selama pembakaran (Petersson, 2013).
Pada proses degradasi anaerob, hidrogen sulfida terbentuk dari proses degradasi
senyawa sulfur (sebagian besar berasal dari protein yang terdapat pada bahan baku)
dan desulfurisasi dari SO42-. Hidrogen sulfida terbentuk pada tahapan hidrolisis,
dimana bakteri pada tahapan tersebut mendegradasi senyawa asam amino yang
mengandung sulfur (amino acid methionine).
8
9
Pada proses anaerobik, material organik yang terukur sebagai COD akan
diuraikan oleh mikroorganisme menjadi biogas. COD akan dikonversi oleh
mikroorganisme asidogenik menjadi produk antara yaitu Volatile Fatty Acid (VFA),
kemudian VFA tersebut akan dikonversi menjadi gas metana oleh bakteri metanogenik.
Temperatur proses degradasi anaerobik berkisar antara 33-37˚C. Selain itu, proses ini
tidak memproduksi panas, sehingga temperatur optimum dijaga dengan memberikan
sumber panas dari luar selama proses berlangsung (Chusna dkk, 2020).
Proses penguraian pada degradasi anaerobik dimulai dengan hidrolisis yang
memanfaatkan enzim dari bakteri, yang memecah polimer rantai panjang tidak terlarut
seperti lemak, protein, dan karbohidrat menjadi polimer rantai pendek. Selanjutnya,
bakteri asidogenik mengkonversi asam lemak, asam amino, dan gula menjadi CO2, H2,
NH3, dan asam organik. Bakteri asetogenik kemudian mengubah asam organik ini
menjadi asam asetat. Akhirnya, bakteri metanogen mengubah produk ini menjadi gas,
yang sebagian besar adalah metana (Mujdalipah dkk, 2014). Diagram alir dari proses
degradasi anaerobik dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2 Diagram Alir Proses Degradasi Anaerobik pada Produksi Biogas
(Nguyen dkk, 2019)
Tahap fermentasi anaerobik dapat digolongkan menjadi empat tahapan reaksi,
yaitu tahap hidrolisis, tahap pembentukan asam (asidogenesis), tahap pembentukan
asetat (asetogenesis), dan tahap pembentukan gas metana (metagenesis). Hidrolisis
berupa proses dekomposisi biomassa kompleks menjadi glukosa sederhana.
Asidogenesis merupakan proses perombakan monomer dan oligomer menjadi asam
11
asetat, CO2, asam lemak rantai pendek, serta alkohol. Asetogenesis menghasilkan asam
asetat, CO2, dan H2. Sementara metanogenesis merupakan perubahan senyawa-
senyawa menjadi gas metana yang dilakukan oleh bakteri metanogenik (Mujdalipah
dkk, 2014). Proses metagenesis melibatkan 2 jenis bakteri yang bakteri yang berbeda,
yaitu bakteri asetotropik dan hidrogenotropik. Bakteri asetotropik memecah asetat
menjadi metana dan karbon dioksida, sementara bakteri hidrogenotropik menggunakan
hidrogen untuk membentuk gas metana. Reaksi yang terjadi pada proses metagonesis
mengikuti persamaan reaksi yang terlihat pada persamaan 3.1 dan 3.2 (A Aziz dkk,
2020).
2CH3COO- + H2O CH4 + HCO3 ........................................................... (3.1)
4H2 + HCO3- + H+ CH4 + 3H2O ........................................ (3.2)
Untuk mengkonversi zat organik menjadi biogas secara efektif,
mikroorganisme membutuhkan nutrisi dan kondisi lingkungan yang sesuai. Kondisi
operasi yang optimal, dan jenis nutrisi yang diperlukan dalam proses penguraian
anaerobik untuk produksi biogas dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Bakteri-bakteri yang dapat digunakan pada proses degradasi anaerobik dapat dilihat
pada Tabel 3.2. Penggunaan bakteri-bakteri yang beragam ini dapat menyebabkan
ketidakstabilan operasional jika tidak dikontrol dengan baik, sehingga berdampak pada
kualitas biogas yang dihasilkan. Terbentuknya asam lemak volatil (VFA) pada proses
fermentasi merupakan salah satu contoh dari penggunaan bakteri yang beragam pada
proses, dimana VFA diproduksi oleh bakteri Firmicutes dan Bacteroidetes pada
tahapan hidrolisis, namun bakteri dapat terjadi akumulasi pada biogas yang dihasilkan
(Nguyen dkk, 2019).
Tabel 3.2 Bakteri yang dapat digunakan pada Degradasi Anaerobik
Jenis Bakteri Substrat Produk Contoh Bakteri
Hidrolitik/Bakteri Selulosa, Selobiosa, Filum Firmicutes dan
Fermentatif pada hemiselulosa heksosa, Bacterodetes.
Tahap pentosa, Genus Acetivibrio,
Acidogenesis asam asetat, Bacteroides, Clostridium,
etanol, CO2 Ruminococcus, Thermotoga
Protein Peptida, Filum Proteobacteria
asam amino
Acetogenesis Asam Asam Syntrophomonas, Smithella,
propionat, asetat, H2, Synergistes
asam butirat CO2
Acetotrophic Asam asetat CH4, CO2 Methanosaeta,
methanogens Methanosarcina
Hydrogenotrophic H 2 , CO2 CH 4 Methanosarcina,
methanogens Methanobacteriales,
Methanospirillum,
Methanoculleus
(Sumber: Nguyen dkk., 2019)
proses akan dialirkan ke unit foam arrestor untuk dilakukan liquid effluent treatment
sebelum dialirkan ke kolam limbah atau diumpankan kembali ke CSTR. Untuk
menjamin keamanan proses produksi biogas, CSTR juga dilengkapi dengan vaccum
dan pressure breaker, yang berfungsi untuk menurunkan tekanan di dalam reaktor
apabila kondisi tekanan mengalami kenaikan yang tidak normal.
Produksi biogas dari POME melalui beberapa proses treatment bahan baku,
proses reaksi hingga treatment limbah. Berdasarkan penelitian dari Badan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang dilakukan oleh Valentino dkk (2018) proses
produksi biogas dari limbah POME menggunakan beberapa unit proses seperti Fat Pit,
Bak Reservoir, Equalization Tank, Cooling Tower, Buffer Tank, CSTR (Continuous
Stirred Tank Reactor), Foam Arrestor dan Lamela Clarifier, Gas Holder, Flare Stack,
dan Burner. Sebelum POME diumpankan ke dalam reaktor, terlebih dahulu dilakukan
pretreatment di dalam Equalization Tank, Cooling Tower dan Buffer Tank untuk
menjaga suhu dan pH POME sehingga sesuai dengan standar, agar proses degradasi
anaerobik di dalam reaktor dapat berlangsung secara optimal (Valentino dkk, 2018).
Berikut ini rincian unit proses pada produksi biogas:
4.1 Fat Pit
Fat pit merupakan sebuah kolam penampungan sementara limbah cair (POME)
dari proses pengolahan TBS (Gambar 4.1). Pada kolam ini terjadi pemisahan minyak
yang masih terdapat pada POME secara gravitasi. Minyak akan terakumulasi di
permukaan cairan dikarenakan massa jenisnya yang lebih kecil dari pada air. Sehingga
POME yang keluar dari fat pit memiliki konsentrasi minyak yang rendah.
14
15
Pada proses produksi biogas, bahan baku POME diambil dari drab separator.
Namun untuk meningkatkan konsentrasi COD dalam POME, aliran dari drab
separator dapat dicampur dengan POME dari fat pit dalam sebuah bak kecil di sebelah
fat pit seperti pada Gambar 4.2 berikut ini. Campuran POME ini nantinya akan dikirim
ke equalization tank menggunakan sebuah pompa.
pada Gambar 4.5. Pada unit ini sebagaian besar proses perpindahan panas terjadi secara
konveksi. Untuk meningkatkan laju perpindahan panasnya maka digunakan kipas (fan)
dengan kapasitas motor 3 KW. Sehingga terjadi penurunan suhu POME sebelum
masuk ke buffer tank. Cooling tower pada proses produksi biogas didesain untuk dapat
menurunkan suhu POME dari rentang 60-70˚C menjadi 40-50˚C dengan kapasitas
laju alir maksimal 10 m3/jam.
Proses konversi COD menjadi gas metana terjadi secara anaerobik melalui
beberapa tahapan reaksi yaitu hidrolisis, asidogenesis, dan metagonesis. Pada tahap
hidrolisis, biopolimer pada POME akan diubah menjadi monomer. Selanjutnya pada
21
Lamela clarifier merupakan unit pemisahan berupa bak yang dilengkapi sekat
(baffle) pemisah. Fungsi dari sekat ini adalah menahan foam dan scum agar tidak keluar
dari bak melalui kanal-kanal di permukaan lamela clarifier seperti pada Gambar 4.12.
Lamela clarifier memiliki 2 pipa keluaran yaitu pipa untuk over flow yang akan
dialirkan ke kolam 2 dan pipa effluent di dasar lamela clarifier yang akan dialirkan
kembali ke reaktor.
Proses pemisahan antara sludge, air, dan foam atau scum terjadi secara natural
oleh gaya gravitasi. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan massa jenis antara sludge,
air dan foam atau scum. Air akan keluar dari lamela clarifier melalui kanal-kanal kecil
di permukaan lamela clarifier yang selanjutnya mengalir ke kolam limbah. Air limbah
yang dikeluarkan sudah mengalami penurunan TSS, COD, dan suhu, sedangkan pH
dari air keluaran lamela clarifier sudah mendekati pH 7. Sludge yang keluar dari bawah
akan disirkulasi kembali ke dalam CSTR menggunakan pompa. Foam dan scum harus
dikeluarkan secara manual setiap hari.
Terdapat 2 boiler yang dioperasikan secara bergantian pada PKS PTPN V Sei
Pagar. Namun, burner untuk co-firing masih dipasang pada boiler 2. Sehingga saat
boiler 1 dioperasikan, biogas yang diproduksi tidak dapat dimanfaatkan untuk
membantu pemanasa. Oleh karena itu biogas akan dibakar di flare stack agar tetap
aman dan metana yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan.
25
4.9 Burner
Burner merupakan unit yang akan mengkonversi gas hasil produksi menjadi
energi. Energi ini yang dihasilkan digunakan untuk membantu pembentukan steam di
boiler. Untuk mengoperasikan burner, dibutuhkan laju alir biogas >50 Nm3/jam.
Sehingga produksi biogas di CSTR harus 70 Nm3/jam. Hal ini dilakukan agar tidak
terjadi penyusutan volume gas pada gas holder. Biogas dikirim ke burner
menggunakan blower yang akan mengalirkan biogas melalui pipa. Burner juga
membutuhkan beberapa peralatan pendukung seperti kompresor, katup pengendali
(Gambar 4.16), cyclone, instrumen pengukuran tekanan (Gambar 4.14), instrumen
pengukuran laju alir (Gambar 4.15) dan lain-lain. Burner dapat dioperasikan melalui
panel yang berada di stasiun boiler.
5.1.2 Genset
Genset merupakan alat pembangkit tenaga listrik yang digerakkan oleh mesin
diesel. Alat ini menggunakan bahan bakar berupa minyak solar dan digunakan pada
saat pabrik mulai beroperasi (start up) setelah dicapai kondisi stabil, maka fungsinya
digantikan oleh steam turbine. Genset juga merupakan pembangkit tenaga listrik
alternatif jika steam turbine tidak beroperasi (pabrik shut down atau boiler rusak).
28
29
melalui cerobong asap. Selain itu, boiler juga dilengkapi dengan alat-alat pengaman
seperti keran pengaman (safety valve) yang berfungsi membuang uap pada tekanan
yang telah ditentukan sesuai dengan penyetelan, gelas penduga yakni alat untuk
melihat tingginya air di dalam drum atas, keran blow down yakni keran untuk
menyalurkan air yang akan keluar saat blow down, keran uap induk yakni alat yang
berfungsi untuk membuka dan menutup aliran uap boiler.
3. Clarifier
Clarifier merupakan tangki yang berbentuk kerucut ke bawah yang umum
digunakan sebagai media terjadinya proses koagulasi dan flokulasi pada suatu proses
penjernihan air. Untuk menghilangkan atau mengurangi kekeruhan yang disebabkan
bahan yang melayang dalam air, baik partikel besar atau kecil harus diendapkan.
Partikel yang besar dapat mengendap sendiri jika waktu pengendapan cukup lama.
Tetapi partikel kecil hanya dapat diendapkan setelah mengalami penggumpalan
(coagulation) jika diberikan bahan kimia.
Koagulan yang digunakan dalam proses penjernihan air adalah aluminium
sulfat/tawas (Al2(SO4)3.18H2O). Sedangkan untuk menaikkan pH air, digunakan soda
ash (Na2SO4). Bahan kimia yang bercampur dengan air bereaksi dengan garam-garam
alkali dengan berbentuk gumpalan-gumpalan, kemudian partikel-partikel tersuspensi
akan menempel pada gumpalan sehingga bertambah besar dan mengendap turun ke
bawah sedangkan air jenih berada pada bagian atas dialirkan/masuk ke bak sedimen
yang berfungsi sebagai penampung air di clarifier tank dan berguna untuk
mengendapkan padatan yang tersisa.
4. Bak 300
Air yang berasal dari clarifier dialirkan menuju bak 300. Bak ini memiliki
kapasitas volume sebesar 300 m3. Bak 300 ini merupakan tempat yang digunakan untuk
menampung air bersih dan mengendapkan kotoran yang masih terbawa dari clarifier.
5. Sand Filter
Sand filter merupakan alat berbentuk tabung silinder yang berisi pasir kuarsa
dan kerikil sebagai media filter. Air yang masuk dialirkan melalui inlet dan
didistribusikan ke seluruh permukaan filter. Ketika melewati media filter (pasir
kwarsa), endapan akan terperangkap. Untuk mengembalikan kembali fungsi filter
pembersihan dilakukan dengan cara back wash. Pembersihan dilakukan jika terjadinya
perbedaan tekanan antara inlet dan outlet.
33
Pencucian secara terjadwal hendak dilakukan dengan baik agar aktivitas resin
tetap optimum, karena lumpur yang masuk ke dalam tabung akan menyebabkan
permukaanresin (active site) tidak berfungsi.
b. Cation Exchange
Unit penukar kation mengandung asam kuat dan basa lemah yang terikat
dengan resin sebagai bahan dasar, seperti: R-SO3-, R-SO3-, dan R-C6H5O- . Perlakuan
regenerasi dan pencucian ulang tidak berbeda dengan perlakuan pada penukar anion.
Reaksi sebagai berikut:
Ca(HCO3) + H2R CaR + H2CO3
MgCl2 + H2R MgR + 2HCl
Na2SO4 + H2R Na2R + H2SO4
2. Feed Tank
Feed Tank berfungsi untuk menyimpan air umpan boiler dan untuk menjaga
kontinuitas umpan air ke boiler. Air dari cation exchange dialirkan ke feed tank.
Temperatur air dijaga 60-80°C sebagai pemanasan awal yang bertujuan untuk
mengurangi beban pemanasan pada deaerator.
3. Deaerator
Deaerator adalah tempat penampungan air dari feed tank sebelum dipompakan
ke boiler. Deaerator berfungsi untuk menghilangkan oksigen dan karbon dioksida
yang terlarut dalam air umpan boiler yang dapat mengakibatkan terjadinya korosi pada
boiler dengan temperatur 90-95˚C.
Namun, limbah cair hasil produksi biogas ini tetap perlu dilakukan
pengolahan lebih lanjut sebelum dialirkan kembali ke lingkungan, bersama dengan
limbah cair hasil dari pengolahan kelapa sawit lainnya.
Untuk mengurangi dampak negatif pabrik pengolahan kelapa sawit maka
pengendalian limbah dilakukan dengan mengurangi volume limbah dan pengawasan
mutu limbah. Pengolahan limbah cair dilakukan dengan sistem kolam. PKS Sei Pagar
mempunyai 10 kolam limbah, yang mana setiap kolam berurutan berhubungan dengan
bersirkulasi dengan tingkat konsentrasi limbah yang berbeda hingga sampai ke kolam
anaerobik. Dengan adanya sistem pendistribusian limbah pabrik dengan menggunakan
pompa yang berguna sebagai pemupukan lahan kebun sawit yang disebut LA (Land
Application), limbah dari kolam 4. Pada stasiun ini terdapat empat buah unit
pengolahan berupa kolam, yakni deoiling pond, anaerobic pond I, anaerobic pond II
dan maturation pond.
38
39
keamanan. Pembagian waktu shift untuk karyawan bagian proses pengolahan dan
laboratorium dapat dilihat pada Tabel 6.2.
Tabel 6.2 Pembagian Shift Kerja
Shift Kerja Waktu
Pagi 07.00-19.00 WIB
Malam 19.00-07.00 WIB
BAB VII
KESIMPULAN
7.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengumpulan data selama Kerja Praktek di PKS Sei Pagar,
diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1. Biogas yang diproduksi dari limbah POME pada industri pengolahan kelapa
sawit dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan.
2. Proses produksi biogas terdiri dari persiapan bahan baku POME di bak
reservoir, fat pit, equalization tank, cooling tower, dan buffer tank. Kemudian
dilanjutkan dengan proses degradasi anaerobik di CSTR dan selanjutnya
proses treatment di foam arrestor dan lamela clarifer. Biogas yang dihasilkan
akan dimanfaatkan sebagai bahan bakar pada burner.
41
DAFTAR PUSTAKA
A Aziz, M. M., Kassim, K. A., ElSergany, M., Anuar, S., Jorat, M. E., Yaacob, H., dan
Arifuzzaman, 2020, Recent advances on palm oil mill effluent (POME)
pretreatment and anaerobic reactor for sustainable biogas production, Renewable
and Sustainable Energy Reviews, 119 (November), 109603.
Ahmad, A., Bahrudin., Amraini, S. Z., dan Andrio, D., 2011, Biokonversi Limbah Cair
Pabrik Kelapa Sawit Dengan Bioreaktor Hybrid Anaerob Fasa Tunggal,
Prosiding SNTK TOPI 2011.
Allegue L, Hinge J., 2014, Biogas Upgrading Evaluation of Methods for H2S Removal.
Taastrup, Danish Technological Institute.
Aznury, M., Purnamasari, I., dan Silva Anggraini, Y. K. F., 2018, Produksi Biogas dari
Air Limbah Industri Minyak Kelapa dengan Penambahan Pengadukan Biogas,
Jurnal Kinetika, 9(03), hal. 12–16.
Chusna, F. M. A., Mellyanawaty, M. dan Nofiyanti, E., 2020, Peningkatan Produksi
Biogas dari Palm Oil Mill Effluent (POME) dengan Fluidisasi Media Zeoilit
Termodifikasi pada Sistem Batch, Jurnal Rekayasa Proses, 14(1), hal. 91–100.
Ecody, 2021, Program Training Pekerjaan Pembangunan Biogas Cofiring PKS LDA
PTPN V.
Irvan, Trisakti, B., Vincent, M., Tandean, M., 2012, Pengolahan Lanjut Limbah Cair
Kelapa Sawit Secara Aerobik Menggunakan Effective Microoganism Guna
Mengurangi Nilai TSS, Jurnal Teknik Kimia, Vol. 1, No. 2, 27-30.
Kamarudin, K. F., Tao, D. G., Yaakob, Z., Takriff, M. S., Rahaman, M. S. A., dan
Salihon, J., 2015, A review on wastewater treatment and microalgal by-product
production with a prospect of palm oil mill effluent (POME) utilization for algae,
Der Pharma Chemica, 7(7), 73–89.
Lam M., dan Lee K., 2011, Renewable and sustainable bioenergies production from
palm oil mill effluent (POME): Win–win strategies toward better environmental
protection, Biotechnology Advances 29 : 124 – 141.
Martin J., 2008, A New Method to Evaluate Hydrogen Sulfide Removal from Biogas,
Thesis.
Mujdalipah, S., Dohong, S., Surani, A., dan Fitria, A., 2014, Effects of Fermentation
Time toward Biogas Production by Using Two Stages Digester on Various Palm
Oil-Mill Effluent and Activated Sludge Concentration, Agritech, 34(1), 57–64.
Musfa, N., Ahmad, A., dan Bahruddin, 2015, Pengaruh Laju Pembebanan Organik
terhadap Efisiensi Penyisihan COD Limbah Cair Kelapa Sawit menggunakan
Bioreaktor Hibrid Anaerob Dua Tahap, Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang
Teknik dan Sains Universitas Riau 2 (2).
Nguyen, D., Nitayavardhana, S., Sawatdeenarunat, C., Surendra, K. C., dan Khanal, S.
K., 2019, Biogas production by anaerobic digestion: Status and perspectives.
Biomass, Biofuels, Biochemicals: Biofuels: Alternative Feedstocks and
Conversion Processes for the Production of Liquid and Gaseous Biofuels (2 ed.),
Elsevier Inc.
Petersson, A., 2013, Biogas cleaning, The Biogas Handbook: Science, Production and
Applications, Woodhead Publishing Limited.
42
43
Rahayu, A. S., Karsiwulan, D., Yuwono, H., Trisnawati, I., Mulyasari , S., Rahardjo,
S., Hokermin, S., dan Paramita, V., 2015, Buku Panduan Konversi POME
Menjadi Biogas : Pengembangan Proyek di Indonesia, Jakarta, Winrock
International.
Rama, J. B dan Ardhiya, 2015, Pengaruh Proses Acid Gas Removal dan Dehidrasi
Biogas Terhadap Efisiensi Overall Mesin Konversi Biogas – Listrik. ITS,
Surabaya.
Valentino, N., Lukman, D.H., Nabila, H.A., dan Dwi, Z.H, 2018, Perencanaan
Produksi Biogas dari Palm Oil Mill Effluent untuk Pembangkit Listrik: Studi
Kasus Pabrik Kelapa Sawit Sei Pagar, Jurnal Energi dan Lingkungan. Vol. 14.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Tangerang Selatan.
Wang H, Larson R, dan Runge T., 2019, Impacts to Hydrogen Sulfide Concentrations
in Biogas when Poplar Wood Chips, Steam Treated Wood Chips, and Biochar
are Added to Manure-based Anaerobic Digestion Systems, Bioresource
Technology Reports 7 : 1-9.