Anda di halaman 1dari 3

Nama : Muhammad Fachru Razi Syarif

NPP : 31.0836

Kelas : B2

Mata Kuliah : Komunikasi Pemerintahan

Dosen : Dr. Megandaru Widhi, M.Si

“Ji Dullah”

Ji Dullah merupakan sebuah film pendek yang bercerita tentang seorang haji yang rela

melakukan apapun demi menduduki posisi atau jabatan di pemerintahan. Pada awal film

digambarkan Ji Dullah atau Haji Abdullah Yasin yang baru pulang dari tanah suci sedang

diantar mengelilingi kampung untuk memperkenalkan dirinya sebagai haji baru. Haji dalam

film ini digambarkan sebagai karakter yang dermawan, rajin beribadah, dan dapat dipercaya.

Sebagai seorang yang telah menyandang gelar Haji, tentunya Ji Dullah harus memperlihatkan

bagaimana sikap seorang haji yang sebenarnya. Pada menit ke dua film ini, terlihat Ji Dullah

yang sedang menuju masjid untuk melaksanakan ibadah sholat secara berjamaah dan tidak

lupa untuk bersedekah ke kotak amal masjid. Di sini mulai terlihat kesalahan, dimana Ji

Dullah yang awalnya berniat untuk bersedekah ternyata berharap diperhatikan oleh jemaah

masjid saat itu. Alhasil, para jemaah pun memuji Ji Dullah yang dermawan karena banyak

bersedekah.

Konflik awal terjadi ketika selesai sholat, dimana Ji Dullah sedang berdzikir di dalam

masjid, sementara para jemaah sedang berbincang-bincang di serambi masjid. Di tengah

perbincangan tersebut mengenai penundaan pembangunan masjid akibat kurangnya perhatian

kepala desa sekarang, salah seorang jemaah mengusulkan agar Ji Dullah saja yang menjadi

kepala desa karena dinilai lebih perhatian kepada masyarakat dan dinilai dapat dipercaya
karena merupakan seorang haji. Pembicaraan mereka pun terdengar oleh Ji Dullah dan

membuatnya semakin senang.

Keesokan harinya, salah seorang masyarakat yang bernama Yon datang ke rumah Ji

Dullah dan menawarinya untuk menjadi calon kepala desa di pemilihan selanjutnya.

Awalnya, Ji Dullah menolak dengan alasan tidak mampu, namun segera menyetujuinya

ketika Yon berbicara tentang tanah kas kepala desa seluas 20 hektare. Inilah yang menjadi

awal dari segalanya. Saat itu, Ji Dullah mulai melakukan segalanya dengan bantuan Yon

untuk bisa menjadi kepala desa. Mereka bahkan mendatangi dukun untuk meminta bantuan

agar bisa menang pada pilkades saat itu. Padahal, Ji Dullah yang awalnya menolak menjadi

kepala desa karena merasa tidak mampu dan takut dosa, kini malah melakukan dosa yang

lebih besar dengan meminta bantuan kepada dukun. Alhasil, mereka pun menuruti saran

dukun tersebut dengan melakukan kampanye keliling kampung dan menyampaikan janji-

janjinya kepada masyarakat. Namun, ternyata lawannya jauh lebih kuat dan mendominasi

suara masyarakat. Akibatnya, Ji Dullah kembali mengikuti perkataan dukun tersebut dengan

melakukan serangan fajar. Namun, Ji Dullah ternyata kalah dalam pilkades dan akhirnya

kehilangan seluruh harta bendanya dimana yang tersisa hanyalah rumah. Di akhir film ini,

diperlihatkan Ji Dullah dan istrinya yang hanya makan nasi dengan lauk garam yang

menunjukkan bahwa mereka benar-benar sudah tidak memiliki apa-apa. Tiba-tiba Yon

datang dan menawarkan kembali Ji Dullah untuk mencalonkan diri sebagai Bupati yang

menyebabkan Ji Dullah kegirangan dan memanggil istrinya. Adegan tersebut mengakhiri film

pendek ini.

Jika dilihat di awal film, Ji Dullah memiliki citra yang baik di tengah masyarakat

akibat gelarnya sebagai haji. Sehingga dapat disimpulkan bahwa gelar haji dalam masyarakat

memiliki citra yang baik karena tidak semua orang dapat menyandang gelar tersebut.

Kemudian di tengah film ditunjukkan Ji Dullah yang rela melakukan apapun demi
memperoleh kekuasaan menunjukkan bahwa kekuasaan merupakan suatu hal yang langka

dalam masyarakat, karena hanya segelintir orang yang mampu memiliki kekuasaan. Sehingga

tidak heran jika seseorang rela melakukan apapun hanya untuk memperoleh kukuasaan.

Anda mungkin juga menyukai