Kelompok 4 Penguatan Pembelajaran Fix
Kelompok 4 Penguatan Pembelajaran Fix
Disusun Oleh:
FAKULTAS TARBIYAH
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan sekolah merupakan hak
bagi setiap warg
a negara Indonesia. Hal ini dijamin dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu setiap warga negara mempunyai hak
yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Oleh karena itu, setiap
warga negara betul-betul memanfaatkan lembaga pendidikan sekolah untuk
belajar secara kreatif sebagai bekal untuk masa depannya yang lebih baik, karena
lembaga pendidikan formal merupakan lembaga pembinaan sumber daya manusia
dalam aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Keterampilan mengajar guru yang tidak kalah penting adalah pemberian
penguatan kepada peserta didik. Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran di
kelas, guru hendaknya selalu berusaha untuk meningkatkan aktivitas dan kualitas
proses pembelajaran dengan cara memberikan penghargaan atau penguatan
sebagai pendorong bagi peserta didik, agar mereka lebih giat berusaha dan belajar
untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Memberikan penguatan dalam proses
pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya, dengan
memberikan persetujuan atau pengakuan terhadap tingkah laku peserta didik yang
positif (berhasil), yang diwujudkan dalam bentuk kata-kata membenarkan, pujian,
senyuman, maupun anggukan. Tampaknya hal ini sangat sederhana, akan tetapi
memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap peserta didik yang bersangkutan.
Mengingat pentingnya pemberian penguatan ini, maka para guru atau pun
tenaga kependidikan lainnya harus memahami serta melatih diri secara teratur dan
terarah, agar terampil dalam menerapkan keterampilan dasar mengajar memberi
penguatan tersebut, sehingga proses pembelajaran dapat ditingkatkan kualitasnya.
Dengan penerapan pemberian penguatan oleh guru profesional, maka diharapkan
dalam pembelajaran akan berhasil dan lebih efektif. Pengaruh penggunaan
penguatan oleh guru ini adalah berupa motivasi belajar para peserta didik. Dengan
bekal motivasi inilah peserta didik akan belajar dengan semangat, bergairah, dan
kreatif. Pada akhirnya hasil belajar peserta didik dapat maksimal.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian penguatan pembelajaran?
2. Bagaimana tujuan penguatan dalam pembelajaran?
3. Apa saja prinsip-prinsip penguatan pembelajaran?
4. Apa saja jenis-jenis penguatan pembelajaran?
5. Bagaimana cara-cara penguatan pembelajaran?
BAB II
PEMBAHASAN
1
Ann Pearson et al., “Kajian Teori Penguatan,” Society 74, no. 4 (2018): 1157–1166.
B. Tujuan penguatan dalam pembelajaran
Karine Rizkita and Bagus Rachmad Saputra, “Bentuk Penguatan Pendidikan Karakter
2
Pada Peserta Didik Dengan Penerapan Reward Dan Punishment,” Pedagogi: Jurnal Ilmu
Pendidikan 20, no. 2 (2020): 69–73.
3
Muh Febri Kurniawan and S Ernawati, “Proses Konseling Individu Dengan Teknik
Reinforcement Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Anak Tunarungu (Studi Kasus Di
Yayasan Dharma Anak Bangsa)” (IAIN SURAKARTA, 2020).
Adapun tujuan pemberian penguatan atau reinforcement yaitu :
Sikap dan gaya guru, seperti suara, mimik, dan gerak badan, akan
menunjukkan adanya kehangatan dan keantusiasan dalam memberikan
penguatan. Dengan demikian, tidak terjadi kesan bahwa guru tidak ikhlas dalam
memberikan penguatan karena tidak disertai dengan kehangatan dan
keantusiasan. Kehangatan dan keantusiasan dapat ditunjukkan dengan berbagai
cara, misalnya dengan muka/wajah berseri disertai senyuman, suara yang riang
penuh perhatian, atau sikap yang memberi kesan bahwa penguatan yang diberikan
memang sungguh-sungguh.5
b. Kebermaknaan
4
M S Prof. Dr. Murbangun Nuswowati and S P Hanifah Nur Aini, Keterampilan
Mengajar Offline & Online Dalam Pembelajaran Micro (wawasan Ilmu, 2021).
5
Winaputra and S.Udin, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Universitas Terbuka,
2004).
penghargaan. Jadi penguatan itu bermakna baginya, yang jelas jangan sampai
terjadi sebaliknya
Teguran dan sanksi masih bisa digunakan namun respons negatif yang
diberikan oleh guru berupa komentar, bercanda menghina, ejekan yang kasar
perlu dihindari karena akan mematahkan semangat murid untuk
mengembangkan dirinya. Misalnya, jika anak tidak dapat memberikan jawaban
yang diharapkan, guru hendaknya menahan diri dari keinginan mencela atau
mengejek jawaban atau penampilan siswa. Guru jangan langsung menyalahkan,
tetapi bisa melontarkan pertanyaan kepada anak lain. 6
6
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2005).h.70
7
Zainal Asril, Microteaching (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015), h. 78.
tidak ditampilkan. Tindakan penguatan negatif diberikan untuk memperkuat
perilaku. Bentuk-bentuk reinforcement (penguatan) negatif antara lain:
menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan. 8
8
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2017), h.88.
9
Siti Suprihatin, “Upaya Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa”. Jurnal
Pendidikan Ekonomi, Vol. 3 No. 1 (2015), h. 74.
wajah ceria, anggukan, tepukan tangan, mengacungkan ibu
jari, dan gerakangerakan badan lainnya dapat
mengkomunikasikan kepuasan guru terhadap respon siswa.
Secara psikologis, siswa yang menerima perlakuan guru
tersebut tentu saja akan menyenangkan dan akan memperkuat
pengalaman belajar bagi siswa. Mimik dan gerakan badan
dapat dipakai bersama-sama dengan penguatan verbal.
Penguatan mimik dan gerakan badan dapat berupa senyuman,
anggukan kepala, acungan jempol, tepuk tangan, dan lainnya.
Sering kali diikuti dengan penguatan verbal misal guru
mengatakan “bagus!” sambil menganggukkan kepala.
a. Sasaran penguatan
Sasaran penguatan yang diberikan oleh guru harus jelas. Misalnya
memberikan penguatan kepada siswa tertentu, kepada kelompok siswa, ataupun
kepada seluruh siswa secara utuh, misalnya : “Wah Ibu bangga benar dengan
kedisiplinan kelas II ini”.
10
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Rosdakarya), h. 84.
tidak menurun bahkan hilang, penguatan haruslah diberikan segera setelah siswa
menunjukkan respon yang diharapkan. Dengan perkataan lain, tidak ada waktu
tunggu antara respon yang ditunjukkan dengan penguatan yang diberikan.
11
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Rosdakarya), h. 83.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penguatan merupakan salah satu keterampilan mengajar yang harus dimiliki
oleh seorang guru sehingga dapat memberikan suatu dorongan kepada anak
didik dalam mengikuti pelajaran. Penguatan yang diberikan oleh guru harus
dapat tepat sasaran sehingga dapat menjadi pemicu bagi anak didik secara
keseluruhan dalam kelas, baik yang menjadi sasaran penguasa maupun bagi
teman-temannya.
2. Penguatan sebagai salah satu bentuk keterampilan dasar mengajar
dimaksudkan untuk memberikan informasi maupun koreksi terhadap proses
belajar yang telah dilakukannya yang tujuannya untuk mengetahui tingkat
kemampuan. Pemberian penguatan juga dapat membantu meningkatkan
kemungkinan berulangnya perilaku atau tingkah laku positif siswa dalam
pembelajaran.
3. Prinsip-prinsip penguatan dalam pembelajaran terdapar 3 bagian diantaranya:
Kehangatan dan keantusiasan, kebermaknaan, menghindari penggunaan
respons yang negatif
4. Jenis – Jenis Penguatan Pembelajaran Secara umum penguatan atau
reinforcement dibagi menjadi dua jenis, yaitu: Penguatan positif dan
penguatan negatif. Sedangkan penguatan atau reinforcement dapat
dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:Penguatan
Verbal dan nonverbal. Penguatan yang diungkapkan melalui bahasa isyarat
penguatan ini dibagi menjadi lima yaitu:Penguatan dengan mimik dan
Gerakan Badan, penguatan gerak mendekati, prnguatan dengan sentuhan,
penguatan dengan kegiatan menyenangkan, penguatan dengan pemberian
simbol atau benda.
5. Cara- Cara Penguatan Pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran dengan
penguatan, guru hendaknya memperhatikan hal-hal berikut ini: Sasaran
penguatan, Penguatan harus diberikan dengan segera, variasi dalam
penggunaan.
B. Saran
Demikian makalah ini penulis buat, tentunya dalam pembuatan makalah ini
masih banyak terdapat kesalahan baik dalam segi bahasa maupun penulisan. Penulis
menyadari bahwa dalam makalah yang dibuat masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca. Semoga makalah
ini bermanfaat dan dapat membantu pemahaman pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Syaiful Bahri, Djamarah, Pendidik dan Pesertsa Didik Dalam Interaksi Edukatif, Jakarta:
PT Rineka Cipta, 2017.
Usman, Moh. Uzer. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Winataputra, udin s. Dkk. 2004. Strategi belajar mengajar. Jakarta: universitas terbuka.