Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN RESMI

FINAL PROJECT AKUSTIK

Diagnosa Absolute Pitch Sederhana di Rumah


Menggunakan Gelas

DISUSUN OLEH:

Abdul Hadi 02311940000082

DEPARTEMEN TEKNIK FISIKA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2021

i
DAFTAR ISI

Cover Laporan Resmi…………………………………………………..……..(i)


Daftar Isi……………………………………………………………….……...(ii)
Daftar Gambar……………………………………………………….………(iii)
Daftar Tabel………………………………………………………….……….(iv)
BAB 1 Pendahuluan……………………………………………….………….(1)
BAB 2 Dasar Teori…………………………………………..……..………....(3)
BAB 3 Metologi……………………………………………………………….(6)
BAB 4 Analisa dan Pembahasan…………………………………………….(7)
BAB 5 Penutupan…………………………………………………………....(12)
Daftar Pustaka……………………………………………………………….(13)
Lampiran……………………………………………………………………..(14)

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Variasi ketinggian air pada gelas……………………………… (7)


Gambar 4.2 Grafik hubungan ketinggian air dan frekuensi yang dihasilkan
………………………………………………………………………………...(9)
Gambar 4.3 Daerah pukulan gelas…………………………………………..(10)

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Skala kromatik dengan kenyaringan yang sama untuk satu
octav……………………………………………………………………………. (5)
Tabel 4.1 Data hasil pengukuran ketinggian gelas terhadap Nada yang dihasilkan
…………………………………………………………………………………...(7)
Tabel 4.2 Data frekuensi yang dihasilkan dari masing-masing ketinggian
air………………………………………………………………………………...(8)
Tabel 4.3 Nada serta hasil perbandingan tangga nada untuk tingkatan 2 Oktav A
…………………………………………………………………………………...(9)
Tabel 4.4 Hasil pengujian absolute pitch …………............................................(10)

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suara merupakan hal yang sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia,
komunikasi dibagun melalui suara, dengan suara manusia berbicara dan
mendengar. Tidak hanya antar sesama manusia, melalui suara, manusia juga dapat
berkomunikasi dengan alam dan makhluk hidup lainnya.
Suara dapat terbentuk secara alami ataupun dibuat. Salah satu contoh suara
alami adalah ketika kita berada di depan kipas angin yang berputar, telinga kita
seolah mendegar hembusan angin akibat baling-baling kipas tersebut. Disisi lain,
contoh dari suara buatan adalah ketika kita memukul meja, maka akan terdengar
suara dari hasil pukulan tersebut. Terkadang kita dapat membuat suatu suara yang
beraturan untuk kemudian menghasilkan bunyi yang harmonis dan enak didengar
di telinga. Contoh sederhananya adalah ketika kita coba memukul gelas dengan isi
yang berbeda-beda, maka pada setiap gelas akan menghasilkan bunyi yang berbeda
pula. Dari perbedaan bunyi tersebut ternyata dapat disusun dari bunyi yang
frekuensi terendah sampai frekuensi tertinggi.
Secara umum, ketika ada dua bunyi yang berbeda frekuensi, manusia
sebagai pendegar dapat menentukan mana frekuensi yang lebih tinggi dan frekuensi
yang rendah. Namun, bagaimana jika hanya ada satu bunyi yang dibangkitkan dan
didengarkan oleh manusia?. Apakah orang tersebut mampu menebak tingkat tinggi
atau rendahnya frekuensi yang dihasilkan?. Kemampuan untuk mampu menebak
dan mengelompokkan tingkatan bunyi yang dihasilkan ini disebut dengan absolute
pitch. Kemampuan absolute pitch secara umum dapat didefinisikan sebagai
kemampuan seseorang dengan akurasi tinggi dalam mengelompokkan suatu pitch
(nada) tanpa harus menggunakan nada lain sebagai referensinya [1].

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana prosedur untuk diagnosa absolute pitch seseorang
menggunakan gelas?
b. Bagaimana suara yang dihasilkan dari gelas pada ketinggian air yang
berbeda-beda pada gelas?

1
c. Bagaimana variasi ketinggian air pada gelas dapat menentukan kemampuan
absolute pitch orang rumah?

1.3 Batasan Masalah


Batasan masalah dalam final project kali ini adalah terbatas pada bagaimana
untuk mengetahui kemampuan absolute pitch orang rumah dengan menggunakan
gelas yang memiliki tinggi air yang berbeda-beda, serta mengetahui ketinggian air
yang dapat digunakan untuk pengujiannya.

1.4 Tujuan
a. Mengetahui prosedur untuk diagnose absolute pitch seseorang
menggunakan gelas
b. Mengetahui suara yang dihasilkan dari gelas pada ketinggian air yang
berbeda-beda pada gelas
c. Mengetahui variasi ketinggian air pada gelas yang dapat menentukan
kemampuan absolute pitch orang rumah.

2
BAB 2
DASAR TEORI
2.1 Absolute Pitch
Absolute pitch dalam dunia musik merupakan sebuah kemampuan yang luar
biasa bagi para musisi. Kemampuan ini mampu mengidentifikasi frekuensi atau
nama dari nada tertentu yang dihasilkan oleh sebuah bunyi tanpa membandingkan
nada tersebut dengan referensi nada yang lain [2].
Kemampuan absolute pitch dapat diturunkan melalui keturunan ataupun
melalui serangkaian proses belajar dengan memilah dan mengolah nada serta
menciptakan nada. Namun kemampuan yang didapat dari keturunan lebih kuat
melahirkan kemampuan absolute pitch dibandingan melalui pembelajaran, diantara
contohnya adalah Revesz (1913) dan Bachem (1937), mereka berpendapat bahwa
kemampuan yang mereka dapatkan adalah merupakan bentuk kemampuan yang
mereka warisi dari orang yang berada diatas garis keturunan mereka. Kemampuan
ini akan secara spontan muncul setelah mendengarkan sebuah bunyi dari suatu
nada, tanpa harus melalui serangkaian proses belajar. Sedangkan mereka yang tidak
mendapatkannya bukan dari keturunan akan merasa kesulitan dalam mendeteksi
suara nada bahkan belum tentu mampu menyamai orang yang mendapatkan
kemampuan ini melalui garis keturunan [2].

2.2 Gelombang Suara


Gelombang suara dibangkitkan dari sumber akustik atau alat akustik yang
bergerak untuk memodulasi tekanan ambien atmosfer. Gelombang suara
merupakan gelombang longitudinal. Sebuah pembangkit suara menjadi sumber
akustik saat sumber tersebut mengirimkan sinyal vibrasi pada frekuensi tertentu
yang berada pada interval pendengaran manusia [3].
Dari semua gelombang mekanik yang ada di alam, gelombang yang akrab
dalam kehidupan kita sehari-hari adalah gelombang longitudinal. Gelombang
longitudinal dalam medium udara adalah gelombang bunyi atau yang biasa dikenal
dengan gelombang akustik [4].
Seorang ilmuan Bernama Hermann Helmholtz (1821-1894) yang kemudian
teorinya dan usahanya dilanjutkan oleh Lord Rayleigh (1842-1919) mengemukakan

3
bahwa, akustik merupakan sebuah cabang ilmu fisika dan ilmu Teknik yang
berfokus tentang timbul dan merambatnya bunyi, tentang sifat proses pendengaran,
tentang alat-alat untuk mengukur, merekam dan memproduksi bunyi, serta tentang
kontruksi auditorium yang memenuhi syarat kenyamanan pendengaran yang baik.
Baik itu melalui kajian teori maupun matematis [4].
Fenomena bunyi memiliki tiga aspek penting dalam pembahasannya, yang
pertama adalah sumber bunyi yang merupakan benda bergetar. Kedua, energi yang
dipindahkan dari sumber bunyi dalam bentuk gelombang longitudinal, dan ketiga,
bunyi dideteksi oleh telinga atau sebuah alat [5].

2.3 Karakteristik Bunyi


Frekuensi pendengaran manusia terhadap bunyi disebut dengan frekuensi
audio yang berada diantara 20 Hz hingga 20.000 Hz. Gelombang mekanik
longitudinal pada frekuensi di bawah daerah pendengaran manusia, disebut dengan
gelombang infrasonic yang merupakan frekuensi dibawah 20 Hz, gelombang
semacam ini biasanya dihasilkan oleh sumber yang besar, seperti gempa bumi,
guntur, gunung berapi, getaran mesin-mesin berat. Gelombang frekuensi rendah ini
meskipun tidak dapat terdengar namun bekerja dengan cara resonansi [4].
Sedangkan untuk gelombang diatas 20.000 Hz disebut dengan gelombang
ultrasonic. Gelombang ultrasonic dihasilkan oleh getaran mekanik pada kwarsa
yang diberi tegangan listrik bolak-balik dengan frekuensi ultrasonic. Dengan cara
seperti ini orang dapat menghasilkan gelombang mekanik dengan frekuensi setinggi
6 ∙ 108 Hz, dengan panjang sebesar 5 ∙ 10−3 cm. Gelombang ultrasonic
dipergunakan untuk memeriksa kualitas produk dalam industry dan beberapa
aplikasi dalam ilmu kedokteran [6].

2.4 Bunyi pada Instrumen Musik


Skala music digunakan dalam musik dunia barat yang berawal pada
peradaban zaman Yunani kuno, terdapat 7 nada dasar pada sebuah skalanya. Nada
ini disebut dengan nada diatonic dan biasanya dikenal dengan do-re-mi-fa-sol-la-
si-do. Perbandingan frekuensi antara dua nada yang berurutan disebut dengan
suarantara, yang mempunyai perbandingan:

4
c d e f g a b c
9/8 10/9 16/15 9/8 10/9 9/8 16/15

Nada bunyi tunggal berasal dari sumber bunyi yang mempunyai frekuensi
tetap. Musik atau lagu-lagu didasarkan pada nada-nada yang tergabung dalam
susunan tangga nada. Tangga nada diatonik digunakan pada musik dan didasarkan
pada not-not 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, i. Not-not ini kemudian diberikan nama dengan huruf
c, d, e, f, g, a, b, c’. dengan perbandingan frekuensi 24, 27, 30, 36, 40, 45, 48 [4].
Frekuensi yan biasa untuk not-not musik pada apa yang disebut dengan
skala kromatik dengan kenyaringan yang sama, diberikan pada tabel dibawah ini,
untuk octav yang dimulai dengan C tengah. Dimana satu octav berarti
menggandakan frekuensi seperti pada nada C tengah dengan C’ [5].

Tabel 2.1 Skala kromatik dengan kenyaringan yang sama untuk satu octav [5].
Not Frekuensi (Hz)
C 262
C# 277
D 294
D# 311
E 330
F 349
F# 370
G 392
G# 415
A 440
A# 466
B 494
C’ 524

5
BAB 3
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
a. Sendok
b. Gelas
c. Aplikasi DaTuner
d. Air
3.2 Langkah Percobaan
3.2.1 Setup Alat
a. Gelas diisi dengan air
b. Setiap gelas diisi dengan ketinggian air yang berbeda-beda
c. Gelas dipukul menggunakan sendok
d. Bunyi nada yang dihasilkan gelas disesuaikan dengan nada pada DaTuner
e. Gelas dengan nada yang sudah sesuai, dicatat ketinggiannya
3.2.2 Pengujian
a. Dari 6 gelas tersebut, dipukul secara acak menggunakan sendok
b. Nada yang dihasilkan secara acak diperdengarkan kepada orang rumah satu
per satu
c. Orang rumah membelakangi gelas
d. Nada yang diperdengarkan merupakan hasil bunyi antara sendok besi dan
gelas pada daerah yang berada di atas garis merah gelas
e. Variasi nada digunakan 6 nada yang berbeda secara acak
f. Nada yang ditebak kemudian dicatat.

6
BAB 4
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisa Data

Gambar 4.1 Variasi ketinggian air pada gelas


Dari percobaan untuk mencari hubungan ketinggian air didapatkan dengan
nada yang dihasilkan, didapat sebagaimana tabel berikut:

Tabel 4.1 Data hasil pengukuran ketinggian gelas terhadap Nada yang dihasilkan
Ketinggian (cm) Nada yang dihasilkan Frekuensi
9.9 C’ 2117
13.4 B 1979
13.5 A# 1851
14.1 A 1764
14.2 G# 1675
14.3 G 1595

7
Begitupula dengan ketinggian yang lainnya, disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.2 Data frekuensi yang dihasilkan dari masing-masing ketinggian air
Ketinggian air (cm) Frekuensi (Hz)
8 (kosong) 2178
9 2171
10 2170
11 2150
12 2072
13 1912
14 1742
14.7 (penuh) 1487

Untuk mencari patokan nada, dapat digunakan perbandingan pada dasar teori,
sehingga ketika kenaikan nada A sebanyak 2 Oktav, nada-nada yang lainnya dapat
dihitung frekuensinya:

𝑓𝐴 (2 𝑜𝑘𝑡𝑎𝑣 ) = 22 ∙ 440 𝐻𝑧 = 1760 𝐻𝑧

36
𝑓𝐺 = 1760 𝐻𝑧 = 1584 𝐻𝑧
40

38
𝑓𝐺# = 1760 𝐻𝑧 = 1672 𝐻𝑧
40

42
𝑓𝐴# = 1760 𝐻𝑧 = 1848 𝐻𝑧
40

45
𝑓𝐵 = 1760 𝐻𝑧 = 1980 𝐻𝑧
40

48
𝑓𝐶′ = 1760 𝐻𝑧 = 2112 𝐻𝑧
40

8
Tabel 4.3 Nada serta hasil perbandingan tangga nada untuk tingkatan 2 Oktav A
Nada Perbandingan Hasil Perbandingan
C 24 1056
D 27 1188
E 30 1320
F 32 1408
G 36 1584
G# 38 1672
A 40 1760
A# 42 1848
B 45 1980
C' 48 2112

Perbandingan G# dan A# didapat dengan membandingkan frekuensi pada


teori dan perbandingan nada A, lalu didapatkan frekuensi untuk G# dan A# secara
perhitungan, yaitu 38 dan 42.
Pada tabel 4.3, untuk bagian yang berwarna kuning merupakan bagian
frekuensi yang mampu dihasilkan oleh gelas. Sehingga, bila dibuat grafik akan
seperti gambar pada grafik berikut ini:

2500

2000

1500

1000

500

0
8 9 10 11 12 13 14 14.7

Gambar 4.2 Grafik hubungan ketinggian air dan frekuensi yang dihasilkan

9
Gambar 4.3 Daerah pukulan gelas
Tabel 4.4 Hasil pengujian absolute pitch
Peserta Uji Jumlah Benar
Peserta 1 2/6
Peserta 2 2/6
Peserta 3 1/6
Peserta 4 3/6

4.2 Pembahasan
Pada bagian gelas, terlihat bahwa ketika jumlah air yang berada pada gelas
menurun, maka frekuensi yang dihasilkan akan semakin tinggi. Pada gambar 4.2
dapat diperhatikan bahwa bentuk grafik perubahan frekuensi terhadap ketinggian
air merupakan grafik eksponensial. Namun dari rentang frekuensi yang didapat,
gelas hanya mampu menghasilkan 6 nada. Yaitu pada nada G, G#, A, A#, B, C’.
dikarenakan rentang frekuensi yang dihasilkan hanya berkisar antara 1487 – 2178
Hz. Sehingga untuk nada bawah 1487 Hz dan nada diatas 2178 Hz tidak dapat
ditemukan ketinggiannya. Hal ini merupakan batas dari struktur yang dimiliki oleh
gelas. Perbedaan 0.1 cm sudah mampu membuat gelas menghasilkan frekuensi
yang berbeda. Seperti yang terlihat pada nada A, G#, dan G. yang memiliki
ketinggian masing-masing 14.1 cm, 14.2 cm, dan 14.3 cm. Pada awalnya jika

10
mengikuti nada dasar A pada standar yang biasa digunakan, maka nada A berada
frekuensi 440 Hz. Namun karena tingginya frekuensi yang dihasilkan pada gelas,
maka nada A dinaikkan sebanyak 2 oktav dari 440 Hz, yaitu 1760 Hz. Kemudian
dari 1760 Hz digunakan perbandingan untuk mendapatkan nada-nada yang lainnya.
Sedangkan dari hasil pengujian didapatkan bahwa hanya ada satu orang yang
mampu benar 3 dari 6 nada yang dibunyikan secara acak, sisanya hanya mampu
menjawab benar sebanyak 2 dan 1 nada. Dari hasil pengujian ini, orang di rumah
tidak mempunyai kemampuan absolute pitch.

11
BAB 5
PENUTUPAN
5.1 Kesimpulan
Prosedur dan cara untuk mengetahui kemampuan seseorang dalam
mengelompokkan nada yang dihasilkan dari suatu bunyi dapat dilakukan di rumah
dengan menggunakan gelas yang memiliki frekuensi yang sesuai dengan nada,
dalam hal ini adalah nada G, G#, A, A#, B, dan C’. Suara yang dihasilkan oleh gelas
ketika dipukul menggunakan sendok besi memiliki variasi frekuensi yang berbeda-
beda, semakin banyak air yang ditambahkan pada gelas, maka semakin kecil
frekuensi yang dihasilkan sedangkan semakin sedikit air yang dimiliki gelas, maka
semakin tinggi frekuensi yang dihasilkan. Dari perbedaan ketinggian yang
dihasilkan telah mengikuti frekuensi suara standar yang dimiliki oleh nada G, G#,
A, A#, B, dan C’. Sehingga dengan menggunakan gelas ini dapat menentukan
kemampuan absolute pitch orang rumah.

5.2 Saran
Pada final project kali, dalam menentukan kemampuan absolute pitch
seseorang akan lebih baik jika menggunakan variasi nada yang lebih banyak dan
mencakup nada-nada yang lain seperti nada C, D, E, dan F. Atau dengan kata lain
diperlukan gelas dengan struktur yang mampu mencakup rentang frekuensi yang
luas.

12
DAFTAR PUSTAKA

[1] S. C. V. Hedger and H. C. Nusbaum, "Individual differences in absolute pitch


performance: Contributions of working memory, musical expertise, and tonal
language background.," Acta Psychologica, pp. 251-260, 2018.

[2] W. D. Ward, "Absolute Pitch," The Psychology of Music, pp. 265-298, 1999.

[3] G. Ballou, Handbook for Sound Engineers Fourth Edition, United State of
America: Focal Press, 2008.

[4] K. A. Ishafit and M. Toifur, "Pengukuran Frekuensi Tangga Nada Instrumen


Musik Piano Dengan Sistem Microcomputer Based Laboratory," pp. 1-9, 01
Februari 2018.

[5] D. Giancoli. C., Fisika Jilid 1, Jakarta: Erlangga, 1998.

[6] Sutrisno, Gelombang dan Optik, Bandung: ITB, 1979.

13
LAMPIRAN

14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Anda mungkin juga menyukai